Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB IV

(1)

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam Bab ini akan ditampilkan data dari pembahasan menyangkut variabel-variabel penelitian sebagai tindak lanjut dari hasil pengumpulan data dengan instrumen wawancara dan observasi. Setelah melakukan penelitian langsung terhadap sasaran penelitian yang telah ditetapkan dalam batasan dan rumusan masalah, sesuai prosedur metode penelitian yang telah ditetapkan. Agar lebih jelas, bab ini akan menguraikan tentang penyajian data dan analisis hasil penelitian, yang dibagi dalam dua bagian yaitu: pertama, Sejarah singkat Bahasa Biak dan gambaran Umum Tempat penelitian. Kedua, Hasil Penelitian dan Analisis, yang di uraikan sebagai berikut :

4.1 Sejarah Singkat

Kepulauan Biak-Numfor adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang merupakan tempat asal dan tempat tinggal orang Biak. Kepulauan tersebut terletak disebelah Utara Teluk Cenderawasi. Kabupaten Biak-Numfor memiliki tiga pulau besar yaitu : Biak, yang masih berhubungan dekat dengan pulau kedua, yakni Supiori dan pulau ketiga Numfor. Selain itu, terdapat


(2)

56

pula pulau-pulau kecil yang cukup banyak jumlahnya. Hampir semua pulau itu berpenduduk. Pulau Biak dan Supiori mempunyai latar belakang sosial budaya dan sejarah yang dulunya berbeda dengan pulau Numfor, tetapi lama kelamaan hubungan mereka semakin erat, sehingga kini terlihatlah satu kebudayaan yang utuh, yakni kebudayaan Biak. Menurut sejarah katanya, nama Biak berasal dari kata /byak/ yang berarti : 1). Pulau yang timbul, yakni pulau itu timbul sebagai pulau karang di tengah-tengah samudera, yang dari kejauhan kelihatan seperti sesuatu benda terapung-apung; 2). Orang Asli, orang dalam, orang yang memiliki tanah, atau orang yang berasal dari darat (udik). Artinya, pulau Biak dikuasai dan dimiliki oleh orang asli Biak, yang dulunya sebagian besar berdiam di pedalaman.

Pulau Numfor mempunyai arti yang agak berbeda. Kata NUMFOR terdiri atas dua kata /num/ artinya „Kayu Kering‟ dan /for/‟Api‟. Jadi, Numfor artinya kayu kering untuk menyulut, menghidupkan api. Pulau Numfor kadang-kadang disebut pula Mafor (periksa Hasslelt 1949 Samsuri 1984). Kata Mafor tidak memiliki arti dalam bahasa Biak, karena itu tidak dikemukakan disini. Namun begitu, dalam bahasa Numfor kata mafor berarti pantangan atau keramat. Demikian halnya kata-kata bahasa Numfor yang tidak dijumpai dalam bahasa


(3)

57

Biak dewasa ini, misalnya: ansona, orwa, orne, osuwa, roru, toffer, erwasi, kapenayer, biwain, mek, dan lain-lain. Kata-kata tersebut termasuk kata-kata asli bahasa Numfor yang tidak terdapat dalam bahasa Biak. Kosa kata tersebut diatas membuktikan bahwa dahulu pulau Biak dan Numfor memiliki penduduk dan bahasa masing-masing. Perkembangan sejarah selanjutnya sudah berbeda dengan kenyataan di atas.

Dengan perkembangan tersebut Bahasa Biak pun ikut mengalami perbedaan dalam perkembang seirama dengan perkembangan penuturnya. Peristiwa tersebut membawa berbagai dampak dalam kebudayaan umumnya dan Bahasa khususnya, terutama di pulau-pulau atau daerah-daerah yang ada penduduk aslinya; seperti Numfor, pesisir pantai utara “Kepala Burung” Papua dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Dampak yang sangat menarik ialah timbulnya ragam bahasa Biak yang sedikit berbeda dengan bahasa Biak di pulau Biak dan Supiori. Misalnya ragam bahasa Biak di Dore Manokwari, Amberbaken, Karon Pantai, dan pulau-pulau di Raja Ampat terutama Waigeo Utara, Kofiau, sampai Misol.

Dampak lain yang tidak kalah menarik ialah terjadinya proses asimilasi antara bahasa Biak dan bahasa setempat, misalnya bahasa Beser di Waigeo


(4)

58

Selatan sampai Batanta Utara. Bahasa asli di Waigeo Selatan sudah semakin terdesak dengan munculnya bahasa Beser dan dominannya beberapa bahasa Batanta dan Salawati Utara, seperti bahasa Maya, bahasa Bantol, bahasa Tepin, dan bahasa Yenenas. Walaupun bahasa-bahasa yang disebutkan disini masih dipakai oleh penuturnya dengan baik, tetapi mereka memahami dan dapat menggunakan bahasa Biak (Fautgil, 1984). Perlu dicatat pula disini bahwa sebaran Bahasa Biak kearah timur cukup jauh pula, yakni mulai dari Yapen Utara, Kumamba, sampai daerah Sarmi dan terus ke wilayah Papua New Guinea dan Pasifik. Di daerah-daerah tersebut, bahasa Biak dikenal dengan baik di samping bahasa-bahasa asli setempat. Daerah pakai bahasa Biak yang sangat luas itu disebabkan oleh sebaran penduduk Biak baik ke timur maupun ke barat. Sekilas catatan tentang sebaran penduduk Biak dapat dijelaskan bahwa pada mulanya marga-marga (keret) utama Biak berada dibagian Utara, tetapi setelah enam peristiwa diatas, mereka mulai menyebar ke sebelah selatan, timur, dan barat. Marga-marga utama itu hampir tersebar di setiap tempat dimana orang Biak bermukim, karena justru mereka itulah termasuk kelompok besar yang terlibat langsung dalam proses perkembangan orang Biak hingga sekarang. Mereka adalah suku-suku besar, marga-marga yang kuat, dengan mambri-mambri yang tangguh pada


(5)

59

masa lampau. Tidak heran kalau mereka mampu hidup dan bertahan dimana-mana, dengan menggunakan budaya mereka terutama bahasa sebagai sarana komunikasi yang sangat pokok dalam kehidupan umat manusia. Sebagian dari mereka kini menggunakan nama besar masa lalu seperti Kapisa, Dimara, yang merupakan gelar yang masih terkait dengan sultan Tidore dan Ternate. Hidup bersama dengan kelompok etnis yang berbeda-beda sudah barang tentu saling mempengaruhi, walaupun seditkit. Pengaruh timbal balik membawa akibat tertentu pula dibidang bahasa, yakni munculnya variasi dialektis yang beraneka ragam. Demikian halnya perkembangan bahasa Biak dimana-mana tentu saling pengaruh-mempengaruhi, antara bahasa Biak dengan lingkungan yang dimasuki, maka keberadaan Bahasa Biak saat ini mengalami berberapa macam ragam/dialek yang berbeda.

Dari sebaran yang luas itu, Silzer (1991) memperkirakan jumlah penutur bahasa Biak saat ini sebanyak 40.000 orang. Menurut perkiraan sekarang ini, dari keseluruhan daerah pakai bahasa Biak, yakni sebelah utara Papua New Guinea sampai Kepulauan Raja Ampat hingga Halmahera dan sekitarnya, terdapat kurang lebih 50.000 – 70.000 penutur. Jumlah ini termasuk penutur bukan Etnis Biak yang berdiam di


(6)

60

Biak maupun pulau-pulau sepanjang Pantai Utara Tanah Papua. Hal tersebut didasarkan atas suatu kenyataan bahwa cukup banyak penduduk yang bukan etnis biak di Kepulauan Raja Ampat dapat menggunakan bahasa Biak secara fasih, walaupun mereka memiliki bahasa daerah sendiri-sendiri (Fautngil, 1984).

Bertolak dari penjelasan diatas, dapat dikemukakan disini bahwa daerah pakai bahasa Biak secara geografis terdapat disebelah utara pulau Papua yang terbentang dari timur sampai ke barat dengan jumlah penutur yang cukup besar.

4.2 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Sekolah Dasar YPK Effata Waupnor yang berlokasi di Kota Biak, Kecamatan Biak Kota (Papua) Jl. Teuku Umar. SD YPK Effata Waupnor adalah salah satu Lembaga Pendidikan Swasta yang turut mengembang pelayanan Pendidikan secara Nasional dan merupakan sekolah binaan dari salah satu Jemaat di Klasis Biak Selatan (Papua), yaitu Jemaat Effata Waupnor. Sekolah tersebut mempunyai Visi yaitu, “Terwujudnya kerjasama sekolah dan masyarakat untuk membentuk siswa yang cerdas, terampil, santun dan taat beribadah.” Sedangkan Misi sekolah ini terdiri dari lima hal, pertama melaksanakan dan mengembangkan pembelajaran


(7)

61

berbasis PAKEM; Mengembangkan bakat dan minat siswa yang trampil melalui kegiatan ekstrakurikuler; Membiasakan siswa berperilaku sopan; Membiasakan siswa melaksanakan kegiatan Keagamaan sesuai ajaran Kristiani; Kerjasama guru dan orang tua untuk meningkatkan mutu pendidikan. SD YPK Effata Waupnor berdiri pada tanggal 1 Januari 1962. SD YPK Effata Waupnor telah banyak mendapat kepercayaan dari masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat terlihat pada jumlah peserta didik yang juga telah mengamanatkan beberapa lulusan sejak mulai berdirinya sekolah tersebut.

Tabel 4.1

Jumlah Siswa SD YPK Effata Waupnor

Tahun Ajaran Jumlah 2006/2007 132 2007/2008 182 2008/2009 182 2009/2010 200 2010/2011 200 2011/2012 213 2012/2013 285

Sumber data : Dokumentasi SD YPK Effata Waupnor

Perencanaan program pembelajaran pada Lembaga ini dilaksanakan berdasarkan Satuan Nasional Pendidikan (NSP) dalam permendiknas No.19 tahun 2007, khusus mengacu berdasarkan permendiknas No.41 tahun 2008. Dari acuan tersebut sekolah bebas mengembangkan kurikulum sesuai situasi dan kondisi setempat. Begitu pula dengan SD YPK Effata Waupnor.


(8)

62

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam bagian ini akan disajikan hasil penelitian tentang proses perencanaan, Pelaksanaan, evaluasi, dan hasil terhadap program pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor yaitu :

4.3.1 Deskripsi Perencanaan Program Pembelajaran Pada umumnya peran guru SD YPK Effata Waupnor menyatakan bahwa keterlibatan mereka dalam perencanaan program pembelajaran bahasa daerah Biak atau dalam menyiapkan bahan pelajaran kelas dan dikembangkan masing-masing guru kelas sesuai kebutuhan anak didik. Pendesaian dan pengembangan mulok Bahasa Daerah Biak oleh guru berdasarkan program yang telah disediakan kepala sekolah dengan Rencana Kegiatan Harian RKH) dan Rencana Kegiatan Mingguan (RKM).

