PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh MELLIANI NIM. 0903610
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA 2013
(2)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Oleh Melliani
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Melliani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MELLIANI
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. NIP. 19600825 198603 1 002
Pembimbing II
Drs. Akhmad Nugraha, M.Si. NIP. 19591027 198611 1 001
Diketahui oleh Ketua Program Studi PGSD
UPI Kampus Tasikmalaya,
Drs. Rustono WS, M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001
(4)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
ABSTRAK
Model Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang menggubah bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk mengalami secara langsung materi yang diajarkan. Pembelajaran ini diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional, membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
Sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng yang berjumlah 65 orang, diperoleh melalui teknik sampling purposive.
Instrumen yang digunakan adalah tes objektif dan lembar observasi. Hasil pengolahan dan analisis data, antara lain: 1) Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berada pada kategori sedang (49,03) dan tinggi (68,06), 2) Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa dengan menggunakan model Quantum Teaching berada pada kategori sedang (40) dan sangat tinggi (79,29), 3) Ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa yang sigfnifikan antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran Quantum Teaching. Dibuktikan dengan nilai rerata normal gain kelas eksperimen 0,65 (cukup efektif), sedangkan nilai rerata normal gain kelas kontrol 0,35 (tidak efektif). Penggunaan model Quantum Teaching
mempengaruhi hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng. Dibuktikan dengan perbedaan yang signifikan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan model Quantum Teaching.
Kata Kunci : Model Quantum Teaching, hasil belajar pengetahuan prosedural siswa
(5)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
(6)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8
A. Kajian Pustaka ... 8
1. Model Quantum Teaching ... 8
2. Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa ... 16
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 20
B. Penelitian yang Relevan ... 26
C. Kerangka Pemikiran ... 27
D. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
(7)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Metode Penelitian ... 32
D. Definisi Operasional Variabel ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 36
G. Teknik Pengumpulan Data ... 41
H. Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51
2. Hasil Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa ... 51
3. Hasil Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa ... 72
4. Keterlaksanaan Model Quantum Teaching ... 84
B. Pembahasan ... 85
1. Penggunaan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran IPA tentang gaya magnet di Kelas V SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis ... 85
2. Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Gaya Magnet di Kelas V antara Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 86
3. Pengaruh Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada Pembelajaran IPA tentang Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
(8)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 95 RIWAYAT HIDUP
(9)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa . 35 Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Soal ... 37 Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal ... 39 Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 41 Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan
Prosedural Siswa Tentang Gaya Magnet ... 41 Tabel 3.6 Rambu-rambu Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan
Prosedural Siswa ... 44 Tabel 3.7 Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa ... 44 Tabel 3.8 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 45 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural dan
Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
pada Kelas Kontrol ... ... 52 Tabel 4.2 Rekapitulasi Tingkat Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural
Kelas Kontrol ... 54 Tabel 4.3 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar
pada Kelas Kontrol ... 55 Tabel 4.4 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menunjukkan sifat-sifat magnet ... 55 Tabel 4.5 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kekuatan gaya magnet
melalui percobaan ... 56 Tabel 4.6 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator mengelompokkan benda-benda yang bersifat
magnetis dan non magnetis ... 57 Tabel 4.7 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menunjukkkan kutub magnet senama dan tidak senama .. 58 Tabel 4.8 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
(10)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator menentukan letak kekuatan gaya magnet ... 59 Tabel 4.9 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menentukan kekuatan gaya magnet dalam
menembus beberapa benda melalui percobaan ... 59 Tabel 4.10 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam
kehidupan sehari-hari ... 60 Tabel 4.11 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menjelaskan cara membuat magnet ... 61 Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural dan
Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada
Kelas Eksperimen ... . 63 Tabel 4.13 Rekapitulasi Tingkat Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural
Kelas Eksperimen ... 64 Tabel 4.14 Interval dan Kategori Jumlah Siswa yang Menjawab Benar
Pada Kelas Eksperimen ... 65 Tabel 4.15 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menunjukkan sifat-sifat magnet ... 65 Tabel 4.16 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
perbedaan kekuatan gaya magnet melalui percobaan ... 66 Tabel 4.17 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator mengelompokkan benda-benda yang bersifat
magnetis dan yang tidak magnetis ... 67 Tabel 4.18 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa
terhadap indikator menunjukkkan kutub magnet senama
dan tidak senama ... . 68 Tabel 4.19 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menentukan letak kekuatan gaya magnet ... 69 Tabel 4.20 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
(11)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menembus beberapa benda melalui percobaan ... 69 Tabel 4.21 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator memberi contoh penggunaan gaya magnet
dalam kehidupan sehari-hari ... 70 Tabel 4.22 Nilai Penguasaan Pengetahuan Prosedural Siswa terhadap
indikator menjelaskan cara membuat magnet ... 71 Tabel 4.23 Nilai Pretest, Posttest, dan Normal Gain Hasil Belajar
Pengetahuan Prosedural Siswa pada Kelas Kontrol
(12)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Alur Kerangka Berpikir ... 28 Gambar 3.1 Pola Nonequivalent Control Group Design ... 31
(13)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian ... 95
Lampiran A.1 Instrumen Soal ... 96
Lampiran A.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran 1 ... 105
