SAFEGUARD SOSIAL REPUBIK dan INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS

SAFEGUARD SOSIAL

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

Diterbitkan Oleh:

Direktorat Jenderal Cipta Karya – Kementerian Pekerjaan Umum

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL i

ii PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSAL

DAFTAR ISI

BAB I | PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 Pentingnya Safeguard Sosial

1.1.2 Pembelajaran

1.2 PENGERTIAN SAFEGUARD SOSIAL

1.4 KELUARAN DAN INDIKATOR SAFEGUARD SOSIAL

1.5 PENGGUNA BUKU PETUNJUK TEKNIS

BAB 2 | KETENTUAN TEKNIS

2.1 POTENSI DAMPAK SOSIAL

2.2 PRINSIP DASAR

2.3 PENGADAAN TANAH

2.3.1 Status Hak atas Tanah

2.3.2 Bentuk-­‐bentuk ijin dalam pengadaan lahan

2.4 PENGADAAN KAYU

2.4.1 Asal usul kayu

2.4.2 Kayu legal

2.5 PENANGANAN MKAT

2.5.1 Pengertian MKAT

2.5.2 Dasar Pemikiran

2.5.3 Karakteristik MKAT

2.5.4 Lokasi Geografis MKAT

2.5.5 Ketentuan Pengamanan MKAT

BAB 3 | LANGKAH-­‐LANGKAH PELAKSANAAN

3.1.1 Siklus Tahun 1 dan Tahun 4

3.1.2 Siklus Tahun 2 dan Tahun 3

3.1.3 Siklus Lanjutan

3.2 HAK-­‐HAK ATAS TANAH

3.2.1 Persyaratan dan Prosedur Pengadaan Tanah

3.3 PERSYARATAN dan PROSEDUR PENGADAAN KAYU

3.4 PERSYARATAN dan PROSEDUR PENANGANAN MKAT

BAB 4 | PENGENDALIAN

4.1 PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

4.2 PENGADUAN DAN PUBLIKASI

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL i

LAMPIRAN

Lampiran A Surat Hibah/ Ijin Pakai/ Ijin Dilewati (sertai sketsa peta lokasi) 39 Lampiran B Berita Acara Sosialisasi Kesepakatan (beserta daftar hadir dan

41 Lampiran C Daftar Kebutuhan Lahan Untuk Penempatan Sarana

dokumentasi foto)

42 Lampiran D Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana

43 Lampiran E Rekapitulasi Kebutuhan Lahan Untuk Penemppatan Sarana ( contoh pengisian)

44

ii PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSAL

BAB I PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 1

1.1. LATAR BELAKANG

Di dalam penerapan kegiatan infrastruktur di masyarakat selain harus memenuhi syarat-­‐sayarat teknis juga mempertimbangkan/mengupayakan tentang pengurangan dampak sosial, dampak lingkungan dan mempertimbangkan resiko bencana. Salah satunya aspek safeguard sosial yang perlu dikendalikan adalah menghindari penggunaan kayu ilegal, pengadaan lahan secara legal dan penanganan tentang masyarakat/komunitas adat terpencil (MKAT) dalam kegiatan pembangunan.

Pembangunan masyarakat dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat penerima program untuk memahami pola perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang menganut prinsip-­‐prinsip partisipatif, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga pada gilirannya akan membuka wawasan mereka untuk lebih maju dan akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Didalam rangka memahamkan, menyadarkan dan sekaligus menginternalisasikan prinsip-­‐prinsip tersebut, masyarakat mendapatkan bantuan pendampingan oleh tim fasilitator di tingkat kelurahan/desa. Keberadaan Petunjuk Teknis Safeguard Sosial (pengamanan sosial) ini adalah untuk lebih memperkuat pemahaman fasilitator tentang berbagai ketentuan teknis safeguard sosial didalam perencanaan dan pelaksanaan program sehingga mampu ditularkan kepada masyarakat dampingan mereka. Harapannya adalah dengan pemahaman yang lebih baik, fasilitasi di masyarakat juga akan lebih baik. Dengan demikian, kemungkinan munculnya dampak sosial negatif akibat pembangunan dapat diantisipasi, dicegah, dan ditangani oleh masyarakat.

1.1.1. Pentingnya Safeguard Sosial

• Untuk menyadarkan masyarakat tentang adanya potensi dampak sosial negatif dalam setiap kegiatan program, baik dalam perencanaan maupun

dalam pelaksanaan program; • Untuk memampukan masyarakat dalam pencegahan, pengurangan dan

penangangan dampak sosial negatif yang mungkin muncul; • Untuk menjamin terjadinya pelestarian pelaksanaan program yang berbasis

pengamanan sosial.