Para guru di SD YPK Effata waupnor juga mengatakan bahwa keterlibatan mereka dalam perencanaan program pembuatan silabus atau kurikulum yaitu, pembuatan kurikulum mulok ketrampilan, seni dan budaya. Program tahunan, semester, tema, pengembangan, indikator dan alokasi waktu dirancang oleh kepala sekolah dan berikan kepada


(9)

63

guru untuk dikembangkan oleh guru masing-masing dalam kelas.

Pelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak telah diterapkan pada tahu 2008/2009 namun belum efektif dilaksanakan dalam pembelajaran karena belum ada silabus yang baku sebagai acuan dalam pembelajaran tetapi juga belum ada guru yang berkompeten dan mampu mengajarkan muatan lokal bahasa daerah tersebut dan hanya diajarkan berdasarkan panduan yang pernah dibuat oleh kepala sekolah senior yang sudah purna tugas. Dalam wawancara juga, guru-guru mengatakan, bahwa persiapan bahan ajar mulok seni dan budaya, ketrampilan tersebut disiapkan sebelum proses belajar mengajar dikelas dilakukan dan itu disiapkan oleh masing-masing guru kelas. Sedangkan materi ajar untuk mulok bahasa daerah diajarkan berdasarkan contoh materi yang telah disiapkan oleh kepala sekolah seperti dikatakan guru yang sudah lama mengajar Lima Tahun di kelas tiga ;

GK IIIA:... Kalau Kepala sekolah kami yang dulu itu pernah membuat satu materi pembelajaran khusus untuk muatan lokal bahasa daerah Biak tapi bahan materinya atau topik materinya hanya tema-tema dasar saja seperti: menyebut angka 1-10 (Kelas I) 1-20 (keles II), 1-50 (kelas III) dalam bahasa biak, menyebut nama anggota keluarga, mengartikan nama ukiran


(10)

64

khas suku biak. Cuma itu saja dan kalau kami mengajar kadang materi sudah selesai namun waktu masih banyak, jadi ya... kadang kami juga sulit untuk melanjutkan PMB, akhirnya siswa diprintahkan untuk bermain atau disuruh untuk menggambar bebas saja supaya waktu tidak terbuang percuma...! Jadi, alokasi waktu itu belum bagus... belum cocok dengan materi yang diajarkan.

Gambar 4.1:

Guru kelas III seusai wawancara

Tabel 4.2


(11)

65

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mendengarkan

Memahami Bunyi Bahasa

1.1Membedakan Bunyi Bahasa, Misalnya : Oser, Suru, Kyor, Fyak, Rim, Wonem, Fik, War, Siw, Samfur

Berbicara

Mengukapkan pikiran, informasi secara lisan

2.1Berbicara secara lisan Tentang berbagai bahasa yang telah didengar dengan baik. 2.2 Mensiskripsikan bunyi

bahasa tersebut. Membaca

Memahami teks pendek dengan membaca nyaring

3.4 Membaca setiap suku kata dengan lafal yang benar.

3.5 Membaca nyaring setiap suku kata dengan intonasi yang benar.

Menulis

Menulis permulaan dengan

Mencontoh, melengkapi dan menyalin

4.1Mencontoh huruf dan kata yang ditulis di papan tulis dengan benar.

4.2Melengkapi kalimat sederhana yang ditulis di papan tulis

4.3Menyalin kalimat yang ditulis dipapan tulis dengan benar.

Sumber Dokumen SD YPK Effata Waupnor: Materi belajar Mulok Bahasa daerah dikelas I-III SD YPK Effata Waupnor 2008/2009.

Pernyataan itu juga didukung oleh kepala sekolah, meskipun juga diungkapkan bahwa tidak semua guru


(12)

66

menyelesaikan persiapannya tepat waktu karena menentukan tema pembelajarannya sendiri-sendiri sesuai kebutuhan kelasnya.

KS:... memang kami telah sampaikan dan sudah di bentuk dalam pertemuan guru-guru sebelum semua materi pelajaran diajarkan, guru sudah harus Mempersiapkan persiapan mengajarnya termasuk juga pelajaran mulok, Dan harus selesai. Saya juga berharap guru-guru saya dapat Memaksimalkan waktu yang ada dengan baik supaya anak-anak juga dapat Belajar dengan baik. Tapi masih belum maksimal juga karena ada guru Yang mengajar mulok tidak tahu bahasa daerahnya sendiri bahkan mungkin karena gurunya bukan putra daerah akhirnya sulit untuk mengajarkan Mulok tersebut.

Para guru mengatakan dalam membuat dan merencanakan pembelajaran itu mengikuti tema yang sudah ditentukan oleh sekolah. Tugas mereka adalah mengembangkan dan memilih materi, bentuk kegiatan dan menciptakan latihan-latihan atau kegiatan yang sesuai dengan tema tersebut sesuai dengan kompetensi guru. Guru lain juga memberi alasan lain seperti terkadang mulok mau diterapkan dengan cara lain misalnya memberi tari-tarian, mengunjungi tempat sejarah, membuat prakarya daerah tetapi masih susah dan banyak kendalanya baik dari waktu, bahan-bahan.


(13)

67

Kemampuan dalam daya dan dana belum dapat membantu guru dalam melaksanakan.

GKI:… Biasanya kalau kami mau mengajar mulok, baik seni buaya, ketrampilan ataupun bahasa daerah itu temanya sudah ada dan ada contoh yang dibuat, dan kami tinggal ikut saja, kami coba kembangkan dengan apa yang kami tahu saja.

Selain itu para guru juga menjelaskan bahwa untuk materi ajar mulok disesuaikan dengan kelasnya (kelas I – III), dalam pelaksanaan penerapan materi ajar mulok banyak kendalanya tetapi harus tetap diajarkan karena sangat dibutuhkan bagi pengembangan pendidikan terkhusus terhadap kecintaan murid terhadap budaya bangsa secara universal. Dalam menyiasati kendala untuk tetap menjadi minat murid mengikuti pembelajaran tersebut maka ada cara lain yang diditerapkan guru yaitu, guru meluangkan dan memanfaatkan waktu dan hari khusus untuk sebuah kegiatan ekstra pembelajaran tersebut yan disebut free learning. Hal yang dilakukan guru juga secara fisik yaitu mengajar tari-tarian dan menyanyi lagu-lagu berbahasa daerah Biak, membuat keterampilan sederhana dengan menggunakan bahan yang dapat ditemui siswa.

GK II A:... Selama ini ya.. materi ajar kami coba terapkan, tema pembelajarannya Kami coba buat


(14)

68

sendiri, walaupun masih banyak kekurangannya. Persiapan mengajar juga kami ambil contoh dari buku paket Bahasa Indonesia, tapi mungkin tidak semua tema dipakai Sebagai bahan untuk kami pake mengajar karena kami sesuiakan dengan tingkat kelas masing-masing. Dan menurut saya pribadi memang, Mulok Ini penting sehingga saya pribadi juga mau usul supaya mungkin dapat di masukan dalam program sekolah, kepsek perlu membuat program pembelajaran sekolah dengan memberi waktu tambahan belaja. yang disebut tambahan waktu. Supaya bisa kami tidak hanya mengajarkan bahasa daerah saja tapi mungkin bisa tambah dengan buat pekerjaan tangan ketrampilan, berlatih tari-tarian lokal. Kalau untuk pelajaran umum lainnya tidak ada masalah, cuma pelajaran Mulok ini yang sangat perlu bagi murid supaya mereka juga tahu dan Kenal bahasa lokalnyasendiri (bahasa daerahnya). Penerapan mulok ini jadi perhatian khusus kalau perlu diberi waktu lebih supaya dapat Diterapkan sebaik mungkin pada anak–anak. Jadi tambahan waktu juga penting.

Kegiatan ini lebih sangat baik dan bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan kompetensi akademiknya, meningkatkan nilai–nilai budaya bangsa secara universal, dan kecintaan akan bahasa ibu (bahasa daerah).


(15)

69

Hal tersebut seperti menanggapi persetujuan orang tua yang terjadi dalam wawancara dengan OT1, OT2, OT3 yaitu menginginkan anak–anak mereka juga mengerti bahasa daerahnya, dengan alasan supaya bisa membaca, menulis bahkan dalam bercakap setiap hari. Bukan hanya itu saja tetapi selebihnya memperkaya budaya bangsa kita.

Meskipun demikian para guru juga mengukapkan dalam wawancara bahwa cara menyampaikan meteri atau dalam KBM tidak hanya dalam hal nonfisik saja karena kekayaan budaya secara lokal itu sangat banyak sesuai kondisi daerah setempat sehingga yang bersifat fisik juga perlu diterapkan dengan mengalokasikan waktu yang baik dalam pembelajaran, dan perlu dilaksanakan secara sederhana pada siswa sehingga tidak membebani mereka dalam belajar mulok. GM, menyatakan bahwa selain memberi materi mulok bahasa daerah juga perlu diterapkan mulok ketrampilan dan seni dan budaya seperti menyanyi lagu daerah bahasa biak dan juga mengenal nama simbol-simbol berupa ukiran pada gambar-gambar yang dibuat secara sederhana sehingga tidak membuat anak bosan dalam menerima pembelajaran.

Dalam observasi, penulis juga menemukan contoh bagaimana penanaman konsep dari sebuah materi


(16)

70

dilakukan belum efektif dan cocok bagi murid. Di kelas I dalam pengenalan bunyi vokal, lafal kata dan mengucapan sebuah kata dalam menghitung belum dilakukan dengan metode yang tepat. Guru belum dapat menggunakan metode lokal untuk menerapkan pembelajaran dikelas. Untuk belajar bahasa daerah biak di SD kelas I guru masih mencontohi dari buku bahasa Indonesia kelas I. Untuk berbicara menyebutkan satu kata belum baik sesuai pengucapan yang benar antar huruf hidup dan huruf mati (Biak-Byak). Menulis dan mengucapkannya mempunyai perbedaan. Kemudian masih harus diucapkan berulang-ulang, dan ini membosankan murid dalam belajar.

Pendapat lain yang diberikan kepala sekolah dalam hal materi adalah bahwa bagaimana cara menyampaikan materi tersebut agar dapat dikatakan sesuai bagi siswa ;

KS:.. kalau seandainya kita dapat menyiasati, kadang kita memberikan Pembelajaran mulok dengan cara yang gimana, ya.. mungkin bisa pakai Cara bermain, bernyanyi atau cara yang bagaimana begitu supaya anak tidak bosan, tidak buat anak malas atau tidak suka untuk belajar mulok dan itukan tergantung pada kemampuan guru yang mengajar dan kalau Guru itu bisa menurut saya itu tidak ada masalah. Namun ya..! itu masih Menjadi kendala juga


(17)

71

disekolah kami dan ya... pokoknya masih harus ditingkatkan.

Seorang guru yang sebelumnya mengajar disekolah di desa dan sekarang pindah mengajar di SD ini melengkapi jawaban kepala sekolah dan menjawab bahwa ;

GK.IV:... ya memang benar, karena belajar Bahasa Biak ini harus orang fasih bahasa Biak atau guru yang bisa barbicara bahasa Biak, hmm... mungkin kalau kita mau siasati ya kita pakai guru-guru yang dari kampung saja, contohnya macan saya guru yang pernah mengajar dikampung (desa). Mengapa...saya bilang begitu ya... karena kami di kampung itu setiap hari berbicara pakai Bahasa kami Bahasa Biak. Jadi mungkin yang cocok mengajar muatan lokal Bahasa Biak, atau kalau masih ada orang tua-orang tua kita yang mampu itu kita bisa pakai mereka untuk mengajar Bahasa Biak kepada anak-anak kita. Ya... mungkin dengan strategi itu menjadi acuan bagi guru-guru untuk mau belajar mengembangkan potensinya dalam belajar berbahasa Biak, atau mungkin juga murid akan lebih cepat untuk mengerti dan bisa berbicara Bahasa Biak dengan cepat.

