PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEJABAT FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL TINGKAT II DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG.

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN

KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PEJABAT FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL TINGKAT II
DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

&i
Oleh

:

Eddy Yusup
Nim.979677


PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2004

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing

"*£_\
Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA

Pembimbing II

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, MSc

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2004

MENGETAHUI

KETUA PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prof. Dr. R. Ibrahim, MA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2004

ABSTRAK

Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi oleh setiap sistem pendidikan dan pelatihan
adalah tidak terkaitnya antara program (kurikulum) yang d.gunakan dengan kebutuhan pengguna
(user). Persoalan tersebut sampai saat ini masing-masing berkembang dan kurang disadari oleh
sebag.an besar otontas sistem pendidikan dan pelatihan. Imphkasi dar. hal tersebut terbentuk suatu
sikap skeptis (keraguan) terhadap sistem pendidikan dan pelatihan. Outcome sistem pendidikan dan

pelatihan harus memben pengaruh positifkepada kinerja individu dan organisasi penoguna
Bedasarkan hal tersebut di atas, peneliti berupaya untuk melakukan penelitfan dengan judul
Pengembangan Kurikulum berdasarkan Kompetensi pada Pendidikan dan Pelatihan Pejabat
vU^?TLPotZ?aJ°fl
dl BaM BeSar
Pendidik™
Kesejahteraan
Sosial
(BBPPKS) Bandung"l1"^1
Karena" kurikulum
merupakan
konsepdanyangPelatihan
luas, maka
penekanan
penehtian memfokuskan pada isi/materi kurikulum. Dengan fokus tersebut, maka dirumuskan

rumusan masalah penehtian, "Bagaimana mengembangkan isi/materi kurikulum berbasis

kompetensi pada Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II di Balai
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung". Dan rumusan

masalah tersebut disusun pertanyaan-pertanyaan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi kompetensi-kompetensi pekerjaan sosial Pejabat Fungsional Pekerja Sosial
Tingkat II?

2. Apa saja unsur-unsur yang melandasi pengembangan isi kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional
Pekerja Sosial Tingkat II ?

3. Bagaimana langkah-langkah pengembangan kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja
Sosial Tingkat II ?

4. Faktor-faktor apa yang menghambat pengembangan kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional
Pekerja Sosial Tingkat II ?

B

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan masalah penehtian tersebut di atas, maka metode
pendekatan yang digunakan dalam penehtian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Alasan untuk menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran yang sesungguhnya

tentang fokus penehtian, adapun teknik pengumpulan data adalah dengan teknik wawancara,
observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan secara simultan. Alat pengumpulan data adalah

penehti sendin (human instrumen). Model anahsis data yang dilakukan dengan langkah-langkah :(a)
Reduksi Data, (b). Display Data dan (c) Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi.

Dalam pengujian keakraban data digunakan teknik pemeriksaan data, yaitu derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependebility) dan kepastian

(confirmability).

Berdasarkan hasil penehtian, maka peneliti menemukan, isi kurikulum Pelatihan Pejabat
Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II kurang relevan dengan kompetensi-kompetensi pekerjaan sosial

Sedangkan Model Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional Tingkat II cenderung

menggunakan model adminsitratif. Hal mi dapat dilihat langkah-langkah yang dilakukan oleh

pengembang, sebagai berikut, 1. Tahap munculnya gagasan, 2. Pembentukan Tim Pengembang, 3.
Tahap Operasional, 4. Tahap Penerapan, dan 5. Tahap Evaluasi. Agar tujuan Pelatihan Pejabat

Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II sesuai dengan harapan, maka isi/materi kurikulumnya harus
kurikulum berbasis kompetensi. Imphkasi dan hal tersebut, maka Pengembangan kurikulum Pelatihan

Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II seyogianya menggunakan langkah-langkah 1.Tujuan

program diklat, 2. Merumuskan kompetensi, 3. Merumuskan isi/materi Diklat, 4. Waktu dan 5.

