KONTRIBUSI KEGIATAN MGMP TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA: Survei terhadap MGMP Bahasa Inggris SMA Negeri di Kota Bandung.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFT AR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 6
C.Asumsi Penelitian 8
D.Hipotesis 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
F. Metode Penelitian 12
G.Penjelasan Konsep 12
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA KEGIATAN MGMP, KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA A.Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar 15
2. Jenis-Jenis Prestasi Belajar 16
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 22
4. Indicator Prestasi Belajar 25
B. Kompetensi Profesional Guru 25
1. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru 26 2. Kompetensi Professional dilihat dari segi Materi Pembelajaran 29 3. Kompetensi Professional Guru dari segi mengurutkan Materi
Pembelajaran 36
4. Mengorganisasikan Materi Pembelajaran 42 C.Musyawarah Guru Mata Pelajaran
1. Manajemen Mutu Sekolah 48
2. Gugus Kendali Mutu 55
3. Musyawarah Guru Mata Pelajaran 57
4. Deskripsi dan Perspektif terhadap Konsep Mutu 66 D.Pengaruh MGMP, Kompetensi Profesional Guru dan Prestasi Belajar
siswa. 72
BAB III. METODOLOGI PENELIT1AN
A.Metode Penelitian 73
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 74
1 Populasi 74
(2)
C.Instrumen Penelitian 77
1 Kisi kisi Instrumen MGMP 78
2 Kisi kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru 79
D Teknik Pengumpulan Data 80
1 Studi Dokumentasi 80
2 Angket 80
E Teknik Analisis Data 80
1 Menguji Validitas 81
2 Menguji Reliabilitas 83
3 Analisis Deskriptif 84
a. Variabel MGMP 87
b. Variabel Kompetensi Profesional Guru 88
4 Uji Statistik 91
a. Uji Prasyarat 91
b. Uji Hipotesis 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian
1 Deskripsi Karakteristik Responden 96
a. Masa Kerja 96
b. Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir 97
2 Deskripsi Variabel Penelitian 99
a. Deskripsi Musyawarah Guru Mata Pelajaran 99
b. Kompetensi Profesional Guru 104
c. Prestasi Belajar Siswa 109
3 Uji Prasyarat Analisis 109
a. Uji Normalitas 109
b. Uji Linearitas 112
c. Uji Homogenitas 115
d. Uji Hipotesis 116
B Pembahasan
1. Gambaran Kegiatan MGMP Bahasa Inggris SMA Negeri di Kota
Bandung 128
2. Gambaran Kompetensi Profesional Guru Bahasa Inggris pada SMA Negeri di kota Bandung
3. Prestasi Belajar Siswa 137
4. Pengaruh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) 137 5. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru (Y) terhadap Prestasi Belajar
Siswa (Z) 140
6. Hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui Kompetensi
Professional Guru Y 140
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A Kesimpulan 144
B Rekomendasi 145
(3)
(4)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan sejak SMP. Artinya selama enam tahun bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah. Bahkan, saat ini banyak anak yang sudah menerima pelajaran bahasa Inggris sejak tingkat pendidikan sekolah dasar (SD). Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sampai tingkat sekolah menengah atas (SMA) siswa belum mampu menggunakan bahasa Inggris baik aktif maupun pasif.
Hal ini sangat memprihatin jika kita melihat bahwa bahasa Inggris Sebagai bahasa international yang penggunaannya mencakup berbagai aspek kehidupan maka pelajaran bahasa Inggris dipandang penting diajarkan di sekolah baik untuk bisa memahami teks berbahasa Inggris pada berbagai tulisan ilmiah, menyerap berbagai informasi dari berbagai media masa maupun dalam memenuhi prasyarata dalam dunia kerja. Karena dewasa ini banyak pekerjaan yang mensyaratkan menguasai bahasa Inggris aktif maupun pasif bagi para pelamarnya.
Berdasarkan kenyataan itu pemerintah maupun semua elemen yang terkait dalam dunia pendidikan terus berusaha keras untuk menjawab tantangan itu, kurikulum yang berlaku di sekolah sudah banyak mengalami perubahan. Berbagai pendekatanpun sudah banyak dilakukan terutama di sekolah-sekolah pemerintah. Namun kendala besar yang masih dihadapi adalah masalah kompetensi profesional guru.
(5)
Sebagian besar guru bahasa Inggris sebenarnya belum mampu mengajarkan bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan dalam standar kompetensi. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa buku pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah lebih banyak berfokus pada kemampuan anak mengerjakan tes/ujian untuk meraih nilai yang tinggi. Hal ini sangat tidak sesuai dengan pengertian belajar yang baik dengan mengalami, di mana siswa belajar mempergunakan yang telah dipelajarinya.
Kondisi ini menuntut guru bahasa Inggris harus berkemampuan yang meliputi penguasaan model dan metode-metode pembelajaran bahasa Inggris, kepribadian untuk melaksanakan tugasnya sebagai guru bahasa Inggris, penguasaan bidang studi bahasa Inggris yang diajarkannya dan penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dengan masyarakatnya di sekolah.
Di samping itu guru harus bersifat dinamis, di mana guru harus terus meningkatkan kemampuannya sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Harapan undang-undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju
(6)
paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Perkembangan yang dimaksud adalah perkembangan kompetesi profesional guru yang dapat dikembangkan lewat berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi professional guru, karena pendidikan dan pelatihan sudah tentu dapat lebih mengarahkan dan mempercepat laju perkembangan kompetensi profesional guru, yang pada akhirnya memberikan motifasi kepada guru-guru dalam melaksanakan tugas tugasnya di sekolah .
