PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN: Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Jawa Barat.

PROFIL PENGELOLAAN USAHA MANDIRI
LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN

(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang Jawa Barat)

TESIS

Diajukan kepada Panitia UjianTesis Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia untuk Memenuhi

Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah
Konsentrasi Pelatihan

Oleh:

Drs. ABDUL HARIS


Nim:989534

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM PASCASARJANA
UPI BANDUNG
2000

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini dengan judul "PROFIL
PENGELOLAAN USAHA MANDIRI LULUSAN PELATIHAN KETERAMPILAN"

(Kasus Lulusan Pelatihan Keterampilan Menjahit Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang Jawa Barat), beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri.
Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciri-ciri yang tidak sesuai
dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dan
karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2000

Yang|\4embuat Pernyataan,

ABDUL HARIS
NIM: 989534

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, M.A.
NIP. 130 321112

Pembimbing II,

Prof. Pi H. Diudiu Sudiana, M.Ed.

ND?. 130 143 871

ABSTRAK

Penelitian ini berusaha menjawab sebuah permasalahan berkenaan dengan
penmgaruh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para lulusan pelatihan
keterampilan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Binangkit" Lembang, terhadap
pengelolaan usahanya, bagaimana merencanakan, pelaksanaan, upaya meningkatkan,
dan berbagai pendukung dan hambatan dalam pengelolaan usaha tersebut. Selain itu
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambgaran tentang pengelolaan usaha
(mata pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan dimaksud.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, serta upaya dalam mencapai
tujuannya, maka ada beberapa teori yang mendasari, di antaranya : Teori andragogi,
yang menekankan bahwa pengalaman yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh
dalam belajarnya; Konsep aliran progresivisme, yang salah satu prinsipnya bahwa
pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, yang mengandung makna bahwa tanpa upaya
pendidikan maka manusia tidak dapat hidup sempurna; Konsep pendidikan luar
sekolah, yang menekankan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur hidup dan
dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana, dan bertujuan untuk
mengaktualisasikan potensi

manusia berupa sikap, tindak dan karya, menuju
terbentuknya manusia seutuhnya yang gemar belajar agar mampu meningkatkan
mutu dan taraf hidupnya. Meningkatnya mutu kehidupan dapat bermula dari perolehan
pekerjaan atau berwiusaha sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
sebagai dampak hasil belajarnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk studi kasus,
di mana subyek yang diteliti sebanyak 4 orang, yakni masing-masing mereka yang telah
atau sedang mengelola suatu usaha (mata pencaharian) secara mandiri, yang berkaitan
erat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yakni usaha di bidang
menjahit pakaian. Sedangkan untuk mendapatkan data yang relevan untuk menjawab

pertanyaan penelitian, digunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara (interview),
dan

studi

dokumentasi,

dan


untuk

memudahkan

penggunaan

ketiga

teknik

pengumpulan data tersebut, dilengkapi dengan pedoman, yang berisikan pertanyaan
terbuka.

Berbagai data/informasi yang berhasil dihimpun guna menjawab pertnyaan

penelitian ini, yakni perolehan pengertahuan dan keterampilan melalui pelatihan
keterampilan menjahit pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit"
Lembang, dan penerapannya dalam melakukan usahanya; cara merencanakan
pengelolaan usaha, meliputi tujuan yang ingin dicapai, persiapan modal usaha,
persiapan tempat usaha, persiapan tenaga pengelola usaha; pelaksanaan usaha,

meliputi pengadaan bahan baku jahitan, peralatan yang digunakan, jenis produksi yang
dilakukan, proses produksi, waktu yang digunakan, pemasaran hasil produksi, upah
atau keuntungan yang diperoleh, administrasi dan pembukuan kegiatan usaha, serta
uapaya kesehatan dan keselamatan kerja; upaya yang dilakukan guna meningkatkan
pengelolaan usaha; dan berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha
yang dilakukan oleh responden.
Untuk menarik suatu kesimpulan akhir dari hasil pelaksanaan penelitian ini,

dilakukan pembahasan/diskusi terhadap teihuan-temuan lapangan. Dan sehubungan
dengan keterbatasan penelitian ini, maka perlu direkomendasikan : (1) Penyeleggaraan
pelatihan ketermpilan sedapat mungkin lerbih mengutamakan pemenuhan kebutuhan
peserta daripada pencapaian target program, selain itu, materi pelatihan sebaiknya
tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakan produk,
melainkan yang tak kalah pentingnya adalah cara menerapkan pengetahuan dan
keterampilan itu melalui kegiatan nyata dalam pengelolaan usaha mata pencaharian; (2)
Para lulusan pelatihan keterampilan yang telah mengelola suatu usaha perlu mendapat

bimbingan secara terus menerus, terutama dalam hal pengembangan usaha kearah
yang lebih maju; (3) Untuk penelitian selanjutnya, agar dapar menelusuri lebih jauh
dampak pelatihan berbagai keterampilan yang telah dilaksanakan oleh panti tersebut di

atas, dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih besar, serta dengan
pendekatan dan metode yang lebih bervariasi.

DAFTAR ISI
Halaman

LEMBARAN JUDUL

i

PERNYATAAN

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii

ABSTRAK


iv

KATA PENGANTAR

v

UCAPAN TERIMA KASIH

vii

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xii

DAFTARBAGAN


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

xiv

PENDAHULUAN

1

A.

Latar Belakang Masalah

1

B.


Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian

10

C.
D.

Definisi Operasional
Tujuan Penelitian

11
18

E.

Manfaat Penelitian

19

F.


KerangkaBerpikir

20

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.

22

Konsep Pendidikan Luar Sekolah, Arti dan Kriteria
Kemandirian

22

1. Pendidikan Luar Sekolah

22

a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

22
23

Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah
Sasaran Pendidikan Luar Sekolah

25
26

c.
d.

e. Komponen PendidikanLuar Sekolah

B.

27

2. Arti dan Kriteria Kemandirian
a. Arti Kemandirian
b. Kriteria Kemandirian

30
30
31

Konsep Pengelolaan Usaha Kecil Mandiri
1. Pengertian Mandiri

34
35

ix

2.

Merencanakan Usaha Kecil Mandiri

3.

