PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN FISIKA.

(1)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh:

ERLINA MEGAWATI NIM. 0905913

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA

PEMBELAJARAN FISIKA

Oleh Erlina Megawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Erlina Megawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Halaman Pengesahan Skripsi

ERLINA MEGAWATI

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA

PEMBELAJARAN FISIKA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Purwanto, MA NIP . 195708231984031001

Pembimbing II

WinnyLiliawati, S.Pd, M.Si NIP . 197812182001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr.Ida Kaniawati, M.Si. 196807031992032001


(4)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA DALAM PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN

FISIKA Erlina Megawati

NIM. 0905913

PembimbingI : Drs. Purwanto, MA. PembimbingII : Winny Liliawati, S.Pd., M. Si.

JurusanPendidikanFisika, FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Pembelajaran Fisika pada umumnya masih bersifat teacher center, siswa pasif, kemampuan inkuiri, dan kemampuan berpikir logis siswa tidak terlatih. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Badan Standar Nasionl Pendidikan (BSNP) yang menyatakan bahwa pembelajaran Fisika harus dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk dapat melatihkan kemampuan siswa dalam berinkuiri dan berpikir logis. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui profil kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa melalui penerapan levels of

inquiry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan desain

penelitian one-shot case study. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di Salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang berjumlah 30 orang. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik purposive sample. Kemampuan inkuiri siswa diukur dengan menggunakan rubrik penilaian deskriptif kemampuan inkuiri siswa. Sedangkan kemampuan berpikir logis siswa diukur dengan menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT). Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan inkuiri siswa telah mencapai kategori terampil dengan perolehan IPK rata–rata 80,93%. IPK untuk level discovery learning, interactive

demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry masing-masing 83,2%,

77,22%, 88.83, 78,125%, dan 77,29%. Sedangkan dari data skor TOLT diketahui bahwa kemampuan berpikir logis siswa dominan berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Kata kunci: Levels of Inquiry, Kemampuan Inkuiri, Kemampuan Berpikir Logis,


(5)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PROFILE OF INQUIRY AND LOGICAL THINKING SKILLS IN LEVELS OF INQUIRY IMPLEMENTATION ON PHYSICS

LEARNING Erlina Megawati

NIM. 0905913

Adviser I : Drs. Purwanto, MA. Adviser II : Winny Liliawati, S.Pd., M.Si. Physics Education Department, FPMIPA-UPI

ABSTRACT

As long as character of physics learning is teacher center, students learned passively, inquiry and logical thinking skills are not trained. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) states that physic learning should be carried out scientifically to develop the inquiry and logical thinking skills. Therefore the research is done by applying levels of inquiry in physic learning. The purpose of this research is to know the high school students profile’s inquiry and logical thinking skills. The method used is descriptive method with one-shot case study as research design. Sample of this research is 30 students of class X in one of senior high school at Bandung. Sampel of this research was taken by purposive sample technique. The inquiry skills were measured using descriptive assessment rubric and logical thinking skills were measured using Test of Logical Thinking (TOLT). The result of this research shows students inquiry skills has been achieved competent category with Indeks Prestasi Kelompok (IPK) is 80,93%. IPK at discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, and hypothetical inquiry seeded are 83,2%, 77,22%, 88,83%, 78,125%, dan 77,29%. While TOLT scores shows that majority students have been achieved concrete operational thinking skills stage.


(6)

vi

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Batasan Masalah...5

D. Variabel Penelitian ...6

E. Definisi Operasional...6

F. Tujuan Penelitian ...7

G. Manfaat Penelitian ...8

H. Struktur Organisasi Skripsi ...8

BAB II KAJIAN TEORI ...9

A. Levels of Inquiry ...9

B. Kemampuan Inkuiri ...19

C. Kemampuan Berpikir Logis ...21

D. Hubungan Level of Inkuiri, Kemampuan Inkuiri, dan Kemampuan Berpikir Logis ...28

E. Materi Pembelajaran pada Setiap Level Inkuiri ...31

BAB III METODE PENELITIAN ...34

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ...34

B. Metode dan Desain Penelitian ...34


(7)

vii

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian...37

E. Teknik Pengumpulan Data ...40

F. Teknik Analisis Data ...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...43

A. Pelaksanaan Penelitian ...43

B. Keterlaksanaan Levels of Inquiry dalam Pembelajaran ...44

C. Kemampuan Inkuiri Siswa ...46

D. Kemampuan Berpikir Logis Siswa ...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...82

A. Kesimpulan ...82

B. Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA ...84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...87

A. Studi Pendahuluan ...87

B. Perangkat Pembelajaran ...93

C. Instrumen Penelitian...104

D. Analisis Data ...115


(8)

1

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu berbagai fenomena alam secara sistematis. Dengan demikian dalam pembelajaran Fisika, siswa tidak hanya harus menguasai dan memahami konsep, fakta, prinsip, atau fenomena alam saja tetapi juga menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam suatu proses penemuan pengetahuan. Dengan melibatkan siswa dalam proses penemuan pengetahuan berarti melatih kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa. Kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis merupakan kemampuan yang wajib dimiliki siswa SMA yang telah belajar IPA. Hal ini mengacu pada Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diantaranya menyatakan bahwa lulusan SMA hendaknya dapat menunjukan kemapuan berpikir logis dan mampu melakukan penyelidikan ilmiah atau berinkuiri dalam upaya pemecahan masalah. Oleh karena itu pembelajaran Fisika harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melatih kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa.

