Rekayasa Ruang Latihan Padua Suara Ditinjau Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha, Bandung).

(1)

v Universitas Kristen Maranatha berada di Universitas Kristen Maranatha. Keberadaan PSM UKM sangat penting karena seperti telah diketahui bahwa PSM UKM telah mengharumkan nama Indonesia baik di tingkat Asia maupun di tingkat Eropa. Oleh karena itu, untuk mendukung kemajuan PSM UKM maka diperlukan ruang latihan yang betul-betul memadai. Memadai dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal keergonomisan.

Kondisi ruang PSM UKM pada saat ini kurang ergonomis sebagai tempat latihan vokal paduan suara. Hal ini ditunjukkan melalui fasilitas fisik (kursi penyanyi, kursi pelatih, lemari partitur, kardus partitur, lemari penghargaan, meja keyboard, pintu) yang kurang ergonomis serta lingkungan fisik (pencahayaan, kebisingan, temperatur dan kelembaban) yang tidak baik.

Penelitian dimulai dari pengumpulan data fasilitas fisik (kursi penyanyi, kursi pelatih, lemari partitur, kardus partitur, lemari penghargaan, meja keyboard, pintu), lingkungan fisik (pencahayaan, kebisingan, temperatur dan kelembaban), dan juga data antropometri atau data acuan yang dibutuhkan dan sesuai untuk tiap fasilitas fisik. Keseluruhan dari hasil pengumpulan data tersebut akan dianalisis.

Perancangan dilakukan terhadap fasilitas fisik (kursi penyanyi dan pelatih, lemari partitur, tempat partitur, lemari penghargaan, meja keyboard, pintu, dan kursi pemain keyboard) berdasarkan data antropometri maupun data acuan, lingkungan fisik (pencahayaan, kebisingan, temperatur dan kelembaban), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (APAR, P3K, safety sign, detektor asap, dan alarm kebakaran). Perancangan fasilitas fisik dibuat dua alternatif rancangan yang dibandingkan dengan aktual. Untuk perancangan pencahayaan dilakukan menambah daya lampu dan menambah jumlah lampu untuk tiap titik lampu. Perancangan temperatur dan kelembaban dilakukan dengan memasang AC dalam ruangan. Perancangan kebisingan dilakukan dengan melapisi ruangan dengan rak telur supaya kedap suara dan gema suara di dalam ruangan menjadi berkurang. Keseluruhan hasil rancangan diatas selanjutnya akan dianalisis satu per satu.

Pemakaian scoring concept digunakan untuk menentukan alternatif mana yang terbaik dari tiap fasilitas fisik. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan aktual dengan dua alternatif usulan berdasarkan masing-masing parameter penilaian. Alternatif yang terpilih disusun ke dalam layout dan dibuat 3 alternatif. Dalam hal ini juga untuk menentukan alternatif layout yang terpilih maka dibuat scoring concept dengan parameter penilaian yang sesuai.

Hasil akhir dari penelitian tiap fasilitas fisik adalah kursi penyanyi dan pelatih terpilih alternatif 1, lemari partitur alternatif 2, tempat partitur alternatif 2, lemari penghargaan alternatif 2, meja keyboard alternatif 2, pintu alternatif 2, dan kursi pemain keyboard alternatif 1. Untuk lingkungan fisik ( pencahayaan dengan menambah daya lampu dan jumlah lampu, temperatur dan kelembaban dengan memberikan AC sebanyak 4 buah, dan kebisingan dengan melapisi ruangan dengan bahan penyerap bunyi).


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

LEMBAR PENGESAHAN PSM UKM……….. iii

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI……….. iv

ABSTRAK……… v

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH………. vi

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xx BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah……… 1 – 1 1.2Identifikasi Masalah ……….. 1 – 3 1.3Batasan dan Asumsi……… 1 – 4 1.4Perumusan Masalah……….... 1 – 5 1.5Tujuan Penelitian………. 1 – 6 1.6Sistematika Penulisan ………... 1 – 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi……….. 2 – 1

2.2 Antropometri………. 2 – 3

2.3 Persentil……… 2 – 9

2.4 Konsep Perancangan dan Pengukuran……….. 2 – 10 2.4.1 Teknik Perancangan……… 2 – 10 2.4.2 Karakteristik Perancangan………. 2 – 10 2.4.3 Prosedur Perancangan……… 2 – 11 2.4.4 Analisa Terhadap Perancangan ………..………. 2 – 12 2.5 Spesifikasi Lingkungan Kerja……… 2 – 13 2.5.1 Pencahayaan………. 2 – 14


(3)

x Universitas Kristen Maranatha 2.5.2 Temperatur………. 2 – 15 2.5.3 Kelembaban………. 2 – 16 2.5.4 Sirkulasi Udara………. 2 – 17 2.5.5 Kebisingan……… 2 – 18 2.5.6 Bau-bauan……….. 2 – 20

2.5.7 Warna……….. 2 – 21

2.6 Fisiologi Duduk……… 2 – 22 2.7 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K-3 ) ……….….. 2 – 24 2.8 Rekayasa Sistem Kerja………. 2 – 26 2.8.1 Rekayasa Manusia……… 2 – 26 2.8.2 Rekayasa Bahan………. 2 – 26 2.8.3 Rekayasa Alat……… 2 – 26 2.8.4 Rekayasa Lingkungan …..……… 2 – 26 2.8.5 Rekayasa Produk……… 2 – 27 2.9 Pengukuran Kontur………. 2 – 27 2.10 Metode Concept Scoring……… 2 – 29 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Umum Universitas Kristen Maranatha……… 4 – 1 4.1.1 Sejarah Singkat Universitas Kristen Maranatha………. 4 – 1 4.1.2 Struktur Organisasi Universitas Kristen Maranatha………. 4 – 4 4.1.3 Sejarah Paduan Suara Mahasiswa UKM………. 4 – 5 4.1.4 Sejarah Ruang Pelatihan PSM UKM……… 4 – 5 4.1.5 Struktur Organisasi PSM UKM………. 4 – 6 4.2 Fasilitas Fisik yang Digunakan……… 4 – 7 4.2.1 Kursi Penyanyi ………... 4 – 7 4.2.2 Kursi Pelatih……… 4 – 8 4.2.3 Hardcase Keyboard……… 4 – 9


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha 4.2.4 Stand Keyboard ……….. 4 – 10 4.2.5 Keyboard Yamaha DGX-620 ……….. 4 – 11 4.2.6 Stand Partitur Keyboard……….. 4 – 12 4.2.7 Meja Keyboard………. 4 – 12 4.2.8 Stand Partitur Jerman……….. 4 – 13 4.2.9 Stand Partitur Biasa………. 4 – 15 4.2.10 Kardus Partitur……….. 4 – 16 4.2.11 Lemari Partitur………... 4 – 17 4.2.12 Container Box……… 4 – 18 4.2.13 Lemari Penghargaan……….. 4 – 19 4.3 Lingkungan Fisik………. 4 – 20

4.3.1 Pencahayaan……….. 4 – 20 4.3.2 Kebisingan……….. 4 – 21 4.3.3 Temperatur dan Kelembaban ………... 4 – 22 4.4 Layout dan Denah Ruangan Latihan PSM UKM………. 4 – 25

4.4.1 Layout Aktual Ruangan Latihan PSM UKM……… 4 – 25 4.4.2 Denah Ruangan Latihan PSM UKM ……….…. 4 – 25 BAB 5 ANALISIS

5.1 Antropometri ………. 5 – 1 5.1.1 Kursi Pelatih……….. 5 – 1 5.1.2 Meja Keyboard………. 5 – 4 5.1.3 Pintu……….. 5 – 7 5.1.4 Kursi Penyanyi………. 5 – 10

5.1.5 Lemari Partitur……… 5 – 14 5.1.6 Kardus Partitur……… 5 – 17 5.1.7 Lemari Penghargaan……… 5 – 19 5.2 Lingkungan Fisik……… 5 – 22 5.2.1 Temperatur………. 5 – 22


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Kelembaban………. 5 – 22 5.2.3 Sirkulasi Udara………. 5 – 23 5.2.4 Pencahayaan……… 5 – 24 5.2.5 Kebisingan………. 5 – 26

5.2.6 Warna……… 5 – 26

5.3 Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja………. 5 – 27 5.3.1 Kecelakaan yang Telah Terjadi……….. 5 – 27 5.3.2 Kecelakaan yang Berpotensi Terjadi ..………. 5 – 27 5.3.2.1 Kebakaran………. 5 – 27 5.3.2.2 Tersengat Listrik………. 5 – 29 5.3.3 Tata Cara Pencegahan yang Sudah Dilakukan…………. 5 – 30 5.3.3.1 Kebakaran………. 5 – 30 5.3.3.2 Tersengat Listrik………. 5 – 30 5.3.4 Tata Cara Penanggulangan yang Sudah Dilakukan…….. 5 – 31 5.3.4.1 Kebakaran……….. 5 – 31 5.3.4.2 Tersengat Listrik………. 5 – 31 BAB 6 PERANCANGAN

6.1 Fasilitas Fisik Ruang Latihan PSM UKM……… 6 – 1 6.1.1 Kursi Pelatih dan Penyanyi……….. 6 – 1 6.1.1.1 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 1……… 6 – 2 6.1.1.2 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 2……… 6 – 3 6.1.2 Meja Keyboard……… 6 – 5 6.1.2.1 Meja Keyboard Alternatif 1……… 6 – 5 6.1.2.2 Meja Keyboard Alternatif 2……….. 6 – 7

6.1.3 Pintu……….. 6 – 9 6.1.3.1 Pintu Alternatif 1………... 6 – 9

6.1.3.2 Pintu Alternatif 2………. 6 – 10 6.1.4 Lemari Partitur………. 6 – 12


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha 6.1.4.1 Lemari Partitur Alternatif 1……….. 6 – 12

6.1.4.2 Lemari Partitur Alternatif 2……….. 6 – 13 6.1.5 Lemari Penghargaan……… 6 – 15 6.1.5.1 Lemari Penghargaan Alternatif 1……….. 6 – 15 6.1.5.2 Lemari Penghargaan Alternatif 2………. 6 – 16 6.1.6 Kursi Pemain Keyboard……… 6 – 19 6.1.6.1 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 1……… 6 – 19 6.1.6.2 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 2……… 6 – 20 6.17 Tempat Partitur……… 6 – 22 6.1.7.1 Tempat Partitur Alternatif 1……… 6 – 22 6.1.7.2 Tempat Partitur Alternatif 2……… 6 – 22 6.1.8 Layout Alternatif Usulan ……….. 6 – 25 6.1.8.1 Layout Alternatif 1……… 6 – 25 6.1.8.2 Layout Alternatif 2……… 6 – 26 6.1.8.3 Layout Alternatif 3……… 6 – 28 6.2 Lingkungan Fisik……… 6 – 30 6.2.1 Pencahayaan……… 6 – 30 6.2.2 Warna……… 6 – 31 6.2.3 Temperatur dan Kelembaban ………..…… 6 – 31 6.2.4 Kebisingan………. 6 – 33 6.3 Usulan Pencegahan dan Penanggulangan yang Lebih Efektif… 6 – 35 6.3.1 Usulan Pencegahan yang Lebih Efektif………. 6 – 35 6.3.1.1 Kebakaran……….. 6 – 35 6.3.1.2 Tersengat Listrik………. 6 – 37 6.3.2 Usulan Penanggulangan yang Lebih Efektif ………... 6 – 38 6.3.2.1 Kebakaran………. 6 – 38 6.3.2.2 Tersengat Listrik……… 6 – 38