Pelaksanaan Usaha Kecil Mandiri

4. Meningkatkan PengelolaanUsaha Kecil Mandiri
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan
Usaha Kecil

Mandiri

36
43

53
54

C. Konsep Pelatihan Keterampilan Ditinjau dari Sistem
Pendidikan Luar Sekolah

56

1. Pengertian, Landasan Filosofis, dan Kegunaan
Tentang Pelatihan Keterampilan
a. Pengertian Pelatihan Keterampilan
b. Landasan Filosofis Tentang Pelatihan
Keterampilan
c. Kegunaan Tentang Pelatihan Keterampilan
2. Metode Pembelajaran dalam Pelatihan
Keterampilan
3. Pelatihan Keterampilan Sebagai Proses Pemberdayaan
BAB

III

METODOLOGI PENELITIAN

57
61
63
69
71

A. Metode Penelitian

71

B. Subjek Yang Diteliti
C. Data Yang Dikumpulkan
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

75
80
81

1. Teknik Pengumpulan Data

81

2.

84

Teknik Analisis Data

E. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Eksplorasi
3. Tahap Analisis Data
F.

BAB IV

56
56

86
86
87
87

Keabsahan Temuan Penelitian

88

1.
2.
3.
4.

88
88
89
89

Triangulasi
Ketekunan Pengamatan
Penggunaan Bahan Referensi
Mengadakan Member Check

LAPORAN HASIL PENELITIAN

90

A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum
2. Deskripsi Khusus

90
90
115

B. Pembahasan

131
X

1. Kesesuaian Antara Pengalaman Dengan Pengetahuan dan
Keterampilan yang Diperoleh Responden Melalui Pelatihan
Keterampilan Menjahit Pada Panti
Rehabilitasi Sosial
Pamardi Putra "Binangkit" Lembang

132

2. Upaya Belajar Sendiri
3. Ternpat (Lokasi) Usaha

134
136

Modal Usaha

137

5. Tenaga Pengelola

139

6. Pemasaran
7. Administrasi dan Pembukuan Usaha

140
143

Temuan dan Implikasi Hasil Penelitian

144

4.

C.

1. Temuan Penelitian

144

2. Implikasi Hasil Penelitian

147

Keterbatasan Penelitian

148

BABV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

149

D.

A.

Kesimpulan

149

B.

Rekomendasi

154

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPDRAN-LAMPIRAN

157

DAFTAR LABEL

Tabel
1.

2.

Halaman

PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN KECIL DENGAN
PERUSAHAAN BESAR

15

BEBERAPA CATAT AN ADMINISTRASI DAN MATERl ATAU
KEGIATANNYA

48

3.

JENIS PERALATAN YANG DIMILIKI RESPONDEN

4.

JENIS PAKAIAN YANG TELAH DIPRODUKSI

99
100

DAFTAR BAGAN

Bagan
1.

ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA
REHABILITASI SOSIAL

Halaman

6

2.

KERANGKA BERPIK1R PENELITIAN

21

3.

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

30

4.

LANGKAH-LANGKAH DALAM PROSES MENJAHIT

106

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Catatan Lapangan

160

2. Pedoman Wawancara

162

3. Pedoman Observasi

166

4. Foto Kondisi Lokasi (Tempat) Pengelolaan Usaha Jasa Menjahit
Responden

168

5. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan/Observasi

172

6. Surat Penyampaian Kepada Responden

173

7. Riwayat Hidup Penulis

177

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan

dari usaha pembangunan adalah untuk mencapai

kesejahteraan materil maupun sprituil yang merata bagi kehidupan manusia. Oleh
karena itu seiring dengan perkembangan fisik, peningkatan kemampuan manusia,

perubahan sikap dan perilakunya

sesuai dengan perkembangan zaman perlu

mendapat perhatian serius. Pembangunan hanya terlaksana dengan baik, apabila
terlebih dahulu dilakukan kegiatan membangun potensi insaniah pembangunan.

Potensi insaniah pembangunan yang cukup dominan adalah generasi
muda. Generasi muda dengan berbagai atributnya yang sekaligus merupakan

anggapan dasar bahwa generasi muda adalah penerus

nilai-nilai luhur bangsa,

generasi muda adalah penerus perjuangan bangsa, generasi muda adalah penerus
bangsa atau penerus keturunan, generasi muda adalah mengisi masa depan. Generasi
muda adalah angkatan kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
dalam menciptakan kegiatan pembangunan di segala bidang.
Menyadari akan peran dan tanggung jawab generasi muda terhadap

pelaksanaan pembangunan dan kontinuitas bangsa, yang akan terus berkembang,
maka generasi muda dituntut mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang paling mutahir sekalipun. Di sisi lain, generasi muda dihadapkan pada era
globalisasi yang senantiasa membawa dampak krisis nilai dan intelektual bagi
dirinya. Erosi kredibilitas dari para pembina dan ketidakpastian masa depan telah

menghilangkan acuan bagi generasi muda. Mengingat generasi muda termasuk

angkatan kerja potensial dan bercita-cita untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya.

Untuk itu, peningkatan keterampilan dan peranan sikap hidup yang baik perlu
ditumbuhkembangkan sejak dini. Maksudnya, bahwa generasi muda perlu dibina
secara serius.

Generasi muda sebagai penerus cita-cita bangsa, serta sebagai potensi
bangsa dimasa datang, diharapkan memiliki kesiapan fisik dan mental yang matang.
Sehubungan dengan itu, GBHN Tahun 1998, mengamanatkan :

Pemuda sebagai kader bangsa dan kader pembangunan

perlu terus

meningkatkan profesionalisme kewirausahaan, komunikasi timbal balik,

kebiasaan gemar membaca yang memdorong semangat dan kemauan belajar
dan bekerja keras untuk mengembangkan kecerdasan, keahlian dan
keterampilan, serta daya nalar, berpikir kritis analitis dan tanggap terhadap
tantangan dan lingkungan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Tap MPR RI No. II/MPR/1998).

Akan tetapi perjalanan kehidupan generasi muda tidaklah selalu mulus
sebagaimana yang diharapkan bersama oleh orang tua (keluarga), masyarakat dan

pemerintah. Generasi muda dalam perjalanan hidupnya, banyak yang menyimpang
dari jalur yang seharusnya ia lalui. Salah satu di antaranya adalah keterlibatan
generasi muda pada penyalahgunaan narkotika. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Sudarsono (1991, h.66), sebagai berikut : "Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini
penyalahgunaan narkotika sebagian dilakukan

oleh kaum remaja. Khusus di

Indonesia keadaan ini kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar".

Kondisi generasi muda dalam hal penyalahgunaan narkotika dan

sejenisnya dewasa ini memang sangat memperihatinkan, sebagaimana diungkapkan
melalui data Dirjen Dikti Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan R.L, sebagai
berikut:

Bahwa penggunaan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) di
kalangan pelajar dan mahasiswa cukup tinggi, Data tersebut bersumber dari
Rumah Sakit Ketergantungan Obat, setidaknya terdapat 50. ribu sampai 75
ribu orang. Yang tidak terdeteksi diperkirakan mencapai 10 hingga 15 kali
data yang ada. Sekedar gambaran, berdasarkan kondisi perFebruari 1999,
jumlah penderita tingkat SLTP mencapai 1.055 orang , SLTA 2.096 orang,
dan perguruan tinggi/akademi 1.569 orang. (Surat Kabar Harian Republika,
tanggal 6 September 1999 : 9).