Salah satu cara untuk melatih kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa adalah dengan menerapkan inkuiri dalam pembelajaran Fisika. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa pembelajaran Fisika harus dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk melatih kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa.

Kemampuan inkuiri yang wajib dimiliki siswa tidaklah sedikit melainkan terdiri dari serangkaian kemampuan mulai dari kemampuan paling dasar sampai kemampuan paling tinggi. Oleh karena itu guru harus dapat


(9)

2

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan tepat memilih inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran sehingga dapat dengan tepat pula melatih kemampuan siswa dalam berinkuiri. Jika siswa masih belum terbiasa berinkuiri maka akan lebih baik jika melatihkannya mulai dari kemampuan paling dasar sampai kemampuan paling tinggi. Dengan demikian akan lebih mudah bagi siswa untuk mempelajari tiap-tiap kemampuan inkuiri tersebut. Selain itu penentuan penerapan inkuiri yang tepat juga akan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir logis dan membantu siswa memperoleh pemahaman dari suatu pengetahuan secara utuh.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika harus dilaksanakan dengan menerapkan inkuiri yang tepat agar dapat melatih dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berinkuiri dan berpikir logis. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih inkuiri yang akan diterapkan maka ada hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan yaitu karakteristik dari jenis inkuiri itu sendiri, kemampuan berpikir siswa, dan besar kecilnya peranan siswa dan guru dalam pembelajaran.

Penjelasan di atas merupakan suatu teori tentang bagaimana pembelajaran Fisika yang baik dan ideal. Akan tetapi kondisi ideal tersebut tidak ditemukan saat dilakukan studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Dari studi pendahuluan yang dilakukan melaui observasi dan wawancara dengan guru Fisika di sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa pembelajaran Fisika di sekolah ini masih menggunakan metode ceramah dan berpusat pada guru. Keterbatasan waktu pembelajaran dan banyaknya jumlah materi yang harus disampaikan menjadi alasan mengapa guru lebih memilih menggunakan metode ceramah. Selain itu, keterbatasan alat–alat praktikum di laboratorium Fisika juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Kelemahan dari metode ceramah yang peneliti temukan dari hasil observasi adalah siswa tidak dilibatkan dalam proses penemuan pengetahuan. Hal ini tampak dari aktivitas siswa selama pembelajaran yang hanya memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran, merespon pertanyaan-pertanyaan sederhana yang tidak meuntut siswa untuk berpikir keras dan mengerjakan soal sesuai perintah guru. Selain itu peneliti tidak melihat


(10)

3

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kemampuan inkuiri siswa muncul. Dengan demikian, dari penjelasan tentang hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Fisika yang berpusat pada guru tidak melatih siswa untuk berinkuiri dan tidak mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa.

Permasalahan yang hampir sama dengan yang penulis temukan dari hasil studi pendahuluan juga ditemukan dari hasil observasi yang dilakukan Wenning pada tahun 2005. Dari hasil observasi tersebut, Wenning mengetahui bahwa pembelajaran Fisika tidak selalu dilakukan dengan inkuiri ilmiah. Kalaupun inkuiri diterapkan dalam pembelajaran justru menimbulkan permasalahan baru yaitu siswa tidak memperoleh pengetahuan secara utuh dan kemampuan inkuiri siswa yang tidak terlatih dengan baik. Hal ini dikarenakan guru belum memahami bagaimana cara penerapan inkuiri yang baik dalam suatu pembelajaran. Sering kali guru tidak memperhatikan kesesuaian inkuiri yang diterapkan dengan kemampuan berpikir siswa dan tidak mempertimbangkan akan seberapa besar peranan guru dan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, Wenning memperkenalkan levels of inquiry sebagai suatu solusi atas permasalahasn tersebut.

Wenning pertama kali memperkenalkan levels of inquiry dalam jurnalnya yang berjudul “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes” yang diterbitkan pada tahun 2005. Selanjutnya jurnal tersebut mengalami beberapa kali revisi dan revisi terbaru

diterbitkan pada tahun 2011 dengan judul “The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”. Dalam jurnal tersebut, Wenning menjelaskan bahwa dalam

levels of inquiry terdapat lima level inkuiri yaitu dimulai dari level terendah discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan level tertinggi yaitu hypothetical inquiry. Urutan level tersebut didasarkan pada

adanya pergeseran pihak pengontrol pembelajaran dari guru ke siswa dan perbedaan tingkat kemampuan intelektual siswa. Dalam jurnal terbitan tahun 2010 yang berjudul “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science” Wennng menjelaskan bahwa kemampuan inkuiri ada lima tingkatan yaitu kemampuan paling dasar, kemampuan dasar,


(11)

4

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kemampuan menengah, kemampuan terpadu, dan kemampuan lanjutan. Setiap

level inkuiri fokus untuk melatih satu tingkat kemampuan inkuiri tertentu.

Kemampuan inkuiri yang tidak menjadi fokus dalam satu level inkuiri, berarti kemampuan tersebut telah dilatih pada level sebelumnya sehingga tinggal dikembangkan lagi pada level inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran atau kemampuan inkuiri tersebut merupakan kemampuan yang menjadi fokus pada

level inkuiri yang lebih tinggi dibanding level inkuiri yang diterapkan sehingga

hanya diperkenalkan saja pada siswa. Dengan demikian pembelajaran dengan menerapkan level inkuiri tertentu dirancang sesuai dengan fokus kemampuan inkuiri yang dilatihkan pada siswa.