Lampiran A.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran 2 ... 108
Lampiran A.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Quantum Teaching pada Pembelajaran 3 ... 111
Lampiran B Hasil Uji Instrumen ... 114
Lampiran B.1 Tabulasi Skor Uji Coba Instrumen ... 115
Lampiran B.2 Output Uji Validitas Instrumen ... 117
Lampiran B.3 Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 119
Lampiran B.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 120
Lampiran B.5 Kisi-Kisi Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa ... 121
Lampiran B.6 Uji coba Instrumen Soal ... 122
Lampiran B.7 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Quantum Teaching ... 133
Lampiran C Perangkat Pembelajaran ... 136
Lampiran C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 1 ... 137
Lampiran C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 2 ... 143
Lampiran C.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol pada Pembelajaran 3 ... 149
LampiranC.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 1 ... 155
Lampiran C.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen pada Pembelajaran 2 ... 167
(14)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran C.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
pada Pembelajaran 3 ... 179
Lampiran D Hasil Penelitian ... 190
Lampiran D.1 Nilai Pretest Siswa Kelas Kontrol ... 191
Lampiran D.2 Nilai Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 193
Lampiran D.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada tiap Indikator di Kelas Kontrol ... 195
Lampiran D.4 Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen ... 196
Lampiran D.5 Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen ... 198
Lampiran D.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada tiap Indikator di Kelas Eksperimen ... 200
Lampiran E Prosedur Dan Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS ... 201
Lampiran E.1 Langkah-langkah Uji Validitas dan Reliabilitas ... 202
Lampiran E.2 Langkah-langkah Uji Normalitas dan Homogenitas ... 204
Lampiran E.3 Langkah-langkah Uji Komparasi ... 206
Lampiran E.4 Hasil Uji Statisistik Inferensial Kelas Kontrol ... 208
Lampiran E.5 Hasil Uji Statisistik Inferensial Kelas Eksperimen ... 210
Lampiran E.6 Hasil Uji Perbedaan Rerata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 212
Lampiran F Dokumentasi ... 214
Lampiran F.1 Profil SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng ... 215
Lampiran F.2 Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya ... 218
Lampiran F.3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari UPI Kampus Tasikmalaya ... 219
Lampiran F.4 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesbang, Politik, dan Linmas ... 220
Lampiran F.5 Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kab. Ciamis ... 221
Lampiran F.6 Surat Keterangan Penelitian dari SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng ... 222
Lampiran F.7 Foto-Foto Penelitian ... 224
(15)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran G.1 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 226 Lampiran G.2 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 230 Lampiran G.3 Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kelas Kontrol ... 237 Lampiran G.4 Hasil Pretest dan Posttest Siswa
(16)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Darmojo (Samatowa, 2006:2), ‘IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya’. “IPA secara
sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta” (Mulyana,
2011:7). Iskandar (1997:14) mengemukakan bahwa “IPA ialah ilmu pengetahuan
tentang kejadian-kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen, dan induksi”. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah ilmu pengetahuan tentang fenomena alam semesta yang rasional dan obyektif berdasarkan hasill observasi, eksperimen, dan induksi. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melainkan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung.
Dalam proses pembelajaran siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Depdiknas dalam Mulyana (2011:3) menyatakan bahwa ‘Pada prinsipnya pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara melakukan yang dapat
membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam’.
Pembelajaran IPA di SD harus disajikan sesuai dengan karakteristik pendidikan IPA dan karakteristik anak yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkret. Tahap operasional kongkrit ini merupakan tahap ketiga menurut Piaget setelah tahap sensori motor dan tahap pra operasional kongkrit. Tahap operasional kongkrit berada pada anak-anak usia SD. Pada tahap ini siswa mampu berpikir logis melalui obyek-obyek kongkrit dan sulit memahami hal-hal yang yang dipresentasikan secara verbal. Carin and Sund
(17)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada tahap ini sebagian besar melalui pengalaman yang nyata’. Konsep-konsep yang rumit dan abstrak dapat lebih mudah dipahami oleh siswa manakala siswa sendiri mempraktekannya dengan benda-benda nyata sebagai upaya untuk penemuan konsep. Untuk itu, sangat penting bagi guru untuk memahami karakteristik materi, siswa, dan metodologi pembelajaran terutama pemilihan model-model pembelajaran sehingga proses pembelajaran akan lebih bervariasi, inovatif dan bermakna.
Kenyataan di lapangan, pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan model, metode atau pendekatan penyampaian informasi yang bersifat abstraksi (tekstual) dan hanya berupa transfer ilmu pengetahuan saja, fenomena-fenomena IPA yang ada di kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ajar tidak ditampilkan. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran di kelas. Guru lebih menekankan pada aspek kognitif yang bersifat ingatan. Fakta-fakta dan konsep-konsep dalam pembelajaran IPA menjadi bahan hapalan untuk siswa. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan benda-benda kongkrit masih kurang. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA dan karakteristik siswa yang berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkret. Pembelajaran seperti ini membuat siswa merasa jenuh karena hanya menerima sejumlah informasi sehingga hasil pembelajaran menjadi kurang optimal.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik pendidikan IPA, materi dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan pada pembelajaran IPA. Joyce et al (Mulyana, 2011:110) menyatakan bahwa ‘Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran yang mencakup sumber belajar, subyek pembelajar,
lingkungan pembelajar dan kurikulum’. Seorang guru harus mampu
menggunakan model pembelajaran yang tepat bagi siswa. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar
(18)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penggunaan model pembelajara dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Ketepatan seorang guru dalam memilih model pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut Suparman (Rusman, 2011:26)
“proses pembelajaran akan terasa menyenangkan jika guru mempunyai
metodologi yang jelas dan tersistematis akan pembelajaran”. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan yaitu model pembelajaran Quantum Teaching.
“Istilah Quantum pada awalnya berasal dari bidang Fisika yang bermakna sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” (DePorter, 2005: 5).
