PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLDING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

CUT MULTAHADAH NIM 1207117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLDING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Oleh Cut Multahadah

S.Pd. Universitas Negeri Padang. 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Cut Multahadah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ii

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Cut Multahadah (2015). Penerapan Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Motivasi Berprestasi Siswa SMA.

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan kajian literatur dan penelitian sebelumnya diprediksi teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi berprestasi siswa. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Populasinya meliputi siswa kelas X Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di salah satu SMA di Kota Bandung dengan sampel terdiri atas kelas eksperimen melalui perlakuan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan kelas kontrol dengan pendekatan saintifik. Sampel diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket motivasi berprestasi. Temuan penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan secara signifikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan pendekatan saintifik; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan pendekatan saintifik kelompok KAM-tengah; (3)Tidak terdapat interaksi secara signifikan antara pembelajaran dan KAM (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa; (4) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa yang memperoleh teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang memperoleh pendekatan saintifik.

Kata kunci: kemampuan pemecahan masalah matematis, motivasi berprestasi siswa, teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik, pendekatan saintifik.


(5)

iii

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Cut Multahadah (2015). The Implementation of Metacognitive Scaffolding Techniques with Scientific Approach to Improve Mathematical Problem Solving Ability and The Achievement Motivation of Senior High School Students.

This study is triggered by the lack of mathematical problem solving ability and

students’ achievemnt motivation. Based on literature reviews and previous

studies, it is predicted that metacognitive scaffolding techniques with scientific approach can improve mathematical problem solving ability and students’ achievement motivation. This research is quasi experimental study using quantitative and qualitative approach named Nonequivalent Control Group Design. The population of this research is the students of class X of Mathematic and Science at a senior high school in Bandung. The sample of this study is divided to experimental group and control group. The students of experimental group are taught by using metacognitive scaffolding technique with scientific approach, while the students of control group are taught by using scientific approach. The sample is chosen purposively named purposive sampling technique. The instruments of this study are test of mathematic problem solving

ability and questionnaires of students’ achievement motivation. The Findings of this study are: (1) there is a significant difference of the improvement of mathematical problem solving ability between students who are taught by using metacognitive scaffolding techniques with scientific approach and those who are taught by using scientific approach; (2) There is a significant difference of the improvement of mathematical problem solving ability between students who are taught by using metacognitive scaffolding techniques with scientific approach and those who are taught by using scientific approach for KAM-middle group; (3) There is no significant interaction between learning activity and KAM (upper,

middle, and lower group) toward the improvement of students’ mathematical

problem solving ability; (4) There is no significant difference achievement motivation between both groups of students.

Key Words: mathematical problem solving ability, students’achievement motivation, metacognitive scaffolding technique with scientific approach, scientific approach.


(6)

iv

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA


(7)

vii Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN ...i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 13

2.2 Motivasi Berprestasi ... 19

2.3 Metakognitif ... 27

2.4 Scaffolding ... 31

2.5 Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 33

2.5.1 Teknik Metacognitive Scaffolding ... 33

2.5.2 Pendekatan Saintifik ... 36

2.6 Teori Belajar yang Mendukung ... 39

2.7 Penelitian yang Berkaitan ... 41

2.8 Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian ... 43


(8)

viii Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.2 Metode dan Desain Penelitian ... 43

3.3 Variabel Penelitian... 44

3.4 Definisi Operasional ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 45

3.6 Teknik Analisis Instrumen ... 51

3.7 Prosedur Penelitian ... 60

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.9 Teknik Analisis Istrumen... 61

3.10 Waktu dan Tahap Penelitian ... 68

3.11 Jadwal Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 72

4.1.1 Analisis Kemampuan Awal Matematis ... 72

4.1.2 Pengelompokkan berdasarkan Kriteria KAM ... 75

4.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 75

4.1.3.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 75

4.1.3.2 Analisis Data Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 78

4.1.3.3 Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Level KAM ... 83

4.1.3.4 Analisis Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 88

4.1.4 Motivasi Berprestasi Siswa... 91

4.1.4.1 Analisis Perbedaan Peningkatan Motivasi Berprestasi Siswa ... 91

4.1.4.2 Analisis Data Motivasi Berprestasi Siswa kelas Eksperimen... 95

4.1.5 Analisis Data Lembar Observasi ... 97


(9)

ix Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Scaffolding dengan Pendekaan Saintifik ... 104

4.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 112

4.2.3 Motivasi Berprestasi Siswa... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Implikasi ... 127

5.3 Rekomendasi ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 129


(10)

x Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Komponen Motivasi Berprestasi ... 27

2.2 Tahapan Pembelajaran Matematis melalui Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 39

3.1 Holistic Scoring rubrics ... 48

3.2 Kisi-kisi Motivasi Berprestasi Siswa... 50

3.3 Klasifikasi Data Skor Skala Aktivitas ... 51

3.4 Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM ... 52

3.5 Komposisi Anggota Sampel berdasarkan KAM dan Kelas ... 52

3.6 Nilai Alpha Cronbach Reliabilitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 55

3.7 Kriteria Hasil Perhitungan Reliabilitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 55

3.8 Hasil Validitas Butir Soal ... 57

3.9 Perhitungan Tingkat Kesukaran Item Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 58


(11)

xi Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.11 Nilai Alpha Cronbach Reliabilitas Angket Motivasi Berprestasi ... 59

3.12 Klasifikasi Gain Ternormalisai... 62

3.13 Jadwal Penelitian ... 71

4.1 Deskripsi Statistika Data Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 73

4.2 Data Hasil Uji Normalitas Skor KAM ... 74

4.3 Hasil Uji Perbedaan Peringkat Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 74

4.4 Komposisi Kelompok Berdasarkan KAM... 75

4.5 Statistika Deskriptif Pretest-Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 76

4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest-Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 79

4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Skor Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 79

4.8 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 80

4.9 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 81

4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 81

4.11 Hasil Uji Perbedaan Rerata Data N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 83

4.12 Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 84

4.13 Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa berdasarkan KAM ... 86


(12)

xii Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4.14 Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa berdasarkan KAM ... 86 4.15 Uji-t Skor N-Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa berdasarkan KAM ... 87 4.16 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor N-Gain Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 89 4.17 Distribusi Proporsi Masing- masing Aspek Skala Motivasi Berprestasi.... 92 4.18 Distribusi Proporsi Masing-masing Indikator Skala Motivasi

Berprestasi ... 93 4.19 Hasil Perhitungan Uji Beda Dua Proporsi Peningkatan Motivasi

Berprestasi Siswa... 95 4.20 Distribusi Proporsi Indikator Skala Motivasi Berprestasi Siswa Kelas

