PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF

DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh DODI DAHNUSS

1200889

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN FISIKA

SEKOLAH PASCASARJANA


(2)

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF

DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X

Oleh: Dodi Dahnuss

S.Pd Universitas Riau, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Fisika

Sekolah Pascasarjana

© Dodi Dahnuss 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PENDEKATAN SAINTIFIK, AUTHENTIC ASSESSMENT, KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN ANALISIS MATERI KALOR A. Pendekatan Saintifik ... 8

B. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) ... 16

C. Kemampuan Kognitif ... 21

1. Dimensi Kognitif ... 22

2. Dimensi Pengetahuan ... 23

D. Keterampilan Proses Sains ... 24

E. Analisis Materi Kalor ... 27

1. Pengertian Kalor ... 28

2. Perubahan Wujud Zat ... 30

3. Pemuaian ... 32


(5)

ii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Langkah-langkah Penelitian ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 47

1. Jenis Instrumen Penelitian ... 47

2. Analisis Instrumen dan Pengolahan Data ... 49

G. Pengolahan Data ... 55

1. Pemberian Skor ... 55

2. Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru ... 55

3. Pengolahan Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Siswa .... 55

4. Perhitungan Gain dinormaliasi... 56

5. Pengolahan Skala Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran ... 56

6. Pengolahan Data Asesmen Kinerja ... 57

7. Pengolahan Data Penilaian LKS ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 59

1. Pelaksanaan Penelitian ... 59

2. Data Kemampuan Kognitif Siswa ... 67

a. Secara Umum ... 67

b. Kemampuan Kognitif Siswa pada Setiap Pertemuan ... 68

3. Data Keterampilan Proses Sains ... 72

a. Secara Umum ... 72

b. Keterampilan Proses Sains Siswa pada Setiap Pertemuan .... 73

B. Pembahasan ... 74

1. Secara Umum ... 74

a. Kemampuan Kognitif ... 74

b. Keterampilan Proses Sains ... 79

2. Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Setiap Pertemuan ... 81

3. Skala Sikap Siswa Terhadap Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Authentic Assessment ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90


(6)

iii

B. Saran dan Rekomendasi ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya ... 14

Tabel 2.2. Keterkaitan Materi Kalor dengan Pendekatan Saintifik, Authentic Assesment, Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Sains ... 39

Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 46

Tabel 3.2. Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 51

Tabel 3.3. Kriteria Daya Pembeda Soal ... 52

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kemudahan Soal ... 52

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 53

Tabel 3.6. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 54

Tabel 3.7. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran ... 55

Tabel 3.8. Kriteria Gain dinormalisasi ... 56

Tabel 3.9. Pemberian skor skala sikap siswa ... 56

Tabel 3.10. Kriteria skala sikap siswa ... 57

Tabel 3.11. Pedoman Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS ... 58

Tabel 4.1. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa ... 60

Tabel 4.2. Rekapitulasi Penilaian Kinerja Siswa ... 61

Tabel 4.3. Rekapitulasi Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS ... 61


(7)

(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Diagram Perubahan Wujud Zat ... 32

Gambar 2.2. Perpindahan kalor secara konduksi... 35

Gambar 2.3. Perpindahan kalor secara Konveksi ... 36

Gambar 2.4. Perpindahan Kalor secara Radiasi ... 37

Gambar 3.1. Desain Penelitian OneGroup Pretest-Posttest ... 41

Gambar 4.1. Diagram BatangPersentase Rata-Rata Skor Pretest, Persentase Rata-Rata Skor Posttest, dan Rata-Rata Skor Gain yang Dinormalisasi <g> Kemampuan Kognitif ... 67

Gambar 4.2. Diagram Batang Perbandingan Rata-Rata Pretest, Rata-Rata Posttest, N-gain Kemampuan KognitifSetiap Pertemuan... 68

Gambar 4.3. Diagram Batang Persentase Rata-Rata Pretest, Persentase Rata-Rata Posttest, dan Rata-Rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Keterampilan Proses Sains ... 73

Gambar 4.4. Diagram Batang Perbandingan Rata-Rata Pretest, Rata-Rata Posttest, dan N-gain Keterampilan Proses Sains Setiap Pertemuan ... 74


(9)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A:

1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa, Pertemuan Pertama

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa Pertemuan Ketiga

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa Pertemuan Keempat

Lampiran B:

1. Soal prestest-posttest Kemampuan Kognitif

2. Lembar Jawaban Soal prestest-posttest Kemampuan Kognitif 3. Kunci Jawaban Soal prestest-posttest Kemampuan Kognitif 4. Soal prestest-posttest Keterampilan Proses Sains

5. Lembar Jawaban Soal prestest-posttest Keterampilan Proses Sains 6. Kunci Jawaban Soal prestest-posttest Keterampilan Proses Sains 7. Rubrik Penilaia Kinerja

8. Rubrik Penskoran LKS

Lampiran C:

1. Skala Sikap Siswa terhadap Penerapan Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Authentic Assessment

2. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Oleh Guru

3. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Fisika Oleh Siswa 4. Lembar Observasi Asesmen kinerja


(10)

vii 5. Lembar Judgement Soal Kemampuan Kognitif

6. Lembar Judgement Soal Keterampilan Proses Sains 7. Lembar Judgement Rubrik Penilaian Kinerja

8. Lembar Judgement Penskoran Hasil Kinerja Siswa pada LKS

Lampiran D:

1. Analisis Perhitungan Reliabilitas Tes Instrumen Kemampuan Kognitif 2. Analisis Daya Pembeda Instrumen Kemampuan Kognitif

3. Analisis Tingkat Kemudahan Instrumen Kemampuan Kognitif 4. Analisis Distraktor Instrumen Kemampuan Kognitif

5. Analisis Perhitungan Reliabilitas Tes Instrumen Keterampilan Proses Sains 6. Analisis Daya Pembeda Instrumen Keterampilan Proses Sains

7. Analisis Tingkat Kemudahan Instrumen Keterampilan Proses Sains 8. Analisis Distraktor Instrumen Keterampilan Proses Sains

Lampiran E:

1. Rekapitulasi Analisis Pretesst Kemampuan Kognitif 2. Rekapitulasi Analisis Posttest Kemampuan Kognitif 3. Rekapitulasi Analisis Pretesst Keterampilan Proses Sains 4. Rekapitulasi Analisis Posttest Keterampilan Proses Sains 5. Rekapitulasi Skor N-gain Kemampuan Kognitif

6. Rekapitulasi Skor N-gain Keterampilan Proses Sains

7. Rekapitulasi Skor N-gain Kemampuan Kognitif Setiap Pertemuan 8. Rekapitulasi Skor N-gain Keterampilan Proses Sains Setiap Pertemuan 9. Analisis Data Skala Sikap Siswa terhadap Pembelajaran

10.Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru 11.Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Siswa


(11)

viii 1. Foto-Foto Kegiatan Penelitian

2. Surat Keterangan Izin Penelitian dari SPs UPI 3. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian 4. Riwayat Hidup Penulis


(12)

Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Fisika Menggunakan

Authentic Assessment dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan

Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X

Dodi Dahnuss, 1200889

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa kelas X. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain one group pretest-posttest. Subyek penelitian adalah 26 orang siswa kelas X di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, tes kemampuan kognitif dan tes keterampilan proses sains berbentuk tes tertulis pilihan ganda, lembar observasi penilaian kinerja, rubrik penilaian LKS serta skala sikap siswa terhadap penerapan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment kemampuan kognitif dan keterampilan keterampilan proses sains siswa secara umum meningkat dengan kategori sedang. Hal ini diindikasikan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> untuk kemampuan kognitif sebesar 0,52. Sedangkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> untuk keterampilan proses sains sebesar 0,56 dengan kategori sedang. Hasil análisis data penilaian kinerja siswa menunjukkan hampir seluruh siswa mendapatkan nilai baik dengan persentase 82,4% dan hasil análisis penilaian LKS menunjukkan hampir seluruh siswa juga mendapatkan nilai baik dengan persentase sebesar 81,9%. Hasil analisis data skala sikap menunjukkan hampir seluruh siswa setuju dengan persentase sebesar 77,2% terhadap penerapan pembelajaran fisika yang dilaksanakan. Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa.

