PENERAPAN MODEL COUNTENANCE STAKE DALAM EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP FISIKA DI SMA : Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMA Alumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung.
Etty Jaskarti, 2013
Penerapan Model Countenance Stake dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA (Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMA Alumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penerapan Model Countenance Stake
dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA
(Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMAAlumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung)
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor IlmuPendidikan
Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
Promovendus:
Etty Jaskarti
NIM. 1010275
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PROGRAM DOKTOR (S3)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
(2)
iii
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA PEMBIMBING DISERTASI
PROF. DR.H.SAID HAMID HASAN, MA PROMOTOR
PROF.DR.H.ISHAK ABDULHAK, M.PD KO-PROMOTOR
PROF.DR.HJ.MULYANI SUMANTRI, M.SC ANGGOTA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(3)
iv
PENGUJI
PENGUJI 1
PROF.DR. H. AS’HARI JOHAR, M.Pd
DOSEN PENGEMBANGAN KURIKULUM SPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGUJI 2
PROF.DR.HJ.YETTY SUPRIYATI. M.Pd
(4)
ii
Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul :
PENERAPAN MODEL COUNTENANCE STAKE DALAM
EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP FISIKA SMA
( Studi Evaluatif Pada Guru Fisika Alumni Diklat Berjenjang Di
P4TK IPA Bandung)
Studi evaluatif implementasi KTSP Fisika SMA kelas X semester 1,
meliputi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor dan
Gerak, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri,
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2013
Yang membuat pernyataan
(5)
i
Kata Pengantar
Disertasi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Doktor Pendidikan pada program Pasca Sarjana UPI Bandung program studi Pengembangan Kurikulum. Tulisan ini merupakan laporan hasil Studi Evaluatif Penerapan Model Countenance Stake dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika SMA kelas X semester I pada Guru Alumni Diklat Berjenjang di P4TK-IPA. Masalah yang sering dihadapi guru adalah bagaimana mewujudkan kurikulum ke dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat menyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa, dengan perencanaan yang diharapkan sebagai prasyarat (Antecedent), dan bagaimana pelaksanaannya sebagai (Transaction), dan bagaimana hasilnya sebagai ( Outcomes) menurut istilah R.Stake (1960 Sebagai studi evaluatif implementasi kurikulum dengan menggunakan Model Countenance Stake sebagai model evaluasi kurikulum dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan sebelum evaluator ke lapangan untuk melakukan evaluasi dengan mengambil data sebagai informasi yang diperlukan.
Suatu penelaahan tentang framework matriks model Stake dapat mengungkapkan jumlah (dalam bentuk angka ) serta nilai matrik Intended (Antecedent, Transaction, dan Outcomes ) yang telah disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, begitu pun untuk pengamatan lapangan dengan istilah matriks Observasi (Antecedent, Transaction, dan Outcomes ), serta matriks Standar sebagai kriteria evaluator meliputi (Antecedent, Transaction, dan
Outcomes ). Kriteria struktur belajar yang bersifat hierarki yang dimiliki suatu
kegiatan belajar Fisika (Davies, 1973), kriteria metoda analisis topik yang didasarkan pada teknik penulisan matriks (Thomas, Openshaw, Bird, Davies 1973:39), Kriteria teknik visualisasi matriks (Butler 1972:121) kriteria analisis matriks secara horizontal dan vertikal dengan model Contingency dan Congruence, (R.Stake 1960). logical contingency, empirical contingency, dan congruence.
Binary Square Symetric Similarity Matrix for the Sort, (William M.K Troachim (2006): http://www.socialresearchmethods.), seluruh informasi
(6)
ii
qualitatif dapat dengan mudah dikonversikan kedalam quantitatif pada bentuk isi setiap sel model matriks Stake sebagai model acuan dalam melakukan evaluasi ini. Karena dinilai sangat cocok dengan objek evaluasi, baik pada isi setiap sel matriks deskripsi baik intended maupun observasi, serta matriks judgment untuk matriks standard secara terbatas pada assosiasi dan diskriminasi yang disampaikan pada Antecedent : curriculum content, curriculum materials (dokumen RPP), Transaction : Curriculum experiences teaching methods
presentation of content (Guru Mengajar), Outcomes : Increase in knowledge of physics (pengembangan bahan ajar Fisika) dan Increase in knowledge of and skill in physics methods (pengembangan dalam hal pembuatan soal-soal Fisika yang
berhubungan dengan RPP).
Penulis menyadari bahwa studi evaluasi ini sangat terbatas telaahannya, Meskipun demikian penulis berharap, temuan dan informasi yang dihasilkan dapat menjadi salah satu masukan yang bermanfaat bagi Pengembangan Kurikulum dan pelaksana kurikulum khususnya guru-guru Fisika .
(7)
v UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke khadirat Allah SWT, karena atas taufik dan hidayah-Nya, maka disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar Doctor Pendidikan bidang studi Pengembangan Kurikulum pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Berhasilnya penulis menyelesaikan seluruh kegiatan penelitian , evaluasi dan penyusunan disertasi ini dikarenakan adanya sumbangan yang penulis terima dari berbagai pihak , penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan disertasi ini, telah melibatkan banyak pihak yang turut mendukung baik dari segi moral maupun material. Oleh karena itu sudah selayaknya melalui lembaran ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.DR H.S. Hamid Hasan,MA, sebagai promotor yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh ketelitian, kecermatan dan memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga dalam studi evaluasi ini.
2. Bapak Prof.DR.H.Ishak Abdulhak, M.Pd sebagai ko-Promotor dan Ka-Prodi Pengembangan Kurikulum Pasca Sarjana UPI Bandung, yang telah banyak memberikan motivasi, pengarahan, dan pandangan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.
3. Ibu Prof.DR.Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc sebagai anggota team promotor yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kecermatan dan kesabaran membimbing sejak awal penulisan disertasi ini.
4. Bapak Prof.DR. Aloysius Rusli, selaku dosen Fisika ITB dan Pasca Sarjana UPI, serta konsultan P4TKIPA, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memeriksa instrumen struktur belajar fisika meliputi materi : Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor dan Gerak sebagai Kriteria dalam studi evaluasi ini.
5. Bapak Prof.DR. Didi Suryadi, M.Ed selaku Direktur PPS Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberikan motivasi dan kesempatan untuk mengikuti Ujian Promosi Doktor .
6. Bapak Prof.DR.H.Ashari Johar, M.Pd selaku dosen penguji dari Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberi masukan dengan penuh ketelitian dalam kesempurnaan disertasi ini.
7. Ibu Prof.DR.Hj.Yetty Supriyati, M.Pd selaku dosen penguji dari Universitas Negeri Jakarta yang telah banyak memberi masukan dengan penuh kecermatan yang sangat berharga dalam kesempurnaan disertasi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia yang memberikan ilmu khususnya prodi Pengembangan Kurikulum.
9. Pasca Sarjana UPI telah memberikan sumbangan profesional dan administratif, khususnya pelayanan administrasi dalam menyelesaikan studi S3.
10. Direktur P4TKIPA Drs.Guyub Haryanto, MA yang telah memberikan izin untuk mengikuti studi S3-PK di UPI Bandung.
(8)
v 11. Direktur P4TKIPA Drs.Guyub Haryanto, MA telah memberikan rekomendasi
untuk pencairan dana financial peningkatan mutu widyaiswara, yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan keseluruhan kegiatan penelitian, dan penyelesaian studi ini.
12. Direktur P4TKIPA, Drs.Herry Sukarman, M.Sc yang telah memberikan surat izin untuk melakukan penelitian pada alumi diklat P4TKIPA di SMAN Bandung.
13. Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, Drs.Tito Permana, M.Sc.Ed (Alm) yang telah membawakan buku-buku kurikulum dari USA.
14. Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, DR.M.Yani, M.Sc.Ed yang telah membawakan banyak buku kurikulum dari Australia dan USA.
15. Kepala SMAN 1, Dra.Hj.Emy Yuliaty, M.Pd , yang telah memberi ijin untuk pengambilan dokumen perangkat pembelajaran guru Fisika SMA, data penelitian, observasi, dan wawancara.
16. Guru Fisika Widayana S.Pd, MM yang telah memberikan dokumen perangkat pembelajaran, dan memberikan ijin untuk diteliti selama proses pembelajaran dari bulan Juli-November 2011.
17. Kepala SMAN 2, H.Teddy Hidayat, S.Pd, M.M.Pd yang telah memberi ijin untuk pengambilan dokumen perangkat pembelajaran guru Fisika SMA, dan data penelitian, observasi, wawancara .
18. Guru Fisika Tine S.Pd, yang telah memberikan dokumen perangkat pembelajaran, dan memberikan ijin untuk diteliti selama proses pembelajaran dari bulan Juli-November 2011.
19. Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, Sonny,S.Pd,M.Si,MT yang telah memberikan solusi program excell dalam scaning overlay data matriks.
20. Teman sejawat Guru Fisika SSC, Drs.Iyep Suryana, yang telah memberikan masukan dalam penulisan Kriteria Evaluasi Materi Fisika SMA.
21. Suami tercinta Susanto ST, dan putra-putriku tersayang Andi Andri SE, dr.Desi Recsanti, Ario Satrio Nugroho, serta cucu tersayang Nindiani Alifa Putri, dengan segala pengorbanan dan ketabahannya sangat memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi ini.
22. Ibunda tercinta Tayasmat, Bd alm.( 5 Desember 2012), serta ayahanda tercinta R.Karnaen, MA alm. (9 April 2004) yang dengan segala ketulusan hati memberikan do’a dan bantuan baik, moril maupun materil, selama penulis menuntut ilmu di PPS Universitas Pendidikan Indonesia khususnya prodi Pengembangan Kurikulum.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tak langsung dalam rangka penyelesaian studi penulis.
Bandung, Januari 2013
(9)
(10)
iv
Penerapan Model Countenance Stake
dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA
(Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMA Alumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung)
ABSTRAK
Menggunakan framework model Evaluasi Countenance Stake ( model penampilan penilaian Stake) untuk mengamati wujud nyata penerapan KTSP Fisika SMA kelas X semester I, tujuan framework model Stake adalah untuk melengkapi kerangka pengembangan suatu rencana evaluasi kurikulum (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]). Tujuan evaluasi implementasi kurikulum, untuk menentukan nilai dan angka hasil implementasi KTSP Fisika SMA atas dasar kriteria dan tolok ukur yang ditentukan. Alternatif strategi dalam penilaian ini, menggunakan serangkaian penelitian kualitatif dengan metoda deskriptif inquairy non experimen, Schumacher (2001:33), setiap deskripsi matrik dianalisis secara induktif, kriteria analisis matriks secara horizontal (Congruence) antara Intended, Observasi, dan Standar dan vertikal (Contingency), logical contingency untuk matriks Intended :
Antecedent, Transaction dan Outcomes, sedangkan Empirical Contingency untuk
matriks Observasi : Antecedent, Transaction dan Outcomes, (Stake, 1967). Kriteria evaluasi untuk struktur belajar bersifat hierarki yang dimiliki oleh suatu kegiatan belajar Fisika (Davies, 1973), kriteria metoda analisis topik yang didasarkan pada teknik penulisan matriks (Thomas, Openshaw, Bird, Davies 1973:39), Kriteria teknik visualisasi matriks (Butler 1972:121), ), Binary Square Symetric Similarity Matrix
for the Sort, (William M.K Troachim (2006): http://www.socialresearchmethods.), data qualitatif dapat dikonversikan kedalam data quantitatif pada bentuk isi setiap sel model framework matriks Stake. Hasil analisis matriks secara logical contingency, keaneka ragaman framework matriks Intended hal ini dapat menunjukkan kualitas perencanaan implementasi kurikulum, yang merupakan organisasi bahan ajar. Hasil matriks yang dianalisis secara Empirical Contingency pada matriks Observation adanya keaneka ragaman framework matriks, hal ini menggambarkan keaneka ragaman pola guru mengajar, hal ini menunjukkan kualitas proses implementasi kurikulum, Hasil analisis matriks secara Congruence menunjukkan kualitas proses realitasnya implementasi kurikulum, dapat diartikan tinggi rendahnya keajegan (consistency) guru dalam membuat perencanaan yang akan disampaikan pada proses implementasinya. Pada akhirnya framework matriks model Countenance Stake dapat mendeteksi kualitas perencanaan implementasi kurikulum (organisasi bahan ajar), kualitas proses implementasi kurikulum (pola guru mengajar).
Kata kunci : Countenance Stake, Logical contingency, Empirical Contingency,
(11)
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xxvi
DAFTAR GAMBAR ... xxix
DAFTAR LAMPIRAN ... xxxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 23
D. Tujuan Evaluasi ... 27
E. Manfaat Evaluasi ... 30
F. Skema Prosedur Evaluasi ... 31
BAB II TEORI EVALUASI KURIKULUM ... 32
A. Evaluasi Kurikulum ... 32
A.1. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Akademik ... 43
A.2. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Hasil Penelitian ... 44
A.3. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Pengukuran dan Tes ... 45
A.4. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kebijakan Publik ... 46
A.5. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Akuntabilitas ... 48
B. Model dan Paradigma Evaluasi ... 49
B.1. Paradigma Evaluasi Fungsional ... 51
B.2. Paradigma Evaluasi Transaksional ... 53
B.3. Paradigma Evaluasi Kritikal ... 54
C. Memilih dan Menggunakan Model-model Evaluasi ... 56
C.1. Model Evaluasi Countenance Stake ... 58
C.1.1. Countenance Stake sebagai Model Evaluasi Kurikulum ... 58
C.1.2.Pengembangan Isi Framework Matriks Model Countenance Stake ... 70
(12)
x
C.1.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Evaluasi Countenance
Stake ... 72
C.1.3.1 Keunggulan Model Evaluasi Countenance Stake ... 72
C.1.3.2. Kelemahan Model Evaluasi Countenance Stake ... 73
D. Pendekatan Evaluasi ... 74
D.1. Pendekatan Berorientasi Konsumen (The User Oriented Approach)74 D.2. Pendekatan Responsif (Responsive Oriented Approach) ... 80
E. Kriteria Evaluasi Kurikulum ... 82
E.1. Kriteria Pre-ordinate ... 83
E.2. Kriteria Fidelity ... 85
E.3. Kriteria Mutually Adaptive ... 89
E.4. Kriteria Lapangan (Process) ... 92
E.5. Kriteria Elektik ... 94
E.6. Kriteria Instrumen Analisis Kegiatan Belajar ... 95
E.7. Kriteria Instrumen Struktur Belajar ... 102
E.8. Kriteria Pola-pola Matrik Karakteristik ... 105
E.9. Kriteria Analisis Kegiatan Belajar Pada 4 Materi Fisika ... 110
F. Penelitian Yang Relevan ... 117
G. Skema Prosedur Studi Evaluasi ... 119
BAB III METODOLOGI EVALUASI ... 120
A. Metode yang Digunakan Pada Model Evaluasi Countenance ... 124
A.1. Langkah-langkah evaluasi berdasarkan Model Countenance Stake ... 124
A.1.1. Komponen 1 : Fenomena curricular ... 125
A.1.2. Komponen 2 : Mengumpulkan Informasi ... 126
A.1.2.1 Teknik-teknik Pengumpulan Informasi ... 128
A.1.2.1.1 Interview (wawancara) ... 128
A.1.2.1.2 Dokumentasi ... 130
A.1.2.1.3 Evaluator ... 130
A.1.2.1.4 Informan ... 130
A.1.2.1.5 Key Informan ... 131
A.1.2.1.6 Observasi (pengamatan) ... 131
A.1.3. Komponen 3 : Mengorganisasi / mengklasifikasi matrik data deskripsi kedalam framework matriks Model Countenance Stake ... 133
(13)
xi
A.1.4. Komponen 4 : Processing Analisis Data Matriks pada framework
matriks Model Countenance Stake ... 134
A.1.5. Komponen 5 : Membuat Laporan Hasil Analisis Matriks Data 134 B. Waktu, Tempat dan Subjek Evaluasi ... 135
B.1. Subjek Evaluasi dan Pengambilan data Responden ... 135
C. Operasionalisasi Kriteria Evaluasi ... 138
C.1. Kriteria Framework Model Evaluasi Countenance Stake ... 142
C.2. Kriteria Pengembangan Isi Framework Model Evaluasi Countenance Stake ... 148
C.3. Kriteria Pola-Pola Matriks Karakteristik ... 150
C.4. Kriteria Struktur Belajar ... 153
C.5. Kriteria Analisis Matriks ... 155
D. Instrumen Pengumpul Data ... 156
D.1. Instrumen Wawancara Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 156
D.2.1. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar ... 157
D.2.2. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Besaran - Besaran Fisika ... 158
D.2.3. Instrumen Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran pada Fisika ... 159
D.2.4. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor pada Fisika ... 160
D.2.5. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Gerak pada Fisika ... 161
D.2.6. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Besaran-Besaran Fisika) ... 162
D.2.7. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Pengukuran) ... 163
D.2.8. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria analisis Struktur Belajar (Vektor) ... 164
D.2.9. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Gerak) ... 167
D.2.10. Instrumen Matriks Antecedent Standar Besaran - besaran pada Fisika ... 169
D.2.11 Instrumen Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika ... 169
D.2.12 Instrumen Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika ... 170
D.2.13 Instrumen Matriks Antecedent Standar Gerak pada Fisika ... 170 D.2.14 Instrumen Matriks Transaction Standar Besaran-besaran
(14)
xii
pada Fisika ... 171
D.2.15 Instrumen Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika ... 171
D.2.16 Instrumen Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika ... 171
D.2.17 Instrumen Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika ... 172
D.2.18 Instrumen Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika ... 173
D.2.19 Instrumen Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika ... 173
D.2.20 Instrumen Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika 174 D.2.21 Instrumen Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika 174
E. Metoda Analisis Data ... 175
BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ... 187
A. Sistimatik Analisis Data Model Countenance Stake ... 189
B. Hasil Analisis Data Matriks dengan Program Excel ... 198
C. Hasil Evaluasi dan Pembahasan ... 198
C.1. Hasil Evaluasi Data Deskripsi Matriks Materi Besaran-besaran Fisika ... 199
C.2. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Besaran - besaran Fisika ... 199
C.3. Kesimpulan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Besaran-besaran Fisika ... 200
C.4. Hasil Evaluasi untuk Logical Contingency Matriks Intended Materi Besaran Fisika terlihat dalam table 4.4 ... 201
C.5. Pembahasan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Besaran-besaran Fisika ... 202
C.6. Kesimpulan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Besaran-besaran Fisika ... 203
C.7. Hasil Evaluasi untuk Empirical Contingency Matriks Intended Materi Besaran Fisika terlihat dalam table 4.5 ... 204
C.8. Pembahasan Hasil Evaluasi Empirical Contingency Deskripsi data Observation untuk besaran-besaran Fisika ... 205
C.9. Kesimpulan Hasil Evaluasi Empirical Contingency dari Deskripsi Data Observasi untuk Besaran-besaran Fisika ... 206
C.10. Hasil Evaluasi Congruenc dari Matriks Antecedent untuk Materi Besaran-besaran Fisika pada table 4.6 ... 207