Eksperimen ... 96 4.21 Pengamatan Aktivitas Guru Selama Pembelajaran melalui Teknik

Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 98 4.22 Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran melalui Teknik

Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 101 4.23 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis pada Taraf Signifikansi


(13)

xiii Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA


(14)

xiv Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Framework of the Singapore School Mathematics Curriculum ... 17

3.1 Tahapan dalam Penelitian... 60

3.2 Bagan Uji Statistika ... 66

3.2 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 70

4.1 Rerata Skor Pretest-Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 76

4.2 Perbandingan Rerata Skor N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 77

4.3 Tidak adnya Interaksi antara Pembelajaran yang diterapkan dan KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 90

4.4 Aktivitas Guru melalui Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 99

4.5 Aktivitas Siswa yang Belajar Melalui Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 103

4.6 Aktivitas Siswa Mengamati Permasalahan ... 106

4.7 Aktivitas Siswa dalam Proses Menanya dan Scaffolding Guru... 106

4.8 Aktivitas Siswa dalam Proses Mencoba dan Scaffolding Guru... 108

4.9 Aktivitas Siswa dalam Proses Mengasosiasi dan Mengkomunikasikan 109 4.10 Pendapat Siswa tentang Pertanyaan Metakognitif ... 111


(15)

xv Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.1 Silabus Matematika Wajib Kelas X Matematika dan IPA ... 139

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 144

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 180

A.4 LKS Kelas Eksperimen ... 202

A.5 LKS Kelas Kontrol ... 244

B.1 Kisi-kisi Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .. 275

B.2 Naskah Uji Coba & Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 278

B.3 Naskah Kisi-kisi Uji Coba Skala Sikap Motivasi Berprestasi Siswa ... 288

B.4 Naskah Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 291

B.5 Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 293

B.6 Lembar Observasi Siswa dalam Pembelajaran Matematika Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik ... 294

B.7 Lembar Format Wawancara Tertulis Siswa ... 295

C.1 Skor Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 298

C.2 Analisis Output Rasch Model Skor Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 299

C.3 Skor Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi Siswa ... 302

C.4 Analisis Output Rasch Model Skor Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi ... 304


(16)

xvi Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

D.1 Data Skor KAM Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di

kelas Eksperimen & Kontrol ... 308

D.2 Output SPSS 20 Analisis Skor KAM Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di kelas Eksperimen & Kontrol ... 309

D.3 Data Skor Pretest-postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di kelas Eksperimen ... 310

D.4 Data Skor Pretest-Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di kelas Kontrol ... 312

D.5 Data Hasil Pretest-Postes, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di kelas Eksperimen ... 313

D.6 Data Hasil Pretest-Postes, dan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di kelas Kontrol ... 314

D.7 Output SPSS 20 Analisis Skor Pretest-Postest, N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen&Kontrol ... 316

D.8 OUTPUT SPSS UJI T-TEST Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 320

D.9 Output SPSS 20 Uji Anova Dua Jalur N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen&Kontrol ... 323

D.10 Data Skor Pre-Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Eksperimen ... 324

D.11 Data Skor Pre-Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Kontrol... 326

D.12 Data Skor Post-Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Eksperimen... 328

D.13 Data Skor Post-Motivasi Berprestasi Siswa Kelas Kontrol ... 330

D.14 Data Jumlah Skor Pre-Motivasi Berprestasi, Post-Motivasi Berprestasi, Gain Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen... 332

D.15 Data Jumlah Skor Pre-Motivasi Berprestasi, Post-Motivasi Berprestasi, Gain Motivasi Berprestasi Kelas Kontrol ... 333


(17)

xvii Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD I NG D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berprestasi, Gain Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen... 334 D.17 Analisis Proporsi Skor Pre-Motivasi Berprestasi, Post-Motivasi

Berprestasi, Gain Motivasi Berprestasi Kelas Eksperimen... 336 D.18 Analisis Perbedaan Proporsi Peningkatan Motivasi Berprestasi Siswa

Kelas Eksperimen & Kontrol ... 338 E.1 Surat Keterangan Pembimbing ... 340 E.2 Surat Keterangan Riset dari Sekolah ... 341


(18)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Persoalan krusial bangsa Indonesia adalah rendahnya daya saing sumber daya manusia yang berkaitan erat dengan mutu pendidikan. Pada kancah global, kemampuan Indonesia bersaing diantara 60 negara adalah pada peringkat 42 diatas Filipina (IMD, 2013 : 4). Thailand berada diperingkat 30 sedangkan Malaysia berada diperingkat 15 sedangkan Singapura berada di peringkat ke 4, Amerika serta Hongkong berada pada peringkat puncak yaitu peringkat 2 dan 1. Menyikapi kondisi tersebut, hampir semua institusi mengusung visinya untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia agar mampu berkompetensi dalam kancah globalisasi, termasuk Depdiknas R.I dengan visi “Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif pada Tahun 2025”.

Meningkatkan mutu pendidikan merupakan alternatif untuk memenuhi misi tersebut karena berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu mutu yang harus ditingkatkan adalah pengembangan program pendidikan yang berfokus pada proses berpikir melalui pembelajaran matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan penting dalam pembentukan pola pikir manusia. Perkembangan berbagai sains dan teknologi saat ini didasari oleh teori dasar matematika baik menyangkut teori bilangan, aljabar, teori peluang dan


(19)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

matematika diskrit. Untuk mengikuti perkembangan yang pesat tersebut diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Menurut Hudojo (1990: 2) matematika merupakan ide- ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.

Melalui pembelajaran matematika dapat melatih kemampuan berpikir kritis, logis, analitis dan sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika itu sendiri maupun bidang ilmu lain yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Dalam rincian topik kemampuan dasar matematika, dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa pada jenjang kurikulum sekolah menengah, kemampuan dasar matematika diklasifikasikan dalam lima jenis (Sumarmo, 2013: 4) antara lain: (1) kemampuan mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika, (2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving), (3) bernalar matematik (mathematical reasoning), (4) melakukan koneksi matematika (mathematical connection), (5) komunikasi matematika (mathematical communication). Sedangkan sikap yang harus dimiliki siswa antara lain: sikap kritis dan cermat, obyektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika dan kemampuan dasar matematika sekolah menengah, kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu aspek yang perlu menjadi fokus perhatian. Menurut NCTM (2000: 51) pemecahan masalah sebagai kegiatan yang berkaitan dalam suatu tugas dimana metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Dalam proses pemecahan masalah siswa didorong untuk merespon masalah dan berusaha untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang belum jelas. Sehingga dikatakan proses pemecahkan masalah merupakan kecerdasan spesifik, dimana kecerdasan adalah sebuah anugrah bagi manusia. Pemecahan masalah dapat dikatakan sebagai karakteristik dari aktivitas manusia. Melalui proses pemecahan masalah dapat membangun


(20)

3

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

pengetahuan yang merupakan nilai lebih dari manusia dan hasil dari prosesnya dapat ditransfer ke dalam berbagai bidang kehidupan.