1.1.2. Pembelajaran

a. Didalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, salah satu perkara yang kerap ditemui di saat melakukan monitoring dan

supervisi adalah munculnya potensi dampak sosial dari masalah pengadaan tanah. Telah ditemui cukup banyak kasus dimana infrastruktur yang dibangun berada di atas tanah yang tidak jelas

2 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 2 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

• Kegiatan infrastruktur yang telah disetujui akan mengalami kesulitan untuk dibangun di lokasi tersebut. Akibatnya, telah terjadi penundaan kegiatan, atau perlu melakukan relokasi, atau

bahkan mungkin juga perlu dilakukan revisi penggunaan dana. • Untuk kegiatan infrastruktur yang sedang dibangun oleh

masyarakat, dilarang melanjutkan penyelesaiannya. • Bagi infrastruktur yang telah dibangun dapat saja diperintahkan

untuk dibongkar oleh pemilik tanah.

b. Potensi dampak sosial yang sama seperti di atas juga muncul jika terjadi konflik kepemilikan tanah di masyarakat. Misalnya terjadi perseteruan diantara saudara kandung tentang siapa yang memiliki

hak atas tanah yang telah digunakan untuk kegiatan infrastruktur itu, atau telah terjadi gugatan dari ahli waris terhadap tanah yang digunakan. Atau ada ketidaksepakatan terhadap penggunaan tanah diantara sejumlah pemilik tanah yang terkena kegiatan program.

c. Khusus untuk tanah yang dikuasai oleh pemerintah setempat, pengalaman menunjukkan bahwa pengurusan ijin penggunaan tanah

tersebut, misalnya ijin pakai, seringkali menempuh waktu yang cukup lama. Adakalanya dapat mencapai waktu hingga satu tahun, bahkan lebih. Penundaan ini menjadi kendala terhadap pencairan dana, sehingga berdampak pada keterlambatan penyelesaian kegiatan program.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 3 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 3

belum menjadi perhatihan bagi para pelaku program antara lain: •

Kegiatan perlindungan Sosial tentang MKAT masih belum menjadi mainstream di masyarakat umumnya dan pelaku program.

• Kegiatan perlindungan sosial tentang MKAT masih dianggap oleh pelaku program PNPM Perkotaan dan masyarakat sasaran umumnya sebagai kegiatan tambahan

e. Pengadaan kayu di lapangan ada kendala dalam untuk mendapatkan bukti dokumen berupa FAKO (Faktur Asal Kayu Olahan), SAKO (Surat Asal Kayu Olahan), SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan) dan

Surat keterangan resmi dari aparat atau instansi terkait (kepala desa/keluruhan/kepolisian tentang asal-­‐usul kayu)

Keberadaan Buku Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai panduan kerja agar berbagai kerugian sosial di masyarakat dapat dicegah, diantisipasi dan dihindari.

1.2. PENGERTIAN SAFEGUARD SOSIAL

1.2.1. Definisi

Safeguard sosial adalah sebuah kerangka pengamanan sosial yang berupaya untuk mengantisipasi, mengurangi, mencegah, terhadap munculnya dampak sosial negatif, serta mendorong terjadinya dampak sosial positif karena adanya kegiatan pembangunan di masyarakat.

1.2.2. Cakupan

Cakupan safeguard sosial meliputi kegiatan terkait dengan potensi dampak sosial seperti dalam pengadaan tanah, pengadaan kayu dan penanganan MKAT.

1.3 TUJUAN

Menciptakan masyarakat dan pelaku yang sadar terhadap adanya dampak sosial, baik yang negatif maupun yang positif karena adanya pembangunan, sehingga memiliki kepedulian untuk mewaspadai seluruh kemungkinan yang merugikan, dan mengoptimalkan semua upaya yang bermanfaat.

1.4. KELUARAN DAN INDIKATOR SAFEGUARD SOSIAL

a. Keluaran Kegiatan Safeguard Sosial

Keluaran kegiatan p engamanan sosial adalah masyarakat paham akan penting nya upaya pencegahan terhadap munculnya dampak sosial di masyarakat, dan paham komponen yang berpotensi menimbulkan dampak di masyarakat

4 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 4 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

No

Target 1 Penggunaan kayu secara Legal di semua kegiatan

Indikator

80% infrastruktur. (berdasarkan kelengkapan dokumen: SKKH, Fako, Sako dan atau bukti pembelian di toko resmi)

2 Pemanfaatan lahan secara legal di semua kegiatan

80% infrastruktur. (berdadasarkan kelengkapan dokumen hibah, jual beli, sewa dlsb)

1.5. PENGGUNA BUKU PETUNJUK TEKNIS

Secara khusus petunjuk teknis safeguard sosial ini ditujukan kepada Badan/Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan Tim Fasilitator. Secara umum, pengguna petunjuk dan manfaatnya yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel

1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Penggunaan Petunjuk Teknis Pengguna

Manfaat

Organisasi • Memahami arti penting pengamanan sosial. masyarakat

• Memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh (LKM/BKM, UPL,

masyarakat, khususnya masyarakat rentan. dan KSM)

• Mengedepankan upaya pengamanan sosial dari setiap kegiatan yang diusulkan masyarakat

• Sebagai acuan menyusun rencana kerja dan

keberlanjutan program. • Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan

Pengelola

Sosial program .

Program

program dengan (PPK/Satker Kab-­‐

• Merencanakan

pengelolaan

memastikan kebijakan pengamanan sosial dilakukan. Kota/PjOK)

• Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja

pelaksanaan pengamanan sosial.

Konsultan • Panduan kerja pengendalian dan evaluasi mutu Pelaksana

pelaksanaan pengamanan sosial. • Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan

pengamanan sosial.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 5

Fasilitator • Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan

pengamanan sosial. • Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para

pemangku kepentingan di desa/kelurahan. • Pengendalian mutu pekerjaan.