Kata Kunci: Pendekatan saintifik, penilaian otentik, kalor, kemampuan kognitif, keterampilan proses sains.


(13)

Abstract

The aim of this study was to be implemented the scientific approach in Physics learning using authentic assessment to increase the cognitive ability and science process skill of X grade students. This study used a pre-experiment method through one group pretest-posttest design. The research subject is 26 students of X grade from one of senior high school in Kuantan Singingi Regency, Riau Province. In order to fulfill the studys objective, the instruments used in this study were observation sheet of learning process, cognitive ability test and science process skill written test, observation sheet of students activity assessment, the students’ work sheet, and the students’ behavior toward the learning application. The finding of this study showed that the students’ cognitive ability and science process skill increased, in medium category, after receiving the treatment. This is indicated by the score mean gain normalization <g> cognitive ability is about 0.52. Further, the score mean gain normalization <g> science process skil is about 0.56. Analysis of student performance assessment showed almost all students get good score with percentage 82.4% and analysis of students’ work sheet showed almost all students also get good score with percentage of 81.9%. Meanwhile, there were 77.2% of the students who agree with implementation of treatment during the Physics learning process. This result shows that the scientific approach in Physics learning using authentic assessment can increase the cognitive ability and science process skill of the students.

Key words: The scientific approach, authentic assessment, the heat, cognitive ability, science process skill.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013, menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Meskipun kurikulum baru (kurikulum 2013) telah ditetapkan oleh pemerintah, namun pelaksanaannya terbatas hanya pada beberapa sekolah. Kurikulum sebelumnya yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan pemberlakuannya oleh permendiknas melalui Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006 adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kurikulum ini masih dipakai dibeberapa sekolah. Dalam KTSP, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan untuk


(15)

2

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada didaerahnya. Berkaitan dengan mata pelajaran fisika yang merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran fisika dalam KTSP adalah:

(a) Agar siswa memiliki kemampuan untuk membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (b) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain, (c) mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, (d) mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, (e) mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dan (f) menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi

Pencapaian tujuan pembelajaran fisika tersebut bergantung pada berbagai aspek yang saling berkaitan. Berdasarkan tujuan mata pelajaran Fisika tersebut, jelas bahwa aspek psikomotor maupun aspek afektif justru sangat penting untuk dinilai. Tanpa itu data yang dikumpulkan dalam penilaian menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna (Arifin, 2009). Hamid (2008) juga menegaskan penilaian yang tidak menyeluruh mengakibatkan guru mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan pada akhir semester khususnya dalam pengisian rapor siswa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud


(16)

3

melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada siswa (BSNP, 2006).

Oleh karena itu, yang dapat dilakukan oleh guru adalah memperbaiki kualitas proses belajar mengajar agar pembelajaran yang dilaksanakan dikelas sesuai dengan standar proses yang telah digariskan oleh pemerintah, yaitu proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah).

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru fisika disebuah sekolah di Kabupaten Kuantan Singingi diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang diterapkan selama ini masih didominasi dengan metode ceramah, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan latihan soal, dan diberikan pekerjaan rumah. Guru jarang sekali melaksanakan praktikum dengan alasan menyita waktu dan tes-tes yang diberikan pada ujian nasional tidak berhubungan langsung dengan kegiatan praktikum. Guru juga tidak pernah menerapkan asesmen dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini berdampak dengan rendahnya kemampuan kognitif siswa, karena guru tidak pernah mengevaluasi proses pembelajaran dan memantau perkembangan siswa, sehingga tidak pernah dilakukan perbaikan pembelajaran. Dari hasil wawancara juga ditemukan bahwa keterampilan proses sains siswa belum diketahui karena selama ini guru tidak pernah memperhatikan keterampilan proses sains siswa. Guru hanya berfokus pada kemampuan kognitif siswa saja.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran yang dapat memantau proses pembelajaran dan perkembangan siswa selama pembelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan penilaian otentik (authentic assessment). Pembelajaran semacam ini sangat relevan dengan kurikulum yang diterapkan saat ini sehingga tidak akan


(17)

4

dibuang. Penilaian otentik (Authentic assessment) ditekankan untuk memperoleh umpan balik sehingga dapat dilakukan perbaikan proses pembelajaran, penilaian otentik (authentic assessment) juga dapat digunakan untuk memonitor kemajuan siswa selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar siswa secara aktif membangun konsep, hukum atau prinsip secara mandiri melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengaosiasi/mengolah informasi, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang telah ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. (Kemendikbud, 2013).

Penilaian otentik (authentic assessment) merupakan suatu bentuk penilaian dimana para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna (Mueller, 2008). Penilaian otentik (authentic assessment)

memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Karena, penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu diharapkan dengan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat memperbaiki proses pembelajaran dan implikasinya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan saintifik

(scientific approach), karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Penilaian otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan


(18)

5

keterampilan. Karenanya, penilaian otentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika menggunakan

authentic assessment dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa dan keterampilan proses sains siswa sangat berkaitan. Kemampuan kognitif siswa jelas dapat dikembangkan karena pembelajaran yang dirancang memfasilitasi siswa untuk membangun konsep secara mandiri melalui tahapan-tahapan saintifik. Sementara keterampilan proses sains jelas dapat dikembangkan karena pendekatan saintifik merupakan pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengintegrasikan keterampilan proses sains kedalam sistem penyajian materinya secara terpadu. Penilaian kinerja sangat sesuai dalam melatihkan keterampilan proses sains (Stiggins, 1994; Marzano et al., 1994). Secara tidak langsung keterampilan proses dapat menunjang pemahaman siswa terhadap konsep tertentu, karena melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai rasa ingin tahu. Keterampilan proses sains, kemampuan kognitif dan authentic assessment memiliki hubungan yang saling berkaitan dan diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatasi persoalan belajar dan sebagai bekal kehidupan di masa mendatang.

Penerapan pendekatan saintifik tidak lepas dari proses pembelajaran, oleh karena itu diperlukan wadah untuk mengimplementasikannya. Pada penelitian ini penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika menggunakan

authentic assessment diterapkan pada konsep suhu dan kalor. Konsep suhu dan kalor merupakan salah satu konsep yang banyak sekali ditemukan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan memahami materi tersebut. Konsep kalor juga memiliki tingkat keabstrakan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan eksperimen untuk memahaminya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat pengaruh penerapan pendektan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa kelas X.


(19)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa kelas X?”

Rumusan masalah di atas secara spesifik dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran fisika sebagai impak penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fisika sebagai impak penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment?

3. Bagaimanakah sikap siswa terhadap penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka dilakukan pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan kognitif diukur dengan tes kemampuan kognitif (pretest dan posttest) hasilnya dihitung menggunakan gain yang dinormalisasi, peningkatan kemampuan kognitif dihitung untuk setiap pertemuan. Indikator kemampuan kognitif dibatasi pada aspek kognitif C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 (menerapkan), dan C4 (menganalisis), dan meliputi dimensi

pengetahuan K1 (Faktual), K2 (konseptual), dan K3 (prosedural).

2. Peningkatan keterampilan proses sains diukur dengan menggunakan tes (pretest dan posttest) dan hasilnya dihitung menggunakan gain yang dinormalisasi. Peningkatan keterampilan proses sains dihitung untuk setiap


(20)

7

pertemuan. Peningkatan keterampilan proses sain yang diukur meliputi mengamati, mengidentifikasi variabel, memprediksi, berhipotesis, menginterpretasi data dan menyimpulkan.

3. Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan

authentic assessment dibatasi hanya pada standar kompetensi 4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi dan kompetensi pada kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan kognitif siswa sebagai impak penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment.

2. Mendapatkan gambaran tentang peningkatan keterampilan proses sains siswa sebagai impak penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment.

3. Mendapatkan gambaran tentang sikap siswa terhadap penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti tentang potensi pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti: guru-guru sekolah menengah, para mahasiswa di LPTK, praktisi pendidikan dan lain-lain.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab ini akan disajikan mengenai metode dan desain penelitian, subyek dan lokasi penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian serta teknik pengolahan dan analisis data penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen awal atau pre-experiment. Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang hanya ingin melihat dampak penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa, tidak sampai pada pengujian efektivitasnya jika dibanding dengan penggunaan model pembelajaran lain.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan one-group pretest-posttest design (Fraenkel & Wallen, 1993). Dengan desain seperti ini, subyek penelitian adalah satu kelas eksperimen tanpa pembanding. Dalam one-group pretest-posttest design

kelompok subjek tunggal diberi pretest/tes awal (O), perlakuan (X), dan

posttest/tes akhir (O). Instrumen pada saat pretest dan posttest sama, tetapi diberikan dalam waktu yang berbeda. Bentuk desainnya seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest design

Keterangan:

O1 : Tes awal (pretest) sama dengan tes akhir (posttest) kemampuan kognitif

O2 : Tes awal (pretest) sama dengan tes akhir (posttest) keterampilan proses

sains

X : Penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment C. Populasi dan Sampel Penelitian

O1O2 X O1O2


(22)

42

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten Kuantan Singingi semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan sampelnya adalah kelas X.1 dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang yang diambil secara

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pemilihan kelas tersebut sebagai sampel penelitian adalah karena berdasarkan informasi dari guru fisika di sekolah tersebut bahwa aktivitas, respon belajar, antusiasme dan partisipasi siswa kelas X.1 dalam pembelajaran fisika cukup bagus, sehingga proses penelitian diharapkan dapat berjalan dengan lancar tanpa banyak kendala teknis seperti siswa kurang serius, siswa kurang antusias dan cenderung main-main.

D. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap istilah dalam penelitian ini, maka akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Pendekatan saintifik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan yang memfasilitasi siswa melakukan pengamatan, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, serta mengkomunikasikan. Keterlaksanaan pembelajaran dilihat dengan menggunakan lembar observasi.

2. Penilaian otentik (authentic assessment) yang dimaksud pada penelitian ini adalah bentuk penilaian yang mana para siswa diminta untuk menampilkan tugas pada situasi sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuannya. Penilaian otentik (authentic assessment)

diukur menggunakan lembar observasi. Hasil penilaian otentik dijadikan sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.

3. Pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment yang dimaksud adalah pembelajaran yang menerapkan proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan


(23)

43

mengomunikasikan yang diintegrasikan dengan penilaian otentik sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses pembelajaran.

4. Kemampuan kognitif yang dimaksud dari penelitian ini adalah kemampuan yang mencakup dua dimensi yaitu dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif mencakup kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Dimensi pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Kemampuan kognitif diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda.

5. Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami ilmu pengetahuan. Indikator keterampilan proses sains yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi mengamati, mengidentifikasi variabel, memprediksi, berhipotesis, menginterpretasi data, dan menyimpulkan. Keterampilan proses sains diukur dengan menggunakan lembar observasi dan tes pilihan ganda.

E. Langkah-langkah Penelitian

Tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tujuh langkah, yaitu: studi pendahuluan, studi literatur, pembuatan instrumen, uji coba instrumen, implementasi, teknik pengumpulan data, dan diakhiri dengan analisis hasil dan penyusunan laporan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan pembelajaran konsep Kalor di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kuantan Singingi. Studi pendahuluan ini dilaksanakan dengan cara mewawancarai guru fisika mengenai pembelajaran konsep Kalor. Hasilnya ditemukan bahwa hasil belajar siswa masih cukup rendah, dan keterampilan proses sains siswa belum diketahui.

2. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian sebelumnya. Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan saintifik, authentic assessment, kemampuan kognitif dan


(24)

44

keterampilan proses sains. Selain itu juga mengkaji indikator kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains konsep fisika terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditentukan. Dari kajian terhadap SK dan KD akan diperoleh konsep-konsep Kalor yang akan dituangkan dalam materi pokok melalui penjabaran indikator-indikator. Selanjutnya, digunakan sebagai landasan mengembangkan pembelajaran.

3. Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan, digunakan untuk pembuatan produk awal (draft). Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) kemudian mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran fisika untuk mendapatkan masukan. Instrumen penilaian kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains dibuat berupa tes tertulis jenis pilihan ganda. Setelah dilakukan penyusunan instrumen penelitian maka dilakukan judgement oleh ahli untuk mengetahui validitas isi dari instrumen yang digunakan dalam penelitian.

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba instrumen penelitian untuk melihat reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan soal. Pengujian instrumen penelitian dengan teknik test-retest. Tes kemampuan kognitif diujicobakan pada siswa kelas X.2 di salah satu SMA negeri di Kabupaten Kuantan Singingi sedangkan tes keterampilan proses sains diujicobakan pada siswa kelas X.1 dan X.2 di salah satu MAN di Kabupaten Kuantan Singingi . 5. Tahap Implementasi

Penerapan pembelajaran fisika. yang dirancang, kemudian diterapkan dalam pembelajaran fisika pada siswa kelas X disalah satu SMA negeri di Kabupaten Kuantan Singingi. Pada saat implementasi model ini dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa dan lembar keterlaksanaan pembelajaran. Setelah implementasi ini selesai, maka dilakukan pengisian skala sikap oleh siswa. Selain itu, juga dilakukan penilaian tentang kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains konsep Kalor.


(25)

45

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi penilaian kinerja, lembar penilaian hasil kinerja siswa pada LKS, tes kemampuan kognitif, tes keterampilan proses sains dan skala sikap siswa terhadap pembelajaran.

a. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru

Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru ini untuk memperoleh informasi tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dikelas. Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru ini memuat daftar keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment yang dilaksanakan.

b. Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Siswa

Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa ini untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa ini memuat daftar keterlaksanaan pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment yang dilaksanakan.

c. Tes Kemampuan Kognitif

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa yang dicapai siswa setelah diterapkannya pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment pada pembelajaran fisika.

d. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains yang dicapai siswa setelah diterapkannya pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment pada pembelajaran fisika.

e. Skala Sikap Siswa

Skala sikap siswa terhadap pembelajaran ini memuat daftar pertanyaan tentang sikap siswa terhadap pelaksanaan pendekatan saintifik menggunakan


(26)

46

f. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Siswa

Penilaian kinerja siswa ini berupa daftar rubrik dalam melakukan praktikum selama pembelajaran fisika dengan pendekatan saintifik menggunakana

authentic assessment. Rubrik ini telah dijudge oleh ahli sebelum digunakan. g. Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS

Penilaian hasil kinerja siswa pada LKS memuat daftar penilaian berupa rubrik yang telah dijudge oleh ahli. Daftar penilaian ini sesuai dengan tahapan pelaksanaan praktikum yang terdapat didalam LKS. Teknik pengumpulan data dirangkum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

data Jenis data

Teknik pengumpulan

data

instrumen

1. Siswa

Kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan Pretest dan Posttest Tes tertulis pilihan ganda

2. Siswa

keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan Pretest dan Posttest Tes tertulis pilihan ganda

3. Siswa Data hasil penilaian

kinerja Pengamatan Rubrik

4. Siswa Data hasil praktikum

(LKS) Laporan LKS Rubrik

6. Siswa

Data hasil tanggapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran fisika

Skala sikap Skala Sikap

7.

