PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

(1)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

RACHMAWATI SARTIKA DEWI NIM. 0951245001

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan yang ada pada diri suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Ar – Ra`d : 11)

“Aku pasti bisa menikmati semua dan menghadapinya, aku yakin pasti bisa” (Citra Scholastika-Pasti Bisa)

“Pasti ku bisa melanjutkannya, pasti ku bisa menyembuhkan dan melanjutkanya, cepat bangkit dan berfikir semua tak berakhir disini”


(6)

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta .

Rajendra bersaudara Fajar, Wika, Fadhil , Daus, kalian motivasi terbesar ku untuk pulang ke rumah miss you

Teman- teman seperjuangan dari D3 06 sampai PKS 09, terimakasih untuk persahabatan dan support kalian selama ini

Sahabat q mb us ma gendis, cepet nyusul ya aku yakin kalian pasti bisaAlm Mas Nuky untuk semua motivasi dan bantuan mas selama ini,Semua teman2 bem 09, hima gana 07-08, keluarga di jogja dan semua orang

yang telah membantu selama aku tinggal di jogja.


(7)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL BUSANA ANAK UNTUK SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA

Oleh:

Rachmawati Sartika Dewi NIM. 09513245001

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul yang diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap pembelajaran praktek busana anak serta untuk mengetahui kelayakan dari modul bebe anak sebagai bahan ajar di SMK Negeri 6 Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksankan di SMK Negri 6 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode research and development. Tahapan penelitian dan pengembangan dalam penelitian dan pengembangan ini meliputi 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk, 4) uji validitas ahli, 5) revisi produk, 6) uji coba kelompok kecil, 7) revisi, 8) pengambilan data pada sampel. Proses validasi dilakukan oleh 3 orang ahli media dan 3 orang ahli media. Untuk uji lapangan dilakukan dengan uji coba kecil dengan 10 orang siswa dan pengambilan data dilakukan pada 36 siswa. Hasil dari pengumpulan data tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian berupa produk modul busana anak dengan materi diambil disesuaikan dengan silabus, menunjukkan bahwa modul yang sesuai digunakan pada Kompetensi Dasar Busana Anak SMK N 6 Yogyakarta yaitu modul pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kriteria media modul pembelajaran meliputi judul, kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, prosedur mengikuti pembelajaran, soal-soal latihan, serta evaluasi atau penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam pembelajaran. Modul di uji validasi oleh ahli media, ahli materi, ahli evaluasi, dan guru. Kriteria validasi modul oleh ahli media menyatakan “layak” dengan porsentase 100%; ahli materi menyatakan “layak” dengan porsentase 100; Kelayakan modul dinilai oleh siswa dalam uji coba kelompok kecil menyatakan bahwa modul telah memenuhi standar kelayakan yaitu dengan kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 37 dan persentase 60%. Sedangkan pada pengambilan data pada sampel nyata menyatakan bahwa modul telah memenuhi standar kelayakan yaitu dengan kriteria “sangat baik” dengan rata-rata skor 32,8 dan persentase 74%.


(8)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberikan nikmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Pengembangan Modul Busana Anak Untuk Kelas X di SMK Negri 6 Yogyakarta”.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Rohmat Wahab, MA, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. M. Bruri Triyono, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Noor Fitrihana, M.Eng, selaku Ketua Jurusan PTBB, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Kapti Asiatun, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Busana 5. Sugiyem, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing.

6. Sugeng Sumiyoto, M.Pd selaku Kepala SMK 6 Yogyakarta 7. Partini, S.Pd selaku guru mata pelajaran busana anak

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangannya. Akhir kata penyusun berharap semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, dan penyusun pada khususnya serta pihak lain yang membutuhkan. Amien.

Yogyakarta, Juni 2012

Rachmawati Sartika D NIM. 09513245001


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... PERSETUJUAN ... PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN ... MOTTO ... PERSEMBAHAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I. PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II. KAJIAN TEORI...

A. Deskripsi Teoritis... 1. Tinjauan Bahan Ajar ...

a. Pengertian Bahan Ajar ………... b. Fungsi Bahan Ajar ………... c. Jenis Bahan Ajar ………... d. Modul Sebagai Bahan Ajar... e. Prosedur Pengembangan Modul... 2. Mata Pelajaran Busana Anak di SMK N 6 Yogyakarta ...

a. SMK N 6 Yogyakarta ………... b. Mata Pelajaran Busana Anak………... 3. Modul ...

a. Pengertian Modul ... i ii iii iv v vi vii viii ix x 1 1 6 6 6 7 9 9 9 9 11 11 12 13 16 16 17 20 20


(10)

b. Komponen Modul ... c. Karakteristik Modul ... d. Fungsi dan Manfaat Pembuatan Modul …... e. Pembelajaran Menggunakan Modul... 4. Penelitian Pengembangan...

a. Pengertian PenelitianPengembangan ... b. Prosedur Pengembangan Modul ... B. Penelitian yang Relevan... C. Kerangka Berpikir... D. Pertanyaan Penelitian... BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. Model Pengembangan... B. Prosedur Pengembangan ... C. Tempat dan Waktu Penelitian ... D. Subyek Penelitian ... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………...………... B. Pembahasan ………..………... BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ………... B. Saran ……….. ...

DAFTAR PUSTAKA………..………...

LAMPIRAN ………...

22 23 25 29 32 32 43 44 46 48 48 49 54 54 54 63 66 84 88 89 90 92


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Teknik penyusunan data... Tabel 2. Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi ... Tabel 3. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media... Tabel 4. Kisi-kisi instrumen untuk siswa...

Tabel 5. Pedoman interpretasi koefisien Alfa Cronbach... Tabel 6. Kriteria kualitas Modul Untuk Para Ahli ... Tabel 7. Interprestasi kategori penilaian hasil validasi para siswa ... Tabel 8. Kriteria kualitas Modul Untuk Para Siswa... Tabel 9. Rencana belajar peserta didik... Tabel 10. Kualitas modul pada uji coba kelompok kecil ... Tabel 11. Kualitas modul pada sample...

55 57 58 59 62 63 64 64 72 81 83


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah penyusunan modul... Gambar 2. Kerangka berfikir... Gambar 3. Alur model penelitian dan pengembangan... Gambar 4 Histogram distribusi frekuensi pada uji coba kecil... Gambar 5. Histogram distribusi frekuensi pengambilan sampel...

44 48 73 83 81


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mutu lulusan pendidikan berkaitan erat dengan proses pembelajaran. Sementara itu proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kurikulum, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, manajemen sekolah, lingkungan sekolah, serta lapangan latihan kerja siswa. Sebagai salah satu faktor dalam proses pembelajaran, pendidik selalu dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran. Kualitas guru dapat ditinjau dari dua segi yaitu dari segi proses dan dari segi hasil (E. Mulyasa, 2006 : 13). Dari segi proses guru dikatakan berhasil jika mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Hal dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya serta rasa percaya diri dari guru tersebut. Sedangkan dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang lebih baik.