Perangkat • Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan pemerintah

Sosial

(Pusat, Provinsi, • Memastikan kebijakan Pengamanan Sosial dilakukan Kota/Kab.)

sesuai dengan ketentuan.

Kelompok Peduli

• Melakukan kontrol sosial • Melakukan advokasi.

6 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

BAB II KETENTUAN TEKNIS

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 7

2.1. POTENSI DAMPAK SOSIAL

Potensi Dampak Sosial Negatif dengan mudah dapat terjadi terkait dengan kegiatan:

a. Pengadaan Tanah

b. Pengadaan Kayu

c. Perlakuan terhadap MKAT (Masyarakat Adat Terasing) Oleh sebab itu perlu diperhatian berbagai hal tertentu terkait dengan ketiga

kegiatan tersebut diatas sebagai tersebut dibawah ini.

2.2. PRINSIP DASAR

• Keterbukaan informasi; dalam pengadaan tanah, pemilik tanah wajib memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan berbagai pilihan hak/ijin

yang tersedia yang dapat diberikan untuk kegiatan program. • Dalam pengadaan tanah dilarang melakukan pemaksaan terhadap pemilik

tanah, oleh pihak siapapun. • Tidak diperkenankan melakukan alih fungsi tanah pertanian yang

mengakibatkan terancamnya produksi pangan. • Setiap usulan kegiatan yang diajukan kelompok wajib diidentifikasi lebih

dahulu lokasi pengadaan tanahnya. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penolakan dari beberapa orang pemilik tanah dan atau untuk memastikan tidak akan terjadinya penggusuran secara paksa.

• Apabila terjadi penggusuran, seluruh biaya pembebasan tanah menjadi tanggung jawab kelompok masyarakat yang mengajukan usulan kegiatan.

Kesanggupan menanggung biaya ini wajib dinyatakan didalam proposal kegiatan.

• Penduduk yang tergusur harus menerima seluruh kompensasi yang setara dengan kondisi kehidupan sebelum tergusur, baik dari aspek sosial maupun

ekonomi. • Untuk kegiatan infrastruktur yang membutuhkan kayu dilarang menggunakan

kayu ilegal. • Di lokasi program yang terdapat MKAT, wajib menyertakan penduduk adat

terasing ini untuk aktif dalam pengambilan keputusan dan turut mendapatkan manfaat program.

2.3. PENGADAAN TANAH

Di dalam pengadaan tanah ada dua hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

a. Status hak atas tanah dan status penguasaan atas tanah, dan

b. Penyerahan/ijin penggunaan tanah yang diberikan oleh pemegang hak atas tanah kepada masyarakat atau kelompok pemanfaat.

8 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

2.3.1. Status hak atas tanah dibagi sebagai berikut:

• Tanah masyarakat, terdiri dari:

1. Hak milik yang belum bersertifikat, misalnya: Petok D/Girik, Buku C desa, Gogolan, hak ulayat,dsb

2. Hak milik yang sudah didaftarkan/bersertifikat

3. Hak milik secara adat

• Tanah yang dikuasai Pemerintah terdiri dari:

1. Tanah BUMN, BUMD, tanah militer, tanah milik desa, kas desa, bengkok, jalan desa, prasarana umum, dsb.

2. Kawasan hutan lindung, kawasan sempadan sungai/pantai, taman nasional, dsb.

3. Tanah yang dibeli oleh pemerintah dalam konteks pelaksanaan program

• Tanah lain-­‐lain, diantaranya adalah tanah milik swasta, LSM atau tanah yang status haknya belum termasuk kedalam kedua kategori di atas.

2.3.2. Dalam kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan, bentuk-­‐bentuk ijin dalam pengadaan tanah adalah sebagai berikut:

a. Hibah

b. Ijin Pakai

c. Ijin Dilalui

d. Sewa

e. Jual-­‐Beli

Pengertian Hibah

Menurut KUHPerdata, hibah adalah suatu persetujuan, dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-­‐cuma tanpa dapat menariknya kembali untuk kepentingan seseorang/sekelompok orang yang menerima penyerahan barang itu. Dalam kontek tanah yang dihibahkan -­‐ -­‐ dapat diartikan -­‐ -­‐ bahwa telah terjadi tindakan PELEPASAN TANAH dari pemilik tanah kepada pihak pengguna tanah untuk selamanya.

Tanah yang telah dihibahkan mengandung arti telah terjadi pengalihan status kepemilikan dari pemilik kepada pengguna. Atau dengan kata lain, tanah yang telah dihibahkan tidak melekat lagi pada yang memiliki tanah.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 9

Pengertian Izin Pakai

Adalah ijin untuk memanfaatkan sebidang tanah sesuai perjanjian antara pemilik hak dengan pengguna/pemanfaat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku dengan jangka waktu terbatas.

Pengertian Ijin Dilalui

Berdasarkan pengalaman program, yang dimaksudkan dengan izin dilalui adalah izin yang diberikan oleh pemilik tanah kepada penggguna/pemanfaat yang karena tanahnya dilalui oleh kegiatan program. Seringkali jenis izin ini digunakan untuk pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, misalnya. Dalam hal ini, pemilik tanah/pemegang hak atas tanah dianggap tidak terganggu untuk tetap memanfaatkan tanah tersebut. Misalnya untuk aktifitas lalu lintas orang atau ternak, dan lain-­‐lainnya, sepanjang tidak merusak kepentingan pihak yang telah mendapatkan izin.

