PENGARUH KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI: Studi Deskriftif Terhadap Guru Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.
DAFTAR ISI
ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN……..……….
A. Latar Belakang ………
B. Identifikasi Masalah……….
C. Rumusan Masalah………
D. Maksud dan Tujuan Penelitian... E. Kegunaan Penelitian...
F. Asumsi ………
G. Hipotesis………..
H. Definisi Operasional………
I. Prosedur Penelitian... BAB II KAJIAN PUSTAKA...
A. Manajemen Dalam Konteks Administrasi Pendidikan... B. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah... 1. Pengertian... 2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 3. Standar Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Manajer... 4. Keterampilan Manajemen Kepala Sekolah... 5. Strategi Yang Harus Dilakukan Oleh Kepala Sekolah ... 6. Manajemen Sekolah Sebagai Suatu Proses... C. Kinerja Mengajar Guru... 1. Pengertian... 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru... 3. Pengukuran Kinerja dan Penilaian Hasil……… 4. Kemampuan Dalam Kinerja Guru... 5. Kinerja Guru Dalam Mengajar... D. Motivasi Belajar Siswa ... 1. Pengertian... 2. Teori Motivasi... 3. Fungsi Motivasi... 4. Peranan Motivasi Dalam Belajar... 5. Konseptualisasi Motivasi Belajar... 6. Faktor-Faktor Penunjang Motivasi... 7. Indeks-Indeks Motivasi... 8. Strategi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa... BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
A. Tujuan Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Metode Penelitian...
Hal. iv v viii x xi xii xiii 1 1 8 10 10 10 11 14 14 15 25 25 27 27 28 32 38 46 47 55 55 62 66 69 74 82 82 87 97 99 100 102 104 106 110 110 110 110
(2)
D. Populasi Dan Sampel………... E. Instrumen Penelitian... 1. Teknik Pengumpulan Data... 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... F. Uji Instrumen Penelitian ... 1. Uji Validitas ... 2. Uji Reliabilitas ... G. Uji Normalitas ………. 1. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah……… 2. Variabel Kinerja Mangajar Guru……… 3. Variabel Motivasi Belajar Siswa………. H. Teknik Analisis Data ... 1. Uji Coba Instrumen... 2. Gambaran Umum Variabel... 3. Uji Hipotesis... 4. Pengolahan Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...
A. Temuan Penelitian………
1. Deskripsi Variabel Penelitian………. a. Deskripsi Variabel Penelitian Kinerja Manajemen Kepala
Sekolah (X1)………..
b. Deskripsi Variabel Penelitian Kinerja Mengajar Guru (X2)………. c. Deskripsi Variabel Penelitian Motivasi Belajar Siswa…...
2. Analisis Pengaruh antar
Variabel………....
a. Analisis Pengaruh Variabel Penelitian Kinerja Manajemen Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa………... b. Analisis Pengaruh Variabel Penelitian Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa………. c. Analisis Pengaruh Variabel Penelitian Kinerja
Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa………... B. Pembahasan Hasil Temuan………... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI...
A. Kesimpulan... B. Implikasi Hasil Penelitian... C. Rekomendasi ... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN……… RIWAYAT HIDUP PENULIS………...
111 113 113 115 117 117 121 123 123 124 126 127 127 130 131 132 135 135 135 135 142 146 150 150 151 151 153 157 157 157 158 161 164 257
(3)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan mutu sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan system evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pemberian pendidikan dan pelatihan bagi guru. Tetapi upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan ini ditunjukkan antara lain dengan NEM (UAN) siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SLTP dan SLTA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan jumlah yang relatif sangat kecil.
Rendahnya mutu pendidikan selama bertahun-tahun beberapa pendapat menyatakan kurikulum sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti lagi dengan kurikulum 1994. kemudian diganti kurikulum 1999, timbul lagi kurikulum 1999 edisi 2004. Bahkan pembaharuan kurikulum menjadi kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum)
(4)
kurikulum 2004 di revisi kembali menjadi kurikulum model KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan). Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Nasanius (1988:1-2) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam Melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. Sedang menurut Sumargi (1996:9-11), profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak bermutu dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-
(5)
benar bermutu.
Berhubungan dengan profesionalisme guru terdapat permasalahan yang merupakan masalah yang usang dan terus terjadi dalam proses pembelajaran selama ini, permasalahan kinerja mengajar guru tersebut diantaranya adalah : 1. Guru mengajar cenderung monoton dengan menggunakan metode yang
kurang inovatif.
2. Keengganan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui banyak membaca dan melakukan penelitian tindakan kelas.
3. Guru hanya menggunakan satu sumber belajar, dan pengetahuan yang diberikan hanya dari satu buku sumber.
Fakta tersebut mengungkapan betapa guru punya peranan terhadap keberhasilan pendidikan. Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan di samping tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi, memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik dan upaya-upaya lainnya yang relevan. Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan mengetahui apa yang diharapkan dan kapan bisa menetapkan harapan-harapan yang diakui hasil kerjanya.
(6)
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam Melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah Melaksanakan unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggungjawab terhadap tugasnya.
Mutu pendidikan dan lulusan seringkali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yang menjadi tanggung jawab sekolah. Namun demikian konsep manajemen mutu pendidikan sering diabaikan dalam dunia pendidikan, padahal konsep ini dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adanya ouput sekolah yang tidak bermutu menunjukkan adanya kinerja guru dan tidak jelasnya sikap terhadap manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Konsep manajemen mutu pendidikan yang sudah dilakssiswaan oleh sekolah belum sepenuhnya disikapi oleh guru dengan baik, ini dapat mempengaruhi kinerja guru tentunya.
Keberadaan guru sebagai unsur utama tenaga kependidikan merupakan faktor yang sangat strategis dan keseluruhan penggerak pendidikan, dimana sumber daya pendidikan meliputi : sarana, anggaran, sumber daya manusia, organisasi dan lingkungan (Nanang Fattah,1988), kinerja guru sebagai komponen
(7)
pendidikan terhadap peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh pada kecakapan tamatan (competence), tanggungjawab sosial (compassion) dan berahlak mulia (consience).
Kepala Sekolah sebagai pemegang komando di lembaga sekolah. Kepala sekolah harus menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara langsung kepala sekolah berhubungan erat terhadap kelangsungan belajar mengajar. Dalam prosesnya kepala sekolah harus dekat dengan guru-guru dan kepada siswa.
Penguasaan bidang manajemen adalah salah satu kunci sukses dalam mengemban suatu jabatan pemimpin. Manajemen tidak hanya dijumpai di perusahaan, atau instansi tertentu, melainkan di lembaga sekolah, manajemen juga sangat besar peranannya, terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Salah satu peranan manajemen yang sangat penting adalah untuk menyusun program belajar mengajar dan menempatkan tugas masing-masing guru. Guru sebagai pelaksana pendidik, untuk itu kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilakssiswaan guru. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka sedikit banyaknya kepala sekolah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, baik negeri maupun swasta, masih banyak kepala sekolah yang belum dapat melaksanakan manajemen dengan
(8)
baik dan optimal. Kehadiran mereka di sekolah tidak jauh berbeda dengan kehadiran guru-guru lainnya, yaitu untuk mengajar dan mengisi daftar hadir. Padahal selain kepala sekolah masih banyak tugas lain, seperti menata program pendidikan, baik yang menyangkut dengan administrasi, supervise maupun keperluan yang lainnya. Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab, didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan kepala sekolah dengan guru-guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan kepala sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.
Rendahnya kinerja manajemen kepala sekolah dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
1. Proses rekrutmen kepala sekolah yang belum mengikuti aturan yang seharusnya.
2. Minimnya pengetahuan tentang manajemen sehingga kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya hanya menggunakan kebiasaan dan alamiah belaka.
Kemampuan seorang pemimpin akan memberikan dampak yang nyata terhadap mutu produk yang dihasilkan. Dalam hal ini mutu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan akan berdampak terhadap mutu produk pendidikan di sekolah tersebut. Mortimer J. Adler dalam Dadi Permadi (1998:24) menegaskan bahwa “The quality of teaching and learning that goes in a school is largely determined by the quality of principals leadership” (mutu belajar mengajar yang terjadi di sekolah adalah ditentukan oleh sebagian besar mutu
(9)
kepemimpinan kepala sekolah) dengan demikian seorang pemimpin bisa dikatakan ruh sebuah lembaga atau institusi.