Quantum Teaching yaitu orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Model pembelajaran Quantum Teaching dalam pembelajaran, membagi unsur-unsur pembentuknya menjadi dua kategori, terdiri dari konteks dan isi. Konteks berupa penyiapan kondisi bagi penyelenggaraan pembelajaran yang berkualitas, sedangkan isi merupakan penyajian materi pelajaran. Kerangka rancangan dalam model ini terdiri dari 6
langkah, yang dikenal dengan TANDUR yaitu “Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan” (DePorter, 2005:10).
Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang memiliki asas bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkanlah dunia kita ke dunia mereka. Maksud dari asas ini menunjukkan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam memulai proses pembelajaran adalah memasuki dunia siswa, caranya dengan mengaitkan materi pelajaran yang akan diberikan dengan sebuah peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nyata mereka. Setelah kaitan terbentuk barulah guru memberikan pemahaman kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan. Dengan pengertian dan pemahaman yang lebih luas, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi baru.
(19)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model Quantum Teaching memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami secara langsung suatu fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mendapatkan kesempatan untuk mempraktekkan materi melalui benda-benda nyata, siswa dapat menemukan konsep dalam suatu pelajaran yang tentunya akan mudah dipahami oleh siswa. Pembelajaran ini mendukung pemerolehan pengetahuan prosedural karena siswa dapat mengetahui bagaimana cara melakukan sesuatu. Iskandar (1997:17) menyatakan bahwa “Mengajarkan IPA tanpa percobaan bukan lagi mengajarkan IPA melainkan bercerita tentang
IPA”. Apabila dikaitkan dengan pendapat tersebut maka penting bagi siswa untuk
mengalami sendiri fenomena-fenomena yang ada di alam semesta ini. “Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu” (Anderson dan Krathwohl, 2010:77). Proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif akan lebih bermakna sehingga siswa dapat lebih memahami fenomena alam secara mendalam.
Berdasarkan paparan tersebut, maka peneliti menerapkan model Quantum Teaching pada materi pokok gaya magnet guna meningkatkan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa terhadap materi tersebut. Penerapan ini dilakukan
dalam bentuk penelitian dengan judul, “Pengaruh Model Quantum Teaching
terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa pada Pembelajaran IPA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah proses penelitian, ruang lingkup penelitian dibatasi baik dalam hal keluasan variabel maupun sampel penelitian. Variabel model
Quantum Teaching dilihat dari keterlaksanaan model pembelajaran tersebut di kelas eksperimen. Variabel hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran IPA digunakan satu aspek yaitu pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma. Sampel yang diambil adalah siswa kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis. Siswa kelas V SDN 2 Cikoneng sebagai kelas kontrol dan siswa kelas V SDN 4 Cikoneng sebagai kelas eksperimen.
(20)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Perumusan Masalah a. Identifikasi Masalah
Dari sejumlah masalah pembelajaran IPA yang diutarakan pada latar belakang masalah, peneliti mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan, diantaranya:
1) Pembelajaran IPA hanya mentransfer sejumlah fakta dan konsep. 2) Pada umumnya guru masih menggunakan pembelajaran konvensional.
3) Guru belum memiliki pemahaman yang utuh tentang model pembelajaran
Quantum Teaching.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model Quantum Teaching terhadap
hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang Gaya Magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis”.
4. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng?
b. Bagaimana hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng?
c. Bagaimana perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng?
d. Bagaimana pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng?
(21)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Model Quantum Teaching
terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
Adapun secara rinci, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng.
2. Mengetahui hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
4. Mengetahui pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
Dapat memberikan kontribusi sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan terutama pada pembelajaran IPA.
(22)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Bagi Guru
Sebagai sumber informasi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan masukan yang positif dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran. c. Bagi Siswa
Dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan belajar IPA secara aktif, kreatif dan menyenangkan.
d. Bagi Peneliti
Dapat memberikan sumbangan dan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penulisan penelitian yang dikira masih kurang dan bisa jadi bahan referensi.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Gambaran lebih jelas mengenai struktur organisasi skripsi atau sistematika penulisan skripsi dijelaskan sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab I berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
Bab II berisi kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka memberikan penjelasan tentang model
Quantum Teaching, hasil belajar pengetahuan prosedural siswa, dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab III berisi penjabaran yang lebih rinci mengenai metode penelitian seperti lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV terdiri dari dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan.
5. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
(23)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel/Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. SDN 2 Cikoneng terletak di Jln. Raya Cikoneng No. 146 Mandalika Cikoneng Ciamis dan SDN 4 Cikoneng terletak di Dusun Pasarsaptu Cikoneng Ciamis.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:117),“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Menurut Margono (2010:118), ”Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”. Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu tertentu untuk dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulan setelah penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD pada Gugus 1 Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2012/2013. Gugus 1 terdiri dari SDN 1 Cikoneng, SDN 2 Cikoneng, SDN 3 Cikoneng, SDN 4 Cikoneng, SDN 1 Gegempalan, dan SDN 2 Gegempalan.
Sementara “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, 2006: 131). Margono (2010:121), “Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Jadi sampel merupakan bagian dari anggota populasi yang digunakan untuk penelitian. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili) karena apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Jenis sampel yang digunakan oleh peneliti adalah
(24)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2009:124). Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng yang berjumlah 65 orang. SDN 2 Cikoneng ditetapkan sebagai kelas kontrol dengan jumlah 31 orang, sedangkan SDN 4 Cikoneng ditetapkan sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 34 orang. Peneliti memiliki pertimbangan dalam menggunakan sampel penelitian yaitu karakteristik sekolah, prestasi yang diperoleh kedua sekolah dasar tersebut dianggap sama, dan rekomendasi dari pihak yang memiliki otoritas di daerah tersebut.