Pengertian Sewa

Pemilik tanah menyewakan tanahnya sebagian atau semua untuk digunakan oleh pengguna/pemanfaat untuk kurun waktu tertentu sesuai perjanjian.

Jual-­‐Beli

Pemilik tanah/pemegang hak atas tanah melepaskan haknya dengan imbalan uang untuk dimanfaatkan oleh pihak pembeli.

2.4. PENGADAAN KAYU

Kayu yang digunakan dalam kegiatan pembangungan infrastruktur program PNPM Mandiri Perkotaan haruslah kayu yang asal usulnya jelas dan legal.

2.4.1. Asal usul kayu yang jelas adalah sebagai berikut:

a. Bersumber dari dinas Perhutani

b. Bersumber dari masyarakat (kebun, atau yang lain)

2.4.2. Kayu legal adalah yang memiliki bukti dokumen berikut ini:

a. FAKO (Faktur Asal Kayu Olahan),

b. SAKO (Surat Asal Kayu Olahan)

c. SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan)

d. Surat keterangan resmi dari aparat atau instansi terkait (kepala desa/keluruhan/kepolisian tentang asal-­‐usul kayu)

10 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

Perlunya ketentuan khusus dalam pengunaan kayu legal adalah untuk menghindari digunakannya kayu yang dianggap ilegal dalam pembangunan infrastruktur progam sehingga kemungkinan pengrusakan lingkungan tidak dapat dikendalikan. Hal ini untuk mendorong munculnya kesadaran pelaku dan masyarakat bahwa penggunaan kayu ilegal akan berdampak mempercepat terjadinya kerusakan hutan secara masif, yang pada gilirannya akan merusak lingkungan hidup yang kita diami bersama.

Untuk menghindari penggunaan kayu ilegal, berikut ini adalah ketentuan yang wajib diketahui:

a. Untuk kayu yang berasal dari Perhutani dapat diperoleh atau dibeli di toko-­‐ toko resmi penjualan kayu yang memiliki bukti dokumen FAKO/SAKO/SKSHH;

b. Untuk kayu yang berasal dari masyarakat harus dilengkapi dengan bukti keterangan resmi dari aparat atau instansi terkait (kepala desa/kelurahan/kepolisian tentang asal usul kayu;

c. Setiap penebangan pohon di kebun masyarakat, diwajibkan untuk menanam kembali bibit pohon sejumlah yang ditebang;

d. Penggunaan kayu hingga 3 m 3 atau lebih untuk satu kegiatan usulan, wajib diinformasikan kedalam data SIM. Atau dengan kata lain, penggunaan kayu

yang kurang dari 3 m 3 , datanya tidak perlu dimasukkan kedalam data SIM.

Kayu legal adalah kayu yang dibeli di toko material yang memiliki bukti dokumen FAKO/SAKO/SKSHH. Atau kayu dari masyarakat yang dilengkapi dengan surat keterangan resmi dari perangkat/instansi terkait.

2.5. PENANGANAN MKAT (Masyarakat Adat Terasing)

2.5.1. Pengertian MKAT (Masyarakat Adat Terasing)

Masyarakat adat terasing adalah :

“Sekelompok penduduk yang berdasarkan asal usul leluhur, hidup dalam suatu geografis tertentu, memiliki nilai-­‐nilai dan sosial budaya yang khas, berdaulat atas tanah dan kekayaan alamnya serta mengatur dan mengurus keberlanjutan kehidupan dengan hukum dan kelembagaan adat”. (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara).

2.5.2. Dasar Pemikiran

a. MKAT memiliki cara hidup yang berbeda, dan mereka berhak untuk menikmati program pembangunan. Semakin terisolir dan kurang mampu, tentu semakin memerlukan fasilitasi pembangunan.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 11 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 11

berkenaan dengan kekhususannya.

c. Aturan dalam PNPM Mandiri Perkotaan: “Masyarakat adat terasing tidak boleh mendapat keuntungan yang berbeda atau dirugikan oleh proyek.”

2.5.3. Karakteristik MKAT, secara umum:

• Memiliki keterikatan emosional yang dekat dengan nenek moyang • Memiliki budaya yang unik/khas atau berbeda dengan lingkungan di

sekitarnya • Mengklaim kelompoknya sebagai masyarakat adat

• Memiliki bahasa sendiri • Memiliki lembaga adat sendiri • Orientasi produksi utamanya adalah subsisten (kebutuhan dasar) • Hidupnya banyak tergantung pada alam

2.5.4. Lokasi Geografis MKAT, antara lain:

• Di daerah pedalaman atau daerah pegunungan • Di daerah pedalaman dengan areal luas • Di daerah sepanjang sungai • Di pulau-­‐pulau terpencil, terluar, • Di daerah perbatasan • Di pantai • Masyarakat yang berkelompok di perkotaan yang masih mempertahankan

karakteristik MKAT

2.5.5. Ketentuan Pengamanan MKAT

• Tim Korkot dan tim Fasilitator mendapatkan penguatan kapasitas tentang MKAT.