Kenyataan di lapangan khususnya di Kecamatan Gunungtanjung kinerja manajem kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dapat dikatakan masih rendah sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian sekolah selama 5 (lima) tahun terakhir yang terus menurun. Keadaan nilai rata-rata ujian Sekolah Dasar Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya seperti terlihat pada tabel 1
di halaman berikut ini :
Tabel 1.1
Nilai rata-rata Ujian Sekolah Dasar
Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2004-2008
No Mata Pelajaran Tahun
2004 2005 2006 2007 2008
1 Bahasa Indonesia 6.43 6,37 6,12 5,67 6.04
2 Matematika 5,32 5,34 5,22 5,03 5,56
3 IPA 6,05 5,67 5,48 6,78 6,32
Sumber : UPTD Pendidikan Pengelola TK/SD/SLB Kec. Gunungtanjung, 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai rata-rata ujian sekolah terus menurun selama lima tahun terakhir. Ujian sekolah merupakan salah satu tujuan akhir dari sebuah lembaga maupun tujuan (goal) siswa belajar, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rendahnya rata-rata nilai ujian itu adalah kurangya motivasi siswa untuk belajar. Karena menurut Barlia (2004:6) mengatakan bahwa “motivasi didefinisikan sebagai aktifitas siswa (proses) dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan atas dorongan perlunya pencapaian tujuan (goal) dari pengerjaan tugas tersebut.”
(10)
permasalahan lain yang merupakan dampak dari kurangnya motivasi siswa untuk belajar, salah satu indikator kurangnya motivasi belajar siswa diantaranya adalah apabila siswa tidak naik kelas lebih memilih drof out (DO) dari pada mengulang belajar di kelas tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Pengaruh Kinerja Manajermen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar” (Penelitian Deskriptif kepada Sekolah Dasar di Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diperlukan figur kepala sekolah yang benar-benar mempunyai kapabilitas dan kredibilitas serta daya juang yang tinggi untuk dapat memberdayakan semua komponen sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu diperlukan kesamaan persepsi untuk secara bersama-sama selalu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal lain yang perlu mendapat perhatian dan dipertimbangkan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah analisis terhadap proses kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru sekolah dasar di Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
Peningkatan motivasi belajar siswa memberikan harapan baru terhadap peningkatan mutu pendidikan yang saat ini sedang terpuruk, sehingga dalam implementasinya kepala sekolah sebagai manajer sekolah dan guru sebagai kunci
(11)
utama dalam pembelajaran di kelas agar selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya. Atas dasar kenyataan tersebut maka masalah-masalah yang hendak diteliti adalah ssebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
2. Bagaimana persepsi kepala sekolah dan guru terhadap motivasi belajar siswa?
3. Bagaimana kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Gunungtanjung?
4. Bagaimana persepsi guru terhadap kesiapan kinerja manajemen kepala sekolah dan kenerja mengajar guru itu sendiri terhadap peningkatan motivasi belajar siswa?
5. Bagaimana pengaruh kinerja manajermen kepala sekolah terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Gunungtanjung?
6. Bagaimana pengaruh kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Gunungtanjung?
7. Bagaimana pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Gunungtanjung?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah dapat dijabarkan ke dalam rumusan-rumusan masalah, yaitu :
(12)
1. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru?
2. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa?
3. Seberapa besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa?
4. Seberapa besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa?
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin diperoleh adalah untuk mendapatkan gambaran tentang :
1. Besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru.
2. Besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa
3. Besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa. 4. Besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Kinerja Manajemen Kepala
Sekolah secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat berguna untuk : 1. Kegunaan Teoritis
(13)
memverifikasi dan pengembangan konsep-konsep Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru serta Motivasi Belajar Siswa dalam kerangka pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan.
2. Kegunaan Praktis
Diharapkan dapat memberikan masukan serta kontribusi terhadap pihak kepala sekolah dan guru dalam kerangka pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan.
3. Kegunaan Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks pengembangan dan proses generalisasi.
F. Asumsi
Arikunto (2001:60-61) mengemukakan bahwa asumsi penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud : 1) agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, 2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian dan 3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.
Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan judul yang saya tulis. Kaitannya dalam kepentingan penelitian ini, maka dapat dirumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut.
(14)
1. Supriadi (1998:346) erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, ikilim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku peserta didik. Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara makro, yang berkaitan langsung dengan prosesw pembelajaran di sekolah.
2. A. Tabarani Rusyan (2000:12) kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan cara meningkatkan mutu pembelajaran, menggalakan penggunaan alat peraga, mendorong lahirnya siswa yang berkualitas, membina peserta didik, memotivasi peserta didik dan memberikan perhatian kepada peserta didik.
Maka bila disimpulkan lebih jelasnya anggapan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berkualitas adalah salah satu tanggung jawab manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dan tenaga kependidikan agar memiliki kemampuan meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Peningkatan motivasi belajar siswa sangat ditentukan oleh kinerja mengajar guru.
3. Motivasi belajar siswa membutuhkan strategi sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa itu sendiri.
Asumsi-asumsi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagaimana digambarkan di halaman berikut :
(15)
(16)
Program Peningkatan
Nilai Ujian
Peningkatan Mutu Pendidikan
MOTIVASI BELAJAR
SISWA KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH
KINERJA GURU
ANALISIS MASALAH
- Hasil Penelitian - Kesimpulan - Implikasi - Rekomendasi
STRATEGI
Input Proses Output Outcome
SDM KEUANGAN KURIKULUM MANAJEMEN
Gambar 1.1
(17)
Hubungan antar variabel dalam penelitian dapat diskematisasikan dalam diagram sebagai berikut :
Gambar 1.2
Hubungan antar Variabel Penelitian
G. Hipotesis
Hipotesis Penelitian sebagai berikut:
1. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru
2. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa
3. kinerja guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
4. Kinerja Mengajar Guru dan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Belajar Siswa.
H. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Kinerja Manajemen Kepala
Sekolah
) (X1
Kinerja Mengajar Guru
) (X2
Motivasi Belajar Siswa
) (Y
(18)
1. Kinerja Manajemen Kepala Sekolah adalah pencapaian prestasi yang berkenaan dengan tugas-tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang kepala sekolah dalam membuat rencana, mengatur, memimpin dan mengendalikan suatu lembaga sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan dan ditetapkan bersama.
2. Kinerja Mengajar Guru adalah prestasi/keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru sehari-hari di sekolah.
3. Motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk meningkatkan usaha yang mungkin dilakukan untuk dapat mencapai prestasi belajar yang telah ditetapkan.
I. Metode Penelitian 1. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah Kinerja Manajemen Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2) dan Motivasi Belajar Siswa (Y). Berdasarkan ketiga objek penelitian ini, maka dapat dianalisis sebagai berikut : (1) besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru; (2) besar pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa; (3) besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa; (4) besar pengaruh Kinerja Mengajar Guru dan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah secara bersama-sama terhadap Motivasi Belajar Siswa.
(19)
Motivasi Belajar Siswa yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah masing-masing responden Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SD Negeri Se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan tesis ini adalah descriptive dan verivicatif. Penelitian descriptive adalah suatu metode yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada objek yang diteliti, untuk kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya dilakukan suatu analisis sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan. Sedangkan penelitian verivicatif adalah suatu metode yang dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan dari statistik.
Mengingat sifat penelitian ini adalah descriptive dan verificatif yang dilakssiswaan melalui pengumpulan data di lapangan, maka Prosedur Penelitian yang digunakan adalah metode descriptive survey dan explanatory survey. Tipe penyelidikan yang dilakukan adalah causalities karena menerangkan suatu pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Adapun time horizon adalah
cross sectional, karena penelitian ini dilakukan pada waktu tertentu. Unit analyses
dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.