C.11. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk untuk besaran-besaran Fisika ... 208 C.12. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
(15)
xiii
besaran-besaran Fisika ... 209 C.13. Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Transaction untuk
untuk besaran-besaran Fisika. ... 210 C.14. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Transaction dan observasi Transaction untuk besaran -
besaran Fisika ... 211 C.16. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Transaction dan observasi Transaction untuk
besaran – besaran Fisika ... 212 C.17. Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika ... 214 C.18. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika ... 214
C.19. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes... 216 C.20.Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi
Pengukuran pada Fisika ... 217 C.21. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks
Materi Pengukuran pada Fisika ... 217 C.22. Kesimpulan Hasil Evaluasi dari Deskripsi Data Standar,
Intended dan Observasi untuk Pengukuran pada Fisika ... 219 C.23. Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada Matriks
Intended Materi Pengukuran ... 219 C.24. Pembahasan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi
Data Intended untuk Pengukuran pada Fisika ... 220 C.26. Kesimpulan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Pengukuran pada Fisika ... 221 C.27. Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency Matriks
Observasi Materi Pengukuran ... 223 C.28. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Deskripsi data Observation Materi Pengukuran pada Fisika ... 223 C.29. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Deskripsi data Observation Materi Pengukuran pada Fisika .... 225 C.30. Hasil evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk
Materi Pengukuran ... 226
C.31. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Pengukuran pada Fisika ... 226
C.32. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Pengukuran pada Fisika ... 228 C.33. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi Pengukuran ... 229 C.34. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi Pengukuran ... 229 C.35. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction
(16)
xiv
untuk Materi Pengukuran ... 230 C. 36. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk
Materi Pengukuran ... 232 C.37. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Pengukuran ... 232 C.38. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran ... 233 C.39. Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor .... 235 C.40. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor ... 235 C.41. Kesimpulan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor ... 236 C.42. Hasil Evaluasi secara Logical ContingencyDeskripsi Matriks Intended Materi Vektor ... 237 C.43. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Logical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika ... 238 C. 44. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Logical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika ... 239 C.45. Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks Observasi Materi
Vektor ... 240 C.46. Pembahasan Hasil Evaluasi Empirical Contingency dari Deskripsi data
Observation Materi Vektor pada Fisika. ... 241 C.47. Kesimpulan Hasil Evaluasi Empirical Contingency dari Deskripsi data
Observation Materi Vektor pada Fisika ... 242 C.48. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk Materi
Vektor ... 243 C.49. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent
untuk materi Vektor pada Fisika ... 244 C.50. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent
untuk materi Vektor pada Fisika ... 245 C.51. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi
Vektor ... 246 C.52. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Vektor pada Fisika. ... 247
C.53. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Vektor pada Fisika ... 248
C.54. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk Materi Vektor ... 249
(17)
xv
C.55. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Outcomes untuk materi Vektor pada Fisika. ... 250
C.56. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Outcomes ... 251
C.57. Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak 252 C.58. Pembahasan Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi
Gerak ... 253 C.59. Kesimpulan Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi
Gerak . . ... 254 C.60. Hasil Evaluasi secara Logical Contingency Matriks Intended Materi
Gerak ... 255 C.61. Pembahasan Hasil evaluasi secara Logical Contingency dari Deskripsi
Data Intended materi Gerak pada Fisika ... 255 C.62. Kesimpulan Hasil evaluasi secara Logical Contingency dari Deskripsi
Data Intended materi Gerak pada Fisika ... 257 C.63. Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency Matriks Observasi Materi
Gerak ... 258 C.64. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency dari
Deskripsi Data Observasi materi Gerak pada Fisika ... 259 C.65. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency dari
Deskripsi Data Observasi materi Gerak pada Fisika ... 260 C.66. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk Materi
Gerak ... 262 C.67. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent
untuk materi Gerak pada Fisika. ... 262 C.68. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent
untuk materi Gerak pada Fisika. ... 264 C.69. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi
Gerak ... 265 C.70. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Gerak pada Fisika. ... 265
C.71. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi Gerak ... 267
(18)
xvi
C.72. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk Materi
Gerak ... 268
C.73. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk Materi Gerak ... 268
C.74. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Outcomes untuk materi Gerak pada Fisika ... 270
C.75. Kesimpulan Umum Penerapan Model Countenance Stake Dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika SMA Pada Guru Alumni Diklat P4TK IPA ... 271
C.76. Temuan Hasil Studi Evaluasi ... 274
C.76.1. Pada proses Analisis framework Matriks Stake. ... 274
C.76.2 Processing Analisis Data secara Logical Contingency dan Empirical contingency ... 275
C.76.3. Processing Analisis Data secara Congruence ... 276
C.77. Judgment ... 277
BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi ... 280
A. Kesimpulan ... 280
B. Rekomendasi ... 283
DAFTAR PUSTAKA ... 286 DAFTAR LAMPIRAN
(19)
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Lampiran
1 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Besaran-besaran Fisika
2 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Pengukuran pada Fisika
3 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Vektor pada Fisika
4 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Gerak pada Fisika
5 Hasil Scanning Overlay Congruence Antecedent 4 materi : Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak
6 Hasil Scanning Overlay Congruence Transaction 4 materi : Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak 7 Hasil Scanning Overlay Congruence Outcomes 4 materi :
Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak 1
(20)
xxviii Matriks Observasi Materi Gerak
4.24 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Gerak
262
4.25 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Gerak
265
4.26 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Gerak
268
(21)
xxvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
2.1 Pendekatan Evaluasi 75
2.2 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Besaran-Besaran Fisika)
110
2.3 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Pengukuran)
111
2.4 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Vektor)
112
2.5 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Gerak Dengan Kecepatan Dan Percepatan Konstan
115
3.1 Jadwal Pengambilan data Responden 136
3.2 Data Administrasi Implementasi Kurikulum Fisika 2006 / KTSP
156
3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis 184
4.1 Desain Analisis Data Model Countenance Stake
188 4.2a Sistematik Analisis Data Berdasarkan Model
Evaluasi Countenance Stake
189
4.2b Prosedur Kegiatan Analisis Data Model Evaluasi
Countenance Stake
191
4.3 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Besaran-besaran Fisika
199
4.4 Hasil Evaluasi Logical Contingency Matriks
Intended Materi Besaran Fisika
201
4.5 Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks Observasi Besaran-besaran Fisika
204
4.6 Hasil Evaluasi Congruence Matriks Antecedent untuk Materi Besaran-besaran Fisika
210
(22)
xxvii
untuk Materi Besaran-besaran Fisika
4.8 Hasil Evaluasi Congruence Matriks Outcome suntuk Materi Besaran-besaran Fisika
214
4.9 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Pengukuran
217
4.10 Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada Matriks Intended Materi Pengukuran
219
4.11 Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency Matriks Observasi Materi Pengukuran
223
4.12 Hasil evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Pengukuran
226
4.13 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran
229
4.14 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcome untuk Materi Pengukuran
232
4.15 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor
235
4.16 Hasil Evaluasi Logical Contingency Matriks
Intended Materi Vektor
237
4.17 Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks Observasi Materi Vektor
240
4.18 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Vektor
243
4.19 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Vektor
246
4.20 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Vektor
249
4.21 Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak
252
4.22 Hasil Evaluasi secara Logical Contingency Matriks Intended Materi Gerak
255
(23)
xxix
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Nama Gambar Halaman
2.1 Mengapa Melakukan Evaluasi 36
2.2 Siapa yang Anda Evaluasi 37
2.3 Apa yang Harus Di Evaluasi Dalam Kurikulum 38
2.4 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 61
2.5
Kerangka Analisis Matriks Evaluasi Model
Countenance Stake.