Keberadaan guru amatlah penting bagi suatu bangsa, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan jaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai. Hal ini membawa konsekuensi kepada guru terutama guru bahasa Inggris untuk terus meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya.
Tantangan pendidikan yang demikian rumit saat ini menuntut guru harus keluar dari paradigma lama yang cenderung bersifat rutinitas dan kurang efektif, guru harus berani berinisiatif untuk melakukan berbagai terobosan baru dan membiasakan diri berpikir prioritas sehingga dapat secara optimal berkontribusi
(7)
terhadap keseluruhan proses pembaharuan pendidikan seiring dengan berbagai masalah dan tantangan yang ada di dalamnya.
Perubahan dalam pendidikan dapat dimulai dari proses pembelajaran di kelas dimana guru memegang peranan professional yang sangat penting yaitu sebagai mediator, fasilitator, motivator, inovator dan dinamisator untuk menjalankan tugasnya dalam proses belajar mengajar.
Unsur-unsur profesional guru tersebut dapat dikembangkan lewat berbagai kegiatan pendidikan atau Continuous Profesional Development (CPD) yang salah satunya adalah melalui pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Menurut Suparlan (2005:163) Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar lebih siap dalam menghadapi berbagai kesulitan pembelajaran. MGMP memiliki kedudukan yang sangat penting untuk meningkatkan pemahaman guru dalam keseluruhan proses pembelajaran, Walaupun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bukan satu-satunya faktor penentu kualitas yang diharapkan namun Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sangat diperlukan sebagai sarana komunikasi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengajar.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu sanggar maupun kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana untuk saling bermusyawarah, berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran. Tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang dikemukakan dalam buku pengelolaan
(8)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Depdikbud (1998: 4) adalah:
1. Menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar.
2. Menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat menunjang usaha pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan.
3. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari berbagai cara penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, serta kondisi sekolah dan lingkungan.
4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan keilmuan, teknologi media pembelajaran, kegiatan pelaksanaan kurikulum dan metodologi serta sistim evaluasi mata pelajaran yang bersangkutan.
5. Saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi yang digunakan dalam media dalam pembelajaran.
Berdasarkan tujuan dibentuknya Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) tersebut jelas bahwa secara ideal guru sebagai anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dituntut aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan, hal ini terkait dengan peningkatan kompetensi profesional guru serta adanya standar kemampuan yang harus dicapai dalam mengajar.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan hadirnya kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di kalangan guru mata pelajaran khususnya mata pelajaran bahasa Inggris akan memberikan kontribusi yang
(9)
besar terhadap peningkatan kompetensi profesional guru dan berdampak pada kegiatan belajar mengajar terutama dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Memperhatikan permasalahan sebagaimana telah diketengahkan pada bagian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru di kota Bandung.
Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut kompetensi profesional guru merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks. Pada penelitian ini, kompetensi profesional guru yang dimaksud adalah profesional guru bahasa Inggris yang terbentuk melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diduga dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kompetensi guru yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi ke dalam empat kategori, yakni; merencanakan program belajar mengajar, menguasai bahan pelajaran, melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, serta menilai kemajuan proses belajar mengajar.
Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport. Memperhatikan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini dirumuskan lagi ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
(10)
berikut:
1. Bagaimana gambaran kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran kompetensi profesional guru bahasa Inggris SMA di kota Bandung?
3. Bagaimana gambaran prestasi belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris SMA di kota Bandung?
4. Bagaimana kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris terhadap kompetensi profesional guru?
5. Bagaimana pengaruh profesionalisme guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?
6. Bagaimana hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru?
C. Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kegiatan Musyawarah guru mata pelajaran MGMP merupakan salah satu kegiatan yang turut berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi profesional guru di kota Bandung.
2. Dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guru dari kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) berdampak
(11)
signifikan pada pelaksanaan tugas-tugasnya dalam proses belajar mengajar di kelas.
3. Setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Perkembangan itu merupakan kontribusi dari berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan kompetensi profesional guru.
4. Guru merupakan komponen yang terpenting dalam dunia pendidikan yang dapat mempengaruhi keberhasilan komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran.
5. Kompetensi profesional merupakan modal utama bagi guru untuk dapat melaksanakan tugas sebagai seorang guru.
D. Hipotesis
Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh variabel Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional Guru dan terhadap variabel Prestasi Belajar Siswa, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:
1. Pengaruh MGMP terhadap kompetensi profesional guru
kegiatan MGMP berkontribusi positif yang signifikan terhadap kompetensi profesional guru.
2. Perngaruh kompetensi profesional guru terhadap prestasi belajar siswa Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru terhadap prestasi belajar siswa SMA di kota Bandung.
3. Hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi profesional guru
(12)
Ada hubungan yang signifikan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru.
Pengujian hipotesis di atas akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di sekolah terhadap 54 guru bahasa Inggris yang termasuk anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung.
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi kegitatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam upaya meningkatkan kompetensi profesional guru yang telah mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan kaitanya dengan prestasi belajar siswa.
Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:
1. Mengetahui gambaran kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris SMA di kota Bandung
2. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru bahasa Inggris SMA di kota Bandung
3. Mengetahui gambaran prestasi belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris SMA di kota Bandung
4. Mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris terhadap kompetensi profesional guru
(13)
5. Mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
6. Mengetahui hubungan jalur Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Prestasi Belajar Siswa melalui kompetensi professional guru
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dianggap penting dilaksanakan karena hasilnya memiliki arti praktis dan teoritis. Secara praktis hasil penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi Sekolah Menengah Atas maupun pihak-pihak yang terkait di luar Sekolah Menengah Atas (SMA).
a. Bagi Sekolah Menengah Atas (SMA)
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) t erhadap peni ngkat an kompetensi profesional guru bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh Karena itu guru bahasa Inggris yang telah mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) diduga memberikan dampak positif yang dapat dirasakan oleh semua komponen yang ada di sekolah tempat mengajar.
b. Bagi Instasi Pemerintah Terkait.