Berdasarkan Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Guru SMK dituntut memiliki kompetensi, salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional (Diknas,2007:8). Kompetensi


(14)

pedagogik sebagai kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi (UPPL-UNY,2011:13). Berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar. Salah satu bentuk bahan ajar adalah berupa catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan pendidik untuk mempermudah dan memperkaya materi suatu pelajaran/bidang studi yang disampaikan oleh pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang isinya serta cakupannya terbatas atau disebut juga sebagai diktat mata pelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari kualitas perilaku pembelajaran guru (teacher’s behavior), perilaku belajar siswa (student’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran di sekolah (Arif Rohman, 2009). Sejalan dengan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa mewujudkan pembelajaran yang berkualitas diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen yaitu pengajar (dosen,guru, instruktur dan tutor), siswa (yang belajar) dan bahan ajar yang diberikan pengajar (Soekartawi, 1995:1). Pengajar adalah mereka yang memberikan bahan ajar kepada siswanya, baik secara formal maupun non-formal (Soekartawi, 1995:3). Peran pengajar sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator, sedangkan siswa


(15)

adalah merupakan mereka yang belajar, baik secara formal maupun non-formal (Soekartawi, 1995:3). Disini siswa berperan sebagai komunikan .

Bahan ajar adalah apa yang diajarkan oleh pengajar kepada siswanya (Soekartawi, 1995:3). Bahan ajar yang diberikan oleh pengajar merupakan pesan yang harus dipelajari oleh siswa dan seterusnya diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya. Salah satu bentuk media pembelajaran adalah bahan ajar yang merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang disajikan. Mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru maupun bagi peserta didik.

SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP dan MTs (wikipedia). Tujuan didirikan SMK yaitu : menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, menyiapkan siswa agar mampu memiliki karir, mampu berkompetensi, mampu mengembangkan diri, menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha atau


(16)

industri, dan menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif (PP No 29 tahun 1990).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan yang membuka beberapa jurusan salah satu diantaranya adalah Jurusan Tata Busana yang membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam bidang busana. Jurusan Tata Busana mempunyai beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh salah satunya adalah mata pelajaran Busana Anak. Pada saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dari tanggal 1 Juli sampai 16 September 2011 pada mata pelajaran Busana Anak kelas X semester I Bidang Keahlian Busana Butik Program Studi Tata Busana SMK Negeri 6 Yogyakarta tahun pembelajaran 2011/2012 peneliti mengamati kurangnya bahan ajar yang ada khususnya dalam pelajaran busana anak. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas X pembelajaran busana anak monoton, kurang jelas dan penyampaian sangat cepat, selain itu kesiapan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti media yang digunakan dalam mengajar dirasakan kurang. Metode pembelajaran yang digunakan hanya sebatas pemberian tugas oleh guru, sehingga siswa terkadang bingung. Sedangkan menurut guru, siswa terkadang tidak memperhatikan dengan seksama apa yang dijelaskan oleh guru, disamping kurangnya persiapan siswa dalam menerima pembelajaran. Buku untuk mata pelajaran busana anak di perpustakaan juga tidak sebanyak buku mata pelajaran lainya, yang hanya ada satu untuk mata pelajaran busana anak. Sehingga diperlukan sumber belajar


(17)

lain yang siswa dapat dipelajari oleh siswa itu sendiri jika kurang dimengerti untuk mempelajari dan waktu pembelajaran menjadi efektif. Selama ini sumber belajar dalam proses pembelajaran busana anak di SMK 6 Yogyakarta tergantung pada buku teks yang jumlahnya terbatas sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Oleh karena itu untuk memperkaya materi yang dapat diterapkan sebagai referensi dan mempermudah materi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu dikembangkan sebuah bentuk bahan ajar yang bersifat menambah atau melengkapi materi yang telah ditulis dalam buku pelajaran maupun buku paket yang ada. Jobsheet adalah panduan informasi dan tugasyang harus dilasanakan oleh siswa, yang berisi ringkasan materi yang akan dipelajari dalam 1 tatap muka. Sedangkan modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang berupa bahan cetakan, yang dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar. Karena sifat bahan ajar yang disusun mempunyai keterbatasan baik dalam jangkauan pengunaanya maupun cakupan isinya dan masih diedarkan dalam lingkup terbatas yaitu siswa kelas X Busana Butik SMK N 6 Yogyakarta maka bahan ajar ini berbentuk modul yang dipersiapkan secara tertulis dalam bentuk sederhana yang disusun berdasarkan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran guru mata pelajaran busana anak.


(18)

Berdasarkan uraian di atas, pengembangan modul sangat penting dilaksanakan karena dapat melengkapi materi yang telah ditulis dalam buku pelajaran maupun buku paket yang ada dan sebagai sumber belajar siswa dirumah. Terkait hal ini, sangat penting untuk melakukan pengembangan modul pada mata pelajaran Busana Anak kejuruan X Busana Butik SMK N 6 Yogyakarta. Selain itu, perlu pula diungkap berbagai kendala yang dihadapi dalam mengembangkan modul mata pelajaran ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran 2. Kurangnya pemahaman dan penguasaan siswa

3. Kurangnya kesiapan guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran. 4. Dalam proses pembelajaran penyampaian materi terkadang monoton,

terlalu cepat dan kurang jelas

5. Metode pembelajaran yang digunakan hanya sebatas pemberian tugas. 6. Terbatasnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru.

7. Ketersedian buku untuk mata pelajaran busana anak di perpustakaan tidak sebanyak buku yang lain.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, tidak semua masalah dapat dibahas, dikarenakan keterbatasan kemampuan danwaktu yang digunakan untuk memperdalam analisis data. Oleh karena itu


(19)

penelitian pengembangan bahan ajar dengan pembuatan modul busana anak yang dibatasi pada materi pembuatan bebe anak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta?

2. Bagaimana kelayakan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengembangkan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui kelayakan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi guru

a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,

b. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh,


(20)

c. Memperkaya materi karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi,

d. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa.

2. Manfaat bagi Siswa

a. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman wawasan dalam pengembangan modul pembelajaran yang baik diterapkan pada peserta didik.

4. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian atau referensi bagi mahasiswa di UNY dan dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian lanjutan.


(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Tinjauan Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Abdul Majid, 2008:173). Nana Syaodih Sukmadinata

(2009:105) menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan belajar siswa dalam interaksi dengan lingkungannya untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Bahan ajar menurut pengertian Soekartawi adalah apa yang diajarkan oleh pengajar kepada siswa, yang kadang disebut juga materi pelajaran, materi yang diajarkan, materi kuliah, dan pesan yang disampaikan (dari komunikator ke komunikan) (1995:4). Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas, 2006:4)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk


(22)

belajar. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Pengembangan bahan ajar harus dapat memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dan lain lain. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Siswa juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

b. Fungsi Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Depdiknas, 2008:6). Dengan bahan ajar guru akan lebih mudah melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah


(23)

dalam belajar serta mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga mampu menguasai kompetensi secara utuh dan dan terpadu. Bahan ajar dapat berfungsi sebagai :

1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan pada siswa.

2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.

3) Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran (Depdiknas,2008:6).

Menurut Abdul Majid bahan ajar disusun dengan tujuan untuk: . 1) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu.

2) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 3) Pembelajaran menjadi semakin menarik.

4) Menyediakan bebrbagai jenis pilihan bahan ajar.

