STUDI KEPUASAN MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN PRAKTIK DI LABORATORIUM STRUKTUR DAN BAHAN JPTS FPTK UPI.

(1)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Perumusan Masalah ... 8

1.5 TujuanPenelitian... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

1.7 Definisi Operasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Tinjauan Tentang Sarana dan Prasarana ... 12

2.1.1 Pengertian Kepuasaan ... 13

2.1.2 Survey Kepuasaan Klien ... 14

2.1.3 Pengukuran SERVQUAL ... 17

2.2 Tinjauan Tentang Pelayanan ... 18

2.2.1 Pengertian Pelayanan ... 18

2.2.2 Mengukur Pelayanan ... 19

2.2.3 Kualitas Layanan Pendidikan ... 20

2.3 Tinjauan Tentang Praktikum ... 20

2.3.1 Pengertian Praktikum ... 20

2.3.2 Sarana dan Prasarana Praktikum ... 22

2.3.3 Pengertian Ruang Laboratorium ... 27

2.3.4 Standar ruang laboratorium ... 35

2.3.5 Definisi dan fungsi kinerja bangunan laboratorium ... 36


(2)

2.4 Anggapan dasar ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Metode Penelitian ... 45

3.2 Variable dan Paradigma penelitian ... 47

3.2.1 Variable Penelitian ... 47

3.2.2 Paradigma Penelitian ... 48

3.3 Data dan Sumber data ... 51

3.3.1 Data penelitian ... 51

3.3.2 Sumber data ... 51

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

3.4.1 Populasi penelitian ... 51

3.4.2 Sampel penelitian ... 52

3.5 Teknik Pengumpulan data dan Instrumen penelitian ... 55

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5.2 Teknik Wawancara ... 57

3.5.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 57

3.5.4 Instrumen Penelitian ... 58

3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 60

3.6.1 Uji Validitas Angket ... 61

3.6.2 Uji Reliabilitas Angket ... 64

3.6.3 Teknik Analisis Data ... ... 67

3.6.4 Langkah-langkah Analisis Data ... . 68

3.6.5 Uji Kecendrungan ... ... 69

3.6.6 Uji Normalitas ... ... 70

3.6.7 Analisa dan Penafsiran Data ... ... 72

3.6.7 Penarikan kesimpulan ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1 Hasil Penelitian ... 75

4.1.1 Uji Signifikan Aspek Tinjauan Sarana dan Prasarana ... 78

4.1.2 Uji Signifikan Aspek Tinjauan Layanan Pembelajaran ... 79

4.1.3 Uji Kecendrungan ... 80

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

4.3.1 Ruang Laboratorium ... 85

4.3.2 Peralatan dan Perlengkapan Praktikum ... 87

4.3.3 Panduan Praktik ... 88

4.3.4 Modul Praktik ... 88


(3)

4.3.6 Pemanfaatan Laboratorium Struktur dan Bahan dalam

Pembelajaran Praktik ... 89

4.3.7 Pemanfaatan Laboratorium Struktur dan Bahan dalam Praktik Mandiri atau Penelitian Tugas Akhir ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Mutu Fasilitas Pembelajaran ... 38

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 52

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ... 55

Tabel 3.3 Pemberian Interval Jawaban Angket ... 61

Tabel 4.1 Persentase Tingkat kepuasaan ... 76

Tabel 4.2 Persentase terhadap Indikator-indikator Aspek Sarana dan Prasarana dan layanan pembelajaran ... 77

Tabel 4.3 Gambaran Umum Aspek Sarana dan Prasarana ... 81


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambar paradigma penelitian ... 43 Gambar 4.1 Gambar Persentase Tingkat Kepuasan... . 78 Gambar 4.2 Gambar Indikator-indikator

Aspek Sarana dan Prasarana dan layanan pembelajaran... 80 Gambar 4.3 Gambar Distribusi Data Aspek sarana dan Prasarana ... 86 Gambar 4.4 Gambar Persentase Uji Kecendrungan Aspek Layanan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Lampiran Kisi-kisi Instrumen Uji coba Lampiran Instrumen Uji Coba

Lampiran Perhitungan Uji Validitas Lampiran Perhitungan Uji Reliabilitas

LAMPIRAN 2

Lampiran Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran Instrumen Penelitian

Lampiran Data hasil Penyebaran Angket

LAMPIRAN 3

Lampiran Perhitungan Persentase Lampiran Perhitungan Uji Signifikan

LAMPIRAN 4

Lampiran Pedoman Wawancara Lampiran Hasil Wawancara

LAMPIRAN 4

Lampiran Tabel Nilai Distribusi t

Lampiran Tabel Nilai r Product Moment Lampiran Tabel Nilai Chi Kuadrat

Lampiran Tabel I luas bawah lengkung kurve normal dari o s/d z

LAMPIRAN 6

Lampiran Daftar inventaris peralatan laboratorium struktur dan bahan

LAMPIRAN 7

Lampiran Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran Berita Acara Seminar Skripsi Tahap 1 Lampiran Berita Acara Seminar Skripsi Tahap 2 Lampiran Surat Observasi


(7)

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan dua proses yang saling berkaitan antara belajar yang dilakukan oleh mahasiswa dengan proses mengajar yang dilakukan oleh seorang pengajar. Seorang pengajar sebagai fasilitator harus dapat memahami makna pembelajaran dengan baik. Didalam suatu kegiatan belajar mengajar ada yang namanya pembelajaran teori dan pembelajaran praktik, dimana keduanya saling berkaitan satu sama lain. Pembelajaran praktik merupakan salah satu kebutuhan yang memegang peran cukup penting dalam menunjang kebutuhan yang harus didapatkan mahasiswa didalam perkuliahan.

Dan dikarenakan hal tersebut dirasakan penting, metode pembelajaran praktikum merupakan bagian penting dalam pembelajaran yaitu berupa aplikasi dari teori yang dipelajari untuk memecahkan masalah melalui percobaan di laboraturium. Prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam teori akan dikaji didalam praktikum, demikian pula sebaliknya pengalaman yang diperoleh dalam praktikum dicari penjelasannya dari teori yang sudah dipelajari.

Hudson (Rusdi, 2007) mengemukakan bahwa penggunaan metode praktikum dalam pembelajaran memiliki beberapa keunggulan yaitu: (1) Meningkatkan motivasi dan ketertarikan mahasiswa dalam pembelajaran;


(9)

(2) Mengajarkan keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan dilaboraturium; (3) Membantu perolehan dan pengembangan konsep; (4) Melatih mahasiswa untuk mengembangkan keahlian dalam melakukan berbagai penelitian melalui metode ilmiah; (5) Melatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi masalah sehingga tidak mudah percaya pada suatu yang belum pasti; dan (6) Mengembangkan keterampilan.

Untuk menunjang kebutuhan yang harus didapatkan mahasiswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran praktik tersebut, diperlukan adanya suatu pemahaman mahasiswa dalam proses pelaksanaan praktikum di laboraturium. Untuk itu diperlukan adanya suatu patokan tentang petunjuk pelaksanaan di laboraturium, dengan adanya petunjuk pelaksanaan tersebut dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa sehingga hasil belajar yang dicapai di kelas pun dapat meningkat.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran teori maupun praktik di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, mahasiswa dituntut untuk menghasilkan produk yang dapat bermanfaat dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah dipelajari bersama, sesuai dengan tujuan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil yaitu membekali mahasiswanya dengan penguasaan ilmu mengenai bidang profesi kependidikan dan penguasaan bidang teknologi ketekniksipilan.

Dan salah satu upaya memberikan penguasaan bidang studi teknik sipil tersebut adalah dengan diselenggarakannya proses pembelajaran di


(10)

laboratorium atau workshop. Tujuan dan fungsi laboratorium di jurusan Pendidikan teknik sipil adalah untuk mendukung proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan pemahaman, keterampilan, verifikasi, dan inovasi bidang ilmu pekerjaan pendidikan teknik sipil maupun bidang teknik sipil itu sendiri. Bagi lembaga pendidikan teknologi dan kejuruan, laboratorium/workshop merupakan sarana utama untuk menunjang proses pembelajaran. Fungsi laboratorium, seperti yang tercantum dalam PP No.5 tahun 1990 pasal 27, adalah sebagai sarana penunjang pembelajaran IPTEKS tertentu sesuai program studi yang bersangkutan. Laboratorium merupakan tempat pengamatan, percobaan, latihan dan pengujian bidang teknologi dan kejuruan. Dengan demikian, keberadaan laboratorium dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kemajuan suatu lembaga pendidikan.

Demi tercapainya tujuan tersebut dalam menghasilkan tenaga kependidikan profesional dan ketekniksipilan yang profesional, maka seluruh mahasiswa di Jurusan Pendidkan Teknik Sipil diberikan pembelajaran teori dan praktik, tujuannya adalah untuk mengembangkan skill yang dimiliki mahasiswa, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mendapatkan pembelajaran teori di kelas, tetapi mahasiswa juga diberikan pembelajaran praktik di laboraturium dan bengkel kerja/workshop.

Beberapa jenis praktikum yang dilakukan di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil yaitu praktikum beton, praktikum baja, praktikum kayu,


(11)

tanah, praktikum hidrolika. Dari beberapa jenis praktikum yang dilakukan salah satu pengetahuan yang harus dikuasai oleh sarjana teknik sipil adalah pengetahuan mengenai beton. Beton merupakan material penting dalam suatu konstruksi bangunan.

