PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PPL UPI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

(1)

vii DAFTAR ISI

PENGESAHAN

ABSTRAKSI... i

KATA PENGANTAR ... . ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... . iv

DAFTAR ISI ... . vii

DAFTAR TABEL ... . xii

DAFTAR BAGAN ... . xvi

DAFTAR GRAFIK ... . xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... . 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... . 5

C. Rumusan Masalah Penelitian .. ... . 5

D. Tujuan Penelitian ... . 6

E. Manfaat Penelitian ... . 7

F. Asumsi ... . 8

G. Hipotesis ... . 8

H. Devinisi Operasional ... . 9

I. Metode Penelitian ... . 10


(2)

viii

BAB II PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN PROSA FIKSI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI METAKOGNITIF

A. Keterampilan Membaca Pemahaman ... 13

1. Pembelajaran Membaca Pemahaman di SD ... 14

2. Jenis-jenis Keterampilan Membaca ... 25

B. Prosa Fiksi Anak di SD ... . 29

1. Pembelajaran Prosa Fiksi di SD ... . 30

2. Tujuan Keterampilan Membaca Prosa Fiksi. ... . 34

3. Jenis-jenis Prosa Fiksi ... . 37

a. Fiksi Realistik (Realistic Fiction) ... . 37

b. Fiksi Sejarah ( Historical Fiction). ... . 38

c. Fiksi Ilmu Pengetahuan ( Science Fiktion) ... . 38

d. Fiksi Fantasi (Fantasy) ... . 39

e. Fiksi Biografi (Biograhical Fiction) ... . 41

4. Kandungan Nilai dalam Prosa Fiksi Anak ... . 41

5. Pemilihan Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 44

a. Perkembangan Intelektual Anak ... . 45

b. Perkembangan Moral Anak ... . 46

c. Perkembangan Emosional dan Personal Anak ... . 47

d. Perkembangan Bahasa Anak ... . 47

C. Unsur Intrinsik Cerita Anak. ... . 48

1. Alur Cerita Prosa Fiksi. ... . 48

2. Latar Cerita Prosa Fiksi. ... . 49

3. Tema Cerita Prosa Fiksi ... . 50

4. Tokoh Cerita Prosa Fiksi ... . 51

5. Gaya Cerita Prosa Fiksi ... . 52

6. Sudut Pandang Cerita Prosa Fiksi... . 53

D. Kemampuan Analisis Siswa terhadap Unsur Intrinsik Prosa Fiksi... . 53

E. Pembelajaran Strategi Metakognitif ... . 56

1. Kemampuan Metakognitif Siswa SD ... . 56

2. Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Membaca ... . 59

3. Keefektifan Strategi Metakognitif dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman ... . 68


(3)

ix BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... . 72

1. Lokasi Penelitian.. ... . 72

2. Sumber Data Penelitian. ... . 73

a. Populasi Penelitian ... . 73

b. Sampel Penelitian ... . 73

B. Prosedur Penelitian ... . 74

1. Tahap Perencanaan Penelitian ... . 74

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... . 76

3. Tahap Analisis Data Penelitian ... . 77

C. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... . 77

1. Tes Tertulis ... . 77

2. Observasi ... . 78

3. Wawancara ... . 78

D. Uji Coba Instrumen Penelitian... . 83

1. Uji Validitas Butir Soal. ... . 84

2. Uji Reliabilitas Butir Soal. ... . 89

3. Tingkat Kesulitan... . 94

4. Daya Pembeda ... . 97

E. Teknik Analisis Data ... . 100

F. Jadwal Kegiatan Penelitian ... . 103

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil pelaksanaan Pembelajaran Membaca dengan Menerapkan Strategi Metakognitif... . 105

1. Pelaksanaan Pembelajaran Strategi Metakognitif Membaca Pemahaman Cerita I ... . 106

a. Pertemuan Pertama... . 106

b. Pertemuan Kedua ... . 108

c. Pertemuan Ketiga ... . 111

2. Pelaksanaan Pembelajaran Strategi Metakognitif Membaca Pemahaman Cerita II ... . 113


(4)

x

a. Pertemuan Pertama... . 113

b. Pertemuan Kedua ... . 116

c. Pertemuan Ketiga ... . 119

B. Analisis Tes untuk Mengukur Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik dan Kemampuan Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 121

C. Analisis Data Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Masing-masing Siswa Kelas Eksperimen ... 122

D. Analisis Data Kemampuan Memahami Isi Bacaan Prosa Fiksi Masing-masing Siswa Kelas Eksperimen ... 143

E. Deskripsi Ketercapaian Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Menerapkan Strategi Metakognitif.. 157

F. Analisis Data Hasil Pembelajaran Membaca dengan Pembelajaran Strategi Metakognitif ... . 168

1. Rata-rata dan Standar Deviasi... . 168

2. Uji Normalitas... . 172

3. Uji Homogenitas ... . 189

4. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) ... . 194

a. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 195

b. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji-t) Kemampuan c. Memahami Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 197

G. Pembahasan Hasil Analisis Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi Metakognitif ... . 199

1. Analisis Hasil Observasi... . 199

a. Kinerja Guru ... . 200

b. Aktivitas Siswa ... . 202

2. Analisis Hasil Wawancara ... . 202

H. Pembahasan ... . 205

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 223


(5)

xi

B. Saran ... 227

DAFTAR PUSTAKA ... . 230 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kategori Validasi Butir Soal.. ... . 85 3.2 Hasil Uji Validasi Set Soal 1 tentang Kemampuan Menganalisis

Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 86 3.3 Hasil Uji Validasi Set Soal 1 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 87 3.4 Hasil Uji Validasi Set Soal 2 tentang Kemampuan Menganalisis

Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 88 3.5 Hasil Uji Validasi Set Soal 2 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 89 3.6 Kategori Reliabilitas Butir Soal. ... . 90 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 1 tentang Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak. ... . 91 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 1 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 92 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 2 tentang Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 93 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 2 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 94 3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... . 103


(7)

xiii

4.1 Nilai rata-rata dan Standar Deviasi Gain Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak. ... . 168 4.2 Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Gain Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 169 4.3 Nilai Rata-rata Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Prosa Fiksi Anak ... . 170 4.4 Nilai Rata-rata Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan Prosa

Fiksi Anak ... . 171 4.5 Uji Normalitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita I. ... . 173 4.6 Uji Normalitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita II ... . 175 4.7 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita I ... . 177 4.8 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita II... . 179 4.9 Uji Normalitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan Cerita I. 181 4.10 Uji Normalitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita II. ... . 183 4.11 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita I. ... . 185 4.12 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Memahami Isi Bacaan


(8)

xiv

4.13 Uji Homogenitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita I ... . 190 4.14 Uji Homogenitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita II ... . 190 4.15 Uji Homogenitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita I ... . 191 4.16 Uji Homogenitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerita II ... . 192 4.17 Uji Homogenitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita I ... . 192 4.18 Uji Homogenitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita II ... . 193 4.19 Uji Homogenitas Pascates kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita I ... . 193 4.20 Uji Homogenitas Pascates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita II ... . 194 4.21 Data Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Prosa Fiksi Anak ... . 195 4.22 Hasil thitung ... . 195 4.23 Hasil Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 196 4.24 Data Kemampuan Memahami isi Bacaan Prosa


(9)

xv

4.25 Hasil thitung ... . 198 4.26 Hasil Analisis Perbedaan Dua Rata-rata Kemampuan Memahami


(10)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman 2.1 Skema Jenis-jenis Keterampilan Membaca di SD . ... . 26 2.2 Strategi Metakognitif ... . 66


(11)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 3.1 Hasil Uji Validasi Set Soal 1 tentang Kemampuan Menganalisis

Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak . ... 86 3.2 Hasil Uji Validasi Set Soal 1 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 87 3.3 Hasil Uji Validasi Set Soal 2 tentang Kemampuan Menganalisis

Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 88 3.4 Hasil Uji Validasi Set Soal 2 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 89 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 1 tentang Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak. ... . 91 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 1 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 92 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 2 tentang Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 93 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Set Soal 2 tentang Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 94 4.1 Perbandingan Nilai rata-rata dan Standar Deviasi Gain


(12)

xviii

4.2 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Gain

Kemampuan Memahami Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak. ... . 169 4.3 Perbandingan Nilai Rata-rata Prates Kemampuan Menganalisi

Unsur Intrinsik Prosa Fiksi Anak ... . 170 4.4 Perbandingan Nilai Rata-rata Prates Kemampuan Memahami

Isi Bacaan Prosa Fiksi Anak ... . 171 4.5 Uji Normalitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita I. ... . 174 4.6 Uji Normalitas Prates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita II ... . 176 4.7 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita I ... . 178 4.8 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik

Cerita II... . 180 4.9 Uji Normalitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan Cerita I. 182 4.10 Uji Normalitas Prates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita II. ... . 184 4.11 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Memahami Isi Bacaan

Cerita I. ... . 186 4.12 Uji Normalitas Pascates Kemampuan Memahami Isi Bacaan


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, hipotesis dan devinisi operasional.

