PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

(1)

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Jeni Ari Febriyani NIM 13102241066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

YOGYAKARTA Oleh : Jeni Ari Febriyani NIM. 13102241066

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:(1) perencanaan diklat pendamping PKH (2) proses diklat pendamping PKH (3) evaluasi diklat pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yakni satu informan dari penyelenggara diklat, satu informan dari seksi penyusunan program, satu widyaiswara dalam diklat, tiga peserta diklat dan dua anggota PKH. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Trianggulasi sumber dan teknik digunakan untuk menguji keabsahan data dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik yang berbeda dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1)perencanaan diklat dimulai dengan perekrutan peserta yakni pendamping PKH yang lolos seleksi yang diadakan Dinsos kabupaten asal peserta sesuai dengan mandat dari pusat. BBPPKS tidak terlibat proses perekrutan peserta; widyaiswara mempersiapkan rancang bangun dan media pembelajaran;(2)proses diklat dimulai ketika peserta registrasi ulang dan menginput data diri di komputer; hari pertama diklat diisi dengan pengarahan dan pre test untuk mengetahui kemampuan awal peserta; pembelajaran dalam diklat menggunakan metode studi kasus; media yang digunakan yakni flipchart, laptop, kertas plano, dan modul; diklat ditutup dengan pelaporan hasil pelaksanaan diklat, penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta peraih nilai tertinggi post test; kelengkapan sarana dan prasarana dan adanya kerjasama BBPPKS dengan Dinsos kabupaten menjadi faktor pendukung diklat; keterlambatan fasilitator dan adanya peserta yang membawa balita dan anggota keluarga menjadi hambatan diklat;(3)evaluasi diklat meliputi evaluasi peserta, widyaiswara, dan penyelenggaraan diklat dilakukan dengan mengisi kuesioner; dampak setelah diklat pendamping PKH yaitu peserta diklat dapat mengkondisikan anggota PKH untuk tertib mengikuti pertemuan kelompok. Kata kunci : penyelenggaraan diklat, pendamping PKH.


(3)

IMPLEMENTATION OF EDUCATIONAL AND TRAINING PROGRAM OF HOPE FAMILY’S ACCOMPANIST PROGRAM GROUP IX AT THE CENTER OF

EDUCATION AND SOCIAL WELFARE TRAINING (BBPPKS) YOGYAKARTA

By : Jeni Ari Febriyani NIM 13102241066

ABSTRACK

This research aims to describe: (1) the planning of training program of hope family’s accompanist program (2) the procces of the training program of hope family’s accompanist program (3) evaluation of the training program of hope family’s accompanist program group IX at BBPPKS Yogyakarta,

This research is descriptive research with qualitative approach. The subject of this research is one informant from the training organizer, one informant from the programing section, one widyaiswara in PKH companion training, three participants and two PKH members. Data collection was done by using observation method, documentation, and interview. Triangulation of resources and techniques is done to explain the validity of data with various sources and use different techniques in finding the information needed.

The result of the research shows that: (1)the planning of the training starts with the recruitment of the participant ie PKH escort who passes the selection held in Dinsos district of origin of the training participants in accordance with the mandate of the center. BBPPKS is not involved in the recruitment process; fasilitator preparing the design of learning, and media; (2)the training process begins when the participants re-register and input the data on the computer; the first day of the training is filled with guidance and pre test to know the participants' initial ability; learning in the training using case study method; media used ie flipchart, laptop, plano paper, and modules; the training is closed by reporting the results of the training implementation, symbolic handover of certificates to the participants of the post test highest score; completeness of infrastructure and the cooperation between BBPPKS and Dinsos districts become the supporting factors the training; the delay of the facilitator and the presence of training participants who bring toddlers and family members become obstacles in the training; (3)evaluation of the training, including the evaluation of the participants, the widyaiswara, and the implementation of the training is done by filling the questionnaire; the perceived impact after the PKH counselor's training is the participants can condition the PKH members to disciplined in the group meeting.


(4)

(5)

(6)

(7)

MOTTO

 Pendidikan adalah senjata yang paling hebat yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela)

 Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Muhammad Ali)

 Pendidikan adalah jalan bagi setiap manusia untuk mengubah dirinya, hidupnya dan dunianya (Penulis)


(8)

PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Suparmin dan mama Sartini tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a – do’a yang mulia untuk keberhasilan dalam menyusun karya ini.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan IX di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd. selaku pembimbing dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan arahan-arahan dan kesabaran dalam membimbing saya.

2. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd., Dra. Nur Djazifah ER, M.Si., dan Dr. Ishartiwi M.Pd., selaku Ketua Penguji, Sekretaris dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang tiada hentinya memberikan semangat dan doa kepada saya.

4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan mengizinkan saya menyelesaikan studi dan memberikan kemudahan di dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Prof. Sutrisna Wibawa, M.Pd. sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memperkenankan saya menyelesaikan skripsi dan studi saya di Universitas Negeri Yogyakarta.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Pendidikan dan Pelatihan... 9

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ... 9

b. Menejemen pendidikan dan Pelatihan ... 12

c. Komponen diklat ... 16

2. Kajian Pendamping PKH... 18

3. Diklat Pendamping PKH ... 23

4. Andragogi sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa .... 23

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran ... 24

6. Kajian tentang Dampak Diklat pendamping PKH ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Pertanyaan Penelitian ... 27

BAB IIIMETODEPENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 29

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Metode Pengumpulan Data ... 32


(12)

F. Teknik Analisis Data ... 36

G. Keabsahan Data ... 38

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Data Hasil Penelitian ... 40

1. Perencaaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 41

a. Proses Perekrutan Peserta Diklat Pendamping PKH ... 41

b. Persiapan Widyaiswara Diklat Pendamping PKH ... 44

c. Pendanaan Diklat Pendamping PKH ... 47

2. Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 49

a. Proses Penerimaan Peserta Diklat Pendamping PKH ... 49

b. Proses Pembelajaran Diklat Pendamping PKH ... 50

c. Metode yang Digunakan dalam Diklat Pendamping PKH .... 61

d. Media dalam Diklat Pendamping PKH ... 63

e. Faktor Pendukung Pelaksanaan Diklat Pendamping PKH .... 64

f. Hambatan dalam Pelaksanaan Diklat Pendamping PKH ... 65

3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 67

a. Proses Evaluasi Diklat Pendamping PKH ... 67

b. Dampak yang Dirasakan Peserta Diklat Pendamping PKH .. 71

C. Pembahasan ... 83

1. Perencaaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 83

2. Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 84

3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ... 90

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Besaran Bantuan PKH ... 20

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Pengumpulan Data ... 35

Tabel 3. Asal Peserta Diklat ... 43

Tabel 4. Daftar Fasilitator ... 44

Tabel 5. Daftar Narasumber ... 46

Tabel 6. Kurikulum ... 55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Tahap Assesmen ... 13


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Pengumpulan Data ... 100

Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 106

Lampiran 3. Analisis Data... 118

Lampiran 4. Dokumentasi ... 137

Lampiran 5. Data Sumber Daya Manusia di BBPPKS ... 140

Lampiran 6. Data Peserta Diklat dan Panitia Diklat ... 143

Lampiran 7. Hasil Evaluasi Peserta ... 146


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada hakikatnya ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peran dalam membangun masyarakat yang cerdas, mandiri, dan berdaya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan sebaliknya (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:24). Berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM tidak hanya dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal, melainkan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan nonformal.

Cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dapat melalui pendidikan dan pelatihan kerja yang di jelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3) yang menyatakan bahwa : pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Menurut Mustofa Kamil (2010:10) pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan dengan serangkaian kegiatan yang sistematis dan


(17)

terarah pada suatu tujuan bukan kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan dengan serangkaian kegiatan yang sistematis dan terarah pada suatu tujuan, dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktek.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dinyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta. Tujuan diklat diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan, baik yang bersifat umum pemerintahan maupun pembangunan, yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan pelatihan menggunakan pendekatan partisipatif andragogy yakni memanfaatkan pengalaman-pengalaman peserta pelatihan sebagai sumber belajar untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pelatihan dengan menggunakan metode curah pendapat, ceramah, tanya jawab, permainan peran, diskusi kelompok dan pleno, studi kasus, dan penugasan atau uji coba. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dengan memberi keleluasaan bagi penerapan metode adult learning / andragogy, sehingga penyampaian informasi berlangsung secara dialogis yang mengoptimalkan partisipasi dan pemahaman mandiri partisipan (Mustofa Kamil, 2012: 161).

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 29 tahun 2003 tentang Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial, Balai


(18)

Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan, pemberian informasi serta koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun 2016 bidang Diklat BBPPKS menyelenggarakan beberapa diklat bagi TKSM diantaranya yaitu diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), diklat perlindungan anak dan manajemen pengelolaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), diklat pendampingan sosial, diklat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) pedesaan dan perkotaan.

PKH adalah program bantuan dan perlindungan sosial. Sejak tahun 2007 pemerintah telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan bantuan tunai bersyarat yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan. Peserta PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang diwakili oleh ibu dalam keluarga. Tujuan khusus dari PKH yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. PKH tidak sama dan bukan merupakan kelanjutan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang telah berlangsung selama ini. (Kemensos, 2013:1). Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. (Dirjen Linjamsos,2013:23). Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di


(19)

Indonesia diharapkan membantu penduduk miskin keluar dari keterpurukan, minimal menjamin anak sehat dan masuk sekolah. Program ini bertujuan untuk melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan (Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial,2010). Di Jawa Tengah tahun 2016 angka kemiskinan masih sekitar 4.506,89 ribu jiwa atau 13,27% dari jumlah penduduk. (BPS Jawa Tengah tahun 2016), tetapi belum ada program pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran, melihat hal tersebut dan sesuai mandat konstitusi Kementerian Sosial RI sebagai penanggung jawab fungsional dalam pengentasan kemiskinan, menetapkan kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin. Pemberdayaan yang dimaksud salah satunya dilaksanakan dengan menggunakan media Program Keluarga Harapan (PKH).

Tahun 2016 lalu BBPPKS Yogyakarta melaksanakan sejumlah diklat pendamping Program Keluarga Harapan sebanyak 12 angkatan mencapai 600 orang pendamping dari berbagai propinsi yaitu Propinsi DIY, Jateng, Jatim, Bali, NTB dan NTT. Pendamping tersebut akan mendampingi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di kecamatannya masing-masing. Diklat pendamping PKH sebanyak 12 angkatan tersebut dilaksanakan secara bertahap dengan 4 periode, dengan masing-masing periode terdiri dari 3 angkatan diklat. Diklat pendamping PKH hanya dilaksanakan di BBPPKS .

Berdasarkan hasil observasi awal dan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Desember 2016, menujukkan bahwa kegiatan diklat pendamping PKH yang diselenggarakan oleh BBPPKS Yogyakarta secara garis besar terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, proses dan evaluasi.


(20)

Perencanaan diklat dilakukan dari pusat karena kebijakan yang berlaku adalah top down. Proses diklat meliputi kegiatan kesekretariatan, pembukaan diklat, pelaksanaan pembelajaran, dan penutupan diklat. Evaluasi diklat dilakukan berdasarkan instruksi dari Seksi Pemantauan dan Evaluasi.

Melihat permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pelaksanaan diklat pendamping PKH. Peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui proses pelaksanaan diklat yaitu penelitian yang berjudul “Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan IX di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Di Jawa Tengah tahun 2016 angka kemiskinan masih sekitar 4.506,89 ribu jiwa atau 13,27% dari jumlah penduduk, tetapi belum ada program pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran

2. Diklat pendamping PKH hanya dilaksanakan di BBPPKS .

3. Perencanaan diklat dilakukan dari pusat karena kebijakan yang berlaku adalah top down.


(21)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini peneliti membatasi pada masalah nomor dua yaitu difokuskan pada perencanaan, proses dan evaluasi diklat pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perencanaan diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?

2. Bagaimana proses diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?

3. Bagaimana evaluasi diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Perencanaan diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.


(22)

2. Proses diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.

3. Evaluasi diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis bagi penulis maupun pendidikan, khususnya pendidikan nonformal. Harapan-harapan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai proses pembelajaran pendidikan nonformal serta bermanfaat untuk perkembangan keilmuan pendidikan nonformal khususnya dalam pengelolaan program pendidikan nonformal. Proses dan dampak program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan diharapkan bisa menjadi referensi untuk kegiatan penyelenggaraan program pendidikan nonformal lainnya.

2. Manfaat Praktis

Bagi penyelenggara program, bagi pihak BBPPKS Yogyakarta dan khususnya bagian Diklat, hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi.


(23)

G. Batasan Istilah

Untuk tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian, perlu ada penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Batasan istilah yang digunakan diambil dari beberapa pakar dalam bidangnya. Namun sebagian ditentukan oleh peneliti dengan maksud untuk kepentingan penelitian ini. Beberapa batasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta (PP nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil). 2. PKH adalah program bantuan dan perlindungan sosial. Program ini

merupakan bantuan tunai bersyarat yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan. PKH tidak sama dan bukan merupakan kelanjutan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Kemensos, 2013:1) 3. Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH

melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH (Dirjen Linjamsos,2013:23).


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kajian Pendidikan dan Pelatihan

a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan menurut Dwi Siswoyo (2007:25) pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process) dari generasi ke generasi. Menurut Abdullah (2011:125), pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaannya. Istilah pendidikan berarti membimbing atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada individu, namun juga memberikan nilai-nilai yang mampu membentuk kepribadian yang baik dan lebih dewasa. Menurut Ikka Kartika A. Fauzi (2011:8) pelatihan didefinisikan sebagai upaya sengaja, terorganisir, sistematik, dalam waktu relatif singkat, dan dalam penyampaiannya menekankan pada praktek daripada teori. Pelatihan menurut Hamalik (2007:10) yaitu suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksankan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan


(25)

efektifivas dan produksivitas dalam suatu organisasi. Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, nilai, keterampilan serta mengembangkan sikap.

Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:10) adalah bagian dari proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktek. Sedangkan menurut Flippo (dalam Ikka Kartika, 2011) pendidikan dan pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Flippo (dalam Ikka Kartika, 2011) pendidikan dan pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi dan kemampuan kerja peserta dalam bidang tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas dalam suatu organisasi serta diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Hariandja (2002:168) ada beberapa alasan penting untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan, yaitu :

a) Karyawan yang baru direkrut seringkali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan.


(26)

b) Perubahan-perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja meliputi perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau metode kerja baru.

c) Meningkatnya daya saing dan memperbaiki produktivitas

d) Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada misalnya standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan asosiasi industri dan pemerintah untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja.

Pelaksanaan pelatihan menurut A. Umara (2006:72 ) memiliki beberapa tujuan yaitu :

1) Agar organisasi berkembang

2) Mengembangkan ketrampilan dan kompetensi karyawan 3) Memperkuat komitmen karyawan

Tujuan pelatihan menurut Hamalik (2007:16) yaitu untuk :

a. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki ketrampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi di lapangan.

b. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, profesional, beretos kerja tinggi dan produktif.

c. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, nilai, dan pengalamannya masing-masing (individual).


(27)

d. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan.