Instansi pemerintah yang dimaksud adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
(14)
dalam pembuatan kebijakan untuk penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) kota Bandung.
Bagi para pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai feed back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bahasa Inggris yang diselenggarakan di Kota Bandung.
c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penjaminan mutu pendidikan dan program program pelatihan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan kompetensi professional guru di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tuntutan masyarakat yang semakin meningkat terhadap mutu pendidikan sebagai jaminan keberhasilan putra putri mereka yang dipercayakan pada proses pendidikan di sekolah. Untuk itu diperlukan berbagai macam penelitian sekitar masalah Kompetensi Profesional Guru khususnya para guru bahasa Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA).
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode korelasional. Penelitian korelasional yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S. (1995:21) penelitian korelasional dapat digunakan unruk maksud (1)
(15)
eksplorasi (2) deskriptif (3) penjelasan (eksplanalory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Jenis penelitian korelasional ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk mengetahui hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran terhadap Kompetensi Profesional Guru terhadap dampaknya pada Prestasi Belajar Siswa.
G. Pengertian Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka berikut akan diberikan pengertian operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Pengertian operasional yang dimaksud adalah pengertian operasional dari (1) kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), (2) kompetensi profesional guru dan (3) Prestasi belajar siswa.
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah forum/wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis pada jenjang SMP dan SMA untuk memecahkan masalah-masalah dan penyempurnaan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan penguasaan materi pelajaran antar guru dan antar wilayah, perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat pengajaran, sistem evaluasi belajar serta
(16)
hal-hal lain yang secara langsung atau tidak langsung menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tersebut merupakan satu kesatuan dengan tugas dan profesi guru dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk menunjang peningkatan kegiatan belajar-mengajar.
2. Kompetensi Profesional Guru
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat diidentifikasi bahwa ruang lingkup kompetensi profesional guru mencakup kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional. Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berkenaan dengan pribadi yang arif, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak termasuk kepada peserta didik, dan kompetensi profesional ialah kemampuan guru dalam menunjukkan keahliannya sebagai guru profesional.
(17)
3. Prestasi Belajar Siswa
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Menurut Marsun dan Martaniah dalam Sia Tjundjing (2000:71) prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.
Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996 : 206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor.
(18)
BAB III
METODOLOGI PENELIT1AN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian korelasional yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri S. (1995:21) penelitian korelasional dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksplorati (2) deskriptif (3) penjelasan (eksplanalory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.
Jenis penelitian korelasional ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidlki hubungan sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung sesuatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab-akibat tersebut adalah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) X, terhadap Kompetensi Profesional Guru Y dan Prestasi Belajar Siswa Z.
Secara lebih sistematis, pengaruh antara variabel penelitian ini digambarkan dalam gambaran paradigma pemikiran sebagai berikut:
Gambar 3.1 Paradigma pemikiran
X Y Z
(19)
Penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu populasi dan sampel, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antara variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan demikian digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan angka yang cukup akurat. Sugiyono (2004:12-13) penelitian kuantitatif didasarkan paradigma positivisme berdasarkan pada asumsi mengenai objek empiris.
B. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992:6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004:57). Pada umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SMA Negeri yang aktif dalam kegiatan MGMP yang diselenggarakan LPMP provinsi Jawa Barat di Wilayah kota Bandung.
(20)
Selanjutnya karena jumlah populasinya lebih dari seratus, maka peneliti mengambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Populasi guru-guru MGMP Bahasa Inggris SMA Negeri di Kota Bandung untuk setiap sekolah disajikan pada Tabel sebagai berikut :
Tabel: 3.1 Populasi Penelitian
Nama Sekolah Jumlah Guru bahasa Inggris
SMA N 1 kota Bandung 7
SMA N 2 kota Bandung 5
SMA N 3 kota Bandung 6
SMA N 4 kota Bandung 5
SMA N 5 kota Bandung 5
SMA N 6 kota Bandung 3
SMA N 7 kota Bandung 5
SMA N 8 kota Bandung 5
SMA N 9 kota Bandung 3
SMA N 10 kota Bandung 5
SMA N 11 kota Bandung 6
SMA N 12 kota Bandung 5
SMA N 13 kota Bandung 7
SMA N 14 kota Bandung 5
SMA N 15 kota Bandung 2
SMA N 16 kota Bandung 7
SMA N 17 kota Bandung 4
SMA N 18 kota Bandung 2
SMA N 19 kota Bandung 4
SMA N 20 kota Bandung 7
SMA N 21 kota Bandung 3
SMA N 22 kota Bandung 6
SMA N 23 kota Bandung 5
SMA N 24 kota Bandung 5
SMA N 25 kota Bandung 5
SMA N 26 kota Bandung 4
SMA N 27 kota Bandung 3
(21)
Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi lebih dari 100, maka penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian. Alasan mengapa teknik sampel diambil dalam penelitian ini dan bukan seluruh populasi penelitian, karena selain keterbatasan waktu dan biaya peneliti meyakini dengan sampel saja penelitian ini sudah dapat membuat kesimpulan yang menggambarkan keseluruhan. Dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini diyakini memenuhi syarat representatif, artinya sampel yang diambil benar-benar mewakili populasi guru MGMP yang diselenggarakan LPMP jawa barat. Sejalan dengan hal tersebut, Asher & Vockell (1995) mengemukakan, "the sample must be representative of the population about which we wish to make generalization.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane atau Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) sebagai berikut :
1 2
Nd N n
dimana :
n = jumlah sampel N = jumlah populasi d2 = presisi
(22)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: Dari jumlah sampel 54 responden tersebut untuk mempermudah dalam penyebaran kuesioner jumlah masing-masing sampel disajikan pada tabel responden 3,2 terlampir.
C. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu angket tentang kegiatan MGMP dan kompetensi profesionalisme guru. Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 54 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) (X) terhadap Kompetensi Profesional Guru (Y) merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pemyataan di dalam angket yang disusun dengan menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban sebagai berikut:
(23)
Table: 3.3. Skor Item Pernyataan Jawaban Responden Skor Item Pernyataan Positif Item Pernyataan Negatif Pilihan
jawaban 1 = Sangat tidak setuju 1 5 Pilihan
jawaban 2 = Tidak setuju 2 4 Pilihan
jawaban 3 = Ragu-ragu 3 3 Pilihan
jawaban 4 = setuju 4 2
Pilihan
jawaban 5 = Sangat setuju 5 1
Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a) menyusun indikator variabel penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen (c) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabelitas instrumen.
Berikut ini kisi-kisi secara rinci masing-masing instrumen: 1. Kisi-kisi Kegiatan MGMP
Tabel: 3.4.
Kisi-Kisi Instrument Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
No Variabel Dimensi/ Aspek
Indikator NomorItem Jumlah Item Positif Negatif 1 Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) (X1)
1 Perencanaan Kegiatan MGMP
1.1 program
1 - 2 3 3
1.2 jadwal kegiatan 4 - 5 - 3 1.3 pembagian tugas 6 - 9 - 3 2. Pelaksanaan
kegiatan MGMP
2.1 materi 10 -11 12 3 2.2 metode 13-15 - 3 2.3 instruktur
(24)
2.4 operational pelasanaan
20-21 - 2 2.5 media dan
peerlengkapan
22-23 - 2 3. Evaluasi 3.1 Aspek yang dievaluasi 24 25-26 3
3.2 Proses pelaksanaan 3.3 Feedback 27-30 31-33 -4 3
2. Kompetensi Profesional Guru
Tabel: 3.5. Kisi-Kisi Instrument Kompetensi Profesional Guru
No Variabel Dimensi/Aspek Indikator
No Item Total Item Positif Negatif
2 Kompetensi Profesional Guru X2
1. Landasan pendidikan
1.1Memahami standar kompetensi guru
1-4 5 5
2. Penguasaan Bahan
1.2Memahami materi
6-8 - 3
3. Mengelola Program pengajaran
3.1Merumuskan tujuan pembelajaran dan RPP
10-11 9 3
3.2 Menguasai metodologi pembelajaran
12-13 - 2 3.3 Melaksanakan program
pengajaran
14-15 - 2 3.4 Melaksanakan program
remedial
16 1 4. MengeIola
kelas
3.1Mengatur tata ruang kelas 17 - 1 3.2 Menciptakan iklim belajar
yang baik dalam kelas
18-21 - 4
5. Menggunakan media dan sumber belajar
4.1 Mengenal, memilih dan menggunakan media pembelajaran 4.2 Menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar 22-23 24 -2 1 6. Melakukan penilaian hasil
5.1 Mengenal bentuk dan teknik penilaian
(25)
belajar siswa 5.2 Manilai prestasi belajar siswa
28-29 - 2
5.3 Melakukan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar siswa
30-31 - 2
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua macam pengumpulan data yaitu melalui dokumentasi analisis angket.
1. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari guru-guru Musyawarah Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMA Negeri di Kota Bandung yang antara lain adalah nilai prestasi belajar siswa.
2. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu angket untuk mengetahui kegiatan MGMP dan kompetensi profesional guru yang diedarkan pada guru-guru SMA di kota Bandung.
E. Teknik Analisis Data
(26)
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang tidak valid berarti memiliki validitas rendah yaitu r > 0,344.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian dan alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah:
2 2
2 2
) ( ) ( ) )( ( y y n x x n y x xy n rxy Keterangan :rxy = besarnya koefisien korelasi n = jumlah responden
X = skor variabel X Y = skor variabel Y
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh bahwa: butrir pernyataan nomor 21dan 28 instrumen variabel X dan butir pernyataan
(27)
nomor 13, 15 dan 29 tidak valid karena nilai r > 0,344. Sehingga jumlah instrument yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 31 item pernyataan. Dan data hasil analisis validitas lengkap dari output SPSS dapat dilihat pada table: 3.6 sebagai berikut:
Table: 3.6 Hasil Uji Validitas Instrument
No
MGMP Kompetensi Professional Guru Pearson Product
Moment Corelation Kesimpulan
Pearson Product Moment Corelation
Kesimpulan
1 0,523 Valid 0,497 Valid
2 0,606 Valid 0,507 Valid
3 0,679 Valid 0,393 Valid
4 0,641 Valid 0,433 Valid
5 0,523 Valid 0,533 Valid
6 0,659 Valid 0,366 Valid
7 0,694 Valid 0,636 Valid
8 0,561 Valid 0,346 Valid
9 0,735 Valid 0,429 Valid
10 0,694 Valid 0,436 Valid
11 0,735 Valid 0,560 Valid
12 0,588 Valid 0,076 Valid
13 0,605 Valid 0,162 Tidak Valid
14 0,574 Valid 0,354 Valid
15 0,694 Valid -0,148 Tidak Valid
16 0,689 Valid 0,713 Valid
17 0,403 Valid 0,419 Valid
18 0,699 Valid 0,357 Valid
19 0,570 Valid 0,346 Valid
20 0,449 Valid 0,539 Valid
21 0,308 Tidak Valid 0,647 Valid
22 0,675 Valid 0,468 Valid
23 0,456 Valid 0,560 Valid
24 0,694 Valid 0,648 Valid
25 0,577 Valid 0,386 Valid
(28)
27 0,748 Valid 0,511 Valid
28 0,264 Tidak Valid 0,673 Valid
29 0,680 Valid -0,336 Tidak Valid
30 0,449 Valid 0,432 Valid
31 0,603 Valid
32 0,570 Valid
33 0,561 Valid
2. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan andalan alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Koefisien Alpha () Cronbach (1955) sebagai berikut:
2 2 1 1 i b ii k k r
Keterangan:rii = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan
2 b
= jumlah varians butir
2 i
= varians total
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh ringkasan reliabilitas tiap instrumen pada Tabel 3.7 mengindikasikan tingginya reliabilitas instrumen.