A.Latar Belakang Masalah Penelitian

Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui membaca seorang individu menjadi tahu tentang apa-apa yang belum diketahuinya. Membaca akan mampu memperluas wawasan pengetahuan dan cakrawala tentang informasi-informasi penting yang dapat merubah taraf hidup manusia. Oleh karena itu, membaca menjadi suatu kebutuhan yang sangat vital jika tidak ingin tertinggal dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntunan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Demikian juga dalam dunia pendidikan, membaca merupakan inti dari keberhasilan siswa dalam menempuh studi. Kegiatan membaca merupakan bagian dari aspek keterampilan berbahasa Indonesia yang terdiri dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Namun, membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi memahami isi yang terkandung di dalamnya.


(14)

Membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tersebut (Tarigan, 1986 : 9).

Dikarenakan sangat pentingnya membaca, maka dalam pembelajaran di kelas digunakan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca. Meskipun telah diterapkan berbagai metode yang mendorong dan memotivasi agar minat serta kemampuan membaca siswa meningkat, ternyata minat membaca siswa masih rendah.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%). Dapat diartikan bahwa masyarakat lebih memilih mendapatkan informasi dari televisi dan radio dibandingkan dengan membaca. Data lainnya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) adalah proyek Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Tujuan proyek itu adalah mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan anak usia 14-15 tahun (usia akhir wajib belajar) sebelum dewasa. Fokus tahun 2003 dari 40 negara, Indonesia berada pada tingkat terbawah dalam kemampuan membaca, peringkat pertama diduduki Finlandia, Korea dan Kanada. Bagi Indonesia, ini berarti dari lima tingkat kemampuan membaca model PISA, kemampuan anak-anak Indonesia usia 14-15 tahun baru pada tingkat satu. Artinya hanya mampu memahami satu atau beberapa informasi pada teks yang tersedia. Kemampuan untuk menafsirkan,


(15)

menilai, atau menghubungkan isi teks dengan situasi di luar masih sangat rendah (http://www.republika.co.id).

Kenyataan tersebut merupakan salah satu hasil dari pengajaran yang dilakukan di kelas. Pemberian motivasi dan penanaman kebiasaan membaca sangat kurang ditanamkan pada siswa sejak dini. Siswa harus merasa membaca itu merupakan suatu kebutuhan. Selain itu juga, pembelajaran membaca seharusnya menjadi prioritas di Sekolah Dasar. Akan tetapi, pada pelaksanaannya pembelajaran keterampilan membaca cenderung diabaikan. Ada kesan bahwa pembelajaran membaca hanya memenuhi tuntutan kurikulum. Hal itu sebabkan banyaknya bidang studi yang harus dikuasai oleh siswa. Padahal dalam setiap bidang studi, siswa harus menguasai sejumlah indikator. Untuk itu guru mengejar indikator yang harus dikuasai oleh siswa.

Membaca tidak hanya menyuarakan atau membunyikan huruf dalam suatu teks, tetapi siswa harus dapat memahami makna yang tersirat dan tersurat dalam teks yang dibacanya. Pada kenyataannya ternyata siswa SD masih belum memaknai tentang apa yang dibacanya tersebut, sehingga jelas ketika diadakan penelitian yang diadakan oleh PISA, anak Indonesia hanya mampu memahami satu atau beberapa informasi saja. Adapun untuk kemampuan menafsirkan, menilai atau menghubungkan isi teks dengan dunia luar sangat rendah atau bahkan belum dapat menguasai hal tersebut.

Demikian halnya dengan SD yang akan dijadikan penelitian, kemampuan siswa, terutama dalam keterampilan membaca sangat rendah. Ini terlihat nilai untuk keterampilan membaca siswa masih kurang. Terlihat ketika dilaksanakan


(16)

pembelajaran Bahasa Indonesia terutama untuk keterampilan membaca, ada di antara para siswa yang membaca dengan menggunakan jari, membaca nyaring dan bahkan ada di antara mereka yang terlihat tidak konsentrasi terhadap bahan bacaan yang dibacanya, sehingga ketika diadakan evaluasi hasil yang diperoleh siswa menjadi rendah.

Ada beberapa alasan digunakannya strategi metakognitif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis unsur yang terdapat dalam cerita anak. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Cucu Sa’adah (2008) yang dilaksanakan pada siswa kelas VI Sekolah Dasar se-Gugus 3 Kecamatan Bandung Wetan, dengan tesis yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Membaca Berbasis Metakognitif dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Sekolah Dasar”, penelitian ini memberikan gambaran bahwa pembelajaran membaca berbasis metakognitif lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa SD di kelas VI se-gugus 3 Kecamatan Bandung Wetan.

Penelitian lainnya yang dilaksanakan oleh A’at Sapa’at (2005) yang diterapkan pada pelajaran matematika dengan tesis yang berjudul “Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematika Siswa”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran langsung. Demikian juga dengan diterapkannya pendekatan keterampilan metakognitif kompetensi yang dimiliki oleh siswa menjadi berkembang.


(17)

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada aspek-aspek sebagai berikut :

Permasalahan pemahaman siswa tentang isi bacaan prosa fiksi anak, dapat diartikan sebagai memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam prosa fiksi anak.

Permasalahan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dalam prosa fiksi anak. Jika anak telah memahami alur cerita, tokoh cerita, tema cerita dengan menganalisis maka meningkatkan pemahaman anak tentang isi bacaan.

Permasalahan keefektifan strategi metakognitif yang berkaitan dengan keterampilan perencanaan, keterampilan prediksi, keterampilan monitoring, dan keterampilan evaluasi dalam menganalisis prosa fiksi anak.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari permasalahan pokok yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan menganalisis unsur intrinsik siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi

metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak?

2. Bagaimana kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi

metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak?


(18)

3. Bagaimana bentuk perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajaran

membaca pemahaman dengan menggunakan strategi metakognitif di kelas V SDN Tegalkalong II yang dapat meningkatkan kemampuan

menganalisis unsur intrinsik dan kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. kemampuan menganalisis unsur intrinsik siswa kelas V SDN Tegalkalong II sebelum dan setelah menggunakan strategi

metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak,

2. kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas V SDN Tegalkalong II Kabupaten Sumedang sebelum dan setelah

menggunakan strategi metakognitif dan pembelajaran langsung dalam pembelajaran membaca pemahaman prosa fiksi anak,

3. bentuk perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajaran membaca

pemahaman dengan menggunakan strategi metakognitif di kelas V SDN Tegalkalong II yang dapat meningkatkan kemampuan menganalisis


(19)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis, strategi metakognitif ini sangat menunjang pemahaman membaca siswa. Memberdayakan keterampilan metakognitif sangatlah penting dalam pembelajaran. Peningkatan keterampilan metakognitif siswa akan berdampak pada kemampuan untuk menyelesaikan tugas belajarnya dengan baik karena, mereka mampu untuk merencanakan pembelajaran, mengatur diri, dan mengevaluasi pembelajarannya. Berbekal keterampilan metakognitif tersebut, maka siswa akan dengan mudah dapat menganalisis unsur intrinsik serta memahami isi bacaan prosa fiksi anak.

Manfaat secara praktis berkaitan dengan digunakannya strategi metakognitif ini adalah penerapan strategi metakognitif ini oleh para guru dalam pembelajaran di kelas. Siswa menjadi belajar lebih aktif, bergairah, dan percaya diri selama proses pembelajaran, karena mereka dituntut untuk dapat mengatahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahuinya. Selain itu juga, siswa dituntut untuk dapat merencanakan kegiatan membaca, memantau pengetahuannya serta mengevaluasinya.