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

1.1Kesimpulan……….. 7 – 1


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

Tabel Judul Halaman

2.1 Recommended Illumination Levels for Interior Lighting 2 – 15 2.2 Temperatur Lingkungan Kerja dan Pengaruhnya 2 – 16 2.3 Intensity and Effects of Common Noises 2 – 20

2.4 Efek Psikologis Warna 2 – 21

2.5 Arti Warna 2 – 22

2.6 Bagan Analisa Penilaian Konsep 2 – 29

4.1 Data Luas Bangunan 4 – 2

4.2 Spesifikasi Kursi Penyanyi 4 – 7

4.3 Spesifikasi Kursi Pelatih 4 – 8

4.4 Spesifikasi Hardcase Keyboard 4 – 9

4.5 Spesifikasi Stand Keyboard 4 – 10

4.6 Spesifikasi Keyboard Yamaha DGX-620 4 – 11

4.7 Spesifikasi Stand Partitur Keyboard 4 – 12

4.8 Spesifikasi Meja Keyboard 4 – 13

4.9 Spesifikasi Stand Partitur Jerman 4 – 14

4.10 Spesifikasi Stand Partitur Biasa 4 – 15

4.11 Spesifikasi Kardus Partitur 4 – 16

4.12 Spesifikasi Rak Partitur 4 – 17

4.13 Spesifikasi Container Box 4 – 18

4.14 Spesifikasi Lemari Penghargaan 4 – 19

4.15 Data Pengukuran Pencahayaan 4 – 20

4.16 Data Pengukuran Kebisingan 4 – 21

4.17 Data Temperatur dan Kelembaban 4 – 22

5.1 Antropometri Kursi Pelatih 5 – 3

5.2 Antropometri Meja Keyboard 5 – 6


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

Tabel Judul Halaman

5.4 Antropometri Kursi Penyanyi 5 – 13

5.5 Antropometri Rak Partitur 5 – 16

5.6 Antropometri Kardus Partitur 5 – 18

5.7 Antropometri Lemari Penghargaan 5 – 21

6.1 Kontur Perancangan Kursi 6 – 2

6.2 Scoring Concept Kursi Pelatih dan Penyanyi 6 – 5 6.3 Scoring Concept Meja Keyboard 6 – 9 6.4 Scoring Concept Pintu 6 – 12 6.5 Scoring Concept Lemari Partitur 6 – 15 6.6 Scoring Concept Lemari Penghargaan 6 – 19 6.7 Scoring Concept Kursi Pemain Keyboard 6 – 22 6.8 Scoring Concept Tempat Partitur 6 – 24 6.9 Scoring Concept Layout Alternatif Usulan 6 – 30


(10)

xvii Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Halaman

2.1 Antropometri Tubuh Manusia 2 – 5

2.2 Antropometri Tangan Manusia 2 – 8

2.3 Comfort Zone As A Function of Relative

Humidity Versus Temperature 2 – 18 2.4 Rotasi Pinggul (Pelvis) pada Posisi Duduk 2 – 23

2.5 Titik Tekanan Pembebanan 2 – 27

2.6 Pengukuran Kontur Tubuh 2 – 28

3.1 Diagram Aliran Penelitian 3 – 1

4.1 Struktur Organisasi UKM 4 – 4

4.2 Struktur Organisasi PSM UKM 4 – 6

4.3 Foto Kursi Penyanyi Aktual 4 – 7

4.4 Foto Kursi Pelatih Aktual 4 – 8

4.5 Foto Hardcase Keyboard 4 – 9

4.6 Foto Stand Keyboard 4 – 10

4.7 Foto Keyboard Yamaha DGX-620 4 – 11

4.8 Foto Stand Partitur Keyboard 4 – 12

4.9 Foto Meja Keyboard Aktual 4 – 13

4.10 Foto Stand Partitur Jerman 4 – 14

4.11 Foto Stand Partitur Biasa 4 – 15

4.12 Foto Kardus Partitur 4 – 16

4.13 Foto Lemari Partitur Aktual 4 – 17

4.14 Foto Container Box 4 – 18

4.15 Foto Lemari Penghargaan Aktual 4 – 19

4.16 Titik Pengukuran Pencahayaan 4 – 21

4.17 Titik Pengukuran Kebisingan 4 – 22


(11)

xviii Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Halaman

4.19 Diagram Hasil Pengukuran 4 – 24

4.20 Layout Aktual 4 – 25

4.21 Layout Ruangan 4 – 25

5.1 Temperatur dan Kelembaban 5 – 23

5.2 Fishbone Kecelakaan Kebakaran 5 – 27 5.3 Fishbone Kecelakaan Tersengat Listrik 5 – 29 6.1 Kontur Perancangan Kursi Pelatih dan Penyanyi 6 – 1 6.2 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 1 6 – 3 6.3 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 2 6 – 4

6.4 Meja Keyboard Alternatif 1 6 – 6

6.5 Meja Keyboard Alternatif 2 6 – 7

6.6 Pintu Alternatif 1 6 – 10

6.7 Pintu Alternatif 2 6 – 11

6.8 Lemari Partitur Alternatif 1 6 – 13

6.9 Lemari Partitur Alternatif 2 6 – 14

6.10 Lemari Penghargaan Alternatif 1 6 – 16

6.11 Lemari Penghargaan Alternatif 2 6 – 18

6.12 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 1 6 – 20

6.13 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 2 6 – 21

6.14 Tempat Partitur Alternatif 1 6 – 23

6.15 Tempat Partitur Alternatif 2 6 – 23

6.16 Layout Alternatif 1 6 – 26

6.17 Layout Alternatif 2 6 – 27

6.18 Layout Alternatif 3 6 – 29

6.19 Titik Pemasangan AC pada ruangan 6 – 32


(12)

xix Universitas Kristen Maranatha

Gambar Judul Halaman

6.21 Kriteria Bising Latar belakang yang Direkomendasikan 6 – 34

6.22 APAR Tipe Serbuk (Dry Powder) 6 – 36

6.23 Tanda Dilarang Merokok 6 – 36


(13)

xx Universitas Kristen Maranatha

No Judul Halaman

1 Proyeksi Amerika Kursi Penyanyi L – 1

2 Proyeksi Amerika Kursi Pelatih L – 2

3 Proyeksi Amerika Hardcase Keyboard L – 3

4 Proyeksi Amerika Stand Keyboard L – 4

5 Proyeksi Amerika Stand Partitur Keyboard L – 5

6 Proyeksi Amerika Meja Keyboard L – 6

7 Proyeksi Amerika Stand Partitur Jerman L – 7

8 Proyeksi Amerika Stand Partitur Biasa L – 8

9 Proyeksi Amerika Kardus Partitur L – 9

10 Proyeksi Amerika Lemari Partitur L – 10

11 Proyeksi Amerika Container Box L – 11

12 Proyeksi Amerika Lemari Penghargaan L – 12

13 Proyeksi Amerika Keyboard Yamaha DGX-620 L – 13

Antropometri Masyarakat Indonesia L – 14

Antropometri Telapak Tangan Masyarakat Indonesia L – 15 Antropometri Kepala Masyarakat Indonesia L – 16

Antropometri Kaki Masyarakat Indonesia L – 17

14 Proyeksi Amerika Kursi Penyanyi dan Pelatih Usulan L – 18 15 Proyeksi Amerika Meja Keyboard Usulan L – 19

16 Proyeksi Amerika Pintu Usulan L – 20

17 Proyeksi Amerika Lemari Partitur Usulan L – 21

18 Proyeksi Amerika Lemari Penghargaan Usulan L – 22

19 Proyeksi Amerika Kursi Pemain Keyboard Usulan L – 23

20 Proyeksi Amerika Tempat Partitur Usulan L – 24

21 Layout Alternatif Usulan L – 25


(14)

xxi Universitas Kristen Maranatha

No Judul Halaman

23 Meja Keyboard Terpilih L – 26

24 Pintu Terpilih L – 26

25 Lemari Partitur Terpilih L – 27

26 Lemari Penghargaan Terpilih L – 27

27 Kursi Pemain Keyboard Terpilih L – 27

28 Tempat Partitur Terpilih L – 28


(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

(33)

(34)

(35)

(36)

(37)

(38)

(39)

(40)

22.Kursi Pelatih dan Penyanyi Terpilih

23.Meja Keyboard Terpilih


(41)

25.Lemari Partitur Terpilih

26.Lemari Penghargaan Terpilih


(42)

(43)

29.Layout Alternatif Usulan Terpilih


(44)

DATA PENULIS

Nama : Gamaliel Efrata Ginting

Alamat di bandung : Jalan Gempol Asri VIII no. 4, Gempol Asri, Bandung Alamat Asal : Jalan Bhayangkara no. 44, Kabanjahe, Medan

No. Telp Bandung : 022 76450114 No. Telp Asal : 0628 20073 No. Handphone : 0813 2122 9004

Alamat Email : acm_maldini1899@yahoo.com

Pendidikan : SMK ANGKASA, Bandung

Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Nilai Tugas Akhir : A


(45)

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

Nama Mahasiswa : Gamaliel Efrata Ginting

NRP : 0623040

Judul Tugas Akhir : Rekayasa Ruang Latihan Paduan Suara Ditinjau Dari Aspek Ergonomi ( Studi Kasus di Universitas Kristen Maranatha ) Komentar – Komentar Dosen Penguji :

1. Pada laporan perlu diperjelas mengenai desain kursi, berapa kemiringan sandaran, alas duduk, dan sebagainya.

2. Ganti kata ‘seperti’ menjadi ‘contoh’.

3. Gambar kursi terpilih dilengkapi dimensinya terutama yang ada hubungan dengan antropometri perancangan.


(46)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dunia musik makin digemari masyarakat umumnya. Dan perkembangan musik sudah sampai pada musik vokal dan menyanyi baik perseorangan maupun dalam satu kelompok bernyanyi yang disebut dengan paduan suara. Dalam hal ini untuk menghasilkan bernyanyi yang baik yang didukung dengan teknik yang baik, maka dibutuhkan suatu pelatihan yang optimal yang didukung pula dengan fasilitas ruang pelatihan yang ergonomis untuk penyanyi baik perseorangan maupun kelompok paduan suara.