Dalam wawancara, para orang tua menyatakan sebagai orang tua, kurang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dan bahkan tidak pernah


(18)

72

mengucapkan ataupun berdialog dengan bahasa biak dirumah, karena orang tua juga tidak bisa berbicara bahasa daerah. Sehingga mereka bisa mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Daerah Biak sangat penting dan harus dimasukan dalam program pembelajaran bahkan harus tetap ada dalam pelajaran disekolah supaya anak–anak mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang baik tentang bahasa daerahnya sebagai bukti bahwa mereka mencintai budaya dan menjujung tinggi nilai–nilai budaya bangsa yang sesungguhnya tidak dibiasakan dalam keluarga. Seperti ungkapan seorang wali murid berikut ini ;

OT.1:.... saya mo bilang bagaimana ya.. bu guru soalnya saya sendiri juga belum bisa bahasa Biak dengan baik Bicara bahasa Biak tidak begitu lancar, mengerti juga sedikit-sedikit saja dan tiap hari itu Kitong hanya bicara pake Bahasa Indonesia sehari-hari jadi gimana kitong mo ajar anak-anak Bahasa biak ibu...

Dan pernyataan tersebut ditegas oleh orang tua lain bahwa, pembelajaran muatan lokal bahasa Daerah Biak sangat dibutuhkan dan penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah karena bahasa tersebut paling banyak penuturnya di daerah kabupaten Biak Numfor. Selain itu dapat menjadi sebuah jendela budaya secara universal


(19)

73

tetapi juga tetap menjadi bagian dalam kecintaan setiap daerah terhadap kearifan lokal daerahnya dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Seperti katanya ;

OT.2: Begitu sudah ibu, kitong orang tua ini juga salah karna kitong juga tra tahu bahasa jadi bagaimana anak-anak dong mo tahu bahasa biak yoo, orang tua saja tra tahu baru..Jadi perlu ada perhatian khusus dan kesadaran dari semua pihak-pihaksaat dong terapkan Mulok ini: pertama,dari pemda dorang (Pemerintah Daerah Dinas Pendidikan) karena mereka yang punya hak to dalam mengambil suatu kebijakan untuk memajukan Pendidikan didaerah, perlu mebuat peraturan yang baik atur dana-dana pendidikan buat anak sekolah dorang. jadi pemerintah dong yang tahu mana yang baik untuk kita di biak pu kemajuan pendidikan.Jadi kira-kira pemerintah daerah dong mo atur bagaimana tergantung dong pu aturan saja.yang baik dalam mendukung pendidikan, dan harus serius dalam Memajukan pendidikan itu supaya sumber daya alam yang ada pun Mampu dikembangkan dan tidak ikut-ikutan begitu.

Hal yang sama dikatakan oleh guru senior lain bahwa, supaya pendidikan di daerah tetap berjalan baik sesuai tujuan pendidikan maka perlu ada kerja sama yang baik antara semua pihak baik masyarakat pemerintah daerah dan stack holder lainnya. Pemerintah


(20)

74

Bertanggung jawab dan berkewajiban menjalankan kebijakan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan agar pendidikan formal tetap berlangsung dengan baik.

GS:... Menurut saya supaya pendidikan akan berjalan baik bila semua pihak ikut Bertanggung jawab, bekerjasama mendukung dan betul-betul mau membantu pengembangan pendidikan di Daerah kita ini. selain itu Dinas Pendidikan harus banyak survei ke lapangan supaya tahu apa yang dibutuhkan Sekolah-sekolah, apakah KBM berjalan baik kah...pengajar/guru-guru cukup sesuai kebutuhan sekolah kah...,mungkin sekolah perlu buku–buku untuk pake belajar kah.. atau kebutuhan sekolah yang lain-lain begitu...

Hal yang sama dikatan oleh bapak kepala dinas kecamatan Biak Kota, bahwa ;

PTK/SD:.. ya betul sekali memang masih Perlu banyak perhatian buat pendidikan Dan memang kami sebagai bawahan dari dinas pendidikan di kabupaten memberi bantuan buku-buku pelajaran yang bermutu sesuai dengan perkembangan pendidikan yang ada Sebagai Panduan belajar bagi guru dan murid, memberikan training-khusus bagi guru-guru dilapangan yang materi trainingnya sesuai kebutuhan kerjanya dilapangan (sekolah), Untuk mengembangkan mutu mengembangkan pembela-jaran bernuansa lokal perlu ada kerja sama antara pemerintah, sekolah dan masyarakat dalam menciptakan SDM yang baik; Bahan ajar, dan juga panduan-panduan khusus (buku dan sapras yang lain yang termasuk dalam perangkat pembelajara Mulok. Itu sesuai dengan kenyataan di lapangan, jangan hanya kejar Program atau proyek dong punya program kerja saja, tapi harus melihat peningkatan mutu pendidikan didaerah kita.


(21)

75

Seperti sudah terlihat dari hasil wawancara diatas, bahwa hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan di daerah yang sangat penting dan membutuhkan tenaga pengajar yang berkompeten dan serius dalam melaksanakan pembelajaran baik dalam mendidik peserta didik, membuat seperangkat bahan pembelajaran (Silabus), bahkan kemampuan dalam teknik mengajar agar tujuan intruksional dalam pembelajaran tersebut dapat tercapai dan mendapat hasil yang baik.

Berdasarkan hasil observasi, pembuatan seperangkat bahan ajar khusus mulok bahasa Daerah Biak telah dilakukan oleh TIM Pengembang Kurikulum (TPK) pada Dinas Pendidikan kabupaten Biak Numfor. Namun terlihat secara rasional belum terlaksana dengan baik, sekolah-sekolah belum mendelegasikan guru-guru mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak untuk membuat silabus sebagai panduan pembelajaran dikelas sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kelas masing-masing. Oleh sebab itu perlu pembenahan ataupun perbaikan yang lebih baik lagi karena pembelajaran mulok bahasa daerah tersebut merupakan suatu kebutuhan penting sebagai sebuah bahasa pengantar terhadap kadungan pembelajaran yang bernuansa lokal.


(22)

76

Dan hasilnya nanti dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk tetap meningkatkan kecintaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya daerahnya bahkan akan berkembang mengangkat martabat bangsa dimata dunia.

4.3.2 Deskripsi Pelaksanaan Program Pembelajaran Data hasil penelitian terhadap pelaksanaan pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak, antara lain: guru, siswa, sarana-prasarana, Proses belajar-mengajar, metode yang digunakan, Media pembelajaran, dan interaksi warga belajar terhadap pembelajaran.

Seperti dikatakan seorang guru saat penulis mengikuti work shop kurikulum muatan lokal bahasa daerah Biak di Dinas Pendidikan kabupaten Biak Numfor 30 oktober 2013. Kata guru tersebut, bahwa dalam mempersiapkan materi Muatan Lokal Bahasa Biak sebagai pelajaran bagi siswa harus guru khusus pelajaran mulok, yang bisa berbahasa Biak (fasih bahasa daerah Biak), mampu mengartikan kata, kalimat baik serta semua bentuk-bentuk nama benda, tumbuhan, dan sebagainya sebagai pengenalan pengetahuan bahasa daerah Biak kepada siswa. Sehingga siswapun dapat menerima pembelajaran dengan baik. Selanjutnya guru juga harus berkemampuan dalam menyusun acuan


(23)

77

pembelajaran (silabus/RPP) untuk menjadi panduan dalam proses belajar mengajar dalam kelas.

Gambar 4.2:

Kelompok Diskusi Work Shop

Berdasarkan diskusi tersebut ditegaskan pula oleh salah satu kepala sekolah dari gugus sekolah SD YPK Effata Waupnor bahwa, sebagai guru terkhusus guru pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak harus mampu, kreatif, inovatif, dalam menarik minat belajar siswa, sabar dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Dan harus mampu berbahasa Biak dengan baik untuk mengimplementasikan mulok Bahasa Biak bagi peserta didik. Selanjutnya dikatakan juga pengguna Bahasa Daerah Biak dalam lingkungan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar harus menggunakan


(24)

78

bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti serap dan mudah ditiru, penggunaan metode sesuai kebutuhan anak.

Penggunaan Bahasa Daerah Biak di lingkungan pendidikan pada Sekolah Dasar YPK Effata Waupnor dianggap belum menyenangkan, belum efektif dan tidak maksimal oleh hampir semua guru bahkan pelaksana dinas pendidikan di kabupaten Biak Numfor. Dari pengamatan peneliti memang sekolah ini belum maksimalkan pembelajaran mulok Bahasa Biak, bahkan dalam mempraktekannya juga belum sesuai dengan tema yang telah dibuat dalam proses belajar dan mengajar disekolah. Terdapat kekurangan bahan pembelajaran bahkan alat-alat praktek dalam proses pembelajaran tersebut. Materi pembelajaran yang disediakan bagi kelas kecilpun masih kurang cocok dan bahkan sulit untuk dimanfaatkan oleh guru dalam memberi pelajaran muatan lokal bahasa Biak. Metode yang dipakai, media lingkungan alam juga dapat dimanfaatkan sebagai satu alat bantu dalam pembelajaran yang ada tidak dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pembela-jaran mulok Bahasa Biak diluar kelas bagi siswa, akibatnya siswa kurang menjadi minat untuk belajar mulok tersebut. Namun hampir semua guru juga


(25)

79

mengatakan ada beberapa hal yang menjadi kekurangan yaitu kurikulum pelajaran muatan lokal Bahasa Daerah Biak, tenaga pengajar, sarana prasarana dan buku-buku penunjang bagi pembelajaran mulok. Beberapa guru seperti: GK.IA, GK.IIB, GK.IIIB mengatakan bahwa kekurangan itu menyebabkan guru tidak bisa menyiapkan lingkungan belajar yang menyenangkan baik dalam kelas maupun di luar kelas. Sehingga untuk belajar yang memerlukan praktek tidak dapat terlaksanakan dengan optimal. Salah satu guru II.A mengungkapkan bahwa secara akademis anak-anak harus dididik sesuai tujuan pendidikan yang diajarkan dan berdasarkan acuan yang telah diprogramkan. Selanjutnya anak-anak tidak hanya belajar secara akademis tetapi juga secara sosial emosional dan fisik. Tetapi SD YPK Effata Waupnor masih kekurangan beberapa penunjang baik di dalam maupun diluar kelas yang berhubungan langsung dengan lingkungan Proses Belajar Mengajar (PBM).

Berdasarkan Observasi dapat dijelaskan bahwa SD YPK Effata Waupnor memang tidak mempunyai guru yang professional dalam mengajar mulok, belum ada ruang khusus untuk praktek, juga sarana penunjang lain seperti buku, bahan praktek semua itu menjadi dilemma dalam melaksanakan pembelajaran mulok.