• Tim tersebut wajib mendampingi MKAT sesuai dengan siklus PNPM MP dan program lanjutan lainnya. Pendampingan disesuaikan dengan kondisi MKAT.

• Tim tersebut bersama dengan pemda bekerjasama dengan perguruan tinggi, LSM dan kelompok peduli yang mempunyai pengalaman dan peduli

terhadap MKAT. • Tim tersebut harus menyiapkan kader/relawan yang berasal dari MKAT agar

lebih mudah berkomunikasi selama pelaksanaan program. • Tim tersebut harus memberikan informasi yang utuh kepada MKAT berkaitan

dengan program. • Sedapat mungkin komunikasi dilakukan dengan bahasa MKAT. Berbagai

brosur dan dokumen tertentu yang relevan diterjemahkan kedalam bahasa MKAT.

12 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

• Usulan kegiatan MKAT terumuskan di dalam PJM/Renta dan produk perencanaan lainnya.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 13

14 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

BAB III LANGKAH PELAKSANAAN

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 15

3.1. SIKLUS

3.1.1. Siklus Tahun-­‐1 dan Tahun-­‐4 :

Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ditingkat masyarakat pada tahun pertama atau Siklus Tahun-­‐1 dan Tahun-­‐4, adalah seperti pada diagram dibawah ini.

Berikut ini adalah penjelasan tambahan dalam rangka penguatan terhadap pelaksanaan kegiatan pengamanan sosial, agar sedini mungkin dampak sosial negatif dapat dihindari:

16 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

No. Tahapan Siklus Tujuan

1. Pemetaan sosial - Menggali informasi awal yang berkaitan dengan kondisi, karakteristik masyarakat dan lingkungan lokasi dampingan.

2. Sosialisasi Awal

- Masyarakat

mengetahui dan paham mengenai pentingnya pengamanan sosial (safeguard sosial).

3. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) - Membangun komitmen di masyarakat untuk konsisten melaksanakan pengamanan sosial.

4. Refleksi Perkara Kritis (RPK)

- Mengetahui dan

mengenali berbagai potensi dan kemungkinan dampak sosial selama ada kegiatan pembangunan di wilayahnya.

- Menumbuhkan kesadaran bahwa dampak sosial wajib diantisipasi.

- Memahami kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengatasi dampak sosial negatif jika telah terjadi.

5. Pemetaan Swadaya (PS)

- Membangun

relawan yang siap

berpartisipasi

dalam mendorong

meningkatkan

kesadaran masyarakat mengantisipasi dampak sosial yang mungkin muncul.

- Menyiapkan masyarakat yang memiliki

pengamanan sosial. Menyusun peta yang menunjukkan indikasi

potensi

dampak

sosial yang wajib

diwaspadai. Mendorong tersusunnya PJM pronangkis

6. PJM Pronangkis

yang berbasis pengamanan sosial.

KSM - 7. Terbentuknya kelompok masyarakat atau

KSM yang melaksanakan pembangunan sesuai dengan Renta Pronangkis yang berbasis pengamanan sosial.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 17

3.1.2. Siklus Tahun-­‐2 dan Tahun-­‐3

Siklus Tahun-­‐2 atau Tahun-­‐3 yang diawali dengan serangkaian kegiatan meninjau-­‐ulang kinerja kelembagaan BKM/LKM, capaian Rencana Tahunan, dan kinerja keuangan BKM/LKM, yang kemudian disampaikan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT). Pada kegiatan peninjauan ulang tersebut, masyarakat melakukan penguatan konsep safeguard sosial pada kegiatan dibawah ini :

a. Review dokumen Pemetaan Swadaya. Melakukan kajian terhadap hasil-­‐hasil Pemetaan Swadaya (PS) yang ada terhadap dampak pengamanan sosial.

Pelaksanaan review PS adalah untuk menemukenali profil potensi, masalah dan solusi-­‐solusi yang akan dikembangkan oleh masyarakat, khususnya yang terkait dengan dampak sosial.

b. Review PJM dan Renta Pronangkis Review atau tinjauan partisipatif PJM pronangkis dan Rencana Tahunan

(Renta) dengan memasukkan aspek dampak sosial di masyarakat. Review PJM dan Renta Pronangkis akan menghasilkan :

- Penyempurnaan Renta pronangkis dengan memasukkan aspek dampak sosial di masyarakat.

c. Pelaksanaan kegiatan prioritas sesuai dengan review Renta Pronangkis.

18 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

3.1.3. Siklus Lanjutan

Pelaksanaan kegiatan safeguard sosial pada kegiatan siklus advance atau Tahap Lanjut seperti PLPBK, PRB-­‐BK dan SELARAS memberikan penguatan tentang konsep safeguard sosial pada tahapan kegiatan/siklusnya, terutama pada tahapan kegiatan :

a. Review Pemetaan Swadaya Review atau tinjauan pemetaan swadaya terhadap persoalan dampak sosial yang menghasilkan :

Peta yang mencerminkan adanya indikasi potensi dampak sosial di wilayahnya.