Berdasarkan tujuan diklat yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan diklat adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja positif dalam melaksanakan tanggungjawab dalam organisasi tempat bekerja.

b. Manajemen Diklat

Suatu penyelenggaraan diklat membutuhkan suatu organisasi yang secara manajerial memiliki fungsi organizer pelatihan yaitu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Langkah-langkah penyelenggaraan diklat yaitu :

1) Perencanaan

Perencanaan diklat dilakukan sebagai langkah awal untuk panduan pelaksanaan dan evaluasi program diklat. Perencanaan yang tepat akan mencapai tujuan yang diharapkan, dimana peserta diklat mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Mustofa Kamil ( 2010:155) prosedur perencanaan diklat dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan yang menjadi pangkal utama dalam penyusunan program pelatihan. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kriteria keberhasilan sebagai tolak ukur kesuksesan atau kegagalan suatu pelatihan. Seperti yang digambarkan dalam bagan di bawah ini :


(28)

Gambar 1. Tahap Assesmen

Keberhasilan penyelenggaraan diklat ditentukan oleh berbagai macam faktor antara lain penentuan tujuan diklat, pengembangan kurikulum, penyusunan program diklat, penetapan peserta dan widyaiswara, penyelenggaraan administrasi, proses pembelajaran dan lingkungan fisik serta lingkungan emosional.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perencanaan diklat merupakan langkah awal dari pelaksanaan dan evaluasi diklat. Perencanaan diklat bertujuan untuk menentukan secara terinci dan sistematis bagaimana tahapan pelaksanaan diklat. Perencanaan diklat meliputi penentuan tujuan diklat, penentuan materi, penentuan metode, dan penentuan alat evaluasi diklat. Perencanaan diklat merupakan kunci dalam menentukan keberhasilan suatu diklat.

2) Pelaksanaan

Tahapan selanjutnya yang dilakukan setelah semua proses perencanaan dilakukan yaitu tahap pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan


(29)

pelatihan merupakan proses pembelajaran dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan.

Menurut AMH Manullang (2006:47) setelah semua perencanaan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah tahap pelaksanaan diklat yang meliputi :

a) Pembukaan dimana acara pembukaan diklat menandakan dimulai kegiatan pelaksanaan diklat. Penyelenggara diklat hendaknya menyiapkan beberapa hal seperti : mengecek pejabat yang akan membuka dan memberikan arahan, menyiapkan petugas dalam acara pembukaan, c) menyiapkan laporan acara pembukaan, d) menyiapkan ruangan dan perlengkapan, e) menyiapkan lingkungan psikologis yang menyenangkan bagi peserta.

b) Pelaksanaan proses pembelajaran dimana hal-hal yang perlu disiapkan oleh penyelenggara diklat antara lain adalah : a. mengecek kehadiran peserta, b. menyiapkan sarana prasarana diklat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, c. mengecek kesiapan widyaiswara dalam memberikan materi.

c) Penutupan. Hal-hal yang disiapkan dalam acara penutupan hampir sama dengan acara pembukaan. Penutupan yang meriah akan memberikan kesan yang mendalam bagi diri peserta, yang akan dibawa sampai ke tempat tugasnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan pelaksanaan merupakan tahapan yang dilakukan setelah proses perencanaan selesai.


(30)

Secara umum tahapan pelaksanaan meliputi pembukaan diklat, proses pembelajaran dalam diklat, dan penutupan diklat. Tahapan-tahapan dalam proses pelaksanaan diklat harus benar-benar dipersiapkan secara baik agar program diklat yang telah direncanakan dapat tercapai tujuannya.

3) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam penyelenggaraan suatu program diklat. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan program. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program dilaksanakan. Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program.

Menurut Efi Dyah Indrawati (2012:34) dalam konteks evaluasi di lingkungan diklat, terdapat tiga istilah yang memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu pengukuran (measurement), penilaian (evaluation), dan pengambilan keputusan (decision making). Pengukuran digunakan untuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif dengan pemberian angka berdasarkan aturan tertentu. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui keberhasilan dan keefisienan program, sedangkan pengambilan keputusan atau kebijakan adalah tindakan yang diambil seseorang atau organisasi berdasarkan data dan informasi yang dihimpun.

Menurut Sudjana (2008:7) evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat


(31)

dicapai, apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana, dan / atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan.

Dalam melakukan evaluasi program diperlukan teknik-teknik yang tepat. Teknik evaluasi program disebut pula instrumen atau alat pengumpulan data. Menurut Sudjana (2008:176) teknik-teknik atau alat evaluasi yang dapat digunakan diantaranya : 1) kuesioner (angket), 2) wawancara, 3) pengamatan, 4) teknik respon terinci, dan 5) teknik cawan ikan.

Dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan tahapan terakhir dari penyelenggaraan diklat yang mana evaluasi proses untuk melihat keberhasilan dan keefisienan suatu program. Terdapat tiga konteks evaluasi dalam diklat yaitu pengukuran, penilaian, dan pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaan evaluasi program teknik atau alat pengukuran yang digunakan yaitu kuesioner, wawancara, pengamatan, teknik respon terinci, dan teknik cawan ikan.

c. Komponen diklat

Kegiatan pelatihan dapat terselenggara apabila terdapat komponen-komponen pelatihan yang saling berhubungan. Berikut komponen-komponen yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Fauzi (2011:21).


(32)

1) Komponen masukan mentah (raw input)

Komponen masukan mentah, yaitu peserta yang membutuhkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan, dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya.

2) Komponen masukan instrumental (instrumental input)

Komponen masukan instrumental atau sarana meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang memungkinkan seseorang atau kelompok dapat melakukan kegiatan belajar. Keseluruhan sumber dan fasilitas berupa tujuan pelatihan, kurikulum, metode pelatihan, media, sarana & prasarana, penyelenggara, narasumber/fasilitator.

3)

Komponen lingkungan (environmental input)

Komponen lingkungan yaitu faktor lingkungan yang menunjang atau mendorong berjalannya program pelatihan, meliputi lingkungan keluarga, pertemanan, tempat kerja, dan masyarakat.

4) Proses keluaran (output)

Komponen keluaran yaitu kuantitas lulusan yang disertai dengan kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku ini mencakup ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (ketrampilan). 5) Masukan lain (other input)

Masukan lain ialah daya dukung lain yang memungkinkan para peserta pelatihan dan lulusan dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan kehidupannya.


(33)

6) Dampak (impact)

Dampak dalam penyelenggaraan pelatihan menyangkut hasil-hasil yang dicapai oleh peserta pelatihan dan lulusan.

Menurut Mustofa Kamil (2010:159) komponen-komponen pelaksanaan diklat yaitu :

1) Materi pelatihan

2) Pendekatan, metode, dan teknik pelatihan 3) Pendanaan program pelatihan

4) Penilaian atau evaluasi 5) Hasil pelatihan

2. Kajian Pendamping PKH

Pendamping merupakan seorang yang melakukan proses kegiatan yang bertujuan untuk mendampingi klien. Menurut Ramli (2005: 39), kegiataan pendampingan adalah proses perawatan dan pengasuhan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Perawatan ini berupa upaya yang dilakukan pendidik untuk menstimulasi perkembangan aspek motorik anak secara optimal, sedangkan pengasuhan upaya yang dilakukan pendidik dalam menstimulasi perkembangan aspek kognitif, bahasa dan sosial-emosional anak agar berkembang secara optimal. Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan yang didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial)


(34)

yang tajam. Istiningsih (2008: 85), menyatakan bahwa pendampingan adalah suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena pembelajaran tersebut terjadi di tempat kerja, dan pekerjaannya sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dalam hal ini pendampingan dapat dilaksanakan sesuai rencana agar dalam prosesnya tidak terjadi masalah yang akan menghambat jalannya pelaksanaan pendampingan. Perlu adanya proses perencanaan yang matang agar tujuan berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.

PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. PKH merupakan program lintas Kementrian dan Lembaga karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Depar temen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik. Berdasarkan pedoman umum PKH dan buku kerja pendamping PKH (Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI: 2010), dijelaskan sebagai berikut: PKH merupakan program perlindungan sosial bantuan tunai bersyarat yang disalurkan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai upaya meningkatkan kualitas manusia indonesia melalui akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas SDM terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs. Secara khusus tujuan PKH adalah : (1) meningkatkan kondisi sosial


(35)

ekonomi RTSM; (2) meningkatkan taraf pendidika ank-anak RTSM; (3) meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak dibawah 6 tahun dari RTSM; (4) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM (Pusat kajian Keluarga dan Perempuan STKS Bandung, 2009:130).Berikut visi PKH:

1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi 2) Meningkatkan taraf pendidikan

3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak di bawah 5 tahun

4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Besaran bantuan PKH adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Besaran bantuan PKH

Bantuan Bantuan per RTS per tahun

(Rp)

Bantuan tetap 200.000,-

Bantuan bagi RTSM yang memiliki

 Anak Usia Balita  Ibu Hamil/Nifas  Anak Usia SD/MI  Anak Usia SMP/MTs

800.000,- 800.000,- 400.000,- 800.000,-

Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000,-

Bantuan minimum per RTSM 600.000,-

Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000,-

Sumber : Laporan Diklat Pendamping PKH 2016

Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum dan aksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.


(36)

Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Pendamping memiliki tugas yang sangat penting dalam pelaksanaan program di lapangan, yaitu :

1) Tugas Persiapan Program

Tugas persiapan program meliputi pekerjaan yang harus dilakukan pendamping untuk mempersiapkan pelaksanaan program. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum pembayaran pertama diberikan kepada RTSM.

a) Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH.

b) Menginformasikan (sosialisasi) program kepada RTSM pesert c) PKH dan mendukung sosialisasi kepada masyarakat umum.

d) Mengelompokkan peserta kedalam kelompok yang terdiri atas 15-20 peserta PKH untuk mempermudah tugas pendampingan.

e) Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok ibu-ibu peserta PKH.

f) Membantu peserta PKH dalam mengisi formulir validasi data dan menandatangani surat persetujuan serta mengirim formulir validasi kepada UPPKH Kabupaten/Kota.

g) Mengkoordinasikan pelaksanaan kunjungan awal ke puskesmas dan pendaftaran sekolah.


(37)

2) Tugas Rutin

a) Melaksanakan pemutakhiran data peserta PKH dan mengirimkan formulir pemutakhiran data tersebut ke UPPKH Kabupaten/Kota. b) Menerima pengaduan dari ketua kelompok dan/atau RTSM dan

melakukan tindak lanjut dibawah koordinasi UPPKH Kabupaten/Kota.

c) Melakukan kunjungan insidental khususnya kepada peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen.

d) Melakukan pertemuan dengan semua peserta setiap enam bulan untuk resosialisasi (program dan kemajuan/perubahan dalam program). e) Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan

pendidikan dan kesehatan.

f) Melakukan pertemuan dua mingguan dengan ketua kelompok.

g) Melakukan pertemuan bulanan dengan pelayan kesehatan dan pendidikan di lokasi pelayanan terkait.

h) Melakukan pertemuan triwulan dan tiap semester dengan seluruh pelaksana kegiatan: UPPKH Daerah, Pendamping, Pelayan Kesehatan Pendidikan dan PT.Pos.

i) Memberikan motivasi kepada RTSM dalam rangka perubahan perilaku menjalankan komitmen.

j) Membantu pelaksanaan verifikasi Faskes dan Fasdik.

k) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diinstruksikan oleh UPPKH Kab/Kota dan UPPKH Pusat.


(38)

3. Diklat Pendamping PKH

Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam PKH, maka diberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang ditujukan kepada seluruh pelaksana PKH baik Pusat maupun Daerah. Diklat PKH bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman para pengelola/pelaksana tentang program PKH.

b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis para pengelola/pelaksana dalam pelaksanaan program PKH.

c. Mempersiapkan peserta diklat untuk melakukan tindakan-tindakan yang terkait dengan pelaksanaan program PKH (Laporan Diklat Pendamping PKH 2016)

4. Andragogi sebagai Pendekatan Orang Dewasa

Program pendidikan dan pelatihan pendamping PKH yang dilaksanakan ini ditujukan bagi orang dewasa yang prinsip pembelajarannya berbeda dengan anak-anak. Pendekatan pembelajaran yang digunakan orang dewasa adalah pendekatan andragogi. Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti dewasa, dan agogos yang berarti mempimpin . Jadi andragogi berarti memimpin orang dewasa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa andragogi merupakan seni dan ilmu tentang cara orang dewasa belajar. Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup (Suprijanto, 2011:


(39)

11). Saleh Marzuki (2012: 169) menyatakan bahwa dalam penerapan praktik andragogi harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan materi pembelajaran, metode pembelajaran dan pengelolaan lingkungan fisik belajar. Materi pembelajaran yang disampaikan terkait dengan dengan kebutuhan belajar orang dewasa sesuai dengan manfaat dari pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yaitu terkait dengan hal yang berpuat pada masalah sehingga mendorong peserta untuk aktif dalam mengemukakan pengalamanannya. Pengelolaan lingkungan fisik yaitu berkaitan dengan lingkungan pendukung tempat belajar orang dewasa seperti ketersediaan peralatan dan bahan serta kenyamanan lingkungan sosialnya.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran

Menurut Zuhairini (1993:100) ada beberapa faktor pendukung dalam suatu pembelajaran di antaranya adalah sikap mental pendidik, kemampuan pendidik, media, kelengkapan kepustakaan, dan berlangganan koran. Adapun faktor penghambat dalam proses pembelajaran menurut Zuhairini antara lain kesulitan dalam menghadapi perbedaan karakteristik peserta didik, perbedaan individu yang meliputi intelegensi, watak dan latar belakang, kesulitan menentukan materi yang cocok dengan kejiwaan dan jenjang pendidikan peserta didik, kesulitan dalam menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode supaya peserta didik tidak segera bosan, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu. Hal senada juga disampaikan


(40)

Wina Sanjaya (2014:52) bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, media yang tersedia, serta lingkungan.

Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendidik perlu memahami dan menguasai tentang inovasi pembelajaran sehingga mempunyai kesiapan mental dan kecakapan untuk melaksanakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan kemampuan tersebut pendidik akan mampu mengatur peserta didik dengan segala macam perbedaan yang dimilikinya. Selain itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi media, alat dan sumber pembelajaran yang memadai sehingga pendidik tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam menyampaikan materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian hambatan dalam pembelajaran sebagian besar disebabkan dari faktor pendidik yang dituntut untuk tidak hanya mampu mempersiapkan bahan pengajaran, merencanakan media dan sumber pembelajaran, serta waktu dan teknik penilaian terhadap prestasi siswa, namun juga harus mampu melaksanakan semua itu sesuai dengan program yang telah dibuat.

6. Kajian tentang Dampak Diklat Pendamping PKH

Menurut Aulia (2013:13), suatu program yang telah dilaksanakan akan memberikan hasil dan dampak yang beragam bagi seseorang atau kelompok,


(41)

khususnya program-program yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat menjadi target utama dalam menentukan keberlanjutan program kedepannya.

Dampak menurut Ikka Kartika A. Fauzi (2011:23) menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta pelatihan dan lulusan. Pengaruh meliputi perubahan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang dimiliki dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial.

Berdasarkan hal tersebut, perlunya diketahui dampak dari penyelenggaraan program diklat pendamping PKH terhadap sasaran atau peserta diklat. Dampak diklat pendamping PKH yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas dan kompetensi peserta diklat dalam bidang kelembagaan, sosial, dan ekonomi.