Menentukan struktur kurikulum. kompetensi Rekomendasi yang disampaikan oleh penulis

diantaranya ditujukkan kepada manajemen dari institusi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan

Kesejahteraan Sosial Bandung, bila merancang suatu Program Pendidikan dan Pelatihan Fungsional

Tingkat II perlu melibatkan ahli kurikulum, memaksimalkan peranan widyaiswara dalam
pengembangan kurikulum, melibatkan ahli dalam bidangan pekerjaan.

DAFTAR ISI

ABSTRAK


i

KATA PENGANTAR

j,

UCAPAN TERIMAKASIH

vl

DAFTAR ISI

vni

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR TABEL


xii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penehtian

]

B. Pembatasan Masalah Penehtian

1]

C. Rumusan dan Pertanyaan Penehtian

12

D. Definisi Operasional


13

E. Tujuan Penehtian

15

F. Manfaat Penehtian

16

G. Paradigma Penehtian

16

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial
Tingkat II Dari PerspektifKompetensi Pekerjaan Sosial

B. PengembanganKurikulum BerdasarkanKompetensi

20
25

C. Pengembangan Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Berdasarkan
Kompetensi
BAB III

39

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penehtian

49

B. Deskriptif Latar (Lokasi) Penehtian

51


C. Metode Penehtian

52

D. Penentuan Sumber Data

52

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

56

Vlll

F. Tahapan Penehtian
G. Pengujian Keabsahan Data
BAB IV

59
62

DESKRIPSI, ANALISIS, DAN VERIFIKASI DATA

A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Kompetensi Pekerjaan Sosial Pejabat Fungsional Pekerja
Sosial Tinhkat II

66
66

2. Deskripsi Data tentang unsur-unsur yang Melandasi

Pengembangan Isi/Materi Kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional
pekerja Sosial Tingkat II

77

3. Deskripsi Data tentang Prosedur Pengembangan Isi/Materi
Kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial

Tingkat II

80

4. Deskripsi Data tentang faktor-faktor yang menghambat

Pengembangan Isi/Materi Kurikulum Pelatihan Pejabat
Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II

83

B. Analisis Data

85

1. Analisis Kompetensi Pekerjaan Sosial Pejabat Fungsional Pekerja
Sosial Tingkat II
2. Analisis Data tentang unsur-unsur yang

86
melandasi

Pengembangan Isi/Materi Kurikulum Pelatihan Pejabat
Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II

91

3. Analisis Data tentang Prosedur Pengembangan Isi/Materi
Kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial

Tingkat II (PPFPS)

93

4. Analisis Data tentang faktor-faktor yang Menghambat

Pengembangan Isi/materi Kurikulum Pelatihan Pejabat
Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II
C.

95

Verifikasi Data

97

1. Verifikasi Data Kompetensi-kompetensi Pekerja Sosial

97

2. Verifikasi Data tentang Unsur-unsur yang Melandasi

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

104

IX

3. Verifikasi

Data

tentang

Prosedur

Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi

105

4. Verifikasi faktor-faktor yang Menghambat Pengembangan

Kurikulum Berbasis Kompetensi

107

5. Proses Pengembangan Kurikulum Pelatihan Pejabat

Fungsional Pekerja Sosial Berbasis Kompetensi
BAB V

108

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

113

B. Imphkasi

121

C. Rekomendasi

125

DAFTAR PUSTAKA

130

LAMPIRAN-LAMPIRAN :

A. KISI-KISI PENGUMPULAN DATA

133

B. PEDOMAN WAWANCARA

134

DAFTAR GAMBAR

1.1 Paradigma Penehtian

19

1.2 Poses Pengembangan Model William E. Blank

46

1.3 Disain Penehtian

65

1.4 Unsur-unsur yang melandasi Pengembangan Isi/Materi Kurikulum
Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II

92

1.5 Langkah-langkah Pengembangan Isi Kurikulum di BBPPKS Bandung ... 94
1.6 Pola Penghambat Pengembangan Isi/Materi Kurikulum PPFPS tingkat II
Terhadap Hasil Pengembangan
1.7 AnalisisJob/pekerjaan

