IMPLEMENTASI MODEL COUNTENANCE-STAKE PADA EVALUASI PROGRAM PENDAMPINGAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KKG GUGUS IV CITANGKIL.

(1)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

PERNYATAAN ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… v

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ……… xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ……….... 1

B Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ……… 10

C Tujuan Penelitian ……… 11

D Manfaat Penelitian ……… 11

E Penjelasan Istilah ……… 12

BAB II IMPLEMENTASI MODEL COUNTENANCE-STAKE PADA EVALUASI PROGRAM PENDAMPINGAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KKG GUGUS IV CITANGKIL A Evaluasi Kurikulum ……… 14

1 Pengertian Evaluasi Kurikulum ……… 14

2 Tujuan Evaluasi Kurikulum ……… 18

3 Fungsi Evaluasi Kurikulum ……… 21

4 Pendekatan dalam Evaluasi Kurikulum ……….. 22


(2)

viii

b. Fidelity .……….. 23

c. Mutually Adaptive ……….... 24

d. Proses ……… 25

5 Jenis Evaluasi Kurikulum ……… 26

B Model Evaluasi Countenance-Stake ………. 29

1 Konsep Countenance-Stake ……… 29

2 Prosedur Countenance-Stake ……… 31

C Konsep Lesson Study .……….. 40

1 Pengertian Lesson Study ……… 40

2 Tahapan Pelaksanaan Lesson Study ……… 42

a. Plan ……….. 43

b. Do ………... 44

c. See ……… 49

3 Manfaat Lesson Study ……… 50

4 Lesson Study dalam Peningkatan Profesionalitas Guru ………. 52

a. Sistem Pembinaan Profesional ………... 54

b. Kelompok Kerja Guru ……… 57

c. Program Pendampingan dalam Pembelajaran Tematik ………….. 61

D Pembelajaran Tematik 64 1 Konsep Pembelajaran Tematik ……… 64

2 Karakteristik Pembelajaran Tematik ……… 66

3 Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik ……… 67


(3)

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Metode Penelitian ……… 76

B Teknik Pengumpulan Data ……… 78

C Instrumen Penelitian ……… 81

D Lokasi dan Populasi Penelitian ……… 83

E Analisis Data ……… 84

F Prosedur Evaluasi Kuantitatif ……… 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Deskripsi Data ……… 90

1 Jadwal Program Pendampingan ……… 90

2 Struktur Program Pendampingan ……….. 91

B Analisis Data Evaluasi Program Pendampingan 92 1 Antecedents Program Pendampingan ……….. 93

a. Peserta ………. b. Sumber Belajar dan Sarana dan Prasarana ………. c. Kurikulum Program ……… 94 100 100 2 Transactions Program Pendampingan ………. 101

a. Pelaksanaan Workshop Pembelajaran Tematik ………... b. Pelaksanaan Lesson Study ………... 102 120 3 Outcomes Program Pendampingan ………. 143

a. Peningkatan Kompetensi Peserta ………. b. Sikap Peserta ……… 143 143 C Analisis Congruence dan Contingency ……… 143

1 Analisis Congruence ……….. 143


(4)

x

D Analisis Perbandingan antara Description dengan Standard ……… 149 E Pembahasan Hasil Penelitian ………. 155 F Hambatan dan Pemecahan ………. 183 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A Kesimpulan ……… 188 B Rekomendasi ……… 189

DAFTAR PUSTAKA


(5)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I merupakan bagian pendahuluan dari penelitian. Pada bagian pendahuluan ini, akan

diuraikan tentang latar belakang mengapa peneliti tertarik untuk menggunakan model

Countenance dari Stake, untuk mengevaluasi pelaksanaan program pendampingan KKG dalam

pembelajaran tematik melalui lesson study. Selain itu, disajikan pula rumusan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta penjelasan beberapa istilah

yang digunakan dalam penelitian.

A.

Latar Belakang

Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum karena

bagaimanapun idealnya suatu kurikulum, tetapi jika tidak ditunjang oleh kemampuan guru untuk

mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat

pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman akan berjalan tidak

efektif. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Wina Sanjaya (2008:79) bahwa “kedudukan guru

dalam implementasi kurikulum sangat strategis”. Guru merupakan ujung tombak yang

berhubungan langsung dengan peserta didik sebagai objek dan subjek belajar. Bagaimanapun

bagusnya kurikulum disusun, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa

diimbangi kemampuan guru dalam mengimplementasikannya di dalam kelas dan membawa

perubahan pada diri peserta didik, maka semuanya akan menjadi kurang bermakna (Wina

Sanjaya, 2008:79).


(6)

Kurikulum pada dasarnya merupakan alat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

Maka peran guru dalam implementasi kurikulum agar tujuan pendidikan dapat tercapai adalah

seperti ungkapan the man behind the gun, maka sebagus apapun desain atau model kurikulum

yang hendak dikembangkan akan sangat bergantung kepada faktor manusianya. Dalam hal ini,

Ahmad Sudrajat juga berpendapat bahwa “guru merupakan pelaksana utama dalam kegiatan

pengembangan kurikulum, yang dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar”. Dengan

demikian, berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas, tampaknya tidak berlebihan kalau kita

katakan bahwa guru menjadi faktor utama penentu keberhasilan dalam kegiatan implementasi

kurikulum.

Senada dengan kedua pendapat di atas, tentang pentingnya peran sentral guru dalam

implementasi kurikulum, Nana Syaodikh (1998:23) juga mengemukakan bahwa “guru

memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan

kurikulum”. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum di kelasnya. Untuk

itu maka dipandang penting untuk meningkatkan aktifitas, kreativitas, kualitas, dan

profesionalitas guru. Dalam hal ini guru hendaknya memiliki standar kemampuan professional

sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum di lapangan. Demikian pentingnya peran guru

dalam implementasi kurikulum, sehingga guru perlu memiliki kemampuan merancang dan

mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dan sesuai dengan

minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya

memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa guru yang memiliki peran

sentral sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum dituntut untuk memiliki kompetensi


(7)

profesional agar dapat membawa perubahan pada peserta didik. Guru diharapkan menguasai

seperangkat kemampuan dalam merencanakan, mengelola hingga mengevaluasi pembelajaran.

Sebagaimana diungkapkan oleh Glaser dalam Sudjana (2000:34) bahwa “seorang guru yang baik

harus menguasai bahan pelajaran, mampu mampu mendiagnosa tingkah laku siswa, mampu

melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengukur hasil belajar siswa”. Dengan

demikian maka guru yang berkualitas dapat dilihat minimal dari dua aspek. Pertama, aspek

proses, yaitu kemampuan guru untuk melibatkan siswanya secara aktif, baik fisik, mental,

maupun sosial dalam proses pembelajaran. Kedua, dari segi hasil, yakni kemampuan guru

mengubah sebagian besar siswa ke arah penguasaan materi dan kompetensi yang lebih baik.