(26)

80

Guru tidak fasih berbahasa daerah, kehidupan sosial siswa di luar sekolah tidak dibiasakan berkomunikasi Bahasa Daerah Biak, secara fisikpun guru dan siswa tidak serius mengimplementasikan kebudayaan lokalnya.

Salah satu guru dari kelas III yaitu GK.III.A mengatakan dalam wawancara bahwa, hal tersebut sedikit menjadi problem dalam proses belajar mengajar. Namun guru tersebut mengakui bahwa akan lebih berkompeten apabila semua pihak ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan bernuansa lokal. Peran terpenting yaitu masyarakat dan pengambil kebijakan.

Dalam studi dokumen peneliti menemukan bahwa kurikulum yang dipakai mengajar mulok belum mempunyai satu acuan yang tepat untuk dipakai dalam proses belajar mengajar. Misalnya di kelas II yang dalam program pembelajaran efektif mempunyai tema tentang “nama hari dan bulan” maka untterence dan language yang adalah memahami dan mengenal tentang nama-nama hari dan bulan dalam Bahasa Biak. Namun guru belum tahu bahkan belum pernah mendengar dan tidak ada sumber buku tentang kata-kata itu dalam Bahasa Biak maka guru tidak dapat mengajarkan kepada siswa. Contoh lain misalnya kelas I dengan tema “Memberi Salam” Untterence dan language yang dilakukan adalah


(27)

81

memahami waktu/jam sapaan namun hal tersebut masih belum dapat dilakukan dengan baik dan tidak dibiasakan dalam memberi salam atau sapaan dalam bahasa Biak.

Dalam setting lingkungan pembelajaran yang berhubungan dengan penataan ruang diantaranya adalah kearifan lokal budaya lingkungan alam setempat yang dapat di padukan secara pembelajaran tematik dimana ada tema-tema yang dapat dipadukan sesuai dengan pelajaran lain tetapi juga yang berdiri sendiri berdasarkan konsep pemahaman dan pengetahuan. Guru mengatakan ;

GK.III.B:.. ya kalau disesuaikan dengan judul/tema, kami kadang agak susah juga dan bingung juga contohnya karena kalau ada materi yang harus dihubungkan dengan keadaan kami disini misalnya yang berhubungan dengan pelajaran umum to seperti tentang tumbuhan atau atau juga binatang Materi kami hubungkan dengan yang ada pada kami, agak susah juga tapi ya kami coba-coba terapkan saja dengan apa yang ada pada kami to, contohnya menyebut nama tumbuhan, binatang yang ada didaerah kami begitu.

Dari penjelasan guru tersebut dapat dipahami bahwa pembelajaran mulok dalam memadukan dengan secara tematik masih agak susah dan mesti perlu


(28)

82

peningkatan dan kemampuan dari guru dalam hal tersebut.

Pelaksanaan Mulok Bahasa Daerah Biak dalam penelitian ini meliputi tersedianya tenaga pengajar, tersedianya fasilitas belajar, diperlukan di daerah setempat.

Ketersediaanya tenaga pengajar Mulok Bahasa Daerah Biak dilingkungan SD YPK Effata Waupnor dianggap belum cukup, belum professional dan hampir sebagian besar guru beranggapan demikian. Dari pengamatan peneliti memang sekolah ini belum mempunyai pengajar yang berkompeten dan kurang berpengalaman dalam mengajar Mulok Bahasa Daerah Biak, pembelajaran bersistem rolling class yang lokasi waktu hanya dua jam pelajaran. Sarana prasarana dalam pelaksanaan pembelajaran belum cukup memadai bagi pengajar dalam memberikan mulok menjadi kendala saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menjadi sulit bagi pengajar mulok saat hendak mengajar di kelas, sedangkan mulok tersebut merupakan bagian penting dalam pengembangan pendidikan di sekolah tersebut. Hal tersebut hampir semua guru tersebut mengatakan bahwa tiga hal yang menjadi kekurangan yaitu guru tidak pandai atau fasih berbahasa, belum mampu membuat acuan pembelajaran, dan tidak dapat


(29)

83

menggunakan metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Beberapa guru seperti GM, GK4 mengatakan bahwa kekurangan itu menyebabkan guru tidak bisa melaksanakan pembelajaran dengan efektif sesuai waktu yang telah ditentukan. Sehingga pelaksanaan pembelajaran tersebut diakali guru dengan memberi tugas lain yang tidak sesuai dengan program pembelajaran. Salah satu guru mengungkapkan bahwa ;

GK.I... Kami belum dapat menerapkan mulok itu dengan baik walaupun sudah di buat wokh shop dan buku panduan juga sudah dibagikan oleh dinas kesetiap sekolah untuk kelas kecil saja, namun kami belum dapat melaksanakan pembelajaran mulok itu secara efektif.

Ungkapan tersebut ditegaskan oleh Guru kelas II bahwa ;

GK.II:..Iya Benar kami belum dapat mengimplementasikan mulok Bahasa Biak itu dengan baik, kadang kami coba buat kegiatan belajar yang lain misalnya menggambar, menyanyi, Bahkan kami menyuruh anak-anak keluar kelas untuk angkat sampah dengan waktu yang sisa Yang penting waktu pembelajaran mulok itu bisa terlaksana, karena kami sudah selesai mengajar Mulok tapi waktu masih ada tersisa beberapa menit lagi jadi ya kami cari jalan


(30)

84

dengan berikan Kegiatan seperti itu yang penting

tepat dengan alokasi waktu pelajaran mulok itu….

Apabila sebuah tema atau topik pembelajaran telah selesai diajarkan, dan waktu masih tersisa banyak dalam PBM, maka dapat disertai dengan memberi nyanyian-nyanyian yang ada hubungannya dengan tema pembelajaran mulok bahasa daerah misalnya lagu :

ARWO BABO = PAGI HARI ARWO BABO ARWO BABO KOMASIKO KOMASIKO

KOSANSUNKO KOSANSUN KO KORAKOFARKOR

KOSASYAR KWAR KOSASYAR KWAR KOBUR BERUM KOBUR BERUM SNAR KOBISER SNAR KOBISER AYE AWINO

Contoh Tulisan Lagu Berbahasa Biak: “Pagi Hari”


(31)

85

Gambar 4.3:

Guru-guru SD YPK Effata Waupnor

Guru sebagai pelaksana kurikulum memegang peranan penting, kerena tanpa guru tidak akan terjadi kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM). Guru-guru SD YPK Effata Waupnor ada 17 orang, dimana 6 guru bertanggung jawab atas kelas parallel dari kelas I samapai III. Semua guru–guru SD YPK Effata Waupnor berpendidikan sarjana (S1 dan D3), 5 orang berpendidikan Strata-1 pendidikan, 3 orang berpendidikan Strata-1 Pendidikan Agama Kristen, satu orang guru merupakan sarjana pendidikan bahasa inggris dan 8 orang berpendidikan diploma tiga (D3) PGSD dan 1 orang berpendidikan SGO.

Dalam wawancara para guru menyatakan bahwa latar belakang pendidikan yang dimiliki mendukung


(32)

86

mereka sebagai guru di SD. Namun masih perlu peningkatan yang lebih baik dalam menerapkan pembelajaran bernuansa lokal. Seperti dikatakan GK /IIIB menyatakan bahwa meskipun pendidikan Diploma yang dimiliki dari PGSD, merasa terbantu dalam kemampuan melaksanakan Proses Belajar Mengajar (KBM) oleh pendidikan yang dimiliki. Namun dalam pembelajaran Mulok masih perlu ada penambahan ilmu atau pelatihan bagi guru dalam pengembangkan pendidikan di SD khusus pada pembelajaran muatan lokal tersebut. GA.I yang berpendidikan S-1 pendidikan Agama Kristen terdukung dalam pembuatan kurikulum pembelajaran sesuai bidang studi, namun dalam mengembangkan sesuai bahasa daerah setempat belum Efektif dan belaum bisa dalam pengembangan aktifitas-aktifitas. Sedangkan guru dari tingkat SD yaitu kelas GA.2 merasa bahwa latarbelakang pendidikannya belum mendukung dalam hal mengartikan atau menyebutkan kata sesuai pendidikan Agama Kristen sebagai salah satu pengembangan karakteristik murid setiap hari dikelas maupun diluar kelas karena dasar pendidikannya adalah sebagai guru Agama. Dari contoh tersebut bisa disimpulkan bahwa latar belakang yang dimiliki para guru belum mendukung kompetensi pedagogis mereka dalam penerapan muatan lokal.


(33)

87

Pernyataan guru–guru tersebut didukung oleh kepala sekolah dalam wawancara yang menyatakan bahwa mereka telah memiliki kompetensi-kompetensi yang mendukung sebagai pendidik namun masih perlu training-training khusus untuk menambah kompetensi mereka dalam mengajarkan mulok kepada murid apalagi dikelas kecil yang pola pembelajarannya bersifat Tematik.

2. Siswa

SD YPK Effata Waupnor mempunyai kriteria dalam menerima siswa baru masuk dikelas I yaitu bagi siswa yang awal masuk di kelas I minimal berusia 6 dan 7. Untuk yang berusia 6 tahun harus memiliki surat keterangan yang jelas, seperti ijazah dari sekolah Taman kanak–kanak (TK) asalnya sedangkan siswa yang berusia 7 tahun tetapi tidak lewat TK tetap diterima karena usianya telah sesuai untuk masuk pada Sekolah Dasar. Sedang perbandingan guru dengan peserta didik adalah 1 banding 30 sampai 50 anak. Artinya 1 orang guru akan mengajar atau membimbing serta berkonsentrasi pada pada sekitar 30 sampai 50 anak tersebut. Dengan jumlah yang mungkin kurang efektif untuk kelas yang kecil maka kelasnya dibuat kelas palelel dan guru bidang studi pun dapat diangkat menjadi guru untuk membimbing salah satu kelas tersebut. Seperti telah


(34)

88

disebutkan sebelumnya bahwa perbandingan guru dengan siswa dikelas sangatlah tidak efektif dalam proses belajar dan mengajar khusus kelas yang kecil (I – III) karena dengan jumlah siswa yang banyak dan dibimbing hanya seorang guru saja, ini akan memyebabkan kegiatan belajar dikelas akan tidak nyaman, guru sulit untuk mengontrol siswa, dan situasi kelas akan sangat tidak mendukung saat PMB berlangsung. Sebab kelas harus dibuat parallel dan gurunya harus 2 dibanding 30 sampai 50 agar PMB dalam kelas tersebut dapat berlangsung dengan baik dan proses belajarpun dapat berlangsung dengan efektif dan menyenangkan.

3. Sarana Prasarana

Berdasarkan hasil observasi dilapangan tentang sarana prasarana pada SD YPK Effata Waupnor dilihat ketersediaannya masih perlu mendapat penambahan agar dapat menunjang proses belajar mengajar. Hal tersebut didukung oleh guru–guru dalam wawancara yang semuanya menjawab bahwa untuk sarana prasarana masih harus perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah karena masih perlu ditambahkan beberapa ruang dan tempat khusus untuk belajar yang membutuhkan praktek seperti lab IPA Sain, Lap Muatan


(35)

89

Lokal jadi masih perlu sarana dan prasarana belajar bagi siswa.

