Hubungan antara kompetensi profesional guru dengan ptrestasi belajar siswa : studi korelasi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Legok-Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Humaeroh

106018200759

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Tangerang)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 12 November 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) pada Program Studi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 19 November 2010

Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia(Ketua Jurusan/Program Studi)

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil

Tanggal Tanda Tangan

NIP.: 19560530 198503 1 002 ………. ……….

Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Penguji I

Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil NIP.: 19560530 198503 1 002 Penguji II

Dra. Manerah

NIP.: 19680323 199403 2 002

Mengetahui: Dekan,

Prof. DR. Dede Rosyada, MA NIP.:19571005 198703 1 003

……….

……….

……….

……….

……….

………. Drs. H. Muarif SAM, M.Pd


(3)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh ;

Humaero

106018200759

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H./2010 M.

Dosen Pembimbing

Drs. H. Mujahid Ak, M.Sc


(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 September 2010


(5)

i

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing. Drs.H. Mudjahid, AK. M.Sc.

Kata Kunci: Kompetensi Profesional Guru, Prestasi Belajar Siswa

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana kompetensi profesional guru yang ada di SMP Negeri 2 Legok-Tangerang dan bagaimana prestasi belajar siswa serta adakah hubungan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Legok-Tangerang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 2 Legok-Tangerang, sedangkan populasi terjangkau adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 178 siswa, sampel yang diambil sebanyak 50% yaitu sebanyak 90 siswa. Pengambilan sampel sebanyak 50% karena semakin homogen populasinya maka sampel yang diambil semakin sedikit dan apabila populasinya heterogen maka sampel yang diambil semakin banyak. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik kuisioner dan dokumentasi. Kuisioner diberikan kepada siswa yang dijadikan responden dan teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh nilai prestasi belajar siswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasional menggunakan rumus korelasi ”product moment pearson”, uji signifikansi dan koefesiensi determinan.

Setelah dilakukan analisis data, maka diperoleh rhitung(0,50) > rtabel (0,21) pada taraf signifikansi 5%, sedangkan pada taraf signifikansi 1% rtabel = 0,28

menunjukkan bahwa rhitung>rtabel (0,50>0,28). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa. Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan saran yaitu kepala sekolah untuk terus meningkatkan kompetensi profesional guru yang ada agar prestasi siswa dapat lebih meningkat lagi dari yang sudah dicapai saat ini.


(6)

ii

Puji syukur kehadirat Illahi rabb atas rahmat dan nikmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada

Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah berkat ridho-Nya dan bantuan, bimbingan serta dorongan

dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

sebagai ungkapan rasa hormat yang tulus, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phill, sebagai Ketua Jurusan

Kependidikan Islam dan Bapak Drs. H. Muarif SAM, M.Pd sebagai

Kaprodi Manajemen Pendidikan sekaligus Dosen Penasehat

Akademik.

3. Bapak Mudjahid, AK, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang

telah membimbing dan meluangkan waktu, tenaga dan fikiran di

sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala sekolah, dewan guru SMP Negeri 2 Legok-Tangerang yang


(7)

iii

6. Abdul Muiz S. Pd, terima kasih banyak untuk bantuan dan motivasi

yang sudah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

Kaulah segalanya, yang terbaik bagiku.

7. Teman-teman di jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah

membantu yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu namanya,

terima kasih atas motivasinya untuk penulis.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Jakarta, 19 September 2010


(8)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Prestasi Belajar...7

1. Pengertian Prestasi Belajar ...7

2. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...8

3. Jenis dan Indicator Prestasi Belajar ...10

B. Kompetensi Profesional Guru ...12

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ...12

2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru ...16


(9)

v

C. Kerangka Berpikir ...27

D. Hipotesis ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ...29

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...29

C. Jenis Penelitian...29

D. Populasi dan Sampel ...30

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...30

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...33

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ...37

B. Deskripsi Data dan Analisis Data ...41

C. Pengujian Hipotesis dan Interprestasi Data ...63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...66

B. Saran-saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ...68


(10)

vi

3. Keadaan guru dan tenaga kependidikan... 39

4. Keadaan siswa dan siswi SMPN 2 Legok-Tangerang ... 40

5. Keadaan sarana dan prasarana ... ... 40

6. Data statistik deskriptif kompetensi profesional guru... 41

7. Katagori data kompetensi profesional guru ... 42

8.Kompetensi guru dalam memberikan penjelasan tentang tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran…………... 43

9.Menyebutkan kompetensi dasar (kemampuan yang akan dicapai melalui pembelajaran ... 43

10.Guru Menjelaskan materi pembelajaran dengan jelas sehingga mudah difahami siswa ... 44

11.Guru mampu memberikan contoh yang mudah dimengerti... 44

12.Guru mampu menjawab dengan jelas pertanyaan yang diberikan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran ... 45

13.Guru memberikan respon (jawaban) terhadap pertanyaan yang diajukan oleh siswa ... 45

14.Guru memotivasi (memberi semangat) siswa dalam melaksanakan tugas kelompok ... 46

15.Guru mendorong siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kerja siswa ... 46

16.Guru menggunakan metode yang bervariasi (ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan kerja kelompok) ... 47

17.Guru mengkoordinasi/mengatur kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa misalnya kegiatan diskusi, belajar kelompok, piket kelas dll ... 47


(11)

vii

terlebih dahulu serta kesiapan siswa untuk belajar... 49

21 Dalam hal guru mengalami kesulitan dalam mengatur siswa di dalam kelas ... 49

22.Guru memberikan teguran kepada siswa yang mengganggu kegiatan belajar mengajar ... 50