Data di atas menunjukkan bahwa keterlibatan remaja atau generasi muda
dalam penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya sudah cukup tinggi, yang tentunya

sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup remaja/generasi muda khususnya,
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara pada umumnya. Oleh karena itu,

berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, baik oleh pemerintah,
kalangan swasta, maupun masyarakat secara luas. Salah satu bentuk kegiatan

penanggulangan yang biasa dilakukan, baik oleh pemerintah, maupun organisasi
atau lembaga swasta, adalah melalui upaya pendidikan. Upaya pendidikan
dimaksudkan adalah bukan hanya berlangsung dalam sekolah, melainkan di luar
sekolah (Pendidikan Luar Sekolah), sebagaimana dikemukakan

D. Sudjana,

sebagai berikut
Pendidikan Luar sekolah adalah setiap upaya pelayanan pendidikan di
luar sekolah yang berlangsung seumur hidup dan dijalankan dengan sengaja,
teratur, terencana, dan bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi manusia

berupa sikap, tindak dan karya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya
yang gemar belajar-mengajar agar mampu meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya. (D. Sudjana, 1993, : 37).
Sejalan dengan pendapat di atas, Garis-Garis Besar Haluan Negara

(GBHN) Tahun 1993, mengamanatkan bahwa :

Pendidikan Luar Sekolah, termasuk pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan seperti kepramukaan, berbagai kursus dan pelatihan
keterampilan, perlu ditingkatkan kualitasnya dan diperluas dalam rangka
mengembangkan sikap mental, minat, bakat, keterampilan dan kemampuan
anggota masyarakat, menyiapkan dan memberi bekal kepada warga belajar

agar mampu bekerja dan berwira usaha serta meningkatkan martabat dan
kualitas kehidupannya. (TAP MPR Rr No. II/MPR/1993).

Bertitik tolak dari pendapat di atas, bahwa peranan pendidikan luar
sekolah adalah menghasilkan kegiatan edukatif, ditambah dengan keterampilan
sehingga peserta didik terbekali untuk dapat melakukan penyesuaian yang harmonis
antara perkembangan rohaniah dan pertumbuhan jasmaniah, juga mengembangkan
sikap positif dan bertanggung jawab. Dengan demikian pendidikan luar sekolah

menitikberatkan upaya untuk membantu peserta didik dalam mengoptimalisasikan
perkembangan intelektual, perasaan, kemapuan, usaha dan keterampilan, serta untuk
mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupannya.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, maka salah satu bentuk

pelayanan pendidikan luar sekolah yang menitikberatkan pada upaya pemberian
keterampilan kerja kepada peserta, yakni melalui suatu pelatihan. Menurut Peraturan

Pemerintah RI Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja, dijelaskan bahwa :
Latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan,
memperolah,
meningkatkan serta
mengembangkan
keterampilan,
produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan
tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya
mengutamakan praktek daripada teori (D. Sudjana, 1996 : 263).
Henry Simamora (1995 : 287), mengemukakan bahwa pelatihan adalah
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seseorang individu. Pelatihan
berkenaan dengan perolehan keahlian-keahlian atau pengetahuan tertentu.

Dari pengertian di atas dan dalam kaitannya dengan upaya untuk

membekali keterampilan kepada remaja

bekas korban penyalahgunaan narkotika

agar kelak dapat menyesuaikan diri pada lingkungan masyarakatnya, tanpa
senantiasa menggantungkan diri pada pihak lain terutama orang tuanya. Mengingat

bahwa tanggung jawab terhadap pengembangan dan pembinaan Remaja/anak
sebagai generasi muda, merupakan tugas bersama antara orang tua, masyarakat dan
pemerintah, serta tanggung jawab generasi muda itu sendiri. Pembinaan generasi
muda, dijelaskan dalam TAP MPR RI No. II/MPR/1998, sebagai berikut:
Pembinaan remaja dilaksanakan melalui peningkatan keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembiasaan dan penghayatan
perilaku terpuji, sikap mandiri, berprestasi, dan bertanggung jawab,
peningkatan budaya gemar membaca dan budaya belajar, pertumbuhan
kemampuan dan daya nalar, kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis
analitis, pengembangan kreativitas dan keterampilan, peningkatan gizi dan
kesehatan jasmani, penanaman kesadaran akan bahaya penyalahgunaan obat,
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya; kepekaan terhadap
lingkungan dan pemahaman wawasan kebangsaan serta upaya
menumbuhkan idealisme dan rasa cinta tanah air dalam pembangunan
bangsa dan negara sebagai pengamalan Pancasila.
Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah melalui

Departemen Sosial yang diberi wewenang untuk menangani masalah anak dan
korban penyalahgunaan narkotika, secara teknis diwujudkan dalam bentuk kegiatan
rehabilitasi sosial anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, melalui sistem
panti maupun non panti. Tujuannya adalah untuk memulihkan kembali integritas

diri, kepercayaan diri, kesadaran dan tanggung jawab masa depan, mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan sosialnya serta memiliki kemampuan
dan kemauan agar dapat melaksanakan fungsi dan peranannya secara wajar di

masyaraskat. Kegiatan ini bersifat rehabilitatif dan pengembangan yang meliputi

kegiatan bimbingan sosial, bimbingan

mental

dan

pelatihan

keterampilan

kerja/usaha.

Khusus penanganan yang dilakukan melalui sistem panti, maka sejak
dimulainya pada tahun 1986 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI. Nomor

58/HUK/1986, tanggal 3 Juni 1986 tentang dimulainya pelaksanaan Rehabilitasi

Sosial Korban Narkotika dengan sarana dan fasilitas SRPGOT Marga Mulya
Lembang.

Dan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri

Sosial

RI

Nomor

6/HUK/1994, tentang pembentukan 18 panti di lingkungan Departemen Sosial,

salah satu diantaranya adalah "Panti Sosial Pamardi Putra 'Binangkit' Lembang
yang terietak di Kecamatan Lembang Kabupaten Dati II Bandung Propinsi Jawat
Barat hingga sekarang. Lembaga ini mendapat tugas dari pemerintah melalui
Departemen Sosial, untuk menangani remaja/generasi muda

khusunya wanita

(puteri), yang merupakan korban penyalahgunaan narkotika.