Ruangan merupakan sebuah bangunan yang memiliki kegunaan tertentu sebagai fasilitas penunjang suatu kegiatan dilaksanakan. Khusus dalam hal ini ruangan digunakan sebagai fasilitas tempat melakukan latihan bernyanyi. Oleh karena itu, ruangan memiliki fungsi sebagai media yang mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan.

Dalam hal ini penelitian dilakukan terhadap kelompok paduan suara yang bernama Paduan Suara Mahasiswa Maranatha, dimana salah satu paduan suara ternama ini memiliki ruangan pelatihan yang tidak baik sebagai tempat sarana pelatihan. Dalam hal ini ruangan yang dijadikan sebagai tempat latihan paduan suara tersebut adalah ruangan D202 Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Kriten Maranatha.

Permasalahan yang terjadi mengenai hal ini adalah ruangan pelatihan ini memiliki kekurangan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan bernyanyi. Beberapa masalah yang terjadi adalah ruangan tidak kedap suara sehingga suara bising di luar ruangan mengganggu konsentrasi pada saat latihan. Juga di dalam ruangan terdapat tiang penyangga yang besar sehingga


(47)

memberikan space yang besar di belakang penyanyi dan penyanyi tidak bisa berada di area belakang tiang karena penyanyi kesulitan melihat pelatih. Karena hal tersebut, suara harmonisasi nada yang dihasilkan menjadi tidak mengumpul dan tersebar ke seluruh ruangan sehingga harmonisasi nada yang didengar pelatih menjadi tidak efektif dan sempurna. Selain itu tidak rapihnya penataan kursi ruangan yang disusun membuat posisi penyanyi berubah-ubah. Masalah lain adalah kursi dalam ruangan melebihi kapasitas penyanyi membuat ruangan terasa sesak. Karena tiap penyanyi memiliki karakteristik suara yang berbeda-beda ditambah dengan posisi penyanyi yang berubah-ubah membuat harmonisasi nada menjadi tidak baik. Selain itu, masalah akustik ruangan yang tidak baik membuat latihan menjadi tidak efektif karena pelatih tidak dapat mendengar dengan sempurna bunyi harmonisasi nada yang dihasilkan. Dampak dari hal tersebut adalah pelatih sulit dalam menyusun komposisi penyanyi untuk membuat suatu harmonisasi nada yang baik. Masalah lain adalah pada posisi pelatih tempat keyboard diletakkan menggunakan meja penyanyi biasa yang berada di ruang D202 Gedung Fakultas Kedokteran UKM sehingga tinggi meja tidak ergonomis untuk pelatih bermain keyboard. Selain itu, tidak simetrisnya antara posisi pelatih pada saat mengajar dalam posisi duduk di area keyboard dengan penyanyi membuat pelatih tidak dapat mendengar dengan baik harmonisasi nada yang dihasilkan. Akibatnya adalah pelatih tidak dapat mengetahui asal mula bunyi nada yang tidak sesuai tersebut.


(48)

1.2 Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

 Tata letak kursi penyanyi yang tidak baik membuat penyanyi tidak dapat mendengar harmonisasi nada dengan baik pada saat bernyanyi.

 Tata letak kursi yang tidak baik juga membuat sudut pandang yang tidak baik terhadap posisi pelatih pada saat duduk di area keyboard dalam memberikan instruksi dan teknik bernyanyi.

 Ruangan pelatihan tidak kedap suara sehingga mudah terkontaminasi oleh suara dari luar ruangan dan mengganggu konsentrasi latihan.

 Ruangan pelatihan memiliki akustik yang tidak baik

 Tiang penyangga ruangan yang membuat allowance space di belakang penyanyi membuat pantulan suara tidak sempurna dan membuat pelatih mendengar harmonisasi nada menjadi tidak sempurna.

 Karena tidak adanya tempat yang tetap sehingga membuat alat musik keyboard dibawa pada saat latihan dan setelah selesai latihan dibawa kembali dan disimpan di ruangan sekretariat PSM UKM

 Fasilitas fisik kursi penyanyi yang kurang ergonomis membuat postur penyanyi pada saat bernyanyi tidak baik sehingga latihan menjadi kurang optimal

 Tipe meja tempat keyboard diletakkan adalah tipe meja penyanyi yang besar tempat dosen mengajar sehingga tidak ergonomis bagi pelatih untuk memainkan alat musik dalam melatih.


(49)

 Tipe kursi yang digunakan pelatih pada saat melatih dalam posisi duduk di area keyboard adalah kursi pelatih yang dimana tinggi kursi tidak seimbang terhadap tinggi meja sehingga untuk mengimbanginya maka beberapa kursi ditumpuk menjadi satu.  Posisi pelatih pada saat duduk di area keyboard dan penyanyi

yang tidak saling simetris dan tidak center karena adanya panggung membuat penyebaran suara tidak merata terdengar oleh penyanyi dan juga sulit bagi pelatih mendengar harmonisasi nada yang kurang tepat dan akibatnya pelatih tidak tahu darimana asal mula bunyi nada harmonisasi yang salah tersebut.

1.3 Batasan dan Asumsi

Dalam hal ini diberikan pembatasan-pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

 Tidak mengubah konstruksi ruangan yang diteliti

 Fasilitas fisik yang diteliti adalah kursi penyanyi, kursi pelatih, meja keyboard, kardus partitur, lemari partitur, lemari penghargaan, pintu ruangan PSM UKM, dan kursi pemain keyboard.

 Lingkungan fisik yang diteliti pencahayaan, sirkulasi udara, temperatur ruangan, serta tingkat intensitas bunyi pada setiap sisi di ruangan.

 Data antropometri yang digunakan adalah data antropometri orang Indonesia yang diambil dari buku Eko Nurmianto

 Persentil yang digunakan adalah persentil minimum 5 %, persentil rata-rata 50%, dan persentil maksimum 95%.


(50)

 Kondisi pengukuran yang dilakukan adalah pada siang hari pukul 14.00 WIB, pada sore hari pukul 17.00 WIB, dan pada malam hari pukul 21.00 WIB.

Selain itu juga diperlukan suatu asumsi-asumsi dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut :

 Data antropometri yang diperoleh dari buku Eko Nurmianto sudah mewakili data antropometri penyanyi dan pelatih

1.4 Perumusan Masalah

Permasalahan – permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keergonomisan fasilitas fisik di ruang latihan PSM UKM seperti meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi pelatih pada saat ini?

2. Bagaimana tata letak fasilitas fisik dalam ruang latihan PSM UKM seperti meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi pelatih pada saat ini?

3. Bagaimana kondisi lingkungan fisik ruangan seperti pencahayaan, sirkulasi udara, temperatur ruangan, dan kebisingan ruang latihan PSM UKM pada saat ini?

4. Bagaimana Kesehatan dan Keselamatan Kerja di ruang latihan PSM UKM pada saat ini ?

5. Bagaimana fasilitas fisik di ruang latihan PSM UKM seperti meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi pelatih yang lebih ergonomis? 6. Bagaimana tata letak fasilitas fisik dalam ruang latihan PSM UKM

seperti meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi pelatih yang lebih ergonomis?


(51)

7. Bagaimana kondisi lingkungan fisik ruangan seperti pencahayaan, temperatur ruangan, sirkulasi udara, dan kebisingan di ruang latihan PSM UKM yang lebih baik?

8. Bagaimana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di ruang latihan PSM UKM supaya menjadi lebih baik ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan daripada dilakukan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keergonomisan fasilitas fisik di ruang Ruang latihan PSM UKM seperti kursi meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi panjang yang ada pada saat ini.

2. Mengetahui keergonomisan tata letak fasilitas fisik kursi penyanyi terhadap posisi pelatih dan meja keyboard yang ergonomis.

3. Mengetahui kondisi lingkungan fisik ruangan seperti pencahayaan, sirkulasi udara, temperatur ruangan, dan kebisingan di ruang latihan PSM UKM pada saat ini.

4. Mengatahui Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang ada pada saat ini di ruang latihan PSM UKM.

5. Merancang suatu usulan fasilitas fisik di ruang Ruang latihan PSM UKM seperti kursi penyanyi, meja keyboard, kursi penyanyi, dan kursi panjang yang lebih ergonomis.

6. Merancang tata letak fasilitas fisik kursi penyanyi terhadap posisi pelatih dan meja keyboard yang lebih ergonomis.

7. Merancang lingkungan fisik seperti pencahayaan, sirkulasi udara, temperatur ruangan, dan kebisingan di ruang latihan PSM UKM yang lebih ergonomis.

8. Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di ruang latihan PSM UKM.


(52)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam hal ini akan dijabarkan mengenai sistematika penulisan laporan tugas akhir sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijabarkan mengenai latar belakang masalah yang terjadi supaya dapat diberikan usulan dengan melakukan perancangan suatu ruangan pelatihan PSM UKM yang lebih ergonomis, sehingga dapat mendukung pembentukan kualitas bernyanyi dan harmonisasisasi nada yang baik, identifikasi masalah, batasan dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelasakan teori-teori yang digunakan untuk mendukung perancangan yang disusun dalam sebuah laporan tugas akhir. Beberapa teori yang dipakai dalam hal ini adalah Antropometri, Ergonomi, dan Lingkungan fisik,.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah penelitian yang harus dilakukan secara bertahap yang ditampilkan melalui diagram alir atau flow chart penelitian, dan juga mencakup informasi keterangan kerja yang secara rinci dijabarkan.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Dalam bab ini menjabarkan dan menjelaskan mengenai data-data umum penelitian yang dilakukan terhadap ruangan tersebut serta memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan pada saat dilakuakn penelitian tersebut. Dalam hal ini adalah mengenai fasilitas fisik, tata letak fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan K3 ruang Ruang latihan PSM UKM pada saat ini.


(53)

BAB 5 ANALISIS DATA

Bab ini menjabarkan analisis hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang telah dilakukan. Juga memberikan suatu perbandingan antara kondisi sekarang dengan teori yang terkait, sehingga dapat diketahui bagaimana usulan yang lebih baik dan lebih ergonomis.

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS HASIL PERANCANGAN Dalam bab ini menjelaskan usulan yang diberikan yang diperoleh melalui analisis data sebelumnya sehingga melalui hal tersebut dapat dilakukan suatu perancangan dan perbaikan terhadap fasilitas fisik, tata letak fasilitas fisik, lingkungan fisik, dan K3. Juga memberikan suatu analisis mengenai kelebihan dan kekurangan usulan perancangan yang dilakukan. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjabarkan kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang dilakukan serta mencakup saran-saran yang membangun pada unit kegiatan PSM UKM serta Universitas Kristen Maranatha dalam hal peningkatan kualitas bernyanyi melalui keergonomisan ruangan pelatihan.


(54)

6-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 6

PERANCANGAN

6.1 Fasilitas Fisik Ruang Latihan PSM UKM

Dari hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh hasil bahwa fasilitas fisik yang perlu dilakukan perbaikan adalah kursi pelatih dan penyanyi dan penyanyi, meja keyboard, pintu, rak partitur, kardus partitur dan lemari penghargaan.