Lesh & Zawojewski (2007: 782) menjelaskan pemecahan masalah sebagai proses untuk menginterpretasi situasi secara matematika yang meliputi menyatakan, mencoba dan memperbaiki interpretasi secara matematika dan mensortir, mengintegrasikan, memodifikasi, memperbaiki atau menyaring sekumpulan konsep-konsep matematika dari beragam topik melalui matematika. Melalui Pemecahan masalah kegiatan bermatematika yang melibatkan kemampuan menerapkan aturan pada masalah nonrutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain- lain dapat dikembangkan lebih baik. NCTM (1989: 11) meyakini dengan memusatkan pembelajaran matematika pada pemecahan masalah membantu siswa belajar konsep-konsep kunci dan kemampuan dalam konteks memotivasi.

Pentingnya pemilikan kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika dikemukakan oleh Branca (Krulik & Reys, 1980: 3-6) antara lain : (1) kemampuan penyelesaian masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika; (2) penyelesaian masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (3) penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Sedangkan McIntosh & Jarret (2000: 6) menyatakan berpikir dan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika berperan dalam kehidupan. Pendapat tersebut didukung Toohey (1999: 138) yang mengungkapkan, melalui pemecahan masalah siswa dapat menganalisa masalah, menghasilkan barisan solusi yang mungkin, untuk mengevaluasi alternatif jawaban secara sistematis sebelum memilih dan menggunakan yang terbaik.

Ketika sedang memecahkan masalah, ada cara atau metode yang sering dilakukan untuk menentukan solusinya yang disebut strategi pemecahan masalah. Menurut Polya (1957: xvi), untuk memecahkan suatu masalah ada empat langkah yang dapat dilakukan, yakni: 1) memahami masalah; 2)


(21)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

merencanakan pemecahannya; 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana; 4) memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian. Sedangkan menurut (Sumarmo, 2013) pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, membuat model matematika dari situasi atau masalah sehari- hari dan menyelesaikannya, memilh dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika, menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

Namun fakta dilapangan memperlihatkan keadaan yang masih jauh dari tujuan dari kemampuan pemecahan masalah itu sendiri. Berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2009 yang membahas tentang prestasi matematika siswa Indonesia, menempatkan Indonesia pada peringkat ke – 61 (skor 371) dari 65 negara peserta (OECD, 2010: 134). Sementara dalam kemampuan literasi matematika berada pada level yang rendah, yakni level 1 (OECD, 2010: 130). Dimana level satu menunjukkan kemampuan siswa dalam menghadapi kasus-kasus rutin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah masih rendah. Selain meninjau dari aspek siswa, banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar siswa bagaimana memecahkan masalah sehingga banyak siswa kesulitan mempelajarinya. Siswa yang menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan karena hanya fokus pada jawaban akhir, padahal dalam menyelesaikan pemecahan masalah hal yang penting dan mendasar adalah bagaimana proses pemecahan masalah itu sendiri. Hal inilah yang menghambat kelancaran pembelajaran matematika dan diyakini membawa pengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.

Berdasarkan tes diagnostik yang dilakukan oleh Krismiati (2013: 128) pada 37 siswa SMA Aloysius Bandung kelas X menegaskan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa disebabkan oleh faktor kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat dalam soal, siswa tidak dapat membedakan informasi


(22)

5

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang diketahui dan permintaan soal, mengalami kesulitan dalam menggunakan pengetahuan yang diketahui, lemahnya strategi dalam mengubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika, dan menggunakan cara-cara yang berbeda-beda dalam merencanakan penyelesaian suatu masalah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang d ilakukan pada siswa kelas XI SMA (Matematika IPA) sebanyak 38 orang siswa hanya 13,15% mampu menjawab mendekati benar yaitu 5 siswa. Berikut soal yang diberikan:

Afif melakukan perjalanan dengan sebuah mobil dari kota A ke kota B. Kecepatan rerata mobil pada 120 km pertama lebih lambat 40km/jam daripada 200 km berikutnya. Jika lama perjalanan dari kota A ke kota B adalah 4 jam. Berapakah kecepatan rerata mobil pada 120 km pertama. (Sumber : Oktavien, 2011)

Jawaban siswa untuk soal di atas adalah:

Berdasarkan jawaban diatas, terlihat bahwa siswa belum mampu menentukan model matematika yang sesuai dengan permasalahan dengan tepat. Akibatnya solusi yang diberikan untuk menjawab permasalahan tidak tepat. Selain

Siswa 1 Siswa 2

Dengan menggunakan rumus jarak (s)= waktu (t) x kecepatan (v):

� = , sehingga � =

�+4 sehingga � +� = � +�+4 dan diperoleh 4� − 6 �− 48 = dan akar-akarnya x=60 dan x=-20 Jadi kecepatan rerata yang mungkin adalah 60km/jam. Sehingga jarak yang ditempuh 120=

� . 60. Maka x=120 meter. Jawaban benar


(23)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

itu temuan dilapangan juga menunjukkan beberapa siswa diantaranya bertemu dengan soal pemecahan masalah tidak bersemangat untuk menyelesaikannya. Dan cenderung menyerah tanpa mencoba terlebih dahulu. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya motivasi siswa untuk menghadapi situasi yang menantang yang merupakan salah satu karakteristik dari motivasi berprestasi.

Berbicara pembelajaran matematika, melalui proses pemecahan masalah diharapkan dapat mempengaruhi terciptanya sikap positif, kreatif, dan tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan tantangan. Dengan kata lain, kemampuan pemecahan masalah mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Menurut Usman (2009: 292) motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan menurut Qurnia, Badruzzaman & Tampubolon (2013: 3) menyatakan motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang mengarahkan individu untuk bertingkah laku dengan tujuan agar dapat mencapai taraf hasil tertentu serta melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain.

Sedangkan Martinah (Wayan, 2008) memandang motivasi berprestasi sebagai keinginan seseorang untuk dapat menyelasaikan tugas yang sulit secara baik, bekerja sebaik-sebaiknya untuk memperoleh kesuksesan, menyelesaikan tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, da n mengerjakan tugas dengan kualitas lebih baik dari pada orang lain. Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas. McClelland (Vitasari, 2013: 23) menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar.