Untuk menunjang pengetahuan mengenai beton perlu dilakukan praktikum beton. Praktikum beton yang dilakukan di laboraturium struktur dan bahan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sifat-sifat material pembentuk beton, pengetahuan mengenai parameter-parameter material beton, perencanaan dan percobaan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu, pengujian kuat tekan beton serta sifat mekanik dari material beton tersebut melalui eksperimen atau percobaan yang dilakukan. Selain dilakukan praktikum beton di laboraturium struktur dan material bahan juga sering digunakan untuk pengujian uji tarik baja, metode pengujian kuat tarik baja beton, dan pernah dilakukan beberapa pengujian penelitian Tugas Akhir mahasiswa di laboraturium struktur dan bahan.

Efektivitas belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil di kampus tidak cukup hanya menuntut gedung atau kelas yang baik, tapi juga menuntut adanya peralatan dan perlengkapan praktikum yang memadai dalam proses pelaksanaan praktek. Dengan peralatan dan perlengkapan yang tidak memadai sudah dapat dipastikan proses pembelajaran akan berlangsung kurang efektif yang pada gilirannya lulusan yang dihasilkan


(12)

keterbatasan peralatan dan perlengakapan yang tidak memadai juga dapat menimbulkan pelaksanaan praktikum pada perkuliahan tidak akan berjalan lancar.

Sesuai dengan fungsinya laboraturium perguruan tinggi dituntut untuk memberikan layanan yang berkualitas yaitu layanan yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pengguna laboraturium. Hal tesebut terjadi sebagai konsekuensi tuntutan mahasiswa terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Melalui layanan diharapkan dapat menunjukan konstribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan pembelajaran yang baik, yang berdampak terhadap pelayanan, laboraturium sebagai penunjang penunjang pembelajaran praktik diharapkan dapat memenuhi kepuasan.

Melihat kondisi laboratorium saat ini, Sehubungan dengan kebutuhan mahasiswa jurusan teknik sipil pada layanan penggunaan sarana dan prasaranan praktik di laboratorium struktur dan bahan, maka perlu adanya peningkatan layanan di laboratorium, baik dalam penggunaan sarana dan prasaranan maupun dalam pembelajaran praktik di laboratorium tersebut. Upaya tersebut perlu dilakukan sejalan dengan meningkatnya tuntutan kurikulum yang ada, baik terhadap sarana dan prasarana maupun dalam pembelajaran praktik.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul :


(13)

“Studi Tingkat Kepuasaan Mahasiswa pada Pembelajaran Praktik di Laboraturium Struktur dan Bahan JPTS FPTK UPI ”

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah digunakan untuk memperjelas aspek-aspek permasalahan yang timbul dan teliti lebih lanjut sehingga memperjelas arah penelitian, salah satu persoalan yang timbul dan makin berkembang dimensinya adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan praktikum secara spesifik teramati adanya gejala-gejala persoalan berikut ini:

a. Belum optimalnya layanan laboraturium struktur dan bahan JPTS FPTK

UPI.

b. Masih terdapat beberapa mahasiswa yang belum memahami cara pelaksanaan/prosedur di laboraturium struktur dan bahan. JPTS FPTK UPI.

c. Belum adanya standar pelayanan minimal untuk laboratorium struktur dan bahan yang ditetapkan.

d. Ada beberapa alat laboratorium struktur dan bahan yang belum dapat difungsikan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan praktikum dan menimbulkan praktikum dalam perkuliahan tidak berjalan.

e. Fasilitas praktik di laboratorium struktur dan bahan belum memadai dari kebutuhan ideal praktik.

f. Ada beberapa materi praktik yang tidak terlaksana praktikumnya dilaboratorium struktur dan bahan.


(14)

1.3. Pembatasan Masalah

Masalah yang terdapat dalam judul sangat luas, untuk itu penulis perlu membatasi agar dapat menjadi titik perhatian penulis sehingga kesimpulan yang diambil pun jelas batasannya. Hal ini perlu diperhatikan untuk melihat kejelasan masalah yang diteliti. Penelitian ini penulis batasi pada aspek-aspek berikut :

a. Perencanaan dan pelaksanaan praktikum beton di laboraturium struktur dan bahan terhadap pembelajaran praktik.

b. Tingkat kepuasan mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran

praktikum teknologi beton di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

c. Penelitian di laboraturium Struktur dan bahan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.

d. Pelaksanaan praktikum pada kondisi fasilitas dengan kebutuhan ruang yang ada pada saat ini.

e. Tingkat kepuasaan mahasiswa pada layanan pembelajaran praktik dilihat dari aspek sarana dan prasarana.

f. Tingkat kepuasaan mahasiswa pada layanan pembelajaran praktik dilihat dari aspek layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan.


(15)

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan langkah dari suatu problematika penelitian dan merupakan bagian pokok dari kegiatan penelitian (Arikunto, 2002:44). Untuk selanjutnya dalam penelitian ini dirumuskan masalah utama atau pokok yang akan diteliti yaitu kepuasan mahasiswa terhadap layanan pembelajaran praktik pada laboraturium struktur dan bahan di JPTS FPTK UPI. Secara khusus, masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :

a. Seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek sarana dan prasarana ?

b. Seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan ?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai pada rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk Mengetahui gambaran besarnya tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek sarana dan prasarana.

b. Untuk mengetahui gambaran besarnya tingkat kepuasaan mahasiswa pada lpembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan.


(16)

1.6. Manfaat Penelitian

a. Dapat memberikan gambaran mengenai manfaat dan pengaruh pelaksanaan praktek di laboraturium dalam peningkatan kualitas pembelajaran praktik

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian sejenis ke depan,baik di fakultas dan atau universitas lainnya.

c. Untuk mengetahui peningkatan yang perlu dilakukan di laboraturium struktur dan bahan

d. Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta memudahkan pelaksanaan pengelolaan laboraturium, sehingga pada gilirannya nanti, hasil pengelolaan laboraturium dapat memberikan informasi yang akurat dalam penyusunan perencanaan selanjutnya.

e. Hasil survey berupa pengukuran kepuasaan mahasiswa ini, dapat memberikan penilaian dan menjadi bahan evaluasi demi perbaikan mutu layanan akademik baik di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil maupun di jurusan lainnya yang ada di UPI.

f. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi, bahan penelaah lebih lanjut dan diharapkan dapat dijadikan tolok ukur bagi perkembangan pengetahuan mengenai pengaruh pelaksanaan pembelajaran praktikum dalam meningkatkan kualitas pembelajaran praktek.


(17)

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini, terlebih dahulu penulis akan memberikan batasan-batasan atau definisi istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini sebagai berikut :

a. Studi berasal dari kata “studi” yang berarti “belajar, memikirkan, mempelajari” (Kamus Umum Bahasa Indonesia,1984).

b. Chaerunisah ( Kloter, 1997) mengemukakan bahwa kepuasaan adalah perasaan seseorang menyangkut kenyamanan atau kekecewaan yang di hasilkan dari pembandingan antara kinerja (atau outcome) yang dipersepsikan dalam kaitannya dengan harapan.

c. Pembelajaran Praktik dapat diartikan sebagai suatu metode mendidik untuk mengajar dengan mempraktekan segala aktivitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002) sebagaimana dikatakan oleh Tjipto Utomo (1985: 109) yaitu “Bentuk kegiatan praktikum sangat efektif untuk mencapai tujuan pengajaran secara bersamaan, yaitu keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor”. Pembelajaran dengan metode praktikum mengarahkan pada kreatifitas mencari dan menggunakan alat dan bahan yang mungkin yang mungkin digunakan dalam pembelajaran. Dalam hal ini siswa di tuntut untuk berpikir lebih kreatif agar praktikum yang di lakukan dapat berhasil.


(18)

d. Laboraturium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984).

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “ Studi Tingkat Kepuasaan Mahasiswa pada \Pembelajaran Praktik di Laboratorium Struktur dan Bahan JPTS FPTK UPI “ adalah perasaan seseorang yang menyangkut kenyamanan atau kekecewaan terhadap layanan pembelajaran praktik. Hal ini disebabkan fungsi dan aktivitas mahasiswa, dimana terjadi kegiatan belajar mengajar, selain memperhatikan tingkat kenyamanan dan kepuasaan yang tinggi sehingga layanan pembelajaran yang harus di penuhi adalah untuk mencapai tingkat kenyamanan dan kepuasaan yang optimal dari segi sarana dan prasarana dan layanan pembelajaran yang dilaksanakan di laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Kepuasaan 2.1.1 Pengertian Kepuasaan

Kepuasaan secara linguistik, dalam bahasa inggris berarti statification berasal dari bahasa latin yaitu satis yang berarti cukup. Dan facere yang berarti melakukan atau membuat. Menurut Elfarisa (Manulang, 2008: 33) Berdasarkan pendekatan linguistik ini maka dapat diartikan bahwa produk atau jasa yang mampu memberikan lebih daripada yang di harapkan konsumen, itu berarti bahwa kepuasan merupakan penilaian konsumen terhadap fitur-fitur produk atau jasa yang berhasil memberikan pemenuhan kebutuhan dan harapan

Elfarisa (Kloter, 1997:32) mengatakan kepuasaan adalah perasaan seseorang menyangkut kenyamanan atau kekecewaan yang dihasilkan dari pembandingan antara kinerja (outcome) yang dipersepsikan dalam kaitannya dengan harapan

Dengan demikian, kepuasaan atau ketidakpuasan merupakan perbedaan antara harapan (expectation) dan kinerja yang dirasakan (perceived performance), yaitu penilaian antara harapan dengan kinerja yang dirasakan.