B.Desain Penelitian
Jenis desain metode penelitian dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya saja pada desain ini kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak dipilih secara random. Kedua kelas ini diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
pretest yang baik bila nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Pola Nonequivalent Control Group Design dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 3.1: Pola Nonequivalent Control Group Design
Keterangan:
O1 dan O3 : Tes awal sebelum perlakuan (Pretest) O2 dan O4 : Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)
X1 : Perlakuan (Treatment) menggunakan model Quantum Teaching
X2 : Perlakuan (Treatment) menggunakan model konvensional
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
E O1 X1 O2
(25)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
prosedural siswa tentang gaya magnet sebelum pembelajaran (O1 dan O3 ). Sedangkan posttest adalah mengukur hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet setelah pembelajaran (O2 dan O4). Pretest dan posttest dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk pretest dilakukan di awal pertemuan pertama saja, sedangkan posttest dilakukan di akhir setiap pertemuan pembelajaran.
C.Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:3), “Metode penelitian diartikan sebagai cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan” (Sugiyono, 2009:107).
Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimental (eksperimen semu) jenis Nonequivalent Control Group Design. Dikatakan eksperimen semu karena dalam hal ini variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap hasil penelitian tidak dikontrol. Pemilihan metode ini didasarkan pada alasan bahwa pada penelitian ini tidak dilakukan randomisasi sampel serta sulitnya mendapatkan kelompok kontrol pada penelitian yang melibatkan perilaku siswa dalam kelas yang benar-benar mampu mengontrol variabel-variabel luar. Penelitian Quasi Experimental (eksperimen semu) ini melibatkan dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
Quantum Teaching, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan yaitu kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model konvensional. Pembelajaran di kelas kontrol disesuaikan dengan pembelajaran yang umumnya dilakukan oleh guru tersebut pada kegiatan pembelajaran sehari-hari.
(26)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Sugiyono (2009:61) “variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Arikunto (2010 : 161) “variabel adalah obyek penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.”
Variabel-variabel dalam penelitian antara lain: 1. Variabel bebas/independent variable.
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab” (Arikunto, 2010 : 169). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Quantum Teaching.
2. Variabel terikat/dependent variable.
“Variabel terikat adalah akibat atau variabel yang dipengaruhi” (Arikunto, 2010:169). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA.
Penjelasan istilah variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: a. Model Quantum Teaching
Yaitu model pembelajaran yang mengorkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Tahap-tahap dalam model Quantum Teaching yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Quantum Teaching digunakan perangkat pembelajaran untuk kelas V materi gaya magnet. b. Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2006:68). Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Hasil belajar pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan tentang keterampilan
(27)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam bidang tertentu, dan pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. Dalam hal ini peneliti mengambil satu aspek saja yaitu pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik siswa di sekolah dasar dan memperhatikan keluasan variabel.
Dimensi proses kognitif menurut Anderson dan Krathwohl (2010:100) mencakup mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), mencipta (create). Dalam penelitian ini dimensi proses kognitif yang digunakan yaitu mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan (apply). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan prosedural berupa tes objektif sebanyak 25 butir soal untuk kelas V materi gaya magnet. Tes yang dilaksanakan ini berupa pretest dan posttest. Soal pretest sama dengan soal
posttest. Untuk pretest dilakukan di awal pertemuan pertama saja, sedangkan
posttest dilakukan di akhir setiap pertemuan pembelajaran.
E.Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:148) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati”. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Berikut dijelaskan macam-macam instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Instrumen Penelitian Utama/Primer
Instrumen penelitian utama/primer pada penelitian ini berupa soal tes hasil belajar pengetahuan prosedural siswa kelas V semester 2 tentang gaya magnet dalam bentuk tes objektif. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada ranah kognitif. Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3) yang terdiri dari berbagai soal yang memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda serta disesuaikan dengan indikator pembelajaran.
(28)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Butir soal instrumen ini dipilih dari 30 soal setelah terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas soal. Adapun kisi-kisi instrumen hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Domain
Kognitif No. Soal
(a) (b) (c) (d) (e)
Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Mendeskripsikan hubungan antara Gaya Magnet, gerak dan energi melalui percobaan (Gaya gravitasi, Gaya gesek, Gaya magnet) 1) Menunjukkan sifat-sifat magnet.
CI 5, 13, 17, 19, 2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kekuatan gaya magnet melalui percobaan.
C2 6, 18, 20
3) Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.
C2 9, 23
4) Menunjukkkan kutub magnet senama dan tidak senama.
C1 7, 11, 14,
5) Menentukan letak kekuatan gaya magnet.
C2 15, 22, 24
6) Menentukan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.
C2 10, 21
7) Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.
C2 1, 4, 12, 25
(29)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemberian skor tiap soal, jika dijawab benar diberi skor satu (1) dan jika salah menjawab diberi skor nol (0).
2. Instrumen Penelitian Pendukung/Sekunder
Instrumen penelitian pendukung/sekunder pada penelitian ini yaitu lembar
observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model
Quantum Teaching. Instrumen ini berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar, sedangkan guru kelas V SDN 4 Cikoneng bertindak sebagai observer. Lembar observasi mengenai keterlaksanaan model pembelajaran ini didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing yang kemudian dijelaskan pada observer. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan pengujian keterlaksanaan model Quantum Teaching sebagaimana ditunjukkan pada lampiran B.7.