Dengan demikian maka ungkapan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri

handayani”, mengandung makna bahwa guru harus dapat menempatkan diri sebagai teladan,

penasihat, pembimbing, dan motivator bagi anak didiknya.

Namun demikian, peran guru sebagai pengembang kurikulum terkadang mengalami

hambatan pada saat guru mengimplementasikan kurikulum baru. Seperti halnya pada saat

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digulirkan, banyak ditemukan ketidaksesuaian

dalam implementasi di lapangan. Hasil monitoring KTSP yang dilakukan oleh Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Banten tahun 2008 menunjukkan bahwa masih

banyak guru yang belum mampu mengimplementasikan KTSP di sekolah sesuai tuntutan

Standar Isi. Kesenjangan tersebut terutama dialami oleh guru-guru kelas awal, dimana dalam

Standar Isi telah ditetapkan bahwa pembelajaran di kelas awal dituntut menggunakan

pendekatan tematik. Pendekatan pembelajaran tematik ini merupakan hal baru terutama bagi

guru yang sebelumnya tidak menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sehingga

dalam implementasi KTSP di kelas awal masih banyak ditemukan ketidaksesuaian, terutama


(8)

dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan apa yang dituntut dalam Standar Isi. Sehingga

berbagai kegiatan pun dilaksanakan, terutama dalam upaya mensosialisasikan implementasi

pembelajaran tematik bagi guru kelas awal, melalui berbagai pelatihan maupun workshop

pembelajaran tematik dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran bagi guru kelas awal.

Namun demikian, pengembangan kualitas guru merupakan hal yang sangat kompleks dan

melibatkan banyak faktor yang saling terkait. Pelaksanaannya tidak hanya menuntut

keterampilan teknis dari para ahli terhadap pengembangan professional guru, tetapi harus pula

dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam upaya meningkatkan dan

mengembangkan professional guru, terutama dalam hal pengembangan kurikulum dan

pembelajaran, pemerintah mengembangkan suatu sistem pembinaan yang dikenal dengan Sistem

Pembinaan Profesional (SPP). Sistem ini dilaksanakan dengan pendekatan gugus sekolah dan

menggunakan prinsip whole school development yang memandang sekolah sebagai suatu

keutuhan sehingga pembinaan dan pengembangan ditekankan pada semua aspek dan komponen

yang menentukan mutu pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2005:24). Sedikitnya ada lima

komponen yang mendapat perhatian untuk dikembangkan melalui sistem gugus ini, yaitu

kegiatan pembelajaran, manajemen buku, sarana belajar, fisik dan penampilan sekolah, serta

partisipasi masyarakat. Pembinaan guru melalui gugus sekolah ini hingga kini tetap mendapat

perhatian dalam upaya meningkatkan pembelajaran karena dianggap paling dekat dengan kondisi

lapangan dan paling kontekstual dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru di

lapangan.

Selain melalui sistem gugus, upaya pengembangan professional guru dalam pembelajaran

banyak dilakukan melalui berbagai pelatihan, seperti pelatihan kurikulum baru yang bertujuan

mensosialisasikan kurikulum dan implementasinya, pelatihan model pembelajaran, pembuatan


(9)

alat peraga, pengembangan silabus dan pembuatan materi standar, serta sistem penilaian

pembelajaran. Pembinaan dan pengembangan lain untuk mendukung pembelajaran yang efektif

juga dilaksanakan seperti pelatihan manajemen kelas, manajemen sekolah, manajemen gugus,

pengadaan dan penerimaan buku serta sarana pembelajaran.

Komisi Nasional Pendidikan (Anonim, 2001) menyusun tiga urutan teratas dari tujuh

faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian mutu pendidikan nasional adalah yang berkaitan

dengan guru, baik dari aspek kualitas, karier dan kesejahteraanya. Oleh karena itu peningkatan

kapasitas (capacity building) tenaga guru untuk keberhasilan implementasi kurikulum menjadi

hal yang mutlak. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti pelatihan, penempatan

guru yang sesuai dengan bidang keahliannya serta pemberdayaan Kelompok Kerja Guru dan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Anonim, 2002).

Namun sangat disayangkan, pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan ternyata masih kurang

efektif dan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru. Menurut

Sumar Hendayana (2006:9), minimal ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum

berdampak pada peningkatan mutu pendidikan. Pertama, pelatihan tidak berbasis pada

permasalahan nyata di dalam kelas. Kedua, hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja,

tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas, atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali, dan

selanjutnya cara mengajar guru kembali seperti biasanya. Salah satu penyebabnya adalah

kurangnya monitoring pasca pelatihan.

Selain tidak adanya monitoring, faktor lain yang menjadi penyebab tidak efektifnya

pelatihan adalah tidak adanya diseminasi hasil pelatihan oleh guru peserta pelatihan kepada

rekan sejawat setelah kembali ke sekolah. Hasil monitoring dan evaluasi dampak diklat yang

dilaksanakan oleh LPMP Provinsi Banten tahun 2008 menunjukkan bahwa sosialisasi dan


(10)

diseminasi program-program atau materi-materi yang diberikan dalam pelatihan masih sangat

kurang. Kurangnya diseminasi materi pelatihan menyebabkan informasi dan kebijakan baru tidak

tersampaikan lebih luas kepada guru di sekolah, termasuk dalam kebijakan kurikulum baru. Peter

Taylor (2001:135) menyebutkan bahwa “sebaik apapun konsep atau kebijakan dalam berbagai

bidang yang diluncurkan, tidak akan berhasil dengan baik apabila kebijakan atau konsep

dimaksud tidak dapat dipahami secara benar oleh masyarakat terutama oleh pihak-pihak yang

mempunyai tugas pokok dan fungsi terkait langsung dengan kebijakan dimaksud”. Adapun cara

agar pihak-pihak tersebut dapat memahami kebijakan atau konsep baru adalah melalui difusi

dan diseminasi yang harus dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, tersistem

dan terkoordinasi dengan baik, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan, baik yang secara

langsung terlibat dalam proses implementasi kebijakan atau konsep baru tersebut.

Dalam upaya mengatasi permasalahan rendahnya diseminasi hasil pelatihan, sehingga

menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap implementasi kurikulum baru oleh berbagai

lapisan pelaku pendidikan, khususnya di level satuan pendidikan, maka perlu kiranya

dirumuskan sebuah sistem yang dapat mempermudah proses sosialisasi dan diseminasi

kurikulum baru. Untuk tujuan inilah, maka sosialisasi dan diseminasi melalui pendekatan gugus

sekolah mulai dikembangkan dengan sasaran sekolah inti, yang diharapkan dapat menjadi

sumber informasi yang akan mendiseminasikan hasil pelatihan kepada sekolah-sekolah

imbasnya. Prinsip ini dipandang lebih efektif dan efisien karena dengan mensosialisasikan

kurikulum baru melalui pelatihan terhadap sekolah inti, diasumsikan dapat memberi efek domino

kepada sekolah-sekolah imbasnya sehingga dapat mempercepat proses diseminasi.