96
Ill

XI

DAFTAR TABEL

2.1 Daftar Isi/Materi kurikulum Diklat Pejabat Fungsional Pekerja Sosial

Tingkat II
2.2 Kompetensi-kompetensi Pekerjaan Sosial Pejabat Fungsional Pekerja
Sosial tingkatll
2.3 JenjangJabatan Pekerja Sosial
2.4 Kompetensi Pekerja Sosial

9
89
99
102

2.5 Struktur Isi/materi Kurikulum Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja

Sosial Tingkat II

113

xn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

Perkembangan ilmu pengetaliuan dan teknologi telah mepengaruhi dan

mengubah seluruh tatanan kehidupan manusia, tidak kecuali pada sistem pendidikan
dan pelatihan. Pada satu sisi, pendidikan dan pelatilian dapat memberi konstribusi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan di sisi lain, ilmu

pengetaliuan dan teknologi dapat mempengaruhi efektivitas dan efesiensi pendidikan
dan pelatihan. Hal ini sangat beralasan, dari perspektif sosiologi pendidikan dan
pelatihan merupakan pranata sosial, sekaligus sebagai sub sistem sistem sosial, maka

sangat wajar apabila pendidikan dan pelatihan disatu pihak, ilmu pengetahuan dan
teknologi dipihak lain memiliki korelasi yang signifikan. Selain itu kedua hal tersebut

dapat memberi konstribusi yang sangat berarti terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat secara keseluruhan. Di samping itu juga, pendidikan dan

pelatihan, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peranan dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat.

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pendidikan dan pelatihan di Indonesia,
adalah sudah sejauhmana sistem pendidikan dan pelatihan telah memberikan

sumbangan terhadap peningkatan kualitas

sumber daya manusia sesuai dengan

kebutuhan atau harapan masyarakat pengguna. Fenomena meningkatnya pendirian
berbagai asosiasi pendidikan dan pelatihan, baik yang didirikan pemerintah dan

swasta belum cukup dapat memberikan peningkatan kualitas performan sumber daya
manusia. Paramneter keberhasilan sistem pendidikan dan pelatihan bukan ditentukan

Sedangkan tujuan dari suatu pendidikan dan pelatihan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 14 Tahun 1994 pasal 2 yakni:

a. Meningkatkan kesetiaan dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintali
Republik Indonesia.

b. Menanamkan kesamaan pola fikir yang dinamis dan bernalar agar
memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas
umum pemerintali dan pembangunan
c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada
pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi masyarakat.
d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan /atau keterampilan serta

pembentukan sedini mungkin kepribadian Pegawai Negeri Sipil.

Mencermati tujuan pendidikan dan pelatihan tersebut di atas pada esensinya
bahwa akuntabihtas unit pendidikan dan pelatihan yang ada di bawah otoritas instansi

pemerintah (departemen) bukan hanya dituntut mempertanggungjawabkan kuantitas

dana yang dikeluarkan untuk membiayai operasional pendidikan dan pelatihan, tetapi
juga akuntabihtas kualitas produk yang dihasilkan. Dalam arti, pertanggungjawaban
fungsional yang lebih menekankan kualitas outcomes, sebagaimana tujuan pendidikan
dan pelatihan yang di rumuskan dalam Peraturan Pemerintah di atas. Jika unit

pendidikan dan pelatihan diminta pertanggungjawabannya yang berkaitan tentang
masalah kualitas outcomes, maka banyak unit pendidikan dan pelatihan yang tidak
mampu mempertanggungjawabkannya secara objektif.