6.1.1 Kursi pelatih dan penyanyi dan Penyanyi

Berdasarkan hasil analisis antropometri yang dilakukan, diperoleh bahwa terdapat dimensi yang perlu diperbaiki. Dimensi tersebut adalah panjang alas duduk yang tidak ergonomis, lebar alas duduk yang tidak ergonomis dan tinggi alas duduk yang tidak sesuai. Oleh karena hal itu, maka untuk kursi pelatih dan penyanyi perlu dilakukan perancangan yang lebih ergonomis.

SAMPING DEPAN

Gambar 6.1


(55)

Berikut adalah ukuran kontur tersebut : Tabel 6.1

Kontur Perancangan Kursi [ 7,6-8 ]

Bagian Dimensi

Jenis Ukuran (mm)

Sandaran Punggung S4 4

S3 10

Y 200

Alas Duduk S2 12

S1 4

Β 257

Untuk kontur kursi pelatih dan penyanyi dibagi menjadi dua yaitu untuk sandaran punggung dan alas duduk. Untuk sandaran punggung, digunakan S4 (Lekukan kontur tulang bahu) sebesar 4 mm, S3 (Lekukan kontur tulang punggung) sebesar 10 mm, dan Y (Jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai lekukan tulang punggung bagian dalam) sebesar 200 mm. Sedangkan untuk alas duduk, digunakan S2 (Lekukan kontur paha) sebesar 12 mm, S1 (Lekukan kontur alas duduk / pantat) sebesar 4 mm, dan B (Jarak horizontal dari lekuk lutut bagian dalam popliteal sampai ujung lekukan kontur paha) sebesar 257 mm.

6.1.1.1 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 1

Untuk usulan kursi pelatih dan penyanyi alternatif 1 ini, dilakukan perancangan ulang dari kursi yang lama menjadi kursi dengan rancangan yang baru. Model pada alternatif 1 adalah menyerupai model kursi chitose yang dapat dilipat. Perbedaannya adalah pada kursi ini memiliki alas duduk dengan lekukan hingga ke bagian atas pantat sebelum pinggang. Selain itu memiliki meja yang dapat dilipat dan dibuka pada saat akan digunakan.

Kelebihan dari alternatif ini adalah kemudahan untuk menyimpan dan melipatnya sehingga pada saat tidak digunakan kursi dapat disimpan dan tidak mengganggu aktivitas penyanyi. Selain itu juga adanya tempat minum di samping kiri kursi memudahkan penyanyi untuk mengambil minum. Kelebihan lain adalah


(56)

meja yang dapat dilipat memudahkan dalam menggunakan meja dan membuat leluasa penyanyi untuk bernyanyi dalam posisi duduk.

Kelemahan dari alternatif ini adalah memerlukan biaya yang besar untuk merancang kursi baru dalam jumlah yang besar.

Gambar 6.2

Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 1

6.1.1.2 Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 2

Untuk usulan kursi pelatih dan penyanyi alternatif 2 ini, dilakukan perancangan ulang dari kursi yang lama menjadi kursi dengan rancangan yang baru. Model pada alternatif 2 tidak jauh berbeda dengan alternatif 1. Perbedaannya adalah hanya pada model cara melipat meja yang digunakan.

Kelebihan dari alternatif ini adalah kemudahan untuk menyimpan dan melipatnya sehingga pada saat tidak digunakan kursi dapat disimpan dan tidak mengganggu aktivitas penyanyi. Selain itu juga adanya tempat minum di samping kiri kursi memudahkan penyanyi untuk mengambil minum. Kelebihan lain adalah meja yang dapat dilipat memudahkan dalam menggunakan meja dan membuat leluasa penyanyi untuk bernyanyi dalam posisi duduk.

Kelemahan dari alternatif ini adalah memerlukan biaya yang besar untuk merancang kursi baru dalam jumlah yang besar. Selain itu juga cara pelipatan meja lebih rumit daripada model alternatif 1.


(57)

Gambar 6.3

Kursi Pelatih dan Penyanyi Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut :

 Pada prioritas pertama adalah kesesuaian dengan antropometri, dalam hal ini keberadaannya sangat penting karena yang menggunakan fasilitas ini adalah pelatih dan penyanyi sehingga perancangan haruslah disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang menggunakannya.

 Prioritas kedua adalah kenyamanan, karena pelatih dan penyanyi pada saat latihan lebih lama dalam posisi duduk daripada berdiri sehingga kenyamanan penting untuk mencegah terjadinya kelelahan duduk akibat kursi yang tidak ergonomis.

 Prioritas ketiga adalah keselamatan, karena dibutuhkan adanya keamanan dalam posisi duduk sehingga walaupun dalam jangka waktu yang lama, kursi yang digunakan tetap memberikan rasa aman kepada pelatih dan penyanyi.

 Prioritas keempat adalah keseimbangan, karena dalam posisi duduk dibutuhkan suatu kestabilan kursi supaya tidak mengganggu konsentrasi pelatih dan penyanyi dan juga membantu memberikan rasa aman kepada pelatih dan penyanyi untuk duduk di kursi tersebut.


(58)

 Prioritas kelima adalah ringkas, karena dalam hal ini diperlukan supaya mudah untuk dilipat dan dipindah-pindahkan sehingga tidak mengganggu pelatih dan penyanyi pada saat latihan dalam posisi berdiri.

 Prioritas keenam adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan kursi tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat kursi tersebut.

Tabel 6.2

Scoring Concept Kursi Pelatih dan Penyanyi

Parameter Penilaian Prioritas

Alternatif

Aktual 1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai Kesesuaian dengan

antropometri 1 3 3 1.5 1.5 1.5 1.5

Kenyamanan 2 3 6 1 2 2 4

Keselamatan 3 2 6 1 3 3 9

Keseimbangan 4 3 12 2 8 1 4

Ringkas 5 3 15 1 5 2 10

Kemudahan perawatan 6 3 18 1 6 2 12

Total 60 25.5 40.5

Kursi pelatih dan penyanyi terpilih adalah alternatif 1

6.1.2 Meja Keyboard

Berdasarkan analisis antropometri yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dimensi yang tidak sesuai dengan ukuran antropometri adalah dimensi panjang meja, lebar meja, dan tinggi meja.

6.1.2.1 Meja Keyboard Alternatif 1

Pada alternatif ini, meja keyboard yang dirancang berbeda dengan meja keyboard yang digunakan pada kondisi aktual. Dalam hal ini perubahan yang terjadi adalah dimensi meja tersebut yang lebih disesuaikan dengan ukuran keyboard baik untuk panjang meja, lebar meja, dan tinggi meja. Selain itu perubahan juga dilakukan pada model laci meja yang berbeda dengan kondisi aktual. Selain itu perbedaan pada alternatif ini dengan meja aktual adalah


(59)

disediakannya stop kontak pada bagian depan meja yang dilengkapi dengan penutup stop kontak. Pada meja juga terdapat tempat untuk meregangkan kaki apabila kaki pegal pada saat di bawah.

Kelebihan pada alternatif ini adalah memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan partitur sehingga partitur yang akan diajarkan dapat dengan mudah diambil tanpa harus ke lemari partitur untuk mengambilnya. Selain itu juga dengan adanya stop kontak pada meja akan memudahkan untuk melakukan pemasangan instalasi listrik alat elektronik khususnya keyboard dan juga untuk mencegah orang yang memasang alat elektronik tersebut tersengat oleh listrik. Selain itu juga dengan adanya tempat peregangan kaki tersebut memberikan suatu keleluasaan untuk dapat mengurangi kelelahan dalam kondisi statis seperti posisi duduk tersebut.

Kekurangan pada alternatif ini adalah adalah memerlukan biaya yang cukup besar untuk merancang meja ini karena meja yang digunakan berbahan kayu mahoni dengan kualitas baik dan juga adanya penambahan cat pelapis anti rayap yang sekaligus mewarnai meja tersebut untuk membuatnya lebih elegan.

Gambar 6.4


(60)

6.1.2.2 Meja Keyboard Alternatif 2

Pada alternatif ini tidak jauh berbeda dengan alternatif yang pertama. Tetapi perbedaan pada alternatif ini adalah pada model laci dan dimensi yang digunakan dan adanya penambahan loker pada samping kanan atas meja. Selain itu juga pada bagian atas meja diberikan kaca transparan untuk membuat meja lebih elegan.

Kelebihan pada alternatif ini sama seperti alternatif 1, namun perbedaan yang signifikan hanya pada bagian atas meja yang ditambahkan kaca untuk membuatnya lebih elegan. Selain itu juga model laci yang lebih ramping menambah keleluasaan dan kenyamanan penggunaan meja tersebut tetapi tidak mengurangi nilai guna laci tersebut.

Kekurangan atau kelemahan pada alternatif ini adalah memerlukan biaya yang cukup besar untuk merancang meja ini karena meja yang digunakan berbahan kayu mahoni dengan kualitas baik. Selain itu adanya pemberian cat pelapis anti rayap yang sekaligus mewarnai meja tersebut dan juga pemberian kaca pada bagian atas meja untuk membuatnya lebih elegan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk memperoleh kualitas yang baik.

Gambar 6.5

Meja Keyboard Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut :


(61)

 Pada prioritas pertama adalah kesesuaian dengan antropometri, dalam hal ini keberadaannya sangat penting karena fasilitas ini digunakan oleh manusia sehingga perancangan haruslah disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang menggunakannya.

 Prioritas kedua adalah kesesuaian dengan tujuan, karena meja yang dirancang dikhususkan untuk meja keyboard sehingga perlu adanya suatu fokus terhadap fungsi utama dari meja tersebut.

 Prioritas ketiga adalah kenyamanan, karena dalam hal ini diperlukan supaya memberikan rasa nyaman kepada orang dalam memainkan keyboard di atas meja tersebut, sehingga mencegah terjadinya kelelahan akibat meja yang tidak nyaman untuk digunakan.

 Prioritas keempat adalah keselamatan, karena dalam hal ini perlu untuk memberikan rasa aman kepada orang yang menggunakannya khususnya pelatih dan pemain keyboard untuk bermain dalam jangka waktu yang lama.

 Prioritas kelima adalah keseimbangan, karena dalam hal ini diperlukan supaya pada saat meja tersebut digunakan tidak bergerak-gerak dan juga membantu memberikan rasa aman untuk bermain keyboard di meja tersebut..

 Prioritas keenam adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan meja tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat meja tersebut.


(62)

Tabel 6.3

Scoring Concept Meja Keyboard

Parameter Penilaian Prioritas

Alternatif

Aktual 1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai Kesesuaian dengan

antropometri 1 3 3 1.5 1.5 1.5 1.5

Kesesuaian dengan

tujuan 2 3 6 1.5 3 1.5 3

Kenyamanan 3 3 9 2 6 1 3

Keselamatan 4 1 4 3 12 2 8

Keseimbangan 5 3 15 2 10 1 5

Kemudahan perawatan 6 3 18 2 12 1 6

Total 55 44.5 26.5

Meja keyboard terpilih alternatif 2

6.1.3 Pintu

Berdasarkan analisis antropometri yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dimensi yang tidak sesuai dengan ukuran antropometri adalah ukuran untuk tinggi pengunci pintu atas dan juga pegangan pintu yang tidak ergonomis.