Manfaat lain terutama untuk pelaksana pendidikan mengenai penerapan strategi metakognitif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis unsur yang terdapat dalam cerita anak, di antaranya bagi para guru sebagai pelaksana pendidikan di lapangan dan siswa sebagai subjek penelitian ini. Manfaat penelitian ini adalah :


(20)

1. memberikan informasi tentang kemampuan metakognisi siswa dalam menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak, 2. memperbaiki persepsi siswa tentang kemampuan menganalisis unsur

intrinsik dan kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak.

F. Asumsi

Setelah diuraikannya latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti beranggapan sebagai berikut :

1. siswa belum menyadari potensi kognitif dalam dirinya dapat membantu memahami dan mengontrol kemampuan yang didapatnya dalam pembelajaran sehingga meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan, 2. kemampuan menganalisis prosa fiksi anak merupakan aktivitas kognitif

yang menuntut pemahaman bacaan dengan lebih kritis dan terinci sampai pada unsur dalam cerita anak, dan dapat meningkat melalui berbagai latihan,

3. tidak semua siswa dapat meningkatkan kemampuan membaca dan kemampuan menganalisis melalui pengembangan metakognisi mereka.

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Hο : strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca prosa fiksi anak

tidak efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak,


(21)

Hı : strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca prosa fiksi anak

efektif untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik dan memahami isi bacaan prosa fiksi anak.

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami konsep penelitian ini, berikut dikemukakan tentang definisi operasional.

Strategi metakognitif dalam keterampilan membaca pemahaman tentang prosa fiksi adalah pembelajaran membaca pemahaman dengan prosa fiksi sebagai bahan, melalui empat tahapan strategi metakognitif. Adapun tahapan yang terdapat dalam pembelajaran strategi metakognitif adalah tahap memonitor kemampuan diri, tahap merancang tujuan dan perencanaan kegiatan membaca, tahap melaksanakan rencana dalam kegiatan membaca dan tahap memonitor dan menyempurnakan hasil kegiatan membaca pemahaman.

Kemampuan menganalisis unsur intrinsik prosa fiksi anak merupakan daya tangkap siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam prosa fiksi anak. Dari keenam indikator tentang menganalisis unsur intrinsik, peneliti membatasinya menjadi lima indikator, yaitu kemampuan menganalisis tokoh yang terdapat dalam cerita, kemampuan menganalisis sifat atau karakteristik tokoh yang terdapat dalam cerita, menganalisis alur atau rangkaian cerita, kemampuan menganalisis tema serta kemampuan menganalisis amanat yang terdapat dalam suatu cerita.


(22)

Kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak dalam penelitian ini adalah daya serap siswa dalam memahami isi bacaan prosa fiksi anak yang telah dibacanya. Dari delapan indikator yang terdapat dalam taksonomi Barret untuk pemahaman inferensial, hanya tiga indikator yang dijadikan alat ukur untuk menentukan keefektifan strategi metakognitif ini. Hal tersebut disesuaikan dengan kemampuan intelegensi, perkembangan psikosastra serta kemampuan bahasa siswa SD. Indikator yang terdapat dalam pemahaman inferensial yaitu : kemampuan menyimpulkan urutan, kemampuan menyimpulkan hubungan sebab akibat dan kemampuan menyimpulkan watak pelaku.

I. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, untuk menguji keefektifan strategi metakognitif dalam pembelajaran membaca pemahaman. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas (a) kontrol dan (b) kelas eksperimen. Kedua kelompok ini diberlakukan perlakuan yang tidak sama, kelompok kontrol dengan pembelajaran secara konvensional yaitu dengan pembelajaran langsung sedangkan kelas eksperimen pembelajaran dengan menggunakan strategi metakognitif.

Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis, observasi tentang kinerja guru dalam menerapkan strategi metakognitif dan aktivitas siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Untuk mengukur kemampuan menganalisis unsur intrinsik prosa fiksi anak digunakan soal berupa pilihan ganda, sedangkan untuk mengukur kemampuan memahami isi bacaan berupa uraian. Instrumen yang akan digunakan


(23)

terlebih dahulu diuji melalui uji validasi, uji reliabilitas, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran dari soal. Hal tersebut dimaksudkan agar soal yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel kemampuan menganalisis unsur intrinsik serta kemampuan memahami isi bacaan prosa fiksi anak.

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu (1) tahap perencanaan penelitian yang terdiri dari penetapan hipotesis

keberhasilan tindakan, penetapan jenis tindakan, pemilihan metode dan alat pengumpul data, perencanaan tehnik pengolahan data, (2) tahap pelaksanaan penelitian yaitu saat pelaksanaan penelitian, untuk kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional, sedangkan pada kelas eksperimen digunakan strategi metakognitif, (3) tahap penganalisisan data hasil penelitian kegiatan yang dilakukan adalah menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, menentukan bobot nilai, dan melakukan analisis data yang telah diperoleh.

J. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDN Tegalkalong II terutama kelas V, Kabupaten Sumedang. Pemilihan SDN Tegalkalong II sebagai lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa : pembelajaran keterampilan Bahasa Indonesia di telah berlangsung dengan baik, akan tetapi masih diperlukan inovasi terutama dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman masih menggunakan strategi, metode yang kurang bervariatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V baik kelas A maupun kelas B, karena di SDN Tegalkalong II tidak terdapat kelas unggulan. Pembagian siswa untuk setiap kelas antara kelas A


(24)

dan kelas B seimbang. Kemampuan intelegensi yang dimiliki oleh siswa antara kelas A dan kelas B berimbang, atau tidak terdapat kelas unggulan dengan kata lain keadaan kelas V di SDN Tegalkalong II homogen.


(25)

76

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kerlinger dalam Riduwan (2008: 49),

Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi. Generalisasi akan lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif. Jenis penelitian ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan yang sering terjadi. Sedangkan penelitian dengan pendekatan kuantitatif menampilkan analisis data bersifat statistik dengan angka dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:14).

Dengan metode ini diharapkan dapat mengungkapkan keterkaitan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru serta sejauh mana kontribusinya terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau.


(26)

1. Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri, dengan responden adalah guru-guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tersebar pada 12 sekolah.

Pemilihan wilayah penelitian ini didasarkan pada : 1) kemudahan memperoleh data dalam melakukan penelitian, 2) objek penelitian sesuai dengan pendidikan, wilayah kerja dan profesi peneliti.

2. Populasi

Sugiyono (2008:80) memberikan pengertian bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru pada 12 SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dianggap homogen, kecuali Kepala Sekolah, dengan alasan bahwa tugas kepala sekolah lebih kompleks dan spesifik bila dibandingkan dengan guru biasa.

Data populasi sebanyak 276 orang, dengan penyebaran populasi dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini :


(27)

Penyebaran Populasi

NO NAMA SEKOLAH JUMLAH GURU

1 SMAN 1 Peranap 29

2 SMAN 2 Peranap 7

3 SMAN 1 Kelayang 20

4 SMAN 2 Kelayang 12

5 SMAN 1 Sungai Lala 19

6 SMAN 1 Pasir Penyu 33

7 SMAN 1 Lirik 25

8 SMAN 1 Rengat 36

9 SMAN 2 Rengat 28

10 SMAN 1 Rengat Barat 34

11 SMAN 1 Siberida 20

12 SMAN 1 Batang Cenaku 13

JUMLAH 276

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau

3. Sampel

Sugiyono (2008:81) memberikan pengertian bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sementara Riduwan (2008:56) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi yang yang mempunyai cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.


(28)

Untuk menentukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus Taro Yamane (Riduwan, 2008: 65), yaitu :

N n = --- 1 + N(d²)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah ppopulasi

d = presisi atau penyimpangan terhadap populasi 1 = angka konstan

Dalam penelitian sosial besarnya presisi biasanya antara 5% sampai dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh nilai n seperti tertera dibawah ini :

N 276 276

n = --- = --- = --- = 73,40 ≈ 73 1 + N(d²) 1 + 276(0,1²) 3,76

Jadi jumlah sampel penelitian sebanyak 73 orang (dibulatkan), jumlah ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan adalah 73/276 x 100% = 26,45 %.


(29)

Untuk menarik sampel dari populasi, agar sampel representatif, maka diupayakan bahwa setiap subyek dalam populasi yang dianggap homogen memiliki peluang sama menjadi unsur sampel. Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling.