65
2.6
Kerangka Analisis Matriks Evaluasi Model
Countenance Stake yang Dikembangkan.
68
2.7
Hirarki tingkat perilaku dalam analisis kegiatan belajar
Davies (1973:38)
97
2.8 Matriks Analisis Kegiatan Pembelajaran Guru. 99 2.9 Hierarki belajar menurut Gagne 1965 (Davies, 1973:92). 104
2.10 Pola Matrik Karakteristik 108
2.11 Skema Prosedur Studi Evaluasi 119
3.1 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 142
3.2 Pola Matriks Analisis Struktur Belajar Setiap Materi 151
3.3 Matriks Analisis Struktur Belajar 157
3.4
Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Besaran-Besaran Fisika
158
3.5
Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran Pada Fisika
159
3.6 Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor 160
(24)
xxx
3.8
Matriks Antecedent Standar Besaran-besaran pada Fisika
169
3.9 Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika 169
3.10 Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika 170
3.11 Matriks Antecedent Standar Gerak pada Fisika 170
3.12 Matriks Transaction Standar Besaran-besaran Fisika 171 3.13 Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika 171 3.14 Matriks Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika
172
3.15 Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika 172
3.16 Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika 173
3.17 Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika 173
3.18 Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika 174
3.19 Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika 174
3.20 Alur Informasi Format Kualitatif-Verifikatif 178
3.21
Processing Analisis Matrik Data Deskripsi Model
Countenance Stake
181
3.22
Processing Analisis Matrik Data Judgment Model
Countenance Stake (Revisi)
182
3.23
Evaluasi Model Countenance Stake (Collecting,
Organization and Analysis of Data)
183
4.1 Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika 199
4.2
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Logical Contingency pada Matrik Intended
201
4.3 Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Empirical Contingency pada Matrik Observasi
(25)
xxxi
4.4
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Congruence pada Matrik Antecedent
207
4.5
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Congruence pada Matrik Transaction
211
4.6
Grafik Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika.
214
4.7
Grafik Hasil Evaluasi Total data deskripsi Intended dan observasi untuk Pengukuran pada Fisika.
217
4.8
Grafik Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada Matriks Intended Materi Pengukuran
220
4.9
Grafik Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency pada Matriks Observasi Materi Pengukuran
223
4.10
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Pengukuran
226
4.11
Grafik Hasil Evaluasi Secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran
229
4.12
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Pengukuran
232
4.13
Grafik Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor
235
4.14
Grafik Hasil Evaluasi secara Logical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika
238
4.15
Grafik Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks
Observasi Materi Vektor
241
4.16
Grafik Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Vektor pada Fisika.
244
4.17
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Vektor
(26)
xxxii
4.18
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Vektor
250
4.19
GrafikHasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak
253
4.20
GrafikHasil Evaluasi secara Logical Contingency
Matriks Intended Materi Gerak
255
4.21
Grafik Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Matriks Observasi Materi Gerak
259
4.22
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Gerak
262
4.23
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Gerak
265
4.24
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Gerak
268
4.25 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 275
4.26
Framework Model Data Matriks Countenance Stake yang Ditemukan / Dikembangkan
(27)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Daerah telah bergulir seiring dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, kemudian disempurnakan melalui UU No.32 Tahun 2004 dan pelaksanaannya melalui PP No.38 Tahun 2007. Dampak lebih lanjut dari diterapkannya otonomi daerah tersebut adalah juga di bidang pendidikan yang berwujud pada pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36, 37, dan 38. Bersamaan dengan itu, telah dikeluarkannya PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang kemudian diikuti oleh suatu aturan operasional melalui Permendiknas no. 22, 23, dan 24 Tahun 2006, tentang Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan pelaksanaan SI dan SKL, yang mana telah memberikan wewenang kepada daerah, dalam hal ini sekolah sebagai unit terkecil dalam Sistem Pendidikan Nasional, untuk mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Dalam dokumen standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup : (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan, (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan dan disusun oleh guru berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan
(28)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 2 pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam KTSP tidak semua komponen kurikulum dikembangkan oleh sekolah, standar isi, standar kompetensi lulusan, standar kompensi, kompetensi dasar, kerangka dasar dan stuktur kurikulum disusun secara terpusat oleh BSNP. Penjabarannya ke dalam bentuk silabus, program pembelajaran tahunan/semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dikembangkan oleh guru, dengan demikian KTSP tidak murni desentralisasi, tetapi masih ada unsur sentralisasinya, sehingga dapat disebut sebagai pengembangan sentral-desentral.
Berkenaan dengan hal tersebut, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.33 Tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), maka provinsi maupun kabupaten/kota agar memiliki Tim Pengembang Kurikulum (TPK) yang bertugas melakukan sosialisasi dan pelatihan sesuai dengan tingkatan daerah . Diharapkan dengan terbentuknya TPK pada masing-masing tingkatan daerah, akan lebih mudah dalam melakukan koordinasi dan supervisi disamping juga monitoring dan evaluasi dalam mengantisipasi segala permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan Standar Isi, begitupun bagi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di masing-masing provinsi yang dibentuk di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, lebih berfungsi sebagai lembaga sosialisasi dan pelatihan bagi guru dan sekolah dalam menerapkan KTSP. Sementara PPPPTK IPA (Pusat Pengembangan Perberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan di bidang IPA) sebagai lembaga yang melatih guru-guru
(29)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 3 IPA tidak luput pula keharusannya mensosialisasikan KTSP khususnya di bidang IPA dalam bentuk matatataran diklat.
Pendapat Curtis R Finch dan John R Crunkilton ahli kurikulum dari
Virginia Polytechnic Institute and State University Amerika Serikat (Paulus
Mujiran, 2006), menekankan pentingnya sosialisasi atau desiminasi sebelum kurikulum baru dijalankan. Dengan kata lain, sebelum kurikulum baru dijalankan, harus dilakukan desiminasi yang efektif. Untuk mendesiminasi kurikulum (baru) terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan; masing-masing menyangkut; (1) kesiapan pemakai dan pelaksananya (audience), (2) kondisi geografis (geographical consideration), serta (3) biaya penyebaran informasi (cost). Bila sistem desiminasi kurikulum tidak efektif, maka sebagus apa pun materi kurikulum akan 'mentah' karena informasi yang diterima masyarakat guru khususnya pemakai dan pelaksana tak lengkap. Akhirnya, pelaksanaan kurikulum banyak menemui kendala.
Berdasarkan ketetapan pada Ketentuan Umum, Pasal 1.19 kurikulum
diartikan sebagai ” seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan
demikian maka tugas guru, kepala sekolah, dan komite sekolah untuk mengembangkan rencana yang dimaksudkan. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditetapkan dalam PP.No.19 Tahun 2005 Pasal 1.15 sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan”. Tanpa mempersoalkan kesahihan istilah “kurikulum
(30)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 4
operasional” yang bukan merupakan istilah standar tetapi maksud dari keputusan
PP tersebut bahwa KTSP adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan dibawah pengawasan dan pembinaan dinas pendidikan kota dan kabupaten. Secara legal berdasarkan ketentuan dalam PP No.19 Tahun 2003, suatu kurikulum untuk suatu satuan pendidikan (KTSP) adalah sah apabila ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite sekolah suatu satuan pendidikan.
Beberapa prinsip yang menjadi acuan bagi satuan pendidikan dalam pengembangan KTSP: (1) Ilmiah; prinsip ini mengharuskan agar tim pengembang kurikulum (KTSP) di sekolah melakukan (a) kajian yang seksama terhadap potensi sekolah, siswa, guru, visi dan misi sekolah yang bersangkutan, (b) kajian terhadap dokumen, antara lain standar isi dan standar kompetensi lulusan. Kedua hasil kajian ini menjadi masukan bagi pengembangan KTSP, (2) Relevan; prinsip ini menunjukkan agar dalam pengembangan KTSP memperhatikan keterkaitan kurikulum dengan hasil kajian terhadap potensi siswa serta masyarakat, (3)
Sistematis; prinsip ini mengharuskan agar semua komponen KTSP, yakni antara
tujuan, konten, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran harus saling berkaitan, (4) Konsisten; prinsip ini menghendaki agar implementasi KTSP di satuan pendidikan dijalankan secara konsisten (ajeg) dengan memperhatikan semua komponen kurikulum.