6.1.3.1 Pintu Alternatif 1

Pada alternatif 1 ini, pintu yang dirancang berbeda dengan pintu kondisi aktual. Perbedaan terdapat pada bahan kayu yang digunakan dimana bahan pintu terbuat dari bahan kayu mahoni. Selain itu juga model pengunci pintu berbeda dengan pengunci pintu aktual dimana pengunci berada di samping pintu. Model pegangan pintu juga berbeda dengan aktual dimana pegangan pintu adalah model tarik dan buka model putar.

Kelebihan alternatif ini adalah bahan yang digunakan cukup bagus sehingga dapat tahan rayap dan tidak mudah rusak. Selain itu juga model pegangan yang baik memudahkan dalam membuka dan menutup pintu sehingga tidak perlu tenaga untuk memutar pegangan pintu untuk membuka dan menutup


(63)

pintu. Juga model pengunci pintu yang sudah lebih baik memudahkan untuk mengunci pintu bagian atas dan bawah.

Kelemahan alternatif ini adalah masih memerlukan tenaga untuk mendorong dan menarik pintu. Karena pintu yang digunakan masih model tarik dan dorong bukan model geser yang terbuka ke samping.

Gambar 6.6 Pintu Alternatif 1

6.1.3.2 Pintu Alternatif 2

Pada alternatif 2 ini, pintu yang dirancang tidak jauh berbeda dengan pintu alternatif 1. Perbedaan terdapat pada model pintu yang terdapat kaca di bagian tengah pintu. Hal ini dimaksudkan untuk dapat melihat sesuatu di luar ruangan.

Kelebihan alternatif ini adalah bahan yang digunakan cukup bagus sehingga dapat tahan rayap dan tidak mudah rusak. Selain itu juga model pegangan yang baik memudahkan dalam membuka dan menutup pintu sehingga tidak perlu tenaga untuk memutar pegangan pintu untuk membuka dan menutup pintu. Juga model pengunci pintu yang sudah lebih baik memudahkan untuk mengunci pintu bagian atas dan bawah.

Kelemahan alternatif ini adalah masih memerlukan tenaga untuk mendorong dan menarik pintu. Karena pintu yang digunakan masih model tarik dan dorong bukan model geser yang terbuka ke samping. Selain itu juga dengan


(64)

adanya kaca pada pintu memberikan dampak negatif bahwa orang lain dengan mudah akan melihat isi seluruh ruangan.

Gambar 6.7 Pintu Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut:

 Pada prioritas pertama adalah kesesuaian dengan antropometri, dalam hal ini keberadaannya sangat penting karena fasilitas ini digunakan oleh manusia sehingga perancangan haruslah disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang menggunakannya.

 Prioritas kedua adalah keamanan, karena dibutuhkan suatu pintu yang kuat untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

 Prioritas ketiga adalah anti rayap, karena dalam hal ini diperlukan supaya pintu memiliki daya tahan yang lama dan tidak mengalami kerusakan akibat rayap.

 Prioritas keempat adalah kemudahan menggunakan handle, hal ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan bentuk ukuran tangan sehingga memudahkan dalam membuka pintu .


(65)

 Prioritas kelima adalah penggunaan tenaga, hal ini diperlukan dalam membuka pintu sehingga tidak memerlukan tenaga yang besar untuk menggunakan pintu tersebut.

Tabel 6.4 Scoring Concept Pintu

Parameter Penilaian Prioritas

Alternatif

Aktual 1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai Kesesuaian dengan

antropometri 1 3 3 1.5 1.5 1.5 1.5

Keamanan 2 3 6 1 2 2 4

Anti rayap 3 3 9 1 3 2 6

Kemudahan menggunakan handle

4 3 12 1 4 2 8

Penggunaan tenaga 5 3 15 1 5 2 10

Total 45 15.5 29.5

Pintu terpilih alternatif 1

6.1.4 Lemari Partitur

Berdasarkan analisis antropometri yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dimensi yang tidak sesuai dengan ukuran antropometri adalah dimensi ukuran panjang rak, lebar rak, dan tinggi rak.

6.1.4.1 Lemari Partitur Alternatif 1

Pada alternatif ini, lemari partitur yang dirancang berbeda dengan fasilitas pada kondisi aktual. Model alternatif 1 ini dibuat dengan berbahan rangka besi dan tiap raknya berbahan kayu mahoni yang pada ujungnya dijepit oleh besi. Selain itu juga, lemari yang dirancang memiliki rak yang dapat dipindah-pindahkan secara vertikal sehingga dapat menyesuaikan dengan benda yang akan disimpan di dalam lemari tersebut.

Kelebihan daripada alternatif 1 ini adalah adanya penambahan fungsi pada lemari selain untuk menyimpan partitur saja. Selain itu juga, penyimpanan benda di lemari dapat menjadi lebih leluasa karena rak yang dibuat dapat


(66)

dipindah-pindahkan secara vertikal sehingga benda yang disusun dapat masuk ke dalam lemari tanpa harus mengikuti ukuran lemari secara horizontal.

Kelemahan daripada alternatif 1 ini adalah butuh biaya yang cukup besar untuk merancang lemari yang baru. Selain itu bahan rak yang digunakan untuk menahan beban benda yang disimpan kurang baik. Karena bahan yang digunakan adalah kayu yang memiliki daya tahan beban yang rendah sehingga mudah melengkung dalam jangka waktu yang tidak lama.

Gambar 6.8

Lemari Partitur Alternatif 1

6.1.4.2 Lemari Partitur Alternatif 2

Pada alternatif ini, lemari partitur yang dirancang berbeda dengan fasilitas pada kondisi aktual. Model alternatif 2 ini dibuat dengan berbahan rangka besi dan tiap raknya juga berbahan besi. Selain itu juga, lemari yang dirancang memiliki rak yang dapat dipindah-pindahkan secara vertikal sehingga dapat menyesuaikan dengan benda yang akan disimpan di dalam lemari tersebut.

Kelebihan daripada alternatif 2 ini adalah adanya penambahan fungsi pada lemari selain untuk menyimpan partitur saja. Selain itu juga, penyimpanan benda di lemari dapat menjadi lebih leluasa karena rak yang dibuat dapat dipindah-pindahkan secara vertikal sehingga benda yang disusun dapat masuk ke dalam lemari tanpa harus mengikuti ukuran lemari secara horizontal. Dengan bahan yang


(67)

digunakan adalah besi, maka daya tahan untuk menahan beban benda yang disimpan akan lebih lama daripada berbahan kayu.

Kelemahan daripada alternatif 2 ini adalah butuh biaya yang cukup besar untuk merancang lemari yang baru.

Gambar 6.9

Lemari Partitur Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut:

 Pada prioritas pertama adalah fleksibilitas, hal ini sangat penting karena penyimpanan objek tidak hanya partitur saja tetapi terdapat objek lain yang disimpan di lemari tersebut sehingga dibutuhkan kemudahan dalam menyimpan objek tersebut.

 Prioritas kedua adalah kelengkapan rak, karena lemari ini tidak hanya untuk menyimpan partitur saja, sehingga dibutuhkan rak-rak dengan jumlah yang banyak untuk dapat menyimpan berbagai jenis objek yang perlu untuk disimpan di lemari tersebut.

 Prioritas ketiga adalah kemudahan penggunaan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memberikan rasa nyaman dalam menyimpan objek ke


(68)

lemari tersebut dan tidak memerlukan tenaga yang besar untuk hal tersebut.

 Prioritas keempat adalah keseimbangan, karena dalam hal ini diperlukan supaya lemari tersebut pada saat digunakan tidak bergerak-gerak sehingga tidak jatuh dan tidak merusak objek yang disimpan.

 Prioritas kelima adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan lemari tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat meja tersebut.

Tabel 6.5

Scoring Concept Lemari Partitur Parameter

Penilaian Prioritas

Alternatif

Aktual 1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai

Fleksibilitas 1 3 3 2 2 1 1

Kelengkapan

rak 2 3 6 2 4 1 2

Kemudahan

penggunaan 3 3 9 2 6 1 3

Keseimbangan 4 3 12 2 8 1 4

Kemudahan

perawatan 5 3 15 2 10 1 5

Total 45 30 15

Lemari partitur terpilih adalah alternatif 2

6.1.5 Lemari Penghargaan

Berdasarkan analisis antropometri yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dimensi yang tidak sesuai dengan ukuran antropometri adalah dimensi ukuran lebar lemari dan tinggi lemari.

6.1.5.1 Lemari Penghargaan Alternatif 1

Untuk usulan lemari penghargaan alternatif 1 ini tidak jauh berbeda dengan lemari kondisi awal. Perubahan yang terjadi adalah pada dimensi ukuran lebar lemari dan tinggi lemari. Selain itu juga, perbedaan yang signifikan yang


(69)

dimiliki pada alternatif ini adalah penambahan lampu pada lemari yang membuat lemari menjadi lebih elegan dan lebih memiliki nilai estetika. Jika awalnya tidak terlalu diperhatikan, maka dengan adanya penambahan lampu tersebut akan membuat lemari tersebut menjadi lebih memiliki nilai guna.

Kelebihan dari alternatif ini adalah dapat menghemat biaya perbaikan dimensi daripada lemari tersebut dan juga tidak memerlukan biaya yang besar untuk menambahkan lampu pada lemari tersebut untuk membuatnya menjadi lebih elegan.

Kekurangan dari alternatif ini adalah pada pintu lemari yang masih menggunakan pintu model lama dan kurang sesuai dengan pintu lemari yang seharusnya khusus sebagai tempat penghargaan. Hal ini menyebabkan kurangnya nilai guna lemari sebagai lemari penghargaan.

Gambar 6.10

Lemari Penghargaan Alternatif 1

6.1.5.2 Lemari Penghargaan Alternatif 2

Untuk usulan lemari penghargaan alternatif 1 ini tidak jauh berbeda dengan lemari kondisi awal. Perubahan yang terjadi adalah pada dimensi ukuran lebar lemari dan tinggi lemari. Selain itu juga, perbedaan yang signifikan yang dimiliki pada alternatif ini adalah penambahan lampu pada lemari yang membuat lemari menjadi lebih elegan dan pintu lemari yang diganti dengan berbahan kaca


(70)

yang transparan sehingga memiliki nilai guna dan nilai estetika yang lebih sebagai lemari penghargaan dibandingkan lemari pada kondisi awal.