Salah satu upaya diseminasi melalui pendekatan gugus ini dilakukan melalui Program

Pendampingan Kelompok Kerja Guru (KKG). Program Pendampingan KKG sebagai salah satu


(11)

bentuk SSP melalui pendekatan gugus, merupakan kegiatan pemberian bantuan teknis kepada

para tenaga pendidik dalam implementasi kurikulum. Kegiatannya dilakukan melalui kegiatan

pelatihan maupun workshop penyusunan dokumen kurikulum, implementasi dalam proses

pembelajaran, hingga pengembangan perangkat penilaian. Pola kegiatan dapat dikembangkan

sesuai kebutuhan para guru di lapangan.

Beberapa tahun terakhir, di beberapa daerah, khusunya di Provinsi Banten, program

pendampingan KKG dikembangkan melalui model Lesson Study. Para guru membahas

permasalahan kurikulum dan pembelajaran dan dipecahkan bersama melalui kegiatan Lesson

Study. Salah satu gugus sekolah yang baru mulai tertarik untuk mengembangkan kegiatan KKG

melalui Lesson Study adalah Gugus IV Kecamatan Citangkil Kota Cilegon. Sebelumnya, KKG

Gugus IV Kec. Citangkil hanya melaksanakan pertemuan rutin gugus dengan melaksanakan

kegiatan penyusunan silabus dan RPP yang difasilitasi oleh para Pemandu Bidang Study (PBS).

Kendala yang dihadapi oleh guru di lingkungan gugus IV dalam mengimplementasikan KTSP,

khususnya dalam pembelajaran tematik, memotivasi pengurus dan anggota gugus IV untuk

melaksanakan program pendampingan dalam pembelajaran tematik dengan menggunakan desain

Lesson Study. Menurut pengurus KKG gugus IV Citangkil, masih banyak guru kelas awal yang

belum memahami konsep pembelajaran tematik dan cara mengimplementasikannya dalam

kegiatan pembelajaran sehari-hari. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak semua guru

memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang pembelajaran tematik. Karena itulah,

maka pengurus gugus IV Citangkil tertarik untuk melaksanakan pelatihan pembelajaran tematik

di tingkat gugus dengan menggunakan Lesson study sebagai model pelatihan di KKG.

Program pendampingan sebagai bentuk pengembangan profesionalisme yang

diselenggarakan di tingkat gugus ini, bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan karir


(12)

professional bagi guru kelas awal dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik. Ketika

pelatihan di gugus IV Citangkil ini dirancang dan didesain sedemikian rupa mengikuti kaidah

dan tahapan dalam Lesson Study, maka hal yang penting untuk dilakukan adalah mengevaluasi

kualitas program pendampingan yang telah dilaksanakan. Melalui evaluasi pelaksanaan program,

diharapkan pihak pengurus gugus dapat mengetahui dengan pasti apakah tujuan pelatihan yang

diselenggarakan telah tercapai. Evaluasi suatu program pendampingan atau pelatihan sangat

penting dilakukan sebagaimana diungkapkan oleh Gottman & Clasen (1972) bahwa “as a course

is developed and implemented, it is important to obtain periodic information about the quality of

the outcomes to determine if the course goals are being met”. Oleh karena itu, untuk mengetahui

efektifitas suatu program, maka perlu dilakukan suatu proses judgment terhadap pelaksanaan

program tersebut, sebagaimana diungkapkan juga oleh Stake (1977) bahwa “for the impact of a

course to be understood, however, it must be thoroughly described and judged”.

Mengevaluasi suatu program tentunya bukan pekerjaan yang mudah, demikian pula

mengevaluasi program pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik, karena

program ini memiliki berbagai tujuan, termasuk diantaranya meningkatkan kemampuan guru

kelas awal dalam menyusun RPP tematik, melaksanakan pembelajaran tematik dan

mengevaluasi pembelajaran tematik yang dilaksanakan dalam sebuah desain model Lesson

Study.

Dalam upaya memperoleh gambaran yang utuh dan lebih mendalam, serta mengetahui

efektifitas program pendampingan maka peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam, kemudian

mengevaluasi pelaksanaan program pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik di

KKG Gugus IV Kecamatan Citangkil. Evaluasi pelaksanaan program pendampingan ini


(13)

menggunakan model Countenance dari Stake. Dengan menggunakan model ini dapat ditentukan

nilai (merit) dan arti (worth) dari pelaksanaan program pendampingan tersebut.

B.

Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana implementasi model Countenance-Stake pada program pendampingan Lesson Study

dalam pembelajaran tematik di KKG gugus IV Kecamatan Citangkil?”

Adapun lingkup pembahasan penelitian ini akan dibatasi berdasarkan beberapa

pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah gambaran pelaksanaan program pendampingan Lesson Study KKG dalam

pembelajaran tematik di KKG gugus IV Citangkil?

2.

Bagaimanakah tingkat kesesuaian pelaksanaan program pendampingan Lesson Study dalam

pembelajaran tematik, dengan harapan pengurus KKG gugus IV Citangkil?

3.

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelaksanaan program pendampingan Lesson Study

dalam pembelajaran tematik di KKG gugus IV Citangkil?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1.

Untuk memperoleh gambaran tentang implementasi program pendampingan Lesson Study

dalam pembelajaran tematik di KKG gugus IV Citangkil.

2.

Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan program pendampingan Lesson Study dalam

pembelajaran tematik dengan harapan pengurus KKG gugus IV Citangkil

3.

Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pendampingan Lesson

Study dalam pembelajaran tematik di KKG gugus IV Citangkil


(14)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1.

Bagi Guru

a.

Meningkatkan profesionalitas guru dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajaran tematik

b.

Meningkatkan pemahaman guru dalam mengimplementasikan lesson study

c.

Meningkatkan wawasan guru dalam implementasi model-model pembelajaran

d.

Meningkatkan kompetensi bekerja secara kolaboratif

2.

Bagi Pengurus Gugus

a.

Mengenalkan sebuah model kegiatan di KKG agar lebih efektif

b.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang inovatif di KKG untuk meningkatkan

profesionalitas guru

3.

Bagi Dinas Pendidikan

a.

Memfasilitasi kegiatan-kegiatan KKG terutama dalam upaya peningkatan kualitas guru

b.

Mengembangkan kegiatan-kegiatan KKG berbasis Lesson Study di gugus-gugus yang

lain, khususnya di Kota Cilegon

4.

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dan

profesionalitas untuk terus meningkatkan wawasan keilmuan, khususnya dalam memahami

program pembinaan tenaga pendidik melalui kegiatan KKG.

E.