Berbagai variabel yang dapat mempengaruhi kondisi unit-unit pendidikan dan
pelatihan di atas, salah satunya adalah variabel kurikulum. Kurikulum sebagai sub

sistem pendidikan dan pelatihan memiliki peranan penting dalam menciptakan
efektivitas dan efisiensi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pelatihan.

Secara substansial anatomi kurikulum pendidikan dan pelatihan tidak ada perbedaan
dengan kurikulum pendidikan umum. Karena tidak ada perbedaan yang tegas tersebut,
maka kurikulum yang ada pada unit-unit pendidikan dan pelatihan diidentikan oleh

pengelola pendidikan dan pelatihan dengan kurikulum pendidikan umum. Hal ini
merupakan suatu kekeliruan mendasar yang harus disadari oleh suatu sistem dan

pengelola pendidikan dan pelatihan. Kurikulum Pendidikan dan pelatihan memiliki
karekateristik yang

berbeda

dengan

kurikulum

pendidikan umum.

Menurut

Subandijah (1996 : 228), karakteristik kurikulum pendidikan dan pelatihan adalah :
Orientasi; Justifikasi; Fokus; Standar Keberhasilan di sekolah; Standar

keberhasilan di luar sekolah; Hubungan sekolah dengan masyarakat;
keterlibatan di luar sekolah; keterlibatan pemerintah daerah; responsif,
Logistik dan Dana.

Menurut Subandijah, bahwa kurikulum pendidikan pelatihan memiliki

karakteristik orientasi yaitu product atau lulusan. Artinya keberhasilan pendidikan dan

pelatihan tidak melulu diukur dari prestasi peserta didik di dalam kelas tetapi melalui
hasil dan prestasi yang ditampilkan oleh peserta didik dalam dunia kerja. Selanjutnya,
karakteristik kurikulum pendidikan dan pelatihan adalah justifikasi, artinya memiliki

dasar pertimbangan kebutuhan pekerjaan (occupation). Kebutuhan itu harus dijabarkan
secara jelas. Dengan demikian, pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan
kemanfaatan untuk peserta didik dalam melaksanakan pekerjaannnya.. Karakteristik
Fokus, artinya fokus pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan tidak terbatas

pada pengembangan pengetahuan tentang suatubidang tertentu, tetapi secaralangsung
membantu peserta didik untuk mengembangkan lebih luas lagi tentang pengetahuan,
keterampilan sikap dan nilai. Lingkungan belajar harus dipersiapkan sehingga peserta
didik mengembangkan pengetahuan, keterampilan manipulatif, sikap dan nilai sebaik-

baiknya untuk mengintregitaskan bidan tersebut dengan aplikasinya untuk merangsang
dalam melakukan kerja yang sesuangguhnya.

Di samping itu, kurikulum pendidikan dan pelatihan memiliki karakteristik
standar keberhasilan daiam sekolah.

Karakteristik keberhasilan dalam sekolah

berhubungan erat dengan penampilan yang diharapkan dari peserta didik dengan suatu
pekerjaan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh pengajar atau instruktur. Yang
sering digunakan untuk standar pekerjaan. Peserta didik dapat melengkapi penampilan
tugas-tugas dan fungsi tertentu dalam waktu yang diberikan dengan prosedur yang
telah dijelaskan dan standar kemampuan ini harus disesuaikan dengan permintaan
dalam dunia kerja.

Karkateristik

lain kurikulum

pendidikan dan

pelatihan adalah

standar

keberhasilan di luar sekolah. Parameter lain yang dapat menentukan keberhasilan
lembaga pendidikan dan pelatihan adalah keberhasilan peserta didik di luar sekolah.

Yaitu peserta didik yang telah lulus harus dinilai dari keberhasilan dan prestasi dalam
dunia pekerjaan. Kemudian kurikulum Pendidikan dan pelatihan harus memiliki

hubungan dengan masyarakat. Hubungan ini bukan sebatas hubungan karena sekolah

ada di lingkungan masyarakat tetapi lebih dari itu hubungan dengan masyakat dunia

kerja. Sehingga pendidikan dan pelatihan dapat memenuhi akan kebutuhan tenaga
kerja yang diperlukan oleh dunia kerja.