Kelebihan dari alternatif ini adalah model lemari yang masih menggunakan model lama namun perubahan dilakukan pada pintu lemari dan pada bagian dalam lemari. Pada pintu lemari berbeda dari pintu lemari kondisi awal dimana perubahan dilakukan pada desain pintu lemari dan bahan pintu yang berbahan kaca transparan sehingga lebih terlihat elegan dan menarik. Selain itu pada bagian dalam lemari ditambahkan lampu untuk membuatnya menjadi lebih elegan sehingga nilai estetika dan nilai guna lemari tersebut sebagai lemari penghargaan menjadi lebih tinggi. Pada alternatif ini, perubahan juga dilakukan pada bagian rak-rak lemari dimana tidak menggunakan bahan kayu lagi melainkan berbahan kaca transparan dengan kualitas yang baik. Sehingga bagian dalam lemari lebih elegan dan dengan adanya lampu menjadi lebih mengindahkan lemari tersebut sebagai lemari penghargaan. Juga pemberian kaca pada bagian dalam belakang lemari menambah nilai estetika lemari, sehingga memberikan suatu nilai tambah supaya lemari lebih elegan.

Kelemahan dari alternatif ini adalah memerlukan biaya yang cukup besar untuk menggantikan desain pintu lemari tersebut dengan berbahan kaca yang transparan dan berkualitas baik serta membuatnya menjadi lebih elegan dan lebih memiliki nilai estetika. Karena perubahan dilakukan tidak hanya pada desain pintu dan penambahan lampu, namun juga sampai pada perubahan rak lemari yang tidak lagi berbahan kayu melainkan berbahan kaca yang antara atas dan bawah rak dapat transparan. Juga penambahan kaca pada bagian dalam belakang lemari membuat biaya yang dibutuhkan cukup besar.


(71)

Gambar 6.11

Lemari Penghargaan Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut :

 Pada prioritas pertama adalah fleksibilitas, hal ini sangat penting karena objek yang disimpan adalah bermacam-macam penghargaan dengan ukuran yang berbeda-beda.

 Prioritas kedua adalah kelengkapan rak, karena objek yang disimpan adalah bermacam-macam penghargaan, sehingga dibutuhkan rak-rak yang cukup untuk dapat menyimpan berbagai jenis penghargaan tersebut di lemari.

 Prioritas ketiga adalah kemudahan penggunaan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memberikan rasa nyaman dalam menyimpan objek ke lemari tersebut dan tidak memerlukan tenaga yang besar untuk hal tersebut.

 Prioritas keempat adalah keseimbangan, karena dalam hal ini diperlukan supaya lemari tersebut pada saat digunakan tidak bergerak-gerak sehingga tidak jatuh dan tidak merusak penghargaan yang disimpan di dalamnya.


(72)

 Prioritas kelima adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan lemari tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat lemari tersebut.

Tabel 6.6

Scoring Concept Lemari Penghargaan Parameter

Penilaian Prioritas

Alternatif

Aktual 1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai

Fleksibilitas 1 3 3 2 2 1 1

Kelengkapan rak 2 3 6 2 4 1 2

Kemudahan

penggunaan 3 3 9 1 3 2 6

Keseimbangan 4 3 12 1 4 2 8

Kemudahan

perawatan 5 3 15 2 10 1 5

Total 45 23 22

Lemari penghargaan terpilih alternatif 2

6.1.6 Kursi Pemain Keyboard

6.1.6.1 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 1

Pada alternatif ini, kursi pemain keyboard yang dirancang adalah pada bagian alas duduk yang berbentuk persegi panjang dan pada bagian kaki kursi berbentuk silang sehingga dapat dilipat. Pada alas duduk menggunakan busa dilapis dengan pembungkus busa berbahan kulit, sedangkan pada bagian kaki kursi berbahan rangka besi berbentuk balok besi.

Kelebihan alternatif ini adalah dapat digunakan dengan mudah dan dilipat pada saat tidak akan digunakan. Selain itu juga dengan bentuk alas duduk yang persegi panjang memberikan kenyamanan dalam duduk dimana seluruh pantat dapat masuk ke alas duduk kursi sehingga tidak ada bagian pantat yang tidak tertumpu oleh kursi.

Kelemahan alternatif ini adalah karena alas duduk berbentuk persegi panjang dan dibatasi oleh balok besi yang tipis maka pada saat duduk besi


(73)

tersebut dapat berbekas pada paha sehingga memungkinkan menimbulkan luka pada bagian paha bawah.

Gambar 6.12

Kursi Pemain Keyboard Alternatif 1

6.1.6.2 Kursi Pemain Keyboard Alternatif 2

Pada alternatif ini, kursi pemain keyboard yang dirancang adalah pada bagian alas duduk yang berbentuk lingkaran dan pada bagian kaki kursi berbentuk batang besi lingkaran yang permanen. Pada alas duduk menggunakan busa dilapis dengan pembungkus busa berbahan kulit, sedangkan pada bagian kaki kursi berbahan besi.

Kelebihan alternatif ini adalah karena alas duduk berbentuk lingkaran sehingga membuat lebih nyaman dalam duduk dibandingkan dengan alas duduk berbentuk persegi panjang. Karena seluruh bagian atas kursi tertutupi oleh busa sehingga tidak menimbulkan bekas besi pada bagian bawah paha pada saat duduk.

Kelemahan alternatif ini adalah model kursi yang digunakan permanen membuat kenyamanan dalam duduk berkurang karena tidak dapat disesuaikan dengan nyaman. Selain itu juga karena model kursi yang permanen membuat kursi tidak dapat dipindah-pindahkan dengan mudah.


(74)

Gambar 6.13

Kursi Pemain Keyboard Alternatif 2

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut:

 Prioritas pertama adalah kenyamanan, karena pemain keyboard menggunakan kursi tersebut dalam jangka waktu yang lama sehingga kenyamanan penting untuk mencegah terjadinya kelelahan duduk akibat kursi yang tidak ergonomis.

 Prioritas kedua adalah keselamatan, karena dibutuhkan adanya keamanan dalam posisi duduk sehingga walaupun dalam jangka waktu yang lama, kursi yang digunakan tetap memberikan rasa aman kepada pemain keyboard.

 Prioritas ketiga adalah keseimbangan, karena dalam posisi duduk dibutuhkan suatu kestabilan kursi supaya tidak mengganggu konsentrasi pemain keyboard dan juga membantu memberikan rasa aman untuk duduk di kursi tersebut.

 Prioritas keempat adalah ringkas, karena dalam hal ini diperlukan supaya mudah untuk dipindah-pindahkan dan disesuaikan dengan pemain keyboard.

 Prioritas kelima adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan kursi tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat kursi tersebut.


(75)

Tabel 6.7

Scoring Concept Kursi Pemain Keyboard

Parameter Penilaian Prioritas

Alternatif

1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai

Kenyamanan 1 2 2 1 1

Keselamatan 2 1 2 2 4

Keseimbangan 3 2 6 1 3

Ringkas 4 1 4 2 8

Kemudahan perawatan 5 1 5 2 10

Total 19 26

Kursi pemain keyboard terpilih alternatif 1

6.1.7 Tempat Partitur

6.1.7.1 Tempat Partitur Alternatif 1

Pada alternatif ini, tempat partitur yang dirancang adalah bentuk map yang besar dengan model lubang. Dalam hal ini kertas dilubangi dengan pelubang kertas dan dimasukkan ke dalam map.

Kelebihan alternatif ini adalah kapasitas dalam menyimpan paritur dapat dengan jumlah yang besar. Selain itu juga menghemat jumlah tempat partitur yang dibutuhkan.

Kelemahan dari alternatif ini adalah partitur yang disimpan akan cepat mengalami kerusakan dan kotor karena tidak adanya pembungkus yang aman seperti sampul plastik. Selain itu juga menyebabkan partitur menjadi robek akibat partitur dilubangi yang menyebabkan hasil lubangan tersebut dapat membesar dan merobek partitur sehingga tulisan bacaan lagu dan nada di partitur menjadi rusak dan tidak terbaca.


(76)

Gambar 6.14

Tempat Partitur Alternatif 1

6.1.7.2 Tempat Partitur Alternatif 2

Pada alternatif ini, tempat partitur yang dirancang adalah model map seperti clip folder. Dalam hal ini partitur yang akan disimpan dimasukkan ke dalam plastik di dalam map tersebut seperti album.

Kelebihan dari alternatif ini adalah partitur lebih aman dan meminimasi partitur menjadi rusak. Selain itu juga karena adanya pembungkus sampul plastik di dalam map maka partitur akan tetap terjaga kebersihannya. Juga karena penyimpanan partitur di dalam plastik maka partitur tetap terjaga dari kerusakan seperti robek sehingga tulisan bacaan di partitur tetap terbaca dengan jelas.

Kelemahan alternatif ini adalah butuh jumlah tempat partitur yang banyak karena kapasitas menyimpan partitur yang lebih sedikit daripada map dengan model ring/lubang.

Gambar 6.15


(77)

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut:

 Pada prioritas pertama adalah kemudahan penggunaan, hal ini sangat penting karena objek yang disimpan adalah partitur. Sehingga dibutuhkan kemudahan dalam memasukkan partitur ke dalam tempat partitur supaya partitur tidak rusak pada saat dimasukkan.

 Prioritas kedua adalah keamanan partitur, karena objek yang disimpan adalah partitur, dibutuhkan suatu tempat yang membuat partitur tidak rusak dan robek walau sering dibuka-buka.

 Prioritas ketiga adalah kapasitas, karena dalam hal ini begitu banyak jumlah partitur yang digunakan maka kapasitas sangat dibutuhkan supaya menghemat penggunaan jumlah tempat partitur yang digunakan.

 Prioritas keempat adalah dimensi, karena dalam hal ini diperlukan supaya tempat partitur tidak terlalu besar atau terlalu kecil.

 Prioritas kelima adalah kemudahan perawatan, karena dalam hal ini diperlukan untuk memelihara keawetan tempat partitur tersebut sehingga tidak diperlukan usaha yang berlebihan untuk merawat tempat partitur tersebut.

Tabel 6.8

Scoring Concept Tempat Partitur

Parameter Penilaian Prioritas

Alternatif

1 2

Ranking Nilai Ranking Nilai

Kemudahan penggunaan 1 2 2 1 1

Keamanan partitur 2 2 4 1 2

Kapasitas 3 1 3 2 6

Dimensi 4 1 4 2 8

Kemudahan perawatan 5 2 10 1 5

Total 23 20


(78)

6.1.8 Layout Alternatif Usulan

Pada alternatif usulan, diberikan tiga alternatif usulan layout yang akan digunakan. Pemberian alternatif layout usulan adalah berdasarkan fungsi ruangan yang dibagi ke dalam ruangan-ruangan kecil. Ruangan-ruangan tersebut adalah ruang tamu, ruang latihan bersama, dan ruang kelas teori dan olah vokal. Dasar pemberian sekat-sekat pada ruangan adalah untuk memisahkan satu ruang dengan ruang yang lain yang dimana tiap ruang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Berikut akan dibahas masing-masing alternatif layout usulan tersebut.