(29)
Tabel 3.7.
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
MGMP .950 .950 33
Kompetensi Profesional
Guru .842 .842 30
Hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 17.0 angket kegiatan MGMP adalah Koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0.950 lebih besar dari 0,70. Untuk angket kompetensi profesional guru nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,842 lebih besar dari 0,70. Hal tersebut berarti bahwa kedua instrumen realibel untuk mengukur variabel penelitian. Nilai dari masing masing variabel tersebut mendekati nilai maksimal dari skala Cronbach's Alpha = 1. Berdasarkan hasil tersebut baik uji validitas maupun reliabilitas, maka instrument dari kedua variabel ini dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data penelitian.
3. Analisis Deskriptif
Untuk mengetahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah:
1) Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada tabel sampel.
(30)
2) Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item
variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.
3) Menghitung persentase skor rata-rata dari setiap variable X, variable Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus sebagai berikut:
N X X
Tujuan analisis deskriptif untuk karakteristik responden adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai karakteristik unit analisis/responden/ sampel yang akan diteliti. Mengacu pada kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, deskripsi data karakteristik responden terdiri dari atas, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status akreditasi sekolah, masa kerja, serta pendidikan dan pelatihan responden. Analisis deskriptif umur dan masa kerja dilakukan dengan menghitung rata-rata, standar deviasi, range, serta nilai maksimum dan minimum. Sedangkan analisis deskriptif untuk karakteristik jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status akreditasi sekolah, serta pendidikan dan pelatihan responden dilakukan dengan menghitung frekuensi dan persentase tiap-tiap data yang diperlukan.
Deskripsi variabel penelitian Analisis deskriptif variabel penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil penelitian secara umum. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pembobotan
(31)
terhadap skor masing-masing variabel. Pembobotan ini dilakukan dengan memberikan skor total dengan jumlah item masing-masing variabel yang dibobot. Dengan demikian dapat diketahui persentase tiap-tiap variabel yang diteliti, yaitu musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kompetensi professional guru. Untuk mengukur variabel-variabel ini dilakukan dengan memberi skor dan jawaban angket/kuesioner yang diisi oleh responden dengan ketentuan sebagai berikut: untuk butir soal dengan pilihan jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1, tidak setuju diberi nilai 2, ragu ragu diberi nilai 3 jawaban setuju diberi nilai 4. dan jawaban sangat setuju diberi nilai 5. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menetapkan kriteria setiap indikator dan variabel adalah:
1. Menetapkan jumlah skor maksimum (tertinggi) yang diperoleh dari hasil perkalian antara skor tertinggi, jumlah item/butir dan jumlah responden. 2. Menetapkan jumlah skor minimum (terendah) yang diperoleh dari hasil
perkalian antara skor terendah, jumlah item/butir dan jumlah responden. 3. Menetapkan range/rentang yang diperoleh dan selisih skor tertinggi dan skor
terendah.