3. Operasionalisasi Variabel
(20)
1. Variabel bebas (independent variable) dengan notasi (X 1) yaitu variable yang memberikan pengaruh kepada variable terikat, yaitu Kinerja Manajemen Kepala Sekolah.
2. Variabel Moderator/Intervening dengan notasi (X 2) yaitu Kinerja Mengajar Guru (X 2).
3. Variabel terikat (Dependent variable) dengan Notasi (Y) yaitu variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Variabel tersebut Motivasi Belajar Siswa (Y).
Tabel 1.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel/Sub
Variabel
Konsep Variabel Indikator Skala
Kinerja Manajemen kepala sekolah
) (X1
Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 Ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa :’ kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikanl lainnya dan pendayagunaan serta pemerliharaan sarana dan prasarana.
Seorang Kepala Sekolah sebagai pengelola management
sekolah harus memahami Fungsi-Fungsi Dasar Management, yang meliputi : 1. Planning (Perencanaan ) 2. Organizing
(Pengorganisasian) 3. Actuating (Penggerakan) 4. Controlling (Pengontrollan) 5. Evaluation ( Evaluasi )
Interval
Kinerja Mengajar Guru
) (X2
T.R. Mitchell dalam Sedarmayanti (2001 : 23), menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek yaitu : 1)
Quality of Work, 2) Promptness, 3) Initiative, 4)
capability, dan 5) communication
Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa.
Menggalakkan penggunaan alat dan media pendidikan dalam proses pembelajaran. Mendorong lahirnya “suber daya manusia” yang berkualitas melalui proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Menata Pendayagunaan
(21)
Tabel 1.2. Lanjutan Variabel/Sub.
Variabel
Konsep Variabel Indikator Skala
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berdayaguna dan berhasil guna.
Membina peserta didik yang menghargai nilai-nilai unggul (excellence) dalam proses pembelajaran. Memotivasi peserta didik, menghargai dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses pembelajaran. Meningkatkan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
Memberikan perhatian kepada peserta didik yang berbakat.
Mengubah peserta didik untuk berorientasi kepada kekaryaan yang bukan kepada ijazah.
Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yangl ebih demokratis. Membudayakan nilai-nilai yangmencintai kualitas kepada peserta didik. Membudayakan sikap kerja keras, produktif dan disiplin.
Motivasi Belajar Siswa
) (Y
Rodiguez (1998) menguraikan empat faktor penting yang menunjang motivasi
untuk belajar.
Keempat faktor
tersebut meliputi goals (tujuan yang
Tekun menghadapi tugas. Ulet menghadapi
kesulitan.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa
Lebih senang bekerja mandiri.
Cepat bosan pada tugas-
(22)
Tabel 1.2. Lanjutan Variabel/Sub.
Variabel
Konsep Variabel Indikator Skala
ingin dicapai), values (kegunaan), selfefficacy (percaya
diri), dan control beliefs (keyakinan
akan sesuatu keberhasilan).
tugas rutin.
Dapat mempertahankan pendapatnya.
Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Interval
4. Teknik Pengumpulan Data 1) Metode Penarikan Sampel
Jumlah populasi adalah semua Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunungtanjung Tasikmalaya yaitu sebanyak 160 orang.
Maka untuk menentukan besarnya ukuran sampel dipakai rumus Slovin (1960) dan dikutip oleh Sevilla (1964) dan dikemukakan oleh Husen Umar (2000:108) sebagai berikut :
Dimana n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketelitian (10%)
Untuk mendapatkan jumlah sampel maka dilakukan perhitungan sebagaimana digambarkan pada halaman berikut :
N
n = __________ 1 + N (e) 2
(23)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat ditentukan jumlah sample yang dijadikan responden adalah 62 orang Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunungtanjung Tasikmalaya.
Untuk langkah selanjutnya adalah besarnya sampel, maka ditentukan besarnya secara berimbang dari setiap sub populasi, maka untuk langkah selanjutnya dari n1, n2, ….., sampai n3, pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling dengan rumus.
n1 = ukuran sampel tiap stratum Ni = ukuran populasi tiap stratum N = ukuran populasi
n = ukuran sampel Ni
n1 = --- x n N
160 n = ---
1 + (160) (0.1) 2 160
= --- 1 + (160) (0.01)
160
= --- 1 + 1,6 160 = ---
2,6 = 61,53
(24)
Adapun secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.3
Guru SD Negeri
Se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya
No. Populasi Jumlah
(Orang)
Sampel (Orang)
Pembula tan
1 Guru 160 61,99 62
Sumber : Dinas Pendidikan Kec. Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya 2008
2) Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
secondary. Sumber data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya sedangkan data secondary diperoleh dari bahan yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya.
Tabel 1.4 Jenis dan Sumber Data
JENIS DATA SUMBER DATA
Tanggapan Responden tentang Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Guru Tanggapan Responden tentang Kinerja
Mengajar Guru
Guru Tanggapan Responden tentang Motivasi
Belajar Siswa
Guru
3) Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dibutuhkan dalam analisis tesis ini. Prosedur tersebut meliputi :
1) Observasi, yaitu mengamati kegiatan proses penatalaksanaan manajemen di Sekolah Dasar, Kinerja Manajemen Kepala Sekolah, guru, dan siswa Sekolah
(25)
Dasar Negeri yang diteliti.
2) Kuesioner, yang diberikan kepada kepala sekolah, guru, dan siswa SD negeri sebagai responden, dengan cara mengajukan pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan bersifat pertanyaan tertutup/berstruktur yang menyangkut pendapat responden.
4) Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditindaklanjuti dengan upaya penemuan dan informasi yang dibutuhkan, maka data yang telah terkumpul dari jawaban responden diolah dalam proses manajemen data sebagai berikut:
1) Inventaris data; pemilihan dan penyusunan data secara sistematis.
2) Klasifikasi data; pengelompokan data setelah dipilah-pilah menurut jenisnya. 3) Tabulasi data; penyajian data dalam bentuk tabel sebagai dasar untuk analisis
data, tabel yang dimaksud adalah sebagai berikut:
No Aspek yang Diteliti
Alternatif Jawaban Jumlah
F % f %
1 2 3
4) Penghitungan skor.
Untuk perhitungan skor dari masing-masing responden, penulis menggunakan skala Likert yang merefleksikan pola jawaban 5,4,3,2,l. Selanjutnya data yang diperoleh melalui penyebaran angket tersebut diolah dengan cara setiap jawaban yang diberikan oleh responden diberi nilai (skor) dengan Skala Likert, dengan cara mengalikan jumlah tanggapan responden dengan masing-masing
(26)
skala.
Sebagaimana disebutkan oleh Sugiono (l998:75), untuk keperluan analisis secara kualitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:
1. Sangat setuju/selalu/sangat positif skor = 5
2. Setuju/sering/positif skor = 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral = 3 4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif = 2 5. Sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif = l
5) Jumlah skor dari hasil pengumpulan data dimasukan ke dalam garis
continuum. Pengukuran garis continuum ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Nilai indek maksimum = skor tertinggi X jumlah pertanyaan X jumlah responden.
Nilai indek minimum = skor terendah X jumlah pertanyaan X jumlah responden.
Jarak interval = nilai indeks maksimum (-) nilai indek minimum (:) jumlah Kategori
Sangat Tidak
Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Nilai Indeks Minimum Nilai Indeks Maksimum
Analisis data pada penelitian ini ialah pengujian data dan pengujian instrumen dengan menggunakan cara manual dengan bantuan Microsoft Excel 2007. Hasil dari menyatakan ukuran interval koefesien yang dinyatakan
(27)
tingkat pengaruh seperti yang dinyatakan oleh Sugiyono sebagai berikut: Tabel 1.5
Kriteria Koefisien Korelasi
Interval Tingkat Pengaruh 0,00 – 0.199
0.20 – 0.399 0.40 – 0.599 0.60 – 0.799 0.80 – 1.000
Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber:Sugiyono, 2005:216)
(28)
110
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian ini, tujuan umum penelitian iniadalah untuk memperoleh data empiris mengenai variabel yang berhubungan dengan kinerja Manajemen kepala sekolah, kinerja mengajar guru, dan motivasi belajar siswa. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dengan Motivasi Belajar Siswa SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui hubungan Kinerja Mengajar Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru secara bersama-sama dengan Motivasi Belajar Siswa SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah pada SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada bulan Februari, Maret, dan April tahun 2009.