6.1.8.1 Layout Alternatif 1

Pada alternatif 1 ini, ruangan dibagi menjadi dua ruangan besar. Pada ruangan pertama terdapat ruang tamu dan ruang latihan bersama. Sedangkan pada ruangan kedua adalah ruang kelas teori dan olah vokal. Kedua ruangan dipisahkan oleh sekat-sekat pembatas yang terbuat dari papan gypsum yang dilapisi dengan busa dan karpet.

Kelebihan alternatif ini adalah keleluasaan penggunaan ruang latihan bersama yang dimana posisi penyanyi dapat diatur dengan leluasa sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu ruangan di buat menjadi sederhana sehingga dapat beralih fungsi ketika diadakan acara-acara yang berhubungan dengan kebersamaan karena dengan model layout alternatif 1 ini maka akan terdapat ruang yang cukup lebar apabila diadakan suatu acara kebersamaan.

Kelemahan alternatif ini adalah karena terlalu luasnya ruang latihan bersama dan tidak diberi sekat pembatas ke ruang tamu membuat suara yang dihasilkan masih kurang fokus. Selain itu pada alternatif ini kurangnya privasi ruangan karena apabila ada aktivitas di ruang tamu akan mengganggu konsentrasi latihan di ruang latihan bersama dan juga sebaliknya.

Ukuran-ukuran daripada ruangan ini adalah untuk ruang tori dan olah vokal sebesar 2.25 m × 5.25 m dan ukuran untuk ruang latihan bersama adalah 8.75 m × 5.25 m. Selain itu, pada ruang latihan bersama dan pada ruang kelas teori dan olah vokal dilakukan penataan kursi pelatih dan penyanyi. Tujuan hal tersebut adalah supaya penyanyi lebih leluasa dan nyaman dalam bernyanyi. Jarak


(79)

penataan antar kursi adalah sebesar 40 cm. jarak tersebut atas pertimbangan space untuk meja pada saat dilipat.

Skala =1 : 50

Gambar 6.16 Layout Alternatif 1

6.1.8.2 Layout Alternatif 2

Pada alternatif 2 ini, ruangan dibagi menjadi empat ruangan. Pada ruangan pertama terdapat ruang tamu, pada ruangan kedua terdapat ruang rapat, pada ruangan ketiga terdapat ruang kelas teori dan olah vokal, dan pada ruangan keempat terdapat ruang latihan bersama. Tiap ruangan dipisahkan oleh sekat-sekat pembatas yang terbuat dari papan gypsum yang dilapisi dengan busa dan karpet.

Kelebihan alternatif ini adalah seluruh ruas ruangan dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, ukuran ruangan yang disesuaikan dengan kapasitas penyanyi yang didukung dengan bahan penyerap bunyi pada lantai dan dinding dapat mengurangi gema suara lebih banyak. Dari hal tersebut akan membantu


(80)

dalam pembentukan harmonisasi nada dan diperoleh suatu titik fokus suara yang dihasilkan.

Kelemahan alternatif ini adalah tidak dapat dilakukan perubahan struktur ruangan secara bebas dalam jangka pendek. Sehingga penggunaan ruangan untuk beralih fungsi sebagai ruangan untuk acara-acara kebersamaan kurang tepat dilakukan di dalam ruangan alternatif ini.

Ukuran-ukuran daripada ruangan ini adalah untuk ruang tamu sebesar 6.25 m × 4.75 m, untuk ruang teori dan olah vokal sebesar 4.75 m × 4.25 m, untuk ruang rapat sebesar 5.75 m × 3.20 m dan ukuran untuk ruang latihan bersama adalah 8.60 m × 5.75 m. Selain itu, pada ruang latihan bersama dan pada ruang kelas teori dan olah vokal dilakukan penataan kursi pelatih dan penyanyi. Tujuan hal tersebut adalah supaya penyanyi lebih leluasa dan nyaman dalam bernyanyi. Jarak penataan antar kursi adalah sebesar 40 cm. jarak tersebut atas pertimbangan space untuk meja pada saat dilipat.

Skala = 1 : 50

Gambar 6.17 Layout Alternatif 2


(81)

6.1.8.2 Layout Alternatif 3

Pada alternatif 3 ini, ruangan dibagi menjadi tiga ruangan. Pada ruangan pertama terdapat ruang tamu, pada ruangan kedua terdapat ruang latihan bersama, dan pada ruangan ketiga terdapat ruang kelas teori dan olah vokal. Tiap ruangan dipisahkan oleh sekat-sekat pembatas yang terbuat dari papan gypsum yang dilapisi dengan busa dan karpet.

Kelebihan alternatif ini adalah seluruh ruas ruangan dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu kelebihan lain adalah pada alternatif ini antara ruang tamu dengan ruang latihan bersama dapat disatukan. Dalam hal ini berguna pada saat ada acara kebersamaan sehingga lebih leluasa dalam mengatur dan menata ruangan.

Kelemahan alternatif ini adalah pembatas antara ruang tamu dengan ruang latihan bersama adalah lemari-lemari, maka kemungkinan suara masih kurang fokus dan keluar dari ruang latihan bersama. Selain itu pada alternatif ini kurangnya privasi ruangan karena apabila ada aktivitas di ruang tamu akan mengganggu konsentrasi latihan di ruang latihan bersama dan juga sebaliknya.

Ukuran-ukuran daripada ruangan ini adalah untuk ruang tori dan olah vokal sebesar 5.75 m × 4.25 m dan ukuran untuk ruang latihan bersama adalah 7.0 m × 5.75 m. Selain itu, pada ruang latihan bersama dan pada ruang kelas teori dan olah vokal dilakukan penataan kursi pelatih dan penyanyi. Tujuan hal tersebut adalah supaya penyanyi lebih leluasa dan nyaman dalam bernyanyi. Jarak penataan antar kursi adalah sebesar 40 cm. Jarak tersebut atas pertimbangan space untuk meja pada saat dilipat.


(82)

Skala = 1 : 50

Gambar 6.18 Layout Alternatif 3

Untuk menentukan alternatif mana yang terpilih, maka dibuat scoring concept dengan kriteria penilaian berdasarkan prioritas minimum. Adapun parameter penilaian yang diurutkan berdasarkan prioritas minimum hingga maksimum adalah sebagai berikut :

 Pada prioritas pertama adalah kenyamanan latihan, hal ini sangat penting karena ruangan yang dirancang adalah ruangan khusus latihan vokal paduan suara sehingga dibutuhkan suatu ruangan yang nyaman untuk dapat melakukan latihan dengan baik.

 Prioritas kedua adalah kemudahan pembersihan, dalam hal ini selain ruangan yang memberikan rasa nyaman dalam latihan, juga dibutuhkan ruangan yang bersih sehingga tidak ada debu atau kuman yang dihirup pada saat latihan.


(83)

 Prioritas ketiga adalah keindahan ruangan, dalam hal ini diperlukan untuk memberikan efek psikologis yang baik pada saat latihan sehingga latihan tidak menjadi hal yang membosankan di dalam ruangan.

 Prioritas keempat adalah fleksibilitas, dalam hal ini diperlukan untuk memberikan suatu perubahan tata letak yang berbeda tiap waktunya sehingga tidak membosankan dengan kondisi yang sama dalam jangka waktu yang lama.

Tabel 6.9

Scoring Concept Layout Alternatif Usulan Parameter

Penilaian Prioritas

Alternatif

1 2 3

Ranking Nilai Ranking Nilai Ranking Nilai Kenyamanan

latihan 1 1 1 2 2 3 3

Kemudahan

pembersihan 2 2 4 1 2 3 6

Keindahan

ruangan 3 2 6 1 3 3 9

Fleksibilitas 4 3 12 2 8 1 4

Total 23 15 22

Dari hasil diatas, maka untuk Layout usulan yang terpilih adalah alternatif 2.

6.2 Lingkungan Fisik 6.2.1 Pencahayaan

Dari hasil analisis terhadap pencahayaan, diperoleh bahwa intensitas kadar cahaya di ruangan pelatihan PSM UKM tidak sama rata di setiap titik pengukuran khususnya di area penyanyi dan masih kurang memenuhi standar pencahayaan yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena lampu ruangan yang telah lama digunakan dan akan mengalami kerusakan. Sehingga keoptimalan pencahayaan dari lampu menjadi berkurang. Oleh karena itu, usulan yang diberikan untuk mencapai tingkat minimum pencahayaan untuk ruang bernyanyi sebesar 75 lux tersebut adalah :


(84)

 Menambah daya lampu tersebut dengan daya yang lebih besar dari 12 Watt sehingga pencahayaan pada ruangan menjadi lebih optimal.

 Menambah jumlah lampu pada tiap titik lampu yang dari awal adalah satu buah lampu menjadi dua buah lampu, sehingga pencahayaan di dalam ruangan menjadi lebih optimal daripada hanya sekedar menambah daya pada lampu tersebut.

6.2.2 Warna

Berdasarkan kondisi aktual yang diperoleh, bahwa warna pada ruangan sudah sangat kontras. Hal ini dapat terlihat dari warna pada dinding, lantai dan ceiling yang sangat dominan dengan warna putih. Namun warna putih memiliki daya refleksitas yang cukup tinggi sehingga panas yang datang langsung dipantulkan ke seluruh titik ruangan. Sehingga efek hal tersebut bila ruangan tidak memiliki sirkulasi udara yang baik akan menyebabkan ruangan menjadi panas dan pengap. Oleh karena itu dibutuhkan suatu kombinasi warna yang cerah dengan warna yang gelap yang dapat mengurangi efek tersebut sehingga lebih menenangkan dan lebih menyejukkan.

6.2.3 Temperatur dan Kelembaban

Dari hasil pengukuran dan analisis, diperoleh bahwa kondisi temperatur dan kelembaban di ruangan pada saat pengukuran tetap diatas kondisi normal temperatur sebesar 24°C dan kelembaban sebesar 60%. Hal ini akan menyebabkan tubuh akan cepat mengalami kelelahan akibat suhu panas tetapi tubuh tidak dapat berkeringat akibat tingkat kelembaban yang tinggi. Dari hal tersebut akan menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap kesehatan manusia akibat ruangan yang pengap dan adanya bau keringat tersebut. Oleh karena itu, usulan yang diberikan untuk mencegah terjadinya hal tersebut adalah dengan mengadakan Air Conditioner (AC) pada ruangan yang dilengkapi dengan dehumidifier system. Fungsinya adalah untuk menjaga temperatur ruangan tetap pada kondisi optimum di suhu 24°C hingga 27°C dan juga supaya tingkat kelembaban di dalam ruangan tetap terjaga pada kondisi normal di tingkat


(85)

kelembaban 40% hingga 60%. Selain itu dengan adanya AC telah membantu terciptanya upaya K3di dalam hal peningkatan kesehatan dan juga membantu menjaga ruangan bebas dari kuman penyakit dan bau keringat sehingga ruangan menjadi sejuk dan menyegarkan. Adapun pemberian AC pada ruangan diletakkan pada titik-titik yang ditunjukkan sebagai berikut :

Skala = 1 : 50

Gambar 6.19

Titik Pemasangan AC pada ruangan

Pemasangan AC dilakukan pada alternatif layout usulan yang terpilih yaitu alternatif dua. Dasar peletakan AC pada ruangan adalah bahwa AC yang digunakan memiliki air swing yang dapat bergerak-gerak secara vertikal dan untuk 1 PK memiliki daya jangkau sebesar 25m2. Oleh karena itu, maka peletakan AC untuk ruang rapat adalah satu buah dengan posisi AC berada di dinding depan ruangan. Pada ruang latihan bersama diberikan AC sebanyak dua buah dengan posisi peletakan berada pada dinding depan dan dinding belakang. Pada ruang kelas teori dan olah vokal diberikan AC sebanyak satu buah dengan posisi peletakan berada di dinding bagian belakang. Sehingga total penggunaan AC keselurihan adalah sebanyak empat buah.