B. Identifikasi Masalah
Pengembangan KTSP diserahkan kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan) untuk mengembangkan
(31)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 5 berbagai kompetensi pendidikan seperti pengetahuan, ketrampilan, dan sikap,
disetiap satuan pendidikan dan daerah masing-masing. Kiprah guru lebih dominan terutama menjabarkan SK dan KD menjadi indikator pencapaian hasil belajar dalam membuat silabus, tidak saja dalam program tertulis, tetapi dalam pembelajaran nyata dikelas, siapkah guru dengan kebijakan baru ini ? Siap atau tidak siap, kebijakan sudah diputuskan, dan tentu guru harus melaksanakannya. Sebagaimana ramai diulas, mulai tahun pelajaran 2007/2008, sejumlah sekolah mulai berusaha menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada Standar Isi yang disusun oleh BNSP, sosialisasi dan pelatihan-pelatihan pun diselenggarakan dimana-mana baik oleh BalitbangDiknas maupun pusat-pusat pelatihan. Namun sejauh ini guru dan sekolah sebagai pelaksana masih meraba-raba penerjemahan kurikulum ini.
Akumulasi dari semua kegiatan tersebut dapat diprediksi: belum ada perubahan kinerja yang dapat membawa ke arah peningkatan kompetensi guru di lapangan. Pengalaman menunjukkan, dengan berbagai pergantian kurikulum 1994 ke 2004 pun belum sempat ada perubahan dan tampaknya tidak dijadikan bahan refleksi oleh birokrat pendidikan maupun lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (Jaali, 2006). Dari sisi kondisi geografis Indonesia tergolong kurang mendukung dilaksanakannya pergantian kurikulum secara cepat. Mengapa? Karena sistem informasi yang semodern apa pun realitasnya sulit untuk menembus kendala geografis yang tajam. Sekolah-sekolah yang ada di pelosok, di pegunungan, di tengah laut, dan sebagainya, sangat sering menerima informasi yang terlambat. Dalam hal informasi kurikulum, kiranya juga mengalami nasib
(32)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 6 yang sama, kegiatan sosialisasi itu belum pernah diadakan evaluasi, yaitu
penagihan dalam bentuk laporan implementasi dari peserta kegiatan
Disisi lain, masih banyak guru yang kebingungan bagaimana mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga tahun ajaran 2006/2007 belum satu sekolahpun yang siap melaksanakan Kurikulum 2006 yang dikenal dengan sebutan KTSP. Akibatnya banyak kepala Dinas dan Kandep yang mengundang akhli pengembang kurikulum lantas membuatkan kurikulum untuk sekolah-sekolah didaerahnya, Menurut Sekjen Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), langkah ini jelas menyalahi UU Sisdiknas 20/2003 dan aturan penyerta lainnya. Seharusnya KTSP dikembangkan oleh guru dan komite sekolah. Alasannya karena guru yang tahu persis karakteristik siswa dan potensi suatu daerah. Belum siapnya sekolah menyusun kurikulum sendiri akibat memang tidak pernah disiapkan sejak semula. Sekolah terbiasa terima jadi kurikulum pendidikan dari pemerintah pusat dalam bentuk silabus. Jangankan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004 saja belum begitu memahaminya. Artinya, memang ditingkat guru masih membutuhkan sosialisasi bagaimana caranya mengembangkan kurikulum sekolah. Termasuk, juga meningkatkan kualitas gurunya sendiri untuk membuat dan menerapkannya serta mengajarkan materi mata pelajarannya di sekolah dengan baik, pernyataan ini didukung oleh laporan penelitian Sumiyati (2008), pada Rembuk Nasional Pendidikan, dimana sebagian besar sekolah sudah melaksanakan KTSP dengan berbagai variasi, tetapi masih banyak guru dan pengawas yang belum memahami konsep KTSP, sosialisasi KTSP sudah
(33)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 7 dilakukan tetapi belum menyentuh semua elemen penyelenggara pendidikan dan
belum ada evaluasi dokumen KTSP yang telah disusun sekolah. Hasil penelitian Wachyu (2008), sebagian besar guru SMP dalam mata pelajaran bahasa Inggris (74%) mengetahui tentang KTSP tetapi tidak mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukan dalam praktek pengembangannya. Hasil observasi menunjukkan ketidak mampuan guru dalam menyusun RPP, apakah ini akan terjadi pada materi subjek lain ?. Sampai sejauh ini peneliti belum membaca adanya laporan penelitian evaluasi implementasi KTSP di bidang studi Fisika, baik Fisika SD (IPA), Fisika SMP, Fisika SMK dan Fisika SMA, oleh karena itu peneliti akan mencoba melakukan penelitian evaluasi implementasi KTSP Fisika SMA.
Seperti yang diungkapkan oleh Azis (2008), dikarenakan belum adanya perangkat evaluasi untuk menilai sejauh mana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berjalan efektif, beberapa sekolah sudah menggunakan KTSP, tetapi ternyata belum ada perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran sehari-hari. Perangkat evaluasi yang digunakan baru sebatas untuk menilai proses pembelajaran di sekolah, belum untuk menilai kurikulum itu sendiri. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang dibentuk untuk di bawah Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, lebih berfungsi sebagai lembaga sosialisasi dan pelatihan bagi guru dan sekolah dalam menerapkan KTSP belum menjangkau fungsi evaluasi. Menurut Azis (2008), perangkat evaluasi ini penting karena KTSP memberikan ruang otoritas bagi guru untuk melakukan improvisasi dan kreativitas dalam proses pembelajaran dan belum banyak guru yang mampu memanfaatkan hal itu semaksimal mungkin.
(34)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 8 Berdasarkan hal diatas, studi evaluasi implementasi kurikulum diperlukan
sebagai usaha untuk mengetahui apa yang terjadi pada kurikulum operasional (KTSP) di sekolah sebagai dokumen kurikulum yang diaktualisasikan dalam ide/konsep guru kepada peserta didik, (Hasan 1988:3). Menurut pendapat, Berman dan McLaughlin , (Hasan 2008:88), mengungkapkan bahwa evaluasi implementasi kurikulum mengukur seberapa jauh kurikulum (KTSP) sebagai rencana telah dilaksanakan ke dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan, dan mengukur perubahan perilaku guru yang terjadi sebagai pelaksana administratif. Evaluasi kurikulum memiliki landasan legal yang lebih kuat sejak diberlakukannya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pasal 55 dan 56 menetapkan bahwa setiap unit pendidikan harus dievaluasi secara external oleh lembaga internal, pasal-pasal tersebut menunjukkan bahwa suatu usaha pendidikan dalam hal ini KTSP haruslah terbuka untuk dievaluasi oleh suatu lembaga mandiri. Lembaga mandiri ini mungkin dibentuk oleh pemerintah pusat, masyarakat, atau organisasi yang tidak terlibat dalam proses pengembangan kurikulum, (Hasan : 2008). Bagaimana evaluasi implementasi KTSP bisa dilaksanakan ? Banyak yang telah melakukan evaluasi implementasi KTSP dengan berbagai sudut pandang, berbagai bidang studi, dan berbagai hasil, namun ide dari KTSP yang harus menghasilkan siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengantarkan siswa untuk berpikir kritis, berpikir tingkat tinggi belum tampak adanya studi ini .
Ide KTSP untuk mata pelajaran sains harus melibatkan pula hakekat pendidikan IPA : Fisika adalah bagian dari sains (IPA), pada hakikatnya adalah
(35)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 9 kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA sebagai kumpulan
pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model. IPA sebagai cara berpikir merupakan aktivitas yang berlangsung di dalam pikiran orang yang berkecimpung di dalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat untuk memahami fenomena alam. IPA sebagai cara penyelidikan merupakan cara bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji, dan divalidasikan, (Suyudi, 2003). Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan praktik, siswa melakukan olah pikir dan juga olah tangan. Kegiatan praktik adalah percobaan yang ditampilkan guru dan atau siswa dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan oleh siswa yang berlangsung di laboratorium atau tempat lain. Adapun jenis-jenis kegiatan praktik dikelompokkan menjadi 4, yaitu eksperimen standar, eksperimen penemuan, demonstrasi, dan proyek. Kegiatan praktik dalam pembelajaran fisika mempunyai peran motivasi dalam belajar, memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sejumlah keterampilan, dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam mengembangkan silabus, kualitas profil pembelajaran dapat dilihat prinsip relevansi, konsistensi, kecukupan antara siswa, kompetensi yang harus dikuasai, materi yang dipelajari, alokasi waktu, dan sumber bahan yang tersedia. Standar Kompetensi untuk suatu mata pelajaran tidak lepas dari karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa mata pelajaran yang selain memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif, juga memiliki peluang yang lebih
(36)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 10 banyak untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya. Demikian juga pengembangan aspek afektif, tidak akan sama antara mata pelajaran dan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran Sains memiliki peluang yang seimbang baik untuk mengembangkan kemampuan dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Untuk suatu materi sains ada yang bersifat hierarkies dan ada pula yang tidak. Materi yang hirarkies harus dipelajari dengan mendahulukan materi yang menjadi prasyaratnya, (Puskur, 2006).