Penjelasan Istilah

Untuk memudahkan pemahaman terhadap beberapa istilah yang dipergunakan dalam

penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan terhadap beberapa istilah sebagai berikut:


(15)

1.

Model evaluasi Countenance-Stake adalah model evaluasi yang menggunakan dua langkah

utama, yaitu description (deskripsi utuh) dan judgment (pertimbangan) terhadap pelaksanaan

suatu program.

2.

Program pendampingan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan di gugus sekolah, dalam

rangka memberikan berbagai bantuan berupa bimbingan, pengarahan, dan memotivasi guru,

agar mereka mempunyai pengetahuan yang luas dan keterampilan yang baik dalam

bidangnya, sehingga menjadi guru yang professional.

3.

Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran

secara kolaboratif dan berkelanjutan, dan dilaksanakan melalui tiga tahap yakni Plan, Do,

dan See (perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi).

4.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk

mengaitkan beberapa mata pelajaran

5.

Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah wadah pembinaan professional bagi guru SD/MI/SDLB

di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. Dalam penelitian

ini adalah KKG Kelas Awal Gugus IV Citangkil Cilegon


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab III ini disajikan uraian mengenai pelaksanaan penelitian dalam menunjang

tesis ini. Hal ini tentunya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu

mengevaluasi pelaksanaan program pendampingan lesson study dalam pembelajaran tematik di

KKG gugus IV Citangkil, dengan menggunakan model Countenance-Stake. Untuk itu, maka

akan dikemukakan tentang lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data,

instrument penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

A.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kuantitatif sebagaimana pada awal

perkembangannya, didasarkan pada yang dikemukakan oleh Hasan (2008:207) bahwa Model

Countenance-Stake dikelompokkan ke dalam model kuantitatif. Untuk itu, maka dalam

pelaksanannya mengutamakan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai

konsekuensi penerapan pemikiran paradigm positivism (Hasan, 2008:187).

Senada dengan pendapat tersebut, Sukmadinata (2007:53) mengemukakan bahwa

penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positifisme yang menekankan fenomena-fenomena

obyektif dan dikaji secara kuantitatif. Sebagaimana Sukmadinata, Suharsimi Arikunto (2006:12)

mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak menuntut

penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta dalam

display hasilnya. Demikian juga pemahaman dan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila


(17)

disertai table, grafik, bagan, dan sebagainya. Namun selain data yang berupa angka, dalam

penelitian kuantitatif juga menyertakan data berupa informasi kualitatif.

Lebih lanjut, Arikunto (2006:13) mengemukakan karakteristik penelitian kuantitatif

antara lain:

1.

Memiliki kejelasan dalam unsur tujuan, pendekatan, subyek, sumber data sudah mantap dan

rinci sejak awal.

2.

Segala sesuatu yang berkaitan dengan langkah penelitian direncanakan sampai matang ketika

persiapan disusun.

3.

Dapat menggunakan sampel, dan hasil penelitian diberlakukan untuk semua populasi.

4.

Menggunakan hipotesis (jika memang perlu).

5.

Jelas langkah-langkah dan hasil yang diharapkan dalam desainnya.

6.

Kegiatan pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan.

7.

Analisis data dilakukan sesudah semua data terkumpul.

Metode yang digunakan adalah metode noneksperimen, didasarkan pada apa yang

dikemukakan oleh Hasan (2008:168) bahwa evaluasi harus berkaitan dengan kegiatan kurikulum

yang terjadi dalam kenyataan. Dengan demikian, maka peneliti hanya merekam keadaan yang

telah ada atau sedang terjadi, dan tidak memunculkan data secara sengaja, atau dengan kata lain

sengaja menimbulkan data baru (Arikunto, 2006:14). Karena itu, peneliti tidak mengadakan tes

tersendiri untuk mengukur pemahaman peserta terhadap konsep dan implementasi pembelajaran

tematik, tetapi menggunakan hasil tes yang diberikan pada saat workshop.

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian kuantitatif, karena melalui pendekatan

dan metode tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana pelaksanaan program pendampingan

dalam pembelajaran tematik melalui lesson study, kemudian menganalisa dan mengevaluasi


(18)

pelaksanaan program pendampingan tersebut. Selanjutnya, dari beberapa model evaluasi

kurikulum kuantitatif, peneliti menggunakan Model Countenance yang dikemukakan oleh Stake

(1977) sebagaimana telah diuraikan dalam bab II, dengan kerangka kerja mencakup empat

kategori yaitu intent, observation, standard, dan judgment. Masing-masing kategori tersebut

dijelaskan ke dalam tiga bagian, yaitu antecedents, transactions, dan outcomes. Untuk kategori

standard, dalam penelitian ini dikembangkan dari prinsip pelaksanaan program pendampingan

pembelajaran tematik yang menggunakan desain model lesson study. Model Countenance-Stake

dipilih karena menyediakan wawasan yang luas mengenai keunggulan dan kelemahan atau

keberhasilan dan kegagalan dari aspek pelaksanaan program, serta menyelidiki hubungan antara

semua aspek yang mempengaruhi pelaksanaan program (Penwell et al : 2003).

B.

Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sukmadinata (2007:216), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam

pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi, dan studi dokumentasi. Mengacu pada

pendapat tersebut, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut, yaitu :

(1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi.

1.

Observasi

Observasi adalah pencatatan dan pengamatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara

sistematis (Sutrisno Hadi, 2003 : 124). Teknik observasi dalam pengumpulan data memiliki

keunggulan dimana peneliti berhubungan secara langsung dengan subjek penelitian atau dengan

evaluan, sehingga peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.

Melalui pengalaman langsung, memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, dan

tidak dipengaruhi oleh pandangan atau konsep sebelumnya, dan peneliti dapat melihat hal-hal

yang kurang atau yang tidak dapat ditemukan atau diungkap melalui teknik wawancara


(19)

(Nasution, 2000 : 59-60). Menghimpun data dan informasi melalui pengamatan atau observasi

dilakukan dengan memperhatikan dan atau mendengarkan orang atau peristiwa (Sastradipoera,

2005:282)

Berkaitan dengan observasi dalam penelitian kuantitatif, Sukmadinata (2007:221)

menjelaskan bahwa sebelum melakukan observasi, peneliti sebaiknya menyiapkan panduan

observasi. Dalam penelitian kuantitatif, panduan observasi dibuat lebih rinci, bahkan untuk

keperluan tertentu dapat berbentuk checklist. Observasi dilakukan karena adanya manfaat yang

dapat diambil untuk mendukung penelitian. Sukmadinata (2006:112) lebih lanjut menjelaskan

bahwa observasi berguna untuk memperkuat data yang diperoleh melalui teknik lain. Dalam hal

ini, peneliti menggunakan observasi untuk membuktikan kesesuaian antara rencana dengan

kondisi yang sesungguhnya terjadi sebagai implementasi dari rencana tersebut. Dalam Model

Countenance, hal tersebut berkaitan dengan variabel intent dan observation dalam Matriks

Deskripsi.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di KKG, untuk mengamati pelaksanaan

program pendampingan, terutama tentang bagaimana guru-guru yang menjadi anggota dari

gugus sekolah berkolaborasi merancang rencana pembelajaran, bagaimana pelaksanaan

pembelajaran (real taching) dilaksanakan di kelas berdasarkan rencana yang telah disusun

bersama, bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan mengamati proses

refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi dari

responden yang fungsinya untuk meneliti atau menilai mengenai orang, peristiwa, aktivitas,

motivasi, perasaan (Sutrisno Hadi, 2003 : 124).