C. Metode Penelitian
(29)
111
dengan teknik korelasional. Variabel penelitian meliputi dua variabel bebas yaitu Kinerja Manajemen Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2) dan variabel terikat Motivasi Belajar Siswa (Y). Hubungan antara variabel penelitian tersebut dapat digambarkan dalam konstelasi masalah sebagai berikut :
Variabel bebas (X) Variabel terikat (Y)
Y = Motivasi Belajar Siswa
1
X = Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
2
X = Kinerja Mengajar Guru
Gambar 3. 1
Konstelasi Hubungan antara Variabel Penelitian
D. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya berjumlah 160 dari 18 sekolah. (Jumlah Kepala Sekolah dan Guru terlampir).
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Maka untuk menentukan besarnya ukuran sampel dipakai
Y 1
X
2
(30)
112
rumus Slovin (1960) dan dikutip oleh Sevilla (1964) dan dikemukakan oleh Husen Umar (2000:108) sebagai berikut :
...(rumus 1)
Dimana n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketelitian (10%)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat ditentukan jumlah sample yang dijadikan responden adalah 62 orang Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Se-Kecamatan Gunungtanjung Tasikmalaya.
Untuk langkah selanjutnya adalah besarnya sampel, maka ditentukan
160
n = --- 1 + (160) (0.1) 2 160
= --- 1 + (160) (0.01)
160
= --- 1 + 1,6 160
= ---
2,6
= 61,53
Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 62 orang responden.
N n = __________ 1 + N (e) 2
(31)
113
besarnya secara berimbang dari setiap sub populasi, maka untuk langkah selanjutnya dari n1, n2, ….., sampai n3, pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling dengan rumus.
………...……….(rumus 2)
1
n = ukuran sampel tiap stratum
i
N = ukuran populasi tiap stratum N = ukuran populasi
n = ukuran sampel
Adapun secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.1
Guru SD Negeri
Se-Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya
Nom or
Populasi Jumlah
(Orang)
Sampel (Orang)
Pembulat an
1 Guru 160 61,99 62
Jumlah 160 61,99 62
Sumber : Dinas Pendidikan Kec Gunungtanjung Kab Tasikmalaya 2008
E. Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik Angket
Untuk memperoleh data tentang kinerja manajemen kepala sekolah, kinerja mengajar guru dan motivasi belajar siswa maka digunakan angket terstruktur dengan lebih dahulu menyusun tabel spesifikasi atau kisi-kisi instrumen angket
Ni
1
n = --- x n N
(32)
114
berdasarkan definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian. Angket yang telah disusun diuji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.
Responden dipersilahkan untuk menjawab/merespon pertanyaan atau pernyataan yang diajukan dalam angket sesuai dengan keadaan yang dirasakan, yang dikembangkan mengacu pada teori yang mendasarinya, dari teori kemudian disusun kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan kedalam item pertanyaan atau pernyataan.
Mempertimbangkan kepraktisan dan efisiensi dalam pelaksanaan pengumpulan data dilapangan, ketiga angket digabung menjadi satu paket yang berisi item-item yang sesuai dengan indikator variabel.
Instrumen penelitian berbentuk instrumen penilaian kinerja mengajar guru oleh pimpinan (kepala sekolah) kepada guru yang dipimpinnya. Kuesioner diberikan kepada guru untuk menilai kinerja manajemen kepala sekolah, kuesioner kinerja mengajar guru diberikan kepada guru itu sendiri dan kuesioner motivasi belajar siswa diberikan kepada siswa itu sendiri. Sebelum format penilaian kinerja dan kuesioner disajikan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel.
Dari ketiga variabel dibuat skala penilaian dengan rentang jawaban 1 sampai dengan 5. Masing-masing opsi jawaban diberi skor sebagai berikut :
1. Jawaban SL (selalu) diberikan skor 5, 2. Jawaban SR (sering) diberi skor 4,
3. Jawaban KK (kadang-kadang) diberi skor 3, 4. Jawaban JR (Jarang) diberi skor 2, dan
(33)
115
5. Jawaban TP (Tidak Pernah) diberi skor 1.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan memperlajari dan mencatat bagian yang dianggap penting dari berbagai masalah resmi yang terdapat di lokasi penelitian.
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Dimensi/
Kompetensi Indikator
Sumber Data Jenis Data Nomor Item a. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Menyusun perencanaan Sekolah
Menganalisis komponen-komponen
pengembangan sekolah Guru Interval 1 – 2
Mengembangkan visi dan misi sekolah Guru Interval 3 – 4
Mengembangkan tujuan dan sasaran
pengembangan sekolah Guru Interval 5 – 6
Merumuskan rencana strategis sekolah Guru Interval 7 – 8
Mengelola Kelembagaan Sekolah
Mengembangkan struktur organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan program Guru Interval 9 – 10
Menentukan personalis yang berkualitas Guru Interval 11
Menerapkan Kepemimpinan dalam pekerjaan
Mengembangkan kebijakan operasional
sekolah Guru Interval 12 - 13
Memeberikan pengarahan dan penugasan Guru Interval 14
Menerapkan komunikasi dan kerja sama
dalam pekerjaan Guru Interval 15 – 16
Memberikan motivasi kepada stap dan
karyawan Guru Interval 17
Memimpin rapat Guru Interval 18 – 19
Melakukan pengambilan keputusan dengan
tepat Guru Interval 20 – 21
Mengelola tenaga kependidikan
Merencanakan dan menempatkan guru dan
tenaga kependidikan Guru Interval 22
Mengelola kesiswaan
Mengembangkan potensi siswa sesuai minat,
bakat, kreativitas dan kemampuan Guru Interval 23 – 25
Menerapkan sistem bimbingan dan
konseling Guru Interval 26 – 27
Memelihara disiplin siswa Guru Interval 28 – 29
Menerapkan sistem pelaporan
(34)
116
Tabel 3.2. Lanjutan Dimensi/
Kompetensi Indikator
Sumber Data Jenis Data Nomor Item Mengelola sarana dan prasarana
Menyusun kebutuhan fasilitas Guru Interval 33
Melaksanakan pengadaan fasilitas Guru Interval 34
Melaksanakan pemeliharaan fasilitas Guru Interval 36 – 37
Mengelola hubungan
sekolah-masyarakat
Merencanakan kerja sama dengan
stakeholders Guru Interval 38
Melaksanakan kerja sama dengan
stakeholders Guru Interval 39
Mengelola Kegiatan belajar
Mengajar
Mengembangkan kurikulum Guru Interval 40
Mengelola kegiatan belajar mengajar Guru Interval 42 – 42
Mengelola ketatausahaan dan keuangan sekolah
Mengelola ketatausahaan sekolah Guru Interval 43 – 45
Mengelola keuangan sekolah Guru Interval 46 - 48
b. Variabel Kinerja Mengajar Guru
Quality of Work Meningkatkan mutu pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan para siswa. Guru Interval 1 – 2
Menggalakkan penggunaan alat dan media
pendidikan dalam proses pembelajaran Guru Interval 3 – 4
Promptness Mendorong lahirnya “suber daya manusia”
yang berkualitas melalui proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru Interval
5 – 6
Menata pendayagunaan proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
berdayaguna dan berhasil guna. Guru Interval
7 – 8
Capability Membina peserta didik yang menghargai
nilai-nilai unggul (excellence) dalam proses
pembelajaran Guru Interval
9 – 10
Memotivasi peserta didik, menghargai dan mengejar kualitas yang tinggi melalui proses
pembelajaran. Guru Interval
11 – 12
Initiative Meningkatkan proses pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan. Guru Interval 13 – 14
Memberikan perhatian kepada peserta didik
(35)
117
Tabel 3.2. Lanjutan Dimensi/
Kompetensi Indikator
Sumber Data Jenis Data Nomor Item
Mengubah peserta didik untuk berorientasi
kepada kekaryaan yang bukan kepada ijazah. Guru Interval 17 – 18 Communication
Membudayakan sikap kritis dan terbuka sebagai syarat tumbuhnya pola pikir siswa yangl ebih demokratis.