Penentuan anggota sampel adalah sebesar 26,45 % dari populasi. Penyebaran sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada table 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Penyebaran Sampel

NO NAMA SEKOLAH POPULASI JUMLAH SAMPEL JUMLAH SAMPEL 26,45%

1 SMAN 1 Peranap 29 7.67 8

2 SMAN 2 Peranap 7 1.85 2

3 SMAN 1 Kelayang 20 5.29 5

4 SMAN 2 Kelayang 12 3.17 3

5 SMAN 1 Sungai Lala 19 5.03 5

6 SMAN 1 Pasir Penyu 33 8.73 9

7 SMAN 1 Lirik 25 6.61 7

8 SMAN 1 Rengat 36 9.52 10

9 SMAN 2 Rengat 28 7.41 7

10 SMAN 1 Rengat Barat 34 8.99 9

11 SMAN 1 Siberida 20 5.29 5

12 SMAN 1 Batang Cenaku 13 3.44 3

JUMLAH 276 73.00 73


(30)

Variabel bebas (independent variables) dalam penelitian ini adalah: supervisi kepala sekolah (X₁), dan motivasi kerja guru (X₂), sedangkan variabel

terikat (dependent variable) adalah kinerja mengajar guru (Y). 1. Supervisi Kepala Sekolah

Yang dimaksud dengan supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembinaan dan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah yang nantinya berdampak kepada kinerja mengajar guru yaitu kualitas pengajaran. Variabel supervisi kepala sekolah memiliki dua dimensi, yaitu (a) supervisi individual dan (b) supervisi kelompok dengan indikator antara lain : 1) kunjungan kelas, 2) kunjungan observasi 3 ) membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa, dan 4) membimbing guru-guru tentang pelaksanaan kurikulum sekolah. 5) rapat-rapat pembinaan, 6) diskusi kelompok, dan 7) penataran-penataran.

2. Motivasi Kerja Guru

Motivasi kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan kerja yang timbul dari dalam diri atau dari luar diri seorang guru yang menjadi enegi penggerak, untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan yang ditampilkan dalam bentuk skor. Variabel motivasi kerja guru memiliki dua dimensi, yaitu (a) motivasi intrinksik/internal dan (b) motivasi ekstrinksik/ eksternal dengan indikator antara lain : 1) tanggung jawab dalam melaksanakan tugas , 2) melaksanakan tugas dengan target yang jelas, 3) memiliki tujuan yang jelas dan menantang, 4) ada umpan balik atas hasil pekerjaan, 5) memiliki


(31)

7) mengutamakan prestasi dari apa yang dikerjakan, 8) selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerja, 9) senang memperoleh pujian, 10) bekerja dengan harapan memperoleh insentif, dan 11) bekerja dengan harapan memperoleh perhatian dari teman.

3. Kinerja Mengajar Guru

Kinerja mengajar guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Dimensi dan indikator yang berkaitan dengan variabel kinerja mengajar guru menurut Suryosubroto dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu : a) merencanakan pembelajaran, b) melaksanakan pembelajaran, dan c) evaluasi pembelajaran, dengan jabaran indikator antara lain : 1) Memilih dan menguasai bahan ajar, 2) Menentukan metode dan pendekatan pembelajaran, 3) Mengembangkan silabus, 4) Menyusun program tahunan atau semester, 5) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 6) Membuka dan menutup kegiatan pembelajaran, 7) Pengelolaan kelas, 6) Penggunaan media dan sumber belajar, 9) Penggunaan metode pembelajaran, 10) Penggunaan strategi pembelajaran, 11) Menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, 12) Penyusunan alat-alat evaluasi, 13) Pelaksanaan evaluasi, 14) Pengolahan dan analisis hasil evaluasi, dan 15) Penggunaan hasil evaluasi.


(32)

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Riduwan, 2008:97). Sementara Sugiyono (2008:137) mengatakan bahwa: “teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya”.

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan metode angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008:142). Angket/kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang efisien, dan cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008:102) memberikan definisi bahwa: “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Menurut Riduwan (2008:71), instrument penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik penentuan kualitas instrument (validitas dan reliabilitasnya).

1. Skala Pengukuran

Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau


(33)

skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran supervisi kepala sekolah, motivasi kerja guru, serta kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian ini adalah angket Skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).

Pemberian bobot untuk masing-masing kontinum berturut-turut untuk pernyataan-pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1. Sedangkan untuk angket dengan pernyataan-pernyataan negative diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5. 2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan serta diskusi dengan pembimbing.

Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, 2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, 3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :


(34)

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Butir Nomor Butir

1

Supervisi Kepala Sekolah (X₁)

1. Supervisi individual

2. Supervisi kelompok

1.kunjungan kelas, 2.kunjungan observasi 3.membimbing guru-guru

tentang cara-cara

mempelajari pribadi siswa, 4.membimbing guru-guru

tentang pelaksanaan kurikulum sekolah. 1.Rapat-rapat pembinaan 2.diskusi kelompok, dan 3.penataran-penataran 6 2 4 8 3 4 3

1 – 6 7 – 8 9 – 12 13 – 20

21 – 23 24 – 27 28 - 30

2

Motivasi Kerja Guru (X₂)

1.Motivasi intrinksik / internal 2.Motivasi Ekstrinksik / eksternal

1.tanggung jawab dalam melaksanakan tugas 2.melaksanakan tugas

dengan target yang jelas 3.memiliki tujuan yang jelas

dan menantang

4.ada umpan balik atas hasil pekerjaan

5.memiliki perasaan senang dalam bekerja

6.selalu berusaha untuk mengungguli orang lain 7.mengutamakan prestasi

dari apa yang dikerjakan 1.selalu berusaha memenuhi

kebutuhan hidup dan kebutuhan kerja

2.senang memperoleh pujian 3. bekerja dengan harapan

memperoleh insentif, dan 4. bekerja dengan harapan

memperoleh perhatian dari teman. 4 2 2 2 4 2 6 2 2 2 2

1 – 4 5 – 6 7 – 8 9 – 10 11 – 14 15 – 16 17 – 22 23 – 24 25 – 26 27 – 28 29 - 30

3

Kinerja Mengajar

Guru (Y)

1. Perencanaa n Program Kegiatan Pembelajar an,

1.Memilih dan menguasai bahan ajar

2.Menentukan metode dan pendekatan pembelajaran 3.Mengembangkan silabus 4.Menyusun program tahunan

atau semester

2 2 1 1

1 – 2 3 – 4

5 6


(35)

2. Pelaksanaa n Kegiatan Pembelajar an, 3. Evaluasi/ Penilaian Pembelajar an, (RPP) 1.Membuka/menutup kegiatan pembelajaran 2.Pengelolaan kelas 3.Penggunaan media dan

sumber belajar 4.Penggunaan metode

pembelajaran 5.Penggunaan strategi

pembelajaran

1.Menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, 2.Penyusunan alat-alat

evaluasi,

3.Pelaksanaan evaluasi 4.Pengolahan dan analisis

hasil evaluasi,

5.Penggunaan hasil evaluasi

1 4 4 2 2 1 2 1 2 2 2 8 9 – 12 13 – 16 17 – 18 19 – 20

21 22 – 23

24 25 – 26 27 – 28 29 - 30

Instrumen yang telah diterima terlebih dahulu diujicobakan untuk mendapatkan instrumen yang sahih dan handal (valid dan reliable)

F. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesahihan dan kehandalnya melalui prosedur :

1. Responden Uji Coba

Instrumen penelitian diuji cobakan pada responden yang tidak termasuk sampel penelitian. Jumlah responden uji coba sebanyak 30 (tiga puluh) orang guru. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk diuji coba.


(36)

Uji coba instrumen dilakukan dengan langkah-langkah : a) membagikan angket pada guru, b) memberikan keterangan tentang cara pengisian angket, c) para guru melakukan pengisian angket, dan d) setelah guru selesai mengisi angket, segera dikumpulkan kembali.

3. Tujuan Pelaksanaan Uji Coba

Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item angket, baik dalam hal redaksi, altenatif jawaban yang tersedia, maupun dalam pernyataan dan jawaban tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada masing-masing variabel. Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan yang valid dan reliabel dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

4. Uji Validitas Instrumen.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto (Akdon, 2008:143) menjelaskan bahwa, ”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.”

Sugiono (Akdon, 2008:143), mengemukakan bahwa ”Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Selanjutnya Arikunto


(37)

menunjukkan sejauh mana variabel data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud.”

Validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiono (Akdon, 2008:144):

Keterangan :

n = Jumlah responden

∑ = Jumlah perkalian X dan Y ∑ = Jumlah Skor tiap butir ∑ = Jumlah Skor total

∑ = Jumlah Skor X dikuadratkan ∑ = Jumlah Skor Y dikuadratkan

Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikasi. Uji ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Uji signifikansi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008:144) yaitu:

(∑ ) (∑ )(∑ )

[ .∑ (∑ ) ][ .∑ (∑ )) ]

= √ − 2


(38)

r = Koefisien Korelasi n = banyak populasi

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan keputusan, jika > berarti valid, sebaliknya jika

< , berarti tidak valid.

5. Hasil Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS versi 12 for Windows. Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation yang

merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung)

dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika r hitung > r tabel maka item tersebut valid, sebaliknya jika r hitung < r tabel maka item tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir), validitas dari ketiga variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Validitas variabel X₁ (Supervisi Kepala Sekolah)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut diatas untuk variabel X₁ tentang Supervisi Kepala Sekolah yang terdiri dari 30 item

pernyataan, terdapat 24 (dua puluh empat) item pernyataan yang dinyatakan valid dan 6 (enam) item yang tidak valid yaitu item nomor 3, 4, 7, 13, 22, dan 25, untuk


(39)

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel X₁ (Supervisi Kepala Sekolah) Item

No r hitung

r tabel

α = 0,05 ; n = 30 Keputusan Keterangan

1 0.415 0.361 Valid Digunakan

2 0.437 0.361 Valid Digunakan

3 -0.097 0.361 Tidak Valid Ditolak

4 -0.172 0.361 Tidak Valid Ditolak

5 0.418 0.361 Valid Digunakan

6 0.689 0.361 Valid Digunakan

7 0.193 0.361 Tidak Valid Ditolak

8 0.470 0.361 Valid Digunakan

9 0.527 0.361 Valid Digunakan

10 0.411 0.361 Valid Digunakan

11 0.460 0.361 Valid Digunakan

12 0.567 0.361 Valid Digunakan

13 -0.128 0.361 Tidak Valid Ditolak

14 0.491 0.361 Valid Digunakan

15 0.408 0.361 Valid Digunakan

16 0.740 0.361 Valid Digunakan

17 0.593 0.361 Valid Digunakan

18 0.598 0.361 Valid Digunakan

19 0.478 0.361 Valid Digunakan

20 0.452 0.361 Valid Digunakan

21 0.483 0.361 Valid Digunakan

22 -0.066 0.361 Tidak Valid Ditolak

23 0.596 0.361 Valid Digunakan

24 0.509 0.361 Valid Digunakan

25 0.116 0.361 Tidak Valid Ditolak

26 0.604 0.361 Valid Digunakan

27 0.465 0.361 Valid Digunakan

28 0.457 0.361 Valid Digunakan

29 0.416 0.361 Valid Digunakan


(40)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut diatas untuk variabel X₂ tentang Motivasi Kerja Guru yang terdiri dari 30 item

pernyataan, terdapat 25 (dua puluh lima) item pernyataan yang dinyatakan valid dan 5 (lima) item yang tidak valid yaitu item nomor 8, 12, 16, 19, dan 25, untuk selanjutnya untuk item yang tidak valid, tidak digunakan atau dihilangkan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel X₂ (Motivasi Kerja Guru) Item

No r hitung

r tabel

α = 0,05 ; n = 30 Keputusan Keterangan

1 0.441 0.361 Valid Digunakan

2 0.638 0.361 Valid Digunakan

3 0.435 0.361 Valid Digunakan

4 0.404 0.361 Valid Digunakan

5 0.828 0.361 Valid Digunakan

6 0.458 0.361 Valid Digunakan

7 0.516 0.361 Valid Digunakan

8 -0.219 0.361 Tidak Valid Ditolak

9 0.514 0.361 Valid Digunakan

10 0.531 0.361 Valid Digunakan

11 0.463 0.361 Valid Digunakan

12 -0.252 0.361 Tidak Valid Ditolak

13 0.508 0.361 Valid Digunakan

14 0.458 0.361 Valid Digunakan

15 0.486 0.361 Valid Digunakan

16 -0.187 0.361 Tidak Valid Ditolak

17 0.446 0.361 Valid Digunakan

18 0.644 0.361 Valid Digunakan

19 -0.479 0.361 Tidak Valid Ditolak

20 0.479 0.361 Valid Digunakan

21 0.436 0.361 Valid Digunakan

22 0.438 0.361 Valid Digunakan

23 0.519 0.361 Valid Digunakan

24 0.409 0.361 Valid Digunakan


(41)

27 0.521 0.361 Valid Digunakan

28 0.475 0.361 Valid Digunakan

29 0.536 0.361 Valid Digunakan

30 0.487 0.361 Valid Digunakan

b. Validitas variabel Y (Kinerja Mengajar Guru)

Hasil perhitungan (terlampir) dengan menggunakan rumus tersebut diatas untuk variabel Y tentang Kinerja Mengajar Guru yang terdiri dari 30 item pernyataan, terdapat 25 (dua puluh lima) item pernyataan yang dinyatakan valid dan 5 (lima) item yang tidak valid yaitu item nomor 6, 11, 18, 21, dan 23, untuk selanjutnya untuk item yang tidak valid, tidak digunakan atau dihilangkan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) Item

No r hitung

r tabel

α = 0,05 ; n = 30 Keputusan Keterangan

1 0.650 0.361 Valid Digunakan

2 0.463 0.361 Valid Digunakan

3 0.466 0.361 Valid Digunakan

4 0.413 0.361 Valid Digunakan

5 0.713 0.361 Valid Digunakan

6 -0.068 0.361 Tidak Valid Ditolak

7 0.642 0.361 Valid Digunakan

8 0.604 0.361 Valid Digunakan

9 0.467 0.361 Valid Digunakan

10 0.749 0.361 Valid Digunakan

11 -0.012 0.361 Tidak Valid Ditolak

12 0.669 0.361 Valid Digunakan

13 0.617 0.361 Valid Digunakan

14 0.443 0.361 Valid Digunakan

15 0.729 0.361 Valid Digunakan

16 0.524 0.361 Valid Digunakan

17 0.481 0.361 Valid Digunakan

18 -0.168 0.361 Tidak Valid Ditolak


(42)

21 -0.473 0.361 Tidak Valid Ditolak

22 0.637 0.361 Valid Digunakan

23 -0.249 0.361 Tidak Valid Ditolak

24 0.479 0.361 Valid Digunakan

25 0.477 0.361 Valid Digunakan

26 0.431 0.361 Valid Digunakan

27 0.448 0.361 Valid Digunakan

28 0.643 0.361 Valid Digunakan

29 0.803 0.361 Valid Digunakan

30 0.407 0.361 Valid Digunakan

Hasil analisis atau pemeriksaan butir-butir pernyataan yang ditolak dan butir yang digunakan dari masing-masing variabel dapat dilihat dari tabel berikut :

Table 3.7

Butir-Butir yang Ditolak dari Masing-masing Variabel

No Variabel Indikator Jumlah Butir

Jumlah tidak valid/ Ditolak Jumlah Valid/ digunakan 1 Supervisi Kepala Sekolah (X₁)

1.kunjungan kelas, 2.kunjungan observasi 3.membimbing guru-guru

tentang cara-cara

mempelajari pribadi siswa, 4.membimbing guru-guru

tentang pelaksanaan kurikulum sekolah. 5. rapat-rapat pembinaan 6.diskusi kelompok, dan 7.penataran-penataran 6 2 4 8 3 4 3 2 1 0 1 1 1 0 4 1 4 7 2 3 3 Jumlah 30 6 24

2

Motivasi Kerja Guru (X₂)

1.tanggung jawab dalam melaksanakan tugas 2.melaksanakan tugas

dengan target yang jelas 3.memiliki tujuan yang jelas

dan menantang

4.ada umpan balik atas hasil pekerjaan

5.memiliki perasaan senang dalam bekerja

6.selalu berusaha untuk mengungguli orang lain

4 2 2 2 4 2 0 0 1 0 1 1 4 2 1 2 3 1


(43)