4. Menetapkan interval yang diperoleh dengan membagi range dengan jumlah pilihan kriteria yang terdiri atas 5, yaitu sangat sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
=� � � �ℎ ℎ−— � �ℎ � ℎ
(32)
a. Variabel MGMP
Tabel3.8
Kriteria skor Perencanaan kegiatan Interval skor Kriteria
9 - 16 sangat kurang
17 - 24 kurang
25 - 32 sedang
33 - 40 baik
41 - 48 baik sekali
Dimensi Perencanaan kegiatan terdiri dari 9 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 45 dan minimum adalah 9 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel 3.9 Kriteria skor Pelaksanaan kegiatan Interval skor Kriteria
14 - 25 sangat kurang
26 - 37 kurang
38 - 49 sedang
50 - 61 baik
62 - 73 baik sekali
Dimensi pelaksanaan kegiatan terdiri dari 14 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 70 dan minimum adalah 14 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel3.10Kriteria skor evaluasi kegiatan Interval skor Kriteria
10 - 18 sangat kurang
19 - 27 kurang
28 - 36 sedang
(33)
Dimensi pelaksanaan kegiatan terdiri dari 10 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 50 dan minimum adalah 10 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
b. Variabel kompetensi profesional Guru Tabel 3.11 landasan pendidikan
Interval skor Kriteria
5 - 9 sangat kurang
10 - 14 kurang
15 - 19 sedang
20 - 24 baik
25 - 29 baik sekali
Dimensi landasan pendidikan kegiatan terdiri dari 5 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 25 dan minimum adalah 5 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel 3.12 Penguasaan bahan
Interval skor Kriteria
3 - 5 sangat kurang
6 - 8 kurang
9 - 11 sedang
12 - 14 Baik
15 - 17 baik sekali
Dimensi penguasaan bahan kegiatan terdiri dari 3 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 15 dan minimum adalah 3 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
(34)
Tabel 3.13 Mengelolah program pengajaran
Interval skor Kriteria
8 - 14 sangat kurang
15 - 21 Kurang
22 - 28 sedang
29 - 35 Baik
36 - 42 baik sekali
Dimensi landasan pendidikan kegiatan terdiri dari 8 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 40 dan minimum adalah 8 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel 3.14 Mengelolah kelas
Interval skor Kriteria
5 - 9 sangat kurang
10 - 14 Kurang
15 - 19 Sedang
20 - 24 Baik
25 - 29 baik sekali
Dimensi pengelolaan kelas kegiatan terdiri dari 5 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 25 dan minimum adalah 5 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel 3.15 Menggunakan media dan sumber belajar
Interval skor Kriteria
3 - 5 sangat kurang
6 - 8 Kurang
9 - 11 Sedang
12 - 14 Baik
(35)
Dimensi menggunakan media dan sumber belajar kelas kegiatan terdiri dari 3 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 15 dan minimum adalah 3 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali
Tabel 3.16 Melakukan penilaian hasil belajar siswa
Interval skor Kriteria
7 - 12 sangat kurang
13 - 18 Kurang
19 - 24 Sedang
25 - 30 Baik
31 - 36 baik sekali
Dimensi menggunakan media dan sumber belajar kelas kegiatan terdiri dari 7 pernyataan sehingga nilai maksimum adalah 35 dan minimum adalah 7 yang dibagi dalam lima kategori yaitu sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali.
Secara keseluruhan data dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Kriteria Penilaian Variabel MGMP
Tabel 3.17 Kriteria secara umum MGMP Interval skor Kriteria
33 - 59 sangat kurang
60 - 86 Kurang
87 - 113 Sedang
114 - 140 Baik
141 - 167 baik sekali
(36)
dari 33 pernyataan sehingga nilai minimal 33 dan maksimum 165 yang dibagi menjadi 5 kriteria.
b. Kriteria Penilaian Kompetensi Profesional Guru Tabel.3.18 Kriteria Kompetensi profesional guru
Interval skor Kriteria
30 - 54 sangat kurang
55 - 79 Kurang
80 - 104 Sedang
105 - 129 Baik
130 - 154 baik sekali
Secara umum kriteria penilaian dapat dilihat pada tabel 3.15 yang terdiri dari 30 pernyataan sehingga nilai minimal 30 dan maksimum 150 yang dibagi menjadi 5 kriteria.
4. Uji Statistik
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametrik (Sudarmanto, 2005: 105). Uji normalitas berguna untuk membuktikan data dari sampel yang dimiliki berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Normal atau tidaknya suatu data berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya rnelakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi
(37)
yang sama dengan data yang kita miliki. Banyak jenis teknik uji normalitas yang dapat digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah Kolmogorof-Smirnov, Lilliefors, Chi-Square dan Shapiro Wilk. Khusus dalam penelitian ini, uji normalitas data diperoleh dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dari masing-masing variabel. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan alat uji K-S yang ada pada program SPSS versi 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 (lebih besar dari 0,05), dapat diputuskan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Di samping menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, analisis kenormalan data ini juga diperkuat oleh perbandingan histogram dengan kurva normal. Apabila histogram yang diperoleh menghasilkan kurva normal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.
2) Uji linearitas
linearitas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linearitas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan nonlinier.
Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat diketahui dengan dua alternatif, yaitu dilihat dari nilai signifikansi dan harga koefisien F (Sudarmanto, 2005: 135). Jika menggunakan harga
(38)
koefisien/nilai signifikansi, hubungan dikatakan bersifat linear jika nilai signifikansi dari Deviation from Linearity > dari nilai alpha yang ditetapkan (misalnya 5%) dan sebaliknya. Sedangkan apabila menggunakan harga koefisien F yang juga dari bans Deviation from Linearity, maka harus dibandingkan dengan harga koefisien F tabel untuk dk pembilang dan dk penyebut bersesuaian dengan alpha yang ditetapkan sebelumnya. Regresi berbentuk linear jika koefisien F
hitung ≤ F tabel dan sebaliknya. perlu diketahui bahwa Deviation from Linearity diperoleh dari Tabel Anova dengan menggunakan program SP SS versi 17.0.
Selain dengan metode tersebut di atas, penentuan linearitas suatu data hasil penelitian melalui diagram pencar probabilitas yang dalam program SPSS biasa disingkat P-P Plot. Dengan diagram ini dapat diketahui normalitas sampel, linearitas, keterhubungan dan kesamaan variansi. Diagram ini menggambarkan nilai residu amatan yang dihitung secara komulatif dan dicocokkan dengan nilai residu normal yang digambarkan dengan garis hints linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila nilai residu arnatan berkonsentrasi dan sejalan dengan garis tersebut, maka sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk linear.
3) Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada kesamaan varians data yang ada dengan menggunakan bantuan
(39)
program SPSS 17.0 dengan Levene's Test for Equality of Variances
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan inti dari suatu penelitian. Apabila data penelitian yang diperoleh telah memenuhi seluruh persyaratan untuk analisis hipotesis, selanjutnya dapat ditentukan analisis hipotesis apa yang akan digunakan. Berdasarkan hipotesis yang telah diungkapkan pada bab pertama dari tesis ini, maka analisis data yang akan dilakukan, yaitu analisis korelasi, uji signifikansi dan analisis regresi dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.