Untuk ruangan–ruangan pembelajaran yang tersedia adalah rung kelas berjumlah sepuluh ruang kelas, ruang perpustakaan berjumlah 1 ruang, ruang guru satu ruang, ruang kantor kepala sekolah 1 ruang, ruang WC berjumlah 5 ruangan (masing-masing: WC Murid untuk pria, untuk wanita, dan WC untuk guru pria, dan untuk guru wanita serta satu ruang untuk WC Kepala Sekolah). Sedangkan yang tidak tersedia adalah ruang kesehatan, ruang bimbingan, ruang lab. Sains, lab komputer dan ruang praktek mulok.

Kemudian untuk sarana pendukung kerja dan pembelajaran seperti papan tulis, kapur tulis, penghapus, meja dan kursi untuk siswa dan guru, lemari penyimpanan arsip dan buku-buku paket semua tersedia dengan kondisi baik. Sedangkan untuk pembelajaran mulok disesuaikan dengan sarana pendukung yang telah ada karena tidak ada sarana khusus untuk mulok.

Untuk kelengkapan administrasi kelas seperti silabus atau kurikulum, SKH, SKM, buku mutasi siswa,buku supervise, Buku penerimaan/pengembalian raport, buku daftar perabot, buku Bimbingan dan penyuluhan, buku kenaikan kelas, buku daya serap,


(36)

90

buku target kurikulum semua buku tersebut dibuat dalam satu box file untuk memudahkan guru saat menyelesaikan administrasi kelas.

Untuk alat permainan edukatif, sekolah ini belum ada dan hanya dimanfaatkan satu buah alat menghitung model lama yaitu alat hitung “DEKAK”, dan alat music (gitas, tifa, dan ukulele) disediakan untuk pembelajaran muatan lokal saat praktek didalam maupun diluar kelas. Hanya ruangan khusus untuk pelaksanaan dan penyediaan untuk bahan praktek muatan lokal yang belum tersedia.

Sekolah juga telah tersedia seperangkat tape Deck dan Amplivier sebagai media audio-visual sebagai salah satu sarana pendukung pembelajaran. Untuk komputer hanya tersedia dua unit biasanya di gunakan oleh para guru dan kepala sekolah menyelesaikan administrasi.

Sarana lain pendukung bahan pustaka yang dimiliki sekolah ini berupa buku–buku cerita yang ditempatkan diperpustakaan yang sering juga dipakai para guru sebagai sumber pembuatan materi pembelajaran.

Yang terakhir, sarana untuk fortofolio seperti tempat menempel hasil karya anak–anak seperti gambar–gambar dan ketrampilan lain yang dapat ditempelkan pada disetiap kelas masing–masing. Para


(37)

91

guru memanfaatkan sisi dinding ruangan di kelas. Sedangkan untuk ketrampilan mulok yang tidak dapat ditempel dapat disimpan diruang kantor guru atau dilemari yang telah tersedia pada setiap kelas masing– masing.

Data hasil penelitian terhadap pelaksanaan pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak, antara lain: Proses belajar-mengajar, metode yang digunakan, Media pembelajaran, dan interaksi warga belajar terhadap pembelajaran serta hasil penilaian pembelajaran.

4. Proses Belajar-Mengajar

Dalam hal perhatian terhadap individu, guru yang sudah lama mengajar dikelas I mengungkapkan bahwa hal tersebut akan disesuaikan dengan kondisi minat belajar siswa. Guru lain juga sudah lama mengajar mengatakan bahwa, selama dalam proses belajar mengajar yaitu dalam hal pengenalan konsep kepada anak dilakukan sesuai keadaan bakat minat siswa dalam melalui menggambar, menghitung secara bersama-sama seperti dalam belajar seni budaya, ketrampilan daerah, bernyanyi dan lain–lain sehingga guru perlu memberi perhatian yang sama. Namun untuk hal tersebut masih perlu keseriusan bagi para guru yang mengajar agar siswa bersemangat untuk belajar.


(38)

92

Dalam Observasi dikelas II, peneliti menemukan hal yang sejalan dengan pernyataan tersebut. Ketika penyampaian konsep dalam menghitung, bernyanyi, menggambar guru hanya melakukan sesuai konsep yang telah ada dan sering diulang-ulang pembelajarannya. Akibatnya siswa dalam belajar menjadi bosan dan tidak berminat, bermain dikelas, keluar masuk kelas sehingga suasana kelas tidak nyaman, guru membiarkan anak-anak dalam situasi belajar tidak serius dan akhirnya anak-anak diperintahkan main diluar kelas menunggu waktu pulang.

Seorang guru senior yang juga mengajar dikelas I – III memberi jawaban yang melengkapi pernyataan sebelumnya.

GS2:…. Kalau menurut saya tu ya guru yang mungkin

harus betul-betul serius mengajar Guru fokus begitu buat dia pu persiapan mengajar apalagi ini anak-anak kelas paling Kecil maksudnya kelas paling dasar skali, jadi kira-kira bagaimanlah guru tu dia apa nananya buat Anak-anak kecil kelas I-III tu dong senang untuk belajar mulok itu. ya..pasti kitong guru Jadi bisa tahu bagaimana yang baik supaya anak-anak dong kasian jang dong lari-lari Keluar masuk kelas, ganggu teman, main-main dan lain–lain tapi mungkin dong bisa Senang untuk belajar begitu, jadi yo tergantung gurunya to bisa buat suasana belajar bagus ka tidak sa kira begitu.

Hal tersebut ditanggapi guru lain yang baru pindah dan mengajar di SD Effata waupnor bahwa, dalam belajar mulok bahasa daerah yang sekarang mau


(39)

93

diterapkan memerlukan keseriusan dan kefasihan dalam berbahasa, mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dalam PBM mengucapkan huruf, kata, dan membuat kalimat yang dalam bahasa daerah biak dengan baik dan benar agar siswa dapat berminat, senang dan juga serius untuk belajar. Apalagi bahasa biak dalam pengucapan huruf itu menggunakan pengucapan lewat bibir (mulut) misalnya huruf “B-V” itu anak harus dilatih mengucapkan dengan baik sehingga terbiasa.

Dalam hal kefasihan atau lancar berbahasa baik mengucapkan huruf dan kata dalam bahasa biak dalam pelajaran muatan lokal, guru–guru dalam wawancara mengatakan bahwa mereka juga masih perlu belajar dengan baik cara mengucapkan huruf ataupun kata bahasa biak dengan baik karena dialek bahasa biak ada berbeda-beda tapi mengucapkan huruf atau kata tetap sama dan harus sesuai dengan huruf yang terhitung khusus untuk bahasa biak. Salah satu Guru senior menjelaskan, seperti berikut ;

GS3:…. Kalau belajar bahasa biak itu kita guru harus tahu huruf-huruf yang termasuk dalam bahasa biak Tapi juga harus tahu cara mengucapkan huruf huruf khusus yang diucapkan dengan bunyi yang Benar, misalnya huruf “B dan V” karena sebut dua huruf ini harus pakai bibir dan dibunyikan sperti Kita mau


(40)

94

meniup kah.. gimana ee saya mo bilang.. begini diucapkan dengan keluarkan udara lewat Bibir untuk menyebut huruf itu. Dan itu perlu latihan juga oleh bapa/ibu guru dorang karena nyata bahwa bapak/ibu guru banyak yang belum dapat ucapkan dengan baik, jadi intinya perlu latihan bicara supaya bisa ajar murid juga terbiasa bicara bahasa Biak dengan baik.

Berdasarkan jawaban wawancara diatas penulis memahami, bahwa untuk dapat memberi pelajaran bahasa biak dengan baik kepada siswa maka guru harus memiliki kemampuan berbahasa biak dan strategi seorang guru dalam mengajarkan muatan lokal bahasa biak kepada siswa. Guru harus mampu mengolah vokal berbahasa Biak yang baik dalam mengucapkan huruf, kata ataupun kalimat yang baik sehingga dapat membuat situasi belajar bagi siswa berlangsung dengan nyaman dan menyenangkan. Guru pun harus banyak belatih mengucapkan huruf “B“V”, karena mengucapkan huruf tersebut harus dengan caranya yaitu dengan lembut dan kasar sesuai tanda yang ditentukan pada huruf-huruf tersebut, yaitu huruf ъ yang ada tanda diatasnya harus diucapkan bersamaan bunyinya dengan huruf v atau dengan sebutan B lemah. Hal lain juga dalam belajar mulok bahasa biak harus banyak membaca buku referensi Bahasa Biak seperti kamus dasar Bahasa Biak, kamus etnologi Bahasa biak


(41)

95

dan buku tata bahasa biak yang telah ada supaya dapat membantu pemahaman tentang Bahasa Biak tersebut Seperti yang dalam wawancara dengan salah satu guru bantu lain yang mengatakan bahwa ;

SPK:... Kalau guru mengajar harus betul–betul tahu dan memperhatikan huruf yang Termasuk dalam Bahasa Biak, karena dialek bahasa kita ada sedik berbeda dengan mereka yang didaerah Biak utara, Biak timur, dan Biak barat. Jadi guru juga harus bisa belajar untuk mengucapkan kata dan huruf tertentu yang digunakan dalam bahasa Biak itu dengan baik sehingga saat mengajar dapat memberi contoh yang

Baik pula bagi siswa to…! Jadi menurut saya tuh

alangkah baiknya ajarkan anak-anak menggunakan bahasa Biak yang umum saja supaya mereka cepat mengerti artinya bahasa Biak yang sudah biasa dipakai atau sudah Umum dipakai setiap hari.

Ungkapan itu ditegaskan pula oleh salah satu Orang Tua siswa bahwa, Berkomunikasi Bahasa Biak kepada anak-anak setiap hari masih sangat sulit dan masih perlu banyak belajar dan pembiasaan baik kepada dari orang tua ataupun kepada anak, tetapi kadang belum dapat tercapai dengan baik, karena kemampuan dalam berbahasa Biak dan peminat Bahasa Biak sudah berkurang.


(42)

96

Dalam proses belajar mengajar di SD Effata Waupnor guru menggunakan beberapa metode dalam mengajar yang disesuaikan dengan keadaan sekolah tersebut dalam pembelajaran. Metode tersebut telah dirancang sebelumnya dalam silabus kecuali pelajaran mulok bahasa, terkadang tidak menentu karena tema berubah-ubah sehingga metode mulok juga berganti-ganti. Sebagai contoh yang diketemukan dalam hasil wawancara dan pengamatan adalah metode bernyanyi untuk kegiatan awal, ceramah dan Tanya jawab untuk mengingatkan kembali (Reminding back) tentang pelajaran yang telah diajarkan. Selanjutnya terkadang satu kegiatan guru bisa menggabungkan metode–metode tersebut, misalnya guru Kelas I mengatakan :

GK.I.B:….. Biasa itu metode yang kitong pakai ya..menggambar symbol–symbol. Dan itu biasa kitong buat gambar di papan tulis atau kadang digambar di kertas Lalu dibagikan ke anak-anak lalu mereka sendiri yang tulis nama symbol itu.Tapi kadang juga kitong bimbing anak–anak dong untuk bicara atau ucapkan Nama simbol–simbol itu. Setelah anak–anak dong semua sudah selesai tulis Baru mereka diajak bernyanyi beberapa lagu daerah dalam bahasa Biak. Ya Lagu–lagu yang sudah pernah dikase ajar untuk anak–anak dong menyanyi. Dan mereka bisa menyanyi lagu bahasa Biak itu.

