PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN...i

ABSTRAK……….………... ii

KATA PENGANTAR..………... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ……….………... viii

DAFTAR TABEL ………..………... xi

DAFTAR GAMBAR ………..………...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian... 1

B. Identifikasi dan PerumusanMasalah…………......7

C. TujuanPenelitian ………...8

D. ManfaatPenelitian ………... 9

E. Struktur Organisasi Tesis………...10

BAB II. KAJIANPUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Konsep Kinerja Mengajar Guru... 12

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 12

2. Elemen-elemen Kinerja Guru ... 15

3. Komponen Kinerja Mengajar Guru...19

4. Penilaian Kinerja Mengajar Guru ... 20

B. Konsep Supervisi Akademik Kepala Sekolah ... 27

1. Pengertian Supervisi Akademik …………... 27

2. Tujuan Supervisi Akademik ... 30


(2)

4. Sasaran Supervisi Akademik ... 34

5. Teknik Supervisi Akademik ...35

C. Konsep Budaya Sekolah ...371. Pengertian Budaya Sekolah ... 37

2.Manisfestasi dan Karakteristik Budaya Sekolah ...39

3.Fungsi Budaya Sekolah...41

4. Unsur-unsur dalam Budaya Sekolah ... 43

D. Konsep Pengaruh Supervisi Akademik dan Budaya Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru ... 45

E. Kerangka Pemikiran ... 48

F. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... 51

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 52

1. Supervisi Akademik Kepala Sekolah ……….. 52

2. Budaya Sekolah…………... 55

3. Kinerja Mengajar Guru ...56

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data... 60

1. Teknik Pengumpulan Data... 60

2. Metode dan Pendekatan ... 60

D. Penentuan Sampel... 61

F. Pengumpulan Data ... 65

1. SumberdanJenis data... 65

2. Variabel yang Diteliti ... 68

3. Teknik Pengukuran Variabel ...68

4. Pengembangan Instrumen Penelitian ...71

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 78

G. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 78


(3)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengujian Hipotesis ...88 B. AnalisaSkor Total ………... 92

1. . AnalisaSkorKinerjaMengajar Guru Total ... 92 2. AnalisaSkorSupervisi Akademik Kepala Sekolah Total ..94 3.AnalisaSkorBudaya Sekolah Total ……...96 C. AnalisaRegresi ………...98

1. AnalisaRegresiPengaruh KinerjaMengajar Guru, Supervisi

Akademik Kepala SekolahdanBudaya

Sekolah...98 2. AnalisaRegresiPengaruh

KinerjaMengajarGuruDenganSupervisi AkademikKepala Sekolah ……...102

3. AnalisaRegresiPengaruh KinerjaMengajar GuruDenganBudaya

Sekolah…………... 105 D. PembahasanHasilPenelitian………... 108

1. Pengaruh, Supervisi Akademik (X1) terhadap KinerjaMengajar

Guru(X2)...109

2. Pengaruh Budaya sekolah (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ...111 3. Pengaruh Supervisi Akademik (X1) dan Budaya Sekolah (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) ...113

BAB V.KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...121 B. Rekomendasi ... 127


(4)

RIWAYAT HIDUP ……….xvi LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

bahwa guru merupakan pihak pertama yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Terkait dengan pernyataan tersebut, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Fuad Hasan berpendapat bahwa, "Sebaik apapun kurikulum jika tidak dibarengi oleh guru yang berkualitas, maka semuanya akan sia-sia. Sebaliknya, kurikulum yang kurang baik akan dapat ditopang oleh guru yang berkualitas. Oleh sebab itu, peningkatan mutu guru sepatutnya menjadi perhatian utama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan” (Kompas, 2 Maret 2006).

Hal senada dipertegas lagi oleh Mulyasa (2003: 147) bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga siswa dalam kelas (actual). Bila dicermati kedua pernyataan tersebut di atas, maka keduanya menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pelaksanaan kurikulum di sekolah sangat tergantung pada kinerja mengajar guru.

Masyarakat mempunyai harapan yang berlebih terhadap guru. Keberhasilan atau kegagalan sekolah sering dialamatkan kepada guru. Justifikasi masyarakat tersebut dapat dimengerti karena guru adalah sumber daya yang aktif, sedangkan sumber daya-sumber daya yang lain adalah pasif. Oleh karena itu, sebaik-baiknya kurikulum, fasilitas, sarana dan prasarana pembelajaran, tetapi jika kualitas gurunya rendah maka sulit untuk mendapatkan hasil pendidikan yang bermutu tinggi.

Berbagai upaya dapat ditempuh untuk menciptakan produktivitas/kinerja yang baik, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas kerja. Usaha


(6)

meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sentral dari segala macam usaha peningkatan mutu dan perubahan pendidikan (Winarno Surakhman, 2004;5).

Masalah kualitas mengajar yang dilakukan guru harus mendapat pengawasan dan pembinaan yang terus menerus dan berkelanjutan. Pengawasan dalam pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar bermutu yang dilayani guru. Pengawasan profesional kepada guru oleh kepala sekolah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengajar disebut supervisi akademik. (Djam’an Satori; 2005).

Selanjutnya dikatakan bahwa kinerja merupakan hasil dari nilai-nilai budaya organisasi yang berarti pula bahwa kinerja juga merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang ada. Hasil kerja dan karya yang bermutu unggul dapat terwujud jika didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu unggul pula. Kekuatan sumber daya manusia ini akan berarti dengan adanya budaya sekolah. Nilai inti dari budaya sekolah biasanya lebih berfalsafah bahkan agak mirip dengan menekankan pada kualitas yang merupakan karakter dari suatu sekolah.

Budaya sekolah secara umum terbentuk atas dasar Visi dan Misi seseorang yang dikembangkan sebagai adaptasi terhadap tuntutan lingkungan (masyarakat) baik internal maupun eksternal. Setiap sekolah harus menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas.

Kerjasama yang terjalin antar anggota memiliki unsur visi dan misi, sumber daya, dasar hukum struktur dan anatomi yang jelas dalam rangka mencapai tujuan


(7)

tertentu merupakan organisasi secara formal. Pentingnya membangun budaya sekolah terutama berkenaan dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah.

Budaya sekolah memberi gambaran bagaimana seluruh civitas akademika bergaul, bertindak, dan menyelesaikan masalah dalam segala urusan di lingkungan sekolahnya. Kebiasaan mengembangkan diri terutama bagaimana setiap anggota kelompok di sekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya, merupakan kultur yang hidup sebagai suatu tradisi yang tidak lagi dianggap sebagai suatu beban kerja. Begitu halnya dengan supervisi dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran, bila telah membudaya, guru yang melaksanakannya tidak lagi menganggap bahwa pembinaan bukan merupakan suatu paksaan yang datang dari luar dirinya. Melainkan tradisi akademik yang dijunjung tinggi karena berguna buat sekolah secara keseluruhan.

Budaya sekolah mengacu kepada suatu sistem kehidupan bersama yang diyakini sebagai norma atau pola-pola tingkah laku yang dipatuhi bersama. Budaya menjadi pegangan bagaimana setiap urusan di sekolah semestinya diselesaikan oleh para anggotanya. Budaya sekolah merupakan variabel yang mempengaruhi bagaimana anggota kelompok bertindak dan berperilaku. Budaya menjadi pegangan berperilaku dari seluruh anggotanya. Departemen Pendidikan Nasional sendiri bersemboyan Tutwuri Handayani, Ing madya mangun karso, Ing ngarso sung tulodo”. Semboyan ini menjadi tradisi yang menjadi ciri khas berperilaku di lingkungan Depdiknas. Di Jawa Barat berlaku semboyan “silih


(8)

asih, silih asah, silih asuh“ artinya kehidupan dalam pendidikan di Jawa Barat harus dilandasi kasih sayang untuk saling mencerdaskan.

Budaya sekolah inilah yang menumbuh suburkan bagaimana mutu dan kinerja dilaksanakan oleh para anggotanya. Bagaimana kebiasaan bekerja memperbaiki diri dirasakan sebagai bagian dari kehidupannya. Budaya sekolah dalam kaitannya dengan penciptaan kepuasan pihak yang dilayani sangat penting, sebab setiap personil sekolah merasakan peningkatan diri dan memperbaiki diri bukan lagi paksaan yang datang dari supervisor sebagai suatu pembinaan, melainkan dirasakan sebagai suatu bagian integral dari keharusan dirinya memecahkan masalah kerja demi kepuasan peserta didik.

Supervisi akademik yang baik akan tumbuh dan berkembang subur dalam budaya sekolah yang kondusif. Usaha peningkatan mutu pembelajaran tercipta karena kesadaran yang kuat dari para anggotanya di sekolah. Toleransi saling menghormati dan saling mendorong semangat merupakan iklim kerja yang kontruktif produktif.