Analisis korelasi Pearson Product Moment merupakan teknik statistika yang digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih pada penelitian ini. Besar koefisien korelasi berada dalam rentang 0 sampa 1 atau -1 sampai 0. Tanda posistif dan negatif berarti menunjukkan arah hubungan. Apabila nilai korelasi r = -1 atau artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = +1 berarti korelasinya sangat kuat. Agar hasil analisis korelasi ini, baik korelasi sederhana maupun korelasi ganda dapat diketahui signifikansinya sehingga dapat digeneralisasikan atau tidak pada seluruh populasi, maka diperlukan uji signifikansi/uji parsial (uji t) maupun uji simulian (uji F). Jika ilai signifikansi > nilai signifikansi tabel, berarti ada pengaruh diantara variabel yang diuji. Adapun persamaan-persamaan umum yang digunakan dalam pengujian korelasi dan signifikansi adalah: Keterangan:
(40)
r hitung : koefisien korelasi sederhana r hitung : koefisien korelasi ganda n : jumlah responden
x : variabel bebas y : variabel terikat
t hitung : uji signifikansi korelasi sederhana F hitung : uji signifikansi korelasi ganda
k : jumlah variabel independen
Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi. Uji regresi digunakan untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat (X terhadap Y, terhadap Z). Dengan uji regresi, dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi/dirubah-rubah (Sugiyono, 2009: 261). Uji regresi menggunakan persamaan:
= a + bX (regresi sederhana) = a + bY (regresi sederhana) = a + bZ (regresi sederhana)
(41)
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) secara umum memiliki kategori baik. Terutama dalam hal pelaksanaan namun dalam hal perencanaan kegiatan MGMP masih lemah. Hai ini disebabkan oleh rendahnya keterlibatan guru sebagai anggota dalam pengambilan keputusan menganyangkut hal hal perencanaan.
2. Kompetensi profesional guru di Kota Bandung berada pada kategori baik. Perbandingan dimensi-dimensi pada kompetensi profesional guru, disimpulkan bahwa dimensi mengelola program pengajaran berada pada kategori sangat baik. Hal ini didukung oleh rata rata guru yang mengajar bahasa inggris di kota bandung telah memiliki pengalaman kerja yang cukup baik. Dengan modal pengalaman tersebut guru-guru di kota Bandung dapat dengan mudah menerapkan berbagai inovasi dalam mengelola program pengajaran.
3. Prestasi belajar Siswa pada SMA N di Kota Bandung memiliki hasil belajar yang baik.
4. Terdapat pengaruh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap kompetensi profesional guru SMA di Kota Bandung. Nilai kontribusi
(42)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap kopmetensi profesional guru baik mengindikasikan bahwa semakin baik kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maka makin baik pula kompetensi profesional guru.
5. Terdapat pengaruh kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa. Sehingga semakin baik kopmpetensi profesional guru SMA N di Kota Bandung maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
6. Terdapat pengaruh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada hasil belajar siswa melalui kompetensi profesional guru. Dengan demikian Dapat disimpulkan bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap kompetensi profesional guru berdampak pula pada hasil belajar siswa pada SMA N di Kota Bandung. Kontribusi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap hasil belajar siswa akan lebih signifikan apabila melalui keterpengaruhan yang ada pada kompetensi profesional guru jika dibandingkan dengan pengaruh langsung Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap prestasi belajar siswa tanpa kompetensi profesional guru.
Dapat disimpulkan bahwa semakin baik Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris SMA N maka semakin baik pula kompetensi profesional guru dan akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa.
B. Rekomendasi
1. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) t erhadap peni ngkat an kompetensi
(43)
professional guru bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Atas (SMA). oleh Karena itu guru bahasa Inggris yang telah mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) diharapkan tetap memberikan dampak positif yang dapat dirasakan siswa dan oleh semua komponen yang ada di sekolah tempat mengajar. Tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam memperluas dampak dari kegiatan MGMP ini adala h dengan membangun kerjasama antara guru mata pelajaran yang sama dan disekolah yang sama dengan cara mengembangkan team teaching.
2. Terhadap Instansi pemerintah yang terkait dengan pendidikan terutama Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota perlu terus meningkatkan korordinasi mendorong keberlajutan kegiatan kegiatan yang mengarah pada peningkatan kompetensi guru melalui pembuatan kebijakan yang memudahkan terselenggaranya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
3. Bagi para pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik tingkat propinsi maupun kabupaten, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai feed back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang mereka selenggarakan.
4. Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang penjaminan mutu pendidikan dan program program pelatihan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan
(44)
kompetensi profesional guru di Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh karena itu kepada pihak pihak yang terkait langsung dengan program program pendidikan dan pelatihan dapat melihat kegiatan- kegiatanyang diselenggarakan lewat organisasi atau wadah profesi seperti MGMP merupakan upaya serius dan mandiri yang menggambarkan inisiatif guru yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan terus mengembangkan kompetensi profesional mereka.
(1)
ARIFIN, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
program SPSS 17.0 dengan
Levene's Test for Equality of Variances
b.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan inti dari suatu penelitian. Apabila
data penelitian yang diperoleh telah memenuhi seluruh persyaratan untuk
analisis hipotesis, selanjutnya dapat ditentukan analisis hipotesis apa yang
akan digunakan. Berdasarkan hipotesis yang telah diungkapkan pada bab
pertama dari tesis ini, maka analisis data yang akan dilakukan, yaitu analisis
korelasi, uji signifikansi dan analisis regresi dengan menggunakan SPSS
versi 17.0 for windows.