Guru dan siswa

Data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa terhadap keterlaksanaan

observasi Lembar


(27)

47

No Sumber

data Jenis data

Teknik pengumpulan

data

instrumen pembelajaran

4. Tahap Analisis Data dan Pembahasan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan dan penskoran data yang telah didapatkan. Kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut dan seterusnya dilakukan pembahasan dan dilakukan pengambilan kesimpulan.

F. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa, tes kemampuan kognitif, tes keterampilan proses sains, skala sikap siswa terhadap pembelajaranrubrik penilaian kinerja, rubruk penilaian Lembar kerja siswa (LKS).

a. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru dan Siswa

Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa ini memuat daftar keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat kolom terlaksana dan tidak terlaksana, dimana observer hanya memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas guru dan siswa yang diobservasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment yang diterapkan. Pada lembar obsrvasi ini juga terdapat kolom catatan keterangan untuk mencatat kekurangan-kekurangan dalam setiap fase pembelajaran. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan C.3.


(28)

48

Tes kemampuan kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa konsep Kalor. Tes ini mencakup jenjang dimensi kognitif mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan

(C3), dan menganalisis (C4), serta dimensi pengetahuan faktual (K1), konseptual

(K2), dan prosedural (K3) terkait konsep Kalor.

Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu di awal perlakuan (pretest) dan akhir perlakuan (posttest). Pretest digunakan untuk melihat kondisi awal subyek penelitian. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif siswa konsep Kalor dapat dikembangkan melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment pada pembelajaran fisika.

c. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini mencakup keterampilan mengamati, mengidentifikasi variabel, memprediksi, berhipotesis, menginterpretasi data dan menyimpulkan terkait konsep Kalor. Tes keterampilan proses sains dikonstruksi dalam bentuk tes tertulis pilihan ganda.

Tes keterampilan proses sains diberikan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) sebelum perlakuan dan akhir (posttest) setelah perlakuan. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan proses sains sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi <g> digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains apa yang dapat dikembangkan melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment.

d. Skala Sikap Siswa terhadap Pembelajaran

Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang sikap siswa terhadap penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dalam pembelajaran konsep Kalor. Instrumen skala sikap ini memuat kolom sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan dan sangat tidak setuju (STS). Siswa diminta memberikan tanda cek () pada


(29)

49

pernyataan yang terdapat pada skala sikap. Skala sikap selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

e. Rubrik Penilaian Kinerja

Rubrik penilaian kinerja disusun dan disederhanakan untuk indikator esensial atau penting bertujuan memperoleh gambaran secara langsung kemampuan kinerja masing-masing siswa selama pembelajaran. Rubrik penilaian kinerja yang dibangun berupa rubrik holistik berbentuk rating scale yang memuat nilai 1 sampai 4 sesuai kriteria yang telah ditetapkan, dimana observer memberikan nilai sesuai capaian siswa pada saat melakukan kinerja. Penilaian bersifat terbuka dan panduan penskoran mudah digunakan. Rubrik penilaian kinerja ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.7.

f. Rubrik Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS

Rubrik penialaian hasil kerja siswa pada LKS disusun berdasarkan tahapan-tahapan praktikum pendekatan saintifik yang terdapat pada LKS. Sama halnya dengan rubrik penilaian kinerja rubrik penilaian hasil kinerja siswa pada LKS ini berbentuk rating scale yang memuat nilai 1 sampai 4 sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Rubrik penilaian hasil kinerja siswa pada LKS ini selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.8.

2. Analisis Instrumen dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan ke dalam data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa, data penilaian kinerja, data penilaian hasil kinerja siswa pada LKS, data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa serta data skala sikap siswa terhadap pembelajaran. Skor tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa terdiri dari skor tes awal dan tes akhir, data keterlaksanaa model pembelajaran guru dan siswa diperoleh melalui lembar keterlaksanaa model pembelajaran yang diisi oleh observer, data penilaian kinerja siswa diperoleh melalui rubrik penilaian yang diisi oleh observer, data penilaian hasil kinerja siswa pada LKS diperoleh melalui


(30)

50

rubrik dan data skala sikap siswa diperoleh melalui skala sikap. Hasil observasi dan skala sikap ini akan dinyatakan dalam persentase untuk dideskripsikan.

Analisis instrumen meliputi validitas soal, reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan tingkat kemudahan soal. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat pada Lampiran D.1. sampai Lampiran D.8. Penjabarannya secara lengkap adalah sebagai berikut:

a. Validitas Soal

Pengujian validitas soal dilakukan secara validitas isi dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli. Validitas isi adalah pengujian validitas yang dilakukan pada isinya untuk memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2010). Para ahli diminta memberikan tanggapan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) serta indikator kemampuan kognitif dan indikator keterampilan proses sains.

Hasilnya dari tiga tenaga ahli yang diminta pertimbangan (judgement), diperoleh kesimpulan bahwa instrumen kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains yang disusun sudah memenuhi validitas dan layak digunakan untuk keperluan penelitian. Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu diperbaiki.

b. Reliabilitas Tes

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan secara eksternal dengan test-retest. Instrumen diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen sebanyak dua kali pada responden yang sama. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel (Sugiyono, 2011).

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak


(31)

51

berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan teknik korelasi

product moment angka kasar (Sugiyono, 2009) dengan menggunakan persamaan 3.1.

  } ) ( }{ { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N

rXY ...(3.1)

Keterangan:

rXY = koefisien korelasi

X = skor rata-rata tes pertama Y = skor rata-rata tes kedua N = jumlah subyek

Kriteria klasifikasi reliabilitas tes:

Tabel 3.2

Klasifikasi Reliabilitas Tes

Interval Kategori

0,80< r11<1,00 Sangat tinggi

0,60< r11<0,79 Tinggi

0,40< r11<0,59 Cukup

0,20< r11<0,39 Rendah

r11<0,19 Sangat rendah

Perhitungan reliabilitas tes ini menggunakan software SPSS 20. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas keseluruhan tes kemampuan kognitif berbentuk tes tertulis jenis pilihan ganda diperoleh sebesar 0,83. Kemudian dikonsultasikan dengan kriteria pada Tabel 3.2. berada diantara rentang 0,80<r11<1,00 sehingga didapatkan instrumen penelitian tersebut memiliki

reliabilitas pada kategori sangat tinggi. Perhitungan reliabilitas untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.1.

Untuk tes keterampilan proses sains diperoleh reliabilitas sebesar 0,75. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian tersebut memiliki reliabilitas pada kategori tinggi. Perhitungan reliabilitas keterampilan proses sains selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.5.


(32)

52

Daya pembeda adalah kemampuan suatu instrument tes untuk membedakan siswa yang pandai (siswa yang berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (siswa yang berkemampuan rendah) (Arikunto, 2008). Dengan kata lain, suatu instrumen tes memiliki daya pembeda yang baik apabila butir soal tersebut dapat dijawab oleh siswa yang pandai dan tidak dapat dijawab oleh siswa yang tidak pandai. Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan ANATES V4. dengan persamaan 3.2.

B P A P B J B B A J A B

DP    …(3.2) Keterangan:

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab soal itu benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteria daya pembeda soal:

Tabel 3.3.

Kriteria Daya Pembeda Soal

DP Kriteria

-1,00 < DP < 0,00 0,00 < DP  0,20

0,20 < DP  0,40 0,40 < DP  0,70 0,70 < DP  1,00

jelek sekali jelek cukup

baik baik sekali

Berdasarkan perhitungan ANATES V.4. maka harga DP dapat dihitung dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.5. dan Tabel 3.6. hasil perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.2. Sedangkan hasil perhitungan daya pembeda untuk keterampilan proses sains selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.6.


(33)

53

Tingkat kemudahan soal untuk mengetahui apakah soal tergolong mudah, sedang, atau sukar (Arikunto, 2008). Besarnya indeks dapat dihitung dengan persamaan 3.3:

…(3.3)

Keterangan:

TK = Tingkat kemudahan soal

JS = Banyaknya responden yang mengikuti tes Kriteria tingkat kemudahan soal:

Tabel 3.4.