Terkadang guru hanya menggunakan beberapa metode pengajaran dalam satu topik bahasan. Misalnya saja, dalam pengamatan penulis diSD kelas satu guru


(43)

97

mengajarkan bahasa daerah biak berdasarkan standar kompetensi mendengarkan dan membaca sesuai topik tersebut yaitu mendengarkan bunyi kosa kata dalam menghitung angaka 1-10 dan kemudian siswa mencoba untuk mengucapkan kosa kata yang telah didengar tersebut dengan secara perlahan lahan. Guru mengingatkan kembali ucapan angka 1-10 dengan Tanya jawab guru menunjukkan gambar angka 1-10 yang telah di tulis dipapan tulis. Setelah selesai kegiatan mendengarkan, berbicara dan membaca barulah siswa diajak untuk menulis dibukunya masing-masing. Didalam menulis guru masih harus membimbing siswa karena anak–anak agar mereka dapat menulis dengan baik benar. Selama itu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru-guru bagi siswa SD dalam mengajarkan muatan lokal bahasa daerah karena hanya sebatas itu bahan yang dipakai untuk mengajar sehingga anak-anak hanya menerima pembelajaran sebatas apa yang diajarkan oleh guru, dan terkadang tidak menjadi suatu materi pembelajaran yang aktif bagi anak didik.

6. Evaluasi

Dilihat dari kebutuhan dan pelestarian dalam penerapan mulok bernuansa lokal belum terlalu Nampak tingkat keseriusan para pendidik untuk mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar


(44)

98

bagi siswa. Siswa belum dibiasakan untuk meminati pelajaran mulok tidak menjadi pelajaran yang menarik. Seperti hasil wawancara berikut ini ;

GKII:….. Sebenarnya ibu kalau kita mo lihat dari pelajaran mulok ini sebenarnya bagus Dan sangat

penting io to…? Tra tahu ee, maksud saya sebenarnya

memang Kami berusaha uuntuk mengajar pelajaran

mulok itu tapi ya… Cuma sebatas Itu saja seperti

menghitung, menyebut nama anggota keluarga, dan mungkin Kami tambah dengan beberapa kata–kata benda yang cocok kami ajarkan Buat anak-anak dorang, dan itu bagi saya sendiri ibu… tra tahu dengan guru Kelas lain.. ya karena itu juga karena saya masih sedikit-sedikit bisa paham Bahasa biak yang sehari- hari saja, dan metode yang kami pakai

juga ya yang Sudah umum dipakai itu to… jadi pasti

itu juga yang buat anak-anak tidak Terlalu serius atau minat untuk belajar mulok, tapi menurut saya mulok itu Bagus dan penting untuk kitong pu anak-anak dibiak ini. Tapi ya.. perlu apa E, guru khusus, terus mungkin atau guru-guru perlu dikase pelatihan kah, Supaya guru dong bisa mantap kalo mengajar mulok ibu.

Jadi, para guru juga mengungkapkan bahwa metode dalam mengajarkan molok itu sangat penting dan dibutuhkan dan sesuai atau tidak tergantung pada kemampuan dari guru yang mengajarkan mulok tersebut kepada siswa, dengan kreatifitas guru membuat pelajaran itu menarik secara langsung akan membuat anak-anak juga memberi respon atau hasil yang baik pula.


(45)

99

Sehubungan dengan hal tersebut kepala sekolah menyampaikan bahwa seharusnya masih perlu ada perhatian khusus bagi para guru. Perlu ada pengajar khusus mata pelajaran muatan lokal bila perlu diadakan pelatihan bagi guru-guru tentang pengembangan pembelajaran mulok ini karena pelajaran itu sangat penting bagi anak sekolah dasar di daerahnya masing masing termasuk kami di SD YPK effata Waupnor. Selain itu pelatihan diperlukan karena dapat membantu para guru untuk mengembangkan potensi guru dalam hal menggunakan metode sesuai dengan kondisi tempat mengajar. Dan itu akan menjadi perhatian penting juga oleh kepala sekolah sehingga dapat dibentuk semacam tim untuk membantu mendukung mengembangkan kepentingan pendidikan khusus pelajaran mulok di sekolah ini.

7. Media Pembelajaran

Dari hasil observasi, SD YPK Effata Waupnor menyediakan media pembelajaran yang masih dalam kondisi yang baik dan menjadi sarana pendukung dalam proses belajar. Misalnya papan tulis dan kapur yang disediakan untuk setiap kelas, alat musik guitar yang digunakan saat molok seni budaya, seperangkat komputer itu hanya dipakai oleh guru yang bisa mengoperasikannya dan bagi guru kelas kecil hanya bisa


(46)

100

menyesuaikan, sering menggunakan media manual yaitu menggambar di papan tulis atau siswa sediakan sendiri dari rumah sebagai pengganti media yang tidak tersedia disekolah. Untuk media manual guru menulis simbol-simbol atau ukiran budaya Biak anak-anak menirukan dengan menulis simbol-simbol tersebut, untuk media yang disediakan anak-anak yaitu menyediakan sisa kain bekas yang bermotif papua dan dibuat prakarya dari anak dan disesuaikan dengan jenjang kelas anak-anak.

Dalam pemilihan media untuk mengajar di SD YPK Effata Waupnor guru mengacu pada pengalaman dan disesuaikan dengan kegiatan. Guru kelas dua yang menjelaskan bahwa dalam menggunakan media tergantung pada kegiatan dan pelajarannya, misalnya kalau menyanyi menggunakan papan tulis untuk menuliskan lagu bahasa Biak untuk bernyanyi bersama dan anak-anak paling senang bernyanyi bersama-sama. Kalau untuk belajar menghitung dalam bahasa Biak guru dapat menggunakan alat menghitung model lama (DEKAK) untuk menarik perhatian dan semangat belajar anak, tetapi pada umumnya guru hanya memanfaatkan papan tulis saja.

Dalam persiapan media pembelajaran terkadang guru harus berusaha mempersiapkan lebih dahulu 1


(47)

101

hari sebelum pelajaran dikelas karena media tersebut yang akan dipakai dikelas. Namun dalam wawancara juga terungkap bahwa kadang media yang akan dipakai tidak dapat di buat oleh guru karena guru kurang trampil juga dalam membuat media mulok untuk dipakai dalam pembelajaran. Seperti menurut salah satu guru karena media yang dibutuhkan belum dapat disediakan guru dan untuk menyiapkan itu memerlukan waktu yang akan melebihi alokasi waktu yang tersedia dalam proses belajar.

4.3.3 Deskripsi Evaluasi Program Pembelajaran

Data hasil penelitian terhadap evaluasi pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak terlihat dari ungkapan salah satu guru memberikan contoh dengan menunjukkan program hari efektif belajar seperti yang terlihat pada gambar tabel.

Tabel 4.3

Susunan Program Pengajaran Muatan

Lokal di SD YPK Waupnor Kab. Biak Numfor


(48)

102

1.

A.Mata Pelajaran I II III IV V VI Pend. Agama 3 3 3 3 3 3 2. Pend. Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 3. Bhs. Indonesia 7 7 7 7 7 7

4. Matematika 6 7 8 8 8 8

5. IPA ( Ilmu Peng.Alam) 2 2 2 5 5 5 6 IPS (Ilmu Peng. Sosial) 2 2 2 3 3 3 7 Seni Budaya &

Ketrampilan

2 2 2 2 2 2

8 Penjas 3 3 2 2 2 2

9 B. Muatan Lokal: a. Bahasa Inggris b. Bahasa Biak C. Pengembangan Diri: a. Olah Raga

b. Pramuka 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

Jumlah 30 31 31 35 35 35

GK.III:… coba ibu lihat ini waktu untuk pelajaran mulok, Ini waktu yang dialokasikan buat pelajaran mulok Apakah bisa saya siapkan media untuk belajar kah.., Saya sangat sulit untuk menyediakan media

mulok Menurut saya… waktu perlu ditambah karena

mulok itu banyak Prakteknya juga dan kita harus sesuaikan dengan tema yang diajarkan. iya jadi sa kira begitu bu.. waktu perlu ditambah biar mulok juga dapat diajar dengan baik tapi juga guru dapat belajar dalam buat media pembelajaran.

Menurut guru tersebut media sangat penting dalam mengajar mulok, ketika media dapat mampu disiapkan pembelajaran akan terlaksana dengan baik, perlu ada solusi dalam menyediakannya karena merupakan salah satu bagian dalam perangkat


(49)

103

pembelajaran. Kenyataan tersebut merupakan hal yang tersulit bagi guru dan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar dan perlu banyak persiapan yang baik sebagai penunjang belajar.

Beberapa kesulitan lain yang dihadapi guru dalam mempersiapkan media mulok ini. Empat guru menyatakan yaitu faktor waktu, dua guru menyatakan kemampuan atau ketrampilan guru, dan satu guru menyatakan ketersediaan bahan untuk pembuatan media sebagai alat peraga dalam pembelajaran mulok. Guru terpaku pada bahan yang sudah ada dan harus dapat kreatif untuk dapat membuat dan menggunakan. Dan hal tersebut yaitu penggunaan media sebagai satu metode dalam pembelajaran membutuhkan pendekatan yang cocok dengan tingkat dan kebutuhan anak didik serta perlu kesiapan dan kemampuan dari guru dalam membuat hal tersebut.

Masalah penyiapan Media atau metode dalam pembelajaran mulok ini memerlukan kemampuan tersendiri dari pendidik yang dibenarkan oleh kepala sekolah ;

KS:….. iya harus perlu latihan banyak dalam

menggunakan juga guru harus mampu dan pandai menciptakan media atau buat apalah: gambar kah, foto, tunjukan benda dilingkungan yang cocok dengan anak-anak to, supaya anak mau belajar dan senang


(50)

104

ikut pelajaran mulok. Eee karena ada banyak kesulitan dan kendala dalam mengajar mulok ini (bahasa Daerah). Dan selama ini sangat disanyangkan karena belum obtimal walaupun sudah lama ya diterapkan mulok bahasa daerah ini, mungkin waktu dalam menyiapkan, kurang mampunya guru meyiapkan diri mengajarkan mulok,atau mungkin karena harus diajarkan ya akhirnya dilaksanakan saja. Setelah dilakukan ternyata tidak ada hasil yang baik ee. Tujuan menyediakan media sebagai metode pembelajaran itu saja Cuma bisa di buat aoleh satu atau dua guru saja, tidak tahu kenapa juga mungkin gurunya tidak bisa buat atau mungkin dia tidak berbakat, soalnya ini pelajaran mulok ya.. harus orang yang punya bakat dan talenta juga itu. Tapi ya itu ada nilai tambah untuk jadi poin tambahan buat anak-anak sekolah to…!

