PPROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA SMK BERDASARKAN LEVELS OF INQUIRY MODEL.

(1)

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY MODEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

Fera Tri Puspita Sari NIM. 0801300

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA SMK MELALUI PENERAPAN

LEVELS OF INQUIRY MODEL

Oleh : Fera Tri Puspita Sari

NIM. 0801300

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Drs. Purwanto, MA. NIP. 195708231984032001

Pembimbing II

Winny Liliawati, S.Pd, M.Si. NIP. 197812182001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

DR. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Inkuiri dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,

Fera Tri Puspita Sari NIM. 0801300


(4)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

PROFIL KEMAMPUAN INKUIRI DAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA SMK BERDASARKAN LEVELS OF INQUIRY MODEL Fera Tri Puspita Sari, Drs.Purwanto,MA. ,Winny Liliawati, S.Pd, M.Si Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kemampuan inkuiri siswa di salah satu SMK Negeri di Kota Kuningan tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian terhadap kemampuan inkuri siswa dan peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya levels of inquiry model. Metode penelitian yang digunakan adalah poor experimental designs. Desain penelitian untuk hasil belajar ranah kognitif adalah One Group Pretest-Posttest Design dan desain penelitian untuk kemampuan inkuiri, hasil belajar ranah afektif, dan ranah psikomotor adalah the

one-shot case study design . Pengambilan data menggunakan instrumen tes untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan inkuiri siswa dan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah afektif serta ranah psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan inkuiri siswa berada pada kategori baik dengan skor sebesar 87,97. Kemampuan inkuiri siswa pada level discovery learning sebesar 94,86 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level

interactive demonstration sebesar 89,10 berada pada kategori baik. Kemampuan

inkuiri siswa pada level inquiry lesson sebesar 86,25 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level inquiry lab sebesar 86,75 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level hypothetical inquiry sebesar 82,90 berada pada kategori baik. Hasil belajar secara keseluruhan meningkat dengan nilai <g> sebesar 0,37 termasuk kategori sedang. Hasil belajar pada ranah afektif selama proses pembelajaran berada pada kategori baik dengan rata-rata skor sebesar 92,50. Hasil belajar pada ranah psikomotor selama proses pembelajaran berada pada kategori baik dengan rata-rata skor sebesar 88,50. Berdasarkan analisis data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan Levels of Inquiry Model dapat melatih kemampuan inkuiri siswa pada setiap level berada pada kategori baik, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada ranah kognitif berada kategori sedang serta hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor berada pada kategori baik. Maka levels of inquiry model dapat meningkatkan kemampuan inkuiri dan hasil belajar pada proses pembelajaran Fisika.

Kata Kunci : Levels of Inquiry Model, Kemampuan Inkuiri Siswa, dan Hasil Belajar Siswa


(5)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

The Students Inquiry’Skil Profile and Student’s Learning Outcome of The SMK Based on Levels of Inquiry Model

ABSTRACT

Base on observation about the student’s inquiry skill can be categorized as less in one of the SMKN in Kuningan city. Therefore, an examination of the student’s inquiry skill and learning outcomes to be applied Levels of Inquiry Model. The quasi experimental method was employed. The design for cognitive learning outcomes used in this study was Group Pretest-Posttest Design and design for inquiry ability, learning outcomes in affective domain, and learning outcomes in psychomotor domain was the one-case study design. The data were collected by using test instrument for cognitive learning outcomes and observation sheet during teaching and learning process for learning outcomes in affective and psychomotor domain. The result of the research showed that the student’s inquiry skill can be categorized as good with average score 87,97. The student’s inquiry skill shown in the level discovery learning can be categorized as good with score 94,86. The student’s inquiry skill shown in the level interactive demonstration can be categorized as good with score 89,10. The student’s inquiry skill shown in the level inquiry lesson can be categorized as good with score 86,25. The student’s inquiry skill shown in the level inquiry lab can be categorized as good with score 86,75. And the student’s inquiry skill shown in the level discovery learning can be categorized as good with score 94,86.The result of the research showed that the whole student’s learning outcome in cognitive domain after the level of inquiry model has been applied is improved with <g> score 0,37 and can be categorized as average. The average score of students’ learning outcome in affective domain during the teaching and learning process can be categorized as good with 92,50.Whereas, the average score of student’s learning outcome in psychomotor domain during the teaching and learning process is categorized as good with score 88,50. Based on the data analysis, it can be concluded that by using the level of inquiry model, the student’s inquiry skill can be categorized as good, student’s learning outcome in cognitive domain can be categorized as average and the student’s learning outcome in affective and psychomotor domain can be categorized as good. So, levels of inquiry model can improve student’inquiry skill and student learning outcome on the physic learning.

Key Words : Level of Inquiry model, Student’s inquiry skill, Students’ learning outcome.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Variabel Penelitian ... 8

1.7 Stuktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II LEVELS OF INQUIRY MODEL, KEMAMPUAN INKUIRI, DAN HASIL BELAJAR ... . 10

2.1 Levels of Inquiry Model ... 10

2.2 Tahapan-Tahapan dalam Levels of Inquiry Model ... 13

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Levels of Inquiry Model ... 18

2.4 Kemampuan Inkuiri ... 19

2.5 Hasil Belajar ... 22

2.6 Hubungan Kemampuan Inkuiri dan hasil belajar ... 26

2.7 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Peneliti ... 32

3.2 Desain Penelitian ... 33

3.3 Metode Penelitian ... 34

3.4 Definisi Operasional ... 35

3.5 Instrumen ... 36

3.6 Prosedur Penelitian ... 37

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.8 Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 51

4.2 Kemampuan Inkuiri Siswa ... 52

4.3 Hasil Belajar Siswa ... 62

1. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ... 62

2. Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ... 68


(7)

4.4 Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 82

4.5 Hasil Temuan dari Pengolahan Data ... 84

4.6 Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurang Maksimalnya Penelitian 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 90 RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Levels of Inquiry Model ... 19

Tabel 2.2 Kemampuan-kemampuan Levels of Inquiry Model ... 21

Tabel 2.3 Hubungan Kemampuan Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa .... 27

Tabel 3.1 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 39

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas ... 40

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 40

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda ... 41

Tabel 3.5 Hasil Uji Soal Pada Ranah Kognitif ... 42

Tabel 3.6 Kriterian Skor Gain ternormalisasi ... 47

Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksannan Levels of Inquiry Model ... 48

Tabel 3.8 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 48

Tabel 3.9 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Afektif ... 49

Tabel 3.10 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Psikomotor ... 50

Tabel 4.1 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Discovery Learning ... 52

Tabel 4.2 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Interactive Demonstration ... 53

Tabel 4.3 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lesson... 55

Tabel 4.4 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Inquiry Lab ... 56