Kultur sekolah dibangun oleh pola-pola kerja yang dilakukan warganya setiap hari, kehidupan keseharian kemudian membentuk budaya sekolah yang kemudian dianut sebagai suatu nilai yang menjadi tradisi sekolah. Tradisi yang dijalankan oleh sekolah secara berulang-ulang, menjadi ritual kemudian muncul sebagai kultur sekolah yang terus dipertahankan anggotanya secara turun temurun, dan akan menjadi kebanggaan seluruh penghuninya.

Sekolah sebagai tempat bersama dalam melakukan pengabdian kepada pemerintah dan bangsa, oleh karena itu suasananya harus dipelihara bersama


(9)

supaya menyenangkan. Dalam sekolah yang iklimnya kondusif secara personal terasa sebagai sutu keluarga besar. Segala sesuatu yang menjadi permasalahan dibicarakan untuk dicari pemecahan bersama dengan sebaik-baiknya.

Budaya kerja seperti ini dapat memberi dorongan kepada setiap petugas untuk memiliki perasaan bahwa sekolah adalah “ rumah tinggal” yang harus dijaga nama baiknya, dipelihara kondisinya dan ditingkatkan mutu kinerjanya sebab menyangkut kelangsungan hidup masa datang. Bila tidak akan mengancam kelangsungan hidup warga yang menghuninya. Budaya sekolah yang harus dipelihara supaya meningkatkan mutu akademik.

Kehadiran supervise akademik Kepala Sekolah digunakan untuk memajukan pembelajaran melalui pertumbuhan kemampuan guru -gurunya. Supervisi akademik Kepala Sekolah mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi mengajar belajar menjadi lebih baik, pengajaran menjadi efektif, guru menjadi lebih puas dalam melekasanakan pekerjaannya. Dengan demikian sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

Kegiatan mengembangkan diri terutama bagaimana setiap anggota kelompok di sekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya merupakan kultur yang hidup sebagai tradisi yang tidak dianggap sebagai suatu beban kerja. Begitu juga halnya dengan supervisi akademik Kepala Sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran, bila telah membudaya, guru yang melaksanakannya tidak lagi menganggap bahwa pembinaan, pengawasan dan supervisi, bukan merupakan suatu paksaan yang datang dari luar


(10)

dirinya melainkan tradisi akademik yang dijunjung tinggi karena berguna buat sekolah secara keseluruhan.

Berdasarkan analisis permasalahan tersebut di atas, maka topik penelitian ini dirumuskan kedalam judul “Pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka untuk menghindari kesalahfahaman dalam penafsiran terhadap masalah yang diteliti, perlu adanya pembatasan ruang lingkup dan kejelasan terhadap permasalahan yang diteliti.

Penelitian ini lebih difokuskan pada:

1. Bagaimana pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung? 3. Bagaimana pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan budaya

sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung?

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dimaksudkan :

a. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

b. Untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada di Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

c. Untuk memperoleh informasi tentang seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.


(12)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Jurusan Administrasi Pendidikan

Manfaat dari penelitian ini untuk jurusan Administrasi Pendidikan adalah untuk pengembangan ilmu, khususnya bidang keilmuan Administrasi Pendidikan dalam bidang garapan manajemen personalia, pengembangan sumber daya manusia, pelayanan supervisi akademik Kepala Sekolah terhadap guru dalam usaha memperbaiki mutu mengajar dan proses belajar peserta didiknya, perilaku organisasi dan budaya sekolah, Manajemen Mutu Terpadu dan pengembangan organisasi (Aplikasi teori Organisasi). Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memunculkan disiplin ilmu baru dalam bidang Administrasi Pendidikan sehingga ilmu Administrasi Pendidikan menjadi semakin berkembang dan maju menjadi keilmuan yang sangat besar sumbangannya dalam perbaikan mutu manajemen pendidikan nasional.

2. Bagi Lokasi yang di Teliti

Melalui penelitian ini, diharapkan berbagai permasalahan seputar supervisi akademik Kepala Sekolah, budaya sekolah dan kinerja mengajar guru dapat diungkap sehingga dapat dimunculkan solusi yang efektif untuk peningkatan kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung sehingga pada


(13)

gilirannya penelitian ini mampu memberikan evaluasi komprehensif bagi perbaikan dan peningkatan efektifitas layanan supervisi akademik Kepala Sekolah, dan penerapan budaya sekolah yang kondusif yang akan menumbuhsuburkan mutu kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas pendidikan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

3. Bagi Peneliti sendiri

Manfaat penelitian ini untuk peneliti sendiri adalah untuk lebih mengetahui secara mendalam baik secara teoritis maupun praktis mengenai pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah, budaya sekolah terhadap kinerja mengajar guru.

E. Struktur Organisasi Tesis

Dalam rangka penyususunan tesis ini, membagi dalam lima Bab, dimana satu dengan lainnya berhubungan. Adapun pokok pembahasan pada masing-masing Bab dikemukakan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan; merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, dan struktur organisasi Tesis.

Bab II Kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian: pada bab ini akan diuraikan landasan teori yang berisi konsep supervisi akademik Kepala Sekolah, budaya sekolah, dan kinerja mengajar guru;


(14)

identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, sumber dan jenis data, metode pengumpulan data, prosedur dan teknik pengolahan data, pengujian hipotesis.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan; dalam bab ini akan dibahas mengenai analisa skor total, analisa regresi, pembahasan hasil penelitian,

Bab V Kesimpulan dan rekomendasi; bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, dan rekomendasi


(15)

statistik untuk menguji hipotesis penelitian serta mengungkap makna yang terkandung dari hasil pengujian hipotesis tersebut.

B. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Menurut Nazir (1998:152), definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variable tersebut.

Sebagaimana variabel-variabel yang termuat dalam judul penelitian “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung”

Berikut ini, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan dalam variabel yang diteliti, yaitu :

1. Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Supervisi akademik kepala sekolah merupakan kegiatan pengawasan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam menjalankan tugas pokoknya yaitu mengajar. dilakukan dengan cara-cara yang rasional, untuk menambah dan mempertinggi kesanggupan guru dalam mengajar yang hasilnya berdampak pada pemberian layanan belajar pada peserta didik. Kegiatan supervisi harus dijalankan oleh orang yang dapat melihat berdasarkan kenyataan yang ada dan kemudian di bawa kepada kegiatan yang seharusnya, yaitu kegiatan semestinya yang harus dicapai. Orang yang


(16)

menjalankannya dituntut keharusan memiliki pengetahuan yang mendalam bagaimana sesungguhnya pekerjaan itu dijalankan. Orangnya mempunyai keahlian, kepekaan, perasaan yang halus, teliti dan hati-hati, dilaksanakan dengan hati yang jernih, berdasarkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakannya. Menurut Dadang Suhardan (2010:35)

Supervisi adalah suatu kegiatan pengawasan yang dijalankan oleh orang yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dan lebih dalam dengan tingkat kepekaan yang tajam dalam memahami objek pekerjaannya dengan hati yang jernih.

Supervisi akademik kepala sekolah merupakan pengawasan profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekadar pengawas biasa. Posisi dan kedudukannya lebih tinggi dan lebih baik dari orang yang diawasinya.

Supervisi akademik kepala sekolah menuntut kemampuan ilmu pengetahuan yang mendalam serta kesanggupan untuk melihat sebuah peristiwa pembelajaran dengan tajam. Ia memahami pembelajaran berdasarkan kontektual fenomena akademik. Sebuah kejadian dipelajari diteliti hubungan dan keterkaitannya, kegunaannya, apa, mengapa dan bagaimana. Kemampuan mengawasinya sangat tajam dalam memahami setiap peristiwa akademik, oleh karena itu supervisi akademik hanya dapat dijalankan oleh orang yang sesuai keahliannya, sebab harus mengawasi dengan cermat dan mendalam peristiwa pembelajaran yang berupa kegiatan akademik yang sifatnya ilmiah bersumber dari teori yang digunakan dalam sebuah praktik. Misi utama supervisi


(17)

akademik kepala sekolah adalah memberi pelayanan kepada guru untuk mengembangkan mutu pembelajaran, memfasilitasi guru agar dapat mengajar dengan efektif. Melakukan kerja sama dengan guru atau anggota staf lainnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran, mengembangkan kurikulum serta meningkatkan pertumbuhan profesionalisasi semua anggotanya.

Supervisi akademik kepala sekolah dalam penelitian ini adalah kegiatan pengawasan terhadap guru-guru pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, terhadap kegiatan akademik yang berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar, pengawasan terhadap murid yang belajar dan pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya.

Variable X1 (Supervisi Akademik Kepala Sekolah ):

Supervisi akademik kepala sekolah merupakan bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat dan umpan balik yang obyektif di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan terutama mutu proses dan hasil pembelajaran, dilakukan secara terus menerus dengan memperbaiki setiap kekurangan dan mengembangkan apa yang telah maju. Untuk mengetahui batas kemajuan dan kelemahan ini diperlukan adanya standar atau batas ambang penilaian terhadap prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Informasi berdasarkan standar menjadi ruang untuk melakukan supervisi, karena informasi merupakan masukan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala


(18)

Sekolah/Madrasah mensyaratkan Kepala Sekolah memiliki dimensi kompetensi yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi (akasemik) dan sosial.