(20)

Untuk memperoleh data dengan menggunakan metode wawancara, maka di dalam

melaksanakan pekerjaan wawancara ini, peneliti menggunakan alat bantu interview guide. Secara

minimal alat bantu tersebut berupa rambu-rambu pertanyaan yang akan ditanyakan dan biasanya

disebut pedoman wawancara. Berbagai bentuk wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain, adalah wawancara tidak terstruktur, terbuka, dan lebih mengarah kepada depth

interview. Hal ini ditempuh dengan pertimbangan bahwa data yang diperlukan bersifat

eksploratif mengenai hambatan-hambatan yang dirasakan guru dalam mengimplementasikan

Lesson Study, terutama karena mereka belum terbiasa bekerja secara kolaboratif dengan sesama

rekan guru dalam merencanakan dan melaksanakan suatu proses pembelajaran. Serta manfaat

apa saja yang mereka dapatkan melalui kegiatan Lesson Study. Selain itu, pendapat siswa

terhadap kegiatan Lesson Study juga dapat memperkaya data yang mendukung penelitian.

Informasi yang diperoleh melalui wawancara kemudian diolah dan dikonfirmasi melalui tahap

triangulasi dan member-check untuk mengetahui kesesuaian data yang diperoleh.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melihat dan memperhatikan

serta mengolah dokumen-dokumen yakni melalui arsip-arsip surat serta catatan-catatan dari

sumber yang dapat dipertanggungjawabkan atas kebenarannya (Winarno Surahman, 2000:132).

Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan sebagai sumber informasi antara lain dokumen

profil KKG, dokumen struktur program workshop, dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran,

dokumen hasil observasi pembelajaran, dokumen hasil refleksi guru terhadap pembelajaran,

dokumen notulasi kegiatan KKG.


(21)

Instrument penelitian sebagai perangkat untuk menggali data primer dari responden

sebagai sumber data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, begitu pun dalam

evaluasi program pendampingan. Dalam evaluasi program pendampingan ini digunakan

beberapa instrument, yaitu:

1.

Panduan Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur. Karena itu

sebelum melaksanakan observasi, peneliti terlebih dahulu menyusun panduan observasi yang

berisi aspek-aspek yang akan diobservasi. Panduan observasi yang disusun dalam penelitian ini

adalah berupa checklist. Berkaitan dengan panduan observasi, Sukmadinata (2007:221)

menjelaskan bahwa minimal ada dua macam bentuk atau format panduan observasi. Pertama,

berisi butir-butir yang akan diobservasi, dimana dalam pelaksanaannya observer membuat

deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang diamati. Kedua, berisi butir-butir kegiatan

yang mungkin diperlihatkan oleh individu yang diamati. Dalam pencatatan hasil observasinya,

pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda check pada perilaku atau kegiatan yang

diperlihatkan oleh individu yang diamati.

Dalam penelitian ini, panduan observasi yang disusun berupa checklist dalam bentuk

skala. Untuk setiap butir kegiatan atau perilaku yang diamati disiapkan rentang skala kemudian

dikonversikan ke dalam angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif.

2.

Panduan Wawancara

Panduan wawancara merupakan pedoman yang berisi sejumlah pertanyaan atau

pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau

pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, dan lain sebagainya. Panduan wawancara


(22)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara terstruktur dengan jawaban

singkat.

D.

Lokasi dan Populasi Penelitian

Menentukan lokasi penelitian sebagai tempat dilaksanakannya penelitian, merupakan

suatu hal yang perlu dilakukan. Penentuan lokasi penelitian sangat berpengaruh pada

langkah-langkah selajutnya, terutama dalam persiapan. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Walikukun

sebagai sekolah inti dari gugus IV Kecamatan Citangkil Cilegon. Alasan pemilihan lokasi

tersebut adalah bahwa SDN Walikukun sebagai sekolah inti menjadi tempat pelaksanaan

program pendampingan KKG dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study. Sehingga hasil

evaluasi ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan kepada pengurus gugus maupun

dinas pendidikan setempat dalam upaya peningkatan kompetensi professional guru melalui

program pendampingan KKG berbasis Lesson Study.

Selanjutnya, penetapan populasi dan sampel penelitian akan terkait dengan sumber data.

Berkaitan dengan penetapan sampel dalam penelitian ini, Arikunto (2006:134) menjelaskan

bahwa “apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15%

atau 20-25% atau lebih, tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan

dana, sempit dan luasnya wilayah pengamatan, serta besar kecilnya resiko yang ditanggung

peneliti.” Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Riduwan (2004:276-277) bahwa “apabila

ukuran populasi sebanyak kurang atau sama dengan 100 maka pengambilan sampel


(23)

sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi…apabila lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan

sekurang-kurangnya 15% dari ukuran populasi”. Dengan demikian, maka seluruh peserta pada

program pendampingan sebanyak 40 orang kemudian menjadi populasi penelitian. Sedangkan

yang menjadi objek evaluasi adalah pelaksanaan program pendampingan.

E. Analisis Data

Menurut Hasan (2008:166) analisis data merupakan tindak lanjut setelah proses

pengumpulan data evaluasi berhasil dilakukan. Karena model evaluasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah evaluasi kuantitaif, maka data utama evaluasi adalah data kuantitatif.

Dengan demikian prosedur dan teknik pengolahan data yang diakui dalam model kuantitatif

harus dilaksanakan.

Proses yang pertama kali dilakukan adalah penentuan coding scheme atau pemberian

kode untuk setiap pertanyaan/variable. Proses selanjutnya adalah pengolahan data yang pada

umumnya menggunakan jasa komputer. Analisis data ini harus dilakukan oleh evaluator sebagai

bentuk tanggung jawab professional.

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah analisis yang dikemukakan oleh Arikunto

(2006:235-239) yang mengemukakan bahwa langkah-langkah pekerjaan analisis data kuantitatif

meliputi persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian,

sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1.

Persiapan

Langkah persiapan berisi kegiatan memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga

hanya data yang diperlukan saja yang dipakai. Langkah ini bermaksud merapihkan data agar

bersih sehingga tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau analisis.


(24)

Kegiatan yang termasuk dalam langkah ini adalah :

a.