Setiap siswa dalam pembelajaran matematika memiliki motivasi berprestasi yang berbeda-beda. Hal ini mengindikasikan seberapa besar intensitas siswa untuk mencapai keberhasilan dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan pemecahan masalah atau masalah non rutin. Hasil penelit ian


(24)

7

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DeCaro, DeCaro & Johnson (2013: 370) menyatakan motivasi berprestasi setiap individu dalam pembelajaran memiliki tujuan dan konsepsi yang berbeda tentang apa yang dinyatakan "ideal" dalam kinerja pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi bagaimana individu menginterpretasikan dan menanggapi tantangan saat belajar.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mempersepsikan bahwa keberhasilan merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan menpersepsikan bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat usaha sebagai penentuan keberhasilan. Menurut McClelland dan Atkinson (Djiwandono, 2006: 350) seseorang yang memiliki motivasi berprestasi cenderung berusaha untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal.

Berdasarkan hasil penelitian Akpahan (2013: 389) yang dilakukan kepada 540 siswa sekolah menengah di Nigeria menyatakan bahwa motivasi berprestasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dampak dalam pencapaian akademik. Selain itu, menurut Sugiyanto (2007: 4-5) motivasi berprestasi yang dimiliki siswa SMA N X Semarang kelas XI cukup baik yang ditunjukkan dengan prestasi akademik siswa yang dapat dilihat dari hasil kelulusannya 100% siswa lulus dengan strandar kelulusan 4,00 pada setiap bidang studi. Namun, belum semua siswa mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi dalam mengikuti pelajaran sehingga prestasi akademik yang dicapai masih dalam klasifikasi minimal lulus. Jika dilihat dari kemampuan siswa, pada umumnya siswa mampu mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi.

Knowless (1969: 312) menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah dalam kecemasan memiliki ketekunan tinggi dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2008) terdapat korelasi yang


(25)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

signifikan dan positif antara motivasi berprestasi dengan kemampuan pemecahan masalah siswa pada setiap level tingkatan sekolah.

Melihat permasalahan dalam pemecahan masalah dan pentingnya peran motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika, sebaiknya dilakukan pembenahan pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi berprestasi siswa. Menurut Syaiful (2013: 2) salah satu kesuksesan dalam produk pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan seorang siswa terhadap pembelajaran. Kesiapan untuk belajar secara kognitif berhubungan dengan penguasaan pengetahuan matematika dan mensortir pembelajaran yang relevan dan pernah mengalami pembelajaran. Sedangkan kesiapan untuk belajar afektif terkait dengan kesediaan subjek untuk melakukan pembelajaran, dan tanggapan siswa terhadap proses yang dipelajari. Akibatnya faktor pembelajaran yang digunakan guru berperan penting terhadap learning outcome yang diharapkan muncul pada siswa .

Berdasarkan kerangka kerja pedagogis yang dapat mendukung pengembangan kemampuan berpikir matematis siswa yang salah satunya kemampuan pemecahan masalah berdasarkan penelitian Fraivillig, Murphy, dan Fuson (Suryadi&Herman, 2008: 57) antara lain: (1) strategi guru dalam mengungkapkan metode penyelesaian yang digunakan siswa; (2) strategi guru dalam upaya mendorong peningkatan p emahaman konsep atau masalah yang dihadapi merupakan usaha yang dilakukan guru agar mencoba untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi; (3) mengembangkan daya berpikir matematis siswa Akibatnya, peran guru sangat penting dalam mengembangkan pikiran inovatif dan kreatif dalam pembelajaran matematika di sekolah atau kegiatan pendidikan lainnya.

Salah satu cara yang ditempuh untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan teknik metacognitive scaffolding. Menurut Choi, dkk (Jbeili, 2012: 49) metacognitive scaffolding


(26)

9

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

adalah sebuah teknik pembelajaran yang berkosentrasi pada level pemahaman monitoring siswa dan memutuskan ketika tidak memadai. Hal ini mendorong siswa untuk mengatur pemikirannya, mengenal ketika mereka tidak memahami sesuatu dan menyelesaikan pemikiran, tidak hanya menga rahkan pada prosedur matematika.

Menyadari posisi siswa sebagai pelakon pembelajaran, siswa dituntut untuk mengkonstruksi sendiri interaksi dan menghubungkan pengalaman-pengalamannya terhadap pengetahuan awal pada situasi tertentu. Pembelajaran metakognitif memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan masalah matematika melalui pertanyaan-pertanyaan metakognitif. Kramarski & Mizrachi (Jbeili, 2012: 47) menegaskan bahwa siswa yang sukses, mampu bertanya pada dirinya sendiri pertanyaan-pertanyaan metakognitif baik pada tahap perencanaan(planning), memantau (monitoring) dan evaluasi (evaluation) dalam menyelesaikan masalah matematika.

Dalam pembelajaran melalui metakognitif membutuhkan berpikir abstrak, sehingga mempengaruhi kemahiran dalam proses pemecahan masalah ketika mereka berada pada tahap operasi formal. Menurut Piaget (Suparno, 2001: 100) pada tahap operasi formal (umur 11 tahun keatas) berkembang penalaran dan logika remaja dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Pada tahap ini pemikiran remaja memiliki kesetaraan dari segi kualitas namun berbeda dari segi kuantitas dibandingkan dengan orang dewasa, karena dari segi kuantitas orang dewasa memiliki pengalaman yang lebih banyak. Choi, dkk (Jbeili, 2012: 47) menemukan bahwa scaffolding adalah elemen penting untuk memfasilitasi metakognisi dalam pembelajaran. Scaffolding menyajikan kesempatan untuk siswa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan serta membantu siswa untuk keluar dari kesulitan menyelesaikan tugas. Scaffolding memfasilitasi siswa bantuan ataupun sarana berpikir sehingga proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan dengan lancar.


(27)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dari penjelasan mengenai teknik metacognitive scaffolding diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik tersebut menekankan pembelajaran matematika pada proses yang memiliki arah yang sama pada tujuan pendekatan saintifik. Saintifik relevan dengan teori belajar Vygotsky, dimana teorinya menurut Nur (Hosnan, 2014: 35) pembelajaran terjadi jika siswa menangani tugas-tugas yang belum dipelajari sesuai dengan jangkauan kemampuan siswa yang didefenisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Selain itu, dalam materi pedoman pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah berdasarkan Kemendikbud (Majid, 2014: 98) dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penguatan proses pembelajaran matematika melalui pendekatan saintifik menurut Kurikulum 2013 Sekolah Menengah mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya,

mengeksplorasi/mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan atau mempersentasikan .