Menurut Elfarisa (Tjiptono, 2005:195), terdapat tiga aspek dasar yang melandasi konsep kepuasaan, yaitu (1) kepuasaan pelanggan merupakan respons (emosional atau kognitif); (2) respons tersebut menyangkut fokus tertentu (ekspektasi,produk, pengalaman konsumsi dan seterusnya); dan (3) respons terjadi


(20)

pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan produk/jasa berdasarkan pengalaman akumulatif dan lain-lain).

Kepuasaan pelanggan merupakan fokus dari proses manajemen yang berorientasi pada konsumen, sehingga kepuasan pelanggan adalah kualitas. Kepuasaan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang di rasakan dengan harapannya, jadi tingkat kepuasaan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang di rasakan dengan harapan (Tjiptono, 2005:212).

Menurut Elfarisa (Giantari, 2008) banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasaan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasaan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang di akibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi.

Berdasarkan pemaparan mengenai kepuasaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasaan adalah perasaan seseorang menyangkut kenyamanan atau kekecewaan yang di hasilkan dari pembandingan antara kinerja (outcome) yang dipersepsikan dalam kaitannya dengan harapan yang diinginkan oleh seorang pelanggan, sedangkan kepuasaan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dipenuhi, suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.


(21)

Mengukur kepuasaan pelanggan sangat bermanfaat bagi suatu lembaga atau institusi penyedia jasa, khususnya perusahaan, dalam rangka mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian mana yang membutuhkan peningkatkan. Umpan balik dari pelanggan secara langsung atau dari fokus group atau dari keluhan pelanggan merupakan alat untuk mengukur kepuasaan pelanggan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Elfarisa (Tjiptono 2005:210-214) bahwa metode yang digunakan untuk mengukur kepuasaan konsumen yaitu dengan cara : (a). Survey kepuasan klien, (b). Pengukuran SERVQUAL.

2.1.2 Survey Kepuasaan Klien

Pengukuran kepuasaan konsumen selanjutnya adalah survey kepuasaan klien. Metode survey ini banyak dilakukan untuk penelitian mengenai kepuasaan pelanggan, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi. Keuntungan dari metode ini adalah perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan memperhatikan pelanggannya. Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1) Directly Reported Statification

Metode survey kepuasan pelanggan ini dilakukan secara langsung melalui pertanyaan yakni dengan menggunakan item-item spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasaan yang dirasakan pelanggan. Sebagai contoh seperti yang dijelaskan oleh Fandy (2005 :212.


(22)

“seberapa puas atau tidak puas anda terhadap layanan perusahaan penerbangan X?”

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat tidak puas sangat puas “seberapa besar perusahaan penerbangan X memenuhi ekspektasi anda ?”

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sama sekali tidak secara total

“umpama ada sebuah perusahaan penerbangan yang sempurna dalam semua hal. Seberapa dekat atau jauh perusahaan penerbangan X dibandingkan perusahaan ideal tersebut ?”

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat jauh sangat dekat 2) Derived Reported Dissatification

Metode survey kepuasan ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan menyakut dua hal utama: yaitu besarnya harapan pelanggan terhadap atribut dan besarnya kinerja yang dirasakan pelanggan. Selain itu dapat juga menyangkut dengan tingkat kepentingan masing-masing atribut dan atau tingkat kinerja ideal 3) Problem Analysis

Metode survey kepuasaan pelanggan ini dilakukan dengan cara meminta pelanggan yang dijadikan responden untuk mengungkapkan dua hal pokok, yaitu masalah-masalah yang dihadapi oleh pelanggan yang berkaitan dengan layanan


(23)

dan saran-saran untuk melakukan perbaikan. Sehingga perusahaan dapat dengan jelas mengetahui problem yang dirasakan pelanggan

4) Importance Performance Analysis

Metode survey kepuasaan pelanggan ini dilakukan dengan cara meminta kepada responden untuk mengurutnya berbagai atribut dari penawaran, mulai dari yang paling penting hingga yang kurang penting. Selain itu, responden juga diminta untuk mengurutkan kinerja perusahaan dalam masing-masing atribut yang paling baik hingga yang kurang baik.

Pengembangan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kepuasaan pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Adapun pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan. Maka pelayanan tersebut dapat di pastikan tidak efektif dan tidak efisien. Hal ini terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Pada kondisi persaingan sempurna, dimana pelanggan mampu untuk memilih diantara beberapa alternatif pelayanan dan memiliki informasi yang memadai, kepuasaan pelangggan merupakan satu determinan kunci dari tingkat permintaan pelayanan dan fungsi/operasionalisasi. Maka, pengguna kepuasaan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi pelayanan sering tidak kelihatan,apabila hanya terus berfokus pada pelanggan yang sudah puas, dan menghiraukan pelanggan yang belum puas maka kepuasaan pelanggan tersebut akan sia-sia. Sebab tujuan dari pengukuran kepuasan pelanggan adalah untuk memperbaiki pelayanan agar pelanggan yang belum puas menjadi puas.


(24)

Dari pengertian diatas nampak mengapa kepuasan menjadi titik acuan dalam meningkatkan dan mempertahankan yang berkelanjutan. titik acuan tersebut dimulai dari konseptualisasi yaitu perumusan konsep teoritis atau sesuatu model yang pengukurannya dapat dijadikan untuk penyusunan sampai dengan strategi kepuasaan yang mencakup faktor-faktor.

2.1.3 Pengukuran SERVQUAL (Service Quality)

Sektor jasa yang menghasilkan produk berupa pelayanan memiliki sifat khas maka penggunaan teknik manajemen kualitas standar tidaklah sesuai karena sifatnya yang khas tersebut, beberapa peneliti dan akademi mengembangkan beberapa metode untuk menemukan, mengukur, dan menganalisa determinan dari kualitas pelayanan.

Menurut Alexandria dan Adrienne (2001) kualitas pelayanan perlu diukur setidaknya karena tiga alasan, yaitu :

a. Hasil pengukuran dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah terjadi perubahan pada suatu organisasi.

b. Pengukuran diperlukan untuk menentukan letak permasalahan yang terkait dangan kualitas.

c. Hasil pengukuran diperlukan metode pengukuran kualitas pelayanan yang paling banyak digunakan karena frekuensi validitas secara statistik.

Metode servqual merupakan metode pengukuran kualitas pelayanan yang paling banyak digunakan karena frekuensi validitas secara statistik.


(25)

Metode servqual terdiri atas lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu :

a. Tangibles (bukti fisik), menggambarkan fasilitas, perlengkapan, dan tampilan dari personalia serta kehadiran para pengguna.

b. Reliability (keandalan), merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pelayanan yang di janjikan secara akurat dan handal.

c. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kesediaan untuk menabtu pelanggan serta memberikan perhatian yang tepat.

d. Assurance (jaminan), merupakan bagian staf yang sopan dan berpengaruh luas yang memberikan rasa percaya serta keyakinan.

e. Empathy (empati), mencakup kepedulian serta perhatian individual kepada para pengguna.

Model SERVQUAL didasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa membandingkan kinerja layanan pada atribut-atribut relevan dengan standar ideal/sempurna untuk masing-masing atribut layanan. Bila kinerja sesuai dengan atau melebihi standar, maka persepsi atau kualitas layanan keseluruhan akan positif dan sebaliknya dengan kata lain model ini menganalisis antar dua variable pokok, yakni layanan yang diharapkan (expected service) dan layanan yang dipersepsikan (perceived service).

2.2. Tinjauan Tentang Pelayanan 2.2.1 Pengertian Pelayanan

Sekarang ini harus kita sadari pelayanan merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan bisnis dan memenangkan persaingan. Setiap


(26)

perusahaan harus memberikan pelayanan yang semakin baik dari hari ke hari kepada konsumen. Beberapa definisi mengenai pelayanan :

Kotler (2000: 428) mengemukakan pengertian pelayanan bahwa “Pelayanan adalah kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain yang pada dasarnya tidak menghasilkan kepemilikan.”

Menurut Moenir (2001: 17) “Pelayanan merupakan proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pengertian proses ini terbatas dalam kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.”

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas bahwa pelayanan merupakan kegiatan atau manfaat yang diberikan kepada calon pembeli secara langsung mau melakukan transaksi dengan perusahaan yang melakukan pelayanan tersebut dan pada dasarnya tidak menghasilkan kepemilikan.