Dari uaraian di atas maka penulis beranggapan bahwa levels of inquiry bisa menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan yang ditemukan dari hasil studi pendahuluan. Dengan menerapkan levels of inquiry dalam pembelajaran, siswa yang belum terbiasa berinkuiri akan dilatih kemampuan inkuirinya dari mulai kemampuan paling dasar hingga kemampuan paling tinggi. Selain itu melalui penerapan levels of inquiry juga diharapkan dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik dan hendak melakukan penelitian terhadap kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa SMA dengan mengambil judul penelitian “Profil Kemampuan Inkuri dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA dalam Penerapan Levels of Inquiry pada Pembelajaran Fisika”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimana profil kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa SMA dalam penerapan levels of inquiry pada pembelajaran Fisika?”.

Permasalahan penelitian di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(12)

5

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada setiap level inkuri dalam penerapan levels of inquiry pada pembelajaran Fisika?. 2. Bagaimana profil kemampuan berpikir logis siswa SMA dalam

penerapan levels of inquiry pada pembelajaran Fisika?.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan dengan menerapkan lima

level inkuiri yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry. Pada setiap level inkuiri yang

diterapkan terdapat sejumlah kemampuan inkuiri yang menjadi fokus untuk dilatihkan pada siswa sesuai dengan yang dijelaskan oleh Wenning (2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Kemampuan inkuiri selanjutnya menjadi salah satu variabel yang diukur dalam penelitian ini. Tetapi tidak semua kemampuan inkuiri yang dijelaskan dalam jurnal tersebut diukur dalam penelitian ini. Kemampuan inkuiri yang diukur dalam penelitian ini dibatasi untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Pada level discovery

learning diukur kemampuan siswa dalam mengamati, memperkirakan,

mengelompokkan hasil, merumuskan konsep, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil. Pada level interactive demonstration diukur kemampuan siswa dalam memprediksi, menjelaskan, memperoleh data, mengolah data, mengenali dan menganalisis penjelasan yang didapat dari demosntrasi, serta merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah. Pada level

inquiry lesson diukur kemampuan siswa dalam merancang dan melaksanakan

penyelidikan ilmiah, mengukur, membangun sebuah tabel data, mengumpulkan dan mencatat data, serta mendeskripsikan hubungan. Pada level inquiry lab diukur kemampuan siswa dalam merancang dan melaksanakan penyelidikan ilmiah, mengukur, menggunakan teknologi dan matematika selama percobaan, serta menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti dan logika. Sedangkan pada level hypothetical inquiry diukur kemampuan siswa dalam sintesis penjelasan hipotesis kompleks, menganalisis dan mengevaluasi argumen


(13)

6

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ilmiah, merevisi hipotesis dan prediksi berdasarkan bukti dari hasil percobaan, serta memecahkan masalah kompleks dunia nyata. Sedangkan kemampuan berpikir logis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahap–tahap kemampuan berpikir logis menurut teori Piaget, yaitu tahap berpikir operasional konkrit, operasional transisi, dan tahap berpikir operasional formal.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga varibel penelitian yaitu levels of

inquiry, kemampuan inkuiri, dan kemampuan berpikir logis. Ketiga variabel

tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel bebas : levels of inquiry.

2. Variabel terikat : kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis.

E. Definisi Operasional 1.Levels of Inquiry

Levels of inquiry merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran

sains yang memberikan panduan tentang urutan penerapan inkuiri dalam pembelajaran. Urutan penerapan tersebut didasarkan pada tingkat intelektual siswa dan adanya pergeseran pemegang kontrol pembelajaran dari guru ke siswa. Sesuai ketentuan tersebut maka lima level inkuiri dalam levels of

inquiry secara berurutan dari level terendah hingga level tertinggi, yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry. Dalam penelitian ini, kelima level inkuiri tersebut

diterapkan dalam pembelajaran selama empat kali pertemuan. Setiap pertemuannya diterapkan satu atau dua level inkuiri. Keterlakasanaan setiap

level inkuiri tersebut dalam pembelajaran diukur dengan menggunakan

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran levels of inquiry. Kemudian dihitung presentasi keterlaksanaannya sesuai dengan jumlah aktivitas yang terlaksana. Presentasi keterlaksanaan ini selanjutnya diinterpretasikan berdasarkan kriteria keterlaksanaan menurut Budiarti.


(14)

7

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Kemampuan Inkuiri

Kemampuan inkuiri adalah kemampuan dalam bekerja ilmiah atau kemampuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah. Dalam penelitian ini, kemampuan inkuiri siswa akan diukur pada setiap level inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran. Kemampuan inkuiri yang diukur pada setiap level inkuiri disesuaikan dengan yang telah disebutkan pada batasan masalah. Kemampuan inkuiri siswa diukur dengan menggunakan rubrik penilaian deskriptif kemampuan inkuiri. Setiap kemampuan inkuiri diberi skor minimum satu dan maksimum empat sesuai dengan kriteria dalam rubrik penilaian tersebut. Pengukuran kemampuan inkuiri siswa dilakukan oleh observer ketika pembelajaran berlangsung atau dinilai berdasarkan jawaban siswa pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Setelah dilakukan pengukuran kemudian dihitung Indeks Prestasi Kelompok (IPK) dari setiap kemampuan inkuiri dalam satu level inkuiri. IPK selanjutnya ditafsirkan menurut kriteria penafsiran IPK yang ditetapkan oleh Panggabean.