B. Penelitian yang Relevan

Ajeng Apriliana Nur Icmi (2015:81), hasil penelitian menujukkan bahwa penyelenggraan diklat pemantapan pendamping KUBE di BBPPKS Yogyakarta melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pelaksanaan diklat pendamping KUBE berjalan dengan baik, peserta mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk melaksanakan pendampingan KUBE yang ada di wilayahnya masing-masing. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui proses diklat pemantapan bagi pendamping KUBE, sedangkan penelitian penulis difokuskan untuk mengetahui proses diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).


(42)

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam upaya mendapatkan data yang tepat dan akurat, maka peneliti menentukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya, adapun beberapa pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan Diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)?

a. Bagaimana proses perekrutan peserta diklat pendamping PKH? b. Apa saja yang dipersiapkan widyaiswara sebelum pelaksanaan

diklat pendamping PKH?

c. Bagaimana pendanaan untuk diklat pendamping PKH ?

2. Bagaimana proses Diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)?

a. Bagaimana proses penerimaan peserta diklat pendamping PKH? b. Bagaimana proses pembelajaran diklat pendamping PKH? c. Apa metode yang digunakan dalam diklat pendamping PKH? d. Media yang digunakan dalam diklat pendamping PKH?

e. Adakah faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH?

f. Adakah hambatan terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH?

3. Bagaimana evaluasi Diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)?


(43)

a. Bagaimana proses evaluasi yang dilakukan dalam diklat pendamping PKH?

b. Apa dampak yang dirasakan peserta setelah diklat pendamping PKH?


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2012:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar-gambar dan kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka, sifatnya hanya penunjang. Data yang dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan lapangan, foto-foto, dokumen, dan record audio.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif karena penelitian ini bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) Pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Selain itu, juga untuk mengetahui hambatan-hambatan dan faktor pendukung selama penyelenggaraan diklat.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta yang beralamat di Purwomartani,


(45)

Kalasan Sleman Yogyakarta dari bulan Desember 2016 mulai observasi awal hingga selesai penelitian bulan Maret 2017. Alasan peneliti memilih Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena lembaga ini telah melaksanakan diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan sebagai salah satu upaya dalam membentuk pendamping yang dapat melaksanakan tugas untuk membantu pengelolaan dan pengembangan kelompok RTSM di daerahnya masing-masing. Selain itu penelitian juga dilaksanakan di Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang dan Getak Malangjiwan Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten guna mengambil data dari alumni peserta diklat Pendamping PKH dan beberapa anggota PKH. C. Subjek Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak- pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pendamping Program Keluarga Harapan. Dalam penelitian ini sasarannya adalah penyelenggara diklat PKH, widyaiswara diklat Pendamping PKH, peserta diklat PKH, dan beberapa anggota RTSM di Magelang dan Klaten untuk memperoleh gambaran dan informasi yang lebih jelas. Adapun subjek utama dalam penelitian yang telah terlibat dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sebanyak delapan informan. Informan tersebut antara lain :

1. Bidang penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta

Informan dari Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta terdiri dari dua orang, yakni Kepala Bidang diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) dan juga Kepala Seksi Penyusunan Program, untuk


(46)

menggali informasi tentang penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi serta menggali informasi tentang sarana prasarana, pendanaan, dan pemanfaatan dalam diklat. Metode yang digunakan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

2. Widyaiswara PKH di BBPPKS Yogyakarta

Widyaiswara yang terlibat dalam diklat pendamping PKH berjumlah 2 orang, namun peneliti hanya mengambil data dari saru widyaiswara yakni koordinator widyaiswara diklat pendamping PKH, untuk menggali informasi tentang pelaksanaan Diklat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi serta menggali informasi tentang komponen-komponen serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat.

3. Peserta Diklat Pendamping PKH

Alumni peserta diklat yang menjadi informan sebanyak tiga orang yakni Bapak “SS” asal Magelang, Ibu “KN” dan Ibu “VV” asal Klaten. Peneliti memilih tiga informan ini karena ketiganya masih aktif menjadi pendamping PKH di daerahnya masing-masing dan masih terjangkau untuk diteliti serta peneliti tidak mengenal akrab dengan mereka sehingga informasi atau data yang mereka sampaikan objektif. Peneliti menggali informasi tentang dampak diklat pendamping PKH, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat kemudian menggali informasi tentang pendampingan PKH.

4. Anggota PKH di Magelang dan Klaten

Anggota PKH yang menjadi informan sebanyak dua orang yakni Ibu “SP” dan Ibu “PS” yang berasal dari Magelang dan Klaten. Peneliti menggali


(47)

informasi tentang dampak penyelenggaraan program diklat yaitu pengelolaan, pemberdayaan, dan pengembangan KSM.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012:308). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita,data,atau fakta di lapangan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong,2012: 186).

Menurut Sutrisno Hadi (2012:132), anggapan yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah:

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

b. Bahwa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepaanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.


(48)

Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semitruktur yaitu jenis wawancara yang termasuk dalam kategori in-depth interview yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lebih terbuka. Dipilihnya teknik wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian ini dikarenakan peneliti berupaya mendapatkan data secara lebih akurat dari narasumber tentang pelaksanaan dan dampak dari adanya diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan. Tokoh yang diwawancarai dalam penelitian ini meliputi: (1) Kepala Bidang Penyelenggara Diklat TKSM, (2) Kepala Seksi Penyusunan Program, (3) Widyaiswara diklat Pendamping PKH, (4) Alumni peserta diklat Pendamping PKH, dan (5) Anggota PKH di Kebonarum Klaten dan Magelang.

2. Observasi (Pengamatan Langsung)

Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipatif (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar ( overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi partisipasi menjadi empat, yaitu passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation (Sugiyono, 2012:310). Teknik observasi


(49)

digunakan peneliti karena peneliti ingin menggali secara langsung pelaksanaan dan dampak diklat bagi pendamping PKH.

Berdasarkan penjelasan di atas, teknik observasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah observasi pasif, karena peneliti tidak berpartisipasi dalam kegiatan diklat yang dilakukan. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan penyelenggaraan diklat Pendamping PKH, meliputi : (1) Kantor BBPPKS Yogyakarta untuk mengetahui data-data BBPPKS Yogyakarta, (2) Wilayah masyarakat anggota dampingan PKH yakni di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dan Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan diklat Pendamping PKH.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barangbarang tertulis atau catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumentasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan orang lain. Dokumentasi diperlukan untuk lebih memperkaya data yang didapat peneliti, sehingga diharapkan data yang diperoleh peneliti lebih dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Bentuk dokumentasi yang diambil peneliti berupa profil lembaga, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan diklat dan foto kegiatan pelaksanaan diklat.


(50)

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Pengumpulan Data

No Aspek Sub Aspek Metode Sumber

1. Perencanaan Diklat: a. perekrutan peserta b. persiapan widyaiswara c. pendanaan 1. perekrutan 2. pemanggilan

1. penyiapan bahan ajar

1. penyiapan dana

Wawancara, Dokumentasi,

Observasi

Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Bidang Penyusunan Program, Widyaiswara, Peserta diklat PKH

2. Pelaksanaan Diklat : a. Latar Belakang b. Komponen-komponen diklat c. Proses

1. latar belakang diklat

1. Peserta diklat 2. Fasilitator diklat 3. Media pembelajaran 4. Kurikulum diklat 5. Metode pembelajaran 6. Jadwal diklat

1. Pembukaan 2. Kegiatan inti 3. Penutup

Wawancara, Dokumentasi, Observasi

Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Widyaiswara, Peserta diklat PKH

3. Evaluasi a. Proses

evaluasi

b. Dampak diklat

1. Evaluasi peserta 2. Evaluasi

widyaiswara 3. Evaluasi

penyelenggara 1. Dampak bagi peserta

Wawancara, Dokumentasi, Observasi

Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Widyaiswara, Peserta diklat PKH, Anggota PKH

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Peneliti menjadi kunci instrumen dalam penelitian kualitatif. Lebih lanjut, Sugiyono menuliskan karena peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian, maka peneliti bertugas menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,


(51)

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014:306).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini yang berperan sebagai instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri. Selama proses pengambilan data, peneliti dibantu dengan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari , dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,2012:335). Analisis data merupakan proses memilah data atau informasi yang sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti. Analisis data pada penelitian kualitatif tidak dimulai ketika pengumpulan data telah selesai,tetapi sesungguhnya berlangsung sepanjang penelitian dikerjakan ( Tohirin, 2012:142). Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012: 336), analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:


(52)

data reduction, data display, and data conclusion drawing verification (Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono, 2012:246). Berikut penjelasan tekniks analisis yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Peneliti mereduksi data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema yang sesuai. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi, peneliti memilah data tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat pendamping PKH angkatan IX di BBPPKS yang sudah di kumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan peneliti.