Mekanisme penerimaan Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika untuk
mengikuti kegiatan rehabilitasi pada Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang, dapat dilihat pada bagan berikut:
Bagan 1
ALUR MEKANISME PENERIMAAN CALON PESERTA
REHABBLLTASI SOSIAL

Kanwil Depsos

PSPP Binangkit
Lembang

Orang tua/Wali dapat
menghubungi PSK di Kec./Cab
Dinas Sosial Kab.

Orang tua/Wali menghubungi
Kanwil Depsos/Dinas Sosial
Propinsi setempat.
Orang tua/Wali dapat
menghubungi langsung PSPP
Binangkit Lembang.

Sumber : Kantor PSPP Binangkit Lembang Kab. Bandung

Dinas Sosial
Cab/Kab. Dati II

Para peserta yang telah resmi diterima menjadi binaan Panti Rehabilitasi

Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang ini, selanjutnya diberi pembinaan, yang
terbagi ke dalam lima kategori : Pertama, Pembinaan fisik, bertujuan untuk
memulihkan kembali kondisi fisik peserta dari keadaan kurang sehat atau loyo
menjadi sehat, bugar dan kuat. Kedua, Bimbingan mental psikologik, bertujuan
untuk membentuk dan membina pertumbuhan kondisi psikis/kepribadian,
emosional, dan berupaya memantapkan sikap mental, integritas diri serta disiplin
diri. Ketiga, Bimbingan moral dan keagamaan,

bertujuan untuk meningkatkan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan kemampuan menjalankan ibadah
agama.

Keempat,

Bimbingan

sosial,

bertujuan

untuk

memulihkan

dan

mengembangkan tingkah laku positif peserta, sehingga mereka mau dan mampu
melakukan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar, serta dapat menjalin
hubungan dengan anggota keluarga dan masyarakat secara serasi dan harmonis.
Kelima, Pelatihan keterampilan, yang bertujuan untuk membekali pengetahuan,

keterampilan, dan perubahan sikap, agar kelak setelah kembali ke lingkungan tempat

tinggalnya, dapat memperoleh atau menciptakan suatu pekerjaan/mata pencaharian
secara mandiri,

sehingga

secara berangsur-angsur dapat

mengurangi

rasa

ketergantungannya kepada orang lain, terutama orang tua mereka.
Sesuai dengan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa sejak tahun
1986 hingga tahun 2000, telah dibina dalam bentuk rehabilitasi sosial sebanyak 890

orang, yang terdin dari : Angkatan I s.d V (1986/1987-1990/1991), sebanyak 250
orang; Angkatan VI s.d. X (1991/1992-1995/1996), sebanyak 310 orang; Angkatan
XI (1996/1997), sebanyak 80 orang; Angkatan XII (1997/1998), sebanyak 80 orang;

Angkatan XIII (1998/1999), sebanyak 90; dan Angkatan XIV (1999/2000),

sebanyak 80 orang (Papan informasi data Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang, 1999). Jumlah ini disesuaikan dengan kemampuan dana yang
tersedia, sehingga setiaptahunnya terdapat sekitar30 % pendaftar yang tidak sempat
ditampung atau dilayani.

Dari jumlah tersebut, telah diikutsertakan dalam dua jenis pelatihan
keterampilan , yakni pelatihan tatarias kecantikan dan keterampilan menjahit.
Khusus untuk tahun anggaran 1999/2000, telah bertambah menjadi empat jenis
keterampilan yang dilatihkan, yakni keterampilan tatarias kecantikan, keterampilan
menjahit, keterampilan olah makanan dan keterampilan berkebun tanaman hias.
Memperhatikan data hasil binaan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang di atas, memang nampaknya kita semua patut berbangga hati,
yakni betapa besar upaya pemerintah menangani Bekas Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Namun di sisi lain masih terdapat kalangan yang

cenderung

mempertanyakan : "Apakah mungkin orang yang pernah kecanduan narkotika dapat
hidup layak kembali setelah mengikuti upaya rehabilitasi?". Pertanyaan tersebut di

dasarkan adanya asumsi bahwa kecanduan terhadap narkotika dan sejenisnya adalah
tidak jauh berbeda dengan kecanduan yang dialami seorang perokok terhadap rokok
yang disenanginya. Seseorang yang telah kecanduan rokok, sekalipun ia berusaha
menghindari rokok (berhenti merokok), akan tetapi terkadang di saat-saat tertentu

tiba-tiba muncul rasa keinginannya untuk merokok. Dan di saat seperti ini, apabila

yang bersangkutan secara kebetulan mendapatkan sebatang rokok, maka biasanya

cenderung

mengisapnya. Demikian

pula

halnya

dengan

Bekas

Korban

Penyalahgunaan Narkotika, dapat saja melakukannya kembali sekalipun mereka

telah mengikuti tindakan rehabilitatif, terutama apabila terdapat dukungan dari
lingkungan di mana mereka berada.

Selain dari itu, terdapat juga asumsi bahwa seorang Bekas Korban
Penyalahgunaan Narkotika, apabila ia mampu melakukan usaha sendiri (mata
pencaharian) untuk mendapatkan nafkah, bukanlah berarti ia semakin memiliki

kesanggupan membeli narkotika dan semacamnya, melainkan ia cenderung
beranggapan bahwa betapa susahnya untuk mendapatkan uang sebagai hasil usaha
sendiri. Sehingga ia menghindari dalam menggunakan uangnya ke hal-hal yang
tidak berguna, apalagi merugikan dirinyasendiri seperti narkotika dan semacamnya.
Dengan mengikutsertakan para Korban Penyalahgunaan Narkotika pada
pelatihan keterampilan, dimaksudkan untuk membekali mereka pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif guna menciptakan atau melakukan suatu pekerjaan di
kemudian hari setelah kembali ke lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Petunjuk
Teknis Penanganan Masalah Sosial Korban Narkotika (1996 : 20), dijelaskan
tentang tujuan Pelatihan Keterampilan Usaha/kerja/sekolah, adalah sebagai berikut :

"Meningkatkan kemampuan klien dalam berbagai jenis keterampilan usaha/kerja
untuk menunjang kebutuhan masa depannya dan atau melanjutkan pendidikannya"
Kemampuan

seseorang

yang

telah

mengikuti

suatu

pelatihan

keterampilan untuk menciptakan suatu pekerjaan atau mata pencaharian sesuai

dengan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap yang ia peroleh melalui

pelatihan, merupakan dampak (out come) keberhasilan program pelatihan yang
telah diikutinya. Dalam kaitan ini, Sudjana (1996 : 35), menjelaskan bahwa

"Pengaruh (impact) menyangkut hasil yang dicapai peserta didik atau lulusan.