Memberikan skor (scoring) terhadap item yang perlu diberi skor

b.

Memberikan kode terhadap item yang tidak perlu diberi skor

c.

Mengubah jenis data

d.

Mengolah data

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian

Penerapan data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang

diambil. Data yang diterapkan dalam perhitungan mengandung maksud data yang disesuaikan

dengan jenis datanya, misalnya ordinal, interval, atau rasio. Pemilihan rumus juga disesuaikan

dengan jenis data, atau sebaliknya peneliti menentukan rumus terlebih dahulu baru kemudian

data yang ada diubah untuk disesuaikan dengan rumus yang dipilih.

F. Prosedur Evaluasi Kuantitatif

Hasan (2008:168) mengemukakan bahwa terdapat prosedur khusus bagi evaluator yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada dasarnya, prosedur untuk evaluasi kuantitatif

memiliki banyak kesamaan dengan prosedur penelitian kuantitatif. Secara mendasar prosedur

yang dilalui adalah:

1. Penentuan masalah dan pertanyaan evaluasi

Penentuan atau perumusan masalah dan pertanyaan evaluasi adalah langkah awal yang

akan menentukan aktivitas pada langkah-langkah berikutnya. Masalah evaluasi dirumuskan

berdasarkan tujuan evaluasi.


(25)

Penentuan variabel yang akan diteliti dalam evaluasi akan menentukan jenis data yang

diperlukan untuk variabel tersebut. Setiap upaya pengumpulan data adalah upaya untuk

mendapatkan data untuk variabel yang ditentukan dalam evaluasi.

Langkah berikutnya adalah menentukan sumber data. Keputusan mengenai ini akan

sangat berpengaruh terhadap metode yang akan digunakan. Pada umumnya sumber data dapat

dikelompokkan atas dokumen, aktivitas, dan orang. Dokumen merupakan sumber data yang

sudah tersedia, misalnya dalam bentuk surat menyurat, daftar kegiatan dan sebagainya. Aktifitas

adalah sumber data yang sangat dinamis karena sumber data ini berlangsung dalam waktu

singkat dan memerlukan cara untuk merekam data tersebut. Aktivitas sebagai sumber data yang

terjadi tidak memerlukan upaya khusus untuk memanipulasi atau menghasilkan aktivitas yang

dimaksud.

Sumber data orang, disebut dalam beberapa literatur penelitian dan evaluasi sebagai

responden. Sumber data orang terdiri dari berbagai macam kelompok orang. Dalam dunia

pendidikan dan kurikulum, sumber data orang adalah peserta didik, guru, kepala sekolah,

pengawas, tenaga administrasi, pengambil keputusan dan juga masyarakat.

3. Penentuan metodologi

Penentuan metodologi merupakan konsekuensi logis dari tujuan evaluasi, jenis data yang

diinginkan, dan sumber data. Dalam evaluasi program pendampingan Lesson Study ini, data yang

diinginkan adalah aktivitas yang berlangsung selama program pendampingan. Dengan demikian

maka metodologi yang dipilih adalah metode noneksperimen.

4. Pengembangan instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

Instrumen dapat berbentuk alat yang sudah tersedia, alat baru yang harus dikembangkan khusus


(26)

untuk evaluasi tersebut, atau manusia yang memiliki peran dan fungsi untuk melakukan itu.

Pengembangan instrumen adalah tindakan berikutnya sesuai dengan sumber data yang

digunakan, tradisi yang dianut oleh evaluator dan metode yang digunakan.

Dalam evaluasi program pendampingan Lesson Study ini, peneliti tidak mengembangkan

sendiri instrumen penelitian, melainkan menggunakan instrumen berupa panduan wawancara

dan panduan observasi yang sudah dikembangkan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi Lesson

Study JICA-SISTTEMS.

5. Penentuan proses pengumpulan data

Proses pengumpulan data merupakan proses yang perlu dilakukan dengan seksama.

Kesalahan dalam proses pengumpulan data akan berpengaruh negative terhadap data yang

dikumpulkan dan berakibat pada kekeliruan interpretasi. Dalam evaluasi program pendampingan

Lesson Study ini, proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa

panduan wawancara dan panduan observasi.

6. Penentuan proses pengolahan data

Proses pengolahan data sangat dipengaruhi oleh metodologi yang digunakan. Dalam

metode kuantitatif, data diproses setelah semua data terkumpul. Data yang sudah terkumpul

mungkin berasal dari satu responden, aktifitas, maupun dari suatu dokumen. Tidak ada proses

pengolahan data yang dilakukan ketika proses pengumpulan data sedang dilakukan. Proses

pengolahan data dapat dilakukan ketika evaluator masih di lapangan atau ketika evaluator sudah

berada jauh di luar lapangan.


(27)

Dalam evaluasi program pendampingan lesson study ini, data diproses setelah kegiatan

pendampingan selesai dilaksanakan. Seluruh data yang terkumpul kemudian dianalisis sesuai

dengan prosedur analisis kuantitatif.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan Model

Countenance-Stake pada Program Pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik di

gugus IV Citangkil Cilegon, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.

Program Pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik

dilaksanakan melalui dua kegiatan utama. Pertama, workshop pembelajaran

tematik. Kedua, pelaksanaan lesson study. Workshop pembelajaran tematik

membahas konsep dasar pembelajaran tematik, model-model pembelajaran

kooperatif, penyusunan perangkat pembelajaran tematik, dan pemodelan

kegiatan lesson study. Sedangkan pelaksanaan lesson study merupakan

kegiatan menyusun RPP Tematik (Plan), melaksanakan dan mengamati proses

pembelajaran (Do/Open Lesson), dan mengevaluasi hasil pengamatan

pembelajaran (refleksi).

2.

Evaluasi Model Countenance-Stake dilaksanakan pada 7 aspek yang berperan

dalam pelaksanaan program, yaitu:

a.

Peserta, meliputi populasi peserta, gender, sikap, minat, dan tingkat

kedisiplinan

b.

Kurikulum program

c.

Ketersediaan sumber

d.

Pelaksanaan workshop, meliputi pengelolaan program, partisipasi peserta,

dan interaksi peserta


(29)

e.

Pelaksanaan lesson study, meliputi pelaksanaan Plan, Do, dan See.

f.

Peningkatan kemampuan

g.

Sikap peserta setelah mengikuti program

Dari ke-tujuh aspek tersebut, 3 diantaranya masih belum sesuai dengan

standar dan harapan pengurus, yaitu aspek tingkat kedisiplinan, kurikulum

program, dan pelaksanaan refleksi.

3.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

dan

menghambat

pelaksanaan

pendampingan KKG, dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study ini

antara lain adalah pemahaman para guru terhadap pelaksanaan Lesson study

masih belum utuh, masih terdapat perbedaan persepsi di antara para guru

tentang pelaksanaan Lesson Study. Fokus pengamatan masih pada aktifitas dan

cara mengajar guru. Penyampaian komentar dan masukan pada saat refleksi

masih sangat subjektif dan mengarah pada evaluasi cara mengajar guru.