Berdasarkan pendapat diatas maka fungsi bahan ajar untuk mempermudah baik siswa maupun guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi semakin menarik.

c. Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (Abdul Majid, 2008 : 174), yaitu:


(24)

1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, diktat, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt (Abdul Majid, 2008 : 175) yaitu :

a) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.

b) Biaya untuk pengadaan lebih sedikit.

c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah.

d) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu.

e) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja.

f) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa. g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai

besar.

h) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact diskaudio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

d. Modul Sebagai Bahan Ajar

Seperti yang dikemukan di atas bahan ajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar dikelompokan menjadi 4 kategori, salah satunya adalah bahan ajar cetak temasuk di dalamnya modul. Pembuatan bahan ajar berupa


(25)

modul harus bertujuan memperjelas dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat verbal (Chomsin S, 2008:43)

Menurut Abdul Majid modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Badan Pengembangan Akademik UII (2009) mengartikan modul satuan pembelajaran terkecil, yang dapat dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan. Menurut Dikbud (2006:13), modul adalah suatu paket pedoman dan bahan belajar bagi siswa yang dapat dipakai untuk tujuan belajar yang telah ditetapkan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Vembriarto (1975:22), modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit bahan pelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatan bahwa modul merupakan bahan ajar cetak yang disusun dengan tujuan peserta didik dapat belajar dengan atau tanpa bantuan guru dan mempermudah penyajian agar tidak bersifat verbal.

e.Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah belajar. Bahan ajar adalah apa yang diajarkan oleh pengajar kepada siswa, yang kadang disebut juga materi pelajaran, materi yang diajarkan, materi kuliah, dan pesan yang disampaikan (dari komunikator ke komunikan) (Soekartawi 1995:4). Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional


(26)

materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas, 2006:4)

Bahan ajar disusun dengan tujuan sebagai berikut:

a) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

b) Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh

c) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya (Akhmad Sudrajat, 2008)


(27)

Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam penyusunan bahan ajar. Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan standar kompetensi lulusan, silabus, program semeter, dan rencana pelaksanaan pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis materi pembelajaran berdasarkan pemahaman terhadap poin 1; (3) melakuan pemetaan materi; (4) menetapkan bentuk penyajian; (5) menyusun struktur (kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7) mendraf (memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9) mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir (finalisasi) (Zulkarnain Idiran,2008).

2. Mata Pelajaran Busana Anak di SMK N 6 Yogyakarta a.SMK N 6 Yogyakarta

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama atau sederajat. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia adalah SMK N 6 Yogyakarta, dimana sekolah tersebut menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTPS) jenjang pendidikan dasar menengah yang dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi kelulusan dan standar kompetensi kelulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP.


(28)

SMK N 6 Yogyakarta memiliki visi yaitu:

1. Menciptakan lulusan yang berakhlak mulia, bermental kuat, dan tangguh dalam persaingan akademik dan dunia kerja

2. Menciptakan etos kerja yang produktif di berbagai bidang keahlian 3. Mengembangkan sikap dedikatif terhadap profesi yang ditekuni 4. Menunjukkan prestasi kerja ditingkat daerah dan Nasional

5. Mengembangkan sikap kreativitas, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Kurikulum SMK dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif.

1) Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya.

2) Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.

3) Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.


(29)

SMK N 6 Yogyakarta memiliki beberapa jurusan yang dapat dipilih oleh setiap peserta didik yang ingin melanjutkan di sekolah tersebut. Jurusan yang ditawarkan itu sendiri terdiri atas: tata busana, tata boga, pariwisata, dan kecantikan. Disini peserta didik akan dibekali dengan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap agar kompeten :

1. Mengukur, membuat pola, menjahit dan menyelesaikan busana anak. 2. Memilih bahan teksil dan bahan pembantu busana anak secara tepat.

3. Menggambar macam-macam busana sesuai kesempatan. b. Mata Pelajaran Busana Anak SMKN 6 Yogyakarta.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajara, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar (BSNP, 2006:19)

Tabel 1. Kompetensi Busana Anak Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran

(1) (2) (3)

Membuat busana anak

1. Mengelompokkan macam-macam busana anak

a. mengidentifikasi macam-macam busana anak

b. mengelompokkan busana anak sesuai dengan jenis kelamin

c. mengelompokkan busana anak sesuai dengan kesempatan

d. memilih desain busana anak laki-laki dan perempuan sesuai jenis kelamin dan kesempatan


(30)

laki-laki dan perempuan sesuai desain 2. Memotong bahan a. menyiapkan bahan dan alat untuk

memotong sesuai SOP

b. meletakkan pola diatas bahan sesuai dengan desain anak laki-laki dan perempuan

c. memberi tanda pola

d. memotong bahan sesuai desain 3. Menjahit busana

anak

a. menunjukkan ketelitian dalam

memeriksa kelengkapan bagian-bagian busana anak sesuai dengan desain b. mengikuti prosedur menjahit busana

anak sesuai urutan kerja/tertib kerja c. menjelaskan teknik menjahit busana

anak sesuai prosedur yang tepat

d. mendemonstrasikan teknologi menjahit busana anak

e. menjahit busana sesuai anak sesuai teknik dan prosedur yang tepat 4. Menyelesaikan

busan anak dengan menjahit tangan

a. Menunjukkan ketelitian dan sikap hati-hati dalam menggunakan alat menjahit tangan

b. Menunjukkan sikap positif dalam busana anak dengan jahitan tangan c. Menjelaskan macam-macam hiasan dan

pelengkap busana anak

d. Menerangkan teknik penyelesaian busana anak dengan jahitan tangan 5.Menghitung harga

jual

a. Menunjukkan ketelitian dalam

membuat rancangan bahan busana anak b. Mendemonstrasikan pembuatan

rancangan bahan sesuai prosedur c. Menghitung harga jual busana anak


(31)

6.Melakukan pengepresan

a. Menunjukkan ketelitian dalam mempersiapkan tempat kerja dan alat pengepresan

b. Mempersiapkan tempat dan alat pengepresan

c. Menjelaskan teknik pengepresan yang benar

d. Melakukan pekerjaan pengepresan busana anak

e. Melakukan pengemasan busana anak Sumber: Silabus SMKN 6 yogyakarta

Berdasarkan silabus diatas kompetensi dasar / materi pokok mata pelajaran Busana Anak di SMKN 6 Yogyakarta yang di laksanakan pada semester (II) genap adalah :

1) Mengelompokkan macam-macam busana anak. 2) Memotong bahan.

3) Menjahit busana anak.

4) Menyelesaikan busana anak dengan jahitan tangan. 5) Menghitung harga jual.

6) Melakukan pengepresan.

Busana anak adalah busana yang dikenakan oleh anak-anak untuk menutupi tubuhnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Model busana anak yang dibuat atau dipilih harus disesuaikan dengan kesempatan dan usia. Di SMK Negeri 6 materi yang diajarkan dalam satu semester antara lain: pembuatan busana casual anak, pembuatan piyama anak, dan busana pesta anak. Peneliti membatasi modul hanya pada pembuatan busana pesta anak yang berupa bebe anak.