Tabel 4.5 Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa Pada Level Hipothetical Inquiry ... 57

Tabel 4.6 Interpretasi Kemampuan-kemampuan yang Terlihat Selama Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Levels of Inquiry Model .... 59

Tabel 4.7 Rekapitulasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 61

Tabel 4.8 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Pertama Menggunakan Level Discovery Learning ...68

Tabel 4.9 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Kedua Menggunakan Level Interactive Demonstration ...69

Tabel 4.10 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Kedua Menggunakan Level Inquiry Lesson ...70

Tabel 4.11 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Ketiga Menggunakan Level Inquiry Lab ...72

Tabel 4.12 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Pada Pertemuan Keempat Menggunakan Level Hypothetical Inquiry ...73

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif ...74

Tabel 4.14 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada Pertemuan Pertama Menggunakan Level Discovery Learning ...76

Tabel 4.15 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada Pertemuan Kedua Level Interactive Demonstration ...77


(9)

Tabel 4.16 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada

Pertemuan Kedua Menggunakan Level Inquiry Lesson ...78 Tabel 4.17 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada

Pertemuan Ketiga Menggunakan Level Inquiry Lab ...79 Tabel 4.18 Interpretasi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Pada

Pertemuan Keempat Menggunakan Level Hypothetical

Inquiry ...80 Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Psikomotor ...81 Tabel 4.20 Hasil Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ...83


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 A Basic Hierarchy of Inquiry-Oriented Science Teaching

Practices...

10

Gambar 2.2 Kerangka pikir Penelitian... 29

Gambar 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... 34

Gambar 3.2 Desain penelitian The One-Shot Case study Design ... 34

Gambar 3.3 Alur Penelitian ... 45

Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Pada Ranah Kognitif...62

Gambar 4.2 Gambar 4.2 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Hapalan (C1) ... 64

Gambar 4.3 Diagram Batang Skor Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Pemahaman (C2) ...64

Gambar 4.4 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Penerapan (C3) ... 65

Gambar 4.5 Diagram Batang Rata-rata Skor Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Analisis (C4) ... 66

Gambar 4.6 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ...67

Gambar 4.7 Diagram Perkembangan Skor Rata-rata Hasil Belajar Pada Ranah Afektif ... 75

Gambar 4.8 Diagram Perkembangan Skor Rata-rata Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor ... 82


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 90

A.2 Skenario Pembelajaran ... 93

A.3 Lembar Kegiatan Siswa ... 105

A.3.1 LKS Discovery Learning ... 105

A.3.2 LKS Interactive Demonstration ...109

A.3.3 LKS Inquiry Lesson ... 112

A.3.4 LKS Inquiry Lab ...114

A.3.5 LKS Hypothetical Inquiry ...117

A.3.6 Jawaban LKS ...119

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN B.1 Lembar Observasi Kemampuan Inkuiri Siswa ... 136

B.2 Lembar Judgement Kemampuan Inkuiri Siswa ... 160

B.3 Keterangan Indikator Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor ... 178

B.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar siswa pada Ranah Kognitif ... 179

B.5 Soal Pretest-Posttest ... 294

B.6 Lembar Judgement Hasil Belajar Siswa pada Ranah Kognitif ... 207

B.7 Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 209

LAMPIRAN C ANALISIS DATA C.1 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 218

C.2 Pengolahan Data Lembar Observasi Kemampuan Inkuiri ... 222

C.3 Pengolahan Data Lembar Observasi Ranah Afektif ... 227

C.4 Pengolahan Data Lembar Observasi Ranah Psikomotor ... 230

C.5 Pengolahan Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model ... 233

C.6 Pengolahan Data Gain Ternormalisasi ... 239 LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN

D.1 Dokumen Studi Pendahuluan D.2 Foto-foto Studi Pendahuluan D.3 Foto-foto Penelitian


(12)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian ilmiah. Fisika termasuk salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu suatu fenomena alam secara sistematis dan bukan hanya sekedar penguasaan konsep saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. (Depdiknas, 2006).

Proses pembelajaran Fisika diharapkan bukan sekedar kumpulan fakta atau prinsip, tetapi menemukan dan membangun konsep dasar sendiri sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika siswa menemukan dan membangun konsep dasar sendiri selama proses pembelajaran maka proses belajar pada siswa akan lebih bermakna dan berkesan sehingga berpengaruh terhadap otak siswa dalam menyimpan memori belajar yang lebih lama. Pengalaman siswa dengan berperan aktif dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Fisika mengandung cara-cara bagaimana memperoleh fakta dan prinsip yang diperoleh dengan beberapa tahap yaitu mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan data, interpretasi data, dan menyimpulkan hasil percobaan. Sejalan dengan yang tercantum pada KTSP sekolah menengah menyatakan bahwa:

Pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Serangkaian proses ilmiah tersebut


(13)

2

Fera Tri Puspita Sari, 2014

diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tulisan. (Depdiknas, 2006)

Pada pembelajaran IPA dalam membangun penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Dalam pembelajaran hal yang terpenting adalah pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan serangkaian proses dalam pembelajaran Fisika diharapkan dapat mengembangkan pengalaman siswa. Sehingga siswa dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan. Apabila siswa dari awal proses pembelajaran sampai akhir proses pembelajaran melakukan percobaan secara mandiri maka dapat melatih sikap ilmiah siswa. Mulai dari proses menemukan suatu masalah sampai menghasilkan suatu produk serta dapat mengkomunikasikan hasil produk.

Pembelajaran IPA secara keseluruhan mempelajari prinsip-prinsip ilmiah baik proses, produk, maupun sikap ilmiah. Sejalan dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa:

“Salah satu upaya untuk menyajikan IPA khususnya pada pembelajaran Fisika sebagai produk dan proses penemuan adalah dengan dilaksanakannya inkuiri ilmiah”. (BSNP,2006).

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Gulo (Trianto, 2009: 166) bahwa:

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuanya dengan penuh percaya diri.

Maka dalam pembelajaran IPA ditekankan untuk mempelajari proses menemukan fakta sendiri, dapat menghasilkan suatu produk dari hasil penyelidikan yang dilakukan mandiri sehingga dapat mengasah sikap ilmiah pada siswa. Dengan demikian perlu suatu pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri yang dapat melatih kemampuan inkuiri siswa.


(14)

3

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Pada jurnal “The levels of inquiry model of science teaching” (2011) yang dikembangkan Carl J. Wenning memperkenalkan sebuah proses pembelajaran berbasis inkuiri yang dikenal dengan Levels of Inquiry Model. Pada jurnal tersebut Wenning mengelompokan kedalam lima tingkat kesulitan dalam penerapan proses pembelajaran yang berbasis inkuiri berdasarkan kecerdasan intelektual siswa. Kelima level inkuiri tersebut adalah discovery learning, interactive

demonstration, inquiry lesson, inquiry lab dan hypothetical inquiry. Pada setiap

level mempunyai lima tahap siklus pembelajaran atau sintaks yang sama yaitu

observation, manipulation, generalization, verification, dan application.