Pengaruh ini meliputi : (a) perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan

pekerjaan, atau berwira usaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan
dan penampilan diri; (b) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakari
orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki; dan (c)
peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat,
baik partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana".

Adanya dampak atau pengaruh keberhasilan pelatihan keterampilan bagi
para lulusannya, setelah mereka memperoleh pembinaan melalui Panti Rehabilitasi

Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa
Barat. Dampak atau pengaruh yang dimaksud adalah perolehan pekerjaan atau
berwira usaha, yang terwujud dalam suatu pengelolaan mata pencaharian sehari-hari.
Hal tersebut secara umum merupakan fokus dari penelitian ini.
B. Pembatasan Masalah/Fokus Penelitian

Perlunya

pembatasan

masalah/fokus

penelitian

ini,

berkaitan

keterbatasan tenaga, waktu, dana, dan kemampuan yang dimiliki peneliti.
Sehubungan dengan hal tesebut, maka dari dua jenis keterampilan (keterampilan

menjadi dan tatarias kecantikan) yang telah diajarkan atau dilatihkan kepada peserta
(lulusan) dan memungkinkan untuk ditelusuri dampaknya terhadap kehidupan
peserta (lulusan), dibatasi hanya terhadap mereka yang telah memperoleh
pengetahuan dan keterampilan menjahit.

Adapun permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini adalah

pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian) lulusan pelatihan keterampilan yang
dilaksanakan oleh Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang.

Secara lebih terinci, masalah yang merupakan fokus penelitian ini, dapat dijabarkan
menjadi beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

11

1. Sejauh mana pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan

keterampilan , yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap
pengelolaan usaha mandiri (mata percaharian) ?

2. Bagaimana merencanakan usaha mandiri (mata pencaharian) oleh lulusan

pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan
menjahit ?

3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata pencaharian) dalam
kegiatannya sehari-hari oleh lulusan pelatihan keterampilan , yang telah
memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit ?

4. Upaya apa yang dilakukan guna meningkatkan pengelolaan usaha mandiri (mata
pencaharian) oleh lulusan pelatihan keterampilan, yang telah memperoleh
pengetahuan dan keterampilan menjahit ?

5. Faktor apakah yang merupakan pendukung dan penghambat pengelolaan usaha
mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan ?
C. Definisi Operasional

1. Pengaruh pengetahuan dan keterampilan terhadap pengelolaan usaha
mandiri (mata pencaharian)

Yang dimaksud dengan "Pengaruh pengetahuan dan keterampilan
terhadap pengelolaan usaha mandiri (mata pencahariariT dalam penelitian ini adalah

kontribusi penerapan kepandaian, kecakapan yang dimiliki para lulusan pelatihan
menjahit terhadap penyelesaian berbagai tugas atau pekerjaan dalam mengelola
usaha (mata pencahariannya).

Diterapkannya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui

suatu pelatihan, terhadap berbagai tugas atau pekerjaan pada pengelolaan usaha
mandiri (mata pencaharian), merupakan konsekuensi logis adanya kesesuaian antara

tugas atau pekerjaan yang akan diselesaikan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki. Untuk itu, dalam menyelesaikan semua tugas atau pekerjaan pada
suatu usaha mandiri (mata pencaharian), terkadang tidak cukup dengan hanya

mengandalkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui satu jenis

pelatihan saja, melainkan perlu dilengkapi dengan kepandaian dan kecapan lain
sesuai dengan kebutuhan.

Sedangkan "Pengelolaan" sendiri, dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah proses berusaha yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan

yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit. Sebagaimana
dijelaskan Badudu-Zein, 1994 : 650 : Pengelolaan diartikan sebagai pengurusan,

penyelenggaraan atau manajemen. Selanjutnya, Donnely, Gibson dan Ivancevich,
1987 : 5, memberikan pengertian tentang manajemen, sebagai berikut :

"Management is the process undertaken by one or more individuals to coordinate
the activities of other to achieve results not a chievable by one individual acting
alone. And the process of management should be studied by any one planning to

become successful manager". Yakni, manajemen adalah proses berusaha yang
dilakukan oleh seseorang atau banyak orang untuk mengkoordinasi berbagai

kegiatan dalam mencapai hasil, di mana kegiatan tersebut telah dapat dilakukan
seseorang individu secara sendirian. Dan proses manajemen akan dimulai dari
seseorang mempelajari perencanaan sampai iamenjadi manajer yang berhasil.

13

2.

Merencanakan usaha mandiri

Yang dimaksud dengan merencanakan usaha mandiri dalam penelitian

ini adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan

menjahit, yang berkenaan dengan upaya persiapan untuk menyelenggarakan suatu
mata pencaharian. Ke dalam kegiatan ini meliputi : penentuan tujuan, penentuan
lokasi (tempat usaha), penyediaan modal, dan penyediaan tenaga pengelola usaha.
Sedangkan "Usaha Mandiri" dalam penelitian ini dimaksudkan adalah

kegiatan yang dilakukan oleh para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra
"Binangkit" Lembang. Kegiatan tersebut dilakukan dengan sengaja atas kemauan
sendiri dan atau dengan kebersamaan orang lain dalam bidang pekerjaan atau mata

pencahariannya sehari-hari. Selain itu, usaha mandiri dalam penelitian ini juga
dimaksudkan adalah upaya para lulusan Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra

"Binangkit" Lembang dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang
ia miliki, sebagai hasil pelatihan keterampilan yang telah diikutinya, terhadap

pengelolaan usaha mata pencahariannya sehari-hari.
Seperti diketahui bahwa pengelolaan suatu usaha (perusahaan), baik

yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa, mempunyai berbagai bentuk
kepemilikan, begitu pula besar kecilnya jenis usaha tersebut. Menurut Vernon A.
Musselman dan John H. Jackson (1989), dalam bukunya : " Ekonomi Perusahaan :

Konsep-Konsep dan Praktek-Praktek Sezaman", mengemukakan bahwa bentuk

pemilikan suatu perusahaan dapat dibedakan atas : (1) pemilikan tunggal

(perusahaan perseorangan); (2) persekutuan; (3) usaha patungan; dan (4) bentuk lain,
seperti koperasi dan perusahaan bersama. Sedangkan dari segi kepemilikan modal

dan jumlah karyawan, perusahaan dapat dibedakan atas : (1) perusahaan kecil; dan
(2) perusahaan besar.