Selanjutnya kurikulum pendidikan dan pelatihan memiliki karakteristik adanya
keterlibatan pemerintahan daerah. Artinya pemerintahan daerah dapat menyediakan
fasilitas pendidikan dan pelatihan yang diperlukan. Kurikulum pendidikan dan
pelatilian juga harus tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat, terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika hal ini
dicemati oleh unit pendidikan dan pelatihan maka akan berdampak pada efektivitas
dan efisiensi pencapai tujuan. Dan karakteristik yang terahkir adalah adanya logistik

dan dana. Penyediaan sarana dan prasarana, fasiltas sumber pengajaran yang terlibat
dalam penerapan kurikulum perlu diatur sedemikian rupa, termasuk di dalamnya
pemeliharaan fasilitas yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Biaya atau

berhubungan erat dengan penampilan yang diharapkan dari peserta didik dengan suatu
pekerjaan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh pengajar atau instruktur. Yang
sering digunakan untuk standar pekerjaan. Peserta didik dapat melengkapi penampilan
tugas-tugas dan fungsi tertentu dalam waktu yang diberikan dengan prosedur yang
telah dijelaskan dan standar kemampuan ini harus disesuaikan dengan permintaan
dalam dunia kerja.

Karkateristik lain kurikulum pendidikan dan pelatihan adalah standar
keberhasilan di luar sekolah. Parameter lain yang dapat menentukan keberhasilan

lembaga pendidikan dan pelatihan adalah keberhasilan peserta didik di luar sekolah.

Yaitu peserta didik yang telah lulus harus dinilai dari keberhasilan dan prestasi dalam
dunia pekerjaan. Kemudian kurikulum Pendidikan dan pelatilian harus memiliki

hubungan dengan masyarakat. Hubungan ini bukan sebatas hubungan karena sekolah

ada di lingkungan masyarakat tetapi lebih dari itu hubungan dengan masyakat dunia

kerja. Sehingga pendidikan dan pelatihan dapat memenuhi akan kebutuhan tenaga
kerja yang diperlukan oleh dunia kerja.

Selanjutnya kurikulum pendidikan dan pelatihan memiliki karakteristik adanya
keterlibatan pemerintahan daerah. Artinya pemerintahan daerah dapat menyediakan
fasilitas pendidikan dan pelatihan yang diperlukan. Kurikulum pendidikan dan

pelatilian juga harus tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat, terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika hal ini

dicemati oleh unit pendidikan dan pelatihan maka akan berdampak pada efektivitas
dan efisiensi pencapai tujuan. Dan karakteristik yang terahkir adalah adanya logistik

dan dana. Penyediaan sarana dan prasarana, fasiltas sumber pengajaran yang terlibat

dalam penerapan kurikulum perlu diatur sedemikian rupa, termasuk di dalamnya
pemeliharaan fasilitas yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Biaya atau

dana, dalam arti penggunaan biaya ini harus seefektif dan efisien mungkin. Biaya
dimaksud adalah biaya bidang pengajaran khusus yang ditekankan. Umumnya biaya
untuk opersional keseluharan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Jika
karaktaristik kurikulum ini dipahami oleh pengelola pendidikan dan pelatihan maka,

harapam masyarakat pengguna terhadap pendidikan dan pelatihan akan terwujud.
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung sebagai
unit pelaksana teknis pengembangan sumber daya manusia Departemen Sosial, yang

tugas pokok dan fungsinya menyelengarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai
di lingkungan Departemen Sosial. Selama kiprahnya dalam menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan, BBPPKS Bandung telah menyelengarakan berbagai jenis
diklat. Salah satu jenis diklat adalah Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Fungsional
Pekerja Sosial. Diklat ini diselenggarakan atas pertimbangan tuntutan pelayanan sosial
yang lebih efektif dan efisien. Salah satu unsur yang memiliki tugas dan fungsi
pelayanan soaial ini adalah Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II. Pejabat
Fungsional Pekerja Sosial sebagai ujung tombak pembangunan kesejahteraan sosial,

sudah seyogianya memiliki kompetensi atau kemampuan untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya. Oleh karena itu diadakan atau diselenggarakan Pendidikan dan
Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II.