Dimensi kompetensi supervisi akademik kepala sekolah mencakup: 1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru;

2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat;

3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profeionalisme guru (BNSP, 2007b)

2. Budaya Sekolah

Suparlan (2009) dalam artikelnya yang berjudul Membangun Budaya Sekolah [online] tersedia: http// www. Suparlan.com[16 januari 2009]:

Budaya sekolah adalah konteks di belakang layar sekolah yang menunjukkan nilai-nilai, norma-norma, tradisi-tradisi, ritual-ritual, yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerjasama di sekolah.

Budaya Sekolah dapat diartikan sebagai karakteristik yang dimiliki oleh satuan pendidikan yang khas dan dapat didefinisikan melalui kebiasaan-kebiasaan, nilai, serta tindakan yang dianut oleh warga sekolah sebagai satuan dari sistem sekolah. Sekolah yang dimaksud ini adalah Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Variable X2 (Budaya Sekolah), indikatornya:

Sekolah sebagai suatu organisasi mempunyai ciri atau kekhasan tersendiri. Ciri khas tersebut dinamakan sebagai budaya sekolah. Aan Komariah dan Cepi


(19)

Triatna (2004: 105) mengemukakan bahwa ”Kekhasan budaya sekolah tidak terlepas dari visi dan proses pendidikan yang berlangsung yang menuntut keberadaan unsur-unsur dan komponen-komponen sebagai bidang garapan organisasi”. Adapun indikator-indikator budaya sekolah sebagai berikut:

1) Tatanan lembaga 2) Norma sekolah

3) Nilai-nilai yang dianut sekolah 4) Peraturan sekolah

5) Iklim sekolah 6) Mind/ ide-ide 7) Kebiasaan

3. Kinerja Mengajar Guru

Peneliti mendefinisikan kinerja mengajar guru, sebagai unjuk kerja guru yang dicapai berupa prestasi yang diperlihatkan dalam bentuk kemampuan/kompetensi profesional guru (Kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial) yang termotivasi dengan sikap kerja yang baik dalam hal: penguasaan materi pelajaran, pengelolaan program pengajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pengenalan kemampuan pada peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan program evaluasi sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif di setiap situasi interaksi belajar mengajar sehingga mendapatkan hasil kerja yang optimal dan kebiasaan kerja yang sesuai aturan sekolah dalam mengemban tanggung jawab dan komitmen yang tinggi pada sekolah dan


(20)

berusaha untuk memajukan kualitas sekolah secara keseluruhan yang dalam penelitian ini adalah kinerja mengajar guru pada Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Variable Y (Kinerja Mengajar Guru) :

Menurut Sadirman (2001:161) kinerja mengajar guru dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu

a. Menguasai materi pelajaran yang pada dasarnya berupa bahan pengayaan/ penunjang bidang studi ,

b. Mengelola program belajar menagjar dengan cara merumuskan tujuan intruksional/pembelajaran menggunakan proses intruksional dengan tepat, melaksanakan PBM, mengenal kemampuan anak didik serta merencanakan dan melaksanakan program remedial ,

c. Mengelola kelas dengan menciptakan suasana kondusif bagi berlangsungnya PBM ,

d. Menggunakan media/ sumber dengan mampu mengenal, memilih dan menggunakan pendukung pembelajaran berupa alat bantu, perpustakaan, teknologi komputer, dan lab secara baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan,

e. Menguasai landasan kependidikan sebagai landasan berpijak dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar

f. Mengelola interaksi belajar mengajar merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam upaya transformasi pengetahuan dan


(21)

internalisasi nilai kepada peserta didik, keterampilan guru, metode mengajar, sarana dan alat/ tekhnologi pendukung merupakan komponen penting bagi keberhasilan pengelolaan ,

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran merupakan kemampuan untuk mengenal potensi siswa, menganalisis dan menggunakan data hasil belajar siswa sebagai umpan balik bagi siswa h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

merupakan pemahaman mengenai fungsi dan peran untuk kepentingan PBM.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan administrasi seperti pencatatan dan pelaporan hasil belajar siswa ,

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran, merupakan kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan penalaran untuk menumbuhkan penalaran siswa dan mengembangkan PBM.

Lebih spesifik mengenai indikator kinerja mengajar guru adalah : 1) Merencanakan Pembelajaran;

- Merumuskan tujuan pembelajaran

- Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran - Merumuskan kegiatan belajar mengajar


(22)

2) Melaksanakan pembelajaran; - Memulai pembelajaran - Menyampaikan pembelaja - Menutup pembelajaran 3) Mengevaluasi pembelajaran; - Melaksanakan evaluasi

- Tindak lanjut terhadap hasil evaluasi

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut :

Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel:

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

(X1)

KINERJA MENGAJAR GURU (Y)

BUDAYA SEKOLAH (X2)


(23)

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data dengan didukung oleh seperangkat instrumen pengumpulan data yang relevan, dalam usaha pemecahan masalah penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiono (1999:7) yang mengemukakan bahwa : ”Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya”.

Agar data yang diharapkan dapat benar-benar terkumpul dan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan, maka diperlukan tekhnik-tekhnik pengumpulan data tertentu. Adapun langkah-langkah proses pengumpulan data ini meliputi :

a. Penentuan alat pengumpulan data b. Penyusunan alat pengumpulan data c. Uji coba angket

2. Metode dan Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini dipilih karena hal-hal yang diteliti adalah hal-hal yang sifatnya masa sekarang dengan hasil penelitian yang diperoleh berupa angka-angka yang selanjutnya diolah agar data-data angka tersebut memiliki makna. Penggunaan metode penelitian deskriptif analitis


(24)

dengan pendekatan kuantitatif sesuai dengan pendapat Sudjana & Ibrahim (1997:53), bahwa:

Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka-angka yang bermakna “

Penggunaan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini didukung dengan penggunaan kepustakaan yang berkaitan dengan hal yang diteliti. Penggunaan kepustakaan diperlukan supaya penelitian ini mampu memecahkan permasalahan yang diteliti.

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, yakni digunakan untuk pengolahan data hasil penyebaran angket. Tidak seperti penelitian kuantitatif lainnya, penelitian ini tidak memiliki hipotesis, melainkan hanya terdapat pertanyaan penelitian. Sebab jenis penelitian ini adalah penelitian survey, yakni suatu jenis penelitian untuk mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan lain-lain. Dengan demikian, pendekatan kuantitaif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik dalam mengumpulkan dan mengolah data penelitian yang menggunakan perhitungan secara statistik dan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

D. Penentuan Sampel

Penelitian yang diberi judul “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung”. Sesuai dengan judulnya, maka


(25)

lokasi penelitian dilakukan menyebar di Sekolah Dasar se-Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Sumber data yang dimaksud berasal dari populasi yaitu objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Surachmad (2002; 327), dalam Sugiyono bahwa “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung yang berjumlah 45 sekolah.

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya dipilih sejumlah sampel sebagai sumber data. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian, yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi Arikunto (1998;117). Sugiyono (1997;57) memberikan pengertian bahwa “Sampel adalah bagian sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Arikunto (1998;117) mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “ Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.

Dan agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan maka digunakan teknik sampling yaitu menggunakan probability sampling yaitu


(26)

teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Karena populasi anggota yang homogen maka teknik yang digunakan adalah

sample random sampling yaitu dengan menggunakan acak dari tiap sekolah.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan random sampling atau pengambilan sampel secara acak karena anggota/unsur populasinya homogen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2002:59), “ Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang dianggap homogen.

Sampel yang diambil dari suatu populasi yang diteliti haruslah representatif, sehingga kesimpulan dari penelitian valid dan dapat dipercaya atau signifikan. Hal ini, seperti yang dikemukakan oleh Ali (1993:46), bahwa :

….dalam mengambil sampel dari populasi memerlukan teknik tersendiri, sehingga sampel yang diperoleh dapat representatif atau mewakili populasi dan kesimpulan yang dibuat dapat diharapkan tepat atau sah (valid) dan dapat dipercaya (signifikan).