2. Data Display (Penyajian Data) :

Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Peneliti mendisplay data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat pendamping PKH angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta dengan menyajikan data tersebut ke dalam pola-pola yang saling berhubungan, selanjutnya peneliti mengkategorikan data yang sama yang diperoleh dari berbagai informan, guna memudahkan peneliti saat penarikan kesimpulan.

3. Conclusion Drawing Verification (Penarikan Kesimpulan)

Tahapan ini merupakan serangkaian sajian data yang dituangkan dalam bentuk kalimat yang ringkas, singkat, dan padat. Peneliti menarik


(53)

kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh yang sebelumnya telah direduksi dan didisplay.

G. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan observasi pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber yang sama secara serempak. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti dari berbagai sumber(informan) selanjutnya di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan lalu dilakukan cross check dengan membandingkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi. Oleh karena itu, triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi dengan dengan penyelenggara diklat, widyaiswara, alumni peserta diklat PKH di BBPPKS Yogyakarta dan anggota PKH.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta yang beralamat di Jalan Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. BBPPKS Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial di lingkungan Kementrian Sosial yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. BBPPKS Yogyakarta sendiri bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan, serta pemberian informasi serta koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BBPPKS Yogyakarta mempunyai dua kantor, yang pertama beralamat di Jl. Purwomartani Maguwoharjo Sleman dan yang kedua di jl. Veteran No. 8 Yogyakarta. BBPPKS Yogyakarta mempunyai beberapa fasilitas untuk mendukung proses diklat diantaranya perpustakaan yang berada di kantor purwomartani, satu asrama di masing-masing kantor, dua ruang aula, dua ruang arsip, empat ruang diskusi, lima ruang kelas, dua mushola, satu ruang lab. komputer, dua gazebo, satu wisma tamu, satu ruang poliklinik, tiga ruang makan, dan satu joglo. Sasaran dari TKSM adalah pekerja sosial, relawan sosial, pengurus organisasi sosial, karang taruna, dan lain-lain yang ada di enam propinsi yang


(55)

termasuk dalam naungan BBPPKS Yogyakarta. Enam propinsi tersebut yaitu Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB. sedangkan untuk pelaksanaan program diklat yang terdapat di BBPPKS setiap tahunnya mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan yang dinamis pula, pembuatan program atau perencanaan program melibatkan semua divisi yang ada di BBPPKS dan diseleksi oleh divisi perencanaan diklat sesuai dengan Training Need Assessment (TNA). Tugas divisi pelaksanaan program yakni menyiapkan tempat, matrik dan fasilitator, dimana setiap diklat yang diselenggarakan setiap kelasnya meliputi 30-50 peserta. Selama ini kendala yang dirasa devisi pelaksanaan progam antara lain kedatangan peserta yang tidak tepat waktu dan bagi TKSP, dan SDM yang dikirim untuk mengikuti Diklat merupakan orang yang sama setiap tahunnya. B. Data Hasil Penelitian

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan sebuah program bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM), atau dalam istilah internasional dikenal dengan Conditional Cash Transfers (CCT). Pelaksanaan PKH di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 2007, dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada Keluarga Miskin (KM) untuk meningkatkan kualitas hidup melalui perubahan perilaku terhadap pendidikan dan kesehatan serta mendukung tercapainya kesejahteraan sosial (Buku Laporan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX 2016). Dalam rangka mewujudkan tugas tersebut Kementerian Sosial melalui Balai Besar pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional III Yogyakarta yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesejahteraan Sosial mendapat mandat dari


(56)

Kementerian Sosial RI untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM para pendamping PKH untuk menyelenggarakan diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Maksud dari diklat tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan pendamping PKH agar dapat melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya dalam melaksanakan pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH). Selanjutnya setelah selesai mengikuti diklat Pendamping PKH peserta diharapkan dapat mengetahui dan memahami Kebijakan PKH, melaksanakan pengembangan integritas, memahami dan menerapkan etika pendampingan sosial dan lainnya.

Penyelenggaraan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, proses, dan evaluasi. Secara lebih lengkapnya diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta

Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelenggara diklat, proses perencanaan diklat pendamping PKH diperoleh informasi sebagai berikut:

a. Proses perekrutan peserta diklat pendamping PKH

Perekrutan peserta diklat pendamping PKH dilakukan oleh Pusdiklat dengan berdasarkan surat pemanggilan BBPPKS Regional III Yogyakarta No.410/BBPPKS.DK2/07/2016 tanggal 24 Mei 2016 perihal pemanggilan PendampingProgram Keluarga Harapan Angkatan IX dengan jumlah peserta yang diundang sebanyak 50 orang. Perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat, sehingga dari pihak BBPPKS hanya menerima daftar


(57)

peserta dan mereka tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara program, bahwa :

“perekrutan peserta diklatnya dilakukan dari pusat mbak, kita hanya terima beres saja, jadi dari pusat sudah mengirim surat pemanggilan melalui email” (CW-1)

Peserta Diklat Pendamping PKH Angkatan IX merupakan pendamping PKH yang telah lulus seleksi dari instansi sosial Kabupaten/Kota masing-masing yang menyelenggarakan PKH serta lulus dari seleksi Kementerian Sosial Pusat di Jakarta. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa :

“proses perekrutan pesertanya dilakukan secara online yang kemudian dilanjutkan dengan proses wawancara. Kemampuan yang diujikan bermacam-macam, mulai dari kemampuan akademik, dll. Perekrutan peserta diklat dari masing-masing daerah itu per kabupaten. Perekrutan dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi setempat yang kemudian dipilih lagi oleh pemerintah pusat sebagai finalisasinya” (CW-1)

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak SS sebagai peserta diklat bahwa:

“kemarin ketika pelaksanaan diklat saya langsung dipanggil oleh dinas sosial dan mendapat surat tugas untuk ikut diklat, kebetulan saya sudah lumayan lama jadi pendamping tapi belum ikut diklat ini” (CW-3)

Peserta diklat adalah mereka yang sudah menjadi pendamping PKH di wilayahnya masing-masing dan belum didiklat. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN bahwa :

“sebelumnya saya itu sudah menjadi pendamping PKH, tapi belum di

diklat. Waktu itu saya mendapat panggilan dan surat untuk mengikuti diklat di BBPPKS Yogyakarta, kebetulan saat itu saya sedang hamil tua”(CW-5)


(58)

Pada pelaksanaan diklat Pendamping PKH Angkatan IX yang dipanggil untuk mengikuti diklat berasal dari Kota Magelang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Brebes. Hal ini ditegaskan oleh Ibu VV peserta diklat bahwa :