2.2.2 Mengukur pelayanan

Konsumen yang akan membeli produk fisik ataupun jasa pasti akan mengharapkan bentuk layanan yang baik, terutama pada saat melakukan pembelian. Menurut Parasuraman et al. (Zeithmal dan Bitner, 1996) yang dikutip oleh Tjiptono (2004: 70) terdapat lima dimensi untuk mengukur pelayanan, yaitu: a. Bukti langsung (Tangibles) meliputi kemampuan memberikan fasilitas fisik,

perlengkapan,pegawai, dan sarana komunikasi;

b. Keandalan (Realibility), yakni keinginan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera,akurat dan memuaskan;


(27)

c. Daya tanggap (responsiveness), yakni keinginan para staf membantu para praktikan dan memberikan pelayanan dengan tanggapan;

d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan;

e. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan bubungan, komunikasi yang baik, pribadi,dan memahami kebutuhan para pelanggan.

2.2.3 Kualitas layanan pendidikan

Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada semua jenjang terus ditingkatkan, dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP) yang mencakup standar isi, standar proses, standar kompetisi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Upaya peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dilakukan antara lain melalui peningkatan kualitas akademik dan kesejahteraan pendidik sejalan dengan pelaksanaan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan dosen , penyediaan fasilitas pendidikan berupa ruang laboratorium,perpustakaan,pusat sumber belajar,beserta peralatan peragaan.

2.3. Tinjauan Tentang Praktikum 2.3.1 Pengertian Praktikum

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), praktikum dapat diartikan sebagai suatu metode mendidik untuk mengajar dengan mempraktekan segala


(28)

aktivitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian. Utomo (1985:

109) menyatakan bahwa “Bentuk kegiatan praktikum sangat efektif untuk

mencapai tujuan pengajaran secara bersamaan,yaitu keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor”. Pembelajaran dengan metode praktikum mengarahkan pada kreatifitas mencari dan menggunakan alat dan bahan yang mungkin digunakan dalam pembelajaran. Dalam hal ini siswa dituntut untuk berpikir lebih kreatif agar praktikum yang dilakukan dapat berhasil.

Malau (Iyon kartawidjaya, 1999) menyatakan bahwa praktikum didalam pendidikan dapat diartikan sebagai metode mendidik untuk belajar dan mempraktekan segala aktivitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai suatu keahlian. Sedangkan, Rosi Emiarti (2000) berpendapat bahwa pada umumnya laboraturium merupakan tempat bagi siswa untuk membuktikan teori-teori, konsep-konsep dan hukum-hukum yang dikemukakan guru atau yang terdapat dalam buku pelajaran. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa metode praktikum adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Menurut pendapat Malau (Rustaman 2003: 129), metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan praktikum, berarti siswa melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, pengamatan, melibatkan perbandingan atau kontrol, dan penggunaan alat-alat praktikum. Melalui pembelajaran praktikum, siswa akan menjadi lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima teori dari


(29)

guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan praktikum merupakan kegiatan mengajar dengan mempraktekkan segala aktivitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian yang dapat mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan untuk membuktikan teori-teori, konsep-konsep dan hukum-hukum yang didapatkan dalam teori dari seorang pengajar ataupun dari buku yang dipelajari. Selain itu, praktikum merupakan proses untuk mempraktekan segala aktivitas dalam proses belajar mengajar untuk menguasai keahlian. Metode praktikum adalah suatu metode dimana mahasiswa melakukan percobaan dengan membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari sehingga dapat memupuk dan mengembangkan potensi yang terdapat dalam diri mahasiswa, dan juga memberikan gambaran dan pengertian yang lebih jelas, tidak hanya penjelasan lisan sehingga sangat bermanfaat bagi pengembangan kompetensi mahasiswa itu sendiri.

2.3.2 Sarana dan Prasarana Praktikum.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara khusus adalah untuk menciptakan kompetensi siswa yang memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), oleh karena itu fasilitas pendidikan berupa sarana dan prasarana pendidikan adalah suatu hal yang harus tersedia.

Sarana praktikum merupakan bagian dari sarana pendidikan, sebagaimana diungkapkan oleh Arikunto (1987: 10) bahwa “Sarana pendidikan adalah alat


(30)

yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, sedangkan pengertian

prasarana adalah sesuatu yang ada sebelum adanya sarana”. Pengertian tersebut

dapat menunjukan perbedaan sarana dan prasarana. W.J.S. Poerwadarminta (1976:30) mengatakan bahwa :

“Sarana praktikum adalah kelengkapan berbagai alat perkakas, perbekalan, kelengkapan. yang dimaksud adalah ketersediaan fasilitas dan perlengkapan yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran praktek”

W.J.S Poerwadarminta (1976) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Contohnya adalah spidol, papan tulis, penggaris gambar, SOP, alat-alat praktikum dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di perpustakaan jurusan merupakan sarana pendidikan yang tidak secara langsung digunakan oleh dosen dalam proses belajar mengajar.

Prasarana pendidikan dikampus bisa diklarifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang perpustakaan, ruang bengkel/workshop, dan ruang laboratorium. Kedua, prasarana pendidikan yang keberadaanya tidak digunakan untuk proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya proses belajar mengajar, seperti ruang


(31)

kantor, kantin jurusan, tanah dan jalan menuju kampus, kamar kecil, ruang dosen, ruang ketua jurusan dan tempat parkir kendaraan.

Ketersediaan fasilitas memudahkan dalam proses belajar mahasiswa dalam melakukan praktek. Dalam kegiatan praktikum, sarana yang diungkap adalah peralatan praktek, bahan yang akan dipraktekan, dan perlengkapan. Teknik keterampilan dalam pembelajaran praktek tentu akan melibatkan penggunaan atau pemakaian alat, bahan dan perlengkapan. Alat adalah semua perkakas yang diperlukan untuk memproses bahan menjadi suatu benda, atau alat yang digunakan untuk mengukur, menguji atau memperbaiki objek kerja. Bahan adalah semua benda yang diolah atau diproses sehingga menghasilkan suatu benda atau barang jadi. Perlengkapan adalahh semua benda yang dipakai sebagai pelengkapan untuk memudahkan dalam suatu proses pengerjaan.

Menurut pendapat Achir B (1995: 11) ada beberapa istilah sarana praktek yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut :

a. Tempat Penyimpanan Alat (Working Toll Box/Set)

Working Toll Box/Set merupakan seperangkat alat-alat tangan (small or hand tools). Berlawanan dengan double working station, Working Toll Box/Set adalah berbentuk sejumlah alat yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang diklat selama praktek.

b. Alat Kelengkapan (Tool Equiqment)

Alat Kelengkapan (Tool Equiqment) adalah alat atau bagian-bagian sebagai kelengkapan dari suatu alat, baik yang terlepas maupun yang terpasang pada


(32)

mesin tersebut. Alat kelengkapan yang bersifat standar ada yang bersifat tambahan.

c. Kelengkapan Standar (Standart Accessories)

Kelengkapan Standar (standart accessories) adalah kelengkapan dari mesin yang jumlahnya sebanyak mesin induknya. Dengan kata lain, tiap mesin mempunyai kelengkapan standard.

d. Kelangkapan Tambahan (Extra/Optional Accesories)

Kelangkapan Tambahan (Extra/Optional Accesories) adalah alat kelengkapan tambahan dari suatu alat yang jumlahnya tidak sebanyak jumlah yang dilengkapinya, karena bersifat pilihan atau dipakai hanya sewaktu-waktu. e. Training Objek

Training Objek adalah mesin/komponen produktif atau trainer yang digunakan sebagai objek latihan.

f. Modul

Modul adalah satu satuan utuh dari suatu ruangan praktek sesuai dengan jenis atau macamnya. Tanda modul ruangan praktek menunjukan ukuran ruang praktek tersebut, yang dinyatakan dalam student place.

Peralatan praktikum merupakan sarana pokok dari kegiatan praktikum.

Menurut Malau (Nana P, 1984: 86): “Peralatan praktikum adalah berbagai

barang yang digunakan secara langsung dalam kegiatan praktikum”. Mahasiswa

perlu menguasai prosedur pemakaian alat karena peralatan yang akan membantu mahasiswa dalam belajar praktek, karena tanpa mamahami atau menguasai prosedur pemakaian peralatan, mahasiswa akan kesulitan untuk melakukan


(33)

praktek dan kegiatan belajar juga akan sedikit terhambat, seperti yang dikemukakan oleh Widodo (1984: 31) yaitu pengetahuan mengenai peralatan praktikum, meliputi :

a. Pengetahuan tentang jenis peralatan yaitu mengenai jumlah dan kegunaan sebagai alat praktikum

b. Pengetahuan tentang sifat-sifat peralatan, yaitu mengenai bahan-bahan yang digunakan

c. Pengetahuan tentang penggunaan peralatan yaitu mengenai ketepatan dalam menggunakan peralatan

d. Pengetahuan tentang cara menggunakan peralatan, yaitu bagaimana menjalankan

e. Pengetahuan tentang pemeliharaan peralatan baik secara menyimpan, peralatan dan cara perawatan.

Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah alat yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, dengan ketersediaan fasilitas dan perlengkapan yang dimiliki kampus sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran praktek di laboratorium. Peralatan praktikum merupakan sarana pokok dari kegiatan praktikum dimana hal tersebut dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktek, adanya peralatan praktikum tak cukup apabila mahasiswa belum menguasai prosedur pemakaian alat, maka dengan itu mahasiwa perlu menguasai prosedur pemakaian alat karena peralatan yang akan membantu mahasiswa dalam belajar praktek karena tanpa mamahami atau menguasai prosedur pemakaian peralatan, mahasiswa akan kesulitan untuk melakukan praktek dan kegiatan belajar juga akan sedikit terhambat.