Pengembangan KTSP mengacu kepada Permendiknas No. 24 Tahun 2005 tentang implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan , pengembangan kurikulum operasional (KTSP) diwujudkan dalam bentuk dokumen silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran berikut komponennya. Standar Isi merupakan suatu dokumen, yang diuraikan menjadi Standar Kompetensi (dokumen dari pusat), kemudian dirinci kedalam Kompetensi Dasar (dokumen dari pusat), sedangkan indikator dan kegiatan pembelajaran adalah uraian yang harus dibuat oleh guru dalam silabus (dokumen guru) bagaimana dokumen-dokumen ini diaktualisasikan kedalam pembelajaran (proses). Gagasan yang tertulis dalam Standar Isi kemudian dituangkan kedalam Standar Kompetensi dan dituangkan juga kedalam Kompetensi Dasar, gagasan-gagasan yang tertulis dalam dokumen tersebut merupakan kehendak. Jika Kompentensi Dasar diuraikan kedalam indikator (kehendak guru), kemudian dirinci dalam kegiatan pembelajaran dalam silabus. Penjabaran silabus kedalam Rencana Pengembangan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana dalam bentuk dokumen tertulis guru, sedangkan aktualisasi adalah proses pelaksanaan pembelajaran di
(37)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 11 kelas. Jika ditelusuri maka definisi “evaluasi kurikulum” berdasarkan pernyataan SK, KD dan indikator diatas sebagai dokumen merupakan proses penentuan nilai dan angka tentang keterkaitan dokumen-dokumen yang diuraikan tersebut (Schubert 1986:262), sedangkan terwujudnya pembelajaran di dalam kelas adalah implementasi kurikulum, maka definisi “evaluasi implementasi kurikulum” adalah proses penentuan nilai dan angka tentang tingkat ketercapaian dokumen standar isi - standar kompetensi -kompetensi dasar-indikator tersebut dapat diaktualisasikan kedalam pembelajaran di kelas.
C. Perumusan Masalah
Beberapa ahli teori evaluasi kurikulum melibatkan suatu konsep model evaluasi. Suatu model merupakan suatu abtraksi, yaitu suatu gambaran rencana global untuk menilai suatu kurikulum, (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]). Dalam setiap model mempunyai sintaxs (langkah-langkah) yang harus diikuti, Robert E.Stake (1967), mengemukakan suatu Model Evaluasi Kurikulum yang dikenal dengan nama model Countenance Stake (tampilan model evaluasi Stake), yang sebelumnya dikenal dengan Model Contingency- Congruence.
The "countenance" model of evaluation seemed more appropriate because its suggested matrices for descriptive and judgmental data are able to support the study of an evolving programme across time, looking at the antecedents as well as the intended and unintended consequences of the programme. Robert Stake's "countenance model" (Stake, 1967) was originally formulated for curriculum studies in the late 1960s, (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]).
Model Penampilan evaluasi Stake tampak lebih tepat karena matriks
(38)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 12 kajian program yang berkembang sepanjang waktu, melihat pendahulunya
serta konsekuensi yang tidak disengaja dari program yang dimaksudkan. Robert Stake's dengan " model penampilan " (Stake, 1967) pada awalnya dirumuskan untuk studi kurikulum di akhir 1960-an.
The countenance model aims to capture the complexity of an educational innovation or change by comparing intended and observed outcomes at varying levels of operation. The congruence between the intentional and the observational accounts provides the basis for judging the success or otherwise of the innovation, whilst at the same time allowing for the recording of unintended outcomes. A summary model of Stake's data matrix is shown in Figure 1
Model Penampilan Stake bertujuan untuk menangkap kerumitan suatu inovasi pendidikan atau mengubah dengan membandingkan apa yang dimaksudkan/diinginkan dan mengamati hasil pada berbagai tingkat operasi. Kesamaan antara kesengajaan dan laporan pengamatan menyediakan dasar untuk menilai keberhasilan atau inovasi tersebut, sementara pada saat yang sama memungkinkan untuk merekam hasil yang tidak disengaja. Sebuah model ringkasan data matriks Stake yang ditampilkan dalam Gambar 1.1
Gambar 1.1 Ringkasan model data matriks Countenance Stake Rational
descriptionsmatrix judgementmatrix
Intended Observation Standard Judgement
Antesedent n Transaction Outcome L o g ica l Co nti ng ency E m p ir ic a l Co nti ng ency
From R.E. Stake, Language, rationality, and assessment. In W.H. Beatty (Ed.), Improving educational assessment and an inventory of measures of affective behavior (Washington, D.C.: Association for Supervision and Curriculum Development, 1969), p. 20.
(39)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 13 Mengapa menggunakan model Evaluasi Countenance Stake dalam
evaluasi implementasi KTSP fisika SMA ? Implementasi kurikulum merupakan dimensi proses atau kegiatan dan hasil, model Countenance Stake sangat cocok untuk evaluasi kurikulum dalam dimensi proses atau kegiatan dan hasil, (Hasan, 1988). Stake mengembangkan suatu model penilaian/evaluasi kurikulum dengan nama Continguency-Congruence Model (CCM). Tujuan dari model ini adalah melengkapi kerangka untuk pengembangan suatu rencana penilaian kurikulum. Perhatian utama Stake adalah hubungan antara tujuan penilaian dengan keputusan berikutnya berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Stake melihat adanya ketidak-sesuaian antara harapan penilai dan guru. Model CCM dimaksudkan guna memastikan bahwa semua data dikumpulkan dan diolah untuk melengkapi informasi yang dapat digunakan oleh pemakai data. Hal ini berarti bahwa penilai harus mengumpulkan data deskriptif yang lengkap tentang hasil belajar peserta diklat dan data pelaksanaan pengajaran, dan hubungan antara kedua faktor tersebut. Di samping itu juga, judgment data harus dikumpulkan, Stake mengartikan judgment data adalah data yang berasal dari pertimbangan berbagai ahli mata pelajaran dan kelompok masyarakat yang berkepentingan dengan kurikulum. Model Countenance Stake lebih dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum dalam konteks pendidikan di Indonesia. Proses pengembangan kurikulum di Indonesia, khususnya KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dalam konteks pendidikan KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satu satuan pendidikan. Dokumen Standar Isi yang diuraikan
(40)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 14 menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum
sebagai rencana yang dibuat di tingkat Nasional dan guru masih harus mengembangkan rencana ini menjadi rencana yang lebih operasional kedalam evaluasi kurikulum dalam dimensi kegiatan dan hasil, (Hasan 1988:109).
Model Countenance Stake sangat cocok untuk evaluasi kurikulum dalam dimensi proses atau kegiatan dan hasil, (Hasan, 1988). Baik data yang dikelompokan ke dalam intended (diharapkan), maupun observation (apa yang terjadi dan teramati) merupakan data yang dapat mengungkapkan tentang apa dan bagaimana kurikulum itu terlaksana. Karena KTSP merupakan salah satu mata tataran dari program diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA, baik dari segi sosialisasi kurikulum maupun pengembangannya. Pengembangan KTSP dilakukan oleh Satuan Pendidikan dengan memperhatikan Standar Isi – Bahan Kajian (SK) – Kompetensi Dasar (KD) yang diberikan oleh BNSP. Melalui penelitian inquairy deskriptif atau survey sebagai acuan evaluasi, data yang terkumpul dapat menggambarkan pada penentuan apa yang diharapkan oleh seorang guru sebagai pengembang kurikulum, merencanakan mengenai keadaan prasyarat (antecedent) sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung, sedangkan kegiatan kelas yang berlangsung sebagai (transaction) atau aktualisasi interaksi yang terjadi , serta menghubungkannya dengan berbagai bentuk hasil belajar (outcomes) . Matrik deskripsi model Countenance Stake dapat mengamati / menganalisis hasil apa direncanakan / diinginkan secara logical countingency (kemungkinan yang terjadi secara logika) dan untuk sesuatu yang sudah terjadi atau sedang terjadi dalam hubungan dengan yang diharapkan pada implementasi
(41)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 15 KTSP secara empirical contingency (kemungkinan yang terjadi secara empirik)
dasar bekerjanya sama dengan analisis logical contingency tetapi data yang dipergunakan adalah data empirik pada kelompok matriks observasi.