Pada setiap level pada levels of inquiry model melatihkan kemampuan inkuiri yang berbeda. Indikator kemampuan inkuiri siswa yang dilatihkan dari level discovery learning sampai hypothetical inquiry adalah mengamati, merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, mengelompokkan hasil, memprediksi, menjelaskan, memperoleh dan mengolah data, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan pengganti atau model, mengukur, mengumpulkan dan mencatat data, membangun sebuah tabel data, merangcang dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi, mendeskripsikan hubungan, menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti dan logika, menjelaskan hipotesis awal, menganalisis dan mengevaluasi argumen ilmiah, menganalisis prediksi melalui proses deduksi, merevisi hipotesis awal dengan bukti baru, dan memecahkan masalah dalam komplek dunia nyata. Terdapat 23 indikator kemampuan inkuiri yang dilatihkan

levels of inquiry model.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada saat proses pembelajaran di salah satu SMK Negeri Kota Kuningan. Pada proses pembelajaran dengan melakukan percobaan mengenai hukum Archimides. Pada awal proses pembelajaran peran guru masih mendominasi. Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan siswa dan guru menjelaskan prosedur percobaan serta memberitahu cara pengolahan data hasil percobaan. Siswa dapat melakukan percobaan dengan baik karena siswa terlebih dahulu dijelaskan cara melakukan


(15)

4

Fera Tri Puspita Sari, 2014

percobaan. Siswa hanya mengambil data percobaan saja, untuk pengolahan data dan penarikan kesimpulan menjadi tugas rumah. Pembahasan mengenai hasil percobaan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hal itu dilakukan karena keterbatasan alokasi waktu sehingga beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan dalam satu kali pertemuan. Dapat disimpulkan bahwa siswa kurang mandiri dalam melaksankan percobaan karena peran guru masih mendominasi dalam melakukan percobaan.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan di salah satu SMKN di kota Kuningan. Observasi dilakukan untuk melihat kemampuan inkuiri yang dimiliki siswa berdasarkan indikator kemampuan siswa pada levels of inquiry model. Hasil observasi untuk melihat indikator yang diharapkan muncul berdasarkan indikator kemampuan inkuiri pada

levels of inquiry model diketahui bahwa skor kemampuan inkuiri siswa adalah

sebesar 30,44 berada dalam kategori kurang. Ini menunjukkan bahwa kemampuan inkuiri yang dimiliki siswa berdasarkan indikator kemampuan inkuiri siswa berdasarkan levels of inquiry model adalah sangat rendah.

Dari 23 indikator kemampuan inkuiri hanya tujuh indikator yang dimiliki oleh siswa. Tujuh indikator yang dimiliki oleh siswa adalah mengamati, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan hasil, mengumpulkan dan mencatat data, meggunakan teknologi dan matematika selama investigasi, dan menetapkan hukum empiris berdasarkan bukti dan logika. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan inkuiri siswa sangat rendah disebabkan siswa kurang terlatih dalam proses pembelajaran yang berbasis inkuiri. Walaupun siswa melakukan percobaan tetapi kemampuan inkuiri yang dilatihkan pada siswa sangat terbatas.

Pada umumnya proses pembelajaran untuk melatihkan kemampuan inkuiri dengan melakukan percobaan. Kemampuan inkuiri siswa yang dilatihkan pada percobaan biasanya melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, memperoleh dan mencatat data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Hal ini terjadi juga pada proses pembelajaran yang peneliti amati. Siswa melakukan percobaan berdasarkan LKS yang telah dibuat oleh guru. Siswa mengambil data percobaan dengan dibantu bimbingan oleh guru. Disini masih


(16)

5

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

banyak peran guru dalam mendampingi dan memberikan arahan pada siswa dalam melakukan percobaan.

Untuk hasil belajar siswa diperoleh dua nilai yaitu nilai praktikum dan laporan. Siswa memperoleh hasil rata-rata nilai praktikum sebesar 81,61 dan nilai dari penulisan laporan sebesar 80,36. Nilai praktikum dan laporan tergolong baik. Ada perbedaan antara hasil kemampuan inkuiri siswa dengan nilai praktikum dan laporan. Kemampuan inkuiri siswa tergolong rendah sedangkan nilai praktikum dan laporan tergolong baik. Disini ada kesenjangan antara kemampuan inkuiri yang dilatihkan dengan nilai hasil praktikum dan laporan. Hal ini terjadi karena penilaian guru hanya melihat hasil akhir dari laporan yang dibuat siswa. Selama proses pembelajaran guru tidak melakukan penilaian terhadap sikap pada saat melakukan percobaan. Maka nilai praktikum yang didapatkan siswa hanya dilihat dari hasil penulisan laporan dan tidak memperhatikan aktivitas siswa selama proses percobaan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan adanya permasalah tersebut, maka perlu adanya upaya untuk perbaikan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan inkuiri siswa, kemandirian siswa, dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran terutama ketika melakukan percobaan. Kebanyakan siswa tidak mengetahui tujuan dari percobaan yang mereka lakukan selama proses pembelajaran, mereka hanya melakukan apa yang diperintahkan guru untuk melakukan percobaan. Siswa tidak mempunyai pengetahuan dasar sebelum melakukan percobaan, siswa hanya diberi tahu mengenai prosedur percobaan. Dan juga penilaian siswa hanya ada nilai praktikum dan laporan. Nilai praktikum hanya diperoleh dari penilaian hasil penulisan laporan saja. Sehingga dapat dikatakan guru menilai dari hasil percobaan dan tidak menilai proses kerika siswa melakukan percobaan.

Pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry model menuntut siswa bersifat aktif dalam proses pembelajaran dengan siswa melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang diberikan guru. Sehingga menemukan permasalahn sendiri, menemukan variabel penelitian melalui diskusi kelompok, merumuskan hipotesis, merancang kegiatan penyelidikan, melakukan


(17)

6

Fera Tri Puspita Sari, 2014

penyelidikan, mendapatkan data, menganalisis data, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasahannya sendiri. Melalui tahapan-tahapan tersebut diharapkan siswa dapat bersifat aktif pada proses pembelajaran sehingga dapat melatihkan kemampuan inkuiri siswa. Dan dengan menggunakan levels of inquiry

model dapat menilai selama proses pembelajaran menggunakan pengamatan

terhadap aktivitas siswa selama percobaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan selain dapat melatihkan kemampuan inkuiri siswa dengan menggunakan levels of inquiry model dalam proses pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Proses pembelajaran menggunakan levels of inquiry model melatihkan kemampuan inkuiri siswa dengan melakukan percobaan untuk membangun konsep dasar sendiri dari pengalaman siswa. Oleh karena itu perlu ada penelitian yang lebih lanjut untuk melatihkan kemampuan inkuiri siswa SMK dalam mata pelajaran Fisika. Informasi yang diperoleh tentang kemampuan inkuiri siswa SMK tersebut dinilai sangat penting sebagai bahan masukan dan evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan guru Fisika dikelas. Dari permasalahan penulis melakukan penelitian berjudul “Profil Kemampuan Inkuiri dan Hasil Belajar Siswa SMK Melalui Penerapan Levels of Inquiry Model”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kemampuan

inkuiri siswa dan hasil belajar siswa melalui penerapan Levels of Inquiry Model?”. Untuk lebih terarah penelitian ini, maka rumusan masalahnya dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kemampuan inkuiri siswa SMK melalui penerapan

Levels of Inquiry Model?