3. Kemampuan Berpikir Logis

Kemampuan berpikir logis adalah kemampuan seseorang untuk menemukan dan membuktikan suatu kebenaran melalui proses berpikir yang mengikuti logika tertentu. Tahap kemampuan berpikir logis seseorang dibedakan menjadi tahap berpikir operasional konkrit, tahap berpikir operasional transisi, dan tahap berpikir operasional formal. Kemampuan berpikir logis siswa diukur dengan menggunakan Test of Logical Thinking

(TOLT). Skor TOLT yang diperoleh siswa kemudian ditafsirkan menurut

kriteria kemampuan berpikir logis yang ditetapkan oleh Tobin dan Capie sebagai tim yang mengembangkan TOLT.

F. Tujuan Penelitian

Beradasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada setiap level inkuri dalam penerapan levels of inquiry pada pembelajaran Fisika.


(15)

8

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui profil kemampuan berpikir logis siswa SMA dalam penerapan levels of inquiry.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bukti empirik, pembanding, pendukung, atau bahkan sebagai rujukan bagi penelitian lain yang berkaitan dengan profil kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa SMA. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi pelaksanaan pembelajaran Fisika dalam upaya untuk terus meningkatkan kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa.

H. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima Bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari delapan sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masaah, variabel penelitian, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II merupakan kajian pustaka, terdiri dari lima sub bab yaitu levels of inquiry, kemampuan inkuiri, kemampuan berpikir logis, hubungan level of inkuiri, kemampuan inkuiri, dan kemampuan berpikir logis, dan materi pembelajaran pada setiap level inkuiri. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari enam sub bab, yaitu lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari empat sub bab yaitu pelaksanaan penelitian, keterlaksanaan levels of inquiry, kemampuan inkuiri siswa, dan kemamuan berpikir logis siswa. Bab terakhir yaitu bab V merupakan kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub bab yakni kesimpulan dan saran.


(16)

34

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan adanya kesesuaian materi dan waktu penelitian yang telah direncanakan dengan materi dan waktu pembelajaran yang telah ditetapkan salah satu guru Fisika di sekolah tersebut. Selain itu peneliti juga pernah melakukan studi pendahuluan tentang pembelajaran Fisika di sekolah tersebut untuk mengetahui tingkat kemampuan inkuiri siswa.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di lokasi penelitian. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas X yang berjumlah 30 siswa. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sample, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu kondisi di lokasi penelitian yang tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada. Sehingga sampel diambil dari salah satu kelas X berdasarkan rekomendasi dari guru Fisika di lokasi penelitian tanpa mengubah kelas yang sudah ada.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian berkaitan dengan serangkaian cara ilmiah yang dilakukan guna menjawab permasalahan dan mencapai tujuan dalam suatu penelitian ilmiah. Hal yang harus diperhatikan dalam penentuan metode penelitian yang akan digunakan adalah kesesuaian metode tersebut dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang hendak dicapai, yaitu mendapatkan gambaran tentang kemampuan inkuiri dan kemampuan berpikir logis siswa SMA maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang dimaksudkan untuk


(17)

35

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menyelidiki objek tertentu untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang karaktersitik atau keadaan lain dari objek tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari metode deskriptif adalah memberikan gambaran atau pemaparan dari objek yang diteliti. Dengan demikian ada kesesuaian antara tujuan penelitian yang hendak dicapai dan metode deskriptif yang digunakan.

Telah dijelaskan bahwa penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran kemampuan inkuiri dan keampuan berpikir logis siswa SMA. Untuk mendapatkan gambaran tersebut penulis menerapakan levels of inquiry dalam pemebalajaran dan kemudian dilakukan observasi terhadap kemampuan inkuiri dan dilakukan tes untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain penelitian yang digunakan adalah

one -shoot case study, yang berarti sampel diberikan satu perlakuan tertentu

dan kemudian diobservasi hasilnya. Perlakukan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan model levels of inquiry dalam pembelajaran Fisika. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil adalah kemampuan inkuiri siswa disetiap level inkuiri dan juga kemampuan berpikir logis siswa. Desain ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

X O

Gambar 3.1. Desain Penelitian One-Shoot Case Study Keterangan:

X: perlakuan (variabel independen) O: observasi (variabel dependen) C. Prosedur Penelitian

Prosedur peneltian dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir penelitian. Berikut penjelasan secara rincai dari ketiga tahap tersebut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi pustaka b. Melakukan studi lapangan. c. Merumuskan masalah


(18)

36

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk empat kali pertemuan dan membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk setiap level inkuiri.

e. Menyusun instrumen penelitian yang terdiri atas: rubrik penilaian deskriptif kemampuan inkuiri siswa; lembar observasi keterlaksanaan levels of inquiry dalam pembelajaran.

f. Pengembangan instrumen.

g. Penimbangan (judgement) instrumen oleh pakar. h. Merevisi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama empat kali pertemuan. Pada tahap ini dilakukan implementasi lima

level inkuiri. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan urutan

sebagai berikut :

a. Implementasi levels of inquiry dalam pembelajaran.

b. Observasi untuk melihat keterlaksanaan tiap-tiap level inkuiri dalam pembelajaran.

c. Observasi untuk mengukur kemampuan inkuiri siswa.

d. Pemberian TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa.