23.Guru memberikan masukan, perhatian, nasihat, dan sikap tanggap terhadap masalah yang dihadapi siswa... 50

24.Guru menegur siswa yang bertindak melanggar aturan kelas atau mengganggu proses belajar mengajar di kelas ... 51

25.Guru memberikan acungan jempol/pujian terhadap siswa yang taat pada peraturan kelas ... 51

26.Guru memberikan hadiah di depan kelas terhadap siswa yang berprestasi ... 52

27.Guru memberikan pujian kepada siswa ketika menjawab pertanyaan dengan tepat ... 52

28. Guru memberikan pujian kepada siswa yang melaksanakan tugas tepat waktu ... 53

29.Guru memberi nilai hasil kerja yang diberikan siswa ... 53

30.Guru memberikan penilaian terhadap tugas siswa secara objektif ... 54

31.Guru mengulas dan menjelaskan kembali materi yang dianggap sulit bagi siswa ... 54

32.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki hasil tes yang rendah ... 55

33. Skor angket skala kompetensi profesional guru ... 56

34. Klasifikasi skor angket kompetensi profesional guru ... 57


(12)

viii

39. Data responden dan nilai rapot kelas VII B ... 77

40. Data responden dan nilai rapot kelas VII C ... 78

41. Data responden dan nilai rapot kelas VII D ... 79


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, dikenal istilah kegiatan belajar mengajar (KBM). KBM merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.1

Seorang guru dikatakan sebagai pemegang peran utama, karena gurulah yang bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasikan lingkungan yang berhubungan dengan anak didik dan bahan pelajaran. Sehingga menimbulkan proses belajar pada siswa. Oleh karena itu berhasil tidaknya pendidikan pada siswa sangat tergantung pada tanggung jawab guru itu.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan seorang guru memiliki peran yang sangat penting, guru merupakan penggerak dalam KBM di kelas. Karena pentingnya peran guru, maka ia harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Baik yang bersifat pribadi maupun profesional. Karena hanya guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakkan kegiatan belajar sehingga hasil belajar berada pada tingkat optimal.

Selanjutnya sehubungan dengan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi perubahan pandangan terhadap KBM,

1

Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet, 23. h. 4


(14)

yang membawa konsekuensi pada guru untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya, disesuaikan dengan teori dan praktek yang dianggap lebih tepat digunakan pada masa sekarang.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu makin pesat. Arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini, maka muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.

Namun pendidikan di Indonesia saat ini tidak lepas dari berbagai permasalahan, diantaranya masih minimnya sarana-prasarana sekolah, rendahnya kualitas guru, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan hingga menurunnya mutu pendidikan. Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya dengan perbaikan kurikulum, penataran bagi guru-guru, penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan alat peraga. Namun demikian mutu yang dicapai belum seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua siswa, siswa dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar. Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik.

Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orang tua, siswa dan terlebih bagi guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal tidak lepas dari kondisi yang kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis.


(15)

Memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhi. Diantara faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, mental, tingkat kecerdasan, minat dan sebagainya. Serta faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar diri anak, seperti kebersihan rumah, udara, iklim sekolah, keluarga, masyarakat, teman, guru, media, sarana dan prasarana belajar. Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdapat faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran dan berdampak pada prestasi belajar siswa yaitu keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kompetensi profesional guru harus diperhatikan.

Kebutuhan akan guru profesional yang memiliki kompetensi tinggi semakin mendesak sejalan dengan tuntutan para guru terhadap kapasitas mereka untuk menjadi manajer kelas yang profesional. Berarti selain melakukan tugas pendidikan guru juga melaksanakan tugas manajemen. Kompetensi guru yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas menjadi salah satu kemampuan profesional mereka. Apalagi pada era globalisasi yang semakin maju tanpa didukung oleh manusia yang berkualitas suatu Negara akan tertinggal jauh, begitu juga dengan lembaga pendidikan.

Hal tersebut ditunjukkan dengan keseriusan pemerintah berkenaan dengan guru sebagai profesi yang profesional. Dalam UU No 14 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kualifikasi Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahamiintruksi tersebut sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutankebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional dalam hal inti tidak


(16)

menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut,kontribusi untuk siswa menjadi kurang diperhatikan bahkan terabaikan.

Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya tenagapengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorangguru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Kurang kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal yang diperoleh penulis, tampak kompetensi guru yang ada di SMP Negeri 2 Legok Tangerang belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Hal tersebut terlihat dari masih adanya beberapa guru yang mengajar pada bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ditempuhnya. Selain itu, masih rendahnya kinerja guru dalam membuat RPP, kurangnya komunikasi edukatif antara kepala sekolah dan guru serta


(17)

suasana belajar yang kurang kondusif yang dirasakan oleh sebagian besar siswa dikarenakan masih belum lengkapnya sarana belajar yang tersedia.

Dari kenyataan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang profesional guru yang dikaitkan dengan prestasi belajar siswa yang hasilnya akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Korelasi di SMP Negeri 2 Legok Tangerang.”

B. Identifikasi Masalah.

Masalah yang muncul berkenaan dengan kompetensi guru SMP Negeri 2 Legok-Tangerang, diidentifikasi sebagai berikut:

1. Belum sesuainya kompetensi yang dibutuhkan dengan kondisi rill yang ada di sekolah.

2. Belum optimalnya guru dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif

3. Masih kurangnya guru dalam penguasaan materi pendalaman

4. Kurang tepatnya penempatan guru berdasarkan latar belakang pendidikannya.

5. Masih kurangnya pelaksanaan evaluasi guru terhadap siswa dalam belajar

6. Belum terumusnya rencana program yang efektif

7. Kurangnya penggunaan metode bervariasi yang digunakan guru dalam proses belajar

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan sebagai berikut:

1. Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan kompetensi profesional guru sangat kompleks sekali. Adapun pada skripsi ini, kompetensi profesional guru yang akan diteliti dibatasi ke dalam empat kategori, yakni; merencanakan program belajar mengajar,


(18)

menguasai bahan pelajaran, melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, serta menilai kemajuan proses belajar mengajar.

2. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah kemampuan siswa yang diperoleh dari penilaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa nilai raport.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesional guru di SMP Negeri 2 Legok Tangerang?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Legok Tangerang? 3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi profesional guru dengan

prestasi belajar siswa di SMP Negeri 2 Legok Tangerang

4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan bermanfaat:

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai pengetahuan tentang kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru.

2. Bagi sekolah terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di sekolah tersebut.

3. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kualitas personal dan profesional sebagai pendidik.


(19)

7

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Prestasi Belajar.

1. Definisi Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer didefinisikan sebagai “hasil yang telah dicapai.”1 Sedangkan yang dimaksud dengan belajar yaitu “berusaha, berlatih untuk mendapat pengetahuan.”2

Prestasi belajar menurut Nana Syaodih Sukmadinata yaitu “hasil/prestasi belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.”3

Sedangkan Menurut A. Tabrani Rusyan, "prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat."4

Winkel mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang, dapat diartikan bahwa

1

Burhani MS dan Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, (Jombang: Lintas Media, t.th), h. 543

2

Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2002), h. 79

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), Cet. IV, h. 102.

4

Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 65.


(20)

prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.”5

Sunarto berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan “hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.”6

Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.

Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau angka-angka.

Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang siswa bersifat sementara, kadang kala dalam suatu tahapan belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Abu Ahmadi proses dan hasil/prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal yang dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), diantaranya meliputi:

1) Minat

5

Sunarto, “Pengertian Prestasi Belajar,” artikel diakses pada 24 Februari 2010 dari http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar.

6


(21)

Merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan.

2) Intelegensi/kecerdasan

Intelegensi merupakan suatu kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

3) Bakat

Merupakan kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan.

4) Motivasi

Motivasi dalam belajar merupakan faktor penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.

5) Kemampuan-kemanpuan kognitif

Tidak dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek efektif dan psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak di sekolah.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:

1) Faktor-faktor Lingkungan

Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Adapun yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik


(22)

berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2) Faktor-faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan. Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali.

Dalam hal ini seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar siswa.

3. Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir hasil/prestasi belajar terbagi menjadi dua standar, yaitu standar absolut dan standar relatif. Standar absolut digunakan untuk menyatakan tingkat penguasaan bahan pengajaran atau tujuan pengajaran oleh siswa


(23)

sedangkan standar relatif menggambarkan kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya.7

Sementara Good dan Brophy menyatakan bahwa prestasi belajar siswa tampak pada penguasaan pola tanggapan baru terhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), kebiasaan (habit), sikap dan pendirian (attitude), kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), emosi (emosional), apresiasi (appreciation), jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial.8

Adapun menurut Benjamin S. Bloom dan Rathwohl, sebagaimana yang dikutip oleh Yatim Riyanto, bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah psikomotor (psychomotor domain) dan ranah afektif (affective domain).9

Bertolak dari beberapa pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain), 2) ranah afektif (affective domain), dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).

Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator

7

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 78-79

8

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. IV, h. 15.

9

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik

dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I,


(24)

sebagai petunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah mengemukakan bahwa: “Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.”10

Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Menurut Muhibbin Syah, urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.11

B. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Dalam terminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, ect.12

Menurut UU Guru dan Dosen no.14 tahun 2005, “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.”13

Menurut Hall dan Jones, “Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang

10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Cet. XII, h. 150

11

Muhibbin Syah, Psikologi..., 150

12

A. Samana. Profesionalisme Keguruan. (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 44

13

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet. I, h. 210


(25)

merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”.14

Istilah profesional berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, profession berarti “pekerjaan.”15 Arifin dalam buku Kapita Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata “occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.”16

Profesional berasal dari kata “profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.”17 Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Menurut Martinis Yamin, profesi mempunyai pengertian “seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas.”18 Dengan kata lain bahwa profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh

14

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). Cet ke 5, h. 15

15

John M. Echols dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. Ke-23, h. 449.

16

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke- 3, h. 105.

17

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan…, h. 105.

18

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis


(26)

melalui proses pendidikan secara akademis. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna.19

Adapun mengenai kata profesional, Usman memberikan suatu kesimpulan bahwa “suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.”20 Kata profesional itu sendiri berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.

Tilaar menjelaskan pula bahwa seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan profesional, dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan terus-menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.21

19

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 46.

20

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 14-15.

21

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. I, h. 86.


(27)

Adapun mengenai pengertian profesional itu sendiri adalah, “suatu pandangan bahwa keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.”22 Profesional guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa “guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.”23

Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. “Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.”24 Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional merupakan “orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.”25

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu. Dengan demikian, kompetensi

22

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke- 3, h. 105.

23

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-4, h. 27.

24

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, h. 47.

25

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-4, h. 27.


(28)

profesional guru dalam penelitian ini adalah seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus serta telah berpengalaman dalam mengajar sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional.

2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru.

Adapun ruang lingkup kompetensi profesional guru terbagi menjadi 2 yaitu umum dan khusus. Secara umum profesional guru adalah sebagai berikut:

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya.