(32)

Seperti halnya orang dewasa, anak pun memerlukan busana pesta untuk pesta misalnya untuk pergi ulang tahun, gereja dan lain sebagainya. Faktor pertama yang menjadi patokan dalam memilih busana pesta anak yaitu jenis bahan yang menyerap keringat dengan baik dan lembut untuk kulit karena anak cenderung berkulit sensitif seperti bahan yang agak mewah misalnya : bahan katun, batik, kain renda, voile rubia, sutera, sifon atau semi sutra. Warna yang yang paling tepat untuk anak-anak adalah warna cerah dan lembut seperti: merah, kuning, biru, orange, pink, ungu, atau putih. Tetapi ridak menutup kemungkinan diberikan warna tua dan berani asalkan potongan dan modelnya tetap anak-anak.

3. Modul

a. Pengertian Modul

Menurut Cece Wijaya (1992:96) modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang berupa bahan cetakan, yang dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.

Menurut Vembriarto (1975:22), modul dapat diartikan suatu paket pengajaran yang memuat satu unit bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih ke unit berikutnya. Modul disajikan dalam bentuk yang bersifat


(33)

self instructional. Masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:751), modul adalah program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilai, mengukur keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian pelajaran.

Pengajaran modul merupakan salah satu sistem pembelajaran terbaru yang menggabungkan keuntungan dari berbagai metode pembelajaran. Kelebihan pembelajaran modul seperti; tujuan spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, balikan atau feedback yang banyak. (S. Nasution, 2008).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/ cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, merupakan paket pembelajaran yang bersifat membantu dan mendorong pembacanya untuk membelajarkan diri sendiri (self instructional), memberikan balikan/ feedback, adanya remedial, serta dapat disesuaikan dengan kondisi siswa.


(34)

b. Komponen-Komponen Modul

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen berikut ini:

1) Lembar kegiatan peserta didik 2) Lembar kerja

3) Kunci lembar soal 4) Lembar jawaban dan

5) Kunci jawaban ( Mulyasa,2009:149)

Menurut Cece Wijaya komponen yang ada dalam modul yaitu: 1) Lembaran petunjuk guru untuk bahan persiapannya

2) Lembaran kegiatan siswa sebagai teks bacaan modul 3) Lembaran kerja sebagai tempat mengerjakan tugas-tugas 4) Kunci lembaran kerja sebagai alat mencocokan hasil pekerjaan 5) Lembar tes nerisi pertanyaan dan

6) Kunci lembaran-lembaran tes sebagai pegangan guru dalam menetapkan angka hasil belajar.

Berdasarkan pendapat diatas dengan sistem pembelajaran modul, siswa mendapatkan kesempatan belajar lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan petunjuk didalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan serta melaksanakan tugas yang harus diselesaikan dalam setiap tugas.


(35)

c. Karakteristik Modul

Menurut Depdiknas (2008:3) untuk menghasilkan sebuah modul yang layak dan mampu meningkatkan motivasi penggunanya, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik sebagai berikut 1)Self Instructional : yaitu melalui modul peserta belajar mampu belajar

sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul tersebut harus;

a) Berisi tujuan yang dirumuskan;

b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas spesifik;

c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.

d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya;

e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran;

h) Terdapat instrumen penilaian/ assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan self assessment;

i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;

j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi, dan

k) Tersedia informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2)Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. 3)Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak

tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-saman dengan media pembelajaran lain.

4)Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5)User Friendly, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.

Dengan memperhatikan karakteristik modul tersebut, akan membuat siswa termotivasi sehingga tujuan dalam pembelajaran akan berhasil dan siswa dapat belajar secara mandiri hanya dengan


(36)

mampu memerankan fungsi dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang telah ditetapkan.

Menurut Azhar Arsyad (2006), enam elemen yang perlu diperhatikan saat merancang modul, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf dan penggunaan spasi kosong.

1) Konsistensi

a) Menggunakan konsistensi format dari halaman ke halaman. b) Konsistensi dalam jarak spasi.

2) Format

a) Paragraf tulisan panjang gunakan wajah satu kolom lebih sesuai, sebaliknya jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih sesuai.

b) Format kertas vertikal dan horizontal.

c) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual. 3) Organisasi

a) Teks disusun menarik sehingga siswa mudah mengerti. b) Menggunakan naskah, gambar dan ilustrasi yang menarik.

c) Antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang mudah dipahami.

4) Daya tarik

a) Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.

b) Menempatkan gambar/ ilustrasi, percetakan huruf tebal, miring, garis bawah/ warna.

c) Menyusun tugas dan latihan menarik tampilannya. 5) Ukuran huruf

a) Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca. b) Perbandingan huruf yang proporsional c) Menggunakan huruf kapital seperlunya. 6) Ruang (spasi) kosong

a) Menggunaka spasi kosong atau gambar untuk menambah kontras. b) Menyesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan

tingkat keterbacaan.

c) Menambah spasi antar paragraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan.

Menurut Mulyasa (2009:149) pembelajaran dengan modul memiliki karakteristik sebgai berikut:


(37)

1) Modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas.

2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga dalam modul harus terdapat:

a) Memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuan.

b) Memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh.

c) Memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifikasi dan dapat diukur.

3) Modul membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

4) Materi disajikan secara logis dan sistematis.

5) Modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencpaian tujuan belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah proses pembelajaran yang sebagian atau seluruhnya menggunakan modul dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing dan peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar secara individu. Karakteristik modul sebagai alat atau sarana pembelajaran yaitu: belajar mandiri (self instructional), (self contained), stand alone (berdiri sendiri), adaptivedan user friendly. d. Fungsi Dan Manfaat Pembuatan Modul

Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ialah adanya kelengkapan isi, artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbatas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para siswa merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui mudul ini. Kecuali apabila siswa menginginkan pengembangan


(38)

wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya.

Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri, siswa bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belajar seperti ini. Menurut Depdiknas (2008:5-6). Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : a) Materi disampaikan jelas dan mudah dipahami siswa, yaitu materi

disusun secara logis dan sistematis. Materi yang logis apabila susunannya dimulai dari mudah ke sukar, sederhana ke rumit, dikenal ke yang belum di kenal, nyata ke abstrak. Sedangkan materi yang sistematis apabila self explanatory atau self contain, urutannya logis, mengandung contoh non contoh yang jelas, tidak mengandung kesalahan dan ketidak jelasan, dilengkapi latihan atau tes mandiri.

b) Menggunakan bahasa yang komunikatif :

Menggunakan bahasa Indonesia yang baku harus memperhatikan pemakaian huruf (vokal dan konsonan), penulisan huruf (penggunaan huruf besar atau kapital), penulisan kata (kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti) penggunaan tanda baca.

Menggunakan gambar/ ilustrasi :

(1) Gambar/ ilustrasi mendukung atau memperjelas materi gambar/ ilustrasi memperjelas dan mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan,


(39)

(2) Gambar/ ilustrasi disesuaikan dengan materi dalam modul, dalam penyajian gambar harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan, selain itu gambar harus terlihat jelas oleh pembaca.

(3) Gambar memberi variasi dalam penyajian materi, agar lebih menarik pembaca dalam penyajian modul, seperti penggunaan ukuran teks, jenis teks, warna background.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, daya indera, baik siswa maupun guru/ instruktur.