Guru Interval 19 – 20 Membudayakan nilai-nilai yang mencintai
kualitas kepada peserta didik. Guru Interval 21 – 22
Membudayakan sikap kerja keras, produktif
dan disiplin. Guru Interval 23 – 24
c. Variabel Motivasi Belajar Siswa
Goals Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus
menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
Guru Interval 1 – 5
Selfefficacy Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus
asa). Guru Interval
6 – 7 Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
Guru Interval 8 – 10
Menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah Guru Interval 11-13
Lebih senang bekerja mandiri Guru Interval 14-17
control beliefs Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (Hal-hal
yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, hingga kurang kreatif)
Guru Interval 18 – 22 Dapat mempertahankan pendapatnya (Kalau
sudah yakin akan sesuatu) Guru Interval
23 – 25
Values Senang mencari dan memecahkan masalah
soal-soal Guru Interval 26 – 29
F. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas
Kuesioner merupakan salah satu alat pengumpulan data utama yang digunakan di dalam penelitian ini. Kuesioner ini diharapkan dapat mengungkap presepsi responden mengenai variabel yang diteliti. Olehnya indikator pengukuran yang tertuang dalam bentuk kuesioner tersebut harus mempunyai kemampuan untuk mengukur variabelnya.Kemampuan indikator mengukur variabelnya disebut uji validitas (kesahihan butir).
(36)
118
Solimun (2002:70) mengatakan bilamana koefisien korelasi antar skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator adalah positif dan lebih besar 0,3 (r > 0,3) maka instrumen tersebut dianggap valid. Sedangkan menurut Santoso (2001: 278) bahwa instrumen dapat dikatakan valid manakalah rhitung yang diperoleh lebih besar dari rtabel. Dalam penelitian ini, rujukan yang dipakai untuk menentukan kesahihan setiap butir pertanyaan mengacu dengan pendapat Santoso, dengan harapan semakin tinggi nilai batas syarat validitas diharapkan dapat memberikan keakuratan kuesioner dalam mengukur presepsi responden sehingga dapat pula memberikan kesimpulan penelitian apa adanya.
Hasil perhitungan manual dengan bantuan Microsoft Ekxel 2007 didapat validitas intrumen variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah sebagai berikut.
TABEL 3.3.
HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN VALIDITAS TIAP ITEM VARIABEL KINERJA MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH (X1)
Nomor Item Interfretasi
1 0.819 0.468 Valid
2 0.824 0.468 Valid
3 0.825 0.468 Valid
4 0.829 0.468 Valid
5 0.842 0.468 Valid
6 0.846 0.468 Valid
7 0.846 0.468 Valid
8 0.861 0.468 Valid
9 0.867 0.468 Valid
10 0.868 0.468 Valid
11 0.869 0.468 Valid
12 0.879 0.468 Valid
13 0.882 0.468 Valid
14 0.882 0.468 Valid
15 0.884 0.468 Valid
16 0.884 0.468 Valid
(37)
119
Tabel 3.3. Lanjutan
Nomor Item Interfretasi
18 0.890 0.468 Valid
19 0.891 0.468 Valid
20 0.893 0.468 Valid
21 0.894 0.468 Valid
22 0.901 0.468 Valid
23 0.901 0.468 Valid
24 0.901 0.468 Valid
25 0.902 0.468 Valid
26 0.903 0.468 Valid
27 0.904 0.468 Valid
28 0.909 0.468 Valid
29 0.909 0.468 Valid
30 0.911 0.468 Valid
31 0.911 0.468 Valid
32 0.912 0.468 Valid
33 0.912 0.468 Valid
34 0.913 0.468 Valid
35 0.914 0.468 Valid
36 0.918 0.468 Valid
37 0.918 0.468 Valid
38 0.919 0.468 Valid
39 0.928 0.468 Valid
40 0.929 0.468 Valid
41 0.931 0.468 Valid
42 0.935 0.468 Valid
43 0.935 0.468 Valid
44 0.938 0.468 Valid
45 0.941 0.468 Valid
46 0.945 0.468 Valid
47 0.954 0.468 Valid
48 0.963 0.468 Valid
Sumber : Lampiran 5
Mengacu dengan pendapat Santoso di atas maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memiliki kesahihan butir, karena nilai korelasi yang diperoleh masing-masing indikator lebih besar
(38)
120
0,819 - 0,954 (r > 0,468). Sehingga semua butir instrument digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
Validitas instrument variabel kinerja mengajar guru dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 3.4.
HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN VALIDITAS TIAP ITEN VARIABEL KINERJA MENGAJAR GURU (X 2)
Nomor Item r hitung r tabel Interfretasi
1 0.40 0.361 Valid
2 0.37 0.361 Valid
3 0.52 0.361 Valid
4 0.63 0.361 Valid
5 0.55 0.361 Valid
6 0.54 0.361 Valid
7 0.51 0.361 Valid
8 0.51 0.361 Valid
9 0.57 0.361 Valid
10 0.66 0.361 Valid
11 0.61 0.361 Valid
12 0.52 0.361 Valid
13 0.43 0.361 Valid
14 0.44 0.361 Valid
15 0.38 0.361 Valid
16 0.39 0.361 Valid
17 0.43 0.361 Valid
18 0.54 0.361 Valid
19 0.39 0.361 Valid
20 0.42 0.361 Valid
21 0.42 0.361 Valid
22 0.45 0.361 Valid
23 0.37 0.361 Valid
24 0.36 0.361 Valid
Sumber : Lampiran 6
Dilihat dari hasil perhitungan di atas maka hasil tiap item berkisar antara 0.362-0,663 dengan = 0,361, sehingga semua item pertanyaan mempunyai validitas yang tinggi dan digunakan dalam penelitian.
Untuk meneliti variabel Y, dibuat 29 pertanyaan/pernyataan dan setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut
(39)
121
TABEL 3.5.
HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN VALIDITAS TIAP ITEN VARIABEL MOTIVASI BELAJAR SISWA
Nomor Item r hitung r tabel Interfretasi
1 0.666 0.361 Valid
2 0.752 0.361 Valid
3 0.705 0.361 Valid
4 0.724 0.361 Valid
5 0.712 0.361 Valid
6 0.566 0.361 Valid
7 0.553 0.361 Valid
8 0.612 0.361 Valid
9 0.641 0.361 Valid
10 0.520 0.361 Valid
11 0.489 0.361 Valid
12 0.627 0.361 Valid
13 0.546 0.361 Valid
14 0.605 0.361 Valid
15 0.611 0.361 Valid
16 0.620 0.361 Valid
17 0.371 0.361 Valid
18 0.536 0.361 Valid
19 0.721 0.361 Valid
20 0.205 0.361 Tidak Valid
21 0.495 0.361 Valid
22 0.652 0.361 Valid
23 0.495 0.361 Valid
24 0.741 0.361 Valid
25 0.474 0.361 Valid
26 0.097 0.361 Tidak Valid
27 0.451 0.361 Valid
28 0.424 0.361 Valid
29 0.235 0.361 Tidak Valid
Sumber : Lampiran 7
Hasil perhitungan pada tabel 4.3 di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 26 pertanyaan/pernyataan yang mempunyai validitas tinggi, kecuali item nomor 20, 26 dan 29 tidak digunakan karena lebih kecil dari
yaitu 0,361
2. Uji Reliabilitas
(40)
122
dalam penelitian ini digunakan kuesioner. Oleh karena kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang belum terukur tingkat konsistensi pertanyaannya, maka untuk mengukur tingkat konsistensi perlu dilakukan pengujian konsistensi atau yang lazim disebut uji reliabilitas. Kriteria yang digunakan adalah kriteria yang dikemukakan Guilford sebagai berikut :
Tabel 3.6.
KRITERIA RELIABILITAS GUILFORD
Besarnya Interprestasi
Sangat rendah
0,40 Rendah
Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sumber : Suherman (1990:1407)
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas keseluruhan variabel penelitian diketahui masing-masing variabel reliabilitas sebagaimana yang tampak dalam Tabel 4.5 di halaman berikut:
(41)
123
Tabel 3.7.