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembalajaran yang bervariasi

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.26

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan tentang ruang lingkup kompetensi guru secara umum, terdiri dari menerapkan landasan kependidikan baik secara filosofi, psikologi dan sosiologis, menerapan teori belajar yang disesuaikan dengan taraf perkembangan anak didik, menerapkan metode pembejaran bervariasi, pengguanaan alat dan media yang relevan, melaksanakan evaluasi serta menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami standar Nasional pendidikan, yang meliputi: 1) Standar isi

26

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. III, h. 135-136


(29)

2) Standar proses

3) Standar kompetensi lulusan

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5) Standar sarana prasarana

6) Standar pengelolaan 7) Standar pembiayaan

8) Standar penilaian pendidikan

b. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang meliputi;

1) Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar 2) Mengembangkan silabus

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

4) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik

5) Menilai hasil belajar

6) Menialai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman.

c. Menguasai materi standar, yang meliputi; 1) Menguasai bahan pembelajaran

2) Menguasai bahan pendalaman

d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi; 1) Merumuskan tujuan

2) Menjabarkan kompetensi dasar

3) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran 4) Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran 5) Melaksanakan pembelajaran

e. Mengelola kelas, yang meliputi;

1) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran 2) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi;

1) Memilih dan menggunakan media pembelajaran

2) Menggunakan dan mengelola laboraturium dalam rangka pembelajaran

3) Mengembangkan laboraturium

4) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran 5) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar

g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi; 1) Landasan filosofis

2) Landasan psikologis 3) Landasan sosiologis

h. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi;


(30)

2) Menyelenggarakan ekstrakulikuler dalam rangka pengembangan peserta didik

3) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik

i. Memahami dan menyelenggarakan administrasi pembelajaran, yang meliputi;

1) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah 2) Menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi 1) Mengembangkan rancangan penelitian

2) Melaksanakan penelitian

3) Menggunakan hasil penelitian untuk menngkatkan kualitas pembelajaran

k. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran

1) Memberikan contoh perilaku keteladanan

2) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran l. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan

1) Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik

2) Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik

m. Memahami dan melaksanakan konsep pembalajaran individu, yang meliputi;

1) Memahami strategi pembelajaran individu 2) Melaksanakan pembelajaran individu.27

Secara khusus, kompetensi profesional guru meliputi: memahami standar nasional pendidikan, mengembangkan KTSP, menguasai materi, mengelola program pembelajaran, mengelola kelas , menggunakan media, mengasai landasan kependidikan, melaksanakan perkembangan peserta didik, menampilkan keteladanan serta mengembangan teori dan konsep pembelajaran individu.

3. Perlunya Guru Profesional

Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas.

Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh

27


(31)

para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat diperlukan.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.28

Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik.

Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi profesional para guru. Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai:

28

Asrorun Niam Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Elsas, 2006), Cet. I, h. 9.


(32)

a) Designer of intruction (perancang pengajaran) b) Manager of intruction (pengelola pengajaran)

c) Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).29 Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesional dunia pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkan melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka yang memang khusus telah bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru profesional.

Tidak dapat dipungkiri bahwa memang tidak mudah merumuskan dan menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan bahwa guru itu adalah sebuah profesi.

Sebagai profesi, memang diperlukan berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia melakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin profesional.30

Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik. Dengan demikian, keberadaan guru profesional selain untuk mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu

29

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250.

30

Suciptoardi, Profesionalisme dunia pendidikan, artikel diakses pada 13 Juli 2010 dari http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-duniapendidikan.


(33)

dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat profesional dan memiliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju.

4. Kriteria Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Menurut Martinis Yamin, guru profesional harus memiliki persyaratan yang meliputi;

a) Memiliki bakat sebagai guru. b) Memiliki keahlian sebagai guru.

c) Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. d) Memiliki mental yang sehat.

e) Berbadan sehat.

f) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. g) Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h) Guru adalah seorang warga negara yang baik.31

Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. “Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.”32

31

Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP…, h. 5-7.

32

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(34)

5. Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Dalam pembahasan profesional guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesional guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.33

b. Kompetensi Kepribadian.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.34

c. Kompetensi Profesioanal.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.35

d. Kompetensi Sosial.

33

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008), Cet. III, h.75.

34

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,... h. 117.

35


(35)

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.36

Guru merupakan makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari kebutuhan dan pantauan dari masyrakat dan lingkungannya, oleh karenanya guru dituntut untuk dapat memiliki kompetensi sosial. Terlebih dalam hubungannya dengan pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah serta pendidikan yang berlangsung di masyarakat. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyrakat. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Pasalnya guru di sekolah diamati langsung oleh peserta didik dan teman sejawatnya serta atasannya, pada kesempatan tertentu peserta didik membicarakan kebaikan gurunya tapi pada kesempatan lain membicarakan kekurangannya, demikian halnya dengan masyarakat.

Menurut Mulyasa, sedikitnya terdapat tujuh kompetensi yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut yaitu;

a) Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama

b) Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi c) Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi d) Memiliki pengetahuan tentang estetika e) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

f) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan g) Setia terhadap harkat dan martabat manusia 37

36

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,... h. 173.

37

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. III, h. 176


(36)

Perangkat kompetensi yang dijabarkan diatas merupakan kompetensi sosial yang harus dimiki seorang guru agar dapat menjalankan hubungan sosialnya di sekolah maupun di masyarakat dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru dalam mengembangkan kemampuan sosialnya dengan cara mengetahui adat istiadat, budaya, demokratisasi, estetika, kesadaran sosial serta martabat manusia dengan cara diskusi, menghadapi masalah sosial, bermain peran, dan kunjungan langsung ke masyarakat sosial.

Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:

a. Kemampuan profesional mencakup:

1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawa tugasnya sebagai guru.

c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya dianut oleh seseorang guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.38

Uzer Utsman, mengemukakan bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu terpenuhinya 5 kemampuan profesional, yang meliputi:

38


(37)

a) Menguasai landasan pendidikan:

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

b) Mengelola program pengajaran, meliputi : 1) Menetapkan tujuan pembelajaran

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran 3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar 4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang

sesuai.

5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar. c) Menguasai bahan pengajaran, meliputi:

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum 2) Menguasai bahan pengayaan

d) Melaksanakan program pengajaran, meliputi: 1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat 2) Mengatur ruangan belajar

3) Mengelolan intraksi belajar mengajar

4) Menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan;

e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

1) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran 2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.39

Dalam lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut:

a. Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum-kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi.

b. Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.

39

Moh. Uzer Utsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Cet. XXIII, h. 17-19


(38)

c. Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA dan menciptakan iklim belajar yang efektif.

d. Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Merencanakan program pengajaran.

g. Mengelola interaksi belajar mengajar.

h. Menguasai macam-macam metode mengajar.

i. Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

j. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.

k. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.

l. Mampu memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran.40

6. Karakteristik Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang seperti yang dibayangkan sebagian orang. Dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru yang berkompetensi secara profesional, apabila:

a. Guru mampu mengembangkan tanggung jawab sebaik-baiknya. b. Guru mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil c. Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

sekolah

d. Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.41

40

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, (Jakarta; Bumi Aksara, 2010), Cet. VII , h. 44-45.

41


(39)

C. Kerangka Berfikir

Guru termasuk suatu profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan memiliki tanggung jawab yang harus dikerjakan secara profesional. Karena guru adalah individu yang memiliki tanggung jawab moral terhadap kesuksesan anak didik yang berada pada pengawasannya, maka keberhasilan siswa akan sangat dipengaruhi oleh kinerja yang dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, guru profesional diharapkan akan memberikan sesuatu yang positif berkenaan dengan keberhasilan prestasi belajar siswa.

Dalam pelaksanaannya, tanggung jawab guru tidak hanya terbatas kepada proses dalam transfer ilmu pengetahuan. Banyak hal yang menjadi tanggung jawab guru, yang salah satunya adalah memiliki kompetensi idealnya sebagaimana guru profesional. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dengan kata lain, guru yang profesional ini memiliki keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga dia mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal dan terarah. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar, seorang guru profesional harus terlebih dahulu mampu merencanakan program pengajaran. Kemudian melaksanakan program pengajaran dengan baik dan mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, seorang guru profesional akan menghasilkan anak didik yang mampu menguasai pengetahuan baik dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik.

Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional apabila mampu menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru dikatakan memiliki prestasi belajar yang maksimal apabila telah menguasai materi pelajaran dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya. Prestasi itu akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan perbuatan. Kehadiran guru profesional tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun keterampilan.


(40)

Oleh sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. Bila hal itu terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar anak. Karena, disadari ataupun tidak, bahwa guru adalah faktor eksternal dalam kegiatan pembelajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran itu. Untuk itu, kualitas guru akan memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap proses pembentukan prestasi anak didik. Oleh karena itu, dengan keberadaan seorang guru profesional diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar serta mampu memaksimalkan hasil prestasi belajar siswa dengan sebaik-baiknya.

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa

Ho : Tidak Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa


(41)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui kompetensi profesional guru di SMP Negeri 2 Legok Tangerang

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran di SMP Negeri 2 Legok Tangerang.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi profesional dengan prestasi belajar siswa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2010 dan mengambil tempat di SMP Negeri 2 Legok Tangerang yang terletak di Jalan SMP No.2 Bojong Kamal Kec. Legok-Tangerang.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya1. Untuk memperoleh data, maka digunakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian untuk memperoleh data lapangan.

1

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VII, h. 157


(42)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa/siswi SMP Negeri 2 Legok Tangerang kelas VIII, tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 178 orang. Adapun sampelnya diambil secara sampling purposive (teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Melalui penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 50% dari populasi yaitu 90 siswa/i.

Sampel diambil berdasarkan pada populasi yang semakin homogen maka sampel yang diambil boleh kecil dan bila populasinya semakin heterogen maka sampel yang diambil harus semakin tinggi atau banyak.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian, maka penulis menggunakan teknik penelitian yaitu:

a. Kuesioner (Angket).

Angket disebarkan kepada siswa kelas VIII yang menjadi responden dalam penelitian guna memperoleh data tentang kompetensi profesional guru.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data nilai raport siswa/i yang diambil dari ujian akhir semester genap tahun pelajaran 2009-2010

2. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini secara pokok melibatkan dua variabel data, yaitu data yang berkenaan dengan Kompetensi Profesional Guru (variabel X) dan berkenaan dengan Prestasi Belajar Siswa (variabel Y).

Data penelitian untuk variabel kompetensi profesional guru diperoleh melalui kuesioner atau angket yang disebarkan kepada respoden penelitian. Angket tersebut terdiri dari 25 pertanyaan mengenai kompetensi profesional guru yang meliputi kemampuan merencanakan program belajar-mengajar, menguasai bahan pelajaran, mengelola proses


(43)

belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar. Sedangkan data penelitian mengenai prestasi belajar diperoleh melalui dokumentasi data nilai ujian akhir semester (UAS) genap diambil dari tahun pelajaran 2009-2010.