2. Bagaimana profil hasil belajar siswa SMK melalui penerapan Levels of


(18)

7

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

1.2 Batasan Masalah

Pada level hypothetical inquiry indikator kemampuan yang dilatihkan adalah menjelaskan hipotesis awal, menganalisis dan mengevaluasi argumen ilmiah, menghasilkan prediksi melalui proses deduksi, merevisi hipotesis awal dalam bukti baru, dan memecahkan masalah yang kompleks dunia nyata.

Hasil belajar siswa pada ranah kognitif hanya dilihat dari hapalan (C1) dengan kata operasional menunjukkkan, menyebutkan, dan memasangkan, pemahaman (C2) yaitu menjelaskan dan membedakan, penerapan (C3) yaitu menghitung dan menentukan, dan pada analisis (C4) yaitu menganalisis.

Dalam penelitian ini hasil belajar pada ranah afektif yang diamati untuk setiap level meliputi A1 (Receiving) yaitu merapihkan dan membersihkan kembali

alat percobaan, A2 (Responding) yaitu ikut serta dalam diskusi kelompok, A3

(Valuing) yaitu mengkomunikasikan hasil penyelidikan, A4 (Organization) yaitu

bertanggung jawab terhadap tugas, dan A5 (Characterization) yaitu kerjasama

dalam melakukan percobaan.

Hasil belajar pada ranah psikomotor yang dilihat dalam penelitian pada setiap level meliputi P1 (Imitation) yaitu menggunakan alat ukur listrik setelah

diperlihatkan cara penggunaannya, P2 (Manipulation) yaitu mempersiapkan

alat-alat percobaan, P3 (Precission) yaitu melakukan pengukuran dengan tepat, P4

(Articulation) yaitu merangkai alat untuk suatu percobaan, dan P5 (Naturalization)

yaitu terampil dalam melakukan percobaan. 1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kemampuan inkuiri siswa SMK dan profil peningkatan hasil belajar melalui penerapan levels of inquiry model. Tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis profil kemampuan inkuiri siswa yang terlihat melalui penerapan levels of inquiry model.

2. Menganalisis profil hasil belajar siswa melalui penerapan levels of inquiry


(19)

8

Fera Tri Puspita Sari, 2014 1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat secara teoritis:

a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dalam proses pembelajaran Fisika dengan menerapkan levels of inquiry model merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri yang dapat melatih kemampuan inkuiri siswa.

b. Penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa dengan menerapkan levels of inquiry model selama proses pembelajaran Fisika mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

2. Manfaat secara praktik:

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran Fisika dengan siswa lebih aktif dan lebih menarik perhatian siswa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih keterampilan inkuiri siswa dengan membangun pengetahuan dasar siswa dengan penerapan pembelajaran levels of inquiry model.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif dalam upaya mengidentifikasi kesulitan siswa dalam belajar inkuiri.

1.6 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini levels of inquiry model sebagai variabel bebas, sedangkan kemampuan inkuiri dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat.

1.7 Struktur Organisasi Skripsi

Dalam struktur organisasi skripsi, berisi tentang penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian. Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah BAB I. Pendahuluan. Dalam Bab I membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,


(20)

9

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry manfaat penelitian, variabel penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II. Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab II meliputi tinjauan teori tentang

levels of inquiry model, kemampuan inkuiri siswa, hasil belajar, hubungan

kemampuan inkuiri dengan hasil belajar siswa, serta kerangka pemikiran. BAB III. Metode Penelitian. Bab III mengemukakan mengenai metodologi penelitian yang dilakukan oleh penulis yang meliputi: lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian dan alur penelitian, teknik pengolahan data, hasil uji coba tes belajar pada ranah kognitif. BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab IV mengemukakan mengenai pelaksanaan penelitian, kemampuan inkuiri, hasil belajar siswa, keterlaksanaan

levels of inquiry model, temuan dari hasil pengolahan data, dan faktor-faktor yang

menyebabkan kurang maksimalnya penelitian. BAB V. Kesimpulan, dan Saran.


(21)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di kota Kuningan. Pemilihan lokasi penelitian di sekolah tersebut dikarenakan:

1. Sekolah tersebut mempunyai fasilitas dan sarana laboratorium khusus Fisika yang lengkap yang dapat menunjang penelitian ini sehingga proses pembelajaran inkuiri dapat fokus dilakukan di laboratorium.

2. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai akreditasi A di kota Kuningan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X di salah satu SMKN di kota Kuningan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas ektrakurikuler Fisika dengan jumlah siswa sebanyak 13 orang yang didominasi oleh kelas X yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan sebuah pertimbangan. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya sebuah tujuan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan inkuiri yang muncul dan profil hasil belajar siswa pada salah satu ekstrakurikuler di sekolah yang diteliti.

Dalam penelitian ini digunakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk kelas XI yang disusun berdasarkan silabus Fisika kelas XI SMKN di kota Kuningan. Tetapi dalam pelaksanaan penelitian ini yang menjadi subjek adalah kelas X yang mengikuti ekstrakurikuler Fisika. Beberapa hal yang menjadi latar belakang penelitian dilakukan pada kelas X sebagai berikut:

1. Tidak terlebih dahulu melakukan konfirmasi kepada guru Fisika. Penulis hanya mengurus surat izin untuk melakukan penelitian dan meminta izin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah. Dari pihak sekolah telah memberkan izin untuk melakukn penelitian.


(22)

33

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

2. Guru Fisika kelas XI tidak bersedia memberikan waktu untuk melakukan penelitian pada proses pembelajaran di kelas. Alasan guru tidak mengizinkan karena bahan materi yang akan diteliti akan segera diajarkan pada siswa, panjangnya waktu penelitian yang membutuhkan 4 kali pertemuan untuk penerapan levels of inquiry model, dan siswa akan segera menghadapi ujian akhir semester (UAS) jadi guru mengejar materi sehingga semua materi dapat disampaikan pada siswa.