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah yang berjumlah 45 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1: Jumlah Sampel

No Nama SD Jumlah Guru Jumlah Sampel

1 CIBIRU 02 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

2 CIBIRU 06 11 45

367X11=1,35 = 1

3 CIBIRU 08 7 45

367X 7= 0,86 = 1

4 CIBIRU 09 12 45

367X12=1,47 = 1

5 CIJATI 01 8 45

367X 8= 0,98 = 1

6 CIJATI 02 7 45

367X 7=0,86 = 1

7 CILEUNYI 01 6 45


(27)

No Nama SD Jumlah Guru Jumlah Sampel

8 CILEUNYI 02 9 45

367X 9=1,10 = 1

9 CILEUNYI 03 7 45

367X 7= 0,86 = 1

10 CILEUNYI 04 10 45

367X10=1,23 = 1

11 CILEUNYI 05 12 45

367X 12= 1,47 = 1

12 CILEUNYI 06 9 45

367X 9=1,10 = 1

13 CILEUNYI 07 6 45

367X 6= 0,74 = 1

14 CINUNUK 01 8 45

367X 8=0,98 = 1

15 CINUNUK 02 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

16 CINUNUK 03 8 45

367X 8=0,98 = 1

17 CINUNUK 04 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

18 CINUNUK 05 6 45

367X 6=0,74 = 1

19 CINUNUK 06 7 45

367X 7= 0,86 = 1

20 CINUNUK 07 8 45

367X 8=0,98 = 1

21 CINUNUK 08 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

22 CINTAASIH 01 8 45

367X 8=0,98 = 1

23 CINTAASIH 02 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

24 CIMEKAR 7 45

367X 7=0,86 = 1

25 CIKONENG 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

26 CINTAGELAR 6 45

367X 6=0,74 = 1

27 CIKUDAYASA 02 9 45

367X 9 = 1,10 = 1

28 CIKALANG 8 45

367X 8=0,98 = 1

29 MEKARBIRU 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

30 MEKARASIH 8 45

367X 8= 0,98= 1

31 MEKARWANGI 9 45

367X 9= 1,10 = 1

32 MEKARSARI 9 45

367X 9=1,10 = 1

33 NEGLASARI 01 7 45

367X 7 = 0,86 = 1

34 NEGLASARI 02 8 45

367X 8= 0,98 = 1

35 SUKASARI 5 45

367X 5= 0,61 = 1

36 SUKAHAJI 01 8 45


(28)

No Nama SD Jumlah Guru Jumlah Sampel

37 SUKAHAJI 02 6 45

367X 6= 0,74 = 1

38 SUKAHATI 01 11 45

367X11=1,35 = 1

39 SUKAHATI 02 12 45

367X 12= 1,47 = 1

40 SUKAMANTRI 7 45

367X 7=0,86 = 1

41 SUKAASIH 6 45

367X 6= 0,74 = 1

42 SUKARASA 6 45

367X6=0,74 = 1

43 YASAHIDI 8 45

367X 8 = 0,98 = 1

44 TIRTAYASA 6 45

367X 6=0,74 = 1

45 PERCOBAAN 15 45

367X 15= 1,84 = 1

Jumlah 367 45

E. Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro, 2001:147). Data primer dalam penelitian ini bersumber dari jawaban responden terhadap angket yang disebar. Kegunaan dari data primer itu sendiri adalah sebagai bahan data utama dalam pengolahan data penelitian, sebab melalui data primer ini, hasil pengolahan data dari respondenlah yang akan mampu menjawab permasalahan dan pertanyaan penelitian.

Jenis data yang kedua adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara, artinya diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro, 2002:147).


(29)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari berbagai literatur seperti: buku, jurnal, skripsi dan tesis. Buku, skripsi dan tesis yang digunakan diperoleh baik secara online melalui internet maupun secara langsung melalui perpustakaan.

Jurnal merupakan jenis literatur yang berisi artikel-artikel yang menelaah berbagai macam konsep-konsep teoritis. Artikel yang dimuat dalam jurnal akademik atau jurnal professional dapat berupa artikel teoritis dan hasil penelitian empiris (Indriantoro, 2002:43). Berbagai literatur tersebut digunakan oleh peneliti sebagai bahan perbandingan dan sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti dalam memahami struktur dan metode penelitian sejenis, baik secara konseptual maupun secara praktis.

Pengumpulan data merupakan bagian dari proses pengujian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian (Indriantoro, 2002:11). Peneliti menentukan angket sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Angket merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Masing-masing pernyataan akan dinilai atau diambil jawaban dari responden dengan menggunakan skala pengukuran.

Seperti yang telah disebutkan diawal bahwa jenis penelitian ini adalah survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengukur pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan lain-lain. Maka skala pengukuran yang digunakan adalah

rating scale dengan skala 1-5, dimana masing-masing angka memiliki nilai yang


(30)

terendah yang diwakili oleh angka 1, dan seterusnya sehingga angka yang memiliki nilai paling besar diwakilkan oleh angka 5. Adapun perinciannya seperti gambar berikut:

Aspek 1

Kinerja/Kenyataan yang dirasakan

(perceived)

Negatif Netral Positif Gambar 3.2

Penggunaan Rating Scale untuk Angket Penelitian

Data yang dihasilkan dari alat pengumpul data yang menggunakan skala pengukuran rating scale, akan berbentuk data ordinal. Selain itu jawaban berupa angka yang merupakan data mentah berbentuk kuantitatif itu kemudian ditafsirkan oleh peneliti ke dalam pengertian kualitatif. Sehingga terdapat perbedaan yang mencolok antara rating scale dengan skala likert, yang justru dari data kualitatif ditafsirkan ke dalam data kuantitaif.

Menurut Sugiyono (2002:92) rating scale lebih fleksibel, artinya responden yang menjawab senang atau tidak senang; setuju atau tidak setuju; pernah-tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam rating scale responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Sehingga tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti untuk mengukur status ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.


(31)

2. Variabel yang Diteliti

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti mengenai pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru pada Sekolah Dasar Di Lingkungan Dinas Pendidikan di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Dengan demikian, data yang ingin dikumpulkan mencakup data mengenai Variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) variabel X1 (Supervisi Akademik Kepala Sekolah), variable X2 (Budaya Sekolah) pada Sekolah Dasar Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

3. Teknik Pengukuran Variabel

Untuk mengukur masing-masing variabel yang diteliti, disusun dua format instrumen penelitian sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Format Y digunakan untuk mengukur variabel kinerja mengajar guru; Format X1 digunakan untuk mengukur variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Format X2 digunakan untuk mengukur variabel budaya sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

Teknik pengukuran variabel-variabel tersebut dilakukan dengan teknik angket. Angket tersebut di susun dengan bentuk skala likert dengan jumlah skala 5, dan diberikan kepada guru dengan ketentuan bobot nilai sebagai berikut :


(32)

Alternatif Jawaban

Bobot Nilai Variabel X1

(Supervisi Akademik Kepala Sekolah)

Variabel X2

(Budaya Sekolah)

Variabel Y

(KinerjaMengajar Guru)

Selalu Selalu Selalu 5

Sering Sering Sering 4

Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang 3

Jarang Jarang Jarang 2

Tidak Pernah Tidak Pernah Tidak Pernah 1

Tabel 3.3 Tabel skala Likert

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian karena akan menentukan langkah penelitian selanjutnya. Dalam proses pengumpulan data seorang peneliti harus didasarkan pada metode dan teknik pengumpulan data yang tepat sesuai dengan masalah yang diteliti serta didukung dengan alat pengumpulan data yang relevan, sehingga dapat diperoleh data yang objektif sesuai dengan kondisi di lapangan.

Teknik yang digunakan diantaranya adalah dengan menggunakan pertanyaan atau dikenal dengan istilah kuestioner atau angket. Selain itu pula dilengkapi dengan studi dokumentasi.

a. Angket

Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpul data yang terdiri dari sejumlah pertanyaan ataupun pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi maupun data, sebagaimana dikemukakan oleh Akdon dan sahlan hadi (2005:131) bahwa: ”Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan


(33)

respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Pendapat yang hampir sama pula, Moh Nazir (2005: 203) menyatakan :

Kuesioner atau schedule tidak lain adalah sebuah set pertanyaan yang

secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.

Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah angket berstruktur atau disebut juga angket tertutup. Akdon dan Sahlan Hadi (2005 : 132) mengemukakan bahwa :

Angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam

bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atau tanda checklist.

Pemilihan angket sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa angket memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2002: 129) bahwa keuntungan angket adalah:

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab

e. Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.


(34)

4. Pengembangan Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen penelitian didasarkan pada pijakan-pijakan teoritis yang diuraikan pada bab II. Landasan teoritis tersebut kemudian dikembangkan menjadi lebih operasional sehingga dapat diturunkan butir-butir item yang lebih dapat diukur. Berikut perinciannya :

a. Mengeksplorasi variabel-variabel yang akan diteliti dalam khazanah teoritis yang sedang berkembang

b. Memetakan penjabaran-penjabaran variabel yang diteliti menjadi subvariabel, aspek dan indikator sesuai uraian teori.

c. Menyusun item-item pertanyaan berdasarkan indikator-indikator yang telah dikembangkan sebelumnya.

d. Menentukan skala pengukuran masing-masing variabel. Dalam hal ini variabel X1, X2 dan Y diukur dengan menggunakan skala likert dengan rentangan skala 1 sampai 5.

e. Menentukan bobot masing-masing skala untuk masing-masing instrumen. Untuk masing-masing variabel, bobot skala dinyatakan dengan 1 sampai 5.