Untuk menentukan skor hasil penelitian, penulis memberikan empat alternatif jawaban dengan menggunakan skala frekuensi. Alternatif jawaban yang dipergunakan adalah sebagai berikut:2

Selalu : mempunyai bobot nilai 4 Sering : mempunyai bobot nilai 3 Kadang-kadang : mempunyai bobot nilai 2 Tidak pernah : mempunyai bobot nilai 1

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, (Bandung: Alpabeta, 2009), h. 135.


(44)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Teknik Dimensi Indikator Item

Kompetensi Profesional Guru (X) Angket Kemampuan merencanakan program belajar-mengajar Menguasai bahan pelajaran

1. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran

1-2

1. Mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik

3-4

Melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar

2. Mampu menjawab soal/pertanyaan dari siswa 5-6 1. Mampu membangkitkan motivasi belajar siswa 2. Mampu menggunakan metode belajar yang bervariasi 3. Mampu menggunakan alat pembelajaran

4. Mampu mengatur dan mengubah suasana kelas

5. Mampu memberikan teguran kepada siswa 6. Mampu memberi

reward dan

funishment kepada siswa

7. Memberi pujian kepada siswa 7-8 9-10 11-12 13-14 15-17 18-19 20-21

Menilai kemajuan proses belajar mengajar

1. Mampu memberikan hasil penilaian 2. Mampu melakukan

remedial 22-23 24-25 Prestasi belajar siswa (Y)

Dokumentasi Rapot siswa

Data nilai semester genap kelas VIII semester genap tahun


(45)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut:

1. Skoring: mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari responden ke dalam kategori-kategori, klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau skor berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

2. Tabulating: Membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawaban-jawaban responden yang kemudian dicari prosentasinya untuk dianalisa.3

Setelah data-data diolah langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Teknik analisis data yang dimaksud penulis yaitu berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitian tentang ada atau tidaknya hubungan antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa. Penulis dalam hal ini menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya prosentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan ialah:

P = X 100 %

Keterangan: P = Prosentase F = Frekuensi

N = Jumlah Responden 2. Analisis Korelasi

Untuk menganalisis kedua variable digunakan teknik analisis korelasi dengan rumus product moment dari Karl Pearson, uji signifikansi dan koefesiensi determinan. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa, digunakan

3

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VII, h. 84-85.


(46)

rumus korelasi Product Moment, yaitu salah satu teknik mencari korelasi antara dua variabel dengan rumus sebagai berikut:4

r

xy

Keterangan:

rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment

N = Number of cases

xy = Jumlah hasil perkalian antara sektor x dan sektor y x = Jumlah seluruh sektor x

y = Jumlah seluruh sektor y

Analisis Product Moment dimaksudkan untuk mencari indek korelasi antara variable X dan Y serta untuk mengetahui apakah hubungannya erat, cukup atau lemah.

3. Interpretasi Data

Interpretasi data terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment yang telah diperoleh dari hasil perhitungan dilakukan dengan dua cara, sebagaimana Anas Sudijono dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Statistik Pendidikan,” yaitu:

a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar (sederhana). Pada umumnya dipergunakan pedoman sebagai berikut:5

4

Sugiyono, Metode…, h. 255

5

Anas Sudiono, Pengantar Statistic Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Edisi. I, h. 193


(47)

Tabel 3.2

Nilai “r” Product Moment

Besarnya “r” Product

Moment Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi)

0,20 – 0,40

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90

Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang kuat dan tinggi

0,90 – 1,00 Antara Variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi sangat kuat atau sangat tinggi

b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment, dengan cara berkorelasi pada tabel nilai “r” product moment. Dengan cara ini langkah secara berurut adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho)

Ha : Terdapat korelasi positif dan signifikan antara variable X dan Y

Ho : Tidak terdapat korelasi positif dan signifikan antara variable X dan Y

2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan di atas tadi (maksudnya yang diterima Ha atau Ho?) dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih dahulu


(48)

mencari derajat bebasnya (db) atau degree of freedom-nya (df) menggunakan rumus sebagai berikut:

df = N – nr

df : degree of freedom N : number of cases

nr : banyaknya variabel yang dikorelasikan

3) Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan cara menentukan koefisien determinasi dengan rumus:6

KD = rxy2 x 100%

Keterangan:

KD = Kontribusi Variabel X terhadap Variabel Y

r2 = Koefisien Korelasi antara variabel X terhadap Variabel Y

6


(49)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Legok Tangerang 1. Profil SMP Negeri 2 Legok Tangerang

Nama sekolah : SMP Negeri 2 Legok Alamat

Jalan : Jln. SMP no.2

Desa/kecamatan : Bojongkamal/ Legok

Kebupaten : Tangerang

No telepon : (021)5978257

NSS : 201280306004

Jenjang akreditasi : B

Tahun didirikan :19 Juni 2007

(Berdasarkan SK Bupati Tangerang no.421/kep.314-Huk/2007 tentang pembukaan dan penegrian sekolah tahun 2007)

Tahun beroperasi :19 Juni thn pelajaran 2006-2007

(Menumpang di SD Cirarab 2 dengan jumlah rombel 2 kelas/ 71 siswa PYMT Drs.Untung Laksana, M.Pd-berdasarkan SK Dinas P & K kabupaten Tangerang no.800/388/Dis P & K/2007-tgl 26 Juni 2007)

Kepemilikan tanah


(50)