3. Tahap Akhir Penelitian

Pada tahap akhir penelitian, penulis melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan urutan berikut ini:

a. Menghitung dan menganalisis keterlaksanaan level inkuiri di setiap pertemuaanya

b. Menghitung dan menganalisis IPK setiap level inkuiri untuk mengetahui kemampuan inkuiri siswa.

c. Mengolah dan menganalisis hasil TOLT dari setiap siswa d. Menarik kesimpulan dari hasil pengolahan data


(19)

37

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Secara garis besar, tahap–tahap dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut :

Gambar 3.2. Prosedur penelitian D. Instrumen Penelitian

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan guru yang berisi tahap demi tahap mengenai aktivitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini dibuat RPP untuk empat kali pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry. RPP ini dapat dilihat pada lampiran B.1

Menjudgement instrumen Merevisi Intrumen Tahap Persiapan Merumuskan masalah Membuat perangkat pembelajaran Studi Lapanangan Studi pustaka Menyusun instrument penelitian Analisis data Kesimpulan Pengolahan data Pertemuan 1 :

Penerapan level

discovery learning dan interactive

Pertemuan 3 :

Penerapan level inquiry lab

Pertemuan 4 :

Penerapan level

hyphotetical inquir Pertemuan 2 :

Penerapan level inquiry lesson

Penerapan levels of inquiry pada pembelajaran Fisika Pelaksanaan

Penelitian


(20)

38

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Rubrik Penilian Deskriptif Kemampuan Inkuiri Siswa

Rubrik penilaian deskriptif kemampuan inkuiri siswa digunakan untuk mengukur kemampuan inkuiri siswa pada setiap level inkuiri. Rubrik ini berisi aspek-aspek kemampuan inkuri yang akan diukur pada setiap level inkuiri. Setiap aspek kemampuan inkuiri dinilai berdasarkan deskriptor–deskriptor tertentu yang dibuat oleh peneliti. Setiap aspek inkuiri diberi skor minimum satu dan maksimum empat.

Kemampuan inkuiri siswa dinilai oleh observer ketika pembelajaran berlangsung atau dinilai berdasarkan jawaban siswa pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Rubrik penilaian kemampuan inkuiri siswa terdapat pada lampiran C.2.

Kemampuan inkuiri yang dinilai oleh observer ketika pembelajaran berlangsung adalah sebagai berikut :

a. Discovery Learning

Kemampuan mengamati yang dinilai dari melakukan atau tidak melakukan pengamatan terhadap suatu fenomena; memperkirakan; mengelompokan hasil; mengkomunikasikan hasil.

b. Intercative Demonstration

Kemampuan memprediksi dan menjelaskan.

c. Inquiry Lesson

Kemampuan merancang dan melaksanakan penyelidikan ilmiah; mengukur; membangun sebuah tabel data.

d. Inquiry Lab–Guided Inquiry

Kemampuan merancang dan melaksanakan penyelidikan ilmiah; mengukur; menggunakan teknologi dan matematika selama percobaan.

e. Hypothetical Inquiry

Kemampuan sintesis penjelasan hipotesis kompolek.

Kemampuan inkuiri yang dinilai dari jawaban LKS siswa yaitu sebagai berikut:


(21)

39

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Discovery Learning

Kemampuan mengamati yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan untuk memperkuat bahwa siswa tersebut melakukan suatu pengamtan terhadap fenomena; merumuskan konsep; menarik kesimpulan.

b. Interactive Demonstration

Kemampuan memperoleh data; mengolah data; mengenali dan menganalisis penjelasan yang didapat dari demonstrasi; merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah.

c. Inquiry Lesson

Kemampuan mengumpulkan dan mencatat data; mendeskripsikan hubungan.

d. Inquiry Lab

Kemampuan menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti dan logika

e. Hipothetical Inquiry

Kemampuan menganalisis dan mengevaluasi argumen ilmiah; merevisi hipotesis dan prediksi berdasarkan bukti dari hasil percobaan; memecahkan masalah kompleks dunia nyata.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah alat yang digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain sebagai panduan, LKS juga digunakan sebagai salah satu alat ukur kemampuan inkuiri siswa. Dengan demikian LKS dibuat sesuai dengan kemampuan inkuiri yang akan diukur.

Penulis membuat lima LKS sesuai dengan jumlah level inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran. LKS yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran B.3.

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inqury

Lembar observasi ini berguna untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran serta bertujuan untuk mengetahui


(22)

40

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

apakah levels of inquiry telah diterapkan dengan baik dalam pembelajaran. Lembar observasi dengan metode chekliss ini digunakan untuk mengobservasi setiap tahapan pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian lembar observasi ini tidak lain berfungsi sebagai alat ukur keterlaksanaan levels of inquiry dalam pembelajaran. Lembar observasi ini terdapat dalam lampiran C.1.