(35)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

VARIBEL X1 (SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH)

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO.

ITEM

Supervisi Akademik

Kepala Sekolah

(X1)

1. Perencanaan Program

1.1.Program perencanaan supervisi akademik kepala

sekolah 1-2

1.2.Buku catatan supervisi

akademik kepala sekolah 3 1.3.Instrumen supervisi

akademik kepala sekolah 4-5 1.4.Jadwal supervisi akademik

kepala sekolah 6-7

2. Pelaksanaan

2.1.Induksi supervisi akademik

kepala sekolah 8

2.2.Penentuan sasaran supervisi

akademik kepala sekolah 9 2.3.Teknik supervisi akademik

kepala sekolah 10-19

2,4, Kepemimpinan supervisi

akademik kepala sekolah 20

3. Tidak lanjut

1.1.Pembinaan 21


(36)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIBEL X2 (BUDAYA SEKOLAH)

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO

ITEM

BUDAYA SEKOLAH

(X2)

1. Tatanan lembaga

- Obyek material yang dibuat untuk memfasilitasi pengekspresian

lembaga 1-2

2. Norma sekolah

- Sekolah menciptakan citra yang menggambarkan kekhasan sekolah sehingga meningkatkan mutu sekolah

3-5

3. Nilai-nilai yang dianut sekolah

- Simbol-simbol tertentu yang mencerminkan nilai-nilai yang

dianut anggota sekolah 6-8 4. Peraturan

Sekolah

- Bentuk tindakan dan perilaku keseharian yang formal sebagai aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga sekolah

9-12

5. Iklim sekolah

- Lingkungan sekolah yang menyesuaikan dengan kemajuan

eksternal 13-31

6. Mind/Ide-ide - Menciptakan inovasi baru yang

lain dan luar biasa 32-33

7. Kebiasaan - Acara-acara ritual dan tradisi


(37)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIBEL Y (KINERJA MENGAJAR GURU)

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO.

ITEM KINERJA MENGAJAR GURU (Y) 1. Penyusunan rencana pembelajaran

1.1.Mendeskripsikan tujuan pembelajaran

1 1.2.Memilih dan mengembangkan

materi pembelajaran

2-3 1.3.Menentukan metoda pembelajaran 4 1.4.Menentukan sumber belajar dan

media/alat peraga pembelajaran

5 1.5.Menyusun perangkat penilaian 6-7

1.6.Mengalokasikan waktu 8

2. Pelaksanaan interaksi belajar

mengajar

2.1.Memulai pembelajaran 9

2.2.Menyajikan materi 10

2.3.Menggunakan metoda/strategi pembelajaran

11 2.4.Menggunakan alat peraga/media

pembelajaran

12 2.5.Menggunakan bahasa yang

komunikatif

13 2.6.Memotivasi siswa belajar 14 2.7.Mengorganisir kegiatan

pembelajaran

15 2.8.Berinteraksi dengan siswa secara

komunikatif

16 2.9.Menyimpulkan pelajaran 17 2.10. Memberikan umpan balik 18-20

3. Penilaian prestasi belajar peserta didik

3.1.Memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran

21-22 3.2.Memperbaiki soal yang tidak valid 23 3.3.Mengklarifikasi hasil penilaian 24-25 3.4.Mengolah dan menganalisis hasil

penilaian

26-27 3.5.Menyimpulkan hasil penilaian

secara jelas dan logis

28 4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik

4.1.Menyusun program tindak lanjut 29 4.2.Mengklarifikasikan kemampuan

siswa

30 4.3.Mengevaluasi hasil tindak lanjut 31 4.4.Melaksanakan program perbaikan 32 4.5.Melaksanakan program pengayaan 33 4.6.Melaksanakan pembinaan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik


(38)

Adapun hasil perhitungan uji validitas setiap item untuk setiap variable adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Rekapitulasi hasil uji Validitas Instrumen Variabel X1

No Item r hitung r tabel Kesimpulan

A1 0,454 1,98 Valid

A2 0,284 1,98 Valid

A3 0,211 1,98 Valid

A4 0,35 1,98 Valid

A5 0,572 1,98 Valid

A6 0,222 1,98 Valid

A7 0,383 1,98 Valid

A8 0,454 1,98 Valid

A9 0,372 1,98 Valid

A10 0,66 1,98 Valid

A11 0,543 1,98 Valid

A12 0,529 1,98 Valid

A13 0,518 1,98 Valid

A14 0,513 1,98 Valid

A15 0,529 1,98 Valid

A16 0,53 1,98 Valid

A17 0,529 1,98 Valid

A18 0,307 1,98 Valid

A19 0,657 1,98 Valid

A20 0,52 1,98 Valid

A21 0,438 1,98 Valid

A22 0,409 1,98 Valid

A23 0,47 1,98 Valid

A24 0,303 1,98 Valid

A25 0,485 1,98 Valid

A26 0,322 1,98 Valid

A27 0,399 1,98 Valid

A28 0,292 1,98 Valid

A29 0,261 1,98 Valid


(39)

No item r hitung r tabel Kesimpulan

B1 0,355 1,98 Valid

B2 0,51 1,98 Valid

B3 0,404 1,98 Valid

B4 0,456 1,98 Valid

B5 0,692 1,98 Valid

B6 0,533 1,98 Valid

B7 0,486 1,98 Valid

B8 0,361 1,98 Valid

B9 0,512 1,98 Valid

B10 0,48 1,98 Valid

B11 0,546 1,98 Valid

B12 0,381 1,98 Valid

B13 0,499 1,98 Valid

B14 0,323 1,98 Valid

B15 0,353 1,98 Valid

B16 0,372 1,98 Valid

B17 0,47 1,98 Valid

B18 0,37 1,98 Valid

B19 0,378 1,98 Valid

B20 0,537 1,98 Valid

B21 0,293 1,98 Valid

B22 0,504 1,98 Valid

B23 0,49 1,98 Valid

B24 0,679 1,98 Valid

B25 0,597 1,98 Valid

B26 0,44 1,98 Valid

B27 0,468 1,98 Valid

B28 0,361 1,98 Valid

B29 0,429 1,98 Valid

B30 0,387 1,98 Valid

B31 0,49 1,98 Valid

B32 0,297 1,98 Valid

B33 0,168 1,98 Valid

B34 0,577 1,98 Valid

B35 0,435 1,98 Valid

B36 0,383 1,98 Valid

B37 0,323 1,98 Valid

B38 0,191 1,98 Valid

Tabel 3.5


(40)

No item r hitung r tabel Kesimpulan

C1 0,441 1,98 Valid

C2 0,565 1,98 Valid

C3 0,457 1,98 Valid

C4 0,562 1,98 Valid

C5 0,66 1,98 Valid

C6 0,719 1,98 Valid

C7 0,555 1,98 Valid

C8 0,525 1,98 Valid

C9 0,503 1,98 Valid

C10 0,492 1,98 Valid

C11 0,614 1,98 Valid

C12 0,596 1,98 Valid

C13 0,657 1,98 Valid

C14 0,608 1,98 Valid

C15 0,509 1,98 Valid

C16 0,617 1,98 Valid

C17 0,481 1,98 Valid

C18 0,556 1,98 Valid

C19 0,395 1,98 Valid

C20 0,53 1,98 Valid

C21 0,666 1,98 Valid

C22 0,49 1,98 Valid

C23 0,557 1,98 Valid

C24 0,411 1,98 Valid

C25 0,651 1,98 Valid

C26 0,678 1,98 Valid

C27 0,563 1,98 Valid

C28 0,497 1,98 Valid

C29 0,353 1,98 Valid

C30 0,627 1,98 Valid

C31 0,61 1,98 Valid

C32 0,647 1,98 Valid

C33 0,6 1,98 Valid

C34 0,4 1,98 Valid

Tabel 3.6


(41)

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X1, dan X2 dapat disimpulkan bahwa semua item yang diujikan dinyatakan memiliki validitas konstruksi yang baik

1) Uji Reabilitas Instrumen

Selain harus memenuhi kriteria valid, instrument penelitian pun harus reliable. Arikunto (2002:154) mengemukakan bahwa: “Realibilitas menujuk pada

suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik” F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data atau analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian, oleh karenanya agar hasilnya memberikan bukti yang meyakinkan, peneliti menggunakan teknik statistik untuk menganalisis data penelitian (Indirantoro, 2002:11). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, oleh karenanya peran statistik dalam pengolahan data penelitian ini sangat penting.

Terdapat dua macam jenis statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, dimana kegunaannya adalah untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:207).


(42)

Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian.

Ukuran-ukuran yang digunakan adalah mean atau rata-rata. Penggunaan statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis secara deskriptif pula.