Tinjauan terhadap dampak sosial yang telah muncul di masyarakat.

b. Review program atau hasil-­‐hasil dari perencanaan Review atau tinjauan program atas hasil-­‐hasil perencanaan yang ada seperti RPLP, RTPLP atau dokumen lain, yang didalamnya termasuk tinjauan terhadap potensi dampak sosial dan pencegahannya.

c. Melaksanakan kegiatan prioritas sesuai dengan review RTPLP.

3.2. HAK-­‐HAK ATAS TANAH

Untuk mendapatkan tanah, ada dua hal yang perlu diperhatikan, status hak atas tanah dan status penguasaan atas tanah. Perubahan status penguasaan atas tanah dapat juga berdampak terhadap perubahan kepemilikan, dan yang tidak berdampak terhadap perubahan kepemilikan, misalnya tanah hak milik disewakan tidak terjadi perubahan kepemilikan tetapi bila dihibahkan ada kemungkinan terjadi perubahan status penguasaan dan juga perubahan status hak atas tanah. Yang dapat mengubah kepemilikan atas tanah, antara lain adalah hibah, dibeli dan wakaf; sementara yang tidak merubah kepemilikan adalah ijin dipakai, ijin dilalui dan sewa.

3.2.1. Persyaratan dan Prosedur Pengadaan Tanah

a) Hibah dari Tanah Masyarakat Persyaratan

• Penduduk yang menghibahkan tanahnya wajib menerima manfaat langsung dari kegiatan yang diberikan hibah tanah. Setelah menyerahkan tanahnya secara hibah, kondisi dan situasi penduduk tersebut hendaknya tidak menjadi lebih buruk;

• Penduduk yang menghibahkan tanah harus diberitahukan secara jelas sebelum keputusan diambil, bahwa mereka memiliki hak untuk menolak

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 19 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 19

• Tanah yang akan digunakan/dibebaskan perlu diidentifikasi lebih dahulu oleh kelompok pemanfaat. Kecocokannya dengan usulan kegiatan, dan bebas dari

segala dampak resiko kesehatan dan lingkungan divalidasi oleh Faskel Teknis; • Harus dihindari adanya dampak negatif terhadap pemilik tanah yang

tanahnya dihibahkan. Dan juga dihindari terjadinya penggusuran terhadap rumah tangga, atau yang menyebabkan hilangnya pendapatan keluarga dan pendapatan ekonomi rumahtangga;

• Tanah yang dihibahkan harus bebas dari perselisihan status hak atau penguasaan tanah dan atau kendala-­‐kendala lainnya;

• Musyawarah antara pemilik tanah yang tanahnya dihibahkan dengan para pemanfaat dilakukan dengan cara yang bebas dan transparan;

• Proses, hasil pertemuan musyawarah, dan berbagai pengaduan serta tindakan yang diambil terhadap pengaduan wajib didokumentasikan secara

cermat. Adakalanya dalam proses hibah tanah terdapat seorang atau dua orang

penduduk yang menolak tanahnya untuk diserahkan. Untuk menghindari munculnya kasus seperti ini, maka masyarakat selalu perlu menyediakan tanah alternatif disaat persiapan penyusunan proposal.

Prosedur

a. KSM menyerahkan proposal kepada BKM/LKM untuk dikaji dan disetujui. Satu aspek yang wajib ada didalam proposal adalah hasil identifikasi tanah

yang akan digunakan, dan bagaimana tanah itu didapatkan. Jadi, pada kasus dimana usulan kegiatan membutuhkan tanah, maka tanah yang dimaksudkan wajib telah diidentifikasikan ketersediaannya oleh anggota kelompok pemanfaat.

b. BKM/LKM dan Fasilitator memverifikasi tanah tersebut di lapangan, dan memastikan bahwa tanah yang disediakan itu telah disetujui dihibahkan

secara sukarela oleh pemiliknya untuk usulan kegiatan yang diajukan. Semua pihak perlu memastikan bahwa tanah yang disediakan itu diputuskan melalui mekanisme partisipatif. Dalam banyak kasus, BKM/LKM dan Fasilitator berpartisipasi di pertemuan warga untuk melakukan musyawarah tentang ketersediaan tanah untuk usulan kegiatan yang membutuhkan tanah tersebut.

c. BKM/LKM bersama dengan Fasilitator menyiapkan surat pernyataan hibah tanah (wajib dilampirkan didalam proposal) yang ditandatangani oleh para

anggota kelompok masyarakat yang turut menghibahkan tanahnya, dan disaksikan oleh Kepala Dusun/Kepala Desa dan beberapa orang saksi lainnya.

20 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 20 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

dihibahkan; peta, kepada siapa, jenis kegiatan, tanggal, tandatangan (Ahli Waris, saksi-­‐saksi, Kadus, Kades, BKM dan Camat). Dilengkapi dengan meterai dan lampiran bukti kepemilikan tanah.

e. Pada saat proposal kegiatan disetujui oleh BKM/LKM, pemilik tanah yang menghibahkan tanahnya menunjukkan lokasi tanah yang akan digunakan

untuk membangun prasarana tersebut. Untuk penyerahan tanah secara hibah, salah satu tandatangan yang wajib ada

adalah tandatangan ahli waris.