(34)

2.3.3 Pengertian Ruang Laboratorium

Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Ruang laboratorium struktur dan bahna harus dapat mendukung belajar mengajar, bukan hanya pengajar yang memiliki skill tapi juga ruang harus dapat mendukung aktivitas didalamnya.

Untuk mendapatkan kondisi ruang yang baik, diperlukan kesatuan bagian-bagian dalam ruang. Kesatuan itu dapat diperoleh dengan pengaturan yang baik dan pandangan yang serasi. Susunan suatu ruang pertama-tama harus sesuai tujuan, maksudnya ialah bahwa penggunaan dan penyusunan perabot ditentukan oleh kebutuhan praktis , sehingga diperhatikan keselarasan antara perabot-perabot, ruang gerak dan ruang mempersatu. Untuk mencapai tujuan yang sama disatukan menjadi satu kelompok fungsi (Neufert, 1996)

Kondisi ruang laboratorium hasil upaya penataan yang mempertimbangkan aspek lingkungan dan pengaturan kelengkapan fasilitas belajar dengan baik akan mampu memberikan rasa nyaman, aman, dan berdaya guna bagi pemakainya. Dengan kata lain kondisi ruang harus mampu memberikan suasana yang membangkitkan semngat dalam belajar ataupun mengajar.

Penataan tidak hanya berupa aturan geometri, akan tetapi pada suatu kondisi dimana setiap bagian dari seluruh komposisi saling berhubungan dengan bagian yang lain dengan tujuan untuk menghasilkan suatu susunan harmonis. Penataan tanpa variasi dapat mengakibatkan adanya monoton dan membosankan,


(35)

variasi tanpa tatanan menimbulkan kekacauan. Kesan untuk menyatukan berbagai variasi merupakan sesuatu yang ideal (Neufert, 1996 : 265).

Menurut (Neufert, 1996 : 265) Laboratorium dibedakan menjadi dua yaitu menurut penggunaan dan spesialisasinya:

Menurut penggunaan laboratorium untuk praktikum kuliah yang tertutup digabung dengan tempat kerja laboratorium (lab) yang banyak dan biasanya dengan barang-barang keperluan sederhana.laboratorium untuk penelitian tertutup, bisanya dalam ruangan tertutup dengan perlengkapan yang khusus dan ruang tambahan seperti pemisah cairan dan ruangan pameran, ruang pemisah cairan dan ruang tangki cetakan, dapur kecil, ruang pengatur suhu dan ruang pendingin dengan suhu yang konstan, ruang foto dan ruang gelap, dan lai-lain.

Menurut spesialisasinya laboratorium kimia dan biologi dengan meja-meja laboratorium yang kokoh dan permaen. Ruangan mempunyai ventilasi udara yang tinggi, seringkali sebagai tambahan mempunyai kotak-kotak pergantian udara yang lembab/pengap.

Ditinjau dari segi penataan ruang, maka ruang laboratorium yang baik harus memenuhi beberapa aspek berikut ini :

a. Ukuran ruang

Kebutuhan luas ruangan laboratorium tergantung dari jenis aktifitasnya. Luas ruangan perorangan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum kurang lebih 3,45m² sampai 6,03m². Ada yang menggunakan sistem berhadapan dengan menggunakan satu meja rujukan yang diletakan disamping, ada juga yang saling bertolak belakang dengan menggunakan dua buah meja rujukan yang diletakan


(36)

disamping. Selain itu ada pula yang menggunakan sistem berdampingan yang mana ditengah-tengahnya dibatasi oleh meja rujukan (Ernst Neufert,1980:139).

Pemilihan tata letak laboratorium ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan ruangan. Perabotan lain selain meja laboratorium, timbangan, alat berat, kursi praktikum diletakan sejajar sepanjang tembok.

Menetukan luas dan ukuran ruang pada dasarnya ditentukan oleh : - Jumlah pengguna ruang.

- Kegiatan yang akan terjadi dalam ruangan tersebut.

- Jumlah dan ukuran peralatan dan perabotan yang harus ada dalam ruang. - Standar atau pengalaman empirik dilapangan.

- Modul yang digunakan.

Dalam menghitung kebutuhan luas ruang praktik , rumus yang digunakan adalah :

( sumber : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,2003:23)

Keterangan :

LRP : Luas ruang praktik JP : Jumlah pengguna (siswa)

α : Luas lantai yang diperlukan per siswa berdasarkan referensi(ILO) Rg : Ruang gerak siswa yang dibutuhkan. Bila ruang praktik yang diadakan

berupa ruang terbuka (open layout) yaitu sub ruang/ area kerja yang

LRP = JP x α + Rg + RIS Rg = 20% (JP x α ) m²


(37)

RIS : Luas ruang instruktur dan ruang simpan (60m²) α : 5 s.d 9 m²

b. Peralatan

Jenis peralatan yang dibutuhkan dapat ditentukan apabila telah diketahui kegiatan diklat dan jenis kegiatan yang akan dilakukan disetiap ruang tersebut, fungsi peralatan dan siapa pemakai peralatan dimaksud.

Jumlah kebutuhan peralatan dimasing-masing ruang tergantung pada  Fungsi peralatan,

 Jenis kegiatan yang dilakukan,  Jumlah pemakai,

 Luas lantai ruang,  Ukuran setiap peralatan.

Pertimbangan tersebut mempunyai ketergantungan satu sama lain, karena asumsi yang digunakan untuk menghitung peralatan adalah bahwa alat melekat pada ruang dan kegiatan praktik bersifat kelompok, maka peralatan yang berhubungan atau dipakai langsung oleh siswa jumlahnya sama dengan jumlah siswa yang melakukan praktik dalam satu kurun waktu praktik.

Rumus sederhana untuk menghitung kebutuhan jumlah peralatan adalah :

(sumber : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan;2003;23)

Keterangan :

JA : Jumlah alat.

JS : Jumlah siswa/ kelompok. JA = JS / SA


(38)

SA : Jumlah siswa/alat. c. Perabot

Perabot atau mebeler terdiri dari yang mudah dipindahkan/disusun sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar mengajar, dan perabot atau mebeler yang tetap/tidak mudah dipindahkan misalnya : meja beton, bak cuci, lemari tempel/kabinet, dan merupakan bagian dari bangunan.

Fungsi perabot laboratorium disini erat kaitannya dengan beberapa jenis kegiatan yang dilakukan, ruang penempatan perabot, dan calon pemakai perabot. 1. Jenis kegiatan

Yang dimaksud dengan kegiatn disini adalah segala sesuatu yang dilakukan di laboratorium dalam rangka pencapaian tuntutan kurikulum yang berlaku dan dalam kegiatan tersebut menggunkan alat bantu pembelajaran berupa alat tulis menulis, alat peraga, alat praktik, maupun buku-buku pelajaran sekolah.

2. Penempatan perabot

Setiap jenis perabot yang dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan baik dalam proses belajar mengajar maupun proses kegiatan pengelolaan sekolah akan membutuhkan ruangan tertentu sebagai tempatnya. Dalam hal ini penempatan perabot pada ruang belajar, ruang penunjang, maupun ruang perkantoran.

3. Pemakai perabot

Pemakai ialah para praktikan , para dosen/instruktur, pegawai tata usaha, dan tamu/ pihak luar kampus.


(39)

Jumlah perabot pada setiap ruang dapat ditentukan apabila telah diketahui kegiatan apa yang akan dilakukan diruang tersebut, dungsi perabot dan oleh siapa perabot tersebut digunakan.

Untuk menghindari adanya jenis perabot yang terlalu banyak, maka dalam merencanakan jenis perabot hendaknya yang dapat dipakai untuk bermacam-macam fungsi dan kegiatan sehingga dapat menghemat tempat pada ruang maupun biaya pengadaanya.

 Jenis ruang,

 Penggunaan tunggal dan penggunaan ganda,

 Jenis kegiatan yang dilakukan,’

 Kegiatan yang dilakukan oleh pemaian perabot yang sifatnya berpindah/tetap.

 Jumlah pemakai tipa jenis perabot,

 Jumlah praktikan dalam satu kelompok dan jenis metoda yang lazim digunakan dalam proses belajara mengajar diruang tersebut,

 Jenis dan jumlah alat peraga/praktik yang digunakan dalam ruang tersebut,  Luas lantai ruang tersedia,

 Ukuran setiap jenis perabot, d. Sirkulasi udara

Menurut Neufert (1996) sirkulasi udara bertekanan rendah dan kuat, yang terakhir dianjurkan untuk bangunan institut yang berlantai banyak dengan kebutuhan udara yang banyak. Kebutuhan untuk pendingin dan pelembaban. Instalasi vertilasi udara adalah kebutuhan mutlak pada semua laboratorium,


(40)

terutama jika dalam laboratorium tersebut, digunakan dengan adanya zat-zat kimia, harus ada keluar masuk, pergantian udara setiap jam : laboratorium Kimia 8-kali, laboratorium Biologi 4-kali, laboratorium fisika 3-4 kali.