8.selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerja

9.senang memperoleh pujian 10.bekerja dengan harapan

memperoleh insentif, dan 11.bekerja dengan harapan

memperoleh perhatian dari teman. 2 2 2 2 0 1 0 0 2 1 2 2

Jumlah 30 5 25

3 Mengajar Kinerja Guru (Y)

1.Memilih dan menguasai bahan ajar

2.Menentukan metode dan pendekatan pembelajaran 3.Mengembangkan silabus 4.Menyusun program tahunan

atau semester 5.Menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP)

6.Membuka kegiatan pembelajaran 7.Pengelolaan kelas 8.Penggunaan media dan

sumber belajar 9.Penggunaan metode

pembelajaran

10.Penggunaan strategi pembelajaran 11.menutup kegiatan

pembelajaran

12.Menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, 13.Penyusunan alat-alat

evaluasi,

14.Pelaksanaan evaluasi 15.Pengolahan dan analisis

hasil evaluasi,

16.Penggunaan hasil evaluasi 2 2 1 1 1 1 4 4 2 2 1 2 1 2 2 2 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 1 1 3 4 1 2 0 1 1 2 2 2


(44)

Setelah uji validitas, instrumen penelitian pun harus diuji reliabilitasnya. Arikunto (2002:154) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Langkah-Langkah pengujian reliabilitas angket dalam penelitian ini mengikuti pendapat Akdon (2008:148-151) sebagai berikut:

a) Menghitung total skor

b) Menghitung korelasi Product Moment dengan rumus:

Keterangan :

n = Jumlah responden

∑ = Jumlah perkalian X dan Y

∑ = Jumlah Skor tiap butir ∑ = Jumlah Skor total

∑ = Jumlah Skor X dikuadratkan

∑ = Jumlah Skor Y dikuadratkan

c) Menghitung reliabilitas seluruh item dengan rumus Spearman Brown berikut:

(∑ ) (∑ )(∑ )

[ .∑ (∑ ) ][ .∑ (∑ )) ]

= 2


(45)

e) Membuat keputusan dengan membandingkan dengan Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut : Jika > berarti item angket reliabel, sebaliknya jika < berarti item angket tidak reliabel.

6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini, uji reliabel dilakukan melalui bantuan komputer dengan program SPSS versi 12 for Windows. Dalam analisis ini apabila data dikatakan reliabel harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas perhatikan angka pada Guttman Split-Half Coefficient yang

merupakan nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika r hitung > r tabel maka item tersebut reliabel, sebaliknya jika r hitung < r tabel maka item tidak reliabel. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliability Statistics

Supervisi Kepala Sekolah

Motivasi Kerja Guru

Kinerja Mengajar

Guru Cronbach's Alpha Part 1 Value .760 .786 .844 N of Items 15(a) 15(a) 15(a) Part 2 Value .861 .676 .603 N of Items 15(b) 15(b) 15(b) Total N of Items 30 30 30 Correlation Between Forms .527 .585 .738 Spearman-Brown

Coefficient Equal Length .690 .738 .849 Unequal Length .690 .738 .849 Guttman Split-Half Coefficient .689 .735 .828


(46)

sekolah mencapai 0,689, untuk variabel motivasi kerja guru sebesar 0,732 dan untuk variabel kinerja mengajar guru sebesar 0,828. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi rtabel = 0,370 yang berarti bahwa ketiga instrumen dalam

kategori reliabel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rangkuman berikut:

Table 3.9

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel r11 rtabel Keterangan

1 Supervisi Kepala Sekolah (X₁) 0,689 0,689 > 0,370 Reliabel

2 Motivasi Kerja Guru (X2) 0,732 0,732 > 0,370 Reliabel

3 Kinerja Mengajar Guru (Y) 0,828 0,828 > 0,370 Reliabel

7. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Angket

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba angket menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, selanjutnya adalah melaksanakan penyebaran angket untuk memperoleh data yang diinginkan.

Angket yang disebarkan terdiri dari 24 item yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data tentang supervisi kepala sekolah, 25 item yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi kerja guru dan 25 item lainnya digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau.


(47)

Apabila data telah terkumpul maka data kuantitatif itu akan dianalisis melalui statistik, dengan uji normalitas data, uji linieritas, uji persamaan korelasi dan regresi sederhana dan korelasi dan regresi ganda serta uji hipotesis.

Mengolah data dan menganalisa data adalah suatu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik kesimpulan sebagai suatu jawaban dari permasalahan yang diteliti.

Langkah-Langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecendrungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variable digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus :

X

=

Keterangan :

X

= skor rata-rata yang dicari

X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)


(48)

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan table 3.10 kriteria dan penafsiran seperti di bawah ini :

Table 3.10

Kriteria Skor Rata-rata variabel

Rentang Nilai Jawaban Penafsiran

Variabel X Variabel X Variabel Y

4,01 - 5,00 Selalu Sangat Baik Sangat Tinggi Sangat Tinggi 3,01 - 4,00 Sering Baik Tinggi Tinggi 2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup Baik Cukup Tinggi Cukup Tinggi 1,01 - 2,00 Jarang Kurang Baik Rendah Rendah 0,01 – 1,00 Tidak Pernah Tidak Baik Sangat Rendah Sangat Rendah

2. Pengujian Persyaratan Analisis

Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linear sederhana maupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah (a) syarat normalitas, (b) syarat homogenitas, dan (c) syarat kelinieran regresi Y atas X.

a. Uji normalitas distribusi data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik. Untuk pengolahan data parametrik, data yang dianalisis harus berdistribusi normal, sedangkan pengolahan data non parametrik, data yang dianalisis berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk


(49)

normal atau tidak.

Uji normalitas distribusi data dapat dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS Versi 12. Atau dapat juga menggunakan rumus Chi Kuadrat :

(

)

E

E

O

x

1 1 1

2 −

=

Keterangan :

χ2 = Chi kuadrat yang dicari О₁ = Frekuensi hasil penelitian

Ε₁ =Frekuensi yang diharapkan

Menentukan keberartian dengan cara membandingkan

dengan tabel dengan kriteria distribusi data dikatakan normal apabila hitung < tabel dan distribusi dikatakan tidak normal apabila hitung > tabel.

b. Uji homogenitas data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi kelompok-kelompok sampel yang diambil dari populasi yang sama. Pada penelitian ini untuk uji homogenitas digunakan metode atau teknik Barlett, dengan rumus :

[

]

=

1

2

.

(

)

10

(

Ln

B

db

LogS


(50)

χ2 = Chi kuadrat yang dicari S1 = Varians tiap kelompok data

db = n – 1 = derajat kebebasan tiap kelompok B =Nilai Barlett = (Log Sgab)(Σdbi)

Sgab = Varians gabungan

=

db

S

gab db .S i

Menentukan keberartian dengan cara membandingkan

dengan tabel dengan kriteria distribusi data dikatakan homogen apabila hitung < tabel dan distribusi dikatakan tidak homogen apabila hitung > tabel.

c. Uji Liniertas Data

Uji linieritas dapat dilihat dari nilai signifikansi dari deviation of linierity program SPSS versi 12 untuk X₁ terhadap Y serta X₂ terhadap Y. Apabila nilai

signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.

3. Menguji Hipotesis Penelitian

Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah : 1. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan


(51)

ganda.

a. Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = Jumlah responden

∑ = Jumlah perkalian X dan Y

∑ = Jumlah Skor tiap butir ∑ = Jumlah Skor total

∑ = Jumlah Skor X dikuadratkan

∑ = Jumlah Skor Y dikuadratkan

Dari rumus diatas dapat dijelaskan bahwa merupakan koefisien korelasi dari variabel X dan variabel Y dapat dilihat dengan membandingkan

dengan pada tingkat kepercayaan 95%. Bila > dan

bernilai positif, maka terdapat pengaruh yang positif. Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien korelasi menurut Akdon (2008:188) sebagai berikut:

(∑ ) (∑ )(∑ )


(52)

Tolok Ukur Koefisien Korelasi

Nilai Koefisien Kriteria

0,800-1,000 Sangat Kuat

0,600-0,799 Kuat

0,400-0,599 Sedang/Cukup

0,200-0,399 Rendah

0,000-0,199 Sangat Rendah

Uji Signifikan

Selanjutnya uji signifikan adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Uji signifikansi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008:188), yaitu:

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Banyak sampel

Menguji taraf signikansi yaitu dengan membandingkan harga

dengan dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk= n-2.