HASIL PERHITUNGAN RELIABILITAS TIAP VARIABEL
Variabel Besar
Kinerja Manajemen Kepala sekolah 0,999247
Kinerja Mengajar Guru 0,972494
Motivasi Belajar Siswa (Y) 0,913861
Sumber: Lampiran 8,9,10.
Merujuk kriteria yang disampaikan Guiford (Suherman, 1990 : 1407) maka dapat dikatakan bahwa angka koefisien reliabilitas yang diperoleh sebagaimana pada Tabel 4.5 telah memenuhi syarat reliabilitas, dengan demikian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini cukup handal dalam mengukur persepsi responden terhadap variabel yang diteliti.
G. Uji Normalitas
1. Variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Sebelum melakukan uji hipotesis diperlukan dahulu uji normalitas, keadaan data untuk variabel kinerja Manajemen kepala sekolah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8.
FREKUENSI OBSERVASI DAN FREKUENSI EKSPEKTASI VARIABEL X1
Kelas Oi BK Z Z Tabel L Ei
(Oi-Ei)/Ei
118 126 3 117.5 126.5 -2.32 -1.66 0.489 8
0.451 5
0.04 2.37 0.16 127 135 6 126.5 135.5 -1.66 -1.01 0.451
5
0.343 8
(42)
124
Tabel 3.8. Lanjutan
Kelas Oi BK Z Z Tabel L Ei
(Oi-Ei)/Ei
136 144 11 135.5 144.5 -1.01 -0.36 0.343 8
0.140 6
0.20 12.6 0
0.20 145 153 20 144.5 153.5 -0.36 0.30 0.140
6
0.117 9
0.26 16.0 3
0.98 154 162 10 153.5 162.5 0.30 0.95 0.117
9
0.328 9
0.21 13.0 8
0.73 163 171 7 162.5 171.5 0.95 1.61 0.328
9
0.446 3
0.12 7.28 0.01 172 180 5 171.5 180.5 1.61 2.26 0.446
3
0.488 1
0.04 2.59 2.24
Jumlah 62 4.40
Sumber : Lampiran 11
Berdasarkan tabel 4.5 di atas didapat sebesar 4,40 sedangkan untuk Db = 6 adalah 12,59 oleh karena maka distribusi data untuk variabel kinerja Manajemen kepala sekolah berada pada katagori normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut :
2. Variabel Kinerja Mengajar Guru
(43)
125
halaman berikut :
Tabel 3.9.
FREKUENSI OBSERVASI DAN FREKUENSI EKSPEKTASI VARIABEL X2
Kelas O
i BK Z Z Tabel L Ei
(Oi-Ei)/Ei
79 81 6 78.5 81.5 -2.27 -1.50 0.4884 0.4332 0.0552 3.42 1.94
82 84 7 81.5 84.5 -1.50 -0.73 0.4332 0.2673 0.1659 10.29 1.05
85 87 15 84.5 87.5 -0.73 0.05 0.2673 0.0199 0.2474 15.34 0.01
88 90 21 87.5 90.5 0.05 0.82 0.0199 0.2939 0.2740 16.99 0.95
91 93 11 90.5 93.5 0.82 1.59 0.2939 0.4441 0.1502 9.31 0.31
94 96 1 93.5 96.5 1.59 2.37 0.4441 0.4911 0.0470 2.91 1.26
97 99 1 96.5 99.5 2.37 3.14 0.4911 0.4992 0.0081 0.50 0.49
Jum
lah 62 6.00
Sumber : Lampiran 8
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut diperoleh sebesar 6,00 sedangkan besar sebesar 12, 59, dengan demikian distribusi data adalah
normal karena < .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut
(44)
126
3. Variabel Motivasi Belajar Siswa
Normalitas data untuk variabel Y dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.7 berikut :
TABEL 3.10
FREKUENSI OBSERVASI DAN FREKUENSI EKSPEKTASI VARIABEL Y
Kelas Oi BK Z Z Tabel L Ei
(Oi-Ei)/Ei
67 72 3 66.5 72.5
-2.65 -2.00 0.4960 0.4772 0.02 1.17 2.89
73 78 2 72.5 78.5
-2.00 -1.36 0.4772 0.4147 0.06 3.88 0.91
79 84 8 78.5 84.5
-1.36 -0.71 0.4147 0.2612 0.15 9.52 0.24
85 90 14 84.5 90.5
-0.71 -0.06 0.2612 0.0239 0.24 14.71 0.03
91 96 17 90.5 96.5
-0.06 0.58 0.0239 0.2190 0.24 15.06 0.25
97 102 12 96.5 102.5 0.58 1.23 0.2190 0.3907 0.17 10.65 0.17
103 108 6 102.5 108.5 1.23 1.88 0.3907 0.4699 0.08 4.91 0.24
Jumlah 4.73
Sumber : Lampiran 9
Berdasarkan tebel 4.7 di atas didapat kesimpulan bahwa besar = 4,73 lebih kecil dari < yaitu sebesar 12,592, dengan demikian data variabel Y berdistribusi normal. Hal tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagaimana digambarkan di halaman berikut :
(45)
127
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Coba Instrumen
Sebelum dilaksanakan penelitian sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba instrumen tersebut bertujuan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi ”Validitas” dan ”Reliabilitas” instrumen ( Arikunto, 2005 : 219). Selain itu uji coba instrumen juga penting untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk menjawab/merespon seluruh pertanyaan/pernyataan dalam instrumen dan untuk mengetahui apakah masih ada hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya di lapangan (Arikunto, 2005 : 223).
Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan terhadap sejumlah guru di SD Negeri yang berada di Kecamatan Gunungtanjung yang memiliki karakteristik yang relatif sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya.
a. Uji Validitas Instrumen
(46)
128
konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Akdon (2004:109-110) menjelaskan bahwa ”validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk menguji vailiditas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment (Akdon, 2005:99):
{
}{
2}
1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X Y X n rhitung Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ
= ...(rumus 3)
Dimana :
hitung
r = Koefisien Korelasi
1
X
Σ = Jumlah skor item
1
Y
Σ = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
Setelah ditabulasikan dengan menggunakan rumus korelasi Product Momen
(rhitung), kemudian dibandingkan dengan rumus (thitung)sebagai berikut :
hitung
t =
2 1 2 r n r − −
...(rumus 4) Distribusi t untuk α= 0,05 dan uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk= n-2), sehingga didapat ttabel
(47)
129
Kaidah keputusan :
Jika thitung > ttabel berarti valid
thitung < ttabel berarti tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (kehandalan atau keajekan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus
alpha dimaksud sebagai berikut :
− − =
∑
S
S
r
t i n k k 2 2 11 ...(rumus 5) Dimana :
r
n = Reliabilitas yang dicari,
k = banyaknya item soal
∑
S
i
2 = jumlah variansi skor tiap item
S
t
2 = variansi skor total
Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Moment
(rhitung), kemudian dibandingkan dengan rumus Spearmen Brown (Rhitung)sebagai
berikut :
hitung
R =
b b r r + 1 2 ...(rumus 6)
Distribusi r untuk α= 0,05 dan uji dua pihak dengan derajat kebebasan (dk=n-2), sehingga di dapat rtabel
(48)
130
Kaidah keputusan :
Jika rhitung > rtabel berarti reliabel
hitung
r < rtabel berarti tidak reliabel
Setelah diperoleh item yang tidak valid atau tidak reliabel maka instrumen penelitian di analisis, jika item tersebut esensial maka harus diperbaiki, sebaliknya jika item sudah terwakili oleh item-item lain maka item yang tidak valid/reliabel dihilangkan.