Suatu bangunan laboratorium memiliki empat sistem utama yang merupakan elemen-elemen pembentuk dari gedung tersebut. Empat sistem tersebut adalah structural, envelope, mechanical dan interior. Bila salah satu elemen sistem yang ada pada suatu bangunan laboratorium tidak bekerja sesuai dengan fungsinya maka akan dapat berpengaruh terhadap seluruh kesatuan bangunan. Sebaliknya, bila dapat diintegrasikan dengan sistem yang ada maka akan menjadi satu kesatuan yang utuh dan dapat mereduksi biaya pembangunan.

Pengaturan dan perencanaan sirkulasi udara merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam perencanaan karena desain sirkulasi dapat menentukan efisiensi bangunan sebagai kesatuan fungsional.

Unsur-unsur sirkulasi fungsional. a. Pencapaian bangunan,

b. Pintu masuk gerbang, c. Kongfigurasi akur gerak, d. Hubungan jalan dengan ruang, e. Bentuk ruang sirkulasi.

Ruang sirkulasi atau daerah sirkulasi adalah jalan lalu dari jalan masuk di luar bangunan sampai masuk ke dalam bangunan dan berlalu dari satu tempat atau ruang ke tempat atau ruang tempat lainnya.


(41)

Dalam sirkulasi orang bergerak dan mengalami. Ia bergerak langsung dengan aman atau tersendat-sendat dan sering menubruk sesuatu. Ia mengalami urutan-urutan penglihatan yang lagis dan mengesan kan atau membingungkan ini tergantung dari mutu ruang yang dimasukinya. Perancanaan sirkulasi adalah dasar. Pengaturan dan perancangannya yang benar amat menentukan efisiensi pemakaian bangunannya, lagi pula sirkulasi yang baik memperlihatkan keteraturan ekspresi keindahan.

Syarat-syarat sirkulasi meliputi :

a. Urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah, b. Pencapaian yang mudah dan langsung,

c. Memberikan gerak yang logis dan pengalaman yang indah bermakna. Agar dapat meningkatkan kinerja dan intergrasi bangunan maka diperlukan suatu acuan untuk dapat memberikan nilai terhadap suatu bangunan laboraturium, pada penelitian melihat enam sudut pandang sebagai bahan masukan yaitu : spatial, thermal, indoor air quality, acoustical dan visual performance serta building integrity. (Chandra 2001 : 30)

Bila suatu bangunan laboratorium memiliki kinerja dan integrasi yang baik antar sistemnya maka dalam pelaksanaan di laboraturium akan berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, maka diperlukan suatu pengetahuan tentang seberapa jauh hubungan sistem bangunan laboraturium dengan kinerja total dan intergrasi bangunan laboraturium (Chandra, 2001 : 30)


(42)

2.3.4 Standar ruang laboratorium

a. Ruang laboratorium berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran praktik yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium dapat menampung minimum satu rombongan belajar. c. Rasio minimum ruang laboratorium 2,4 m²/peserta didik. Untuk rombongan

belajar dengan peserta didik kurang dari 20orang. Luas minimum ruang laboratorium 48m² termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18m². Lebar laboratorium minimum 5m.

d. Ruang laboratorium dilengkapi sarana dan prasaran.

2.3.5 Definisi dan fungsi kinerja bnagunan laboratorium

Dalam chandra (2001) mengemukakan beberapa definisi dan fungsi bangunan laboratorium yaitu spatial, thermal, indoor air quality, acoustical dan visual performance serta building integrity, diantaranya adalah :

a. Spatial Performance

Spatial performance adalah kinerja dari bangunan yang berhubungan dengan kenyamanan penghuni dalam menggunakan ruangan yang tersedia untuk melakukan segala aktifitasnya tanpa mengalami hambatan-hambatan. Spatial performance di pengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :

 Desain tiap ruang dan perabotnya.  Kesatuan dari tiap ruangan.

 Penyediaan kenyamanan dan service.  Desain untuk kenyamanan.


(43)

b. Thermal Performance

Thermal performance adalah kinerja dari bangunan yang berhubungan dengan kenyamanan suhu dalam ruangan dimana penghuni dapat merasakan suhu yang sesuai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi. Thermal performance dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :

 Temperatur udara dan pencahayaan  Warna kaca dan dinding.

 Pergerakan udara pada permukaan dinding.  Porositas material.

 Keberadaan material seperti kaca. c. Indoor air quality performance

Indoor air quality performance adalah kualitas udara yang terdapat dalam ruangan dimana tersedia cukup oksigen sehingga terdapat kandungan udara segar yang bisa menciptakan kenyamanan bagi penghuninya dalam bernafas. Indoor air quality di pengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :

 Pergerakan udara segar.

 Polusi akibat timbulnya energi dan masa.  Keberadaan ventilasi udara.

d. Acoustical performance

Acoustical performance adalah kinerja bangunan untuk menciptakan suasana yang bebas dari kebisingan sehingga penghuni dapat melakukan percakapan atau mendengar sesuatu dengan jelas tanpa ada distorsi


(44)

(penyimpangan). Acoustical performance di pengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :

 Jarak sumber suara

 Orientasi bangunan, letak bangunan.  Tipe plafon dan partisi penghalang.  Dimensi ruang.

e. Visual performance

Visual performance adalah kinerja bangunan untuk menciptakan keadaan dimana tersedia cukup agar penghuni dapat melihat objek-objek didalam ruangan dengan nyaman tanpa harus menggunakan alat bantu. Visual performance di pengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :

Ambient & task lighting levels illuminance Contrast & brightness rattio.

Color randition.

 Bentuk dan proporsi suatu ruangan. f. Building integrity

Building integrity adalah kinerja/ kemampuan bangunan untuk menyokong material, komponen, dan bagian-bagian struktur yang menopang bangunan agar dapat bertahan dari serangan alam dan buatan manusia baik dari dalam maupun luar selama bangunan tersebut masih layak digunakan. Building integrity dipengaruhi oleh beberapa faktor penentu yaitu :


(45)

 Mempertahankan gedung dalam aspek structural properties.  Mempertahankan gedung dalam aspek physical properties.  Mempertahankan gedung dalam aspek visible properties.

Melindungi bangunan terhadap beban, kelembaban, suhu udara, pergerakan udara, radiasi, serangan biologis dan kimia, api, bencana alam dan buatan manusia.

Tabel 2.1 Standar Mutu fasilitas Pembelajaran

NO Komponen kriteria Indikator

1. Peralatan Ruang Kuliah a. Ketersediaan peralatan kuliah b. Ketersediaan peralatan cadangan c. Ketersediaan ruang

kuliah cadangan

 Tersedianya

peralatan kuliah lengkap (seperti

LCD, OHP,

whiteboard,

soundsystem, dan lain-lain.

 Tersedia peralatan kuliah cadangan  Tersedia ruang

kuliah cadangan 2. Peralatan

Ruang Perkantoran

a. Ketersediaan

peralatan ruang gedung perkantoran b. Usia peralatan kantor

 Tersedianya

peralatan kantor cukup modern dan lengkap

 Usia peralatan kantor maksimal 5 tahun

3. Peralatan laboraturium, Bengkel, Studio

a. Ketersediaan dan kecukupan

b. Kesesuaian

c. Intensitas penggunaan d. Keberfungsian dan

kemutahiran

 Peralatan laboraturium

lengkap, modern dan cukup mutahir serta sesuai dengan kebutuhan


(46)

e. Usia peralatan yang tersedia

f. Presentasi alat yang mutakhir

 Ada perencanaan dengan dana yang memadai untuk pengadaan,pemeliha raa,dan peningkatan mutu peralatan.  Ruangan memenuhi

standar

keamanan,keselamat an dan kenyamanan kerja

 Usia peralatan maksimal 5 tahun  Jumlah peralatan

yang mutakhir minimal 25%

4. Fasilitas komputer

a. Jumlah,jenis dan kemutakhiran

perangkat keras dan lunak

b. Aksesibilitas c. Waktu pelayanan d. Dukungan kebijakan e. Rasio

computer/mahasiswa f. Pemanfaatan dalam

pembelajaran

g. Pemeliharaan sistem

 Tersedia komputer dan perangkat lunak yang lengkap dan canggih

 Sistem teknologi informasi harus selalu ditata dan di upgrade minimal 1 tahun 1 kali

 Akses

dosen,mahasiswa dan pegawai lainnya minimal 18 jam  Pemakaian

komputer tinggi  Ada kebijakan

pemeliharaan dan modernisasi

komputer serta didukung dana yang memadai

 Dihubungkan


(47)

lokal dan internet  Rasio jumlah

komputer/mahasisw a maksimal 1:10 *Sumber utama: PP no. 36/2005 tentang bangunan gedung (Chandra 2001).

2.3.6 Standard Operating Procedures (SOP) layanan laboratorium.

Layanan laboratorium adalah suatu pelayanan penggunaan tempat,alat dan bahan untuk keperluan praktikum, penelitian/ pengabdian kepada masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan panduan proses penggunaan Laboratorium untuk keperluan layanan praktikum / kuliah di laboratorium penelitian (dosen, mahasiswa) / pengabdian kepada masyarakat. Standard Operating Procedures laboratorium Universitas Fajar (tm penyusun, 2008)

a. Prosedur 1. Umum

a. Calon pengguna (dosen, mahasiswa) mengajukan permohonan layanan pemakaian laboratorium kepada pimpinan laboraturium yang berwenang (kepala laboratorium).

b. Layanan laboratorium bisa di lakukan bekerja sama dengan setiap dosen yang berkompeten dengan jenis layanan tersebut dan berkoordinasi dengan kepala laboraturium.

c. Penggunaan layanan laboratorium memenuhi dan mematuhi semua tata tertib dan persyaratan yang ada. (ditetapkan oleh kepala laboraturium). 2. Penggunaan secara umum

a. Dosen penanggung jawab mata kuliah melakukan koordinasi dengan kepala laboratorium untuk pelaksanaan praktikum.