Jadi media sebagai metode dalam pembelajaran itu sangat penting dan bermanfaat sekali, namun ketersediaannya tidak optimal dan berpengaruh kepada persiapan bahkan dalam menciptakan sangat sulit dilakukan termasuk juga dalam menggunakan metode dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi kendala dan penghambat bagi guru dalam mengimplementasikan mulok tersebut.

Penjelasan guru tersebut ditegaskan juga oleh Kabid. Dikjar Dinas Pendidikan dalam wawancara ;

KD:... iya memang benar bahwa selama ini kalau mau dilihat muatan lokal khusus untuk Bahasa Daerah Biak ini sangat memprihatinkan, kenapa saya bilang begitu, ya karena kenyataan dilapangan khusus disekolah (SD) kebanyakan anak-anak putra Daerah


(51)

105

sendiri sudah tidak mampu/tidak bisa berbicara dengan bahasa lokalnya_sendiri_(Bahasa_Biak).

Gambar 4.4:

Diskusi Work Shop Mulok Bahasa Daerah Biak (Dinas P&P Kab. Biak Numfor)* Kabid. Dijar

Kepala sekolahpun mendukung pernyataan tersebut dimana dalam wawancara mengungkapkan bahwa materi-materi yang disampaikan ke murid masih umum disesuaikan dengan beberapa tema dalam buku bahasa Indonesia dan disesuaikan dengan kemampuan guru yang mengajar dan murid yang menerima pelajaran.


(52)

106

KS:.... Menurut kami masih perlu banyak belajar atau latihan dalam hal berbicara, kenapa?... Kami menilai masih ada guru putra daerah sendiri yang tidak bisa dalam berbicara Bahasa Biak, padahal dia lahir dan dibesarkan didaerahnya sendiri tapi Tiadak bisa bicara Bahasa Biak sudah pasti akan susah dalam mengajar, apalagi dalam membuat persiapan mengajar, penggunaan metode dan media Pembelajaran dikelas. Tetapi juga kalau guru kelas tu Orang amber (pendatang), pastinya akan lebih susah lagi dalam berbicara bahasa daerah setempat, Bagaimana? yang orang Biak saja tidak bisa apalagi guru amber (dari daerah lain).

Merujuk pada uraian penjelasan diatas dapat dipahami bahwa masih terdapat dilema dalam penerapan pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak bagi siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Biak Numfor.

4.3.4 Hasil Proses Belajar Mengajar (PBM)

Berdasarkan hasil observasi, dalam proses Belajar mengajar, interaksi yang terjadi pada semua anak, yaitu dalam pembelajaran mulok Bahasa Daerah pada kegiatan inti pembelajaran anak kurang menaruh perhatian full untuk mendengarkan dan saat dilatih berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka kurang berinteraksi atau memberi respons balik pada guru.


(53)

107

Dalam setiap kegiatan, terkadang anak suka bermain, tidak berminat untuk belajar. Hal tersebut penulis temukan saat melakukan observasi dikelas. Saat observasi dalam wawancara sebagian guru mengakui bahwa dalam proses belajar mengajar masih cenderung anak bermain, tidak minat belajar, kurang berinteraksi terhadap pelajaran bahasa. Hal ini merupakan sebuah dilema bagi guru dalam proses belajar mengajar karena masih melibatkan peran guru. Dua guru dari kelas II A dan II B memberikan penjelasan yang hampir sama dengan guru kelas III A dan IIIB menjelaskan bahwa terkadang anak suka bermain dalam kelas saat pelajaran diberikan, hal itu dipengaruhi oleh kurang minatnya siswa belajar bahasa Biak, dan kurang kreatifnya guru dalam menciptakan suasana belajar dikelas. Sehingga anak tidak merasa membutuhkan atau suka dengan pembelajaran tersebut. Berdasarkan observasipun, memang ada beberapa anak yang mengikuti kegiatan di kelas, namun hanya sebagai pelajaran dan tidak fokus hanya asal-asalan saja mengikuti pelajaran tersebut, ada juga yang memberi respon apabila ditanya oleh guru itupun kalau ditunjuk oleh guru. Untuk kasus seperti itu, salah satu guru yang diwawancarai mengatakan:

GK.IIIA:… e biasanya kalau awal waktu pelajaran mau dimulai kami mulai dengan menyanyi satu lagu daerah untuk menarik perhatian mereka terhadap


(54)

108

pelajaran mulok ini, dan kami tanyakan lagu daerah apa yang mau dinyanyikan, tapi itu kadang anak-anak lupa dan tidak ingat lagunya sehingga guru harus menuntun untuk mengingatkan lagu yang pernah dinyanyikan atau juga kalau ada anak yang punya pengalaman dirumah tentang lagu daerah bisa kita ajak untuk memimpin lagunya buat dinyayikan bersama. Tetapi sering terjadi yaitu guru yang harus memberi rangsangan pada anak bukan pada nyanyi saja tapi juga pada saat dilatih membaca, menulis pelajaran mulok tersebut. Dan itu terkadang buat guru juga sedikit susah bahkan tidak serius dalam memberikan pelajaran mulok, anak-anak biasanya dibiarkan juga main atau beraktifias sendiri dikelas.

Sebagian besar guru memberikan jawaban yang mendukung contoh tersebut bahwa mereka memberi motivasi bagi siswa yaitu dengan mengingatkan atau mengajak mereka untuk bisa tertarik pada pelajaran itu. Namun terkadang juga guru tidak serius dan fokus untuk mengajar mulok tersebut dan anak-anak dibiarkan beraktifitas sendiri dalam kelas, bermain, menggambar. Jadi inti dalam pembelajaran untuk menanamkan rasa minat, dan kecintaan pada pelajaran mulok tersebut tidak optimal karena gurupun tidak fokus dalam melaksanakannya.

Semua guru dalam wawancara mengatakan bahwa mereka banyak mengalami dilemma dalam mengajarkan mulok kepada anak didik. Selalu tidak tepat sasaran termasuk dalam penyesuaian dengan pelaksanaan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Hal-hal yang menjadi kendala dan penyebab ada bermacam-macam.


(55)

109

Seperti dikatan oleh dua guru pada sekolah SD yang lain GC.I dan GC.2 mengungkapkan bahwa salah satu penyebabnya adalah situasi kelas, maksudnya adalah pada saat anak mempunyai masalah terhadap minat belajar tetang muatan lokal, perhatian mereka pada guru, hubungan sosial mereka dengan teman ataupun mereka tidak mentaati tata tertib dalam kelas menyebabkan suasana belajarpun tidak menyenangkan dan tidak fokus. Pada saat itu guru mencoba untuk menghentikan kegiatan dan diganti dengan menasihati dan memberikan tugas anak-anak untuk menggambar bebas sesuai keinginan mereka. Hal tersebut membuat pelajaran tidak sesuai dengan jadwal dan tema pembelajaran yang telah ada.

Guru lain juga memberi alasan lain seperti terkadang mulok mau diterapkan dengan cara lain misalnya memberi tari-tarian, mengunjungi tempat sejarah, membuat prakarya daerah tetapi masih susah dan banyak kendalanya baik dari waktu, bahan-bahan dan juga kemampuan guru dalam melaksanakan.

Dari studi dokumentasi ditemukan juga bahwa penilaian Dalam segi alokasi waktu belajar sangat tidak efektif. Ketersedian waktu dalam proses belajar mengajar mempengaruhi kesiapan guru dan juga siswa dalam berinteraksi, penyediaan media/alat peraga dalam


(56)

110

mengimplementasikan muatan lokal bahasa daerah Biak. Seperti terlihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 4.4

Jam Pelajaran Muatan Lokal di SD YPK Waupnor Kabupaten Biak Numfor

Satuan

Pendidikan Sekolah Dasar

Mata Pelajaran I I I III IV V VI

Bahasa Daerah 1 1 1 2 2 2

Muatan lokal yang lain 2 2 2 2 4 4

Jumlah 3 3 3 4 6 6

Sumber: Data diambil dari pengalaman penulis dalam melaksanakan tugas.

a. Lamanya jam pelajaran 1. Kelas I dan II = 30 menit 2. Kelas I s/d VI = 40 menit

b. Jumlah jam pelajaran per-minggu kurikulum muatan lokal

1.Kelas I, II dan III = 3 JP 2. Kelas IV = 4 JP

3. Kelas V = 6 JP

4. Kelas V-VI = 6 JP

Laporan penilaian hasil efektif belajar siswa dapat dilihat pada contoh tabel 4.4 terlihat bahwa alokasi waktu pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak sangat tidak efektif jika harus mengimplementasikan Pembelajaran Mulok sesuai silabus yang terlihat pada


(57)

111

tabel 4.2. Sebagai laporan kepada orang tua siswa pada setiap semester akhir dan dibuat dalam bentuk buku Raport dimana harus mendeskripsikan hasil belajar siswa seperti terlihat pada tabel 4.5 terhadap daya serap siswa. Hal ini membutuhkan keseriusan para pendidik dan pengembang pendidikan dalam meningkatkan dan menunjang pedidikan khususnya dalam mengimplementasikan kurikulum muatan lokal pada tingkat Sekolah Dasar.

Hasil pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak yang diberikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar implementasinya tidak terpadu dan bentuk penilaian hanya terfokus pada hasil kerja siswa yang diarahkan dan dibimbing oleh guru. Hasil kegiatan siswa seperti karya kerja siswa seperti berbicara, membaca, dan menulis hasilnya di isi pada buku atau daftar nilai yang telah disediakan guru kelas masing-masing. Penulis menemukan bahwa berdasarkan visi-misi perkembangan sekolah tersebut dalam lingkup pembelajaran mulok bagi siswa belum mempunyai tingkat-tingkat perkembangan, ada beberapa anak tidak mampu mencapai tingkat perkembangan sesuai tujuan pembelajaran tersebut. Tabel 4.5

Daya serap siswa pada Daftar buku pegangan guru Tahun aj. 2010/2011- semester Ganjil (I)


(58)

112

Kelas. I Jml Anak* Lingkup Pekembangan

Kelas. II Jml Anak*

Lingkup

perkembangan

Kelas. III Jml Anak*

Lingkup

Perkambangan Mendengarkan

0,23 % = 23 anak

Mendengarkan 0,20 % = 20 anak

Mendengarkan

0.21 % = 21 anak

Berbicara

0,23 % = 23 anak

Berbicara

0,22 % = 22 anak

Berbicara

0,23 % = 23 anak

Membaca

0,23 % = 23 anak

Membaca

0,23 % = 23 anak

Membaca

0,22 % = 22 anak

Menulis

0.21 % = 21 anak

Menulis

0,22 % = 22 anak

Menulis

0,23 % = 23 anak

Sumber dokumen SD YPK Effata Waupnor dari kls I-III. (* dari 25 anak.