5. Test of Logical Thinking (TOLT)

Dalam penelitian ini kemampuan berpikir logis siswa diukur dengan menggunakan Test of Logical Thinking (TOLT) standar yang telah dialih bahasa ke dalam bahasa Indonesia. TOLT adalah tes untuk mengukur kemampuan berpikir logis yang dibuat dan dikemabangkan oleh Tobin dan Capie pada tahun 1981. TOLT terdiri atas soal–soal yang mengukur lima kemampuan penalaran siswa, yaitu penalaran proporsional, pengendalian variabel, probabilistik, korelasional, dan penalaran kombinatorial. Sebelum digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir logis, TOLT telah diuji coba terlebih dahulu oleh Tobin dan Capie. Dalam Valanides (1997) dijelaskan bahwa hasil uji coba menunjukan bahwa TOLT mempunyai reliabilitas konsistensi yang tinggi yaitu (α= 0,85). E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan diperoleh tiga data yaitu data kemampuan inkuiri siswa, keterlaksanaan levels of inquiry, dan data kemampuan berpikir logis siswa. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi atau test. Berikut rincian teknik pengumpulan dalam penelitian ini:

1. Data kemampuan inkuiri siswa diperoleh dari hasil observasi oleh

observer selama pembelajaran atau dari jawaban siswa pada LKS.

2. Data keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa diperoleh dari hasil observasi selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanakan penerapan levels of inquiry.

3. Data kemampuan berpikir logis siswa diperoleh dari hasil TOLT yang dikerjakan oleh siswa.


(23)

41

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu F. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry

Keterlaksanaan levels of inquiry dalam pembelajaran dapat diketahui melalui presentasi keterlaksanaannya. Langkah–langkah dilakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah checklist yang observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan levels of inquiry.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan levels of inquiry pada setiap levelnya, dengan persamaan sebagai berikut :

c. Menginterpretasikan keterlaksanaan levels of inquiry pada setiap

level berdasarkan kriteria pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Interpretasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran No. % Kategori

Keterlaksanaan Model

Interpretasi 1. KM=0 Tidak satupun kegiatan terlaksana

2. 0<KM≤25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

3. 25<KM≤50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

4. KM=50 Setengah kegiatan terlaksana

5. 50<KM≤75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

6. 75<KM<100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana 7. KM=100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Budiarti dalam Koswara, 2010) 2. Pengolahan lembar observasi kemampuan inkuiri siswa.

Kemampuan inkuiri siswa dapat diketahui dengan menghitung Indeks Prestasi Kelompok (IPK) berdasarkan skor siswa yang terdapat pada lembar observasi kemampuan inkuiri. Langkah-langkah dalam menghitung IPK adalah sebagai berikut:

a. Menghitung skor rata-rata aspek kemampuan inkuiri siswa dari setiap kelompok yang diamati (x).


(24)

42

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu b. Menentukan skor ideal (SMI)

c. Menghitung besarnya IPK dengan menggunakan persamaan berikut :

̅ (Panggabean, 1996)

IPK kemudian ditafsirkan menurut kriteria penafsiran kemampuan inkuiri sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Kelompok No Kategori IPK Interprestasi

1 0,00%-30,00% Sangat kurang terampil 2 31,00%-54,00% Kurang terampil 3 55,00%-74,00% Cukup terampil 4 75,00%-89,00% Terampil 5 90,00%-100,00% Sangat terampil

(Panggabean, 1996) 3. Kemampuan Berpikir Logis

Penentuan kemampuan berpikir logis didasarkan pada total skor TOLT yang diperoleh siswa. Hapsari (2009: 51) menjelaskan bahwa aturan penskoran untuk soal TOLT nomor satu sampai delapan yaitu jika jawaban dan alasan benar diberi skor satu. Sedangkan jika jawaban benar tetapi alasan salah atau alasan benar tetapi jawaban salah maka diberi skor nol. Untuk soal nomor sembilan dan sepuluh diberi skor satu jika semua jawaban benar dan lengkap. Sedangkan jika jawaban benar tetapi tidak lengkap atau lengkap tetapi ada jawaban yang salah maka diberi skor nol.

Hasil skor total TOLT kemudian dijadikan acauan untuk mementukan tahap berpikir siswa menurut Teori Piaget dengan kriteria yang ditetapakan oleh Tobin dan Capie (Valanides, 1997:174) sebagai berikut:

a. Skor 0–1, maka siswa berada pada tahap berpikir operasional konkrit.

b. Skor 2–3, maka siswa berada pada tahap berpikir operasional transisi.


(25)

43

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Skor 4–10, maka siswa berada pada tahap berpikir operasional formal.


(26)

82

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada semua

level inkuiri telah mencapai kategori terampil dan profil kemampuan berpikir

logis siswa dominan pada tahap berpikir operasional kongkrit. Berikut penjelasan dari dua kesimpulan tersebut:

1. Profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada setiap level inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran sudah berada pada kategori terampil. Hal ini sesuai dengan nilai IPK pada setiap level inkuiri yang mencapai lebih dari 75%. Dari IPK kelima level inkuiri tersebut kemudian didapat IPK rata–rata 80,93%. IPK rata–rata tersebut menunjukan bahwa kemampuan inkuiri siswa secara umum juga telah berada pada kategori terampil.