Analisis korelasi
Pearson Product Moment
merupakan teknik
statistika yang digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan serta arah
hubungan dari dua variabel atau lebih pada penelitian ini. Besar koefisien
korelasi berada dalam rentang 0 sampa 1 atau -1 sampai 0. Tanda
posistif dan negatif berarti menunjukkan arah hubungan. Apabila nilai
korelasi r = -1 atau artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada
korelasi; dan r = +1 berarti korelasinya sangat kuat. Agar hasil analisis
korelasi ini, baik korelasi sederhana maupun korelasi ganda dapat
diketahui signifikansinya sehingga dapat digeneralisasikan atau tidak pada
seluruh populasi, maka diperlukan uji signifikansi/uji parsial (uji t) maupun uji
simulian (uji F). Jika ilai signifikansi > nilai signifikansi tabel, berarti
ada pengaruh diantara variabel yang diuji. Adapun persamaan-persamaan
umum yang digunakan dalam pengujian korelasi dan signifikansi adalah:
Keterangan:
(2)
95
r hitung : koefisien korelasi sederhana r hitung : koefisien korelasi ganda
n : jumlah responden
x : variabel bebas
y : variabel terikat
t hitung : uji signifikansi korelasi sederhana F hitung : uji signifikansi
korelasi ganda
k : jumlah variabel independen
Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi. Uji regresi digunakan
untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat
(X terhadap Y, terhadap Z). Dengan uji regresi, dapat diprediksi seberapa
tinggi
nilai
variabel
dependen
bila
nilai
variabel
independen
dimanipulasi/dirubah-rubah
(Sugiyono,
2009:
261).
Uji
regresi
menggunakan persamaan:
= a + bX (regresi sederhana)
= a + bY (regresi sederhana)
= a + bZ (regresi sederhana)
(3)
138 ARIFIN, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dalam penelitian ini dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) secara
umum memiliki kategori baik. Terutama dalam hal pelaksanaan namun
dalam hal perencanaan kegiatan MGMP masih lemah. Hai ini disebabkan
oleh rendahnya keterlibatan guru sebagai anggota dalam pengambilan
keputusan menganyangkut hal hal perencanaan.
2.
Kompetensi profesional guru di Kota Bandung berada pada kategori baik.
Perbandingan dimensi-dimensi pada kompetensi profesional guru,
disimpulkan bahwa dimensi mengelola program pengajaran berada pada
kategori sangat baik. Hal ini didukung oleh rata rata guru yang mengajar
bahasa inggris di kota bandung telah memiliki pengalaman kerja yang
cukup baik. Dengan modal pengalaman tersebut guru-guru di kota Bandung
dapat dengan mudah menerapkan berbagai inovasi dalam mengelola
program pengajaran.
3.
Prestasi belajar Siswa pada SMA N di Kota Bandung memiliki hasil
belajar yang baik.
4.
Terdapat pengaruh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap
kompetensi profesional guru SMA di Kota Bandung. Nilai kontribusi
(4)
139
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap kopmetensi
profesional guru baik mengindikasikan bahwa semakin baik kegiatan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) maka makin baik pula
kompetensi profesional guru.
5.
Terdapat pengaruh kompetensi
profesional guruterhadap hasil belajar siswa.
Sehingga semakin baik kopmpetensi profesional guru SMA N di Kota
Bandung maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.
6.
Terdapat pengaruh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada hasil
belajar siswa melalui kompetensi profesional guru. Dengan demikian Dapat
disimpulkan bahwa Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap
kompetensi profesional guru berdampak pula pada hasil belajar siswa pada
SMA N di Kota Bandung. Kontribusi Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) terhadap hasil belajar siswa akan lebih signifikan apabila melalui
keterpengaruhan yang ada pada kompetensi profesional guru jika
dibandingkan dengan pengaruh langsung Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) terhadap prestasi belajar siswa tanpa kompetensi profesional guru.
Dapat disimpulkan bahwa semakin baik Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris SMA N maka semakin baik pula
kompetensi profesional guru dan akan berdampak positif pada prestasi
belajar siswa.
B.
Rekomendasi
1.
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui kontribusi kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) t erhadap peni ngkat an kompetensi
(5)
ARIFIN, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
professional guru bahasa Inggris pada Sekolah Menengah Atas (SMA). oleh
Karena itu guru bahasa Inggris yang telah mengikuti Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) diharapkan tetap memberikan dampak positif
yang dapat dirasakan siswa dan oleh semua komponen yang ada di
sekolah tempat mengajar. Tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam
memperluas dampak dari kegiatan MGMP ini adala h dengan
membangun kerjasama antara guru mata pelajaran yang sama dan
disekolah yang sama dengan cara mengembangkan team teaching.
2.
Terhadap Instansi pemerintah yang terkait dengan pendidikan terutama
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi
dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota perlu terus meningkatkan korordinasi
mendorong keberlajutan kegiatan kegiatan yang mengarah pada peningkatan
kompetensi guru melalui pembuatan kebijakan yang memudahkan
terselenggaranya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
3.
Bagi para pengurus Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) baik
tingkat propinsi maupun kabupaten, hasil penelitian ini sangat berguna
sebagai feed back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi
kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang mereka
selenggarakan.
4.
Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang penjaminan mutu pendidikan dan program
program pelatihan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan
(6)
141