3. Guru menyarankan untuk melakukan penelitian di kelas ekstrakurikuler. Apabila melakukan penelitian pada kelas ekstrakurikuler tidak akan mengganggu pada kegiatan belajar mengajar. Pada ekstrakurikuler materi yang dipelajari bebas mulai dari materi untuk kelas X sampai kelas XII. Sehingga guru menyarankan untuk melakukan penelitian disana walaupun siswa yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut berasal dari berbagai tingkatan kelas dan berbagai jurusan.

4. Guru memberitahu bahwa yang mengikuti ekstrakurikuler banyak dari kelas XI dan X. Tetapi dalam pelaksanaannya kelas X yang mendominasi penelitian ini. Hanya beberapa orang dari kelas XI yang mengikuti proses pembelajaran dan itu juga tidak selalu menghadiri setiap pertemuan.

5. Dengan analisis kurikulum dan silabus SMK, tidak terdapat materi prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa sebelum mempelajari materi arus searah di kelas X dan XI.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One group Pretest-Posttest

Design. Dalam desain ini, kelompok yang menjadi subjek penelitian merupakan

kelas eksperimen tanpa ada kelas pembanding atau kelas kontrol. Sebelum diberi perlakuan, kelompok ini diberi pretest (tes awal) dan setelah diberi perlakuan, kelompok ini diberi postest (tes akhir). Untuk ranah kognitif menggunakan desain tersebut maka pola One group Pretest-Posttest Design sebagai berikut:


(23)

34

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Pre-test Treatment Post-test

Gambar 3.1 Pola One Group Pre Test and Post test

(Fraenkel, 2012:269) Keterangan:

= tes awal (pre test) = tes akhir (post test)

= perlakuan (treatment) yaitu penerapan levels of inquiry model

Desain penelitian untuk kemampuan inkuiri, hasil belajar ranah afektif, dan hasil belajar ranah psikomotor menggunakan the one-shot case study design. Dalam penelitian ini, hanya ada satu kelompok yang diberikan perlakuan (treatment). Setelah diberikan perlakuan pada kelompok tersebut maka dilakukan pengamatan (observation). Maka pola the one-shot case study design sebagai berikut:

Treatment Observation

X O

Gambar 3.2 Pola The One-Shot Case Study Design

(Fraenkel, 2012:269) Keterangan:

X = perlakuan (treatment) yaitu penerapan levels of inquiry model O = pengamatan (observasi) oleh observer

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah poor

experimental designs. Dalam penelitian ini, pengontrolan tidak dilakukan terhadap

seluruh variabel tetapi hanya pada variabel tertentu saja yang dianggap paling dominan yang berpengaruh dalam penelitian, sehingga kemampuan inkuiri siswa yang muncul dan hasil belajar siswa yang seolah-olah hanya dipengaruhi oleh


(24)

35

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Levels of inquiry model merupakan suatu pendekatan pembelajaran berbasis

inkuiri yang mempunyai urutan atau tahapan menggunakan model inkuiri untuk meningkatkan dan mengembangkan pemahaman siswa dalam penyelidikan ilmiah. Levels of inquiry model dikelompokkan dalam lima tahap inkuiri atau level inkuiri. Kelima level tersebut adalah discovery

learning, interactive demonstrative, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry. Pada setiap level mempunyai sintaks yang sama tetapi

penekanan pada setiap level berbeda. Sintaks yang digunakan pada setiap model adalah observation, manipulation, generalization, verification, dan

application. Keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan levels of inquiry model diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru

selama proses pembelajaran.

3.4.2 Kemampuan inkuiri adalah kemampuan-kemampuan yang dilatihkan terhadap siswa pada setiap level dan kemampuan-kemampuan pada setiap level diharapkan muncul selama proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Kemampuan yang dilatihkan pada siswa dari discovery learning adalah mengamati,

merumuskan konsep, memperkirakan, menarik kesimpulan,

mengkominikasikan hasil, mengelompokkan hasil. Pada level interactive

demonstration adalah memprediksi, menjelaskan, memperoleh dan

mengolah data, merumuskan dan merevisi penjelasan ilmiah menggunakan logika dan bukti, mengenali dan menganalisis penjelasan pengganti atau model. Pada level inquiry lesson adalah mengukur, mengumpulkan dan mencatat data, membangun sebuah tabel data, merangcang dan melakukan penyelidikan ilmiah, memggunakan teknologi dan matematika selama investigasi, mendeskripsikan hubungan. Pada level inquiry lab adalah mengukur besaran, menetapkan hukum empiris berdasakan bukti dan logika, merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan teknologi dan matematika selama investigasi. Pada level hypothetical


(25)

36

Fera Tri Puspita Sari, 2014

inquiry adalah sintesis penjelasan ilmiah, menganalisis dan mengevaluasi

argumen ilmiah, menganalisis prediksi melalui proses deduksi, merevisi hipotesis dan prediksi dalam terang bukti baru, dan memecahkan masalah dalam komplek dunia nyata. Untuk mengukur kemampuan inkuiri siswa

digunakan lembar observasi kemampuan inkuiri. Untuk melihat kemampuan inkuiri siswa yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari lembar observasi siswa yang diisi oleh observer.

3.4.3 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomor. Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif diukur dari skor yang didapat siswa pada tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Pengukuran ranah afektif dan ranah psikomotor diukur dengan menggunakan lembar observasi kinerja siswa yang dilaporkan oleh

observer.

3.5 Instrumen

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data yaitu:

3.5.1 Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3.5.2 Tes Prestasi Belajar

Tes yang digunakan berupa 30 soal pilihan ganda. Tes ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) da sesudah perlakuan (posttest). Tes yang digunakan untuk pretest dan posttest merupakan tes yang sama, hal ini dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.


(26)

37

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

Instrumen lembar observasi digunakan sebagai alat penilaian kemampuan inkuiri siswa, hasil belajar ranah afektif, dan hasil belajar ranah psikomotor selama kegiatan pembelajaran. Untuk setiap level digunakan lembar observasi yang berbeda yang mengacu pada indikator kemampuan inkuiri siswa pada setiap level. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dan digunakan oleh observer untuk mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran.

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Tahap Perencanaan

Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi lapangan. 2. Memilih solusi dari masalah dalam hasil studi pendahuluan melalui studi

literatur.

3. Merancang skenario pembelajaran yang menekankan penggunaan levels of

inquiry model.

4. Menyusun instrumen penelitian seperti lembar observasi kemampuan inkuiri siswa, lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas guru dan instrumen tes hasil belajar siswa.

5. Pengembangan instrumen lembar observasi kemampuan inkuiri siswa, lembar observasi kinerja siswa, lembar observasi lembar aktivitas guru dan tes hasil belajar siswa.