3. Instrumen Pengembangan Bahan Ajar
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti membuat instrumen pengembangan bahan ajar untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.Hal ini bertujuan agar guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik. Untuk kelas eksperimen instrumen pengembangan bahan ajar adalah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dalam pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching. Sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan RPP yang diupayakan sama seperti yang ada selama ini. Adapun materi yang dipilih adalah materi kelas V yaitu pokok bahasan tentang gaya magnet.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Langkah selanjutnya setelah pembuatan instrumen soal tes selesai adalah pengujian instrumen soal tes. Uji instrumen ini dilaksanakan terhadap 55 siswa
(30)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
V SDN 3 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis. Sekolah yang diambil untuk uji instrumen ini diasumsikan memiliki kualitas yang sama dengan sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel sehingga layak digunakan dalam penelitian.
1. Uji Validitas Instrumen Soal
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen” (Arikunto, 2006:168).Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur. Jadi uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehinggga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item. Validitas item ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil penghitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak. Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan Program SPSS 16.0 dengan langkah-langkah sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.1.
Adapun rekapitulasi hasil pengujian validitas soal tes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Soal No. Item
Pertanyaan r tabel r hitung Keterangan
a b c d
1 0,266 0,319 Valid
2 0,266 0,539 Valid
3 0,266 0,478 Valid
4 0,266 0,292 Valid
5 0,266 0,389 Valid
6 0,266 0,472 Valid
7 0,266 0,338 Valid
(31)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
(32)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 0,266 0,318 Valid
10 0,266 0,260 Tidak Valid
11 0,266 0,443 Valid
12 0,266 0,261 Tidak Valid 13 0,266 0,224 Tidak Valid
14 0,266 0,605 Valid
15 0,266 0,453 Valid
16 0,266 0,460 Valid
17 0,266 0,403 Valid
18 0,266 0,252 Tidak Valid
19 0,266 0,405 Valid
20 0,266 0,319 Valid
21 0,266 0,343 Valid
22 0,266 0,375 Valid
23 0,266 0,488 Valid
24 0,266 0,327 Valid
25 0,266 0,527 Valid
26 0,266 0,535 Valid
27 0,266 0,546 Valid
28 0,266 0,602 Valid
29 0,266 0,514 Valid
30 0,266 0,456 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 16.0 mengenai uji validitas soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut: pada tabel r
product moment untuk N = 55 dengan taraf signifikan 5%, maka didapat nilai r tabel 0,266. Selanjutnya hasil pengujian dari jumlah soal seluruhnya yaitu sebanyak 30 soal terdapat 26 item pertanyaan yang valid dan 4 item pertanyaan tidak valid. Untuk item pertanyaanyang tidak valid, yaitu item pertanyaan nomor 10, 12, 13 dan 18. Pada penelitian ini, item pertanyaan yang tidak valid dihilangkan semua. Hal tersebut disebabkan karena indikator pembelajaran terwakili dengan item pertanyaan yang valid. Hal ini dilakukan setelah peneliti
berkonsultasi dengan pembimbing. Beliau berpendapat bahwa “item pertanyaan yang tidak valid boleh dihilangkan asalkan ada item pertanyaan lain yang valid
dan mewakili indikator pembelajaran”.
2. Uji Reliabilitas Instrumen Soal
Reliabilitas (Arikunto, 2006:178) diartikan bahwa “sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
(33)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur
obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s
Alpha yang perhitungannya menggunakan bantuan komputer pada program SPSS 16.0. Langkah-langkah uji reliabilitas pada program SPSS ditunjukkan pada lampiran E.1. Adapun rekapitulasi hasil pengujian reliabilitas soal tes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal No. Item
Pertanyaan
Nilai Cronbach's Alpha
Nilai Cronbach's Alpha
if Item Deleted Keterangan
A B c d
1 0,832 0,829 Reliabel
2 0,832 0,822 Reliabel
3 0,832 0,825 Reliabel
4 0,832 0,830 Reliabel
5 0,832 0,828 Reliabel
6 0,832 0,825 Reliabel
7 0,832 0,830 Reliabel
8 0,832 0,827 Reliabel
9 0,832 0,829 Reliabel
10 0,832 0,834 Tidak Reliabel
11 0,832 0,826 Reliabel
12 0,832 0,834 Tidak Reliabel
13 0,832 0,831 Reliabel
14 0,832 0,819 Reliabel
15 0,832 0,827 Reliabel
16 0,832 0,826 Reliabel
17 0,832 0,827 Reliabel
18 0,832 0,834 Tidak Reliabel
19 0,832 0,827 Reliabel
20 0,832 0,830 Reliabel
21 0,832 0,829 Reliabel
22 0,832 0,829 Reliabel
23 0,832 0,824 Reliabel
24 0,832 0,829 Reliabel
25 0,832 0,823 Reliabel
26 0,832 0,823 Reliabel
27 0,832 0,822 Reliabel
28 0,832 0,821 Reliabel
29 0,832 0,823 Reliabel
(34)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai uji reliabilitas, diperoleh nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebesar 0,832. Kriteria pengujian yaitu bila ada butir atau item pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Cronbach’s Alpha
keseluruhan, maka butir tidak reliabel dan sebaiknya dihilangkan atau direvisi, Uyanto (2009:275). Dengan demikian terdapat 27 item pertanyaan yang reliabel dan 3 item pertanyaan yang tidak reliabel. Item pertanyaan yang tidak reliabel yaitu item pertanyaan nomor 10, 12 dan 18. Item pertanyaan yang tidak reliabel dihilangkan karena sudah terwakili indikator pembelajarannya oleh item pertanyaan lain yang sudah valid dan reliabel.