Menurut Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Kemendikbud, 2013: 9-10) penjabaran untuk setiap langkahnya antara lain: (1) mengamati: proses mengamati fakta atau fenomena yang mencakup kegiatan mencari informasi, melihat, mendengar, membaca dan menyimak. Tujuannya adalah membuat pembelajaran tampak nyata dalam kehidupan sehari- hari siswa, (2) menanya: merupakan langkah yang d ibangun dalam proses pengetahuan dalam bentuk konsep, prosedur, teori hingga berpikir metakognitif, (3) mencoba/mengeksplorasi: merupakan kegiatan yang berkaitan dengan merencanakan, merancang, melaksanakan eksperimen, serta memperoleh dan menyajikan data, (4) mengasosiasi: bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah, dan (5) komunikasi: kegiatan untuk menginterpretasi hasil konseptualisasi baik dalam tulisan, lisan, gambar/sketsa ataupun grafik.

Selain dari aspek kognitif dan afektif, aspek Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa juga dijadikan sebagai fokus dalam penelitian ini. Tujuan dari


(28)

11

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

melihat KAM untuk melihat apakah penerapan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik merata di semua kategori KAM atau hanya pada kategori KAM tertentu saja. Jika merata di semua kategori KAM maka penelitian ini dapat digeneralisir bahwa penerapan pembelajaran teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik cocok diterapkan untuk semua level kemampuan. Oleh karena itu faktor KAM juga diduga mempengaruhi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis selain faktor pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk meneliti apakah penerapan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk selanjutnya, penelitian ini penulis beri judul “Penerapan Teknik Metacognitive Scaffolding dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Motivasi Berprestasi Siswa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar melalui teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar melalui teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan pendekatan saintifik bila ditinjau dari kelompok kemampuan awal matematis (atas, tengah, bawah)?


(29)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran (teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran melalui pendekatan saintifik) dengan kelompok kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan motivasi berprestasi siswa yang belajar melalui teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar dengan pendekatan saintifik?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menelaah:

1. Perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar melalui teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik.

2. Perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang belajar melalui teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik bila ditinjau dari kelompok kemampuan awal matematis (atas, tengah, bawah).

3. Interaksi yang terjadi antara pembelajaran (teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran melalui pendekatan saintifik) dengan kelompok kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. 4. Perbedaan peningkatan motivasi berprestasi siswa yang belajar melalui

teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan siswa yang belajar melalui pendekatan saintifik.


(30)

13

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini:

1. Bagi siswa, diharapkan dengan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran dengan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi berprestasi. 2. Bagi guru, diharapkan dari penerapan pembelajaran dengan pendekatan

metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dapat membantu guru dalam menyampaikan materi matematis pada siswa dan mengembangkan kemampuan matematis siswa salah satunya pemecahan masalah.

3. Bagi sekolah penyelenggaraan pendid ikan, diharapkan dengan teknik pendekatan metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dapat memfasilitasi siswanya dalam menimba ilmu di sekolah dan dapat meningkatkan kualitas output pendidikan terutama pelajaran matematis.

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai acuan/referensi untuk penelitian lain dan pada penelitian yang relevan.


(31)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

43

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini dilakukan pada salah satu Sekolah Menengah (SMA) di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat yaitu kelas X MIA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan pada sekolah yang berada pada kemampuan sedang. Ini dilakukan karena jika memilih sekolah dengan klasifikasi baik cenderung hasil belajarnya baik yang diakibatkan kemampuan rerata siswanya baik bukan karena pembelajaran yang diterapkan. Sebaliknya jika memilih tingkat klasifikasi sekolah rendah hasil belajar yang diperoleh cenderung rendah akibat kemampuan siswa dengan rerata rendah bukan karena kurang baiknya pembelajaran (Darhim, 2004: 64). Untuk memperoleh tingkat kriteria sekolah baik, sedang, dan rendah berdasarkan pada kriteria sekolah dari Dinas Pendidikan setempat.

Peneliti mengambil sampel dari populasi karena keterbatasan untuk mempelajari semua yang terdapat pada populasi. Sampel penelitian ditentukan menggunakan purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel yang berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013: 126) yaitu kelas yang memiliki karakteristik dan kemampuan akademik setara. Berdasarkan pertimbangan guru bidang studi matematika kelas X MIA SMA setempat, sampel pada penelitian ini adalah kelas eksperimen yaitu siswa kelas X MIA. 2 dan sebagai kelas kontrol yaitu siswa kelas X MIA. 4.

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk desain Nonequivalent control groups pretest-postest design, yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya


(32)

44

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

menggunakan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan kelompok kontrol (kelas pembanding) adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik.. Dengan demikian untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terhadap pembelajaran matematika dilakukan penelitian dengan desain penelitian sebagai berikut:

Kelas Eksperimen : O X O Kelas Kontrol : O O Keterangan:

O : Pre-test atau Post-test (tes kemampuan pemecahan masalah matematis) X : Teknik Metacognitive Scaffolding dengan pendekatan Saintifik

: : Subjek tidak dikelompokkan secara acak (Sugiyono, 2013: 118)

Kedua kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan pretest dan postest. Pretest dilaksanakan sebelum proses perlakuan dalam penelitian ini dimulai. Pretest diberikan bertujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan awal dari kelompok kelas yang akan diteliti. Sedangkan postest dilaksanakan setelah proses perlakuan secara keseluruhan selesai dilakukan yang bertujuan untuk mengetahuoi sejauhmana pengaruh perlakuan yang diberikan berdampak pada peningkatan kemampuan matematis siswa. Dan Pre-Post motivasi berprestasi untuk melihat perbedaan peningkatan motivasi berprestasi.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel antara lain variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas, yaitu teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan pendekatan saintifik;

2. Variabel terikat, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi berprestasi siswa SMA.


(33)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

3.4 Defenisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah yang digunakan pada judul maupun isi dalam penelitian ini antara lain: (1) Metacognitive scaffolding adalah sebuah teknik pembelajaran yang menitikberatkan pada proses kontrol berpikir siswa pada tahap planning(perencanaan), monitoring (pemantauan), dan evaluation (evaluasi) yang dibimbing melalui pertanyaan metakognitif dan pendekatan Saintifik meliputi langkah-langkah pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi/mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan atau mempersentasikan; (2) Kemampuan Pemecahan masalah sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah, membuat model matematika dari situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya, memilh dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika, menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal serta memriksa kebenaran hasil atau jawaban; (3) Motivasi berprestasi terdiri atas komponen dimana individu yang bermotivasi berprestasi tinggi memilih tingkat kesulitan tugas, memiliki ketahanan dalam mengerjakan tugas, berharap terhadap feedback/umpan balik, bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, memiliki inovasi dan menyukai kompetensi; dan (4) Pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi tahap-tahap mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasaikan sesuai buku panduan Guru Kurikulum 2013.