“peserta diklat berasal dari provinsi Jawa Tengah semua Mbak. Dari Klaten, Tegal, Boyolali, Brebes, dan Magelang. Kalo dari Klaten sendiri ada 4 orang, dari Kecamatan Ceper, Kecamatan Kebonarum, dan dari Klaten Utara ada 2 orang. Dari Boyolali sama Wonosobo masing-masing 1 orang, yang banyak itu yang dari Tegal” (CW-7) Berikut daftar asal peserta diklat pendamping PKH dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Asal Peserta Diklat No. Provinsi Jawa Tengah Jumlah

1. Kabupaten Tegal 17

2. Brebes 8

3. Kota Magelang 6

4. Kabupaten Klaten 4

5. Kabupaten Wonosobo 1 6. Kabupaten Boyolali 1

7. Kota Tegal 13

Jumlah 50

Sumber : Laporan Diklat Pendamping PKH 2016

Tabel 3. Asal peserta diklat terlampir pada lampiran 6. Dari Tabel 3. Asal peserta diklat diatas dapat dikatakan bahwa semua peserta berasal dari kabupaten di Jawa Tengah. Jumlah peserta terbanyak berturut-turut adalah berasal dari Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Brebes, Kota Magelang, Klaten, dan yang paling sedikit yaitu berasal dari Kabupaten Wonosobo dan Boyolali


(59)

dengan hanya 1 peserta. Daftar asal peserta diklat PKH terlampir pada lampiran 6.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat, sehingga dari pihak BBPPKS hanya menerima daftar peserta dan mereka tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Peserta diklat pendamping PKH merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi yang diadakan di Dinsos Kabupaten atau Kota setempat berdasarkan domisili peserta. Peserta pelatihan berasal dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Brebes, Boyolali, Wonosobo dan Klaten.

b. Persiapan yang dilakukan oleh widyaiswara sebelum pelaksanaan diklat Fasilitator terdiri dari widyaiswara dari BBPPKS Reg III Yogyakarta yang telah mengikuti dan lulus TOT Diklat Pendamping Keluarga Harapan dapat dilihat dalam tabel 4. Daftar fasilitator diklat :

Tabel 4. Daftar Fasilitator

No. Nama Instansi

1. Drs. Uji Hartono, MA BBPPKS Reg III Yogyakarta

2. Joko Wiweko

Karyadi, AKS,S.Pd, M.Pd

BBPPKS Reg III Yogyakarta

Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016

Berdasarkan Tabel 4 Daftar Fasilitator diatas dapat dikatakan bahwa fasilitator dari BBPPKS Yogyakarta yang mengisi kelas diklat Pendamping PKH Angkatan IX sebanyak 2 orang yang salah satu dari fasilitator tersebut adalah koordinator dari semua fasilitator yang dimiliki BBPPKS


(60)

Yogyakarta. Widyaiswara dalam diklat pendamping PKH merupakan widyaiswara dari BBPPKS Yogyakarta yang telah mengikuti dan lulus dalam Training of trainer (TOT) pendamping PKH dan praktisi. Widyaiswara memiliki tugas memfasilitasi substansi pembelajaran sosial dengan kurikulum yang telah ditetapkan, baik pembelajaran klasikal yang diadakan di dalam kelas maupun non klasikal seperti praktek belajar lapangan dan outbond. Dalam pelaksanaan diklat pendamping PKH, widyaiswara dikatakan sudah memenuhi jumlah sehingga dalam setiap sesi pembelajaran widyaiswara dapat bergantian. Hal ini diungkapkan oleh penyelenggara diklat Bapak SD bahwa :

“widyaiswara untuk diklat PKH dapat dikatakan sudah mencukupi jadi dalam setiap sesi bisa berubah-ubah widyaiswaranya ini menjadikan peserta tidak jemu” (CW-1)

Widyaiswara memiliki peran penting dalam pelaksanaan diklat, widyaiswara harus memiliki kompetensi dan kemampuan yang menunjang dalam memfasilitasi suatu diklat. Kompetensi widyaiswara diantaranya :

(1) Memahami dan mampu membimbing peserta agar memiliki komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab profesi.

(2) Memahami dan membimbing peserta untuk menegakkan disiplin dan memiliki etos kerja

(3) Memahami dan mampu menjelaskan tentang masalah sosial, pelayanan sosial, serta kebijakan kesejahteraan sosial

(4) Memahami dan mampu menganalisis sumber-sumber pemenuhan kebutuhan / pemecahan masalah


(61)

(5) Memahami dan mampu memberikan bimbingan dan kerjasama peserta dalam kelompok

Kompetensi di atas sangat penting dimiliki oleh widyaiswara. Hal ini diungkapkan oleh Bapak UH salah satu widyaiswara bahwa :

“widyaiswara merupakan orang-orang yang sudah lulus TOT dan memiliki sertifikat untuk mengajar sebelum diklat dilaksanakan diadakan evaluasi besar di Jakarta dimana evaluasi bertujuan untuk perbaikan bagi kami dalam mengajar dan perbaikan materi yang akan disampaikan” (CW-8)

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk menjadi widyaiswara dalam diklat memiliki beberapa kriteria yaitu sudah mengikuti TOT pendamping PKH dan memiliki sertifikat telah lulus TOT, untuk menjadi widyaiswara harus memiliki kompetensi widyaiswara, hal ini penting dimiliki untuk menunjang proses pembelajaran. Penyampaian materi diklat selain disampaikan oleh widyaiswara, materi juga disampaikan oleh narasumber. Narasumber yang telah berpartisipasi menyampaikan materi Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan IX adalah pejabat struktural dilingkungan Kementerian Sosial RI dan narasumber Lokal/Praktisi dapat dilihat dalam tabel 5. Daftar Narasumber Diklat :

Tabel 5. Daftar Narasumber

No. Nama Instansi

1. DR. Mukman Nuryana, P.hd Plt. Sekjen Kemensos RI 2. Drs. Sugiyanto, M.Si Kepala BBPPKS Reg III

Yogyakarta

3. Agustinus Sunarman Direktorat Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI

4. Siti Maryatun Ibtiyah UPPKH Yogyakarta Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016


(1)

REKAPITULASI EVALUASI PESERTA TERHADAP FASILITATOR

DIKLAT PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BBPPKS YOGYAKARTA

Unsur yang dinilai

Nama & Materi

Ca ra menja wa b pert a ny a a n K ema mp ua n meny a jika n K er a pia berpa ka ia n K er ja sa ma a nta r pela tih K et epa ta n wa ktu ha dir & peny a jia n P emberia n mo tiv a si kp d pes er ta P enca pa ia n tujua n ins truk sio na l P eng g ua na a n ba ha sa P eng g un a a n met o de da n sa ra na ba ntu P eng ua sa a n ma ter i Sik a p da n perila ku Sis tema tika peny a jia n J um la h Ra ta -ra ta Totok Sumardianto

Dinamika kelompok 83,8 84,3 83,1 85,7 85,1 84,9 84,2 84,8 84,4 83,2 84,7 83,8 1012,4 84,4 Mukman Nuryana

Kebijakan PKH 84,0 83,8 87 82,4 84,5 84,1 84,5 84,6 82,1 82,8 85,3 82,7 1007,6 84 Sudarsono

Mekanisme Palaksanaan PKH 82,7 83,2 86 81,3 84,7 81 83,2 84 82 83,4 85 82,5 998,7 83,2 Uji Hartono

Pengembangan motivasi

Pertemuan awal&sosialisasi PKH

82,2 82,1 83 82 84,9 84,5 83,2 81,2 84,8 84,4 80 82,1 83 82,2 83,2 83,9 82,7 82,5 83,8 83,2 85,3 84,2 83,1 81,3 999,1 993,7 83,3 82,3 Joko Wiweko Karyadi