Kriteria Tingkat Kemudahan Soal

No Rentang Nilai

Tingkat kemudahan Klasifikasi 1 0,70  TK  1,00 Mudah 2 0,30  TK < 0,70 Sedang 3 0,00  TK < 0,30 Sukar

Tingkat kemudahan dihitung dengan menggunakan program ANATES V.4 dan hasilnya dirangkum pada Tabel 3.5. dan Tabel 3.6. hasil perhitungan tingkat kemudahan untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.3. Sedangkan hasil perhitungan tingkat kemudahan soal untuk keterampilan proses sains selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran D.7.

Tabel 3.5.

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Kognitif

Butir asli

Butir baru

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Pengecoh yang tidak

berfungsi

Reliabilitas Ket Nilai Kategori Nilai Kategori

1 1 0,62 Baik 0,17 Sukar E

0.83 (Sangat Tinggi)

Direvisi

2 2 0,62 Baik 0,33 Sedang - Dipakai

3 3 0,37 Cukup 0,30 Sedang - Dipakai

4 -0,12 Jelek 0,50 Sedang D Dibuang

5 4 0,37 Cukup 0,13 Sukar - Dipakai

6 5 0,25 Cukup 0,33 Sedang - Dipakai

7 0,00 Jelek 0,20 Sukar - Dibuang

8 0,12 Jelek 0,23 Sukar - Dibuang

9 6 0,50 Baik 0,47 Sedang - Dipakai

10 7 0,50 Baik 0,27 Sukar - Dipakai

11 0,12 Jelek 0,16 Sukar - Dibuang

12 8 0,37 Cukup 0,13 Sukar - Dipakai

13 9 0,37 Cukup 0,20 Sukar - Dipakai

14 0,12 Jelek 0,26 Sukar D Dibuang

Banyaknya siswa yang menjawab benar

TK = JS


(34)

54

Butir asli

Butir baru

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Pengecoh yang tidak

berfungsi

Reliabilitas Ket Nilai Kategori Nilai Kategori

15 10 0,37 Cukup 0,10 Sukar - Dipakai

16 11 0,37 Cukup 0,27 Sukar - Dipakai

17 12 0,25 Cukup 0,10 Sukar - Dipakai

18 13 0,50 Baik 0,70 Mudah - Dipakai

19 0,12 Jelek 0,10 Sukar - Dibuang

20 14 0,25 Cukup 0,23 Sukar E Direvisi

21 15 0,37 Cukup 0,47 Sedang - Dipakai

22 16 0,25 Cukup 0,53 Sedang - Dipakai

23 17 0,50 Baik 0,13 Sukar - Dipakai

24 18 0,50 Baik 0,27 Sukar - Dipakai

25 19 0,62 Baik 0,30 Sedang - Dipakai

26 20 0,25 Cukup 0,30 Sedang D Direvisi

27 21 0,37 Cukup 0,30 Sedang E Direvisi

28 22 0,25 Cukup 0,20 Sukar - Dipakai

29 0,00 Jelek 0,20 Sukar - Dibuang

30 23 0,87 Baik

sekali 0,43 Sedang - Dipakai

31 24 0,37 Cukup 0,30 Sedang - Dipakai

32 -0,12 Jelek 0,13 Sukar - Dibuang

33 25 0,37 Cukup 0,17 Sukar - Dipakai

34 26 0,25 Cukup 0,40 Sedang - Dipakai

35 27 0,25 Cukup 0,07 Sukar - Dipakai

36 28 0,25 Cukup 0,13 Sukar - Dipakai

Tabel 3.6.

Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains

Butir asli

Butir baru

Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Pengecoh yang tidak

berfungsi

Reliabilitas Ket Nilai Kategori Nilai Kategori

1 1 -0,25 Jelek 0,90 Mudah B,D

0.75 (Tinggi)

Dibuang

2 2 0,37 Cukup 0,87 Mudah - Dipakai

3 3 0,25 Cukup 0,10 Sukar - Dipakai

4 0,25 Cukup 0,87 Mudah - Dipakai

5 4 -0,12 Jelek 0,03 Sukar A,E Dibuang

6 5 0,62 Baik 0,83 Mudah A,B Direvisi

7 0,62 Baik 0,67 Sedang - Dipakai

8 0,12 Jelek 0,27 Sukar A Dibuang

9 6 0,62 Baik 0,27 Sukar - Dipakai

10 7 0,37 Cukup 0,27 Sukar - Dipakai

11 0,37 Cukup 0,40 Sedang - Dipakai

12 8 0,12 Jelek 0,70 Mudah A Dibuang

13 9 0,00 Jelek 0,00 Sukar A,C,D Dibuang

14 0,50 Baik 0,37 Sedang - Dipakai

15 10 0,25 Cukup 0,13 Sukar - Dipakai

16 11 0,50 Baik 0,60 Sedang - Dipakai


(35)

55

Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen, dari jumlah 36 soal instrumen kemampuan kognitif yang memenuhi kriteria sebanyak 28 butir soal. Intrumen kemampuan kognitif setelah ujicoba mencakup jenjang-jenjang kognitif dengan jumlah soal yang cukup berimbang, yaitu untuk jenjang C1 sebanyak 6

soal, jenjang C2 sebanyak 9 soal, jenjang C3 sebanyak 5 soal dan untuk jenjang C4

sebanyak 8 soal. Sedangkan untuk aspek pengatahuan K1 sebanyak 4 soal, K2

sebanyak 18 soal, K3 sebanyak 6 soal.

Sedangkan untuk instrumen keterampilan proses sains dari jumlah 17 soal instrumen yang di uji coba setelah dilakukan analisis hasil uji coba instrumen yang memenuhi kriteria sebanyak 12 soal dengan rincian masing-masing aspek keterampilan proses sains 2 soal. Aspek keterampilan keterampilan proses sains siswa yang ditinjau meliputi kemampuan mengamati, mengidentifikasi variabel, memprediksi, berhipotesis, menginterpretasi data dan menyimpulkan. Setelah dilakukan analisis distraktor, terdapat empat butir soal kemampuan kognitif dan satu keterampilan proses sains yang memiliki pengecoh yang tidak berfungsi. Pengecoh yang tidak berfungsi dilakukan revisi, baik revisi terhadap redaksi, maupun mengganti alternatif jawaban.

G. Pengolahan Data 1. Pemberian Skor

Penskoran hasil tes kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa menggunakan aturan penskoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor 1 jika jawaban tepat, dan skor 0 jika jawaban salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.

2. Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru

Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika melalui pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment merupakan data yang diambil dari observasi. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan 3.4.


(36)

56

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Kriteria keterlaksanaan pembelajaran

KP (%) Kriteria

KP = 0 0<KP<25 25≤KP<50

KP=50 50<KP<75 75≤KP<100

KP=100

Tak satu kegiatan pun Sebagian kecil kegiatan Hampir setengah kegiatan

Setengah kegiatan Sebagian besar kegiatan Hampir seluruh kegiatan

Seluruh kegiatan

Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh guru selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3. Pengolahan Data Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Siswa

Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran fisika oleh siswa merupakan data yang diperoleh dari observasi. Data tersebut dianalisis dengan menghitung persentase dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk menganalisis data hasil keterlaksanaan model pembelajaran pada guru. Kriteria yang digunakan juga sama dengan keterlaksanaan oleh guru. Lembar keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3.

4. Perhitungan rata-rata Gain yang Dinormalisasi

Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hierarkhi statistik. Data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah perlakuan, dianalisis dengan cara membandingkan skor tes awal dan tes akhir. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor gain <g> yang dikembangkan oleh Hake (1998) dengan persamaan 3.5              pre ideal m pre post S S S S g ...(3.5) Keterangan :


(37)

57

<Spost> = skor tes akhir yang diperoleh siswa

<Spre> = skor tes awal yang diperoleh siswa

<Sm ideal> = skor maksimum

Kriteria gain dinormalisasi:

Tabel 3.8.