B.

Rekomendasi

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan di atas,

maka dapat diajukan sejumlah rekomendasi. Rekomendasi ini diberikan kepada

pihak-pihak sebagai berikut:

1.

Rekomendasi kepada pihak pengguna

a.

Membuat kontrak program dengan peserta, sebelum proses pelaksanaan

program dimulai, sehingga kedisiplinan peserta akan terbentuk berdasarkan

kesepakatan bersama.

b.

Memisahkan waktu pelaksanaan workshop pembelajaran tematik dengan

pelaksanaan lesson study. Jika program pendampingan selama tiga hari fokus


(30)

pada pelaksanaan lesson study tentunya peserta betul-betul memperoleh

pemahaman yang komprehensif tentang pelaksanaan lesson study dalam

pembelajaran tematik. Peserta memiliki waktu yang sangat luang untuk

menyusun persiapan pembelajaran, mulai dari menyusun RPP, menyiapkan

bahan ajar, menyiapkan LKS, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan

perangkat penilaian yang akan digunakan pada saat open lesson/do.

c.

Menambahkan alokasi waktu untuk sesi penyusunan perangkat pembelajaran

tematik.

d.

Kompetensi dasar yang akan diajarkan dalam open lesson sebaiknya materi

yang belum diterima oleh siswa, sehingga efektifitas metode, media, dan model

pembelajaran yang digunakan oleh guru model dapat terlihat mempengaruhi

prestasi belajar siswa.

Pelatihan di tingkat gugus sekolah dengan menggunakan model Lesson

Study perlu dilanjutkan, mengingat berbagai manfaat yang dirasakan oleh para

guru. Salah satu manfaat dari Lesson Study adalah mengembangkan sikap

kolaboratif, dimana guru secara bersama-sama saling urun pendapat dalam

menrencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi

hasil pembelajaran. Melalui kerja kolaboratif ini tentunya dapat memicu motivasi

guru untuk menyusun Rencana Pembelajaran yang matang dan mempersiapkan

pembelajaran yang bermutu. Dengan demikian, maka komitmen dari para guru

untuk melanjutkan kegiatan Lesson Study di tingkat gugus sekolah perlu

dilanjutkan.


(31)

2.

Rekomendasi kepada Dinas Pendidikan

Kegiatan Lesson Study dapat dikembangkan untuk mencari pemecahan

masalah pembelajaran yang dihadapi guru. Sehingga perlu adanya dukungan dari

para pengawas serta unsur dinas pendidikan untuk mengoptimalkan kegiatan

tersebut. Dukungan dari Dinas Pendidikan sangat diperlukan, terutama karena

keberhasilan pelaksanaan Lesson Study tidak hanya ditentukan oleh pelaksananya,

yaitu para guru, tetapi juga melibatkan berbagai pihak dan memerlukan biaya.

3.

Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian menemukan bahwa, Lesson Study sangat efektif dalam

meningkatkan pemahaman guru kelas awal dalam implementasi pembelajaran

tematik. Untuk itu maka peneliti selanjutnya dapat meneliti implementasi Lesson

Study untuk pembelajaran di kelas tinggi, dalam mata pelajaran tertentu. Selain

implementasi di tingkat gugus, peneliti selanjutnya dapat pula mengevaluasi

pelaksanaan Lesson Study di tingkat sekolah.


(32)

192

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. (2008). Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil

Pembelajaran. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.word-pres.com

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan

Grewal, J.S. (2001) Evaluation and Renewal of Curriculum. Tersedia :

http://bhojvirtualuniversity.comssonlinecoub_edseep_03cp3blok2_intr.asp

,

27 November 2010

Hamalik.Oe. (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja

Rosdakarya

Hasan, H (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hermana. (2008). Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah pada

Seminar Internasional Pengembangan Model Evaluasi Kurikulum,

Bandung.

Hendayana, S, dkk. (2006). Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan

Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP – JICA). Bandung : UPI

Press

Hendayana, S, dkk. (2007). Pedoman Implementasi Lesson Study. Direktorat

Pembinaan Diklat, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Hendayana, S, dkk. (2009). Lesson Study:Pengembangan Profesi Guru. Bandung :

Rizqi Press

Lee, Y. (2004). Program Evaluation : Teaching Certificate Program in

Chungwoon

University.

Tersedia

[online]

http://web.syr.edu~ylee30portfolioide741program%20evaluation

,


(33)

192

Lewis, C. at all. (2004). A Deeper Look At Lesson Study. Education Departement,

Mills College, Oakland, CA

Mager, R. F. (1984). Preparing Instructional Objectives (2nd edition). Lake

Publishing Company: Belmont, California.

Meier, D (2002). The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa

Mulyasa, E (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mumford, K. (1997). Exceptional Student Education Programs, tersedia [online]

http://apps.sdhc.kl2.fl.us/sdhc2/aaeweb/Evaluation/old%20eval%20pages/

Current/ese_prop.htm

. 9 November 2010

Pusat Kurikulum. (2006). Naskah Model Tematik Kelas Awal

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran:Seri Manajemen Sekolah Bermutu.

Bandung : Mulia Mandiri Pers

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek

Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta :

Kencana Prenada Media Group

Shepard, L.A. (1997). A Checklist for Evaluating Large-Scale Assessment

Programs, tersedia [online]

http://105.cgpublisher.comproposals1157

, 05

Desember 2010

Sudjana N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sukmadinata,N.S (1998). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sukmadinata,N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja

Rosda Karya

Stake, R.E. (1967). The Countenance of Educational Evaluation, tersedia [online]

http://www.ed.uiuc.eduCIRCEPublicationsCountenance

.

16

November


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan Model Countenance-Stake pada Program Pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik di gugus IV Citangkil Cilegon, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Program Pendampingan Lesson Study dalam pembelajaran tematik

dilaksanakan melalui dua kegiatan utama. Pertama, workshop pembelajaran tematik. Kedua, pelaksanaan lesson study. Workshop pembelajaran tematik membahas konsep dasar pembelajaran tematik, model-model pembelajaran kooperatif, penyusunan perangkat pembelajaran tematik, dan pemodelan kegiatan lesson study. Sedangkan pelaksanaan lesson study merupakan kegiatan menyusun RPP Tematik (Plan), melaksanakan dan mengamati proses pembelajaran (Do/Open Lesson), dan mengevaluasi hasil pengamatan pembelajaran (refleksi).