2. Gambaran Umum Variabel
Kegiatan ini merupakan pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Perhitungan angka prosesntase dari setiap variabel bertujuan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel Kinerja Manajemen Kepala Sekolah (X1), Kinerja Mengajar Guru (X2)dan Motivasi Belajar Siswa ((Y). Gambaran umum variabel di lihat dengan menghitung angka prosentase masing-masing variabel. Angka prosentase variabel ini dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
% 100 . Sit X
AP= i ...(rumus 7)
Dimana AP = Angka prosentase yang dicari
i
X = Skor rata-rata (mean) setiap variabel Sit = Skor ideal setiap variabel
(49)
131
Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan tabel kriteria interpretasi skor seperti yang telah dikemukakan oleh Akdon (2007:120) sebagai berikut:
Tabel 3.11. Kriteria Interpretasi Skor
SKOR PROSENTASE KRITERIA
INTERPRETASI 0 % - 19,99 %
20 % - 39,99 % 40 % - 59,99 % 60 % - 79,99 % 80 % - 100 %
Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat Sumber : Riduwan (2007:150)
3. Uji Hipotesis
Sebelum hipotesis diuji penelitia akan melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan analisis kecenderungan distribusi data, uji normalitas distribusi data, analisis korelasi dan uji regresi yang dilanjutkan dengan Analisis Jalur. Sedangkan untuk menguji hipotesis pertama dan kedua peneliti akan melakukan analisis dengan menggunakan korelasi product moment, untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik dengan analisis statistik inferensial parametrik dengan analisis ganda dan analisis varian atau uji-F untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis deskriptif berupa prosesntase juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi
(50)
132
belajar siswa.
Dengan alur pengujian hipotesis tersebut, maka penelitian ini enggunakan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan survey dan kuantitatif.
4. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian digunakan analisis kecenderungan distribusi data, uji normalitas distribusi data, dan analisis korelasi yang dilanjutkan dengan uji regresi. Untuk menguji hipotesis kerja yang telah dirumuskan, maka digunakan uji statistik dengan analisis statistik imferensial parametrik dengan analisis regresi ganda dana analisis varians atau uji-F untuk menguji pengaruh variaabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis deskriptif berupa prosesntase juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru pada beberapa SDN di Kecamatan Gungungtanjung terhadap motivasi belajar siswa.
Koefisien korelasi (r) menunjukan tingkat hubungan antara dua variabel. Koefisien yang biasa dipakai adalah koefisien Pearson (rumus 3) dengan asumsi data tersebar secara normal.
Tingkat korelasi berkisar antara – 1 dan + 1 dan dikategorikan seperti digambarkan di halaman berikut :
(51)
133
Tabel 3.12. Tingkat Korelasi
Interval Koefisien Tingkat korelasi 0,80 – 1,000
0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat kuat Kuat
Sedang Rendah Sangat rendah Sumber : Riduwan (2007:124)
Pengolahan berikutnya adalah Regresi Ganda dengan menggunakan rumus:
2 . 1 .x x y
R =
2 . 1 2 2 . 1 . 2 . 1 . 2 . 1 1 . . 2 x x x x y x y x y x y x r r r r r r − − + ...(rumus 8) Pengujian signifikan terhadap koefisien korelasi ganda dapat menggunakan rumus uji-F berikut :
Fh= ) 1 ( ) 1 ( 2 2 − −
−R n k
k R
Dimana R = Koefisien korelasi ganda K = Jumlah variabel independen N = Jumlah anggota sampel
Selanjutnya nilai Fhitung dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk
pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1), dengan kaidah pengujian signifikansi adalah :
Jika Ftabel < Fhitung maka tolak Ho artinya tidak signifikan
tabel
F > Fhitung maka diterima artinya signifikan
Perhitungan F negatif, maka tanda minus menunjukan arah berlawanan. Alur kerja pengujian hipotesis tersebut, maka penelitian ini menggunakan
(52)
134
desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan survey dan kuantitatif. Penelitian ini termasuk jenis penelitian expost facto.
(53)
157
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan data peneliti tentang pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja manajemen kepala sekolah berkorelasi positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,738 artinya terdapat pengaruh yang sangat kuat dari variabel kinerja manajemen kepala sekolah terhadap motivasi siswa sebesar 73,8 %.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Kinerja Mengajar Guru berkorelasi positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,153 artinya terdapat pengaruh yang sangat kuat dari variabel kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa sebesar 15,3 %.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa sebesar 0,859 atau memiliki pengaruh sebesar 73,78 %. Berdasarkan acuan koefisien determinasi termasuk ke dalam kategori kuat/tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dari variabel kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap motivasi belajar Siswa.
B. Implikasi Hasil Penelitian
(54)
158
ditemukan sebelumnya tentang pengaruh kinerja manajemen kepala sekolah dan kinerja mengajar guru tehadap motivasi belajar adalah sebagai berikut :
1. Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar siswa harus selalu tumbuh dan ditingkatkan karena akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajarnya. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa baik faktor instrinsik, maupun faktor ekstrinsik. Salah satu faktor ekstrinsik adalah dengan meningkatkan kinerja manajemen kepala sekolah dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sekolah, serta dengan meningkatkan kinerja mengajar guru dengan lebih meningkatan pemahaman tugas dan fungsi guru serta meningkatkan kemampuan profesionalnya. 2. Meningkatkan Kinerja Manajemen Kepala Sekolah
Hal ini sangat penting bagi kepala sekolah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai manajer berdasarkan kekuasaan dan kewenangan yang diberikan. Tanpa kinerja manajemen kepala sekolah kurang profesional akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru.
3. Meningkatkan Kinerja Mengajar Guru
Mengajar merupakan kewajiban guru yang merupakan pekerjaan yang selalu di laksanakan setiap hari. Penguasaan materi, bahan, metode dan media pembalajaran harus selalu menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai sehingga pembelajaran lebih bervariasi dan akan menimbulkan motivasi belajar bagi siswanya.
(55)
159
Berdasarkan analisis penelitian tentang Pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal kepada piha-pihak terkait, yaitu : 1. Kepala Sekolah pada SD Negeri
Pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah, sehingga kepala sekolah perlu selalu menambah wawasan khususnya dalam hal kemampuan manajemennya. Dengan bekal kemampuannya itu hasilnya direalisasikankan dalam rangka pengembangan rencana strategis sekolah . 2. Pihak Guru Sekolah Dasar
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Untuk itu seorang guru perlu selalu meningkatkan kemampuannya dengan meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi professional dan kompetensi social sebagaimana disyaratkan Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
3. Pemerintah Daerah
a. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui Tim Pengawas Penyelenggaraan pendidikan dapat menjadi motivator baik bagi kepala sekolah maupun guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
(56)
160
b. Peran serta tim Dinas Pendidikan masih terlihat kurang mendukung dalam melaksanakan motivasi siswa. Seringkali pengawas sekolah hanya melakukan kegiatan rutin. Kalau hal ini dibiarkan maka tujuan peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang mustahil untuk tercapai.
c. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya perlu menyusun strategi yang sifatnya berupa rambu-rambu dalam membimbing sekolah dalam meningkatkan kinerjanya, sebab strategi pada masing-masing daerah tidak sama tergantung pada politik, ekonomi, dan budaya daerah masing-masing. Bahkan strategi masing-masing sekolah tidak harus sama.
Saran dari peneliti untuk strategi tersebut adalah :
1) Dinas Pendidikan harus selektif dalam mengeluarkan peraturan-peraturan atau petunjuk pelaksanaan, sebab hal tersebut dapat mengekang dan membelenggu sekolah.
2) Pemerintah daerah perlu mengalokasikan bantuan khususnya pada sekolah yang melakukan kinerja yang optimal. Bantuan tersebut digunakan untuk kesejahteraan guru dan staf yang diberikan sebagian reward.
3) Pemerintah daerah lebih berperan aktif untuk membimbing dan memberikan pendidikan dan laitihan tentang manajemen pengelolaan sekolah sesuai standar manajemen yang berlaku.
(57)
161
4) Pemerintah daerah perlu menyediakan dana khusus bagi peningkatan kompetensi guru sehingga akan mengakibatkan kinerja guru. Selain itu perlu ada reward bagi guru yang melaksanakan kinerjanya dengan baik.
(58)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S. Ruky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Ahmadi, Z. 1994. Kebutuhan Guru dan Tenaga Kependidikan Serta Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.
Akdon. 2004. Aplikasi Statistika, Prosedur Penelitian untuk Adminsitrasi Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.