Kriteria Gain dinormalisasi <g> Kriteria g ≥ 0,7

0,3  g < 0,7 g < 0,3

tinggi Sedang rendah

Pengolahan data rata-rata skor gain dinormalisasi dianalisis secara statistik dengan menggunakan software Microsoft Office Excel 2013.

5. Pengolahan Skala Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran

Data skala sikap yang diperoleh dalam bentuk skala kualitatif dikonversi dalam bentuk skala kuantitatif. Pemberian skor pada setiap pernyataan siswa dilkukan sesuai dengan ketentua seperti pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Pemberian skor skala sikap siswa

Skor Pernyataan positif Pernyataan negatif

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh siswa dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan menggunakan rumus:

…(3.6) SS = Skor rata-rata

Sm = skor maksimal

Untuk mengetahui kategori skala sikap siswa terhadap penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakaan authentic assessment dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kriteria skala sikap siswa


(38)

58

SS (%) Kriteria

SS = 0 0<SS<25 25≤SS<50

SS=50 50<SS<75 75≤SS<100

SS=100

Tak satu siswa pun Sebagian kecil siswa Hampir setengah siswa

Setengah siswa Sebagian besar siswa Hampir seluruh siswa

Seluruh siswa

6. Pengolahan Data Penilaian Kinerja

Data penilaian kinerja diambil dengan menggunakan rubrik. Rubrik yang dibangun berupa rubrik holistik dengan empat skala penilaian (Rating Scale). Kinerja yang paling sempurna diberi nilai 4 dan kinerja yang kurang sempurna diberi skor 1. Analisis data kuantitatif dalam penilaian kinerja dihitung berdasarkan skor yang diperoleh siswa berdasarkan rubrik/ kriteria daftar cek yang telah dihitung kemudian dikonversikan dengan membaginya dengan skor ideal yang diharapkan. sehingga menjadi skor total yang diperoleh siswa.

…(3.7)

Keterangan:

Skor total = jumlah skor yang diperoleh siswa

Skor ideal = jumlah keseluruhan skor yang diharapakan

7. Pengolahan Data Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS

Data Penilaian hasil kinerja siswa pada LKS diambil menggunakan rubrik dengan skala 1 sampai 4 untuk setiap indikator. Skor yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persamaan 3.8.

…(3.8)

Hasil yang diperoleh siswa dikonfirmasi berdasarkan pedoman penilaian (Purwanto, 1994) pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Pedoman Penilaian Hasil Kinerja Siswa pada LKS

Ketercapaian Kategori


(39)

59

76-85 Baik

60-75 Cukup

55-59 Kurang


(40)

90

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah dikemukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan

authentic assessment dapat meningkatkan kemampuan kognitif konsep Kalor siswa SMA dengan kategori sedang. Secara umum penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat meningkatkan kemampuan kognitif setiap pertemuan. Peningkatan kemampuan kognitif setiap pertemuan berturut-turut dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat berada pada kategori sedang, namun meningkat untuk setiap pertemuannya.

2. Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan

authentic assessment dapat meningkatkan keterampilan proses sains konsep Kalor siswa SMA dengan kategori sedang. Secara umum penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa setiap pertemuan. Peningkatan keterampilan proses sains siswa setiap pertemuan berturut-turut dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat berada pada kategori sedang, namun meningkat untuk setiap pertemuannya.

3. Hampir seluruh siswa memberikan sikap setuju terhadap penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran fisika menggunakan authentic assessment yang dilaksanakan. Siswa menyatakan bahwa menyukai pembelajaran yang dilaksanakan dan membantu siswa meningkatkan pengetahuan, serta memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran.


(41)

91

B. Saran dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa tidak meningkat sesuai harapan yaitu dengan kategori tinggi, hal ini disebabkan karena peran dan fungsi penilaian otentik kurang maksimal dalam memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Agar peran dan fungsi penilaian otentik sebagai umpan balik dapat terlaksana dengan maksimal, sebaiknya guru mempersiapkan instrumen penilaian dengan sebaik-baiknya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan kognitif siswa tidak meningkat sesuai harapan, hal ini dimungkinkan karena kegiatan menalar tidak terlaksana dengan baik, sebaiknya guru memfasilitasi siswa dalam melakukan penalaran. Guru dapat melatih penalaran siswa dengan pertanyaan. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan lisan maupun pertanyaan tertulis.

3. Karakteristik penilaian otentik adalah spontan dan ekspresif, oleh karena itu guru harus langsung memberikan bimbingan pada saat pembelajaran berlangsung.

4. Motivasi siswa tidak bisa tumbuh secara langsung, oleh karena itu diharapkan guru terus berusaha menumbuhkan motivasi siswa dan selalu membangun suasana belajar yang kondusif selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti merekomendasikan bahwa perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan pendekatan saintifik menggunakan authentic assessment dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat efektivitasnya dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLPTK.

Arends, R. (2012). Learning to Teach (Ninth Edition). New York: Mc Graw-Hill Companies,inc

Anderson, L. W., et al., (2010). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing; A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Badan Nasional Standar Pendidikan. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Brossard, D et al. (2005). “Scientific knowledge and attitude change: the impact of citizen science project”. International Journal of Science Education [Online], 7, (29), 1100-1121. Tersedia: http://csss-science.preview.uen.org/downloads/citizen_science.pdf. [18 Juli 2014]. Dahar, R.W. (1996). Teori -Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Dimartino,J. et al. (2007). Authentic Assessment. Dalam Principal’s Research

Review [Online], vol 2 (4), 8 halaman. Tersedia:

http://www.principals.org/portals/0/content/55886.pdf. [10 januari 2014]. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta E. Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda

Karya

Fraenkel, J.R (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (Second edition). New York: McGraw-Hill Book co

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, [10 januari 2014].


(43)

93

Hamid, A. (2008). “Pengembangan Sistem Assemen Otentik dalam Pembelajaran Fisika dengan Model Pembeljaran Inovatif di Sekolah Menengah Atas (SMA)”.Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. 6, (1), pp. 35-42.

Ibrahim, M. (2012). Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: University press Karhami, (2000), Sikap IImlah sebagal Wahana Pengembangan Unsur Budi

Pekerti: Kajian Melalui sudut Pandang Pengajaran IPA, Portal Informasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Depdiknas

Kemendikbud. (2013).Diklat guru dalam rangka implementasi kurikulum 2013: pendekatan scientific pada pembelajaran Fisika. Jakarta: Kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Karim, S. dkk. (2009). Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Karnoto dan Wibisono, Y. (2004). ANATES Program Khusus Analisis Tes Pilihan Ganda dan Uraian Versi 4.0 Untuk Window. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Kemendikbud. (2013). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 81a Tentang Implemetasi Kurikulum. Jakarta: Kemnedikbud.

Marzano R. J., Pickering and Mc Righe. (1994). Assessing Student Outcomes. Performance Assessment Using the Dimension of Learning Model. Alexandria, Virginia; Association for Supervision and Curriculum Development

Mueller, J. (2008). What Is Authentic Assessment? [Online]. Tersedia:

http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm. [10 januari 2014] Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013. Standar Nasional pendidikan.

Jakarta: Kemendikbud

Peraturan Mendiknas No. 24 tahun 2006. Pelaksanaan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan Menengah dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Kemendiknas


(44)

94

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendiknas

Purwanto, M.N. (1994, 2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ramig, et al. (1995). Teaching Science Process Skill. United State of America: Paramount Suplement Education.

Ribowo, B. (2006). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II A SMP Negeri 2 Bajarharjo Brebes dalam Pokok Bahasan Segiempat Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil Tahun Pembelajaran 2005/2006, Skripsi: FMIPA Uneversitas Negeri Semarang, http://digilip.unnes.ac.id, Diakses Januari 2014.