2. Profil kemampuan berpikir logis siswa dominan berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Hal ini sesuai hasil pengolahan data yang menunjukan bahwa dari 30 siswa yang menjadi sampel penelitian, 21 siswa berada pada tahap berpikir operasional konkrit, 8 siswa berada pada tahap berpikir operasional transisi, dan 1 siswa siswa berada pada tahap berpikir operasional konkrit.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan, antara lain sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan semua level inkuiri dari levels of

inquiry terbukti dapat melatih kemampuan inkuiri siswa. Hal ini terlihat dari

nilai IPK rata–rata kemampuan inkuiri siswa sebesar 80,93% dan berada pada kategori terampil. Dengan demikian alangkah baiknya jika guru Fisika sebagai fasilitator dalam pembelajaran Fisika terus menerapkan pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry jika memang sesuai dengan materi Fisika yang akan disampaikan. Untuk level yang diterapkan


(27)

83

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dapat disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa dan akan seberapa besar peran siswa dan guru dalam pembelajaran. Sehingga selama pembelajaran berlangsung siswa terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan, siswa akan semakin terbiasa berinkuiri dan pada akhirnya kemampuan inkuiri siswa akan semakin meningkat.

2. Untuk mengembangkan kemampua berpikir logis siswa hingga mencapai tahap operasional formal dibutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu guru harus terus menerapkan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, membuat siswa berperan aktif selama pembelajaran, dan memotivasi siswanya. Dengan demikian seiring dengan meningkatnya tingkat kesulitan materi pembelajaran dan pola pembelajaran yang diterapkan tersebut maka diharapkan kemampuan berpikir siswa akan terus berkembang hingga mencapai tahap operasional formal.


(28)

84

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berliana, I.C. (2012). Analisis Kemampuan Inkuiri Siswa SMP Melalui

Pembelajaran Level Of Inquiry Model Pada Topik Gerak Bumi. Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika Pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Jakarta: BSNP [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/sekretariat/content/BUKUST~1(4).pdf [12-03-2013].

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas.(2003).Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. [Online]. Tersedia: http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Fisika.pdf [23 Pebruari 2013].

Fah, L. Y. (2009). “Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia”. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 32, (2), 161-187. Tersedia: http://www.furnware.co.nz/sites/default/files/25%20Lay%20Yoon%20Fah. pdf [09 Juni 2013]

Hapsari,I. (2009). Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPA

Dihubungkan Dengan Tingkat Perkemgangan Intelaktual Siswa SMPN 2 Di Kota Bandung. Tesis Pascasarjana Pendidikan IPA Pada SPS UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP Dan Hasil Belajar

Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Level Of Inkquiry. Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Khasanah, U. (2012). Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep

Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII.


(29)

85

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam

Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Minarto E, dan Erman. (2002). Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa

Melalui Pembelajaran IPA Sejak Dini. Surabaya: UNESA.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Mundiri. (2012). Logika. Jakarta: Raja Garfindo Persada.

Otrina, M. (2012). Peningkatana Kemampuan Pemahaman Matematika dan

Berpikir Logis Dengan Menggunakan Metode IMPROVE Pada Siswa SMP.

Tesis Pada Pascasarjana Pendidikan Matematika Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Panggabean, L. P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Permadi, F. M. (2011). Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran

Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, Y. N. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis

Inkuiri Dalam Pendidikan Sains.[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19501231197 9032-NURYANI_RUSTAMAN/PenPemInkuiri.pdf [12 Maret 2013]. Sri, E. (2010). Profil Test Open Book Sesuai Dengan tahap Perkembangan

Intelektual. Tesis Pada Pascasarjana Pendidikan IPA Pada SPS UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Stantrock, J. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana.

Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syaeful, P. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis, Kemampuan


(30)

86

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi Doktor

Pendidikan Matematika Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tobin, K. (1987). Aplication Of The Test Of Logical Thinking. Tallahassee: Florida State University [Online]. Tersedia: http://ken.tobinweb.net/old/Papers/TOLTPaper.pdf [06 Juni 2013]. Valanides, N. (1997). “Formal Reasong Abilities And School Achievement”.

Studies in Educational Evaluation. 23,(2), 169-185. Tersedia:

http://www2.ucy.ac.cy/~nichri/published/valanideseducationalevaluation 2.pdf [15 Juni 2013].

Wenning, C. J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes”. Journal Of Physics Teacher Education Online. 2, (3), 3-12. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013] Wenning, C. J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science”. Journal Of Physics Teacher Education Online.

5, (3), 11-20. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013] Wenning, C. J. (2011). ”The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”.

Journal Of Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16. Tersedia:

http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013]

Yenilmez, A. (2005). “Investigating Students’ Logical thinking Abilities: The Effects Of Gender And Grade Level”. Hacettepe Üniversitesi Egitim

Fakültesi Dergisi. Tersedia:

http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/200528AYŞE%20YENİLMEZ.pdf


(1)

43

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Skor 4–10, maka siswa berada pada tahap berpikir operasional formal.


(2)

82 Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada semua level inkuiri telah mencapai kategori terampil dan profil kemampuan berpikir logis siswa dominan pada tahap berpikir operasional kongkrit. Berikut penjelasan dari dua kesimpulan tersebut:

1. Profil kemampuan inkuiri siswa SMA pada setiap level inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran sudah berada pada kategori terampil. Hal ini sesuai dengan nilai IPK pada setiap level inkuiri yang mencapai lebih dari 75%. Dari IPK kelima level inkuiri tersebut kemudian didapat IPK rata–rata 80,93%. IPK rata–rata tersebut menunjukan bahwa kemampuan inkuiri siswa secara umum juga telah berada pada kategori terampil.