Pengembangan Integritas Etika Perlindungan Sosial Sistem Pengaduan Masyarakat

79,5 79,4 88,7 77,9 80,1 88,7 84,3 82,1 88 82,5 80,3 88 85,1 84 86,5 78,5 81 89,4 81 81,1 88,2 81,1 82,7 87,8 82,7 81,3 88 80,2 82,3 88,2 80,8 82,8 87,5 80,2 81,1 88,1 973,7 978,6 1055,8 81,1 81,6 88 Siti Maryatun Ibdiyah

Validasi Calon Peserta PKH Verifikasi Komitmen Peserta PKH Pemutakhiran Data Peserta PKH

82,2 86,7 84,7 83,2 85,3 83,8 80,2 85,8 85,1 80,2 82,7 79,3 84,4 85,1 82 82,2 86,6 83,3 82,2 85,5 83,3 83,2 86,5 83,8 83,9 85,1 83,9 82,5 85,4 84,9 83,7 85,6 83,6 80,2 85,1 83,4 992,3 1025,2 1001,4 82,7 85,4 83,5 Agustinus Sunarman Penyaluran Bantuan&rekonsiliasi Pelaporan & Pengarsipan Dokumen Pendampingan dan Koordinasi

86,2 87,8 88,7 84,3 86,6 88,7 85,4 86 86,7 82,3 87,3 88 84,9 86,7 86,6 84,7 88,1 89,4 84,6 88,1 89,4 84,6 88,1 87,8 84,6 87,5 88 85 88,2 88,2 85,5 87,3 87,5 84,2 87,7 88,1 1016,4 1048,4 1055,8 84,8 87,4 88

Yogyakarta, 11 Juli 2016 Suramto,MM


(2)

Rekap Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta

A. Bidang Administratif

1. Waktu Penyelenggaraan

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Lamanya waktu pelatihan 5 22 18 2 0

2. Lamanya waktu diskusi 4 20 17 6 0

3. Lamanya waktu seminar 7 24 12 4 0

4. Lamanya waktu PBL 3 18 23 3 0

5. Lamanya penyusunan laporan 4 21 18 4 0

Jumlah 23 105 88 19 0

Prosentase 9,79% 44,68% 37,4% 8,09% 0%

2. Kurikulum

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Jmlh mata pelatihan 2 23 22 0 0

2. Komposisi mata pelatihan 3 22 21 1 0

3. Metode yang digunakan 3 24 20 0 0

4. Kesesuaian materi dg tugas 4 21 22 0 0

5. Kesesuaian alat bantu dg materi 5 19 20 3 0

6. Manfaat materi pelatihan 2 23 20 2 0

7. Silabi 3 23 19 2 0

Jumlah 22 155 144 8 0

Prosentase 6,69% 47,11% 43,8% 2,43% 0%

3. Jadwal Pelatihan

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Pengaturan jadwal 3 23 14 7 0

2. Urutan logis jadwal 5 19 18 5 0

3. Kesesuaian waktu dg materi 6 17 19 5 0

4. Jmlh jamlat dalam sehari 5 18 16 8 0

5. Waktu istirahat 2 22 18 5 0

Jumlah 21 99 85 30 0


(3)

4. Kesekretariatan

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Penyediaan ATK 3 23 17 4 0

2. Penyediaan daftar hadir 4 29 10 4 0

3. Pelayanan pengetikan 0 29 13 5 0

4. Tempat secretariat 2 25 14 6 0

5. Sikap petugas thd peserta 5 27 11 4 0

6. Persediaan P3K 2 23 18 4 0

Jumlah 16 156 83 27 0

Prosentase 5,67% 55,23% 29,4% 9,57% 0%

B. Bidang edukatif 1. Widyaiswara

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Penguasaan materi 5 23 15 4 0

2. Kemampuan menyajikan 8 22 16 1 0

3. Penggunaan metode&alat bantu 5 21 19 2 0

4. Cara menjawab pertanyaan 11 22 14 0 0

5. Pemberian motivasi 13 20 12 2 0

6. Kerjasama dalam team 4 22 21 0 0

Jumlah 46 130 97 7 0

Prosentase 16,85% 47,62% 35,5% 0,03% 0%

2. Dinamika Kelompok

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Kemampuan menyajikan game 4 28 15 0 0

2. Penggunaan metode&alat bantu 8 24 15 0 0

3. Kesesuaian materi dg tujuan 3 25 19 0 0

4. Kelengkapan peralatan 11 22 14 0 0

5. Efisiensi waktu 13 21 13 0 0

6. Kerjasama dalam team 4 20 23 0 0

Jumlah 43 140 99 0 0


(4)

3. Diskusi/Seminar

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Jalannya diskusi/seminar 5 24 18 0 0

2. Pembagian jumlah anggota 8 23 16 0 0

3. Keaktifan anggota 6 21 20 0 0

4. Peranan narasumber 11 23 13 0 0

5. Peranan moderator 13 20 14 0 0

6. Hasil diskusi/seminar 4 22 21 0 0

Jumlah 47 133 102 0 0

Prosentase 16,67% 47,16% 36,2% 0% 0%

C. Sarana dan Prasarana 1. Ruang Belajar

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Luas ruangan 3 21 23 0 0

2. Fasilitas ruangan & susunannya 4 20 21 2 0

3. Fasilitas ruang diskusi 5 18 17 7 0

4. Fasilitas ruang seminar 3 19 16 9 0

5. Penerangan 2 20 22 3 0

6. Ketenangan 2 19 20 6 0

Jumlah 19 117 119 27 0

Prosentase 6,74% 41,49% 42,2% 9,57% 0%

2. Ruang Asrama

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Fasilitas tmpt tidur&peralatan 0 26 18 3 0

2. Penerangan kamar 0 23 18 6 0

3. Fasilitas belajar di kamar 0 22 20 5 0

4. Fasilitas air 0 21 20 6 0

5. Fasilitas kamar mandi 0 22 18 7 0

6. Kebersihan dan kerapihan 0 23 19 5 0

7. Ketenangan dan ketertiban 0 21 19 7 0

8. Fasilitas olahraga&peralatanya 0 17 19 10 1

Jumlah 0 126 115 40 1


(5)

3. Perpustakaan

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Jumlah buku yang ada 0 23 24 0 0

2. Jumlah judul buku yang ada 0 24 23 0 0

3. Referensi buku 0 23 24 0 0

4. Ruang baca 0 34 13 0 0

5. Pelayanan petugas 0 23 24 0 0

Jumlah 0 127 108 0 0

Prosentase 0% 54,04% 45,96% 0% 0%

4. Konsumsi

No JENIS PERTANYAAN JAWABAN

S.BAIK BAIK CUKUP KURANG S.KURANG

1. Pengaturan waktu makan 0 23 24 0 0

2. Kualitas menu 0 24 23 0 0

3. Variasi hidangan dan snack 0 21 23 3 0

4. Persediaan hidangan 0 23 22 2 0

5. Persediaan air minum 0 21 23 3 0

6. Kebersihan peralatan 0 23 24 0 0

7. Sikap petugas dalam melayani 0 21 24 2 0

Jumlah 0 156 163 10 0


(6)

Dokumen yang terkait

Sistem evaluasi manfaat diklat di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)

0 6 65

PERSEPSI PEGAWAI TERHADAP EVALUASI PROGRAM DIKLAT ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) LEMBANG BANDUNG.

1 7 53

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: Studi Evaluatif Program Pelatihan Pejabat Fungsional Pekerja Sosial Tingkat II di BBPPKS Bandung.

0 4 58

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PESERTA DIKLAT PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI BBPPKS (BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL).

0 2 42

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI PADA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEJABAT FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL TINGKAT II DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG.

1 1 67

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING KUBE ANGKATAN III DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ( BBPPKS) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 2 209

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMANTAPAN PENDAMPING KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 183

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN VIII DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) YOGYAKARTA.

0 0 184

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA.

0 2 57

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) LOKASI: BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) YOGYAKARTA.

1 7 60