1. Deskripsi Data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka langkah selanjutnya adalah dengan menganalisis data. Analisis data merupakan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah penelitian, melalui analisis data ini peneliti dapat mengetahui apakah data yang terkumpul melalui penyebaran angket, ada pengaruh yang berarti antara variabel X1 (Supervisi Akademik Kepala Sekolah) dan X2 (Budaya Sekolah) terhadap variabel Y (Kinerja Mengajar Guru SD). Adapun dalam analisis data ini akan dijelaskan mengenai pemeriksaan dan penyeleksian data setelah diberlakukannya penyebaran dan pengumpulan angket. Kemudian dilanjutkan dengan pengklasifikasian data yang didasarkan pada variabel penelitian.


(43)

2. Seleksi Data

Seleksi data merupakan tahap pertama dalam melakukan pengolahan data. Penyeleksian dimaksudkan untuk mengetahui apakah angket yang disebar, pengisiannya sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan data penyeleksian terhadap angket yang telah terkumpul menunjukkan bahwa seluruh angket dapat diolah. Proses seleksi data yang menunjukkan bahwa seluruh angket dapat diolah karena telah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Lengkap, semua pertanyaan sudah terisi jawabannya b. Jelas, semua jawaban pertanyaan cukup jelas terbaca

c. Relevan, jawaban yang tertulis sudah relevan dengan pertanyaannya d. Konsisten, jumlah pertanyaan yang dijawab oleh responden konsisten

dengan jumlah responden yang menjadi objek penelitian.

Penyebaran angket sebanyak 45 buah dengan jumlah 30 item pernyataan untuk variabel X1, 38 item untuk pernyataan X2 dan 34 pernyataan untuk variabel Y terkumpul sebanyak 112 buah yang seluruhnya memenuhi syarat untuk diolah.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Jumlah Angket Sumber Data Instrumen

Jumlah Instrumen

Tersebar Terkumpul Dapat diolah Sekolah Dasar

Di Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung

Angket (Variabel X1, X2, dan

Variabel Y)


(44)

n X

M

K R n T n

I

( )

( ) 3. Klasifikasi Data

Setelah data diseleksi, maka langkah selanjutnya dengan mengumpulkan hasil instrumen secara keseluruhan berdasarkan pada variabel penelitian, yakni untuk variabel X1 (Supervisi akademik Kepala Sekolah), X2 (Budaya Sekolah) dan variabel Y (Kinerja Mengajar Guru) pada SD di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Kemudian dilakukan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban responden. Pengklasifikasian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan skor rata-rata responden terhadap variable-variabel yang diteliti.

Teknik analisis data untuk mengungkapkan hasil penelitian dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Statistik Deskriptif

Melalui statistik deskriptif ini, akan disajikan data dalam tabel distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang, penjelasan kelompok melalui mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan standar deviasi terhadap semua variabel dan sub variabee penelitian. Perhitungan deskriptif yang digunakan adalah rata-rata hitung (arimatic mean) dengan rumus:

Keterangan: M = Mean.

 = Jumlah.

X = Skor-skor dalam suatu distribusi. n = Jumlah unit-unit skor.

Penentuan klasifikasi skor jawaban responden yang disusun berdasarkan skala instrumen dengan rumus:


(45)

Keterangan:

I = Interval skor jawaban responden. n = Jumlah item pertanyaan.

 = Kemungkinan skor jawaban (probabilitas). T = Skor jawaban tinggi.

R = Skor jawaban rendah. K = Jumlah kelas interval. b. Uji Persyaratan Analisis,

bertujuan mengetahui sebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak berdistribusi normal, serta uji linieritas.

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data, dilakukan dengan pengujian

Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria jika nilai asymp. Sign (p) > , maka sebaran data berdistribusi normal.

2) Uji Linieritas Data

Mengenai uji linieritas kriterianya adalah jika nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel atau nilai p >  maka hubungan yang dihasilkan tersebut berbentuk linier

Pengolahan data dilakukan dengan maksud agar data yang terhimpun dapat memberikan arti bagi penelitian yang dilakukan . Data yang terkumpul harus diolah, diorganisir dan disistematisasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Winarno Surakhmad (1994:91) menjelaskan bahwa mengolah data adalah suatu konkrit untuk membuat data dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu


(46)

organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik . Dalam prosedur pengolahan data, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

Seleksi dan klasifikasi data, dilakukan melalui :

1). Pemeriksaan kecenderungan umum skor mentah 2). Mengubah skor mentah menjadi skor baku

3) Uji normalitas distribusi data untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametik atau non parametik, dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat ( X )

k

i Ei

Ei Oi X

1

2

2 ( )

Keterangan :

X = Chi kuadrat yang dicari

Oi = Frekuensi yang tampak Ei = Frekuensi yang diharapkan Langkah-langkah yang ditempuh adalah :

a) Membuat distribusi frekuensi

b) Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval

c) mencari Z untuk batas kelas dengan rumus:

S X Xi

Z  

Keterangan :

Xi = skor batas kelas distribusi X = rata-rata untuk distribusi


(47)

d) Mencari luas 0 - Z dari daftar F

e) Mencari luas tiap interval dengan cara mencari selisih luas O - Z dengan interval yang berdekatan untuk tanda Z sejenis dan menambah luas O - Z yang berlawanan

f) Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) diperoleh dengan cara mengalikan luas interval n

g) Mencari Oi (Frekuensi hasil penelitian) diperoleh dengan cara melihat tiap kelas interval ( Fi) pada table distribusi frekuensi

h) Mencari X dengan cara jalan membandingkan nilai presentil untuk distribusi X.

G.

Pengujian Hipotesis Penelitian

1). Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih ( Sugiyono, 2004:236). Pada umumnya setiap analisa regresi didahului dengan analisis korelasi, tetapi setiap analisa korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah terinci dapat dilihat sebagai berikut:

a) Memberi bobot setiap kemungkinan jawaban pada item untuk setiap variable penelitian dan memberi skor pada angket responden berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan


(48)

b) Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan prosentase. Perhitungan presentase dimaksimalkan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variable penelitian, dengan menggunakan rumus berikut:

Xid X

P

Keterangan :

P = Presentase rata-rata yang dicari X = Skor rata-rata tiap variable Xid = Skor ideal setiap variabel

Mengubah skor mentah menjadi skor baku. Sudjana (1992:104) mengemukakan rumus sebagai berikut:

  

   

S X Xi

Ti 50 10 ( )

Keterangan :

Ti = Skor baku yang dicari X = Skor rata-rata

S = Simpangan baku Xi = Skor mudah

Untuk menggunakan rumus di atas, maka akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a). Menentukan rentang ( R ) yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah ( STT – STR ) R = STT - STR

b) Menentukan banyak kelas ( bk ) interval dengan menggunakan rumus: Bk = 1 + (3,3) log n


(49)

c). Menentukan panjang kelas interval yaitu rentang dibagi banyak kelas

bk R

P

d). Mencari rata-rata dengan rumus:

fi fiXi X

e). Mencari simpangan baku dengan rumus : ) 1 ( ) ( )

( 2 2

2   

n n fiXi fiXi n S

Analisis korelasi merupakan teknik statistika yang berusaha mencari derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah analisis non parametik dengan menggunakan Rank Spearman .dengan rumus :

10 ( 6 1 2   

n n d r

Menghitung keberartian koefisien korelasi (tingkat signifikansi) dengan menggunakan rumus :

2 1 2 r n r t    Keterangan :

t = nilai t yang dicari r = koefisien korelasi n = banyaknya data

Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel dengan dk= n– 2 pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah


(50)

tingkat kepercayaan 95%. Apabila t hitung > t table, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima atau dengan kata lain hipotesis nol ditolak. Kemudian menafsirkan besarnya koefisien korelasi berdasarkan kriteria yang dikemukakan Subino (1982:66) adalah sebagai berikut:

Kurang dari 0,020 ; Hubungan dianggap tidak ada Antara 0,20 – 0,40 : Hubungan ada tetapi rendah Antara 0,41 – 0,70 : Hubungan cukup

Antara 0,71 – 0,90 : Hubungan tinggi


(51)

mencakupkemampuanuntukmenyesuaikandiriterhadaptuntutankerja dan lingkungansekitar pada waktumembawakantugasnyasebagaiguru.

2) Kemampuan personal guru yang mencakup:

a) Penampilansikap yang

positifterhadapkeseluruhantugasnyasebagaiguru dan terhadapsituasipendidikanbesertaunsur-unsurnya

b) Pemahaman,penghayatan dan penampilannilai-nilai yang seyogyanyadianutolehseorangguru.

c) Kepribadian, nilai-nilai, sikaphidup,

penampilansebagaiupayauntukmewujudkandirinyasebagaipanutan dan teladanbagi para siswanya.

(1) Berkaitan dengan Supervisi Akademik Kepala Sekolah:

- Perencanaan programsupervisi akademik kepala sekolahmerupakan

usahadantindakan yang

harusrealistikdandapatdilaksanakansupayapembelajaranmenjadile bihbaik,

akselerasibelajarpesertadidikmakincepatdalammengembangkanpotensi dirinya,sehinggabenar-benarmembantumempertinggikinerja mengajar guru.