Luas tanah : 5259 m2

(Berdasarkan SK Bupati Tangerang no.529.2/kep. 421-HUK/2006 tgl 22/11/2006 tentang penetapan lokasi tanah untuk pembangunan SMPN 2 Legok, dan surat keterangan Dinas Tata Ruang dan Pertanahan no.590/351-DTRP tgl 2 Mei 2007 tentang status tanah untuk pembangunan SMPN 2 Legok)

Status bangunan

Surat izin bangunan :

Luas seluruh bangunan : 886 m2

(USB SMPN 2 Legok dibangun September 2008 dengan biaya Rp 1.249.322.000 dan selesai 28 Februari 2009. Diresmikan oleh Bupati Tangerang 18 April 2009. Walau sejatinya telah digunakan untuk PBM sejak 23 Februari 2009)

Adapun visi dan misi SMP Negeri 2 Legok Tangerang yaitu:

Visi

“Sekolah Pengembang Kearifan Lokal Berwawasan Global”

Misi

Sedangkan misi SMP Negeri 2 Legok Tangerang terdiri dari:

a. Mengembangkan potensi siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, dengan mempertimbangkan budaya dan kearifan local serta mengacu pada standar nasional pendidikan guna menghadap dan memenangi persaingan global.

b. Memberikan pelayanan pendidikan prima kepada seluruh pihak terkait sekolah (stekholder) dengan dukungan ssarana memadai. Pelayanan disampaikan dengan motto: segera, rapi dan simpatik (serasi).

c. Meningkatkan kesejahteraan warga sekolah melalui hubungan kemitraan dan kewirausahaan (entrepreneurship) dengan seluruh pihak terkait (stekholder) secara islami.


(51)

2. Keadaan Guru dan Siswa

SMP Negeri 2 Legok Tangerang memiliki guru dan tenaga kependidikan yang bervariatif dilihat dari jenis kelamin, jabatan maupun pendidikan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan

dilihat dari Jenjang Pendidikan, Jabatan dan Bidang Studi

No Nama Pendidikan Jurusan Jabatan Bidang Studi

1. Tata Y. Sutaryadi,S.Pd.,M.Pd S.2/A.IV Megister Kepala Sekolah - 2. Suherman, S.Pd S.1/A.IV PLS Wakil kepala sekolah Penjas 3. Jubaedah, S.HI S.1/A.IV Hukum Islam Bendahara Tata Busana

4. Rohaeti, S.Ag S.1/A.IV PAI Humas PAI

5. Ida Farida, S.Sos S.1/A.IV Jurnalistik Pustakawati IPS 6. Badrudin, A.Md. Pd D.III/A.III, B. Inggris Kurikulum B. Inggris 7. Sumarna, A.Md. Pd D.III/A.III Sejarah Sarana & prasarana IPS Terpadu

8. Setiawansyah, S.Ag S.1/A.IV PAI - MTK

9. Sukamta, S.Pd S.1/A.IV B. Indonesia - B. Indonesia

10. Aulia Azhar Mutaqin, SS S.1/A.IV Sastra Arab Kesiswaan B. Indonesia

11. Achmad Rodjidin, SE S.1/A.IV Akuntansi - IPS

B. Indonesia

12. Wawan Gunawan, S.Pd S.1/A.IV Penjas - Penjaskes

13. Muhammad Rojali, S.Pd S.1/A.IV IPA - IPA

14. Cindy Agnesthia, S.Pd S.1/A.IV Biologi - IPA

15. Hj. Fathiyah, S.Ag S.1/A.IV PAI - PKn

16. Taufik budiana, S.Pd S.1/A.IV PPKN - Kesenian

17. Suratman, S.Pd S.1/A.IV B.Indonesia - B. Indonesia

18. Haerudin SMA IPA - MTK

19. Yadi Noor Hidayat D.III/A.III - - TIK

20. Yudhie Indra G, S.Pd S.1/A.IV - - B. Inggris

21. Juhji, S.Pd S.1/A.IV - - IPA

22. Adang, S.Ag S.1/A.IV - - Kesenian

23. Fazrin Lestari, S.Pd S.1/A.IV Matematika - MTK

24. Anisa Oktaviani, S.Pd S.1/A.IV B, Inggris - B. Inggris

Keadaan siswa-siswi yang ada di SMP Negeri 2 Legok Tangerang sangat bervariatif, artinya sekolah tersebut memiliki beberapa kelas yang cukup dari kelas VII, VIII dan IX. Seperti terlihat pada tabel berikut:


(1)

C. Pengujian Hipotesis dan Interpretasi Data

Dari perhitungan di atas, ternyata angka korelasi antara variabel x dan y

bertanda positif, memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh yaitu 0,50. Ini

berarti ada korelasi antara dua variabel (variabel x dan y) memiliki korelasi yang sedang. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment

(0,50), selanjutnya dilakukan dengan jalan berkonsultasi pada tabel “r”

product moment. Cara ini ditempuh dengan prosedur merumuskan Ha dan Ho. Ha : terdapat korelasi antara kompetensi profesional guru dengan prestasi

belajar siswa

Ho : tidak terdapat korelasi antara kompetensi profesional guru dengan prestasi belajar siswa

Pengujian kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan di atas dilakukan dengan cara dikonsultasikan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau dikenal dengan “r” observasi (ro) dengan besar “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt). Untuk mengetahui (rt) perlu diketahui terlebih dahulu derajat bebasnya (db) atau (df), yang rumusnya sebagai berikut:

df = N – nr = 90 – 2 = 88

Dengan df sebesar 88, jika dikonsultasikan dengan “r”, masing-masing untuk r = 5% sebesar 0,21 dan untuk r = 1 % sebesar 0,28 jika dilihat dari harga rtabel, ternyata rxy lebih besar dari pada rtabel (0,50 > 0,21), maka pada

taraf signifikansi 5% hipotesis altenatif (Ha) diterima, sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak, berarti bahwa pada taraf signifikansi 5% itu memang terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara variabel x dan variabel y. selanjutnya karena pada taraf signifikansi 1% rxy atau ro adalah lebih besar dari