6. Penimbangan (judgement) instrumen oleh pakar. 7. Revisi instrumen.

8. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

9. Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penyusunan instrumen ini didasarkan pada indikator hasil belajar yang hendak dicapai. Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka diadakan ujicoba instrumen, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas


(27)

38

Fera Tri Puspita Sari, 2014

instrumen sehingga ketika instrumen diberikan pada kelas eksperimen, instrument tersebut telah valid dan reliabel. Uji instrumen ini dilakukan pada kelas yang telah belajar atau sedang belajar mengenai materi yang digunakan dalam penelitian. Data hasil uji coba selanjutnya dianalisis. Analisis ini meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya pembeda dan uji tingkat kesukaran.

a. Penskoran

Pada penelitian ini digunakan metode penskoran berdasarkan metode

rights only, yaitu jawaban yang benar diberi skor satu atau butir soal yang

tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

(Munaf, 2001:44) b. Analisis validitas instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien korelasi biserial. Validitas butir soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ { ∑ ∑ }

(Arikunto, 2009:72) Dengan:

rXY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan


(28)

39

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

Tabel 3.1. Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Interpretasi

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009:75) c. Analisis reliabilitas instrumen

Reliabilitas merupakan kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama, ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Rumus yang digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas adalah dengan menggunakan persamaan K-R 20, sebagai berikut:

[ ] [ ∑ ]

(Arikunto, 2009:100) Keterangan :

r11 : reliabilitas yang dicari

p : proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar q : proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah n : banyaknya soal

s : standar deviasi

Standar deviasi dapat dicari dengan rumus :

1 )

( 2

  

N X X


(29)

40

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Tabel 3.2. Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

(Sugiyono, 2012: 231) d. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong kedalam soal mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar untuk diselesaikan oleh siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal adalah sebagai berikut:

(Arikunto, 2009:208) Keterangan:

P = indeks kesukaran

= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kesukaran

P-P Klasifikasi

0,00 – 0,29 0,30 – 0,69 0,70 – 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

(Arikunto, 2009: 210) e. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :


(30)

41

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

(Arikunto, 2009: 213) Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,19 Jelek

0,20 ≤ D ≤ 0,39 Cukup

0,40 ≤ D ≤ 0,69 Baik

0,70 ≤ D ≤ 1,00 Baik sekali Bertanda negative Jelek sekali

(Arikunto, 2009:218)

f. Hasil Uji Coba Instrumen

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil analisis instrumen soal yang dirangkum dalam Tabel 3.5. Pengolahan data selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran C.


(31)

42

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Tabel 3.5 Hasil Uji Soal Instrumen Pada Ranah Kognitif

No Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keterangan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,32 Sedang 0,21 Cukup 0,09 Sangat Rendah Diganti 2 0,75 Mudah 0,21 Cukup 0,37 Rendah Diganti 3 0,79 Mudah 0,29 Cukup 0,33 Rendah Dipakai 4 0,89 Mudah 0,21 Cukup 0,41 Cukup Dibuang 5 0,68 Sedang 0,5 Baik 0,45 Cukup Dipakai 6 0,18 Sukar 0,21 Cukup 0,19 Sangat rendah Dibuang 7 0,86 Mudah 0,29 Cukup 0,48 Cukup Diperbaiki 8 0,75 Mudah 0,21 Cukup 0,26 Rendah Diperbaiki 9 0,86 Mudah 0,29 Cukup 0,32 Rendah Dipakai 10 0,82 Mudah 0,21 Cukup 0,16 Sangat rendah Dibuang 11 0,54 Sedang 0,21 Cukup 0,21 Rendah Dipakai 12 0,39 Sedang 0,21 Cukup 0,32 Rendah Dipakai 13 0,25 Sukar 0,21 Cukup 0,44 Cukup Diganti 14 0,89 Mudah 0,21 Cukup 0,4 Cukup Dibuang 15 0,54 Sedang 0,21 kCukup 0,26 Rendah Dipakai 16 0,5 Sedang 0,29 Cukup 0,25 Rendah Dipakai 17 0,61 Sedang 0,21 Cukup 0,48 Cukup Dipakai 18 0,86 Mudah 0,29 Cukup 0,53 Cukup Dipakai 19 0,71 Mudah 0,57 Baik 0,55 Cukup Dipakai 20 0,32 Sedang 0,21 Cukup 0,38 Rendah Dipakai 21 0,56 Sedang 0,21 Cukup 0,31 Rendah Dipakai 22 0,46 Sedang 0,64 Baik 0,71 Tinggi Dipakai 23 0,93 Mudah 0 Jelek 0,12 Sangat Rendah Dibuang 24 0,25 Sukar 0,36 Cukup 0,66 Tinggi Dipakai 25 0,18 Sukar 0,07 Jelek 0,16 Sangat Rendah Diperbaiki 26 0,79 Mudah 0,29 Cukup 0,35 Rendah Dipakai 27 0,54 Sedang 0,21 Cukup 0,44 Cukup Dipakai 28 0,61 Sedang 0,36 Cukup 0,41 Cukup Dipakai 29 0,64 Sedang 0,57 Baik 1,45 Sangat Tinggi Dipakai 30 0,82 Mudah 0,21 Cukup 2,2 Sangat Tinggi Dipakai 31 0,79 Mudah 0,43 Baik 2,02 Sangat Tinggi Dipakai 32 0,29 Sukar 0 Jelek 0,65 Tinggi Dipakai 33 0,93 Mudah 0,14 Jelek 3,56 Sangat Tinggi Dibuang 34 0,14 Sukar 0,14 Jelek 0,51 Cukup Dipakai 35 0,32 Sedang 0,36 Cukup 0,79 Tinggi Dipakai 36 0,29 Sukar 0,29 Cukup 0,72 Tinggi Dipakai


(32)

43

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

Diperoleh nilai koefisien realibilitas sebesar 0,79 tergolong dalam kategori kuat. Ini menunjukkan bahwa soal yang telah diujicobakan mempunyai skor yang tetap atau sering disebut ajeg yang dapat diartikan bahwa soal ini jika dilakukan pengukuran ulang pada kondisi dan situasi yang berbeda maka skor yang dihasilkan merupakan skor konsisten walaupun skor yang didapatkan tidak selalu sama tetapi perubahan skornya konsisten.