Berdasarkan uraian di atas, dalam pembahasan pada tesis ini hanya

akan menguraikan tentang usaha (perusahaan) kecil, dengan kepemilikan tunggal
(perseorangan). Perusahaan kecil, sebagaimana dijelaskan Vernon A.M, dan J.H.
Jackson (1989 : 194), adalah perusahaan yang dimiliki dan dioperasikan secara

mandiri (independen) dan tidak dominan dalam bidang operasinya. Pada umumnya
perusahaan kecil mempunyai sedikit karyawan, investasi modal terbatas, dan jumlah
penjualan yang rendah. Suatu perusahan yang dianggap kecil kalau paling sedikit
terpenulii dua dari kriteria berikut : (l)Manajemennya bebas, biasanya manajemya

adalah pemiliknya; (2) Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil
individu; (3) Operasi adalah setempat. Karyawan dan pemilik bertempat tinggal
dalam satu kelompok pemukiman (pasar yang dilayani tidak harus setempat); (4)

Dalam bidang industri bersangkutan, ukurannya relatif kecil. Perusahaan dianggap
kecil bila dibandingkan dengan unit terbesar dalam bidangnya (ukuran kelompok
terbesar sangat berbeda sehingga apa yng mungkin kelihatannya besar dalam satu
bidang, nampaknya kecil dalam bidang lainnya). Selanjutnya dijelaskan pula tentang
karakteristik perusahaan kecil, sebagai berikut:
Manajemen. Karena manajer-manajer perusahaan kecil adalah juga pemiliknya,

mereka dapat mengambil keputusan sendiri. Sebagai pelaksana kecil pemilik adalah
investor dan sekaligus pengusaha. Hal ini memungkinkannya bergerak bebas dalam
arti yang seluas-luasnya.

15

Kebutuhan modal. Jumlah modal yang diperlukan relatif kecil dibanding modal

yang diperlukan oleh kebanyakan perusahaan besar. Modal ini biasanya dipasok
oleh satu orang atau palingbanyak oleh beberapa orang.

Operasi setempat. Bagi sebagian besar perusahan kecil, daerah operasinya adalah
wilayah setempat. Pengusaha dan karyawannya bertempat tinggal di lingkungan di
mana perusahaan tersebut berlokasi. Namun ini tidak berarti bahwa perusahaan
kecil hanya melayani pasar setempat.

Perbedaan antara perusahaan kecil dengan perusahaan besar, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1

PERBEDAAN ANTARA PERUSAHAAN KECIL DENGAN
PERUSAHAAN BESAR

Perusahaan kecil

Perusahaan besar

Umumnya dikelola oleh pemilik
Struktur organisasinya sederhana.
Pemilik mengenal karyawannya
Persentase tinggi dalam kegagalan
perusahaan
Kurangnya manajer berspesialisasi

Biasanya dikelola oleh bukan
pemilik
Struktur organisasinya kompleks

Pemilik mengenal hanya sedikit
karyawannya
Persentase rendah dalam kegagalan
perusahaan

Biasanya

terdapat

manajemen

berspesialisasi
Sukar

panjang

mendapat

modal

jangka

Modal jangka panjang biasanya
relatif mudah diperoleh

Sumber : Vernon A.Musselman & John H. Jackson, 1989: 196.

Memperhatikan perbedaan kedua bentuk usaha (perusahaan) di atas,

bila dikaitkan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
semakin meningkatnya sumber daya, khususnya sumber daya manusia, baik mutu

maupun jumlahnya, serta berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, maka

16

perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok tersebut dapat diperkecil. Misalnya dari

segi sumber daya manusia, perusahaan kecil dapat mempersiapkan sumber daya
yang handal, terampil dan profesional melalui berbagai cara, salah satunya adalah
melalui pelatihan keterampilan.

Dari segi permodalan, dengan lahirnya Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, berarti usaha kecil bukan

berarti sulit untuk mendapatkan bantuan permodalan, namun jangka waktu
pemberian bantuan modal tetap disesuaikan dengan volume usaha yang dilakukan
oleh perusahaan kecil yang bersangkutan. Seperti dikemukakan pada penjelasan
pasal 25 undang-undang tersebut di atas, bahwa:

Tata cara pembiayaan dan peminjaman Usaha Kecil diupayakan
dengan sederhana dan mudah serta dengan persyaratan yang ringan. Prioritas
pemberian pembiayaan dan penjaminan diberikan kepada kelompok atau
lapisan Usaha Kecil yang jumlahnya paling besar, sedangkan jangka waktu
pembiayaan ditetapkan secara luwes, sesuai dengan kelayakan dari Usaha
Kecil yang bersangkutan (B.N.Marbun, 1996 : 139).
Sebaliknya perusahaan yang berskala besar, jumlahnya tidak sedikit

yang telah mendapatkan bantuan permodalan cukup besar serta jangka waktunya
yang relatif panjang, namun tidak sedikit pula dari jumlah perusahaan tersebut telah
menyalahgunakan pinjaman modal yang diberikan kepadanya, akibatnya negara

yang dirugikan. Dari kenyataan ini, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang
suasananya menjadi terbalik, yakni pemberian pinjaman yang berjangka panjang
justru lebih banyak diperuntukkan bagi perusahaan kecil.

Mengenai perusahaan dengan kepemilikan tunggal

(perusahaan

perseorangan), sebagaimana dijelaskan oleh Vernon A.M, dan J.H. Jackson (1989 :

70), adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan dioperasikan oleh satu orang (di

17

Indonesia, bentuk perusahaan seperti ini dikenal dengan sebutan perusahaan
perseorangan). Bentuk ini adalah yang paling banyak dan sederhana serta paling
lama dari organisasi perusahaan.

Setelah menyimak penjelasan tentang perusahaan kecil berikut
karakteristiknya, dan perusahaan perseorangan, maka pengelolaan usaha mandiri

oleh mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan menjahit pada Panti
Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang yang menjadi fokus
penelitian, adalah jenis usaha yang memadukan kedua ciri di atas, yakni usaha

mandiri yang kecil dan dikelola perseorangan. Dalam artian bahwa tidak tertutup
kemungkinan usaha mandiri (mata pencaharian) tersebut mempekerjakan orang
lain, sekalipun jumlahnya terbatas.

3. Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam kegiatannya sehari-hari
Yang dimaksud dengan : "Mekanisme pelaksanaan usaha mandiri dalam
kegiatannya sehari-hari" dalam penelitian ini adalah cara kerja dalam melakukan
kegiatan usaha (mata pencaharian) setiap hari, guna mendapatkan keuntungan (laba),

yang meliputi :

menyiapkan dan mengolah bahan menjadi hasil produksi,

memasarkan hasil produksi, peralatan kerja, pengadministrasian kegiatan usaha, dan
cara untuk mewujudkan kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri

Yang dimaksud dengan : "Meningkatkan pengelolaan usaha mandiri"

dalam penelitian ini adalah proses kegiatan, baik yang telah maupun yang sedang

dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit, selaku pengelola
usaha (mata pencaharian), guna menambah atau semakin memperbaiki pelaksanaan
usahanya. Termasuk ke dalam proses kegiatan ini meliputi : penambahan dan

perluasan lokasi (tempat usaha); penambahan modal, baik jumlah, penggunaan,
maupun pengamanannya; penambahan tenaga pengelola, meliputi jumlah personil,

serta penambahan pengetahuan dan keterampilannya; penambahan peralatan kerja,
baik jumlah, mutu, maupun perawatannya; perbaikan produksi, meliputi jumlah,
jenis dan mutunya; perluasan pemasaran, meliputi cara dan prekuensinya; perbaikan
administrasi usaha, meliputijenis dan cara mengerjakannya; dan upaya memperbaiki
penanganan kesehatan dan keselamatan kerja, baik berupa tindakan maupun
penyediaan sarananya.

5. Faktor pendukung dan penghambat pengelolaan

Yang dimaksud dengan : "Faktor pendukung pengelolaan" dalam penelitian
ini adalah sesuatu hal (keadaan, peristiwa) yang menyokong, membantu, atau
menunjang proses berusaha (bermata pencaharian), yang dilaksanakan oleh para
lulusan pelatihan keterampilan menjahit. Sedangkan "Faktor penghambat" adalah
sesuatu hal (keadaan, peristiwa) membuat proses berusaha (bermata pencaharian)

yang dilaksanakan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit, menjadi

lambat, tidak lancar. Kedua faktor tersebut, baik pendiikung maupun penghambat,
dapat bersumber dari pengelola itu sendiri (internal), serta dapat bersumber dari luar
(eksternal).
D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pefmasaiahah yang telah diuraikan, maka secara umum

penelitian ini bertujuan unttik,memperoleh gambaran mengeilai pengelolaan usaha
mandiri atau mata p^hcahatiah sehari-hari para lulusan pelatihan keterampilanr,

khususnya keterarrfpilan hlenjahit, yang telah selesai mengikuti pembthaafi pada

Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten Bandung
Propinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :
1.

Mengetahui tentang pengaruh pengetahuan dan keterampilan lulusan pelatihan
keterampilan, yang diperoleh melalui pelatihan keterampilan menjahit pada
Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang, terhadap
pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian).

2.

Mengetahui tentang cara merencanakan usaha mandiri oleh lulusan pelatihan
keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit.

3.

Memperoleh gambaran tentang mekanisme pelaksanaan usaha mandiri (mata
pencaharian)

dalam

kegiatannya

sehari-hari,

oleh

lulusan

pelatihan

keterampilan, yang telah memperolehpengetahuan dan keterampilan menjahit.
4.

Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan guna meningkatkan
pengelolaan usaha mandiri (mata pencaharian)

oleh lulusan

pelatihan

keterampilan, yang telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjahit.
5.

Memperoleh gambaran tentang faktor pendukung dan penghambat pengelolaan
usaha mandiri (mata pencaharian) bagi lulusan pelatihan keterampilan.

E. Manfaat Penelitian

Informasi yang dapat diungkapkan melalui penelitian ini, diharapkan
bermanfaat untuk:

1.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

pengembangan kompetensi profesional Pendidikan Luar Sekolah, khusunya
terhadap

pengelolaan

keterampilan.

sistem

pembelajaran

melalui

suatu

pelatihan

20

2.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam
upaya perbaikan atau penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan keterampilan,
khususnya keterampilan menjahit

bagi Bekas Korban Penyalahgunaan

Narkotika di Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang,

serta penyempurnaan dalam mengelola usaha mandiri (mata pencaharian),
sebagai salah satu dampak dari hasil penyelenggaraan suatu pelatihan.
F. Kerangka Berpikir

Upaya pembelajaran melalui pelatihan keterampilanmenjahit yang dilakukan
oleh Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra "Binangkit" Lembang Kabupaten

Bandung Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wujud penyelenggaraan satuan
Pendidikan Luar Sekolah yang dilaksanakan oleh lembaga tersebut. Hasil pelatihan
ini tentunya memberikan pengaruh atau dampak terhadap diri para lulusannya
setelah kembali kemasyarakatnya.

Dari sinilah penelitian ini ingin melihat gambaran tentang apa yang

dilakukan oleh para lulusan pelatihan keterampilan menjahit tersebut, berkaitan

dengan mata pencaharian yang dilakukannya. Untuk lebih jelasnya kerangka
berpikir penelitian ini dapat dijelaskan dalam sebuah bagan, sebagaimana tertera
pada bagan 2 (pada halaman berikut):

Bagan 2
KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
Input
Remaja/Pemuda

Pemerintah

PSPP Sebagai Penyelenggara
Pelatihan Keterampilan

Lulusan

Hasil
Penelitian

Pengelolaan Usaha Mandiri
(Mata Pencaharian)

21

Pengaruh

^D,%~

BAB HI

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud memperoleh gambaran secara mendalam

tentang "Pengelolaan Usaha Mandiri Lulusan Pelatihan Keterampilan Bekas

Korban Penyalahgunaan Narkotika" dengan menggunakan pendekatan "Kualitatif

yang berbentuk "Studi Kasus". Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada di lapangan dengan cara

menguraikan

dan menginterpretasikan

sesuatu seperti apa adanya

serta

menghubungkan sebab akibat terhadap sesuatu yang terjadi agar diperoleh
gambaran realita sosial yang sebenamya.

Bogdan dan Taylor (1975 :5) mendefinisikan "metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa : kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sejalan

dengan pendapat tersebut, Kirk dan Miller (1986 :9) mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya

dan

dalam

peristilahannya (Moleong, 1998 : 3).
Pendekatan kualitatif di dasarkan atas fenomenologis yang pada

dasamya bertujuan untuk memperoleh pemahaman (verstehen)

71

dan pengertian

12"

(understanding) tentang perilaku manusia ditinjau dari pelaku itu sendiri. Peneliti
kualitatif dalam orientasi fenomenologis sebagaimana dikemukakan oleh Geetsz

(1973), mencoba untuk memahami apa yang ia teliti dengan tekanan pada aspekaspek subjektif dari perilaku orang-orang, agar mengerti bagaimana dan apa
"meaning"

sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Fenomenologis

percaya, bahwa umat manusia mempunyai banyak cara menginterpretasikan

pengalaman, dan masing-masing dapat mengiterpretasikan melalui interaksi
dengan orang lain dan "meaning" dari pengalaman kita membentuk realitas
(Bogdan dan Biklen, 1982 : 30).