Terlihat pada tabel 4.2, bahwa untuk lingkup perkembangan mulok bahasa Daerah Biak dimana seharusnya mencapai tingkat perkembangan atau mampu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis dalam hasil berkomunikasi dengan orang lain ataupun dalam menyelesaikan lembar latihan (soal) dalam pembelajaran. Namun dalam tabel 4.5 tidak semua anak dinilai guru dapat mencapai semua target pembelajaran itu. Sebagai contoh dari setiap kelas jumlah anak 25 orang di kelas I untuk semester ganjil (I) untuk perkembangan mulok bahasa daerah Biak, dalam mendengarkan 23 anak yang tidak tahu, kelas II 20


(59)

113

anak, kelas III anak, belum dapat serius dalam mendengarkan pembelajaran mulok bahasa daerah Biak tersebut. Telah dijelaskan sebelumnya di aspek proses interaksi dalam pembelajaran bahwa anak kurang menaruh perhatian full untuk mendengarkan dan saat dilatih berbicara, berkomunikasi, sangat sulit mereka kurang berinteraksi atau memberi respons balik pada guru. Kemudian anak di kelas II dan III pada lingkup berbicara, membaca dan menulis misalnya ada 22 dan 23 anak yang tidak dapat menguasai menerima atau serius mempelajari Mulok Bahasa Daerah Biak dengan baik.

Mengenai hasil tersebut guru mengungkapkan dalam wawancara bahwa hal itu memang terjadi, ada guru yang mengatakan pendapat bahwa hal tersebut menjadi dilemma karena belum sesuai dengan tujuan dari apa yang manjadi visi-misi dari SD YPK Effata Waupnor yang seharusnya mampu mengembangkan mulok bahasa daerah Biak disekolah tersebut yang juga disebut salah satu sekolah percontohan mulok Bahasa Daerah Biak yang membuat seperangkat silabus mulok Bahasa Daerah Biak untuk dipakai dalam proses belajar disekolah. Guru kelas IIA mengungkapkan hal yang sama dengan guru lain.

GK.IIA:… e kalau dilihat dari hasil anak-anak waktu kenaikan kelas kah itu ya nilainya harus diberikan


(60)

114

yang baik padahal sebenarnya belajar belum bagus tapi ya itu karena mereka anak didaerah biak jadi mau gimana harus dikase nilai 7 atau 8. Tetapi nilai itu tidak memberi motivasi buat anak itu lebih belajar bahasa Biak lebih sungguh-sungguh disekolah atau dirumahnya. Ya mungkin di sekolah kurang mungkin di rumah bisa lebih lagi karena dirumahkan orang tua pasti bisa lebih komunikasi dengan anak jadi pasti anak senang untuk belajar juga jadi pasti kalau belajar di kelas sudah ada pengalaman to.., tapi ya.. tidak juga.

Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat dikatakan bahwa ketidakmampuan anak dalam tingkat perkembangan akademik khusus pembelajaran Bahasa Daerah Biak masih sangat memprihatinkan dan harus banyak perhatian khusus dari guru, orang tua agar dapat bekerja sama dengan para guru untuk mengembangkan pembelajaran mulok bahasa daerah tersebut. Walaupun nanti hal itu akan menjadi acuan khusus bagi pihak pemerintah yaitu dinas pendidikan untuk lebih memperhatikan kemajuan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional yang ada di negara kita.

Namun melihat dari acuan atau silabus pembelajaran yang hanya berisikan bagian pelajaran dasar seperti menghitung dan membaca dalam bahasa Biak yang masih memerlukan peningkatan isi pembelajaran, memang harus diajarkan dengan sungguh-sungguh bagi anak-anak apalagi untuk anak


(61)

115

pada jenjang sekolah dasar dan itu tidak salah karena merupakan pelajaran yang paling dasar perlu diperkenalkan pada anak. Atau ada alasan lain juga bahwa anak tidak semua dari Biak ada yang dari pernakan serui dan juga gurunya yang mengajar belum tahu bahasa daerah Biak dengan baik sehingga belum mampu mengajar dengan baik pula. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah ;

KS:….. Ya kalau dilihat dari sisi akademik, ee memang saya mo bilang bahwa, kami tidak mempunyai satu standart pembelajaran mulok bahasa daerah Biak yang pas untuk diajarkan kepada anak-anak, karena memang masih perlu banyak perhatian yang serius juga perlu pendekatan-pendekatan yang pas pada belajar mulok bahasa daerah ini. Bukan hanya siswanya saja tapi guru juga harus pandai dan bisa mampu mengaplikasiakan mulok bahasa itu kepada anak-anak. Karena ini berhubungan dengan nilai-budaya khas daerah. Ya.. jadi guru jangan hanya ajar mulok yang dasar-dasar saja tapi dikembangkan juga yang lebih lagi karena kita ini guru jadi harus bisa to.. begitu kira-kira.

Dalam wawancara dengan orang tua, mereka memberikan pendapat yang mendukung dengan apa yang di sampaikan oleh guru dan kepala sekolah, bahwa hasil yang diharapkan mereka tidak hanya bersifat akademisnya utuh tetapi juga pada perkembangan setiap harinya dengan lingkungan (sosial) dan dalam prakteknya dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Para orang tua juga menyatakan


(62)

116

bahwa mereka ingin anak-anak mereka dapat mengerti pelajaran yang bersifat loka didaerah, sehingga anak mereka punya pengetahuan yang baik tentang nilai-nilai budayanya yang begitu banyak dan saat melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya mereka lebih paham lagi akan cara melestarikan nilai-nilai budayanya dengan baik. OT3 dan OT4 mengungkapkan bahwa soal akademik memang suatu keharusan dan tetap diperkenalkan dalam pendidikan tetapi alangkah lebih baik lagi lebih ditingkatkan hasil yang optimal pada perkembangan dalam kemandirian dalam mempraktek-kan nilai-nilai luhur budayanya.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan data yang dtelah dipaparkan diatas dapat disimpulkan pada tiap pembahasan yaitu:

4.4.1 Perencanaan Pembelajaran

Melihat pada peran guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran (silabus) di SD YPK Effata Waupnor adalah dalam pembuatan rancangan bahan ajar khusus pada mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak, kemudian dijabarkan dalam pembagian kegiatan mingguan dan harian dimana dalam penjabarannya termasuk pembagian alokasi waktu, pengolaan kelas sampai pada hasil sebagai penilaian


(1)

139

Dengan demikian kesimpulannya bahwa hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa Manajmen Perencanaan pembelajaran Mulok Bahasa Daerah yang dilaksanakan di SD YPK Effata Waupnor sepenuhnya belum mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan. Kurikulum SD ini masih perlu dikembangkan dan buat buat ulang untuk meningkatkan pendidikan khusus pada pelajaran muatan lokal bahasa daerah Biak. Sehingga dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan sekolah tetapi juga dalam perkembangan dan kemajuan selanjutnya yaitu dapat mengimplementasikan nilai-nilai dan kekayaan budayanya. Namun dilihat dari hasilnya belum maksimal, maka timbul pertanyaan apakah dalam penerapan pembelajaran tersebut anak telah distimulasi dengan baik sesuai kebutuhannya untuk mengembang dan anak telah siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.

Melihat dari alasan-alasan yang telah tersebutkan, maka akan lebih baik lagi bila SD ini juga bisa menindak lanjuti hasil-hasil yang selama ini masih kurang dan belum diperoleh. Dimana ada kesenjangan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang direncanakan. Hal itu bisa diartikan bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai aturan yang berlaku dalam dunia pendidikan misalkan pada perencanaan bahan ajar yang digunakan


(2)

140

sebagai pembelajaran itu sendiri, proses dalam mengimplementasikannya ataupun faktor-faktor lain. Sehingga dapat mengambil tindakan dalam memperbaiki ataupun membuat perubahan yang sesuai untuk mengatasi kesenjangan tersebut.

Berdasarkan semua hasil pembahasan dalam

konteks perencanaan pembelajaran, pelaksanaan,

evaluasi dan hasil perencanaan pelaksanaan

pemebelajaran tersebut diatas maka peneliti merangkum apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam Manajemen pembelajaran muatan lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor (Papua). Faktor yang perlu menjadi perhatian

sehingga tidak menghambat tetapi mendukung

pelaksanaan pendidikan dan perlu di tingkatkan dan ditinjau ulang maupun dirubah dan diperbaiki.

Sekolah merupakan unit organisasi yang berada dalam lingkungan masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan Demikian pula pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar mereka dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan lingkungannya. Murid merupakan bagian integral dari masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang berfungsi untuk mendidik


(3)

141

pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada masyarakat atau berfungsi untuk membentuk dan mengintegrasikan pribadi kepada masyarakat. Kemudian Pengakuan atas perbedaan berarti pula memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang diinginkannya. Karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.

Dengan memperhatikan tujuan serta fungsi

muatan lokal berarti muatan lokal mempunyai

kedudukan yang penting dan strategis, yaitu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam KTSP dan merupakan salah satu komponen KTSP. Adapun ruang lingkup muatan lokal yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas (2006) adalah bahwa Keadaan daerah merupakan segala sesuatu yang berada di daerah tertentu yang berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial-budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakt di suatu daerah khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf


(4)

142

kehidupan masyarakat tersebut yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah

yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut

misalnya kebutuhan untuk: 1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah, 2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai dengan keadaan perekonomian daerah. 3) Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan seharihari,

dan menunjang pemberdayaan individu dalam

melakukan belajar lebih lanjut (belajar sepanjang hayat) 4) Meningkatkan kemampuan berwirausaha. 5) Lingkup isi/jenis muatan lokal, lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa; bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

Beberapa hal yang menjadi penghambat dalam program perencanaan pembelajaran mulok Bahasa Daerah di SD YPK Effata Waupnor terlihat pada : kurang seriusnya para pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran Mulok tersebut, perhatian dari pemrintah kurang begitu terarh sesuai dengan visi misinya hanya mengejar target program kerja dan kurang fokus pada


(5)

143

pembelajaran atau silabus belum sesuai dengan tingkat kebutuhan belajar anak, lingkungan sosial belajar anak belum terlalu menunjang pelaksanaan belajar. Pada aspek input adalah sekolah belum mampu menyediakan ataupun mengusahakan sarana prasarana sehingga motivasi belajar anak belum berkembang dengan baik. Selanjutnya dari pelaksanaannya, bahwa kompetensi beberapa guru belum terpenuhi dengan baik belum dapat menjalankan tugasnya dengan baik pula sebagai motivator anak dalam berinteraksi dengan anak, dan

masih menggunakan media yang gambar-gambar

manual sebagai salah satu alat peraga dalam

pembelajaran namun terkadang guru masih mengalami

kesulitan dalam hal menanjemen waktu dan

menyediakan bahan untuk materi belajar tertentu. Dan terakhir aspek hasil adalah belum adanya tindak lanjut yang serius dalam meresponi kesenjangan dari pada hasil pembelajaran yang direncanakan dengan hasil yang didapatkan sehingga tidak ada perubahan dan hasil yang optimal dalam melakukan penilaian terhadap apa yang dilakukan berdasarkan hasil tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa masih perlu pembenahan, perlu kearifan dari semua stacke holder yang terkait dalam mengembangkan dan ingin memajukan pendidikan di


(6)

144

daerah agar pembangunan dan mutu pendidikannya berkualitas guna kemajuan generasi muda tetapi juga bagi daerahnya.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 3 SD YPK Orkdori Distrik Biak Barat Kabupaten Biak Numfor

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB II

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

0 0 13