3.5 Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen berupa bahan ajar, lembar aktivitas yang berisi item-item aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, pedoman wawancara, instrumen yang disusun dalam bentuk kuesioner/angket motivasi berprestasi. Instrumen lain berupa tes yang dijawab oleh responden secara tertulis yang meliputi: tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes kemampuan pemecahan masalah dan angket skala sikap dikembangkan melalui tahap pembuatan instrumen, penyaringan dan ujicoba


(34)

46

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

instrumen. Ujicoba tes kemampuan pemecahan masalah matematis dilakukan untuk melihat validitas butir soal, realibilitas tes, dan tingkat kesukaran butir tes. Sedangkan ujicoba angket/ kuisioner motivasi berprestasi dilakukan untuk melihat realibilitas angket dan validitas setiap item.

1. Bahan Ajar

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan ajar yang mencerminkan aktivitas pembelajaran matematika dengan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik dan bahan ajar yang mencerminkan pendekatan saintifik sesuai dengan buku panduan guru kurukulum 2013 . Isi bahan ajar berdasarkan pokok bahasan Matematika Wajib Kelas X SMA Semester I yaitu “ Persamaan dan Pertidaksamaan Linear” diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setiap pertemuan memuat satu bagian pokok bahasan yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS).

2. Lembar Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2012: 203) mengemukakan bahwa observasi berkaitan dengan proses yang tersusun dari proses biologis dan psikologis melalui proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam proses pengumpulan data, observasi yang dilakukan merupakan observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2012: 205).

Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi untuk menilai aktivitas guru dan lembar aktivitas yang menggambarkan aktivitas siswa dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data aktivitas siswa pada kelas eksperimen diperlukan guna mengetahui aktivitas dan pendapat siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan dua orang observer berdasarkan lembar observasi yang telah disediakan.


(35)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Sedangkan lembar aktivitas guru menggambarkan sejauhmana kemampuan guru melaksanakan pembelajaran teknik metacognitive scaffolding dengan pendekatan saintifik.

3. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kemampuan awal matematis siswa adalah kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pengklasifikasian kemampuan awal matematis siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum pembelajaran dan untuk penempatan siswa berdasarkan pengetahuan awal matematikanya. Selain itu KAM juga bertujuan untuk memperoleh kesetaraan rerata kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan skor kemampuan awal matematis yang diperoleh dari nilai harian siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu siswa yang kemampuan awal matematis atas, tengah, dan bawah.

4. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Tes kemampuan pemecahan masalah matematis disusun dalam bentuk uraian. Bahan tes kemampuan pemecahan masalah matematis dibuat untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X Matematika Wajib SMA mengenai materi “Persamaan dan Pertidaksamaan Linear”. Penyusunan tes diawali dengan membuat kisi-kisi tes yang mencakup aspek kemampuan, materi, indikator serta banyaknya butir tes. Selanjutnya dilakukan penyusunan tes beserta kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk masing-masing butir soal. Rubrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan Holistic Scoring Rubrics (Cai, Lane, dan Jakabcsin, 1996:141) sebagai berikut.


(36)

48

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Holistic Scoring Rubrics

Skor Respon Siswa

4 Jawaban lengkap dan melakukan perhitungan dengan benar

3 Jawaban hampir lengkap, penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, namun terdapat sedikit kesalahan

2 Jawaban kurang lengkap (sebagian petunjuk diikuti), namun mengandung perhitungan yang salah

1 Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah 0 Tidak ada jawaban atau salah menginterpretasikan

Tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif sebelum mendapat perlakukan (pretest) maupun setelah diberikan perlakuan (postest). Kemampuan pemecahan masalah matematis yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan empat aspek yang diuraikan dalam lima butir soal dengan rincian sebagai berikut: soal nomor satu mengukur kemampuan siswa dalam aspek membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya. Soal nomor dua dan nomor tiga mengukur kemampuan siswa untuk menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban. Soal nomor empat mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah serta soal nomor lima digunakan untuk mengukur aspek memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau diluar matematika. Sebelum tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan dilakukan ujicoba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah terpenuhi validitas, realibilitas, dan tingkat kesukaran butir soal.

5. Skala Motivasi Berprestasi

Angket yang berisi pernyataan dipersiapkan dan dibagikan kepada siswa yang digunakan untuk mengetahui gambaran sejauh mana motivasi berprestasi


(37)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

siswa dalam pembelajaran matematika, hubungan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan motivasi berprestasi siswa serta pengaruh pembelajaran yang diterapkan dikelas dengan motivasi berprestasi sebelum maupun setelah diberi perlakuan. Pernyataan yang terdapat didalam spesifikasi pernyataan motivasi berprestasi terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Hal ini dimaksudkan agar kondisi angket tidak monoton sehingga siswa menjawab pernyataan dengan teliti dan cermat dan hasil angket yang diharapkan menjadi lebih akurat. Angket Motivasi Berprestasi siswa diberikan dua kali yaitu sebelum siswa mendapat perlakuan (pre-motivasi berprestasi) dan setelah diberikan perlakuan (post-motivasi berprestasi).

Model skala yang digunakan adalah model skala likert dengan derajat penilaian siswa terhadap pernyataan terbagi atas emapat kategori yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian mahasiswa yang netral tidak dikehendaki, sehingga menurut Abdullah (2013: 36) alternatif netral tidak digunakan. Tahap dalam menyusun instrumen adalah dengan membuat kisi-kisi, melakukan uji validitas isi setiap item pernyataan, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Berikut merupakan kisi-kisi skala motivasi berprestasi yang disusun berdasarkan McClelland (1987), McClelland (1975) dan Dweck&Elliot (2005).


(38)

50

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2. Kisi-kisi Motivasi Berprestasi Siswa

Aspek Indikator No Item Pernyataan

Positif Negatif

Pemilihan tingkat

kesulitan tugas

Memilih tugas yang

menantang

9,10,11,38 1,2,16

Bekerja dengan penuh

perhitungan

6,12,13,23 -

Ketahanan/

ketekunan dalam

mengerjakan tugas

Memiliki kemantapan hati dalam mengerjakan tugas

4,30,32 14

Memiliki naluri senang, bahagia, dan puas dalam mengerjakan tugas

31,35,36 33,34

Berkarya tidak hanya sesuai target yang diinginkan

27 22,25,26

Harapan terhadap

feedback/umpan balik

Mencari umpan balik

(feedback) yang bersifat konkret atau nyata

15,19,30,37 20

Menerima pendapat yang diberikan orang lain terhadap dirinya

18 3,17,21

Bertanggung jawab

terhadap tugas

Menyukai tugas yang

menuntut tanggung jawab pribadi

28,39 41

Inovasi Meraih peningkatan prestasi 7,8,40,42,43,44,46 -

Kompetensi Memiliki keinginan menjadi

lebih unggul daripada yang lain

45,47 -

6. Pedoman wawancara

Wawancara dilakukan pada akhir penelitian.Wawancara ini selain berguna untuk mengevaluasi akhir dari penelitian. Wawancara akhir penelitian, dilakukan


(39)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

untuk menggali setiap perasaan, sikap dan minat serta motivasi berprestasi siswa dalam pembelajaran.