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervarisi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pembelajaran belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

4) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Tujuan penyusunan modul salah satunya adalah untuk menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa serta setting atau latar belakang lingkungan sekolah. Modul memiliki beberapa manfaat baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan guru. Menurut S. Nasution (1987:203), keuntungan dari modul bagi siswa adalah adanya balikan (feedback), tujuan yang jelas, fleksibilitas kerja sama dan perbaikan (remedial). Keuntungan yang diperoleh guru adalah timbulnya rasa puas dapat memberikan bantuan individual dan mengadakan pengayaan, adanya kebebasan rutinitas, menghemat waktu, meningkatkan prestasi kegunaan serta adanya evaluasi formatif.

Sedangkan menurut S. Nasution (2008:67), mengemukakan keuntungan pengajaran modul antaa lain :


(40)

1) memberikan balikan/ feedback yang segera dan harus menerus agar siswa mengetahui penguasaan materi pembelajaran, sedangkan guru dapat mengetahui efektifitas modul tersebut,

2) Dapat disesuikan dengan kemampuan siswa secara individual dengan memberikan keluwesan tentang kecepatan, bentuk maupun bahan pelajaran,

3) Penilaian yang kontinu dapat mengatasi kekurangan siswa, yaitu dengan pelajaran remedial,

4) Dilakukan tes formatif pada sub-sub kompetensi sehingga kekurangan siswa segera diatasi sambil mengembangkan pengetahuan anak selanjutnya secara bertahap.

Sedangkan menurut Cece Wijaya (1992:97-98), ciri-ciri pembaharuan melalui sistem pengajaran modul adalah sebagai berikut : 1) Siswa dapat belajar secara individual. Ia belajar dengan aktif tanpa

bantuan maksimal dari guru.

2) Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku.

3) Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan (mastery learning).

4) Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.

5) Modul merupakan paket pelajaran yang bersifat self-instruction. Dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

6) Modul memiliki daya informasi pengetahuan yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya,. Materi pelajaran yang tertuang dalam lembar kegiatan dapat disusun secara berurutan. Unsur asosiasi cukup kuat sebab modul banyak melibatkan alat media baca, realitas, gambar, bagan, dan lain-lain.

7) Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif. Modul menganut prinsip learning by doing atau learning by problem solving.

8) Modul memiliki kekuatan ulang yang cukup tinggi (reinforcement). Siswa mempelajari modul tidak hanya sekali membaca teks dalam lembaran kegiatannya, tetapi mendapat penguatan ulang dari lembar-lembar lainnya (lembar-lembaran kerja, lembar-lembaran evaluasi). Formative test selalu dilakukan secara konsekuen.


(41)

memperjelas dan mempermudah penyajian keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, modul dapat mengukur dan mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

e. Pembelajaran Menggunakan Modul

Istilah belajar atau pembelajaran merupakan suatu proses atau interaksi seseorang dengan sumber belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku (Sudirman Siahaan, 2006:4). Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses komunikasi yang diwujudkan melalui kegiatan penyampaian informasi kepada siswa. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya. Informasi tersebut biasanya dikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material). Bahan ajar merupakan seperangkat materi/ substansi pelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar memungkinkan siswa mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi sehingga secara utuh dan terpadu. Menurut Depdiknas (2008:6-8) bahan ajar disusun dengan tujuan; (1) membantu siswa dalam mempelajari sesuatu; (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar; (3) memudahkan pendidik atau guru dalam melaksanakan pembelajaran; serta (4) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.


(42)

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitik beratkan pada peran otonomi belajar siswa. Belajar mandiri adalah suatu proses dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kentuhan belajarnya sendiri; merumuskan/ menenutkan tujuan belajarnya sendiri; mengindentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggungjawab dan kewenangan lebih besar kepada siswa. Siswa mendapatkan bantuan bimbingan dari guru/ tutor atau orang lain, tapi bukan berarti harus bergantung kepada mereka. Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana siswa diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu siswa menjadi seorang pembelajar mandiri.

Peran guru bergeser dari pemberi informasi menjadi fasilitator belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang dibutuhkan, merangsang semangat belajar, memberi peluang untuk menguji/


(43)

mempraktekan hasil belajarnya, memberikan umpan balik tentang perkembangan belajar, dan membantu bahwa apa yang telah dipelajari akan berrguna dalam kehidupannya. Untuk itulah diperrlukan modul sebagai sumber belajar utama dalam kegiatan belajar mandiri.

Pembelajaran menggunakan modul berrmanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar siswa; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara betahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4) mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai siswa berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam modul sehingga tutor dapat memutuskan dan membantu siswa untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi (Depdiknas, 2008:7).

Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar siswa melalui kegiatan belajar mandiri. Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran siswa secara individual dibandingkan dengan tutor. Tutor sebagai fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu siswa memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.


(44)

Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian atau seluruhnya menggunakan modul dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing dan siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri.

4. Penelitian Pengembangan

a. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi produk, sehingga tujuan R&D dimaksudkan tidak untuk menguji teori akan tetapi merupakan penelitan yang berorientasi untuk menghasilkan atau mengembangkan produk (Wasis D. Dwiyogo, 2004:14). Menurut Sugiyono penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau research based development (R&D), yang artinya metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Menurut


(45)

Borg dan Gall (dalam kutipan Wasis D. Dwiyogo, 2002:4) dalam dunia pendidikan penelitian dan pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan atau menvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Sedangkan menurut Anik Ghufron (2007:2) penelitian dan pengembangan adalah model yang dipakai untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang mampu mengembangkan berbagai produk pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran merupakan model penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran berdasarkan prosedur langkah-langkah R&D, produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan antara lain: modul pembelajaran untuk memudahkan siswa, materi belajar untuk siswa, dan sistem pembelajaran.

b. Prosedur Pengembangan Modul

Mohammad Adnan Latief (2009), penelitian pengembangan dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh guru/ peneliti. Masalah pembelajaran terkait dengan perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk mengukur hasil belajar. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah karena belum ada, atau ada tetapi tidak


(46)

memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau ada tetapi perlu diperbaiki. Menentukan satu masalah perangkat pembelajaran sebagai prioritas yang diangkat sebagai dasar melaksanakan penelitian pengembangan.

Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan. Peneliti kemudian mengembangkan draft perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang relevan Setelah selesai dikembangkan, draft harus direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman sejawat (peer review). Draft tersebut kemudian dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi kemudian mengujicoba draft disesuaikan dengan penggunaan perangkat tersebut. Ujicoba dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Tujuan uji coba adalah untuk melihat keberterimaan perangkat pembelajaran. Kegiatan terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.

Prosedur penelitian pengembangan oleh Tim Puslitjaknov (2008), peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem. Sebagai contoh prosedur pengembangan yang dilakukan Borg dan Gall (1983) dalam tim Puslitjaknov (2008)


(47)

1)Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan,

2)Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement),

3)Mengembangkan jenis/ bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi,

4)Melakukan uji coba lapangan tahap awal; pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, wawancara, atau kuesioner, dan dilanjutkan analisis data,

5)Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal,

6)Tes/penilaian prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran,

7)Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan utama,

8)Melakukan uji lapangan operasional, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner,

9)Melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan,


(48)

10) Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk.

Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall dalam Tim Puslitjaknov (2008), dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama:

1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, 2) mengembangkan produk awal,

3) validasi ahli dan revisi,

4) ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk, 5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.