(2)

64

diterima dan hipotesis nihil ditolak, berarti bahwa pada taraf signifikansi 1% itu terdapat korelasi yang signifikan antara variabel x dan variabel y.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi yang memberikan variabel x dalam menunjang keberhasilan variabel y, maka harus diketahui terlebih dahulu suatu koefesiensi yang disebut koefesiensi determinan dengan rumus sebagai berikut:

KD = rxy2 x 100

= 0,502 x 100

= 0,25 x 100 = 25%

Dari perhitungan di atas diperoleh hasil koefesiensi determinan sebesar 25%, maka dapat diketahui bahwa kompetensi profesional dapat mempengaruhi prestasi belajar siswanya sebesar 25% dan ini berarti 75% lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Dengan demikian kompetensi profesional guru dengan baik maka akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang baik pula. Walaupun kompetensi profesional guru bukanlah satu-satunya faktor dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar yang diraih siswa. Faktor tersebut dapat berupa faktor eksternal lainnya seperti kualitas pengajaran, lingkungan belajar, sarana pengajaran dan kurikulum. Kemungkinan juga faktor internal diantaranya tingkat kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan sebagainya.


(3)

66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari jawaban siswa mengenai kompetensi profesional guru, sebagian besar siswa berpendapat bahwa guru SMP Negeri 2 Legok-Tangerang berada pada kualifikasi sedang atau cukup. Dilihat pada empat indikator dari kompetensi guru (merencanakan program pembelajaran, menguasai materi pembelajaran, melaksanakan kegiatan belajar dan menilai kemajuan belajar) bahwa kompetensi guru belum ssepenuhnya memadai terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

2. Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Legok-Tangerang tergolong sedang atau cukup. Hal ini terbukti dengan variasi prestasi belajar siswa antara nilai tertinggi 81 dan nilai terendah 60, menghasilkan rata-rata prestasi belajar siswasebesar 72,04 dari jumlah 90 siswa. 3. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara kompetensi profesional


(4)

67

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan beberapa saran/masukan kepada sekolah SMP Negeri 2 Legok antara lain:

1. Meskipun prestasi belajar siswa dapat dikualifikasikan sedang, akan tetapi siswa diharapkan lebih meningkatkan prestasi belajarnya baik secara konseptual maupun praktis.

2. Bagi kepala sekolah atau wakabid kurikulum, setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan pembinaan serta pengawasan terhadap kompetensi profesional hendaknya terus ditingkatkan. Karena tanpa adanya pengawasan yang intens tidak menutup kemungkinan kinerja guru akan menurun.

3. Khusus tenaga pengajar, penulis berharap dapat lebih meningkatkan kualitasnya dalam hal kompetensi profesional guru, terutama pada indikator: memberikan hadiah didepan kelas terhadap siswa yang berprestasi. Dengan demikian, diharapkan akan memberikan semangat dan motivasi kepada siswa dalam belajar.

4. Meskipun dalam penelitian yang dilakukan penulis tidak memberikan kesimpulan yang negatif, untuk peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan, penulis berpendapat perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2005

Anwar, Desi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2002.

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 1995.

Burhani MS dan Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, Jombang, Lintas Media, t.th.

Tilaar, H.A.R., Membenahi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-I, 2002.

Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, Cet IV, 2006.

Kemendiknas, “Statistika Hasil Ujian Nasional,” artikel online diakses pada tanggal 25 Juni 2010 dari http://edukasi.kompas.com.

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.

Echols, John. M dan Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia, Cet. XXIII, 1996.

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. III, 2008.

Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontektual,

Jakarta: Bumi Aksara, Cet.V, 2009.

Namsa, M.Yunus. Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam.

Sholeh, Asrorun Niam. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: Elsas, Cet. I, 2006.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2009.

Rusyan, Tabrani. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.


(6)

69

Sabri, Alisuf. Mimbar Agama dan Budaya, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, Cet. Ke-1, 1992.

Samana, A. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Suciptoardi, Profesionalisme dunia pendidikan, artikel diakses pada 13 Juli 2010 dari:http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalismeduniape ndidika

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, Cet XV, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, Bandung: Alpabeta, 2009.

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, Cet XIII, 2008 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:

Bumi Aksara, Cet. VII, 2009

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. IV, 2007.

Sunarto, “Pengertian Prestasi Belajar,” artikel diakses pada 24 Februari 2010 dari http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008.

Tafsir, Ahmad. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

Bandung: Maestro, 2008.

Uno, Hamzah B, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2008.

Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet ke XXIII, Edisi keempat belas, 2007.

Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet I, 2006

Yamin,Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006


Dokumen yang terkait

Hubungan profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri I Kosambi Tangerang

1 5 108

Pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Assalam Cipondoh Tangerang

3 25 82

Pengembangan kompetensi profesional guru oleh kepala sekolah di SMK Islamiyah Ciputat

1 8 93

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Purwodadi.

2 4 18

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Purwodadi.

0 2 13

PENGARUH KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 SAWIT.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bringin Ngawi Jawa Timur.

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH Hubungan Antara Kadar Hemoglobin Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bringin Ngawi Jawa Timur.

3 5 15

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KOTA SURAKARTA.

0 0 22

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 10 JAKARTA TIMUR - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 11