2. Evaluasi Model Countenance-Stake dilaksanakan pada 7 aspek yang berperan dalam pelaksanaan program, yaitu:

a. Peserta, meliputi populasi peserta, gender, sikap, minat, dan tingkat kedisiplinan

b. Kurikulum program c. Ketersediaan sumber

d. Pelaksanaan workshop, meliputi pengelolaan program, partisipasi peserta, dan interaksi peserta


(2)

e. Pelaksanaan lesson study, meliputi pelaksanaan Plan, Do, dan See. f. Peningkatan kemampuan

g. Sikap peserta setelah mengikuti program

Dari ke-tujuh aspek tersebut, 3 diantaranya masih belum sesuai dengan standar dan harapan pengurus, yaitu aspek tingkat kedisiplinan, kurikulum program, dan pelaksanaan refleksi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat pelaksanaan pendampingan KKG, dalam pembelajaran tematik melalui Lesson Study ini antara lain adalah pemahaman para guru terhadap pelaksanaan Lesson study masih belum utuh, masih terdapat perbedaan persepsi di antara para guru tentang pelaksanaan Lesson Study. Fokus pengamatan masih pada aktifitas dan cara mengajar guru. Penyampaian komentar dan masukan pada saat refleksi masih sangat subjektif dan mengarah pada evaluasi cara mengajar guru. B. Rekomendasi

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan di atas, maka dapat diajukan sejumlah rekomendasi. Rekomendasi ini diberikan kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Rekomendasi kepada pihak pengguna

a. Membuat kontrak program dengan peserta, sebelum proses pelaksanaan program dimulai, sehingga kedisiplinan peserta akan terbentuk berdasarkan kesepakatan bersama.

b. Memisahkan waktu pelaksanaan workshop pembelajaran tematik dengan pelaksanaan lesson study. Jika program pendampingan selama tiga hari fokus


(3)

pada pelaksanaan lesson study tentunya peserta betul-betul memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang pelaksanaan lesson study dalam pembelajaran tematik. Peserta memiliki waktu yang sangat luang untuk menyusun persiapan pembelajaran, mulai dari menyusun RPP, menyiapkan bahan ajar, menyiapkan LKS, menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan perangkat penilaian yang akan digunakan pada saat open lesson/do.

c. Menambahkan alokasi waktu untuk sesi penyusunan perangkat pembelajaran tematik.

d. Kompetensi dasar yang akan diajarkan dalam open lesson sebaiknya materi yang belum diterima oleh siswa, sehingga efektifitas metode, media, dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru model dapat terlihat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Pelatihan di tingkat gugus sekolah dengan menggunakan model Lesson Study perlu dilanjutkan, mengingat berbagai manfaat yang dirasakan oleh para guru. Salah satu manfaat dari Lesson Study adalah mengembangkan sikap kolaboratif, dimana guru secara bersama-sama saling urun pendapat dalam menrencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Melalui kerja kolaboratif ini tentunya dapat memicu motivasi guru untuk menyusun Rencana Pembelajaran yang matang dan mempersiapkan pembelajaran yang bermutu. Dengan demikian, maka komitmen dari para guru untuk melanjutkan kegiatan Lesson Study di tingkat gugus sekolah perlu dilanjutkan.


(4)

2. Rekomendasi kepada Dinas Pendidikan

Kegiatan Lesson Study dapat dikembangkan untuk mencari pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapi guru. Sehingga perlu adanya dukungan dari para pengawas serta unsur dinas pendidikan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut. Dukungan dari Dinas Pendidikan sangat diperlukan, terutama karena keberhasilan pelaksanaan Lesson Study tidak hanya ditentukan oleh pelaksananya, yaitu para guru, tetapi juga melibatkan berbagai pihak dan memerlukan biaya. 3. Rekomendasi untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian menemukan bahwa, Lesson Study sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman guru kelas awal dalam implementasi pembelajaran tematik. Untuk itu maka peneliti selanjutnya dapat meneliti implementasi Lesson Study untuk pembelajaran di kelas tinggi, dalam mata pelajaran tertentu. Selain implementasi di tingkat gugus, peneliti selanjutnya dapat pula mengevaluasi pelaksanaan Lesson Study di tingkat sekolah.


(5)

192

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. (2008). Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Tersedia : http://akhmadsudrajat.word-pres.com

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan

Grewal, J.S. (2001) Evaluation and Renewal of Curriculum. Tersedia : http://bhojvirtualuniversity.comssonlinecoub_edseep_03cp3blok2_intr.asp, 27 November 2010

Hamalik.Oe. (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hasan, H (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung : Remaja Rosdakarya

Hermana. (2008). Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Makalah pada Seminar Internasional Pengembangan Model Evaluasi Kurikulum, Bandung.

Hendayana, S, dkk. (2006). Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP – JICA). Bandung : UPI Press

Hendayana, S, dkk. (2007). Pedoman Implementasi Lesson Study. Direktorat Pembinaan Diklat, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Hendayana, S, dkk. (2009). Lesson Study:Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Rizqi Press

Lee, Y. (2004). Program Evaluation : Teaching Certificate Program in Chungwoon University. Tersedia [online] http://web.syr.edu~ylee30portfolioide741program%20evaluation, 05 Desember 2010


(6)

192

Lewis, C. at all. (2004). A Deeper Look At Lesson Study. Education Departement, Mills College, Oakland, CA

Mager, R. F. (1984). Preparing Instructional Objectives (2nd edition). Lake Publishing Company: Belmont, California.

Meier, D (2002). The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa

Mulyasa, E (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya Mumford, K. (1997). Exceptional Student Education Programs, tersedia [online]

http://apps.sdhc.kl2.fl.us/sdhc2/aaeweb/Evaluation/old%20eval%20pages/ Current/ese_prop.htm. 9 November 2010

Pusat Kurikulum. (2006). Naskah Model Tematik Kelas Awal

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran:Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Bandung : Mulia Mandiri Pers

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Shepard, L.A. (1997). A Checklist for Evaluating Large-Scale Assessment Programs, tersedia [online] http://105.cgpublisher.comproposals1157, 05 Desember 2010

Sudjana N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Sukmadinata,N.S (1998). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sukmadinata,N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Stake, R.E. (1967). The Countenance of Educational Evaluation, tersedia [online]

http://www.ed.uiuc.eduCIRCEPublicationsCountenance. 16 November


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON Implementasi Model Penilaian Portofolio Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 7 12

IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON Implementasi Model Penilaian Portofolio Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON Implementasi Model Penilaian Produk Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 2 12

IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN PRODUK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON Implementasi Model Penilaian Produk Dalam Pembelajaran Matematika Berbasis Lesson Study di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 2 16

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG : Studi Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model.

3 11 69

PENERAPAN MODEL COUNTENANCE STAKE DALAM EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP FISIKA DI SMA : Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMA Alumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung.

1 10 138

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL COUNTENANCE STAKE.

4 10 65

EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG : Studi Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance Model - repository UPI T PK 1303355 Title

0 0 9

Implementasi Lesson Study Melalui Model

0 2 25

EVALUASI PROGRAM PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) BERDASARKAN STAKE COUNTENANCE MODEL JURUSAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SALATIGA Tesis

0 0 18