Konsekuensi Penghibahan Tanah

Dengan menghibahkan tanah, sejumlah luas tanah yang dimiliki oleh seseorang menjadi berkurang. Itu berarti telah terjadi perubahan luas kepemilikan tanah tertentu, dan secara administrasi pertanahan wajib dilakukan penyesuaian bukti kepemilikan terhadap luas tanah yang tersisa. Dalam kaitan ini, masyarakat yang telah menghibahkan tanahnya perlu difasilitasi untuk mengurus administrasi perubahan luas tanah yang tersisa. Berikut adalah prosedur pengurusannya:

Tindakan pertama: Pencatatan Pemisahan Tanah • Tanah yang dihibahkan dan tanah tersisa dicatat didalam buku registrasi

desa/kelurahan; • Perlu pengukuran ulang yang dilakukan oleh dinas pertanahan setempat;

• Bagi tanah yang bukti kepemilikannnya bukan sertifikat, perlu pemisahan di bukti kepemilikan tanah tersebut. Hal ini dapat dilakukan di tingkat kelurahan dan kecamatan. Camat bertugas sebagai PPAT;

• Bagi tanah yang bersertifikat perlu ada pemisahan hak. Hal ini dapat dilakukan di tingkat kecamatan. Camat bertugas sebagai PPAT; Khusus untuk tanah pemerintah, perlu konsultasi dengan dinas pertanahan

setempat. Tindakan Kedua: Kelengkapan Surat Pemisahan Tanah • Mengisi formulir permohonan

• Fotocopy surat ukur • Bukti peluasan pembayaran BPHTB/SSB • Bukti pelunasan PPh • Identitas pemohon: fotocopy KTP, WNI • Surat kuasa yang bermeterai, dan fotocopy KTP penerima kuasa jika

dikuasakan

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 21

• Surat pernyataan dari pemohon • Membayar tarif atas jenis penerimaan bukan pajak, untuk pelayanan,

pemeliharaan data pendaftaran. Langkah Ketiga: BKM bersama-­‐sama dengan Fasilitator mengecek proses

penyelesaian pemisahan tanah, dan menanti hasilnya. Biaya pemisahan tanah ditanggung oleh masing-­‐masing anggota masyarakat pemilik tanah yang tanahnya dihibahkan.

b) Ijin Pakai

Pengadaan tanah dengan menggunakan ijin pakai dapat diperoleh di atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat, tanah yang dimiliki oleh pemerintah dan yang dimiliki oleh pihak lainnya (swasta dan LSM, misalnya). Penguasaan hak atas tanah melalui ijin pakai tidak mengubah kepemilikan atas tanah. Di bawah ini adalah persyaratan dan prosedurnya:

Ijin pakai di atas tanah masyarakat dan tanah lainnya Persyaratan:

a. Pemilik Tanah mengisi surat pernyataan ijin pakai untuk usulan kegiatan yang diajukan di dalam proposal kelompok;

b. Seluruh informasi yang diperlukan dan tersedia di dalam surat pernyataan ijin pakai wajib diisi secara lengkap oleh pemilik tanah;

c. Tandatangan pemilik tanah dibubuhkan di atas materai;

d. Semua tandatangan saksi yang diwajibkan, termasuk ahli waris perlu dibubuhi di tempat yang telah disediakan di dalam surat pernyataan

tersebut.

Prosedur:

a. UPL melakukan verifikasi terhadap lokasi dan hak penggunaan tanah yang informasinya tercantum didalam proposal kelompok

b. Faskel melakukan validasi terhadap proposal kelompok

c. BKM menerima proposal kelompok dan kemudian melakukan pengecekan untuk kesesuaian dengan PJM agar dapat ditetapkan sebagai penerima BLM.

d. Pelaksanaan kegiatan.

Lamanya Jangka Waktu Ijin Pakai di Atas Tanah Masyarakat

Khusus untuk tanah milik masyarakat atau lainnya, jangka waktu lamanya ijin pakai minimal adalah 10 tahun; dan jika masih dibutuhkan oleh masyarakat, maka dapat diperpanjang lagi dengan persetujuan pemilik tanah.

22 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

Dalam hal tidak terjadinya perpanjangan ijin pakai, dan kondisi infrastruktur tertentu dianggap masik baik, maka aset bangunan tersebut harus tetap menjadi milik masyarakat dan tidak diperkenankan untuk dikuasai oleh pemilik tanah. BKM dan UPL adalah lembaga masyarakat yang memfasilitasi penyelesaian masalah ini.

Apabila ijin pakai tidak dapat diperpanjang lagi, tetapi kualitas bangunannya masih cukup baik, maka bangunan tersebut harus tetap menjadi milik masyarakat. Artinya, bangunan tersebut tidak dibenarkan diambil alih oleh pemilik tanah.