Harapan yang diinginkan dari Pendidikan dan Pelatihan Pejabat Fungsional
Pekerja Sosial ini adalah terciptanya pekerja sosial yang profesional. Sebagai salah
satu profesi yang masih relatif baru dan barangkali belum dikenal oleh masyarakat
luas, tentunya pekerja sosial fungsional ini dapat disejajarkan dan diakui oleh

masyarakat sebagai unsur penting dalam pembangunan kesejahteraan sosial. Untuk
diakui sebagai profesi yang profesional pekerja sosial fungsional ini harus memiliki

karakteristik profesional, sebagaimana menurut Leabermen (1956) yang dikutip oleh

Abin, SM. (1996 : 105), baliwa suatu pekerjaan atau profesi dapat disebut profesional
apabila memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Unique, definitive, and essential service;
An emphasis upon intellectual techniques in performing its service;
A long period of specialiazes training;
A broad range of autonomy for both the individual practitioners and
accupational group as a whole;

5. An acceptance practitional of broad personal responsibility for
judgment made acts perfonned within the scope of professional
autonomy;

6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the

economic gain to the practitioners as the basic for the organization
and performance of the social service delegated to the occupational
group;

7. A comprehensive self governing organization of practitioners;
8. A code ethics which has been clarified and interpreted an ambiguous
and doubtful point by concrete cases.

Imphkasi dengan pekerja sosial, khususnya pejabat fungsional pekerja sosial,
belum sampai tarap sebagai profesional mapan. Karena pejabat fungsional pekerja
sosial belum memenuhi karakteristik-karakteristik di atas.. Namun embrio ke arah itu

sudah tampak. Salah satunya adalah memiliki kerangka keilmuan yang menjadi
landasan penting dalam praktik pekerjaan sosial.

Untuk mewujudkan profesional mapan dalam bidang pekerjaan sosial, maka
harus dilakukan upaya-upaya konkrit, dalah satunya dengan pendidikan dan pelatihan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan
kompetensi pekerja sosial fungsional. Oleh karena itu kurikulum pendidikan dan

pelatihan pejabat fungsional pekerja sosial tingkat II harus dirancang sedemikian rupa
sehingga merefleksikan standar kompetensi pekerjaan sosial.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap kinerja alumni

pendidikan dan pelatihan pejabat fungsional pekerja sosial, maka hasil kerja alumni
pendidikan dan pelatihan belum memuaskan. Kondisi ini tentunya menarik untuk
dikaji. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui kondisi kinerja alumni dilihat

dari perspektif latar belakang diklat Pejabat Fungsional Pekerja SosiEJU
diikutinya di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan S

Dokumen yang terkait

Sistem evaluasi manfaat diklat di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)

0 6 65

Perancangan Sistem Kepegawaian Pada Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kejehateraan Sosial (BBPPKS) Lembang Bandung

2 34 140

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP EVALUASI PROGRAM DIKLAT ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) LEMBANG BANDUNG.

1 7 53

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: Studi Evaluatif Program Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II di BBPPKS Bandung.

0 4 58

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PESERTA DIKLAT PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BBPPKS (BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL).

0 2 42

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 12 168

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING KUBE ANGKATAN III DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ( BBPPKS) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 209

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMANTAPAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 183

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 57

Pengukuran Kinerja Penyelengaraan Pendidikan Melalui Pendekatan Value For Money Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung

0 1 22