(1)

Bab 6 Perancangan 6-36

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 6.22

APAR Tipe Serbuk (Dry Powder)

Untuk mengantisipasi kebakaran akibat korsletnya alat elektronik, maka diberikan usulan terhadap kabel atau elemen lain pada alat elektronik yang telah terkelupas dan tidak dalam kondisi yang baik dengan cara mengganti kabel atau elemen elektronik lain yang terkelupas tersebut dengan kabel atau elemen elektronik yang baru. Sedangkan untuk stop kontak diganti dengan stop kontak yang memiliki tutup sehingga menghindari terjadinya korslet.

Hal terutama yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan tersebut adalah dengan mencantumkan tanda safety sign di sekitar area-area yang rawan dan memicu terjadinya kebakaran berupa gambar tanda dilarang merokok.

Gambar 6.23 Tanda Dilarang Merokok


(2)

Bab 6 Perancangan 6-37

6.3.1.2 Tersengat Listrik

Pada kecelakaan yang berpotensi terjadi ini, usulan yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan tersebut adalah dengan mengganti kabel dan alat instalasi listrik yang telah terkelupas dan tidak dalam kondisi yang baik dengan yang baru dan lebih terjamin. Selain itu untuk alat instalasi listrik seperti stop kontak dan ujung kepala kabel diberi tutup berbahan karet atau isolator seperti sarung tangan yang berbahan karet sehingga dapat membantu mencegah terjadinya kecelakaan tersebut. Untuk benda-benda berbahan konduktor juga diberi pelapis bahan isolator sehingga membantu menghindari tersengat listrik akibat perambatan listrik tersebut.

Untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan tersebut, maka dapat disediakan peralatan keselamatan seperti sarung tangan karet dan juga menyediakan alas kaki berbahan karet sehingga listrik tidak dapat merambat dan mencegah orang tersengat listrik. Selain itu juga diberikan safety sign mengenai kehati-hatian terhadap pemasangan instalasi listrik yang baik untuk membantu meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya kecelakaan tersengat listrik tersebut. Dalam hal ini perlu adanya kontras antara tulisan dengan latar belakangnya sehingga orang dapat membaca tulisan tersebut dengan cepat dan mudah untuk dimengerti.

Gambar 6.24


(3)

Bab 6 Perancangan 6-38

Universitas Kristen Maranatha

6.3.2 Usulan Penanggulangan yang Lebih Efektif 6.3.2.1 Kebakaran

Pada kecelakaan yang berpotensi terjadi dan apabila telah terjadi, maka usulan yang diberikan untuk menanggulangi kecelakaan tersebut adalah dengan menyediakan APAR sehingga kebakaran dapat segera ditangani dalam waktu yang pendek.

Selain itu juga untuk memperlengkapi upaya penanggulangan tersebut, maka disediakan juga peralatan medis seperti penyangga leher sebagai upaya penanggulangan dini terhadap korban agar tidak terjadi pendarahan yang lebih parah dan kotak P3K yang lengkap dengan obat-obatan sehingga korban dapat segera ditangani dengan cepat. Namun apabila upaya tersebut tidak menolong, maka korban langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

6.3.2.2 Tersengat Listrik

Pada kecelakaan ini, usulan penanggulangan yang diberikan adalah dengan melepaskan korban dari sengatan listrik tersebut dengan menggunakan alat berbahan isolator atau bersifat penghambat listrik seperti sarung tangan karet sehingga orang yang menolong korban tersebut tidak akan terkena sengatan listrik.

Terdapat dua cara untuk mengembalikan kondisi korban ke dalam kondisi normal. Upaya penanggulangan tersebut adalah resusitasi jantung dan resusitasi paru-paru. Selain itu juga korban diberikan vitamin sehingga daya tahan tubuh korban kembali meningkat.

Selain itu juga, karena ruangan berada di gedung kedokteran sehingga dapat disediakan ruang perawatan untuk menenangkan korban dan memulihkan kondisi korban supaya normal kembali.


(4)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

 Hasil keseluruhan menjelaskan bahwa masih terdapat fasilitas fisik yang belum ergonomis seperti kursi penyanyi, kursi pelatih, meja keyboard, lemari partitur, kardus partitur, pintu ruangan, dan lemari penghargaan.

 Tata letak fasilitas fisik aktual belum ergonomis

 Kondisi lingkungan fisik seperti pencahayaan belum baik, temperatur dan kelembaban selalu di atas kondisi normal, sirkulasi udara yang kurang baik di dalam ruangan dan kebisingan yang mengganggu konsentrasi latihan.

 Belum terdapatnya K3 di dalam ruangan.

 Rancangan fasilitas fisik usulan di ruangan PSM UKM adalah:

 Kursi pelatih dan penyanyi yang dirancang mengikuti kontur tubuh manusia terpilih adalah alternatif 1

 Meja keyboard sesuai dengan dimensi keyboard terpilih adalah alternatif 2

 Pintu ruangan yang dirancang lebih baik terpilih adalah alternatif 1  Lemari partitur terpilih adalah alternatif 2

 Lemari penghargaan terpilih adalah alternatif 2

 Kursi khusus untuk pemain keyboard terpilih adalah alternatif 1  Tempat partitur yang dirancang khusus untuk tempat lagu-lagu

terpilih alternatif 2

Layout alternatif usulan yang terpilih adalah alternatif 2

 Dengan adanya rancangan ruang PSM UKM, maka fasilitas fisik yang dibutuhkan seperti keyboard dan partitur sudah memiliki tempat yang tetap di dalam ruangan sehingga tidak perlu dipindah-pindahkan lagi apabila akan digunakan untuk latihan.


(5)

Kesimpulan dan Saran 7-2

Universitas Kristen Maranatha

 Kondisi lingkungan fisik hasil perbaikan adalah :

 Untuk pencahayaan, dirancang dengan menambah daya lampu ruangan serta menambah jumlah lampu pada tiap titik lampu.  Rancangan untuk kebisingan adalah membuat ruangan kedap suara

dan mengurangi gema ruang dengan cara melapis dinding ruangan dengan karpert serta sekat-sekat ruangan berbahan papan gypsum yang dilapisi karpet dan lantai dilapisi dengan lapisan kayu berupa parket.

 Rancangan untuk temperatur dan kelembaban adalah dengan memberikan AC yang dilengkapi dehumidifier di dalam ruangan sebanyak 4 buah.

 Usulan K3 yang diberikan adalah :

 Menyediakan APAR tipe kering dengan contoh berbahan CO2  Menyediakan kotak P3K

 Memberikan safety sign pada area rawan kecelakaan

 Memberikan alat pendeteksi asap dan alarm kebakaran di dalam ruangan.

7.2 Saran

 Universitas Kristen Maranatha sebaiknya mempertimbangkan untuk membuat suatu ruangan khusus paduan suara mengingat unit kegiatan PSM UKM ini telah berperan penting dalam pembangunan Universitas Kristen Maranatha dalam hal bidang seni musik.

 Universitas Kristen Maranatha sebaiknya meningkatkan kualitas mahasiswa dalam bidang seni khususnya dalam keterampilan bernyanyi dengan cara menyediakan ruangan khusus kelas teori dan olah vokal suara.

 Universitas Kristen Maranatha sebaiknya mengadakan jurusan baru mengenai musik sebagai upaya pengembangan Universitas Kristen Maranatha mengingat dunia musik sangat digemari oleh semua kalangan termasuk mahasiswa


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Doelle, Leslie L., “Akustik Lingkungan”, Erlangga, 1993, Jakarta.

2. Nurmianto, Eko, “Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya”, Guna Widya, 2004, Surabaya.

3. Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, 2007, Bandung.

4. Sutalaksana, Iftikar, dkk, Teknik Tata Cara Kerja, Institut Teknologi Bandung, 1979, Bandung.

5. Weimer, Jon.; Handbook of Ergonomic and Human Factors Tables, Pearson Education, Inc., 1993, New Jersey.

6. Laboratorium APK & E 1.; Kumpulan Teori dan Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha, 2007, Bandung.

7. Laboratorium APK & E 2.; Kumpulan Teori dan Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha, 2008, Bandung.

8. Andiana, Fenny.; Perancangan Ulang Jok Mobil “X” Dilihat Dari Segi Ergonomi, Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha, 2010, Bandung.

9. Tania, Monica.; Rekayasa Ruang Teater Untuk Meningkatkan Aspek Keergonomisan, Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha, 2006, Bandung.


Dokumen yang terkait

Penentuan Gerakan Bantu pada Penyanyi Sopran untuk Mencapai Nada Tinggi di Atas A' Menggunakan Principal Component Analysis yang Ditinjau dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus di Paduan Suara Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha).

0 0 8

Analisis Pengaruh Jenis Musik dan Temperatur Ruangan terhadap Performansi Kerja Mahasiswa (Studi Kasus di Laboratorium APK & Ergonomi Universitas Kristen Maranatha-Bandung).

0 8 32

Blind Watermarking pada Citra Digital dengan Metode Kuantisasi Koefisien Discrete Cosine Transform (DCT) dari Komponen Luminansi.

0 0 15

Rekayasa Sistem Kerja Di JNE Cisangkan Ditinjau Dari Segi Ergonomi.

2 11 24

Perancangan Ruang Kuliah Di H-B106 Universitas Kristen Maranatha Dilihat Dari Aspek Ergonomi.

0 13 452

Tinjauan Lantai 1 Gedung Laboratorium Teknik Industri Untuk Ruang Jurusan Teknik Industri Dilihat Dari Aspek Ergonomi (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha, Bandung).

0 0 33

Perancangan Perpustakaan Terintegtrasi Di Grha Widya Maranatha Dari Sudut Pandang Ergonomi (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha).

0 0 169

Perancangan Perpustakaan Di Laboratorium Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

0 0 33

Perancangan Perpustakaan Terintegtrasi Di Grha Widya Maranatha Dari Sudut Pandang Ergonomi (Studi Kasus Di Universitas Kristen Maranatha) - MCUrepository

0 0 12

Perancangan Perpustakaan Di Laboratorium Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung - MCUrepository

0 0 19