3.6 Teknik Analisis Instrumen

Data yang dianalisis adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Sedangkan data kualitatif berupa angket motivasi berprestasi siswa dan lembar observasi siswa yang berkaitan dengan aktivitas dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan program SPSS dan Microsoft Excel 2010.

1. Data Observasi

Data hasil observasi yang di analisis adalah aktivitas guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan dan aktivitas/kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi guru berupa item pernyataan dengan penilaian keterlaksanaan proses yaitu Ya dengan memberi tanda ) atau Tidak terlaksana dengan tanda (X). Sedangkan siswa berupa daftar pernyataan dengan lima skala penilaian: (1) sangat kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, dan (5) sangat baik. Untuk mengolah data hasil observasi aktivitas guru dilakukan dengan menghitung persentase (P) antara lain:

Keterangan:

P : Persentase skor aktivitas

Q : Rerata skor kolektif yang diperoleh pada satu aktivitas R : Skor maksimum dari suatu aspek aktivitas, yaitu 5.

Selanjutnya, dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kriteria (Abdullah, 2013: 38) yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Klasifikasi Data Skor Skala Aktivitas Persentase Skor Interpretasi

Sangat Baik

Baik


(40)

52

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Kurang

Sangat Kurang

2. Data Kemampuan Awal Matematis Siswa

Data Kemampuan awal matematis siswa diukur berdasarkan skor nilai ulangan harian terakhir siswa yang diperoleh dari guru matematika yang mengajar dikelas tersebut. Berdasarkan skor kemampuan awal matematis yang diperoleh, siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu siswa kelompok atas, tengah, dan bawah. Kriteria pengelompokan KAM yang digunakan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Interval Kategori

KAM ̅ + s Siswa kelompok atas

̅–s ̅ Siswa kelompok tengah KAM < ̅ Siswa kelompok bawah

Arikunto (2012 : 299) Keterangan:

̅ = rerata (mean)

s = simpangan baku (standar deviasi)

Selanjutnya, dilakukan penghitungan rerata skor tes setiap kelompok secara keseluruhan. Setelah itu dihitung standar deviasi untuk mengetahui penyebaran kelompok dan menunjukkan tingkat variansi kelompok data.

Tabel 3.5 berikut menyajikan komposisi anggota sampel berdasarkan KAM dan kelas yaang diteliti.

Tabel 3.5

Komposisi Anggota Sampel Berdasarkan KAM dan Kelas

KAM KELAS


(41)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Atas a1 b1 a1+b1

Tengah a2 b2 a2+b2

Bawah a3 b3 a3+b3

Keseluruhan a b a+b

Ket: a, : banyaknya anggota kelas eksperimen b, : banyaknya anggota kelas Kontrol

3. Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Sebelum soal instrumen digunakan dalam penelitian, soal tersebut diujicobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah memperoleh materi yang bersesuaian dengan penelitian ini yaitu kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di salah satu SMA di kota Bandung, Jawa Barat. Ujicoba dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang sesuai.

Ujicoba dilakukan dan data yang diperoleh dari hasil ujicoba dianalisis untuk mengetahui karakteristik soal atau butir soal secara empiris. Pendekatan yang digunakan dalam analisis data hasil ujicoba yaitu Teori Respon Butir Item Response Theory (IRT). IRT merupakan kerangka umum dari fungsi matematika yang khusus menjelaskan interaksi antara orang (persons) dan butir soal/item (Sumintono & Widhiarso, 2013). Berbeda dengan teori tes klasik (CTT) yang selama ini banyak digunakan dimana kemampuan siswa dinyatakan dengan skor total (skor mentah) yang diperolehnya dalam suatu ujian (atau kuesioner), hal ini kurang memperhatikan interaksi antara setiap siswa dengan butir soal (atau pernyataan kuesioner). Skor mentah adalah hasil observasi bukan suatu pengukuran. Selain itu, skor mentah tidak menunjukkan kemampuan seseorang dalam tugas tertentu dan juga tingkat kesulitan soalnya (Sumintono & Widhiarso, 2013).

Pemodelan Rasch (Model Rasch) yang diperkenalkan oleh Georg Rasch pada tahun 1960-an merupakan model IRT yang paling popular. Model Rasch bukan lagi menghasilkan skor mentah melainkan skor murni yang telah bebas dari eror pengukuran. Langkah yang ditempuh yaitu mengatasi keintervalan data dengan cara mengakomodasi data mentah dengan transformasi logit, atau


(1)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pendidikan Indonesia. Repository_Upi. Perpustakaan UPI.edu.: Tidak Diterbitkan.

Lester, F.K. (2013). Thoughts About Research On Mathematical Problem - Solving Instruction. The Mathematics Enthusiast (TME), Vol. 10 No.1&2.

Machmud, T. (2011). Scaffolding Strategy In Mathematics Learning.

Seminar dan Konferensi ke-4 Pendidikan Matematika: “Building the Nation Character through Humanistic Mathematics Education”. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Matematika

UNY.

Mahmudi, A. (2010). Strategi Mathematical Habits of Mind (MHM) untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia. Repository_Upi. Perpustakaan UPI.edu.: Tidak Diterbitkan.

Majid, A. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Kajian Teoritis dan Praktis. Bandung: Interes

Mamin, R. (2008). Penerapan Metode Pembelajaran Scaffolding Pada Pokok BahasanSistem Periodik Unsur. Jurnal Chemica Vol. 10 Nomor 2.

Martianah, S. M. (1984). Motif Sosial Remaja Jawa dan Keturunan Cina Suatu Studi Perbandingan. Disertasi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.

Mc, Donald & Frederick. (1959). Educational Psychology. Tokyo: Wansworth Publishing Company Inc, San Fransisco-Overseas Publications ltd.

McClelland, D. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

McClelland, D. (1975). Achievement Motive. New York: Irvington.

McIntosh, R. & Jarret, D. (2000). Teaching mathematical problem solving: Implementing the vision. New York: NWREL, Mathematics and Science Education Center.