3. Taraf Kesukaran (Index Difficulty)
Daryanto, (2007:179) menyatakan bahwa,
“Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya”.
Taraf kesukaran dihitung dengan rumus: JS
B P Keterangan :
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : Jumlah seluruh Siswa peserta tes
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.Menurut Daryanto (2007:180) klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada tabel berikut.
(35)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Interpretasi Indeks Kesukaran
Indeks Tingkat
Kesukaran
0 – 0,30 sukar
0,31 – 0,70 sedang 0,71 – 1,00 mudah
Tabel 3.5
Tingkat Kesukaran Instrumen Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa Tentang Gaya Magnet
Item Soal Indeks Kesukaran Kategori Soal Item Soal Indeks Kesukaran Kategori Soal
1 0,89 Mudah 16 0,87 Mudah
2 0,67 Sedang 17 0,84 Mudah
3 0,45 Sedang 18 0,40 Sedang
4 0,87 Mudah 19 0,78 Mudah
5 0,76 Mudah 20 0,53 Sedang
6 0,67 Sedang 21 0,95 Mudah
7 0,27 Sukar 22 0,67 Sedang
8 0,60 Sedang 23 0,73 Mudah
9 0,93 Mudah 24 0,95 Mudah
10 0,45 Sedang 25 0,56 Sedang
11 0,22 Sukar 26 0,60 Sedang
12 0,35 Sedang 27 0,64 Sedang
13 0,93 Mudah 28 0,84 Mudah
14 0,58 Sedang 29 0,69 Sedang
15 0,93 Mudah 30 0,78 Mudah
Berdasarkan tabel 3.8, dari 30 soal terdapat 14 soal kategori mudah, 14 soal kategori sedang, dan 2 soal kategori sukar. Soal-soal yang dipilih, lebih dahulu diperbaiki dalam hal redaksinya, kemudian disusun menjadi satu set soal.
G.Teknik Pengumpulan Data
Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data
(36)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tes dan observasi. 1. Tes
Menurut Riduwan (2006:57), “Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok“. Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada materi gaya magnet yaitu tes objektif. Aspek kognitif yang diukur dibatasi hanya pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3). Tes ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran mulai dari tanggal 15 April sampai dengan tanggal 22 April 2013. Pembelajaran IPA pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah) sebagaimana biasanya dilaksanakan di kelas tersebut pada kegiatan pembelajaran sehari-hari sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model Quantum Teaching.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga pertemuan untuk masing-masing kelas kontrol dan eksperimen dengan alokasi waktu sebanyak 2x35 menit untuk masing-masing pertemuan. Pada pertemuan pertama indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menunjukkan sifat-sifat magnet, menunjukkan kutub magnet senama dan tidak senama, mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan non magnetis. Pada pertemuan kedua, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kekuatan gaya magnet melalui percobaan, menentukan letak kekuatan gaya magnet, dan menentukan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda. Pada pertemuan ketiga, memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan cara membuat magnet. Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama. Pretest
hanya diberikan pada pertemuan pertama, sedangkan posttest diberikan di akhir pembelajaran pada setiap pertemuan.
2. Observasi
Riduwan (2006:57) mengemukakan bahwa ”observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
(37)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelas V SDN 4 Cikoneng yang bertindak sebagai observer. Sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Observasi ini bertujuan untuk menilai keterlaksanaan model pembelajaran di kelas eksperimen. Instrumen observasi berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.
H.Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Selanjutnya data yang dihasilkan dari pengumpulan data diolah melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Persiapan
Kegiatan pada langkah persiapan ini, antara lain: mengecek kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek isian data.
2. Pengelompokkan Data
Pengelompokkan data ini dilakukan berdasarkan variabel dan jenis instrumen. Pada saat pengelompokkan data dilakukan juga pengecekan terhadap semua data yang telah dikumpulkan.
3. Tabulasi
Kegiatan pada langkah tabulasi ini, antara lain: pemberian skor, menghitung skor dari setiap jawaban baik pada pretest maupun posttest, dan mentabulasikan data ke dalam tabel. Karena soal yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda, maka pemberian skor tiap soal, jika menjawab benar diberi skor satu (1) dan jika menjawab salah diberi skor nol (0). Setelah perhitungan skor baik pada pretest maupun posttest selesai maka dilanjutkan dengan menghitung normal gain.
4. Analisis Statistik
Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan, antara lain: a. Analisis Deskriptif
Analisis data secara statistik deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab atau menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan:
(38)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di SDN 2 Cikoneng.
2) Deskripsi hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching di SDN 4 Cikoneng.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti hanya mendeskripsikan bagaimana hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajarn konvensional dan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model Quantum Teaching baik pada
pretest maupun posttest. Kategori pencapaian hasil belajar pengetahuan prosedural siswa didasarkan pada interval kategori hasil belajar menurut Rahmat dan Solehudin (Tresna, 2012:66) dengan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 3.6
Rambu-rambu Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa
No. Rambu-rambu Interval Nilai Kategori
1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi 2. ideal + 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. ideal - 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 0,5 Sideal Sedang 4. ideal - 1,5 Sideal ≤ X < ideal - 0,5 Sideal Rendah 5. X < ideal - 1,5 Sideal Sangat Rendah Penjelasan: ideal = Xideal ; Sideal = ideal
Untuk pretest dan posttest Xideal (nilai ideal) = 100, ideal = 50, dan Sideal = 16,7. Dengan demikian (setelah dilakukan pembulatan desimal) interval kategori hasil belajar pengetahuan prosedural adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7
Interval Kategori Hasil Belajar Pengetahuan Prosedural Siswa No. Interval Nilai Kategori Hasil Belajar
Pengetahuan Prosedural
1. X ≥ 75 Sangat Tinggi
(39)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(lanjutan)
3. 40 ≤ X < 60 Sedang
4. 25 ≤ X < 40 Rendah
5. X < 25 Sangat Rendah
Untuk keperluan analisis kualitas peningkatan hasil belajar pengetahuan prosedural dilakukan perhitungan normal gain terhadap perbedaan antara nilai
posttest dan nilai pretest. Rumus normal gain (Ngain) menurut Meltzer (Nurramdani, 2012:62) adalah sebagai berikut.