Koefisien dikatakan signifikan atau memiliki arti apabila harga > .

Uji Koefisien Determinasi

Mencari derajat hubungan berdasarkan koefisien determinasi (KD) dengan maksud sejauhmana pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(53)

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi yang dicari = Koefisien korelasi

b. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari Persamaan regresi. a = Konstanta,apabila harga X =0

b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan terjadi pada X

X = Harga variabel X

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a dan

b dengan menggunakn rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008:197), yaitu:


(54)

2) Menyusun pasangan data untuk variabel X dan variabel Y

3) Mencari persamaan untuk koefisien regresi sederhana

c. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua variable bebas X atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variable terikat Y. Analisis korelasi ganda menggunakan rumus : Rx₁x₂y,

sedangkan untuk mencari signifikansi digunakan rumus Fhitung yang kemudian

dibandingkan dengan dengan Ftabel. Untuk menari kesimpulan, jika Fhitung ≥ F tabel maka Ho ditolak artinya signifikan, sebaliknya jika Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima artinya tidak signifikan.

d. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda adalah alat peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya

( )(

) (

)(

)

(

)

− −

= 2 2

2 Xi Xi n XiYi Xi Xi Yi a

(

(

)( )

)

= 2 2

Xi Xi n Yi Xi XiYi n b


(55)

terikat.

Untuk mengetahui pengaruh antara varlabel bebas terhadap varlabel terikat yang dikontrol oleh variabel bebas lainnya, atau secara bersama-sama digunakan rumus analisis regresi ganda sebagai berikut :

Ŷ = a + b1x1 + b2x2 + E Keterangan :

Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari Persamaan regresi. a = Nilai Konstanta

b1 = Nilai Koefsien regresi x1

b2 = Nilai Koefsien regresi x2

X1 = Variabel bebas x1

X2 = Nilai Koefsien regresi x2

E = Prediktor (pengganggu)

Alat Bantu

Untuk membantu menganalisis data, kegiatan penghitungan statistik menggunakan program SPSS (Statistical Package of Social Science) sehingga dapat diperoleh perhitungan statistik seperti uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji homogenitas, uji linieritas dan uji hipotesis.


(56)

184

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Merujuk pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Supervisi kepala sekolah pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, yang diukur melalui (1) supervisi individual dan (2) supervisi kelompok termasuk kategori sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang supervisi kepala sekolah yang berada dalam kategori sangat baik.

2. Motivasi kerja guru pada SMA Negeri se-Kabupten Indragiri Hulu Propinsi Riau, yang diukur melalui (1) motivasi intrinksik dan (2) motivasi ekstrinksik termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang motivasi kerja guru yang berada dalam kategori sangat tinggi.

3. Kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupten Indragiri Hulu Propinsi

Riau, yang diukur melalui (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) evaluasi pembelajaran termasuk kategori sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang kinerja mengajar guru yang berada dalam kategori sangat tinggi.


(57)

kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau sebesar 13,80 %. Ini berarti tingkat kinerja mengajar guru dapat dijelaskan 13,80 % melalui supervisi kepala sekolah.

5. Terdapat kontribusi yang signifikan antara motivasi kerja guru dengan kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau sebesar 25,40 %. Ini berarti tingkat kinerja mengajar guru dapat dijelaskan 25,40 % melalui motivasi kerja guru.

6. Terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama dengan kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau sebesar 31,00 %. Ini berarti bahwa kira-kira sepertiga tingkat mengajar guru dapat dijelaskan melalui tingkat supervisi yang dilaksanan kepala sekolah dan motivasi kerja yang dimiliki guru. Sisanya 69,00 % (kira-kira dua pertiga) dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

B. Implikasi

Hasil penelitian mengenai variabel supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru yang semula diduga berkontribusi terhadap kinerja mengajar guru ternyata menunjukkan kontribusi yang signifikan. Hal ini berarti bahwa kinerja mengajar guru pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dan motivasi kerja yang dimiliki guru.


(58)

kepada guru dengan cara yang bijaksana, sementara itu kepala sekolah juga dapat memotivasi guru dalam menjalankan tugas. Adanya pelaksanaan supervisi yang telah direncanakan bersama guru dan adanya pemberian motivasi dari sekolah terutama dari kepala sekolah maka guru akan terpenuhi harapannya, sehingga kinerjanya dalam mengajarpun akan meningkat.

Supervisi kepala sekolah yang berlangsung baik kepada guru akan mengairahkan guru untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar. Kepala sekolah dan guru saling bekerjasama dalam memecahkan masalah, kepala sekolah dalam memberikan supervisi menggunakan pendekatan kekeluargaan, guru dapat menanggapi supervisi dari kepala sekolah dengan terbuka dan senang hati, supervisi dilakukan untuk memecahkan masalah bersama bukan untuk mencari kesalahan, dan supervisi dilaksanakan secara kontinyu dan terjadwal akan membuat guru menjadi merasa diperhatikan, guru merasa dihargai sehingga guru dapat bekerja lebih semangat dengan adanya pelaksanaan supervisi dari kepala sekolah. Jika pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah dapat ditingkatkan maka kinerja guru dalam proses pembelajaran juga akan dapat meningkat, sehingga mutu pendidikan akan baik.

Motivasi kerja juga merupakan faktor pendukung pada kinerja guru dalam mengajar. Guru mengajar karena punya motif, guru mengajar karena adanya motivasi yang mendasari dirinya untuk mengajar. Motivasi bisa terjadi jika kebutuhan guru tercukupi, jika sudah tercukupi guru tentu terdorong untuk melakukan kegiatan, dorongan ini juga karena guru merasa puas terhadap


(59)

dapat ditingkatkan maka kinerja mengajar guru juga akan dapat meningkat, sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dalam penelitian ini terdapat dua faktor yang mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kinerja mengajar guru, baik secara sendiri-sendiri mapun secara bersama-sama. Kedua faktor tersebut adalah supervisi kepala sekolah (x₁) dan motivasi kerja (x₂).

C. Saran

Dari hasil pembahasan penelitian ditemukan bahwa supervisi kepala sekolah termasuk kategori sangat baik, namun untuk indikator membimbing guru-guru tentang pelaksanaan kurikulum sekolah yang termasuk supervisi individual masih perlu mendapat perhatian dari kepala sekolah. Sesuai dengan hasil penelitian Djam’an Satori, maka penulis menyarankan sebaiknya kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi hendaknya dilakukan secara teratur dan terus menerus, terutama dalam hal membimbing guru-guru tentang pelaksanaan kurikulum sekolah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, sehingga permasalahan yang timbul bisa diatasi. Demikian juga halnya bagi guru, sebaiknya guru dapat menjadikan supervisi sebagai suatu kebutuhan, agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

Sedangkan dalam pembahasan tentang motivasi kerja guru ditemukan bahwa motivasi kerja guru termasuk kategori sangat tinggi, Namun untuk indikator senang memperoleh pujian yang termasuk motivasi ekstrinksik masih


(60)

pujian merupakan bagian motivasi berprestasi guru. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh McClelland (1961), Edwar Murray dan Gordon W (1970) (dalam Gaos Suherman, 2008:63), maka penulis menyarankan sebaiknya guru dapat meningkatkan motivasi kerjanya, tidak hanya dipengaruhi dari faktor dari dalam diri saja (motivasi intrinksik) tapi tidak kalah penting faktor dari luar juga (motivasi ekstrinsik). Sikap terbuka dan mau menerima masukan sangat dibutuhkan dalam proses ini.

Sementara itu pada pembahasan kinerja mengajar guru ditemukan bahwa kinerja mengajar guru termasuk kategori sangat tinggi, namun untuk indikator penggunaan media dan sumber belajar yang termasuk dalam sub variabel pelaksanaan pembelajaran masih perlu mendapat perhatian dari guru. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana (1989) (dalam B. Suryosubroto, 2009:40), maka dalam hal ini penulis menyarankan sebaiknya kemampuan guru dalam penggunaan media dan sumber belajar lebih dikuasai dan ditingkatkan lagi, sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi dapat juga dengan penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

Kepala Dinas Pendidikan, sebaiknya selalu mengadakan kegiatan yang mampu mengembangkan wawasan guru dan kepala sekolah, sehingga termotivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik.