Meltzer, D. E. (2002). Addendum to: “the relationship between

Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible “Hidden variable” in Diaqnostics Pretest


(2)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

http://www.physics.iaastate.edu/per/docs/Addendumon_normali zed_gain. Diakses: 12 Maret 2014.

Molenaar, I. Boxtel, C. A. M& Sleegers, P. J. C. (2011). Metacognitive Scaffolding in an Innovative Learning Arrangement. Instr Sci 39: 785-803. Springer.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nool, N. R. 2012. Exploring the Metacognitive Processes of Prospective MathematicsTeachers during Problem Solving.

InternationalConference on Education andManagement Innovation. 30, 302-306.

OECD. (2010). PISA 2009 results: what students know and can do–student performance in reading, mathematics and science.Vol.1. [online]. Tersedia: www.oecd.org/publishing/corrigenda. Diakses: 13 Maret 2014.

Oktavien, Y. (2011). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Repository_UPI. Perpustakaan UPI. Edu: Tidak Diterbitkan.

Polya, G. (1957). How to Solve It (Second Edition). New Jersey: Princeton University Press.

Prabawanto, S. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Komunikasi, dan Self Efficacy Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia. Repository_Upi. Perpustakaan UPI.edu.: Tidak Diterbitkan

Pratiwi, D & Syah, A. A. (2011). Pendekatan Metakognitif Dalam Pembelajaran Matematika. Dalam: Ahmad, S, dkk.(penyunting).

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang. Palembang, hlm. 342-348.

Qurnia, R.A , Badruzzaman, N & Tampubolon, S.R. (2013). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar Mata


(3)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Pelajaran Matematika. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pakuan.

Sardiman, A. M. (2001). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar Ed 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Schiefele, U. & Csikszentmihalyi, M. (1995). Motivation and Ability as Factors in Mathematics Experience and Achevement. Journal for Research in Mathematics Education. Vol. 26 No. 2. .[online]. Tersedia: jwilson.coe.uga.edu/EMAT7050/.../749208.pdf.

Diakses 14 Maret 2014.

Schoenfeld, A. H. (1985). Mathematical Problem Solving. Orlando: Academic Press.

Schoenfeld, A.H. (1987). What’s all the fuss about metacognition? In A.H. Schoenfeld (Ed.) Cognitive Science and Mathematics Education (pp. 189-215). Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Schunk, D. H. (2012). Learning Theories an Educational Perspective.

Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Schunk, D. H, Pintrich, P. R & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Indeks.

Slavin, R. E. (1994). Educational Psychology:Theory and Practice.

Needham Heights: Allyn and Bacon.

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.

Bandung: NusaMedia.

Shodikin, A. (2014). Strategi Abduktif-Deduktif untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran, Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa SMA. Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Repository_Upi. Perpustakaan UPI.edu.: Tidak Diterbitkan.

Sugiyanto. (2007). Pentingnya Motivasi Berprestasi dalam Mencapai Keberhasilan Akademik Siswa. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.


(4)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).

Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2013). Berpikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya. FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Sumintono, B & Widhiarso. (2013). Aplikasi Model Rasch untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Trim Komunikata Publishing House.

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.

Suryadi, D, Herman, T. (2008). Pembelajaran Pemecahan Masalah.

Jakarta: Karya Duta Wahana.

Syahril, A. (2014). Penerapan Strategi Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama.

Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Repository_Upi. Perpustakaan UPI.edu.: Tidak Diterbitkan.

Syaiful. (2013). The Teaching Model To Enhance Mathematical Problem Solving Ability In Junior High School Teacher. International Journal of Education and Research. Vol. 1 No. 9.

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Toohey, S. (1999). Designing Courses for Higher Education. Buckingham: SRHE and Open University Press.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Tim Prestasi Pustaka.

Undang-Undang R. I No. 20. (2013). Tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2013.

Usman, H. (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.


(5)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Vitasari, I. W. (2013). Hubungan Orientasi Tujuan Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa. EPJ. 2 (1). ISSN 2252-634X. [online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj. Diakses: 16 april 2014.

Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Sociaty: The Development og Higher Psychological Processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Wayan, I. D. (2008). Hubungan Antara Konsep Diri, Motivasi Berprestasi Dan Perhatian Orang Tua Dengan Hasil Belajarsosiologi Pada Siswa Kelas II Sekolah Menengah Atas Unggulan Di Kota Amlapura. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1. ISSN 0215 – 8250.

Web, N. M & Palinesar. A. S. (1996). Group Proccesses in the Classroom.

In D. C. Berliner & R. C Calfee(Eds), Handbook of educational Psychology (pp. 841-873). New York: Simon and Schunter Macmilan.

Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel. (1984). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.Gramedia.

Winkel. (1996). Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.

Wolf, Sara. (2003). The Big Six Information Skills as a Metacognitive Scaffold: A Case Study. Alabama: Auburn University. [online]. Tersedia:

http://www.ala.org/aasl/aaslpubsandjournals/slmrb/slmrcontents /volume62003/bigsixinformation#works. Diakses: 22 maret 2014.

Woolfolk. (1995). Educational Psychology Sixth Edition. United States of America: The OHIO State University.

Xie, X. (2004). The Cultivation Of Problem-Solving And Reasoning NCTM And Chinese National Standars. [Online] Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/xuehuixie.pdf. Diakses: 12 Maret 2013.


(6)

Cut Multahadah, 2015

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLD ING D ENGAN PEND EKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS D AN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Yansen, M. (2013). PMRI and Metacognitive Scaffolding. Seminar dan Konferensi ke-4 Pendidikan Matematika: “Building the Nation Character through Humanistic Mathematics Education”.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan Matematika UNY.

Yoong. (2002). Helping Your Students to Become Metacognitive In Mathematics: A decade later. [online]. Tersedia:

http://Intranet.moe. Edu.sg/maths/newsletter/fourthissue/Vol.2.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEA) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA.

3 22 53

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METACOGNITIVE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 2 38

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METACOGNITIVE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 5 43

PENDEKATAN PEMBELAJARAN METACOGNITIVE SCAFFOLDING DENGAN MEMANFAATKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMA.

0 0 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI, DAN SELF- EFFICACY MATEMATIS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN METACOGNITIVE SCAFFOLDING.

6 25 88

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN METACOGNITIVE INSTRUCTION.

0 0 57

PENERAPAN TEKNIK METACOGNITIVE SCAFFOLDING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SMA - repository UPI T MTK 1207117 Title

0 0 3

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METACOGNITIVE SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - repository UPI S MAT 1003095 Title

0 0 3

Penerapan scaffolding untuk pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis

0 1 6