Melalui framework analisis matriks data deskriptif dan matriks data pertimbangan model Countenance Stake untuk menggambarkan wujud nyata implementasi KTSP pada kegiatan belajar Fisika di SMA. Sejalan dengan gambaran definisi evaluasi implementasi kurikulum diatas terdapat suatu pertanyaan yang sekaligus merupakan perumusan masalah dalam evaluasi ini :
“Bagaimanakah Model Countenance Stake dapat digunakan dalam evaluasi implementasi KTSP Fisika SMA?
(meliputi kebutuhan dan konteks (Antecendent), proses implementasi (Transaction), dan hasil (outcomes) pada RPP Guru Fisika).
Evaluasi formal model Countenance Stake: “Handout CIRCE University of Illinois” (Robert E. Stake 2001), adalah suatu proses untuk meneliti cara-cara meningkatkan perbaikan subtansi kurikulum, prosedur implementasi, metode pembelajaran, dampak perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang memberikan perhatian terhadap keadaan sebelum suatu kegiatan berlangsung dan terhadap kelas itu sendiri, serta menghubungkan dengan berbagai bentuk hasil belajar. Keadaan sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung dinamakan antecedent (prasyarat), sedangkan kegiatan interaksi yang terjadi di dalam kelas dinamakan
transaction (transaksi) dan outcomes (hasil). Tiga tingkatan antecedent, transaction, dan outcomes terbagi atas dua kategori. Kategori pertama , apa yang
(42)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 16 pengembang program yang merencanakan mengenai keadaan prasyarat yang
dinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Apakah prasyarat tersebut berhubungan dengan minat siswa, kemampuannya, pengalamannya yang biasa distilahkan sebagai entry behaviours (perilaku awal). Selanjutnya guru merencanakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada waktu interaksi dikelas, dan kemampuan apa yang diharapkan siswa peroleh/dapatkan setelah proses interaksi berlangsung. Kategori kedua, kategori yang berhubungan dengan apa yang sesungguhnya terjadi, misalnya keadaan apa yang ada pada waktu interaksi kelas dilakukan ; bagaimanakah kemampuan siswa yang akan belajar ?, Apakah siswa telah belajar topik yang akan diajarkan sebelum pelajaran berlangsung ? Apakah guru mencoba memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui kemajuan yang telah diperoleh dari interaksi yang telah terjadi ? Kategori ini disebut observasi karena berdasarkan pengamatan apa pernah yang dilakukan oleh penilai.
Model Contenance Stake dalam studi evaluasi ini meliputi apa yang direncanakan guru, proses pelaksanaan rencana, dan hasil proses pelaksanaan rencana. Stake membagi kelompok intended dan observation dalam framework
matrix description sedangkan dalam kelompok Standar dan judgment ada dalam framework matrix judgment. Dalam framework matrix judgment peneliti
menelaah ada kekurangan kelompok hasil sebagai kumpulan informasi yang tersedia sebelum judgment diputuskan Framework matrix judgment menjadi
Standard, Hasil pengukuran dan Judgment (pertimbangan) pra-penelitian
(43)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 17 menggunakan kriteria materi pembelajaran Fisika, maka sequence materi fisika akan dilibatkan untuk mengamati aktualisasi materi tersebut. Dari sisi transaksi, untuk materi Fisika dalam studi evaluasi ini akan menggunakan definisi kurikulum pendapat Gagne 1970;
Curriculum is sequence of content unit arranged in such a way that
learning of each unit may be accomplished as a single act provided the capabilities described by specific prior units (in the sequence) have already been learned by the learner (Oliver 1995:5).
Kurikulum adalah urutan isi (unit topic) yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap unit pembelajaran dapat dicapai sebagai suatu kegiatan tunggal menyediakan kemampuan tertentu yang digambarkan oleh suatu topik sebelumnya (dalam urutan) dan telah dipelajari oleh peserta didik.
Maka “evaluasi implementasi kurikulum “ akan mengacu pada proses penentuan nilai dan angka tentang tingkat kesesuaian isi yang menggambarkan kegiatan belajar (task analysis) dan merupakan ciri penguasaan bahan pelajaran dengan memandang suatu topik sebagai suatu organisasi hirarkis dari urutan tingkatan-tingkatan yang terinci dalam pembelajaran .
Task Analysis is procedure involves the detailed analysis of the hierarchical structure of task to be taught by unit. The task may be a routine arithmetical operation, the comprehension of a concept, the application of principle for solving a particular problem. Task analysis specifies the sequence of particular activities. Operations, and the like needed to perform a given task, (Yoloye, 1971, Lewy 1977:80).
Analisis kegiatan belajar adalah melibatkan prosedur analisis secara rinci struktur hirarkis kegiatan belajar yang harus diajarkan dalam unit topik. Kegiatan belajar rutin seperti langkah aritmatika, pemahaman konsep, penerapan prinsip untuk memecahkan masalah tertentu. Analisis kegiatan belajar menentukan urutan kegiatan tertentu. Langkah-langkah, dan sebagainya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar tertentu.
(44)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 18
The task analysis of instructional material enables us to see whether all the requirements for dealing with a certain task are properly presented and sequenced in the unit. Yoloye carried out task analysis of instructional material for the purpose of verifying the adequacy of its hierarchical structure (Yoloye, 1971, Lewy 1977:80).
Analisis kegiatan belajar dari suatu materi pembelajaran memungkinkan kita untuk melihat apakah semua persyaratan untuk menangani kegiatan belajar disajikan dengan benar dan dari urutan suatu topik. Yoloye melakukan analisis kegiatan belajar materi pengajaran untuk tujuan verifikasi yang lengkap dari suatu struktur hirarkis (Yoloye, 1971, Lewy 1977:80). Dalam studi evaluasi KTSP Fisika SMA ini, mengkaji lebih jauh dalam analisis konten Fisika SMA kelas X semester I dan mengujinya serta mendeskripsikan tentang pelaksanaan implementasi Fisika dalam KTSP ke dalam frame matrik deskriptif baik itu
intended – observation maupun antecendent, transaction dan outcome. Untuk
studi evaluasi KTSP yang menggunakan Model Countenance Stake belum ditemukan baik melalui internet maupun Jurnal pendidikan. Evaluasi implementasi KTSP yang dilakukan oleh guru adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari kinerja alumni (guru) sebagai pelaksana dan pengembang KTSP. Pada evaluasi ini evaluator menggunakan pendekatan The
User/Consumen Oriented Approach yaitu pendekatan yang berorientasi kepada
pengguna/konsumen diklat. Hal tersebut bisa dijadikan masukan untuk melaksanakan/mengembangkan program yang lebih baik dan memperbaikinya di masa yang akan datang.
KTSP sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
(45)
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 19 pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi, untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Karena sosialisasi KTSP dalam bentuk mata tataran KTSP yang diberikan pada program diklat berjenjang , maka yang akan dilakukan oleh evaluator adalah evaluasi implementasi KTSP pada kinerja alumni diklat berjenjang P4TK IPA. Dari permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian deskriptif atau penelitian survey yang mengawali evaluasi secara mendalam tentang implementasi KTSP Fisika SMA pada Kinerja Alumni Program Diklat Berjenjang di P4TK IPA. Model Countenance Stake sangat cocok untuk evaluasi kurikulum dalam dimensi proses atau kegiatan, (Hasan, 1988). Baik data yang dikelompokan ke dalam intended (diharapkan) maupun observation (apa yang
terjadi) merupakan data yang mengungkapkan tentang apa dan bagaimana
kurikulum itu terjadi.
Evaluasi kurikulum berhubungan dengan pemberian pertimbangan nilai dan harga kurikulum dan harus berkaitan dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam konteks evaluasi kurikulum Stake (1976) merupakan salah seorang tokoh yang banyak berbicara tentang penetapan kriteria evaluasi, dengan kriteria tersebut evaluator dapat memberikan pertimbangan mengenai
(46)
komponen-Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 20 komponen kurikulum yang masih memerlukan perbaikan dan
komponen-komponen yang dianggap sudah memenuhi persyaratan. Dengan pendekatan tertentu evaluator dapat mengembangkan kriteria evaluasi yang akan digunakan.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dalam konteks pendidikan KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh satu satuan pendidikan. Sedangkan program adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru. Seorang guru, sebagai pengembang program, merencanakan kondisi awal (prasyarat) yang diinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Guru merencanakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada saat interaksi di kelas, dan kemampuan apa yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah proses interaksi berlangsung. Beberapa pendapat tentang definisi implementasi kurikulum yang akan dipakai sebagai acuan :
Curriculum implementation is seen as a process of multiple interpretations by teachers. Rather than one proper way to implement the curriculum, a
collaborative approach looks for a variety of “profiles of practice”
(Johnson,1987), which, when taken as a whole, define the curriculum change.