Menurut Sugiyono (2006), langkah-langkah penelitian dan pengembangan meliputi sebagai berikut:


(49)

Gambar 1. Prosedur pengembang merut sugiyono (2006)

1)Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam data empirik. Potensi adalah segala sesuatu yang bila digunakan akan memiliki nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.

2) Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

3) Disain produk, yaitu penjelasan mengenai produk yang akan dihasilkan.

Potensi masalah

Pengumpulan data

Desain produk

Validasi desain

Revisi desain

Uji coba produk

Revisi produk

Uji coba pemakaian

Revisi produk


(50)

4) Validasi disain, yaitu proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi disain dilakukan oleh para ahli atau pakar yang berpengalaman untuk menilai produk baru tersebut, sebelum fakta lapangan.

5) Revisi disain, yaitu memperbaiki disain produk oleh peneliti berdasarkan hasil validasi oleh ahli.

6) Uji coba produk, yaitu melakukan pengujian penggunaan produk untuk mengetahui efektifitas produk tersebut. Uji coba dilakukan dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

7) Revisi produk, yaitu memperbaiki produk berdasarkan hasil uji coba produk.

8) Uji coba pemakaian, yaitu menerapkan produk baru dalam lingkup yang lebih luas.

9) Revisi produk, dilakukan apabila dalam pemakaian pada lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.

10) Produksi masal, yaitu apabila produk yang telah diuji coba dinyatakan efektif dan layak dalam beberapa kali pengujian, maka dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan untuk memproduksi produk tersebut secara masal.

Pendapat lain mengenai prosedur pengembangan menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007), meliputi perencanaan, studi


(51)

eksplorasi, pengembangan produk awal, validasi, pengumpulan instrumen dan analisis data, serta revisi model.

1) Perencanaan, meliputi:

a) perumusan tujuan yang ingin dicapai (need analysis),

b) penetapan kriteria keberhasilan dan jenis-jenis instrumen yang akan digunakan untuk menilai ketercapaian hasil,

c) merancang kegiatan pengembangan produk awal dan uji lapangan yang akan dilakukan, termasuk penentuan subjek, rancangan uji coba (quasi experiment), waktu dan lama pelaksanaan, personalia dan fasilitas yang diperlukan, jadwal kegiatan, dan estimasi biaya yang harus dikeluarkan.

2) Studi eksplorasi, meliputi:

a) kajian literatur tentang produk yang akan dikembangkan dan kajian terhadap penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan pengembangan produk yang akan dikembangkan,

b) kajian tentang situasi lapangan, berkenaan dengan kondisi lembaga, jumlah dan keadaan siswa, sarana, serta praktek pembelajaran yang berlaku sekarang.

3) Pengembangan bentuk awal produk: dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian tentang produk yang akan dikembangkan dan mampu mengembangkan produk tersebut sampai dengan dihasilkannya bentuk awal yang diinginkan.


(52)

4) Validasi

Dua aspek yang diperhatikan:

a) aspek produk, misalnya kejelasan petunjuk penggunaan, keterbacaan, sistematika materi, kualitas tampilan gambar, komposisi warna, kualitas narasi,

b) aspek instruksional, misalnya kejelasan Kompetensi yang akan dicapai, kejelasan petunjuk belajar, kemudahan memahami materi, keluasan dan kedalaman materi, ketepatan urutan penyajian, interaktifitas, ketepatan evaluasi, kejelasan umpan balik.

Validasi produk dapat dilakukan melalui:

a) validasi ahli (expert judgement),dilakukan dengan responden para ahli atau pakar dalam bidang yang terkait dengan produk yang dikembangkan; validasi ahli dilakukan untuk mereview produk awal, sehingga diperoleh masukan untuk perbaikan awal,

b) uji lapangan, merupakan uji penggunaan produk yang dikembangkan terhadap subjek yang menjadi sasaran.

5) Instrumen pengumpulan dan analisis data, berupa:

a) teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, kuesioner, dan tes,

b) instrumen: format observasi, format wawancara, angket (kuestioner), instrumen tes tulis/ tes kinerja,

c) analisis data: organisasi, klasifikasi, dan reduksi data.


(53)

Sedangkan menurut Arif S. Sadiman (2009), penyusunan prosedur pengembangan media pendidikan meliputi:

1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa,

2) merumuskan tujuan instruksional (instructional objective) dengan operasional,

3) merumuskan butir-butir materi yang mendukung tercapainya tujuan, 4) mengembangkan alat dan mengukur keberhasilan,

5) menulis naskah media, 6) mengadakan tes dan revisi.

Pendekatan sistematik dalam penyusunan disain, pengembangan dan validasi modul menurut James D. Russell dalam Vembriarto (1975) terdiri atas; perumusan tujuan, penyusunan criterion items/ post test, analisa sifat-sifat siswa dan spesifikasi entry behavior, urutan pengajaran dan pemilihan media, try out modul oleh siswa serta evaluasi modul.

1) Perumusan tujuan-tujuan

Tujuan yang tercantum dalam modul disebut Tujuan Intruksional Khusus sebagai spesifikasi kualifikasi keberhasilan siswa dalam menyelesaikan modul.

2) Penyusunan criterion items/ post test

Untuk mengetahui secara obyektif keberhasilan siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran, harus digunakan test yang valid. Criterion test/ post test berfungsi ganda, yaitu dalam penyusunan


(54)

disain modul dan sebagai evaluasi pada waktu modul dipergunakan. Pada saat penyusunan modul, criterion test berfungsi membantu penyusun modul mengetahui bagian-bagian modul yang perlu diperbaiki sehingga dihasilkan modul yang benar-benar baik. Setelah modul digunakan, hasil posttest akan berfungsi diagnostikbagi siswa yang memungkinkan dia mengetahui kelemahan-kelemahan dalam belajar.

3) Analisis sifat-sifat siswa dan spesifikasi entry behavior

Pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa dan dibawa dalam situasi belajar yang baru disebut entry behavior. Untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum mempelajari modul digunakan entry test. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memperkecil kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran karena perbedaan siswa dalam menguasai entry behavior.

4) Urutan pengajaran dan pemilihan media

Pemilihan dan urutan media sangat penting untuk menyusun dan menyajikan bahan dan sumber-sumber pengajaran secara optimal. Media berfungsi untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah dirumuskan dalam modul. Modul seharusnya memberikan sebanyak mungkin kesempatan pengalaman langsung bagi siswa untuk mempelajari sesuatu.


(55)

5)Try outmodul oleh siswa

Evaluasi efektifitas modul adalah mengetahui kemampuan siswa menguasai tujuan-tujuan yang tercantum dalam modul. Hasil criterion test yang dicapai siswa pada akhir pengajaran merupakan feedback (informasi yang diperlukan untuk memperbaiki apa yang dicapai oleh siswa dengan apa yang seharusnya dicapai) yang sangat berguna baik untuk siswa maupun bagi penyusun modul.

6) Evaluasi modul

Tujuan evaluasi ialah untuk mengetahui efektifitas modul. Sekelompok siswa diminta mempelajari materi modul dan tingkah lakunya dalam pembelajaran secara teliti diukur untuk mengetahui efektifitas modul.