(48)

b. Kepala laboratorium menyampaikan peraturan dan persyaratan yang berlaku kepada para pengguna.

c. Kepala laboratorium memberikan tugas kepada laboran, teknisi, asisten, petugas kebersihan agar proses belajar mengajar (PMB) praktikum tersebut dapat berjalan dengan baik.

3. Penggunaan tak terjadwal (mahasiswa)

a. Pengguna mengajukan permohonan pemakian laboratorium kepada pihak program studi masing-masing.

b. Setelah pengajuan tersebut disetujui oleh pihak program studi, Kepala laboraturium memeriksa daftar alokasi penggunaan fasilitas laboratorium untuk persetujuan penggunaan yang diajukan.

c. Jika pengajuan penggunaan disetujui maka kepala laboratorium menyediakan fasilitas laboraturium untuk digunakan.

d.Kepala laboratorium menyampaikan peraturan dan persyaratan yang berlaku kepada pengguna di awal periode penggunaan laboratorium. e. Kepala laboratorium memberikan tugas kepada laboran, teknisi,asisten,

sesuai dengan permohonan penggunaan yang disetujui.

f. Kepala laboratorium menyampaikan laporan penggunaan laboratorium setelah berakhir semester yang berjalan.

4. Penggunaan terjadwal (praktikum/ kuliah)

a. Pihak Program Studi membuat jadwal mata kuliah / praktikum yang memerlukan jasa laboratorium. Jadwal tersebut ditembuskan ke kepala laboraturium plus surat pemakaian dan konfirmasinya.


(49)

b. Setelah menerima dokumen tersebut: pihak pusat laboratorium mensinkronisasi semua jadwal kuliah / praktikum yang telah masuk (koordinasi penggeseran maju / mundur jadwal semula dengan prodi) dan lokasi laboraturium yang di pakai. Kemudian kepala laboratorium mengirimkan surat balasan konfirmasi jadwal ke semua program Studi plus ke semua dosen terkait.

c. Di awal sesi kuliah / praktikum ( 15 menit sebelum jadwal yang di tetapkan) para mahasiswa harus satu persatu mengisi daftar hadir yang di jaga oleh asisten sebelum memasuki ruangan praktik. Asisten mengingat para praktikan yang berpotensi melanggar aturan. Tiap mahasiswa diminta menitip tas / barang bawaan diluar daftar barang yang di izinkan dibawa ke laboraturium setelah semua mahasiswa memasuki ruangan, asisten menyerahkan daftar hadir plus laporan yang di anggap perlu.

5.Layanan laboratorium untuk penelitian (dosen,mahasiswa) dan pengabdian pada masyarakat (pelatihan).

a. Para pengguna layanan mengajukan permohonan ke kepala laboratorium dengan mengisi formulir yang disediakan (didalamnya terdapat ketentuan bahwa jika menandatangani formulir berarti pengguna menyetujui semua ketentuan yang berlaku).

b. Jika disetujui oleh kepala laboratorium maka pengguna dapat meminjam / menggunakan alat dan yang sejenis ke laboraturium, sedangkan bahan habis di pakai disediakan sendiri oleh pengguna tersebut.


(50)

c. Pengguna harus sudah memahami ketentuan yang berlaku (termasuk cara pakai,prosedur, dll terkait peralatan yang akan di pakai) dan jika perlu bekerja bersama dengan petugas/ laboran.

d. Pengguna yang memerlukan bantuan dari teknis / laboran selama jam kerja untuk melaksanakan keperluannya, maka pengguna tersebut meminta izin kepada kepala laboratorium.

e. Pengguna harus memperbaiki / mengganti peralatan yang rusak sesuai dengan spesifikasi secepatnya, paling lambat sesuai kesepakatan waktu yang disetujui oleh kepala laboratorium.

f. Pengguna memberitahukan dan meminta persetujuan kepala laboraturium untuk pekerjaan yang membutuhkan waktu penggunaan di luar jam kerja. g. Pengguna yang membawa alat,bahan dan yang sejenis yang berkaitan

dengan keperluannya di laboraturium hatus meminta izin tertulis kepada kepala laboratorium.

h. Pengguna laboratorium untuk kepentingan pelatihan atau pengembangan masyarakat, baik yang berasal dari pihak lembaga atau umum, mohon untuk tetap menjaga kebersihan, serta mentaati peraturan yang berlaku didalam laboratorium.

6. Jadwal pengoprasian laboratorium.

a. Laboratorium digunakan sesuai jadwal perkuliahan yang sudah di tetapkan sebelumnya.


(51)

2.4. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti. Tujuannya adalah untuk memperkuat teori tentang permasalahan dan membantu peneliti dalam menjelaskan, menetapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data, instrumen pengumpulan data.

Pada penelitian ini, peneliti mempunyai anggapan bahwa layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dari aspek sarana dan prasarana di laboratorium struktur dan bahan, dan layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dari aspek layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan masih ada yang perlu di tingkatkan.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna pendekatan yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah. Adapun metode yang akan penulis gunakan adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang memusatkan pada masalah-masalah yang aktual pada saat penelitian ini sedang berlangsung.

Metode deskriptif merupakan suatu bentuk penulisan yang bertujuan menggambarkan, melukiskan serta menganalisa kenyataan yang ada. Pelaksanaannya tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi data tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Surakhmad (1998:139) :

”Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan metoda deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil bentuk studi komparatif atau mengukur suatu dimensi seperti dalam berbagai bentuk studi kuantitatif angket, test, interview, dan lain-lain, atau mengadakan klarifikasi ataupun mengadakan suatu penilaian, menentukan standar (normatif), menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur lain.”

Adapun manurut Ridwan (2008:7) Ciri – ciri metode deskriptif adalah sebagai berikut:


(53)

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang pada masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian di analisis. Dengan menggunakan pendekatan metode ini penulis berusaha untuk

memperoleh gambaran mengenai “Studi Tingkat Kepuasaan Mahasiswa pada

Pembelajaran Praktik di Laboraturium Struktur dan Bahan JPTS FPTK UPI” Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu di perhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Sugiyono (2010:2). Metode penelitian ini diharapkan dapat menemukan variable yang diteliti yaitu Tingkat Kepuasaan Mahasiswa pada Layanan Pembelajaran Praktik di Laboraturium Struktur dan Bahan JPTS FPTK UPI. Di samping itu, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya. Untuk memperoleh data yang obyektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu:


(54)

a. Penelitian kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku yang ada relevansinya dengan masalah yang di bahas dalam skripsi.

b. Penelitian lapangan (Field research), yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung. Dengan cara mendata-datangi langsung kampus yang akan di teliti.

3.2 Variabel dan Paradigma Penelitian 3.2.1 Variabel Penelitian

Menurut S. Arikunto (2006:10), “ variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian,dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed), yang menunjukan variasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif”. Variabel dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai suatu objek penelitian atau apa saja menjadi pusat perhatian suatu penelitian.

Menurut pendapat (Sugiyono, 2008 : 39) Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

a) Variabel Independen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebas menggunakan simbol “X”.

b) Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas menggunakan simbol “Y”.


(55)

laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI dari angkatan 2007,2008,2009,2010.

3.2.2 Paradigma Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklarifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja. Pola hubungan antara variable yang akan di teliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian.

Paradigma Penelitian Menurut Sugiyono (2003:43) adalah :

”Paradigma merupakan pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan”.

Berdasarkan penjelasan diatas dan variabel penelitian maka paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :


(56)

Mahasiswa JPTS FPTK UPI

Latar Belakang :

Belum optimalnya layanan pelaksanaan praktik dilaboraturium

Pertanyaan penelitian :

 Seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek sarana dan prasarana.

 Seberapa besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan dilihat dari aspek layanan pembelajaran di laboratorium.

Metode Penelitian : Deskriptif Kuantitatif

Instrumen Penelitian : Angket


(57)

` Variable : Tingkat Kepuasaan Mahasiswa

Sumber Data :  Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Teknik Sipil  Observasi Laboratorium  Buku

 Internet

 Teori tentang kepuasaan

Layanan pembelajaran praktik di Laboraturium Struktur dan Bahan :

 Pemanfaatan laboraturium Struktur dan Bahan dalam pembelajaran praktek  Pemanfaatan laboraturium Struktur dan Bahan dalam praktik mandiri atau penelitian tugas akhir Sarana dan prasarana :

 Ruang

Laboraturium

 Peralatan dan Perlengkapan Praktikum - Peralatan inti - Peralatan

pendukung

 Panduan dan Modul Praktikum - SOP / Panduan

- Modul

Pembelajaran Praktikum - Lembar kerja

(jobsheet

Hasil Penelitian Analisis Data


(58)

Keterangan : Fokus Penelitian Tinjauan Penelitian Alur penelitian

3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Data penelitian

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:96) bahwa “ Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangan informasi adalah hasil pengolahan data yang di pakai untuk sesuatu keperluan”.