Implementasi kurikulum dipandang sebagai proses multi-tafsir (interpretasi) guru secara beragam dalam pembelajaran. Dibandingkan satu cara yang tepat untuk mengimplementasikan kurikulum, dengan suatu pendekatan kolaboratif dapat mencari berbagai "profil pembelajaran" (Johnson, 1987, Posner 1995: 213), ketika diambil secara keseluruhan, dapat menetapkan perubahan kurikulum).
(1)
287
Christiansen, GS & Garret, Paul .H, (1960) Structure and change an Introduction The Science of Matter. London : Freman.
Dahar. W. Ratna (1989). Teori - teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Davies, Ivor. K (1976). Objective in Design Curriculum England, Mc. Graw-Hill. Maiden Head.
Davies, Ivor.K. (1976), Competency Based Education, Mc. Graw-Hill, Maiden Head.
Dick, Walter & Carey Lou, (1985), The Systematic Design of Intruction, London, Scott, Foresman and Company.
Edmund C.Short, (1991). Forms of Curriculum Inquiry : State University of New York Press Albany.
Frances Klein. (1991). The Politics of Curriculum Decision-Making,: Albany, State University Press of New York,
Francis P.Hunkins . (1998), Curriculum Foundations, Principles, and Issues, A Viacom Company 160 Gould Street Needhamd Heights.
Francis P.Hunkins, (1998), Curriculum Development Program Improvement. Columbus, Ohio. Bell and Howell Company.
Francis P.Hunkins, and Allan c. Ornstein (1998), Curriculum Foundations, Principles, and Issues. USA . Allyn and Bacon.
Fred N.Kerlinger, (1976). Foundations of Behavioral Research : Canada. Holt, Rinehart and Wiston, Inc.
Finch. Curtis.R & Crunkelton. John. R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Education Planning : Conten and Implementasion, Boston.
Geoffrey Petty, (1994). Teaching Today : Stanley Thornes Cheltenham UK
George J. Posner. (1995). Analysing The Curriculum, McGraw-Hill, Inc.United States of America.
Hasan, S.H. (1988), Evaluasi Kurikulum, Jakarta P2LPTK. _________. (2008), Evaluasi Kurikulum, Bandung, Rosdakarya.
(2)
288
Hamalik, Oemar, (1993). Evaluasi Kurikulum, Bandung, Rosdakarya.
_____________, (2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, Rosdakarya.
_____________, (2008). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Hass, Glen, (1977), Curriculum Planning A New Approach, Massachusetts, Allyn and Bacon, Inc.
Ibrahim, (1980), Suatu Sistem Untuk Menilai Kurikulum Yang Sedang Dikembangkan di Indonesia, Bandung, Pasca Sarjana IKIP.
Ian Forsyth, (1999). Evaluating a Course : Quicksilver Driver Sterlingg, VA 20166 USA.
Jack R.Fraenkel. (1993). How To Design and Evaluate Research in Education: New York. MacGraw-Hill Inc.
Jacqueline Grennon Brooks, (1993). The Case for Constructivist Classrooms : Association for Supervision and Curriculum Development, Alexandria, Virginia
James H.McMillan & Sally Schumacher (2001). Research in Education :Addison Wesley Longman, Inc.
James P.Byrnes, (1996). Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts : Allyn and Bacon, Massachusetts.
James A Beane, (1995). Toward A Coherent Curriculum : Association for Supervision and Curriculum Development
John P.Miller & Wayne Seller, (1985). Curriculum Perspectives and Practice : Longman,New York
John.D. Mc.Neil. (1994). Curriculum A Comprehensive Introduction. Scott.Foresman Company.London.
Kamajaya, (2003). Pintar Fisika 1 SMU : Ganeca Exact Jakarta.
Lauren B.Resnick & Leopold E. Klopfer, (1989). Toward the Thinking Curriculum : Current Cognitive Research : Association for Supervision and Curriculum.
(3)
289
Leonard Nadler. (1982). Designing Training Programs: The Critical Event Model, Philippines, Addison Wesley Publishing Company.
Marthen Kanginan, (1999). Seribu Pena Fisika 1 SMU : Erlangga Jakarta
Martyn Hammersley. (1990). Classroom Ethnography :Philadelphia, Open University Press Milton Keynes.
Mc.Neil, J.D. (1985). Curriculum : A Comprehensive Introduction. Boston: Little Brown and Company.
Meredith D.Gall & Joyce P.Gall (2003), Educational Research. Boston USA Pearson Education, Inc
Michael Shayer, (1989), Toward a Science of Science Teaching, Cognitive Development and Curriculum Demand. Heinemann Educational Books M.Frances Klein. (1991). The Politics of Curriculum Decision Making (Issues in
Centralizing the Curriculum) : State University of New York, Albany. Miller.J.P & Seller.W (1985). Curriculum Perspectives and Practice, Longman
N.y, Alpine Press.
Mikrajuddin.A (2007). IPA Fisika 1 SMP dan MTS : Erlangga Jakarta.
Mulyasa, (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi . Bandung, Remaja Rosdakarya.
_______, (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Bandung, Remaja Rosdakarya.
Moleong, J.L. (1995). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Nadler, Leonard, (1982), Designing Training Programs ; The Critical Events Model, Philippines, addison Wesley Publishing Company.
M.Nasir, (1988). Metode Penelitian : Ghalia Jakarta
(4)
290
Norman E.Gronlund, (1985). Measurement and Evaluation : Macmillan New York.
Oliva, P.F (1992). Developing The Curriculum, N.Y. Harper Collins. P.
Oliver, Albert I (1977), Curriculum Improvement: A Guide to Problem, Principles, and Process, London, Harper & Row, Publishers
Patton, M.Q (1980). Qualitative Evaluation Method, Beverly Hills, London, Sage Publication.
Peter Salim, (1990). The Contenporary English Indonesian Dictionary : Modern English Press Jakarta
Peter G.Cole, (1994). Teaching Principles and Practice : Prentice Hall New York Philip W.Jackson, (1992). Hand Book of Research on Curriculum: Maxwell
Macmillan Canada .
Richard Daugherty, (1995). National Curriculum Assesment A Review of Policy 1987-1994 : The Falmer Press,4 Jonh Street London.
Robert E.Yager, (1996). Science Technogy Society : As Reform In Science Education : University oh New York Press, Albany
Robert M.Gagne, (1977). The Condition of Learning : Holt Rinehart and Winston Inc.USA
Rodger Bybee, (2004), Inquiry and the National Science Education Standards, Washington, D.C, National Acadeemy Press.
Sally L. Bond & Jacqueline. (1997). Taking Stock: A Practical Guide to Evaluating Your Own Programs, Chapel Hill NC, Horizon Research, Inc. Steven.Zemelman, (1998). Best Practice ; New Standar for Teaching and
Learning in America’sSchool : Heineman, Inc,Portsmouth, NH.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Suharsimi Arikunto, (1988). Penilaian Program Pendidikan : P2LPTK-Jakarta Sukmadinata, N.S. (2001). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek.
(5)
291
______________ . (2008). Metode Penelitian Pendidikan : Bandung, Remaja Rosdakarya.
Susan Hart, (1996). Differentiation and the Secondary Curriculum (Debates and Dilemmas), Routledge.New Fetterlane.London.
Tilaar, (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional : Tera Magelang.
Tim Pustaka Yustisia,(2008), Panduan Lengkap KTSP, Yogyakarta.
Tyler, R.W (1949). Basic Principles in Curriculum and Instruction, Chicago, Universityy of Chicago Press.
Wynne. Harlen (1978). Evaluation and the Teacher”s Role: London, Macmillan Education LTD.
Sumber Pustaka Internet :
William M.K Trochim (2006). Social Research : : http://www.socialresearch.net/kb/order.php
House:1978, Gibbs:1983, Marshall and Peters (1985). MaryMelrose Centre for Staff and Educational Development Auckland Institute of Technology: http://www.aut.ac.nz/
Robert E. Stake, (1967), (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]). Robert E. Stake, (2001) , “Handout CIRCE University of Illinois” ,:
http://edu.illinois.edu.circe.pub.countenance.
House (1978) and Stufflebeam & Webster (1980). Evaluation Approach.
(6)