2. Profil kemampuan berpikir logis siswa dominan berada pada tahap berpikir operasional konkrit. Hal ini sesuai hasil pengolahan data yang menunjukan bahwa dari 30 siswa yang menjadi sampel penelitian, 21 siswa berada pada tahap berpikir operasional konkrit, 8 siswa berada pada tahap berpikir operasional transisi, dan 1 siswa siswa berada pada tahap berpikir operasional konkrit.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang diajukan, antara lain sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan semua level inkuiri dari levels of inquiry terbukti dapat melatih kemampuan inkuiri siswa. Hal ini terlihat dari nilai IPK rata–rata kemampuan inkuiri siswa sebesar 80,93% dan berada pada kategori terampil. Dengan demikian alangkah baiknya jika guru Fisika sebagai fasilitator dalam pembelajaran Fisika terus menerapkan pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry jika memang sesuai dengan materi Fisika yang akan disampaikan. Untuk level yang diterapkan


(3)

83

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dapat disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa dan akan seberapa besar peran siswa dan guru dalam pembelajaran. Sehingga selama pembelajaran berlangsung siswa terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan, siswa akan semakin terbiasa berinkuiri dan pada akhirnya kemampuan inkuiri siswa akan semakin meningkat.

2. Untuk mengembangkan kemampua berpikir logis siswa hingga mencapai tahap operasional formal dibutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu guru harus terus menerapkan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, membuat siswa berperan aktif selama pembelajaran, dan memotivasi siswanya. Dengan demikian seiring dengan meningkatnya tingkat kesulitan materi pembelajaran dan pola pembelajaran yang diterapkan tersebut maka diharapkan kemampuan berpikir siswa akan terus berkembang hingga mencapai tahap operasional formal.


(4)

84 Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berliana, I.C. (2012). Analisis Kemampuan Inkuiri Siswa SMP Melalui Pembelajaran Level Of Inquiry Model Pada Topik Gerak Bumi. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika Pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Jakarta: BSNP [Online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/sekretariat/content/BUKUST~1(4).pdf [12-03-2013].

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas.(2003).Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika. [Online]. Tersedia: http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Fisika.pdf [23 Pebruari 2013].

Fah, L. Y. (2009). “Logical Thinking Abilities among Form 4 Students in the Interior Division of Sabah, Malaysia”. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia. 32, (2), 161-187. Tersedia: http://www.furnware.co.nz/sites/default/files/25%20Lay%20Yoon%20Fah. pdf [09 Juni 2013]

Hapsari,I. (2009). Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran IPA Dihubungkan Dengan Tingkat Perkemgangan Intelaktual Siswa SMPN 2 Di Kota Bandung. Tesis Pascasarjana Pendidikan IPA Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP Dan Hasil Belajar Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Level Of Inkquiry. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Khasanah, U. (2012). Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

85

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Koswara, T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Minarto E, dan Erman. (2002). Memacu Kemampuan Berpikir Formal Siswa

Melalui Pembelajaran IPA Sejak Dini. Surabaya: UNESA.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Mundiri. (2012). Logika. Jakarta: Raja Garfindo Persada.

Otrina, M. (2012). Peningkatana Kemampuan Pemahaman Matematika dan Berpikir Logis Dengan Menggunakan Metode IMPROVE Pada Siswa SMP. Tesis Pada Pascasarjana Pendidikan Matematika Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Panggabean, L. P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung.

Permadi, F. M. (2011). Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rustaman, Y. N. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis

Inkuiri Dalam Pendidikan Sains.[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/19501231197 9032-NURYANI_RUSTAMAN/PenPemInkuiri.pdf [12 Maret 2013]. Sri, E. (2010). Profil Test Open Book Sesuai Dengan tahap Perkembangan

Intelektual. Tesis Pada Pascasarjana Pendidikan IPA Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Stantrock, J. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana.

Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Syaeful, P. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis, Kemampuan Pemecahan masalah Matematis, Dan Sikap Siswa Terhadap Matematika


(6)

Erlina Megawati, 2013

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA Dalam Penerapan Levels Of Inquiry Pada Pembelajaran Fisika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi Doktor Pendidikan Matematika Pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tobin, K. (1987). Aplication Of The Test Of Logical Thinking. Tallahassee:

Florida State University [Online]. Tersedia:

http://ken.tobinweb.net/old/Papers/TOLTPaper.pdf [06 Juni 2013]. Valanides, N. (1997). “Formal Reasong Abilities And School Achievement”.

Studies in Educational Evaluation. 23,(2), 169-185. Tersedia: http://www2.ucy.ac.cy/~nichri/published/valanideseducationalevaluation 2.pdf [15 Juni 2013].

Wenning, C. J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes”. Journal Of Physics Teacher Education Online. 2, (3), 3-12. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013] Wenning, C. J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science”. Journal Of Physics Teacher Education Online. 5, (3), 11-20. Tersedia : http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013] Wenning, C. J. (2011). ”The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”. Journal Of Physics Teacher Education Online. 6, (2), 9-16. Tersedia:

http://www.phy.ilstru.edu/jpteo [15 Pebruari 2013]

Yenilmez, A. (2005). “Investigating Students’ Logical thinking Abilities: The Effects Of Gender And Grade Level”. Hacettepe Üniversitesi Egitim

Fakültesi Dergisi. Tersedia:

http://www.efdergi.hacettepe.edu.tr/200528AYŞE%20YENİLMEZ.pdf [09 Juni 2013]