Rustaman, N.Y. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA UPI.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: elex Media Komputindo

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Stiggin, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta

Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. [online]. Tersedia: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf. [10 januari 2014]

Wahyana, et al. (2001). Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran IPA.

Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Wiggins, G. (1990). The Case for Authentic Assessment. ERIC Digest ED328611


(45)

95

http://assessment.uconn.edu/docs/resources/ARTICLES_and_REPORTS/ Grant_Wiggins_Case_for_Authentic_Assessment.pdf. [10 januari 2014]. Winataputra, U. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan

Windyarini, S. (2011). Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Multimedia Interaktif pada Tema Peruabahan Iklim untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis SPs UPI: tidak diterbitkan


(46)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA

Nama sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 (Dua) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi

4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi

II. Kompetensi Dasar

4.1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat 4.2. Menganalisis cara perpindahan kalor

4.3. Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah

III. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan konsep suhu dan kalor

2. Menjelaskan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu 3. Menghitung kalor yang diperlukan suatu benda untuk menaikkan atau

menurunkan suhu

4. Menganalisis hubungan antara kalor dengan kenaikan suhu, massa zat dan jenis zat

5. Merancang dan melakukan percobaan untuk menguji pengaruh kalor terhadap perubahan suhu suatu benda

6. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kalor dalam mengubah wujud zat

7. Menganalisis pengaruh kalor laten terhadap massa zat dan jenis zat

8. Merancang dan melakukan percobaan untuk menguji pengaruh kalor terhadap perubahan wujud suatu zat

IV. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik menggunakan

authentic assessment, siswa dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud zat.

V. Materi Pembelajaran Kalor

Uraian materi pokok 1. Pengetian kalor

2. Kalor dapat mengubah suhu benda 3. Kalor dapat mengubah wujud benda

VI. Metode Pembelajaran

1. Metode : Eksperimen 2. Pendekatan : Saintifik


(47)

VII.Sarana Dan Sumber Belajar

1. Buku paket Fisika SMA kelas X semeter 2 2. Lembar Kegiatan Siswa

3. Sarana laboratorium (gelas kimia, termometer, kaki tiga, kasa, pembakar spiritus, statif, klem, stopwactch, air, es)

VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran

Pertemuan Pertama (2 jam Pelajaran)

Rincian Kegiatan instrumen Waktu

Pendahuluan

 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, memeriksa kehadiran siswa, kemudian mengatur tempat duduk secara berkelompok

 Guru memberikan motivasi tentang pentingnya memahami suhu dan kalor dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada pagi hari ibu membuat teh membutuhkan air panas untuk melarutkan gula, membuat es krim dengan menghilangkan kalor sehingga suhunya turun dll

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

 Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung

Lembar observasi

15 menit

Kegiatan Inti

 Guru menampilkan video es dibenua antartika dan video pencairan bongkahan kecil es, sehingga timbul pertanyaan dibenak siswa setelah mengamati dua fenomena tersebut

Lembar observasi

asesmen kinerja

40 menit


(48)

Rincian Kegiatan instrumen Waktu

 Guru menggiring siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan dengan bercerita membandingkan dua fenomena tersebut

 Pertanyaan-pertanyaan siswa dijadikan dasar untuk

mengumpulkan informasi informasi yang lebih lanjut dengan melakukan eksperimen.

 Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang, untuk mengerjakan LKS 1 ( merancang percobaan pengaruh kalor terhadap kenaikan suhu dan perubahan wujud zat). Setiap kelompok mendapatkan 1 LKS untuk diisi.

 Melalui diskusi kelompok, siswa merumuskan hipotesis

 Melalui diskusi kelompok siswa mengenal alat-alat yang digunakan dalam percobaan serta fungsi dan cara menggunakannya.

 Melalui diskusi kelompok siswa merancang percobaan yang akan dilakukan untuk membuktikan hipotesis

Observer menilai kinerja siswa merancang percobaan  Setiap kelompok melakukan percobaan dalam rangka

mengumpulkan informasi sesuai LKS.

Observer menilai kinerja siswa melakukan percobaan  Siswa mengamati perubahan wujud zat dan kenaikan

suhu zat menggunakan termometer Mengasosiasi

 Dengan pemantauan guru, siswa secara kelompok bekerjasama menyusun data hasil percobaan dalam tabel yang tersedia.

 Dengan pemantauan guru, Siswa dalam kelompoknya berdiskusi untuk menginterpretasikan data hasil percobaan ke dalam bentuk grafik.

 Guru memberi arahan agar siswa secara kelompok berfikir secara kreatif, kritis dan logis untuk menginterpretasikan grafik hubungan antar variabel tersebut dengan benar.

 Guru memberi arahan agar siswa secara berkelompok menganalisis data percobaan melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

 Melalui pemantauan guru, siswa membuat kesimpulan

Observer menilai kinerja siswa dalam menyimpulkan

Lembar observasi asesmen kinerja 15 menit Mengomunikasikan

 Guru memoderatori diskusi kelas menyampaikan hasil

Lembar observasi

15 menit


(49)

Rincian Kegiatan instrumen Waktu

percobaan dan memperoleh kesimpulan yang benar

 Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah mereka kerjakan sebagai penilaian portofolio

asesmen kinerja

Penutup

 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran.

 Guru memberikan umpan balik secara keseluruhan dan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan usulan agar pembelajaran berikutnya lebih baik.

5 menit

IX. Penilaian

1. Mekanisme dan prosedur

Penilaian dilakukan dari proses dan hasil. Penilaian proses dilakukan melalui observasi asesmen kinerja, dan laporan LKS. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Aspek dan Instrumen penilaian

Instrumen asesmen kinerja menggunakan lembar pengamatan. Instrumen laporan LKS menggunakan rubrik penilaian. Instrumen tes menggunakan tes pilihan ganda

3. Instrumen (Terlampir)

Sentajo, Mei 2014

Kepala SMA Guru

Maswandi, S.Pd, M.Pd. Dodi Dahnuss., S.Pd.

NIP. 197205062005011008 NIM. 1200889


(50)

LEMBAR KEGIATAN SISWA 1A KALOR DAPAT MENGUBAH WUJUD ZAT

Kelompok 1 dan 2

Tujuan Percobaan

... ... ...

Masalah

Es 50 gram didalam bejana dipanaskan menggunakan pembakar Bunsen, es mencair karena diberikan kalor kepadanya. Jika pada bejana tersebut ditambahkan es sehingga menjadi 400 gram bagaimanakah lama waktu yang diperlukan untuk mencair? Mengapa demikian?

Buatlah hipotesis berdasarkan pertanyaan tersebut!

Hipotesis:

……… ……… …………

Setelah menjawab pertanyaan di atas, lakukanlah percobaan untuk menguji hipotesis kalian!

Alat dan Bahan :

……… ……… ……… ……… ………

Tuliskanlah variabel apa saja yang akan kalian amati!

Variabel:

Apa saja yang kalian ubah-ubah dalam percobaan ini? (variabel bebas)

……… ……

Apa yang kalian ukur sebagai akibat kalian mengubah variabel bebas? (Variabel terikat)

……… ……

Apa saja yang kalian kontrol selama melakukan percobaan? (Variabel kontrol)

NAMA KELOMPOK

1. ……… 4. ………..

2. ……… 5. ………..


(51)

……… …….

Tuliskanlah langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah kalian buat di bawah ini!

Langkah-Langkah Percobaan :

……… ……… ……… ……… ……… ………

……… ……

Gambarkan rancangan percobaan ini!

Gambar Rancangan :

Lakukanlah percobaan sesuai dengan langkah-langkah percobaan yang telah kalian buat. Kemudian tuliskan hasil pengamatanmu pada kolom di bawah ini!