Alit Ana, Ida Bagus. 1994. Inovasi Wawasan dan Profesionalisme Guru Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Era Pembangunan Jangka Panjang Ke Dua, Jember: Unej.
Ali, M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S, 2002., Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buchari Zainun. 1989. Manajemen dn Motivasi. Jakarta : Balai Aksara Brophy, Jere, R. 1990. Educational Psychologi, New York: Longman.
Casteter, William B. 1996. The Human Resources Function In Educational Administration, Sixth Edition. United States Of America. Prentice Hall. Inc.
David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1992. Psikologi Social. Jakarta: Erlangga
Davis, Keth Newstorm. John W. 1995. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah,, hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama.
Dedi Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Desler Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Alih Bahasa Benyamin Molan). Jakarta : PT. Gramedia.
(59)
Drever, J, 1988, Kamus Psikologi, Alih Bahasa Nancy Simanjuntak, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Engkoswara, 2000, Iman, Ilmu, Amaliah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga. Gaffar, Fakry. 2000. Pembiayaan Pendidkan : Permasalahan dan kebijaksanaan
Dalam Presfektif Reformasi Pendidikan Nasional, Makalah Pada Konvrensi Nasional PendidikanIndonesia IV, di Jakarta.
Gibson, James L, et . all. 1998. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alih bahasa : Djarkasih, Jakarta : Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara Hasibuan, S.P. Malayu. 1996. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah,
Jakarta. PT Gunung Agung.
___________________. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bina Aksara.
Kartini Kartono. 1986,.Pimpinan Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja
Lexy J. Moleong, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosdakarya
Manullang, M. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta : BPFE. McClelland, David C. et al. 1976. The Achievement Motive , New York:
Irvington, Publisher.
Miftah Toha. 1993. Manajmen Pendidikan Teori Dan Praktek. Surabaya : Ghalia Indonesia.
Mulyasa. E. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesiona. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Moekijat. 1989. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Alumni.
Nanang Fattah. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230898).
Oteng Sutisna. 1985. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa.
Pidarta. Made. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta : Grasisndo.
(1)
159
Berdasarkan analisis penelitian tentang Pengaruh Kinerja Manajemen Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal kepada piha-pihak terkait, yaitu : 1. Kepala Sekolah pada SD Negeri
Pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab kepala sekolah, sehingga kepala sekolah perlu selalu menambah wawasan khususnya dalam hal kemampuan manajemennya. Dengan bekal kemampuannya itu hasilnya direalisasikankan dalam rangka pengembangan rencana strategis sekolah . 2. Pihak Guru Sekolah Dasar
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Untuk itu seorang guru perlu selalu meningkatkan kemampuannya dengan meningkatkan kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi professional dan kompetensi social sebagaimana disyaratkan Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
3. Pemerintah Daerah
a. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan melalui Tim Pengawas Penyelenggaraan pendidikan dapat menjadi motivator baik bagi kepala sekolah maupun guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
(2)
160
b. Peran serta tim Dinas Pendidikan masih terlihat kurang mendukung dalam melaksanakan motivasi siswa. Seringkali pengawas sekolah hanya melakukan kegiatan rutin. Kalau hal ini dibiarkan maka tujuan peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang mustahil untuk tercapai.
c. Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya perlu menyusun strategi yang sifatnya berupa rambu-rambu dalam membimbing sekolah dalam meningkatkan kinerjanya, sebab strategi pada masing-masing daerah tidak sama tergantung pada politik, ekonomi, dan budaya daerah masing-masing. Bahkan strategi masing-masing sekolah tidak harus sama.
Saran dari peneliti untuk strategi tersebut adalah :
1) Dinas Pendidikan harus selektif dalam mengeluarkan peraturan-peraturan atau petunjuk pelaksanaan, sebab hal tersebut dapat mengekang dan membelenggu sekolah.
2) Pemerintah daerah perlu mengalokasikan bantuan khususnya pada sekolah yang melakukan kinerja yang optimal. Bantuan tersebut digunakan untuk kesejahteraan guru dan staf yang diberikan sebagian reward.
3) Pemerintah daerah lebih berperan aktif untuk membimbing dan memberikan pendidikan dan laitihan tentang manajemen pengelolaan sekolah sesuai standar manajemen yang berlaku.
(3)
161
4) Pemerintah daerah perlu menyediakan dana khusus bagi peningkatan kompetensi guru sehingga akan mengakibatkan kinerja guru. Selain itu perlu ada reward bagi guru yang melaksanakan kinerjanya dengan baik.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S. Ruky. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Ahmadi, Z. 1994. Kebutuhan Guru dan Tenaga Kependidikan Serta Peningkatan Mutu Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.
Akdon. 2004. Aplikasi Statistika, Prosedur Penelitian untuk Adminsitrasi Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.
Alit Ana, Ida Bagus. 1994. Inovasi Wawasan dan Profesionalisme Guru Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Era Pembangunan Jangka Panjang Ke Dua, Jember: Unej.
Ali, M. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S, 2002., Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buchari Zainun. 1989. Manajemen dn Motivasi. Jakarta : Balai Aksara Brophy, Jere, R. 1990. Educational Psychologi, New York: Longman.
Casteter, William B. 1996. The Human Resources Function In Educational Administration, Sixth Edition. United States Of America. Prentice Hall. Inc.
David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1992. Psikologi Social. Jakarta: Erlangga
Davis, Keth Newstorm. John W. 1995. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta : Erlangga.
Depdiknas, 2000. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan/Kultur Sekolah,, hand out pelatihan calon kepala sekolah, Direktorat Sekolah lanjutan Pertama.
Dedi Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.
Desler Gary. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Alih Bahasa Benyamin Molan). Jakarta : PT. Gramedia.
(5)
Drever, J, 1988, Kamus Psikologi, Alih Bahasa Nancy Simanjuntak, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Engkoswara, 2000, Iman, Ilmu, Amaliah. Bandung : Yayasan Amal Keluarga. Gaffar, Fakry. 2000. Pembiayaan Pendidkan : Permasalahan dan kebijaksanaan
Dalam Presfektif Reformasi Pendidikan Nasional, Makalah Pada Konvrensi Nasional Pendidikan Indonesia IV, di Jakarta.
Gibson, James L, et . all. 1998. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Alih bahasa : Djarkasih, Jakarta : Erlangga.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara Hasibuan, S.P. Malayu. 1996. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah,
Jakarta. PT Gunung Agung.
___________________. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bina Aksara.
Kartini Kartono. 1986,.Pimpinan Dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja
Lexy J. Moleong, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung : Remaja Rosdakarya
Manullang, M. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta : BPFE. McClelland, David C. et al. 1976. The Achievement Motive , New York:
Irvington, Publisher.
Miftah Toha. 1993. Manajmen Pendidikan Teori Dan Praktek. Surabaya : Ghalia Indonesia.
Mulyasa. E. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesiona. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Moekijat. 1989. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Alumni.
Nanang Fattah. 1999. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230898).
Oteng Sutisna. 1985. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa.
Pidarta. Made. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar. Seri Manajemen Pendidikan. Jakarta : Grasisndo.
(6)
Purwanto. Ngalim. 1975. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Mutiara
Riduwan, e.t . 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung. Alfabeta.
Rivai Viethzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Satori, D. 1995. Masalah Mutu Pendidikan. Makalah bahan diskusi pendidikan bersama (diakses dari http://www. depdiknas.co.id)
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung : Mandor Maju.
Siagian, Sondang P., 2002. Kiat meningkatkan produktivitas kerja, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Soebagio, Atmadiwiryo. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadirya.
Sondang P Siagian. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara
Stepphen P. Robbins, Organizational Behaviour : Consepts, Controversies, Applications, New Jersey : Prentice Hall, 1989
Simamora, Henry.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
S. Nasution,1988, Prosedur Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Tarsito. Sumarsono dan Paina Partana, 2002, Sosiolinguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, Nana, 2001. Tuntunan penyusunan karya ilmiah, Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2007. Prosedur Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
T. Tani Handoko,1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi
Yunus, Falah, 2003, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan, diakses dari www.geocities.com/guruvalah , tanggal 20 Mei 2008
Yusuf Miarso, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta : Prenada Medi