Menurut Chomsin S. Widodo dan Jasmadi (2008), pengembangan modul pembelajaran mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu kompetensi. Sangat disarankan agar satu kompetensi dapat dikembangkan menjadi satu modul. Akan tetapi, mengingat karakteristik khusus, keluasan dan kompleksitas, dimungkinkan satu kompetensi dikembangkan menjadi lebih dari satu modul.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Alan Andika Pratama (2010) yang berjudul “Pengembangan Diktat Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Kelas XI Semester Genap Smk 1 Kedungwuni Pekalongan. Hasil analisis


(56)

menunjukan penilaian dari ahli materi dengan rerata skor dengan kategori (B) Baik. Kesimpulan diktat mata pelajaran yang dikembangkan adalah layak digunakan karena memenuhi Kriteria minimal “B” dengan kategori baik yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan prestasi siswa mencapai nilai rata-rata 70.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Veny Purwantining Tyas (2010) dengan judul “ Pengembangan Modul Pembelajaran Pola Celana Panjang Wanita Dengan Teknik Konstruksi di SMK N 3 Purworejo”. Dari hasil analisis data pencapaian efektifitas proses belajar mengajar menggunakan modul adalah lebih dari 80% peserta didik mencapai nilai minimal rata-rata 70 yaitu sejumlah 58 peserta didik (100).

Penelitan dari Syaripah (2009) yang meneliti mengenai pengembangan modul dan efektivitas penggunaan modul. Hasil penelitian menyatakan bahwa: 1) pengembangan diawali dengan pengumpulan referensi, penyusunan rancangan modul, validasi oleh ahli media dan materi, revisi, uji coba modul secara keseluruhan aspek materi, manfaat dan media pembelajaran dengan nilai Sangat Layak 23,33% dan Layak 76,66%, 2) efektifitas penggunaan modul sebelum dan sesudah terdapat perbedaan signifikasi, yaitu thitung 47,94 ≥ ttabel 2,153, terdapat peningkatan nilai siswa yang sangat tinggi setelah menggunakan modul.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan aktivitas yang dilakukan guru dan peserta didik dalam lingkungan belajar yang membutuhkan komponen-komponen


(57)

Komponen-komponen pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, materi, pendidik/guru, peserta didik/siswa, metode, media pembelajaran, situasi/lingkungan, dan evaluasi.

Untuk memperoleh ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagi faktor yang mendukung. Diantaranya kurikulum, metode belajar, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar di sekolah.

Sarana dan prasarana dalam hal ini dapat berupa sumber-sumber belajar. Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Dalam proses belajar dan mengajar apabila seorang guru menggunakan bahan ajar, dan dapat berkomunikasi dengan baik pada saat menyajikan pelajaran, siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini modul merupakan salah satu bahan ajar yang diharapkan dapat mempermudah/memperkaya materi suatu pelajaran/bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar serta dapat membantu dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan beberapa teori yang penulis kaji di atas, pembelajaran akan lebih dimengerti dan dipahami oleh peserta didik/ siswa apabila didukung dengapenggunaan modul yang menandai tercapai tidaknya tujuan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran tergantung dari strategi penyampaian


(58)

dan penggunaan modul tersebut. Pembelajaran menggunakan modul lebih efektif baik bagi siswa maupun pengajar, dibandingkan pembelajaran tanpa menggunakan modul.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan berikut :

Gambar 2. kerangka berfikir D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan untuk menjawab rumusan masalah, dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Modul Mata Pelajaran

 Membantu siswa mendapatkan konsep/gambaran yang jelas dan tepat

 Bersifat konkrit

 Menguatkan ingatan siswa

Siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Efektivitas pembelajaran meningkat

Prestasi belajar siswa naik

Siswa mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri


(59)

1. Bagaimana pengembangan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta?

2. Bagaimana kelayakan modul busana anak untuk siswa kelas X Busana Butik di SMKN 6 Yogyakarta?


(60)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN A. Model Pengembangan

Model penelitian untuk pengembangan modul busana anak menggunakan jenis penelitian research and development. Menurut Borg and Gall

(1983:772), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used dcationalevelop and validate educational product”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2008:297) menyebutkan bahwa jenis penelitian pengembangan atau research based development (R&D) adalah metode

penelitian yang digunakan untuk menghasikan produk dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2008:297). Selain untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and

Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan

baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied

research’, yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran merupakan model penelitian yang bertujuan mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan efisien. Produk dalam kaitanya dengan pendidikan dan pembelajaran bahan/materi pembelajaran dan lain-lain. Dengan dihasilkannya berbagai produk pendidikan dan pembelajaran, maka pihak-pihak yang berkepentingan tinggal menerapkan


(61)

produk-produk tersebut dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Produk dari model penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan dan pembelajaran.

B. Prosedur Pengembangan

Metode pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam modul busana anak. Terdapat 10 langkah dalam prosedur penelitian dan pengembangan ini, langkah dan prosedur pengembangan, yaitu:

1. Studi pendahuluan dan pengumpulan data (kaji kepustakaan, pengamatan kelas,membuat kerangka penelitian)

2. Perencanaan (merumuskan tujuan penelitian, memperkirakan dana dan waktu yang diperlukan prosedur kerja penelitian, dan berbagai bentuk partisipasi kegiatan selama kegiatan penelitian)

3. Mengembangkan produk awal (perancangan draft awal produk)

4. Uji coba lapangan utama (mencobakan draft produk ke wilayah dan subjek yang terbatas)

5. Revisi untuk menyusun produk utama (uji coba terhadap produk berdasarkan hasil uji coba awal)

6. Uji coba lapangan utama (uji coba terhadap produk hasil revisi ke wilayah dan subjek yang lebih luas)

7. Revisi untuk menyusun produk operasional

8. Uji coba produk operasional (uji efektifitas produk)

9. Revisi produk final (revisi produk yang efektif dan adaptabel) 10. Diseminasi dan implementasi produk hasil pengembangan.


(62)

Dalam penelitian pengembangan modul pembelajaran ini menggunakan model pengembangan Borg dan Gall yang dikutip oleh Anik Gufron (2007:10) lebih disederhanakan lagi menjadi empat langkah yaitu:

1. Analisis kebutuhan 2. Pengembangan produk 3. Validasi dan uji lapangan 4. Diseminasi

Tahap diseminasi bertujuan agar produk yang baru saja dikembangkan dapat digunakan masyarakat luas. Ini dari kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi produk hasil pengembangan. Dalam penelitian pengembangan modul bebe anak ini tidak melalui tahap diseminasi karena masih ada beberapa hal yang belum dilengkapi maka penelitian ini tidak sampai tahap diseminasi.