- Program supervisiakademik kepala sekolahmencakupkeseluruhan proses pembelajaran yang membangunlingkunganbelajarmengajar yang kondusif, di dalamnyamencakupmaksuddantujuan, pengembangankurikulum, metodemengajar, evaluasi,


(52)

direncanakanbaikdalam intra maupun extra kurikuler.

- Program supervisiakademikkepala sekolahdimak-sudkanuntukmemperbaikidanmeningkatkan proses danhasilbelajarmengajar...supayakegiatanpembinaanrelevandenga npeningkatankemampuanprofesional guru.

- Program supervisiakademik kepala sekolahberprinsipkepada proses pembinaan guru yang menyediakanmotivasi yang kaya

bagipertumbuhankemampu-anprofesionalnyadalammengajardalamusahapeningkatanmutusekolah yang harusmendapatdukungansemuapihakdisertaidanadanfasilitasnya. - Program supervisiakademik kepala sekolah yang

baikberisikegiatanuntukmeningkatkankemampuanprofesional guru dalamhal:

1. Kemampuanmenjabarkankurikulumkedalam program tahunan dan program semester.

2. Kemampuanmenyusunperencanaanmengajar(RPP dan silabus).

3. Kemampuanmelaksanakankegiatanbelajarmengajardenganbaik. 4. Kemampuanmenilai proses danhasilbelajar.

5. Kemampuanuntukmemberiumpanbalik,pembinaan, rewards dan funishment secarateraturdanterusmenerus.


(53)

sederhana.

7. Kemampuanmenggunakan/memanfaatkanlingkungansebagaisum berdan media pengajaran.

8. Kemampuanmembimbingdanmelayanimurid yang

mengalamikesulitandalambelajar.

9. Kemampuanmengaturwaktudanmenggunakannyasecaraefisienu ntukmenyelesaikan program-program belajarmurid.

10. Kemampuanmemberikanpelajarandenganmemperhatikanperbe daan individual diantaraparasiswa.

11. Kemampuanmengelolakegiatanbelajarmengajarkodanektrakuriku

lersertakegiatan-kegiatanlainnya yang

berkaitanpembelajaransiswa. (2) Berkaitan dengan Budaya Sekolah:

Prinsip yang terpenting dari pemeliharaan budaya sekolah adalah memelihara tradisi, upacara-upacara agama, dan lambang yang telah dinyatakan dan menguatkan budaya sekolah positif, namun yang lebih penting adalah budaya bagi perbaikan kualitas sekolah secara terus menerus.

Penerapan budaya sekolah harus menampilkan:

a. Kolegalitas merupakan iklim kesejawatan yang menimbulkan rasa saling hormat menghormati dan menghargai sesama profesi kependidikan.


(54)

percobaan-percobaan kearah menemukan pola kerja (seperti model pembelajaran) yang lebih baik dan diharapkan menjadi milik sekolah. c. High Expectation. Keleluasaan budaya sekolah yang memberi harapan

kepada setiap orang untuk memperoleh prestasi tertinggi yang pernah dicapainya.

d. Trust and Confidence. Kepercayaan dan keyakinan yang kuat merupakan

bagian terpenting dalam kehidupan suatu profesi. Budaya sekolah yang kondusif akan memberikan peluang bagi setiap orang supaya percaya diri dan memiliki keyakinan terhadap insentif yang akan diterima atas dasar gagasan-gagasan baru yang diberikannya untuk organisasi.

e. Tangible Support. Budaya sekolah mendukung lahirnya perbaikan

pembelajaran serta mendorong terciptanya pengembangan profesi dan keahlian.

f. Reaching Out to the Knownledge base.

Sekolahmerupakantempatpengembanganilmusecaraluas,

objektifdanproporsional, pengkajian, pengembangangagasanbaru, penelitian,

pengembangankonsepbarusemuanyamemerlukanpemahamanlandasankeil muannyaterlebihdahulu.

g. Appreaciation and Recognition.

Budayasekolahmemeliharapenghargaaandanpengakuanatasprestasi guru sehinggamenjunjungtinggihargadiri guru.


(55)

memujidanmemberipenghargaanataskebaikanseorang guru di

sekolahadalahperbuatan yang terpuji. Humor

dansalingmenggembirakanadalahbudayapergaulan yang sehat.

i. Involvement in Decision Making. Kultursekolah yang melibatkanstafturutsertadalampembuatankeputusanmenjadikanmasalahm enjaditransparandansemuastafsekolahdapatmengetahuimasalah yang dihadapidanbersama-samamemecahkannya.

j. Protection of What’s Important.

Melindungidanmenjagakerahasiaanpekerjaanmerupakanbudaya di sekolah. Budayasekolah yang baikakanmengetahuimana yang harusdibicarakandanapa yang harusdirahasiakan.

k. Tradisi. Memeliharatradisi yang sudahberjalan lama dandianggapbaikadalahbudayadalamlingkungansekolahdanbiasanyasukar untukditiadakan, sepertitradisiwisuda, upacarabendera, pengharganatasjasaatauprestasidansebagainya.

l. Honest, Open Comunication.

Kejujurandanketerbukaandilingkungansekolahdanseharusnyaterpelihara, karenasekolahmerupakanlembagapendidikan yang membentukmanusia

yang jujur,

cerdasdanterbukabaikolehpemikiranbaruataupunolehperbedaanpendapat.


(56)

signifikan dengan rata-rata angka questioner berpengaruh cukup terhadapkinerja mengajar guru.

2. Budaya sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan

rata-rata angka questioner berpengaruh tinggi terhadap kinerja mengajar guru.walaupun bukan merupakan satu-satunya faktoryang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, namun budaya sekolah merupakan faktor yang lebih besar mempengaruhi kinerja mengajar guru dibandingkan dengan variabel supervisi akademik kepala sekolah.

3. Supervisi akademik dan budaya sekolah memberikan pengaruh dengan kriteria cukupterhadap kinerja mengajar guru; artinya masih ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dintaranya adalah kompensasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, teknologi, tatanilai, derajatkesehatan, dantingkatupah minimum.

Temuan yang menarikdalampenelitianiniadalah:

1. Kinerjamengajar guru baikbarudilihatdaripelaksanaan,

sementaraperencanaan, evaluasidantindaklanjutbelummunculsecaraoptimal. 2. Sikapdisiplin yang menjadicirikhasdankebiasaansekolahbaiksebatasaturan,

belumpadatingkatkesadarandiri.

3. Hasilbelajarsiswamerupakangambarankinerjamengajar guru yang perbaikannyaharustercerminpadaperilakusupervisiakademikKepalaSekolahy aknimembericontohlangsung “what happen behind the door in the class room"


(57)

kinerja mengajar guru dikatagorikan cukup. hal tersebut dapat dipahami bahwa

supervisi akademik kepala sekolah akan memberikan kontribusi atau pengaruh

secara optimalapabila diintegrasikan dengan semua komponen persekolahan, kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

Semakin tinggisupervisi akademik kepala sekolah berpengaruh pada penerapan kualitas budaya sekolah makaakan semakin meningkatkan kualitas kinerja mengajar guru yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan kualitas sekolah.

B. Rekomendasi:

1. Kepala Sekolah seyogyanya memberikan pelayanan supervisiakademik secara rutin dan terstruktur agar mampu

mendorongpara guru menjadilebihberdaya,

dansituasimengajarbelajarmenjadilebihbaik, pengajaranmenjadiefektif, guru menjadilebihpuasdalammelakasanakanpekerjaannya.

2. Kepala Sekolah sebaiknya selalu memberikan pemahaman terhadap semua komponen sekolah agar selalu memelihara tradisi, nilai-nilai sekolah yang menjadi ciri khas sekolah dan menguatkan budaya sekolah positif, namun yang lebih penting adalah budaya bagi perbaikan kualitas sekolah secara terus menerus.

3. Kinerja mengajar guru akanlebih professional danberkualitasdengancara mengaplikasikan peningkatkan pendekatan kepada siswa ataupun meningkatkan pelatihan diri sebagai pendidiksehingga guru lebih


(58)

(59)

Akdon dan Hadi. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S (1998). Metode Penelitian (Teori dan Praktek), Jakarta:Gramedia. Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi

V). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Depdiknas (2003), Standar Kompetensi Guru, Jakarta

Depdiknas (2003), Peraturan Menteri Pendidikan Nasioonal Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta

Depdiknas (2007), Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dasar dalam Meningkatkan Sumber Daya manusia di Sekolah Dasar,

Jakarta

Depdiknas (2003), Penilaian Kinerja Guru, Jakarta.