Data Hasil Pengamatan :

Tabel Hasil Pengamatan Massa (m) Es mencair menit ke

Pertanyaan Analisis

1. Data apakah yang menunjukkan pemberian kalor pada percobaan yang anda lakukan?

……… ……… ………

2. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel hasil pengamatan, buatlah grafik hubungan antara massa (m) terhadap lamanya pemanasan!


(52)

3. Apakah data yang anda peroleh sesuai dengan hipotesis anda?

……… ………

4. Bagaimanakah rumusan hubungan antara kalor (Q) denganmassa (m) berdasarkan hasil percobaan kalian ?

……… ……… ………

Memprediksi

Jika percobaan diatas dilanjutkan dengan 300 es, berapakah perkiraan waktu yang diperlukan es untuk mencair? Mengapa?

……… ……...

Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan!

Kesimpulan :

……… ……… ……… ………


(53)

LEMBAR KEGIATAN SISWA 1B KALOR DAPAT MENAIKKAN SUHU

Kelompok 3 dan 4

Tujuan Percobaan

... ... ...

Masalah

Air 40 mL didalam bejana dipanaskan menggunakan pembakar Bunsen dalam selang waktu 5 menit, maka air akan mengalami kenaikan suhu karena diberikan kalor kepadanya. Jika pada bejana tersebut ditambahkan air menjadi 100 mL, bagaimana kenaikan suhunya jika dipanaskan selama 5 menit? Mengapa demikian?

Buatlah hipotesis berdasarkan pertanyaan tersebut!

Hipotesis:

……… ……… …………

Setelah menjawab pertanyaan di atas, lakukanlah percobaan untuk menguji hipotesis kalian!

Alat dan Bahan :

……… ……… ……… ……… ………

Tuliskanlah variabel apa saja yang akan kalian amati!

Variabel:

Apa saja yang kalian ubah-ubah dalam percobaan ini? (variabel bebas)

……… ……

Apa yang kalian ukur sebagai akibat kalian mengubah variabel bebas? (Variabel terikat)

……… ……

NAMA KELOMPOK

1. ……… 4. ………..

2. ……… 5. ………..


(1)

Dodi Dahnuss, 2014

LEMBAR KEGIATAN SISWA 1B KALOR DAPAT MENAIKKAN SUHU

Kelompok 3 dan 4

Tujuan Percobaan

... ... ...

Masalah

Air 40 mL didalam bejana dipanaskan menggunakan pembakar Bunsen dalam selang waktu 5 menit, maka air akan mengalami kenaikan suhu karena diberikan kalor kepadanya. Jika pada bejana tersebut ditambahkan air menjadi 100 mL, bagaimana kenaikan suhunya jika dipanaskan selama 5 menit? Mengapa demikian?

Buatlah hipotesis berdasarkan pertanyaan tersebut!

Hipotesis:

……… ……… …………

Setelah menjawab pertanyaan di atas, lakukanlah percobaan untuk menguji hipotesis kalian!

Alat dan Bahan :

……… ……… ……… ……… ………

Tuliskanlah variabel apa saja yang akan kalian amati!

Variabel:

Apa saja yang kalian ubah-ubah dalam percobaan ini? (variabel bebas)

……… ……

Apa yang kalian ukur sebagai akibat kalian mengubah variabel bebas? (Variabel terikat)

……… ……

NAMA KELOMPOK

1. ……… 4. ………..

2. ……… 5. ………..


(2)

Apa saja yang kalian kontrol selama melakukan percobaan? (Variabel kontrol) ……… …….

Tuliskanlah langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah kalian buat!

Langkah-Langkah Percobaan :

……… ……… ……… ……… ……… ………

……… ……

Gambarkan rancangan percobaannya ini!

Gambar Rancangan :

Lakukanlah percobaan sesuai dengan langkah-langkah percobaan yang telah kalian buat. Kemudian tuliskan hasil pengamatanmu pada kolom di bawah ini!

Data Hasil Pengamatan :

Tabel Hasil Pengamatan

Massa (m) Waktu (t) Kenaikan suhu (T)

Pertanyaan Analisis

1. Data apakah yang menunjukkan pemberian kalor pada percobaan yang anda lakukan?

……… ………


(3)

Dodi Dahnuss, 2014

3. Apakah data yang anda peroleh sesuai dengan hipotesis anda?

……… ………

4. Bagaimanakah rumusan hubungan antara kenaikan suhu (△T) dengan massa (m)berdasarkan hasil percobaan kalian ?

……… ……… ………

Memprediksi

Jika percobaan diatas dilanjutkan dengan 120 mL air, berapakah perkiraan kenaikan suhu air setelah dipanaskan selama 5 menit? Mengapa?

……… ……...

Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan!

Kesimpulan :

……… ……… ……… ………


(4)

LEMBAR KEGIATAN SISWA 1C KALOR DAPAT MENAIKKAN SUHU

Kelompok 5 dan 6

Tujuan Percobaan

... ... ...

Masalah

Air 40 mL didalam bejana dipanaskan menggunakan pembakar Bunsen dalam selang waktu 5 menit, maka air akan mengalami kenaikan suhu karena diberikan kalor kepadanya. Jika pada bejana yang berisi 40 mL air tersebut dipanaskan selama 25 menit, bagaimana kenaikan suhunya? Mengapa demikian?

Buatlah hipotesis berdasarkan pertanyaan tersebut!

Hipotesis:

……… ……… …………

Setelah menjawab pertanyaan di atas, lakukanlah percobaan untuk menguji hipotesis kalian!

Alat dan Bahan :

……… ……… ……… ……… ………

Tuliskanlah variabel apa saja yang akan kalian amati!

Variabel:

Apa saja yang kalian ubah-ubah dalam percobaan ini? (variabel bebas)

……… ……

Apa yang kalian ukur sebagai akibat kalian mengubah variabel bebas? (Variabel terikat)

NAMA KELOMPOK

1. ……… 4. ………..

2. ……… 5. ………..


(5)

Dodi Dahnuss, 2014

……… …….

Tuliskanlah langkah-langkah percobaan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah kalian buat di bawah ini!

Langkah-Langkah Percobaan :

……… ……… ……… ……… ……… ………

……… ……

Gambarkan rancangan percobaanini!

Gambar Rancangan :

Lakukanlah percobaan sesuai dengan langkah-langkah percobaan yang telah kalian buat. Kemudian tuliskan hasil pengamatanmu pada kolom di bawah ini!

Data Hasil Pengamatan :

Tabel Hasil Pengamatan

Massa (m) Waktu (t) Kenaikan suhu (T)

Pertanyaan Analisis

1. Data apakah yang menunjukkan pemberian kalor pada percobaan yang anda lakukan?

……… ……… ………

2. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel hasil pengamatan, buatlah grafik hubungan antara △T terhadap waktu pemanasan!


(6)

3. Apakah data yang anda peroleh sesuai dengan hipotesis anda?

……… ………

4. Bagaimanakah rumusan hubungan antara kenaikan suhu (△T) dengan kalor (Q) berdasarkan hasil percobaan kalian ?

……… ……… ………

Memprediksi

Jika percobaan diatas dilanjutkan, berapakah perkiraan kenaikan suhu air setelah dipanaskan selama 30 menit? Mengapa?

……… ……...

Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan!

Kesimpulan :

……… ……… ……… ………


Dokumen yang terkait

EFEK PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONSEP TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMA KELAS X.

0 3 31

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 3 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMBANGKIT ARGUMEN MENGGUNAKAN METODE SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA SMA.

1 7 11

Penerapan Model Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1 2 46

INTEGRASI TAHAPAN LEARNING CYCLE DENGAN METODE INQUIRY LABS PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMK.

0 4 47

PENERAPAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR.

0 2 38

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL KOLB PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 0 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENGETAHUI PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA.

0 0 45

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 0 56

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA - repository UPI S FIS 1102397 Title

0 0 3