Berdasarkan prosedur tersebut, tahapan untuk pengembangan modul bebe anak ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk bagan prosedur pengembangan modul sebagai berikut:


(63)

PROSEDUR PENELITIAN PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DALAM BAGAN SEBAGAI BERIKUT :

Gambar 3. Alur model penelitian dan pengembangan yang mengacu pada Anik Gufron dkk (2007:10)

ANALISIS KEBUTUHAN Observasi dan wawancara

5. Mengkaji kurikulum 6. Wawancara dengan guru 7. Mengidentifikasi kebutuhan 8. Menyusun draf modul

Mencari literatur

PENGEMBANGAN PRODUK

VALIDASI DAN UJI LAPANGAN

Validai ahli materi Revisi

Validasi ahli modul Revisi

Uji coba kelompok kecil Revisi

Produk akhir berupa modul pembelajan busana anak Uji lapangan

Pra produksi

3. Merumuskan materi sesuai dengan silabus

4. Membuat rancangan modul

Produksi Menulis modul sesuai rancangan

Produk Modul Pembelajaran Bebe Anak ANALISIS KEBUTUHAN

Observasi dan wawancara

1. Mengkaji kurikulum 2. Wawancara dengan guru 3. Mengidentifikasi kebutuhan 4. Menyusun draf modul

Mencari literatur

PENGEMBANGAN PRODUK

VALIDASI DAN UJI LAPANGAN

Validai ahli materi Revisi

Validasi ahli modul Revisi

Uji coba modul kelompok kecil Revisi

Produk akhir berupa modul bebe anak Uji lapangan

Pra produksi

1. Merumuskan materi sesuai dengan silabus

2. Membuat rancangan modul

Produksi Menulis modul sesuai rancangan


(64)

1. Analisis kebutuhan

Proses analisis kebutuhan merupakan kegiatan studi pendahuluan atau sering disebut kegiatan penelitian sebelum dilakukan pengembangan uji coba produk. Kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Studi lapangan dilakukan untuk mencari informasi tentang kebutuhan pengembangan media materi pembelajaran serta mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terdapat pada kegiatan belajar mengajar ataupun dalam isu pendidikan secara umum.

b. Studi pustaka dimaksudkan untuk mengetahui informasi-informasi hasil penelitian yang ada kaitannya dengan materi maupun karakteristik media yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan

Dalam proses perencanaan ini dilakukan perencanaan penelitian meliputi mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam proses pelaksanaan penelitian, menetapkan rumusan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, dan mendesain/menyusun rancangan serta mempersiapkan langkah-langkah penelitian.

3. Pengembangan Produk

Pengembangan Produk

Pra produksi 1. Merumuskan materi sesuai

dengan silabus

2. Membuat rancangan modul

Produksi Menulis modul sesuai rancangan


(1)

87

Tabel. masukan dari ahli materi

No. Komentar / saran Tindak lanjut

1. Gambar cara mengukur kurang menarik.

Gambar diganti dengan foto 2. Keterangan pola dasar anak diberi no

urut di depannya.

Memberi no urut di depan keterangan

3. Garis bantu pada menjiplak pola sebaiknya dihilangkan

Menghilangkan garis bantu pada pecah pola

Setelah dilakukan revisi, dari pernyataan ahli media, ahli materi busana anak, dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa modul hasil pengembangan telah valid dan dapat digunakan dalam pembelajaran. 3. Uji coba modul ( Uji kelayakan )

a. Uji coba kelompok kecil

Berdasarkan perhitungan kualitas modul pembelajaran busana anak dari uji coba kecil berjumlah 10 orang diperoleh hasil 60 % yang dapat dinyatakan bahwa 60 peserta didik dapat memahami isi modul dan tertarik kepada modul busana anak. Selain itu diperoleh rerata 3,28 dari hasil uji coba kelompok kecil. Jadi dari hasil tersebut maka dapat diartikan bahwa modul pembelajaran busana anak termasuk dalam kategori layak digunakan dalam proses belajar mengajar.

b. Pengambilan data pada subyek

Berdasarkan perhitungan kualitas modul pembelajaran busana anak dari pengambilan data pada sample berjumlah 36 orang diperoleh hasil 74 % yang dapat dinyatakan bahwa 36 peserta didik dapat memahami isi modul dan tertarik kepada modul busana anak.


(2)

Selain itu diperoleh rerata 3,28 dari hasil uji coba kelompok besar. Jadi dari hasil tersebut maka dapat diartikan bahwa modul bebe anak termasuk dalam kategori layak digunakan dalam proses belajar mengajar.


(3)

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari peneliti tentang pengembangan modul busana anak di SMK Negri 6 Yogyakarta kelas X busana butik, adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan modul bebe anak ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu analisis kebutuhan, penyusunan rancangan modul, penyusunan modul, validasi modul, revisi modul, ujicoba kecil, revisi modul serta uji kelayakn modul pada subyek. Hasil dari modul pembelajaran sesuai pedoman penyusunan modul berisi: halaman sampul, halam francis, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium, pendahuluan (deskripsi, prasayat, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir,kompetensi, cek kemampuan), pembelajaran, evaluasi, penutup dan daftar pustaka. Setelah modul pembelajaran tersusun maka modul divalidasi oleh para ahli media dan ahli materi agar dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Setelah valid lalu menyusun modul disesuaikan dengan kurikulum dalam silabus 2. Hasil penilaian dari ahli materi diperoleh hasil valid dan layak, penilaian

dari ahli media diperoleh hasil valid dan layak untuk diujicobakan pada siswa. Berdasarkan hasil penilaian siswa pada uji coba kecil pada tingkat kategori sangat layak dengan frekuensi relatif 60%. Sedangkan pengambilan data pada subyek penelitian sebanyak 36 orang modul dinyatakan sangat


(4)

layak dengan frekuensi relatif 74 % dan sesuai untuk digunakan sebagai bahan ajar di SMK Negri 6 Yogyakarta.

B. Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, agar modul sesuai kebutuhan, maka disarankan dalam menyusun/mengembangkan modul hendaknya diawali dengan analisis kebutuhan.

2. Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa modul busana anak berdasarkan paenilaian para ahli layak digunakan, oleh karena itu dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar busana anak.


(5)

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid (2008). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Rosdakarya offset.

Anas Sudijono. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Anik Ghufron, dkk (2007). Panduan Panelitian dan Pengembangan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta

Arif S. Sadiman, dkk. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Azhar Arsyad. (2005). Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Badan Pengembangan Akademik (2009). Panduan pembuatan bahan ajar.

Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Cece Wijaya, Djadja Djadjuri, & A. Tabrani Rusyan. (1992). Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran.PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Chomsin S. Widodo dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Alex Media Komputindo

Depdiknas (2006), Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas _________(2008), Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas

_________(2008), Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: Depdiknas

Djemari Mardapi (2008), Teknik Penyusunan Instrumen dan NonTes. Yogyakarta: Mitra Cendikia

I Wayan Santyasa. (2009). Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul. Universitas Pendidikan Ganesha

Joko Sulistyo (2012). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala

Oemar Hamalik. (1993). Sistem Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembinaan Ketenagaan. Bandung: PT Trigenda Karya

S. Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara


(6)

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mulyasa (2009). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya _______(2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nana syaodihsukmadinata (2006). Metode penelitian pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

______________________(2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa DEPDIKNAS (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Soekartawi (1995). Meningkatkan Efektifitas Mengajar. Jakarta:PT Dunia Pestaka Jaya

Sugihartono,dkk (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press. Sugiyono (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Syaripah Mumtahanah. (2009). Pengembangan Modul Muatan Lokal Kitchen bagi Siswa Kelas XI SMK PI Ambarukmo. Skripsi tidak diterbitkan: PT. Boga, Fakultas Teknik, UNY

Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

________ (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Universitas Negeri Yogyakarta (2008). Pedoman tugas akhir. Yogyakarta: UNY press.

Vembriarto. (1976). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Paramita