Isjoni. (2004). Kinerja Guru. Artikel online. Tersedia: http//re-seachengines.com/15Juni12.html

Komariah dan Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:PT.Bumi Aksara

Kuswandi, wawan. (2007). Strategi Kinerja Guru SMPN 2 Cileunyi kabupaten

Bandung. (online) tersedia:

www.duniaguru.com/index.php?=com.content&task=view&id560&interiod =40

Mangkunegara, P.A. (2006) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung. PT. Refika Aditama.

Nurdin M. (2010). Kiat Menjadi Guru Professional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Pabundu Tika, M. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja

Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru. Jakarta


(60)

Riduwan, (2010) Metoda dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010) Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010 Metoda dan Teknik MenyusunTesis, Bandung; Alfabeta

Satori, D dan Suryadi. (2007), “Teori Administrasi Pendidikan” dalam Ali, M et

al (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung. Pedagogiana Press.

Siagian, S.P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: Ircisod.

Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Facultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Sobirin, A. (2009). Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya

Dalam Kehidupan Organisasi edisi kedua. Yogyaakarta: UPP STIM YKPN.

Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Professional (Layanan Dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Bandung: Mutiara Ilmu.

Sutisna, O (1993). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek

Profesional). Bandung, CV Rosta

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008). Pengelolaaan Pendidikan. Bandung: Jurusan administrasi Pendidikan, Gedung FIP LT.1 Jalan DR.SetiaBudhi no.229

Wiriatmadja, Rochiati.. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI


(1)

h. Caring, Celebration and Humor. Memberiperhatian, salingmenghormati, memujidanmemberipenghargaanataskebaikanseorang guru di sekolahadalahperbuatan yang terpuji. Humor dansalingmenggembirakanadalahbudayapergaulan yang sehat.

i. Involvement in Decision Making. Kultursekolah yang melibatkanstafturutsertadalampembuatankeputusanmenjadikanmasalahm enjaditransparandansemuastafsekolahdapatmengetahuimasalah yang dihadapidanbersama-samamemecahkannya.

j. Protection of What’s Important.

Melindungidanmenjagakerahasiaanpekerjaanmerupakanbudaya di sekolah. Budayasekolah yang baikakanmengetahuimana yang harusdibicarakandanapa yang harusdirahasiakan.

k. Tradisi. Memeliharatradisi yang sudahberjalan lama dandianggapbaikadalahbudayadalamlingkungansekolahdanbiasanyasukar untukditiadakan, sepertitradisiwisuda, upacarabendera, pengharganatasjasaatauprestasidansebagainya.

l. Honest, Open Comunication.

Kejujurandanketerbukaandilingkungansekolahdanseharusnyaterpelihara, karenasekolahmerupakanlembagapendidikan yang membentukmanusia

yang jujur,

cerdasdanterbukabaikolehpemikiranbaruataupunolehperbedaanpendapat.


(2)

127

Iis Yeti Suhayati, 2012

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Supervisi akademik kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan rata-rata angka questioner berpengaruh cukup terhadapkinerja mengajar guru.

2. Budaya sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan rata-rata angka questioner berpengaruh tinggi terhadap kinerja mengajar guru.walaupun bukan merupakan satu-satunya faktoryang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, namun budaya sekolah merupakan faktor yang lebih besar mempengaruhi kinerja mengajar guru dibandingkan dengan variabel supervisi akademik kepala sekolah.

3. Supervisi akademik dan budaya sekolah memberikan pengaruh dengan kriteria cukupterhadap kinerja mengajar guru; artinya masih ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru dintaranya adalah kompensasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, teknologi, tatanilai, derajatkesehatan, dantingkatupah minimum.

Temuan yang menarikdalampenelitianiniadalah:

1. Kinerjamengajar guru baikbarudilihatdaripelaksanaan, sementaraperencanaan, evaluasidantindaklanjutbelummunculsecaraoptimal.

2. Sikapdisiplin yang menjadicirikhasdankebiasaansekolahbaiksebatasaturan, belumpadatingkatkesadarandiri.

3. Hasilbelajarsiswamerupakangambarankinerjamengajar guru yang perbaikannyaharustercerminpadaperilakusupervisiakademikKepalaSekolahy


(3)

Pengaruh supervisi akademikkepala sekolahdan budaya sekolahterhadap kinerja mengajar guru dikatagorikan cukup. hal tersebut dapat dipahami bahwa supervisi akademik kepala sekolah akan memberikan kontribusi atau pengaruh secara optimalapabila diintegrasikan dengan semua komponen persekolahan, kepala sekolah, guru, karyawan maupun peserta didik.

Semakin tinggisupervisi akademik kepala sekolah berpengaruh pada penerapan kualitas budaya sekolah makaakan semakin meningkatkan kualitas kinerja mengajar guru yang akhirnya berdampak pada pertumbuhan kualitas sekolah.

B. Rekomendasi:

1. Kepala Sekolah seyogyanya memberikan pelayanan supervisiakademik secara rutin dan terstruktur agar mampu

mendorongpara guru menjadilebihberdaya,

dansituasimengajarbelajarmenjadilebihbaik, pengajaranmenjadiefektif, guru menjadilebihpuasdalammelakasanakanpekerjaannya.

2. Kepala Sekolah sebaiknya selalu memberikan pemahaman terhadap semua komponen sekolah agar selalu memelihara tradisi, nilai-nilai sekolah yang menjadi ciri khas sekolah dan menguatkan budaya sekolah positif, namun yang lebih penting adalah budaya bagi perbaikan kualitas sekolah secara terus menerus.

3. Kinerja mengajar guru akanlebih professional danberkualitasdengancara mengaplikasikan peningkatkan pendekatan kepada siswa ataupun meningkatkan pelatihan diri sebagai pendidiksehingga guru lebih


(4)

129

Iis Yeti Suhayati, 2012

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

termotivasi untuk bekerja sehingga keefektifan pembelajaran akan lebih baik lagi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Hadi. (2005). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Arikunto, S (1998). Metode Penelitian (Teori dan Praktek), Jakarta:Gramedia. Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek (edisi revisi

V). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Depdiknas (2003), Standar Kompetensi Guru, Jakarta

Depdiknas (2003), Peraturan Menteri Pendidikan Nasioonal Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Jakarta Depdiknas (2007), Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dasar dalam Meningkatkan Sumber Daya manusia di Sekolah Dasar, Jakarta

Depdiknas (2003), Penilaian Kinerja Guru, Jakarta.

Isjoni. (2004). Kinerja Guru. Artikel online. Tersedia: http//re-seachengines.com/15Juni12.html

Komariah dan Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta:PT.Bumi Aksara

Kuswandi, wawan. (2007). Strategi Kinerja Guru SMPN 2 Cileunyi kabupaten

Bandung. (online) tersedia:

www.duniaguru.com/index.php?=com.content&task=view&id560&interiod =40

Mangkunegara, P.A. (2006) Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung. PT. Refika Aditama.

Nurdin M. (2010). Kiat Menjadi Guru Professional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Pabundu Tika, M. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(6)

Iis Yeti Suhayati, 2012

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu xv

Permadi, D (2000). Manajemen Berbasis Sekolah dan kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah, Bandung; PT. Sarana Panca Karya Nusa.

Riduwan, (2010) Metoda dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010) Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung; Alfabeta

Riduwan, (2010 Metoda dan Teknik MenyusunTesis, Bandung; Alfabeta

Satori, D dan Suryadi. (2007), “Teori Administrasi Pendidikan” dalam Ali, M et al (2007), Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung. Pedagogiana Press. Siagian, S.P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Sallis, Edward. (2011). Total Quality Management in Education. Yogyakarta: Ircisod.

Simanjuntak, Payaman J. (2005). Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Facultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Sobirin, A. (2009). Budaya Organisasi: Pengertian, Makna, dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Organisasi edisi kedua. Yogyaakarta: UPP STIM YKPN. Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung,

Alfabeta

Suhardan, D. (2006). Supervisi Bantuan Professional (Layanan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Bandung: Mutiara Ilmu.

Sutisna, O (1993). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional). Bandung, CV Rosta

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2008). Pengelolaaan Pendidikan. Bandung: Jurusan administrasi Pendidikan, Gedung FIP LT.1 Jalan DR.SetiaBudhi no.229

Wiriatmadja, Rochiati.. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI


Dokumen yang terkait

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 73

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 17

PENGARUH KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 3 59

STUDI PRODUKTIVITAS SEKOLAH DASAR : Analisis Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Budaya Sekolah, dan Supervisi Manajerial Pengawas Terhadap Produktivitas Sekolah Dasar di Kabupaten Garut.

5 13 94

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

0 10 72

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH KERJA UPTD KECAMATAN PASIRJAMBU.

3 10 60

PENGARUH KELOMPOK KERJA GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR DI WILAYAH IV KABUPATEN SUMEDANG.

0 2 68

PENGARUH SISTEM MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PPL UPI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

0 1 98

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG - repository UPI S ADP 1105810 Title

0 0 7

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN BANJARAN - repository UPI S ADP 1103813 title

0 0 5