Berdasarkan Tabel 3.11 dapat diperoleh informasi bahwa dari dari 36 butir soal yang diujicoba pada kelas XI di salah satu SMK Negeri di kota Kuningan, tetapi hanya digunakan 30 butir soal sebagai instrumen penelitian. Setiap satu indikator soal mempunyai dua soal yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi apabila salah satu dari dua soal pada setiap indikator soal yang telah di uji coba mempunyai kriteria yang buruk. Pada 30 soal tersebut ada 3 butir soal yang diperbaiki dan 3 butir soal yang diganti dikarena nilai daya pembeda tergolong kategori jelek dan nilai validitasnya sangat rendah. Sedangkan 6 butir soal dibuang dengan pertimbangan tertentu seperti nilai daya pembeda tergolong sangat jelek dan nilai validitasnya sangat rendah.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama 3 kali penelitian. Pada tahap ini dilakukan implementasi levels of inquiry model. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dengan :

1. Melakukan pretest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan karakter yang dibangun peserta didik sebelum diberikan perlakuan terhadap objek penelitian. Pelaksanaan pretest dilakukan pada hari Sabtu 23 Maret 2013.

2. Melakukan treatment dengan penerapan levels of inquiry model pada proses pembelajaran. Pemberian treatment ini dilakukan sebanyak empat kali pertemuan yaitu pada 30 Maret, 6 April, 13 April, dan 20 April 2013.

3. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas peserta didik dan keterlaksanaan aktivitas guru.


(33)

44

Fera Tri Puspita Sari, 2014

4. Melakukan posttest terhadap objek penelitian untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan. Pelaksanaan posttest dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 April 2013.

3.6.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menskor tes awal dan tes akhir.

2. Menghitung gain yang dinormalisasikan dari skor tes awal dan akhir siswa.

3. Menghitung skor yang didapat siswa pada ranah kognitif dan ranah psikomotor

3.6.4 Tahap penarikan kesimpulan

Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan, dan menyusun laporan penelitian. Secara garis besar, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat dari Gambar 3.3. sebagai berikut:


(34)

45

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Tahap Persiapan

Study pustaka

Levels of Inquiry Model

 Kemampuan inkuiri  Kurikulum Fisika SMK Hasil belajar siswa pada ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor

Studi pendahuluan

Melakukan observasi saat proses pembelajaran untuk melihat kemampuan inkuiri siswa berdasarkan kemampuan pada levels of inquiry model selama proses pembelajaran.

Perencanaan pembuatan instrumen penelitian berdasarkan levels of inquiry model .  Pembuatan RPP dan skenario

 Intrumen tes prestasi siswa

 Instrumen kemampuan inkuiri siswa

Penentuan Sampel Penelitian

Uji coba instrumen

Analisis tes terhadap hasil uji instrumen

Judgment instrumen

Penyusunan instrumen tes penelitian

Tahap Pelaksanaan

Pre-test (Discovery Learning) Treatment 1 (Interactive Demonstration dan Treatment 2

Inquiry Lesson )

Treatment 3 (Inquiry Lab) Treatment 4

(Hypothetical Inquiry)

Post-test

Tahap Pengolahan dan Analisi Data

Pengolahan data Analisis Data Pembahasan Kesimpulan dan Saran


(35)

46

Fera Tri Puspita Sari, 2014

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan terdiri atas dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh berupa data hasil tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah kognitif. Sedangkan untuk data kualitatif, diperoleh dari lembar keterlaksanaan, lembar observasi kemampuan inkuiri, lembar observasi aktivitas siswa untuk melihat hasil belajar ranah afektif dan psikomotor.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Menghitung Gain Skor

Analisis data dilakukan terhadap data tes soal pilihan ganda pretest dan

postest. Gain merupakan selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir.

Untuk menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut:

(Hake, 1998) Keterangan:

g = Gain

T1 = skor tes awal (pretest)

T2 = skor tes akhir (posttest)

Menghitung Gain Ternormalisasi

Menghitung nilai gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan gain maksimum untuk melihat apakah hasil belajar siswa pada ranah kognitif pada setiap pertemuannya meningkat. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa. Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan sebagian berikut:

Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>)


(36)

47

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

Keterangan:

<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi T1 = skor tes awal (pretest)

T2 = skor tes akhir (posttest)

<Si> = skor ideal

Tabel 3.6. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7 3

,

0  g   Sedang

3 , 0

 Rendah

(Hake, 1998) 3.8.2 Data kualitatif

1. Pengolahan Lembar Keterlaksanaan Levels of Inquiry Model

Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, keterlaksanaan pembelajaran selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Berikut interpretasi jumlah skor yang didapat dengan kategori seperti yang dijelaskan oleh Mundilarto. Untuk menghitung skor keterlaksanaan levels of inquiry model dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Langkah–langkah yang penulis lakukan untuk menghitung rentang skor keterlaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.Menghitung jumlah kegiatan pembelajaran yang terlaksana yang telah observer isi pada lembar observasi keterlaksanaan levels of inquiry model. 2.Menghitung skor keterlaksanaan levels of inquiry model pada setiap


(37)

48

Fera Tri Puspita Sari, 2014

3.Menafsirkan kategori keterlaksanaan levels of inquiry model dalam setiap level kegiatan inkuiri berdasarkan Tabel 3.7 Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Interpretasi Keterlaksanaan Level of Inquiry Model No Skala Keterlaksanaan Level of Inquiry Model Interpretasi

1. 0 – 35 Kurang

2. 36 – 70 Cukup

3. 71 – 100 Baik

(Mundilarto, 2012) 2. Pengolahan lembar observasi kemampuan inkuiri siswa.

Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor kemampuan inkuiri siswa dengan persamaan sebagai berikut:

Tabel 3.8. Interpretasi Kemampuan Inkuiri Siswa

Jumlah Skor Kategori

33 – 55 Kurang

56– 78 Cukup

79 – 100 Baik

(Mundilarto, 2012) 3. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah Afektif

Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa


(38)

49

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:

Tabel 3.9. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Afektif

Jumlah Skor Kategori

33 – 55 Kurang

56 – 78 Cukup

79 – 100 Baik

(Mundilarto, 2012) 4. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah

Psikomotor

Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:


(39)

50

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Tabel 3.10. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor

Jumlah Skor Kategori

33 – 55 Kurang

56– 78 Cukup

79 – 100 Baik


(40)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan dari data hasil penelitian yang dilakukan pada ekstrakurikuler Fisika di salah satu SMK Negeri di Kota Kuningan mengenai kemampuan inkuiri dan hasil belajar berdasarkan Levels of Inquiry Model diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan inkuiri siswa tergolong dalam kategori baik, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada ranah kognitif serta hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor berada pada kategori baik. Untuk lebih jelas maka dapat dilihat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan inkuiri siswa berdasarkan Levels of Inquiry Model untuk seluruh level mempunyai skor rata-rata sebesar 87,97 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level discovery learning sebesar 94,86 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level interactive

demonstration sebesar 89,10 berada pada kategori baik. Kemampuan inquiri

siswa pada level inquiry lesson sebesar 86,25 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level inquiry lab sebesar 86,75 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level hypothetical inquiry sebesar 82,90 berada pada kategori baik.

2. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif berdasarkan Levels of Inquiry Model mengalami peningkatan sebesar 0,37 berada pada kategori sedang. Hasil belajar pada ranah afektif dari seluruh pertemuan rata-rata skor sebesar 92,50 berada pada kategori baik. Dan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor memiliki rata-rata skor dari seluruh pertemuan sebesar 88,55 berada pada kategori baik.


(41)

87

Fera Tri Puspita Sari, 2014 B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain:

a) Untuk mempertahankan kemampuan inkuiri siswa yang sudah baik maka siswa sebaiknya melakukan proses pembelajaran dengan membiasakan melakukan percobaan. Membiasakan siswa melakukan percobaan akan melatihkan kemampuan inkuiri sehingga siswa akan memiliki kemampuan inkuiri yang lebih baik.

b) Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor dengan cara membiasakan siswa melakukan proses pembelajaran dengan melakukan percobaan. Keterampilan dan kecakapan siswa dalam melakukan percobaan akan terbangun dari kebiasaan siswa melakukan percobaan.

c) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan lebih memberikan penguatan yang lebih setelah melakukan percobaan sehingga siswa dapat lebih memahami mengenai materi hasil percobaan.


(42)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT. BUMI AKSARA.

Clark, Donal. 2000. Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia :

http://www.nwlink.com/`dinclark/hrd/bloom.html [10 Oktober 2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, RW. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Fraenkel. Wallen. and Hyun. (2012). How to Design adn Evaluate Research in

Education. (Eighth ed.). United States: The McGraw-Hill Companies.

Hake, R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : tidak diterbitkan

Mundilarto. (2012). Hasil Belajar Fisika.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Profil Hasil

Belajar Siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Level of Inquiry.

Bandung: tidak dipublikasikan


(43)

89

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Wenning, C.J. (2005a). “Implementing inquiry-based instruction in the science classroom: A new model for solving the improvement-of-practice problem”.

Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15

Wenning, C.J. (2005b). “Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process”. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11

Wenning, C.J. (2010). “Levels of inquiri: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Journal of Physics Teacher Education Online,

11-19

Wenning, C.J. (2012). “The levels of inquiry model of science teaching”. Journal


(1)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:

Tabel 3.9. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Afektif

Jumlah Skor Kategori

33 – 55 Kurang

56 – 78 Cukup

79 – 100 Baik

(Mundilarto, 2012) 4. Pengolahan Lembar Observasi Hasil Belajar Siswa pada Ranah

Psikomotor

Data yang sudah didapat pada lembar observasi kemudian dianalisis berdasarkan rubrik yang telah dibuat dan didiskusikan dengan pakar. Lembar observasi tersebut berisi tentang aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah aktivitas siswa ketika melakukan percobaan. Melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer, aktivitas siswa selama melaksanakan percobaan dapat diketahui. Total skor dari lembar observasi itu kemudian direntangkan. Rentang skor dimulai dari kemungkinan skor paling rendah dan kemungkinan skor paling tinggi. Kemudian menurut Mundilarto (2012), dari rentang tersebut dibagi manjadi tiga kategori, yaitu kategori kurang, cukup dan baik. Untuk menghitung skor hasil belajar siswa pada ranah psikomotor dengan persamaan sebagai berikut:


(2)

50

Tabel 3.10. Interpretasi Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor

Jumlah Skor Kategori

33 – 55 Kurang

56– 78 Cukup

79 – 100 Baik


(3)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan dari data hasil penelitian yang dilakukan pada ekstrakurikuler Fisika di salah satu SMK Negeri di Kota Kuningan mengenai kemampuan inkuiri dan hasil belajar berdasarkan Levels of Inquiry Model diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan inkuiri siswa tergolong dalam kategori baik, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada ranah kognitif serta hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor berada pada kategori baik. Untuk lebih jelas maka dapat dilihat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan inkuiri siswa berdasarkan Levels of Inquiry Model untuk seluruh level mempunyai skor rata-rata sebesar 87,97 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level discovery learning sebesar 94,86 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level interactive demonstration sebesar 89,10 berada pada kategori baik. Kemampuan inquiri siswa pada level inquiry lesson sebesar 86,25 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level inquiry lab sebesar 86,75 berada pada kategori baik. Kemampuan inkuiri siswa pada level hypothetical inquiry sebesar 82,90 berada pada kategori baik.

2. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif berdasarkan Levels of Inquiry Model mengalami peningkatan sebesar 0,37 berada pada kategori sedang. Hasil belajar pada ranah afektif dari seluruh pertemuan rata-rata skor sebesar 92,50 berada pada kategori baik. Dan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor memiliki rata-rata skor dari seluruh pertemuan sebesar 88,55 berada pada kategori baik.


(4)

87

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang diajukan, antara lain:

a) Untuk mempertahankan kemampuan inkuiri siswa yang sudah baik maka siswa sebaiknya melakukan proses pembelajaran dengan membiasakan melakukan percobaan. Membiasakan siswa melakukan percobaan akan melatihkan kemampuan inkuiri sehingga siswa akan memiliki kemampuan inkuiri yang lebih baik.

b) Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor dengan cara membiasakan siswa melakukan proses pembelajaran dengan melakukan percobaan. Keterampilan dan kecakapan siswa dalam melakukan percobaan akan terbangun dari kebiasaan siswa melakukan percobaan.

c) Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dengan lebih memberikan penguatan yang lebih setelah melakukan percobaan sehingga siswa dapat lebih memahami mengenai materi hasil percobaan.


(5)

Fera Tri Puspita Sari, 2014

Profil Kemampuan Inkuiri Dan Profil Hasil Belajar Siswa SMK Berdasarkan Levels Of Inquiry Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: PT. BUMI AKSARA.

Clark, Donal. 2000. Learning Domain or Bloom’s Taxonomy. [Online]. Tersedia : http://www.nwlink.com/`dinclark/hrd/bloom.html [10 Oktober 2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, RW. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Fraenkel. Wallen. and Hyun. (2012). How to Design adn Evaluate Research in Education. (Eighth ed.). United States: The McGraw-Hill Companies.

Hake, R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung : tidak diterbitkan

Mundilarto. (2012). Hasil Belajar Fisika.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Profil Hasil Belajar Siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Level of Inquiry. Bandung: tidak dipublikasikan


(6)

89

Wenning, C.J. (2005a). “Implementing inquiry-based instruction in the science classroom: A new model for solving the improvement-of-practice problem”. Journal of Physics Teacher Education Online, 9-15

Wenning, C.J. (2005b). “Levels of Inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry process”. Journal of Physics Teacher Education Online, 3-11

Wenning, C.J. (2010). “Levels of inquiri: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Journal of Physics Teacher Education Online, 11-19

Wenning, C.J. (2012). “The levels of inquiry model of science teaching”. Journal of Physics Teacher Education Online, 9-16