Normal Gain =
Adapun interpretasi efektifitas dari Ngain menurut Arikunto (Nurramdani, 2012:62), yaitu:
Tabel 3.8
Kategori Interpretasi Normal Gain
Normal Gain Tafsiran
< 0,40 Tidak efektif
0,40 – 0,55 Kurang efektif
0,56 – 0,75 Cukup efektif
> 0,76 Efektif
Gain adalah selisih antara nilai posttest dengan pretest, gain menunjukkan peningkatan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Sering sekali terjadi permasalahan pada dua kelas (misalnya kelas kontrol dan kelas eksperimen), diperoleh pada kelas kontrol nilai gain tinggi sedangkan pada kelas eksperimen nilai gain rendah. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen nilai gain rendah, karena nilai pretest dan posttest sama-sama tinggi sedangkan pada kelas kontrol nilai posttest siswa sangat tinggi dan nilai pretest siswa sangat rendah. Jika gain kedua kelas ini dibandingkan, maka didapatkan kesimpulan kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen.
(40)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok ini sudah berbeda. Untuk menghindari bias penelitian seperti ini digunakan normal gain. Normal gain adalah perbandingan antara selisih nilai post tes dengan nilai pre test dan selisih nilai ideal dengan nilai pre test. Normal gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa kelas kontrol tentang gaya magnet antara pretest
dengan posttest, mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa kelas eksperimen tentang gaya magnet antara pretest dengan posttest, mengetahui perbedaan pretest siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang gaya magnet, mengetahui perbedaan posttest siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang gaya magnet, dan mengetahui perbedaan efektivitas pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang gaya magnet. Uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pretest dengan posttest baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum apakah hasil belajar pengetahuan prosedural tentang gaya magnet setelah pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar pengetahuan prosedural tentang gaya magnet sebelum pembelajaran.
Sedangkan uji hipotesis untuk mengetahui perbedaan pretest, posttest, dan efektivitas pembelajaran siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen tentang gaya magnet dilakukan terhadap hipotesis kerja untuk pertanyaan
penelitian: “Adakah perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng?”
(41)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hipotesis nol (H0):
Tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
Hipotesis alternatif (H1):
Ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model
Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng.
Untuk menguji hipotesis tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi
Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengolahan data yang akan digunakan. Apakah data yang diperoleh diolah dengan parametrik, atau dengan non parametrik.
a. Uji Normalitas
‘Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak’, Priyatno (Nurramdani, 2012:62). Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data dianalisis menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0. dengan Uji kolmogorov-smirnov. Langkah-langkah penggunaan program SPSS 16.0 untuk menguji normalitas sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran E.2.
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan hipotesis.
(42)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Jika signifikansi yang diperoleh >a, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
5) Jika signifikansi yang diperoleh <a, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto, 2006:321). Pada penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0, langkah-langkah pengujian sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran E.2.
Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas adalahdengan memperhatikan bilangan pada (Sig.) Based on Mean. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis.
2) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. 3) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
4) Jika signifikansi yang diperoleh >a, maka variansi setiap sampel sama (homogen).
5) Jika signifikansi yang diperoleh <a, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).
2. Uji Hipotests Statistik
Uji hipotesis statistik terdiri dari uji komparasi dan uji hipotesis statistik penelitian. Uji komparasi dan uji hipotesis statistik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
a. Uji Komparasi
Uji komparasi dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas data. Peneliti menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 untuk mentabulasi data dan SPSS 16.0 untuk melakukan analisis komparasi. Uji komparasi ini
(43)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
prosedural siswa pada kelas kontrol dengan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini untuk mengetahui perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen menggunakan uji Paired Samples T Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan rerata pretest kelas kontrol dengan rerata pretest kelas eksperimen, perbedaan rerata posttest kelas kontrol dengan rerata posttest kelas eksperimen, dan perbedaan rerata normal gain kelas kontrol dengan rerata normal gain kelas eksperimen menggunakan uji Independent Sample T-Test.
Langkah-langkah uji Paired Samples T Test dengan program SPSS 16.0
sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.3. Kemudian cara mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata pretest dengan rerata posttest pada kelas kontrol dan eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis.
2) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. 3) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.
4) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
5) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest dengan rerata nilai posttest.
Langkah-langkah uji Independent Sample T-Test dengan program SPSS 16.0
sebagaimana ditunjukkan pada lampiran E.3. Cara mengetahui ada tidaknya perbedaan rerata nilai pretest kelas kontrol dengan rerata nilai pretest kelas eksperimen adalah dengan memperhatikan bilangan pada Sig. (2-tailed). Untuk menetapkan ada tidaknya perbedaan itu digunakan pedoman sebagai berikut: a) Menentukan Hipotesis
b) Menentukan taraf signifikansi. Nilai a adalah 0,05. c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh. d) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka H0 ditolak. e) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka Ha diterima.