Data yang didapatkan dalam penelitian ini berupa data kuantitaif, hasil dari jawaban pertanyaan (instrumen penelitian) tentang tingkat kepuasaan mahasiswa pada layanan pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI angkatan 2007,2008,2009,2010

3.3.2 Sumber data

Sumber data menurut Arikunto (1997:114) adalah yang dimaksud sumberdata adalah subjek dari mana data itu diperoleh dan dicari melalui teknik observasi dan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Teknik Sipil .

3.4 Populasi dan sampel penelitian 3.4.1 Populasi penelitian


(59)

oleh penelitian untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Riduwan,2010:37). Nawawi menyebutkan bahwa “ Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”.

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian penelitian. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup,benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain. Populasi yang di maksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI angakatan 2007 s.d angkatan 2010 yang sudah pernah mengontrak mata kuliah Teknologi Beton.

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa JPTS FPTK UPI Yang Mengontrak Mata Kuliah Teknologi Beton Dari Angkatan 2007 s/d 2010

No. Program Studi Angkatan Jumlah

2007 2008 2009 2010

1 Pendidikan Teknik bangunan-S1 52 53 105

2 Teknik Sipil-S1 13 6 68 87

3 Teknik Sipil-D3 24 32 37 93

Sub Total 65 83 32 105 285

Sumber : Tata Usaha JPTS FPTK UPI

3.4.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Pengambilan sampel berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).


(60)

Arikunto (2003) mengatakan “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang di teliti). Sampel penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” Sugiyono (2004) memberikan pengertian : “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dari pendapat arikunto dan sugiyono dapat di tarik kesimpulan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan di teliti. Karena tidak semua data dan informasi akan di proses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari itu. Apa yang di pelajari dari sampel itu,kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono,2010:81).

Pengambilan sampel yang dikemukakan oleh Sugiyono (1998; 66) bahwa :

“Pengambilan sampel dengan metode Nomogram Harry King.

Pengambilan jumlah sampel bisa diambil dengan tingkat kepercayaan 90 % atau tingkat kesalahan 10 % apabila populasi yang diteliti berjumlah lebih dari 200. Karena apabila lebih dari 200 untuk tingkat kesalahan bisa diambil antara 5 – 15 %”.

Dan berdasarkan pendapat Surakhmad (Riduwan, 2004 : 65) menyatakan bahwa :


(61)

”Apabila ukuran populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi, dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan

sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi.” Winarno Surakhmad (Riduwan, 2004 : 65)

Berdasarkan beberapa pendapat yang disampaikan maka sampel yang diambil merupakan sampel populasi, karena mengambil semua populasi yang digunakan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI angkatan 2007 s/d 2010.

Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Ada dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum dilakukan yaitu : 1. Probability sampling dan 2. Nonprobability sampling. Teknik pengambilan disini hanya akan di bahas probability sampling saja, karena relevan dengan model analisis korelasi,regresi, dan patch analysis.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel random, karena di dalam pengambilan sampelnya peneliti “mencampur” subjek-subjek didalam populasi sehingga semua objek dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

Karena jumlah subjeknya besar, maka peneliti mengambil 15% dari setiap angkatan mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI angkatan 2007 s.d 2010. Jika jumlah populasi = 285 mahasiswa, maka jumlah sampel yang


(62)

instrumen penelitian diambil 15 mahasiswa. Penyebaran anggota sampel penelitian yang ditetapkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

No. Program Studi Angkatan

Jumlah

Mahasiswa Jumlah

1. Pendidikan Teknik Bangunan S-1 2007 52 (52/285)*42,75=8

2008 53 (53/285)*42,75=8

2009

2010

2. Teknik Sipil S-1 2007 13 (13/285)*42,75=2

2008 6 (6/285)*42,75=1

2009

2010 68 (68/285)*42,75=10

3. D3 Teknik Sipil 2007

2008 24 (24/285)*42,75=4

2009 32 (32/285)*42,75=5

2010 37 (37/285)*42,75=5

Jumlah 285 43 Mahasiswa

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 3.5.1 Teknik pengumpulan Data

Sebagai prasyarat dan prosedur penelitian diperlukan pengumpulan data. Hal tersebut dimaksudkan supaya data yang didapat akurat. Dalam pengumpulan data diperlukan juga instrumen atau alat yang dapat digunakan sebagai pengumpulan data yang valid dan reliabel.

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk analisis. Maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan


(1)

0% : ditafsirkan tidak seorangpun. 1-30% : ditafsirkan sebagian kecil. 31-49% : ditafsirkan hampir setengahnya. 50% : ditafsirkan setengahnya.

51-80% : ditafsirkan sebagian besar. 81-99% : ditafsirkan hampir seluruhnya.


(2)

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka peneliti menyimpulkan secara keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan penelitian pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan penelitian yang diajukan, maka kesimpulan yang di peroleh :

a. Gambaran umum besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI pada aspek sarana dan prasararana dengan kategori cukup memuaskan.

b. Gambaran umum besar tingkat kepuasaan mahasiswa pada pembelajaran praktik di laboratorium struktur dan bahan JPTS FPTK UPI pada aspek layanan pembelajaran praktik di laboratorium dengan kategori memuaskan. 5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian maka peneliti mengajukan beberapa saran untuk meningkatkan kualitas layanan pembelajaran praktik dan penataan laboratorium struktur dan bahan yang lebih baik. Saran-saran tersebut anatara lain :


(3)

a. Bagi lembaga

 Bagi jurusan pendidikan teknik sipil / pengelola laboratorium struktur dan bahan agar terus membenahi penataan ruang laboratorium struktur dan bahan sehingga dapat nyaman digunakan, dan penataan peralatan dan perlengkapan yang ada , terlebih pada kondisi yang ada pada saat ini agar mampu memenuhi kebutuhan pembelajaran praktikum yang ada di laboratorium struktur dan bahan, karena semakin baik penataan laboraturium struktur dan bahan semakin baik proses pembelajaran praktik yang ada dilaboratorium struktur dan bahan. Perlu adanya Prosedur Opersaional Baku (POB) untuk laboratorium. Perlu adanya panduan praktikum dan modul praktikum dalam setiap pembelajaran praktik berlangsung. Perlu adanya toolman / teknisi di laboratorium struktur dan bahan agar proses pembelajaran praktik semakin baik dari sebelumnya.

b. Bagi Mahasiswa

 Bagi mahasiswa dengan adanya layanan laboratorium pada pembelajaran praktik diharapkan lebih mengenal,mengerti atau memahami tentang layanan laboraturium, lebih mengenal,mengerti atau memahami tentang prosedur pelaksanaan di laboratorium sehingga dapat memberikan masukan-masukan yang


(4)

97

yang belum terungkap dalam penelitian ini, sehingga diperoleh hasil penelitian baru sebagai pembanding.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2001). Kegiatan Praktikum Terintegrasi untuk Meningkatkan keterampilan Pedagogik Calon Guru. Bandung : Mimbar Pendidikan No.3 tahun XX.

Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT.Rineka Cipta. Arikunto,Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto,Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto,Suharsimi. (1995). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Chandra, H.P (2001). Hubungan Sistem Bangunan Dengan Kinerja total dan Integrasi Bangunan. Surabaya.

Departemen Pendidikan Nasional.(2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI. Engel, J.F., et al. (1990). “costumer behaviour”, 6th ed, chicago, the Dryden Press.

Fadillah,Rizki Arie (2010). Studi Tingkat Kepuasaan Mahasiswa terhadap Kinerja Bangunan Gedung Pada Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI. Skripsi pada Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kotler, Philip (1995). “Managemen Pemasaran Anlysis Perencanaan dan Implementasi”, salemba Empat, Jakarta.

Kotler, Philip (2000), “Marketing Management”. Prentice Hall inc.

Malau,Romanda(2009). Pengaruh Pembelajaran Praktikum Terhadap Penguasaan Kompetisi Siswa SMK Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK 1 Cimahi. Skirpsi pada Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Novira Elfarisa (2010). Studi Kepuasaan Mahasiswa Terhadap Mutu Layanan Akademi di Lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Skripsi pada Perpustakaan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Prasasti, Yogi. 2003. Pengaruh Interaksi Belajar Mengajar Dosen dan Mahasiswa Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Rencana Anggaran Biaya di Jurusan Pendidikan Teknik


(6)

Riduwan (2010). Cara Menggunakan dan Memakai Patch Analisis (Analisis Jalur). Bandung : Alfabeta.

Sagala,(2003).konsep dan Makna pembelajaran. Bandung :Alfabeta. Sudjana (2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana, N. (1996). Penelitian dan penilaian Pendidikan. Bandung : sinar Bandung. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Surakhmad. W . (1995). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode teknik. Bandung : Tarsito. Tjiptono, Fandy. (2005). Total Quality Service. Yogyakarta: Andi

Tim Dosen (2008). Standard Operating Procedures (SOP) laboratorium Universitas Fajar . 15 halaman. Tersedia :http://unifa.ac.id/sop.html [9 Januari 2011]