Pada bagian lain Bogdan dan Biklen (1982 -.27-29), menjelaskan
bahwa ada lima karakteristik dalam pendekatan kualitatif, yakni:

(1) Penelitian kualitatif hakekatnya mendapatkan data langsung dari sumbernya,
dan peneliti sebagai instrumen inti. Peneliti langsung mengikuti kehidupan :
sekolah, keluarga, tetangga ataulokasi lainyang menyangkut pendidikan.

(2) Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi
transkrip interview, foto, catatan lapangan, video tape, dokumen dan catatan
lainnya.

(3) Penelitian kualitatif lebih menekankan kepada proses daripada hasil atau
produk.

(4) Penelitian kualitatif berkecendemngan menganalisis data secara induktif.
Studi kualitatif tidak membuat hipotesis. Teori dikembangkan dari bawahdisebut "grounded theory " .

ir

(5)

"Meaning" adalah esensi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut
"participant perspective"

dan penelitian kualitatif percaya bahwa yang

didapat secara perspektif adalah akurat.

Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, S. Nasution secara

terinci

menjabarkan karakteristik pendekatan kualitatif sebagai berikut: (1) Sumber data
ialah situasi yang wajar atau "natural setting"; (2) Peneliti sebagai instrumen

penelitian. Peneliti adalah "key instrument" atau alat penelitian utama; (3) Sangat
deskriptif; (4) Mementingkan proses maupun produk; (5) Mencari makna di
belakang kelakuan atau perbuatan, sehingga dapat memahami masalah atau
situasi; (6) Mengutamakan data langsung atau "first hand"; (7) Triangulasi, yaitu
memeriksa kebenaran data dengan cara memperoleh data dari sumber lain; (8)

Menonjolkan rincian kontekstual; (9) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan
sama dengan peneliti; (10) Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan

pandangan responden tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia
dari segi pendiriannya; (11) Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda

dengan apa yang telah ditemukan untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya;
(12) Sampling yang purposif, dipilih menurut tujuan penelitian; (13) Menggunakan
"audit trial", yaitu mengikuti jejak atau melacak untuk mengetahui apakah

laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan; (14) Partisipasi tanpa
mengganggu untuk memperoleh situasi yang "natural" atau yang wajar; (15)

Mengadakan analisis sejak awal penelitian; dan (16) Desain penelitian tampil
dalam proses penelitian (S. Nasution, 1988 : 9-12).

Adapun penggunaan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan

adalah penelitian yang sengaja dilakukan untuk mendalami tentang pengelolaan
kegiatan usaha mandiri atau pengelolaan mata pencaharian sehari-hari Para

Lulusan pelatihan keterampilan, yang meliputi : 1) Merencanakan usaha mandiri;
(2) Pelaksanaan usaha mandiri; (3) Upaya meningkatkan usaha mandiri; dan (4)

Berbagai faktor pendukung dan penghambat pengelolaan usaha mandiri; serta (5)
Pengaruh pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan
keterampilan terhadap upaya pengelolaan usaha mandiri atau pengelolaan mata
pencaharian sehari-hari Bekas Korban Penyalahgunaan Narkotika.
Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai unit

kehidupan sosial tertentu seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau

masyarakat yang hasilnya mempakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi
secara baik mengenai unit tersebut. Dalam kaitan ini, Jaspan Helen (1960),
mengemukakan pengertian studi kasus, sebagai berikut:

Case study adalah kumpulan dari semua bahan-bahan yang berguna
dari seseorang yang ditulis sedemikian mpa sehingga memberikan suatu

gambaran yang jelas tentang latar belakang dan keadaan seseorang pada
waktu ini yang mempakan dasar untuk penyelidikan selanjutnya terhadap
case tersebut. (Jaspan Helen, 1960 : 134).

Walaupun pengertian di atas, secara khusus di tujukan kepada
individu atau seseorang sebagai obyek perhatian dari studi kasus tersebut, akan

tetapi pada dasamya studi kasus itu bemsaha menyelidiki banyak aspek, namun
sedikit obyek. Studi kasus bemsaha menggambarkan

suatu keadaan yang

sesungguhnya pada waktu sekarang, sehingga dapat dijadikan dasar untuk

7T

penyelidikan selanjutnya terhadap keadaan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dikemukakan sifat khas dari studi kasus, yaitu :

Suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan
(wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka
"studi kasus", dipelajari sebagai suatu keselumhan yang terintegrasi.
Tujuannya adalah untuk memperkembangkan
pengetahuan yang
mendalam mengenai obyek yang bersangkutan, yang berarti bahwa studi
kasus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif (Vredenbregt, J,
1977 : 380).

Selanjutnya dikemukakan bahwa : "Studi kasus umumnya dipakai

dalam rangka studi eksploratif saja. Jadi bukan menguji suatu hipotesis melainkan
studi kasus justm berguna untuk memperkembangkan hipotesis, ..."(Vredenbregt,

J, 1977 : 43). Sedangkan yang dimaksud eksploratif adalah suatu istilah untuk

menunjukkan

penyelidikan atau pemeriksaan untuk tujuan diagnostic

(Komaraddin, 1984 : 93).

B. Subyek Yang Diteliti (Responden)

Dalam penel

Dokumen yang terkait

Upaya yayasan Bina Insan Mandiri “master” dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer di Depok Jawa Barat

1 11 126

Pemberdayaan Eks Pengguna Napza Di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Provinsi Jawa Barat

0 9 1

Evaluasi Proyek Rehabilitasi Sosial Mantan Pecandu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif ( Kasus Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra " Galih Pakuan" Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

1 17 97

Proses Rehabilitasi Sosial Anak Melalui Pelatihan Keterampilan Otomotif di Panti Sosial Marsudi Putra Antasena Magelang

4 24 162

Efektivitas pengelolaan kursus dan pelatihan Menjahit tingkat dasar dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusan (studi deskriptif di lkp ikhtiar kemajuan kalijati-subang).

5 30 50

PRODUCT UTILITY LULUSAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ADMINISTRASI UMUM DEPARTEMEN AGAMA PROPINSI JAWA BARAT :Studi Kasus lulusan Diklat Administrasi Umum pada Departemen Agama Propinsi Jawa Barat.

0 0 49

KINERJA LULUSAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN STRUKTURAL SPAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT : Studi Kasus Lulusan Diklat SPAMA Di Lingkungan Dinas/Instansi Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

0 0 59

EFIKASI DIRI PADA RESIDEN DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA.

0 0 204

MOTIVASI RESIDEN MENGIKUTI PROGRAM PELATIHAN OTOMOTIF DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA PURWOMARTANI KALASAN KABUPATEN SLEMAN.

0 0 142

PENGELOLAAN PELATIHAN KETERAMPILAN SOSIAL OTOMOTIF DAN PENGELASAN DI PANTI SOSIAL MARSUDI PUTRA “ANTASENA”

0 0 54