(44)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian tentang pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA ditetapkan sebagai berikut :
1) Hipotesis nol (H0): tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng. H0: µ1 = µ2
2) Hipotesis alternatif (H1):terdapatperbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng. H1: µ1 ≠ µ2
(1)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik pada penelitian tentang pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA ditetapkan sebagai berikut :
1) Hipotesis nol (H0): tidak ada perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng. H0: µ1 = µ2
2) Hipotesis alternatif (H1):terdapatperbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng. H1: µ1≠ µ2
(2)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet sebelum pembelajaran berada pada kategori sedang, dan setelah pembelajaran berada pada kategori tinggi. Efektivitas pencapaian hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng berada pada kategori tidak efektif.
2. Hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet sebelum pembelajaran berada pada kategori sedang, dan setelah pembelajaran berada pada kategori sangat tinggi. Efektivitas pencapaian hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet dengan menggunakan model Quantum Teaching di kelas V SDN 4 Cikoneng berada pada kategori cukup efektif.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar pengetahuan prosedural siswa tentang gaya magnet antara pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional di kelas V SDN 2 Cikoneng dengan pembelajaran IPA yang menggunakan model Quantum Teaching kelas V SDN 4 Cikoneng . Hal ini dibuktikan dari hasil uji-t terhadap rerata normal gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hasilnya menunjukan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata normal gain kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
4. Terdapat pengaruh yang positif model Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng. Adanya pengaruh ini dilihat dari hasil uji perbedaan rata-rata normal gain antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
(3)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Dengan terjawabnya pertanyaan penelitian yang merupakan uraian dari
rumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model
Quantum Teaching terhadap hasil belajar pengetahuan prosedural siswa pada pembelajaran IPA tentang gaya magnet di kelas V SDN 2 Cikoneng dan SDN 4 Cikoneng Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran dari peneliti diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengatasi situasi yang membosankan dalam pembelajaran di sekolah, sebaiknya guru menggunakan berbagai strategi, model, metode, maupun media yang tepat. Pemilihan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan model yang tepat akan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan sesuai dengan target yang hendak dicapai.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar lebih aktif sehingga siswa akan memiliki pengalaman dalam memahami suatu konsep. Pengalaman yang diperoleh secara langsung dapat tertanam lebih lama dalam ingatan siswa.
3. Guru hendaknya menambah wawasan tentang inovasi pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran di kelas lebih inovatif dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di masyarakat.
4. Hasil penelitian membuktikan bahwa model Quantum Teaching cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran IPA tentang gaya magnet. Dengan demikian, model Quantum Teaching dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran IPA sehingga membuat siswa termotivasi untuk giat belajar. 5. Karena keterbatasan penelitian, maka disarankan untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut dan mendalam dengan persiapan, instrumen, dan metodologi penelitian yang lebih baik agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan akurat.
(4)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. (2010). Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Atrianti, Reti. (2010). Penggunaan Pendekatan TANDUR untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Mendemonstrasikan Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdiknas
Daryanto. (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Deporter, Mark R., Sarah S.N. (2005). Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruamg-ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Deporter, Mike Hernacki. (2007). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa
Hamid, S. (2011). Metode Edutainment. Yogyakarta: Diva press
Hendra, Surya. (2011). Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo
Iriani, Iin. (2012). Model Pembelajaran Quantum Teaching. [Online]. Tersedia:
http://arianiiin.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-quantum-teaching_20.html.[02 Mei 2012]
Iskandar, Srini. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud
Khalifah, Izzat Iwadh. (2004). Kiat Mudah Mendidik Anak. Jakarta: Pustaka Qalami
Krisnasari. Selvy, (2010). Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V tentang Gaya Gesek di SDN Parangargo 1 Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. UAP. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang
(5)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurniawan, A. (2012). Cara Membuat Magnet Sederhana.[Online]. Tersedia:http//ansharikurniawan23.blogspot.com.[31 Desember 2012]
Kuswana, W.S. (2012). Taksonomi Kognitif. Remaja Rosdakarya: Bandung
Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Menik. (2011). Belajar Kemagnetan. [Online].
Tersedia:http//menikmagnet.blogspot.com/2011_12_01_archive.html.[01 Mei 2013]
Mulyana, E.H. (2011). Pendidikan dan Pembelajaran IPA di SD. Bandung: Upi Kampus Tasikmalaya
Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ngainun, Naim. (2011). Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Nurramdani, Handy Aprilia. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif Terhadap Penguasaan Konsep Siswa Tentang Peristiwa Alam Pada Pembelajaran IPA di Kelas V Sdn 7 Ciamis Kabupaten Ciamis. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan
Pujiariani, A. (2011). Gaya Magnet.[Online]. Tersedia:http//www.artikel-kependidikan.blogspot.com/2011/09/gaya-magnet.html.[30Desember 2012].
Riduwan. (2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Riduwan.(2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo
Saepuloh. (2008). Penggunaan Metode Quantum Teaching untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Belajar IPS di Sekolah Dasar. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan
Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud
Sanjaya, Wina. (2008). Perencanaan dan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup
Sari, Noviana. (2012). Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Pingit Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.
(6)
Melliani, 2013
PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHINGTERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN PROSEDURAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skripsi pada Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Yogyakarta
Siregar, Sofyan. (2011). Statistik Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD). Bandung: Alfabeta
Suryaningsih, Intan. (2012). Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Operasi Bilangan Bulat. Skripsi pada FIP PGSD Bumi Siliwangi
Suyono dan Haryanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tresna, F.R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Pendekatan Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA. Skripsi pada FIP UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Wahab, A.A. (2012). Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta
Wena, M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer:suatu tinjauan konseptual. Jakarta: Bumi Aksara
Uyanto, Stanislaus. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.