(61)

memperdalam variabel-variabel yang diteliti maupun ditambahkan dengan variabel lain sehingga dapat mengetahui besar kontribusinya pada kinerja mengajar guru, hal ini dapat digunakan untuk memberikan informasi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pada sekolah menengah atas (SMA) pada khususnya.


(62)

190

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Aisyah, Manarus, dan Sidik, H. (1996). Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol 3, (3) (1996). [Online]. Tersedia: http://journal.um.ac.id/ index.php/jip/article/viewArticle/1733 [26 Mai 2010]

Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali Press _____ (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta

Budianti, E.S. Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Mengajar

Guru (penelitian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (smk) Al Irsyad Rumpun Bisnis Dan Manajemen Di Haurgeulis Kabupaten Indramayu). [Online]. Tersedia: http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/7:6222/q/ pengarang:%20 Suci%20/offset120/limit/15 [26 Mai 2010]

Burhanuddin, Y. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka setia. Engkoswara. (2004). Iman Ilmu Amaliah Indah. Bandung : Yayasan Amal

Keluarga.

Hamalik, U. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Handoko, H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta:BPFE.

Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Hendra. (2006). Kontribusi Motivasi dan Supervisi terhadap Disiplin Guru SMA

Negeri Lubuk Basung. Tesis Program Pascasarjana UNP. Tidak Diterbitkan.

Hoy, W.K. dan Miskel, C.G. (2001). Educational Administration Theory, Research, And Practice. International Edition, Singapore: McGraw-Hill Co.

Miharja, I.S.A. (2006). Hubungan Antara Pelaksanaan Supervise Kepala Sekolah

dan Kondisi Sarana Olahraga Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Tesis. Program Pascasarjana UPI. Tidak Diterbitkan.


(1)

perlu mendapat perhatian dari guru dan kepala sekolah, senang memperoleh pujian merupakan bagian motivasi berprestasi guru. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh McClelland (1961), Edwar Murray dan Gordon W (1970) (dalam Gaos Suherman, 2008:63), maka penulis menyarankan sebaiknya guru dapat meningkatkan motivasi kerjanya, tidak hanya dipengaruhi dari faktor dari dalam diri saja (motivasi intrinksik) tapi tidak kalah penting faktor dari luar juga (motivasi ekstrinsik). Sikap terbuka dan mau menerima masukan sangat dibutuhkan dalam proses ini.

Sementara itu pada pembahasan kinerja mengajar guru ditemukan bahwa kinerja mengajar guru termasuk kategori sangat tinggi, namun untuk indikator penggunaan media dan sumber belajar yang termasuk dalam sub variabel pelaksanaan pembelajaran masih perlu mendapat perhatian dari guru. Seperti yang diungkapkan oleh Nana Sudjana (1989) (dalam B. Suryosubroto, 2009:40), maka dalam hal ini penulis menyarankan sebaiknya kemampuan guru dalam penggunaan media dan sumber belajar lebih dikuasai dan ditingkatkan lagi, sehingga dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya menggunakan media yang sudah tersedia seperti media cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi dapat juga dengan penggunaan objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

Kepala Dinas Pendidikan, sebaiknya selalu mengadakan kegiatan yang mampu mengembangkan wawasan guru dan kepala sekolah, sehingga termotivasi untuk melaksanakan tugas dengan baik.


(2)

189

Penelitian ini masih dapat dikembangkan dan diperluas dengan memperdalam variabel-variabel yang diteliti maupun ditambahkan dengan variabel lain sehingga dapat mengetahui besar kontribusinya pada kinerja mengajar guru, hal ini dapat digunakan untuk memberikan informasi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pada sekolah menengah atas (SMA) pada khususnya.


(3)

190

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Aisyah, Manarus, dan Sidik, H. (1996). Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol 3, (3) (1996). [Online]. Tersedia: http://journal.um.ac.id/ index.php/jip/article/viewArticle/1733 [26 Mai 2010]

Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta : Rajawali Press _____ (2004). Dasar-dasar Supervisi. Jakarta : Rineka Cipta

Budianti, E.S. Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru (penelitian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (smk) Al Irsyad Rumpun Bisnis Dan Manajemen Di Haurgeulis Kabupaten Indramayu). [Online]. Tersedia: http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/7:6222/q/ pengarang:%20 Suci%20/offset120/limit/15 [26 Mai 2010]

Burhanuddin, Y. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka setia. Engkoswara. (2004). Iman Ilmu Amaliah Indah. Bandung : Yayasan Amal

Keluarga.

Hamalik, U. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Handoko, H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:BPFE.

Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara. Hendra. (2006). Kontribusi Motivasi dan Supervisi terhadap Disiplin Guru SMA

Negeri Lubuk Basung. Tesis Program Pascasarjana UNP. Tidak Diterbitkan.

Hoy, W.K. dan Miskel, C.G. (2001). Educational Administration Theory, Research, And Practice. International Edition, Singapore: McGraw-Hill Co.

Miharja, I.S.A. (2006). Hubungan Antara Pelaksanaan Supervise Kepala Sekolah dan Kondisi Sarana Olahraga Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani. Tesis. Program Pascasarjana UPI. Tidak Diterbitkan.


(4)

191

Nasser, S dan Aljabri, H. (1991). Editorial Board. Internatioanl Journal of Education, vol. 2, (1) (November, 2007). Bandung.Indonesia University of Education (UPI), FORMOPPI dan BKS IKA FIP in Indonesia.

Pidarta, M. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto, M.N. (2007). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rahardja, A.T. (2004). Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur. III (3). [Online]. Tersedia: www.bpkpenabur.or.id/jurnal. [20 Oktober 2009]

Riduwan. (2008). Metode & Teknik menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta. Sagala, S. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung : Alfabeta. Sahertian, P.A. (2008). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta. Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta. Kencana.

Satori, D. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar. Disertasi. Program Pascasarjana IKIP Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sedarmayanti, (2007). Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara

Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. Simamora, H. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE

YKPN.

Soetjipto dan Kosasi, R. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.

Solihin, A.M. (2007). Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompetensi Pedagogik terhadap Kinerja Mengajar Guru Bantu (Studi Kasus Pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis. Program Pascasarjana UPI. Tidak Diterbitkan.

Staffmm. (2007). Pengaruh Faktor Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Fasilitas Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru Di Smp Negeri 2 Binangun Kabupaten Cilacap [Online]. Tersedia: http:// episentrum. com/search/jurnal%20psikologi%20motivasi%20kerja. [26 Mai 2010]


(5)

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung : Alfabeta.

Suhartono, S. (2008). Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Suherman, G. (2008). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Situasional Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Bantu (Studi Deskriptif di Sekolah Menengah Atas se Kabupaten Purwakarta. Tesis. Program Pascasarjana UPI. Tidak Diterbitkan.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutisna O. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Alfabeta.

Syaefuddin, A. (1998). Kinerja Kepala Sekolah Dasar dalam Melaksanakan Supervisi Pengajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP), Vol 5, (2) (1998). [Online]. Tersedia: http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view Article/968 [26 Mai 2010]

Tang Keow Ngang, T.K. (200). Editorial Board. Internatioanl Journal of Education, vol. 2, (1) (November, 2007). Bandung.Indonesia University of Education (UPI), FORMOPPI dan BKS IKA FIP in Indonesia.

Tim Dosen, Jurusan Adpen. (2008). Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Jurusan Administrasi Pendidikan UPI.

Uno, H.B. (2006). Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, M.U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. (2006). Sistem Pendidikan Nasional.

Bandung : Nuansa Mulia.

Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005. (2006). Tentang Guru dan Dosen. Bandung : Nuansa Mulia.


(6)

193

Winarti, T. (2002). Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan Supervisi Pengajaran Yang Dilakukan Pengawas Dan Kepala Sekolah Terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Ciamis. [Online]. Tersedia: http://garuda.dikti.go.id/jurnal/ detil/id/7:2975/q/pengarang:%20TITI%20/offset/0/limit/15 [26 Mai 2010]


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

1 10 56

PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 3 59

PENGARUH PEMBINAAN KOMPETENSI GURU OLEH KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG.

0 4 53

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

2 26 60

PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI: Studi Deskriftif Terhadap Guru Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.

1 1 60

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PPL UPI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 98

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES.

0 0 86

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG - repository UPI T ADP 1103403 Title

0 0 4

PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG - repository UPI T ADP 1202196 Title

0 0 3

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN BANDUNG KULON - repository UPI S ADP 1103071 Title

0 0 3