Ijin Pakai di Atas Tanah yang dikuasai Pemerintah

Ijin pakai di atas tanah pemerintah ini termasuk berlaku untuk tanah milik desa, kas desa dan tanah bengkok. Berikut adalah persyaratan dan prosedurnya:

Persyaratan

a. BKM, atas nama warga kelurahan/desa mengajukan permohonan penggunaan tanah yang kegiatannya ada didalam dokumen perencanaan.

b. Pihak kelurahan, BPD bersama dengan warga melakukan musyawarah untuk menyepakati lokasi dan peruntukan tanah.

c. Berdasarkan hasil kesepakatan penggunaan tanah, pihak kelurahan/pemdes menyiapkan surat keputusan berkenaan dengan lokasi dan penggunaan

tanah yang dimaksudkan. Surat keputusan tersebut berfungsi sebagai bentuk legalitas penggunaan tanah oleh masyarakat.

d. Surat keputusan yang sudah dibuat itu diperkuat dengan peraturan yang berlaku pada tingkat kelurahan/desa tentang ijin penggunaan tanah.

e. Pihak kelurahan/pemdes membuat pengajuan kepada pemerintah kabupaten/kota atau pihak-­‐pihak terkait lainnya untuk mendapatkan ijin

pakai yang dimaksudkan.

Persyaratan diatas berlaku juga untuk alih fungsi tanah, dan alih kelola tanah.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 23

Prosedur Pengajuan Ijin pakai atas Tanah yang dikuasai Pemerintah

*Jika diperlukan IMB

Lamanya Jangka Waktu Ijin Pakai Di Atas Tanah Pemerintah

Apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 40 pasal 45 ditetapkanlah bahwa jangka waktu bagi hak pakai atas tanah negara adalah 25 tahun, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 tahun.

Di dalam PP No. 40 ini, juga diatur beberapa persyaratan sebelum jangka waktu hak pakai dapat diperpanjang. Yaitu seperti berikut ini:

24 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 24 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL

b. Syarat-­‐syarat pemberian hak tersebut masih dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak;

c. Pemegang hak masih memenuhi persyaratan sebagai pemegang hak yang diatur dalam PP No. 40.

c) Ijin Dilalui

Pengadaan tanah dengan menggunakan ijin dilalui di dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan seringkali diperuntukkan untuk kegiatan pipanisasi air bersih. Umumnya, ijin jenis ini melibatkan banyak pemilik tanah yang tanahnya dilalui. Penguasaan hak atas tanah melalui ijin dilalui ini juga tidak mengubah hak atas kepemilikan tanah. Berikut adalah persyaratan dan prosedurnya:

Persyaratan

a. Pemilik tanah atau KSM mengisi surat pernyataan yang disediakan oleh program dengan memilih ijin dilalui sebagai pilihan hak atas penggunaan tanah yang dianggap sebagai bagian dari kelengkapan proprosal kelompok;

b. Seluruh informasi yang diperlukan dan tersedia di dalam surat pernyataan yang dimaksudkan wajib diisi secara lengkap oleh pemilik tanah atau KSM;

c. Para pemilik tanah atau wakil dari para pemilik tanah membubuhkan tandatangannya di atas sebuah materai;

d. Saksi-­‐saksi yang diperlukan juga wajib membubuhkan tandatangannya ditempat yang disediakan di dalam surat pernyataan yang dimaksudkan.

Prosedur

a. UPL melakukan verifikasi terhadap lokasi dan hak penggunaan tanah yang informasinya tercantum didalam proposal kelompok

b. Faskel melakukan validasi terhadap proposal kelompok

c. BKM menerima proposal kelompok dan kemudian melakukan pengecekan untuk kesesuaian dengan PJM agar dapat ditetapkan sebagai penerima BLM.

Lamanya jangka waktu untuk ijin dilalui didasarkan pada kesepakatan pihak-­‐ pihak terkait dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat terhadap kebutuhan prasarana yang dibangun.

PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 25 PETUNJUK TEKNIS SAFEGUARD SOSIAL 25

Hak sewa yang dijelaskan di sini adalah hak sewa untuk tanah pemerintah. Seperti misalnya tanah milik desa, kas desa dan tanah bengkok. Persyaratan dan prosedurnya adalah sebagai berikut:

Persyaratan

a. BKM, atas nama masyarakat (kelompok pemanfaat) mengajukan permohonan penggunaan sewa tanah yang kegiatannya ada didalam

dokumen perencanaan.

b. Pihak kelurahan, BPD bersama dengan warga melakukan musyawarah untuk menyepakati lokasi dan peruntukan tanah.

c. Berdasarkan hasil kesepakatan penggunaan tanah, pihak kelurahan/pemdes menyiapkan surat keputusan berkenaan dengan lokasi dan penggunaan

tanah yang dimaksudkan. Surat keputusan tersebut berfungsi sebagai bentuk legalitas penggunaan tanah oleh masyarakat.

d. Surat keputusan yang sudah dibuat itu diperkuat dengan peraturan yang berlaku pada tingkat kelurahan/desa tentang ijin penggunaan sewa tanah.

Surat Perjanjian Sewa Menyewa Disarankan Mencantumkan Hal-­‐Hal Berikut ini:

a. Data tanah yang dikuasai pemerintah yang disewakan

b. Hak dan kewajiban dari kedua belah pihak

c. Jumlah/besarnya biaya sewa yang harus dibayar oleh penyewa

d. Jangka waktu sewa menyewa

e. Sanksi

f. Ketentuan lain yang dipandang perlu terutama mengenai batasan-­‐batasan penggunaan tanah yang disewakan kepada pihak penyewa

g. Dilarang mengalihkan hak sewa atas obyek sewa kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan ijin pengelola tanah

h. Dilarang mengontrakan dan menjaminkan bangunan yang menjadi milik pihak penyewa yang berdiri di atas tanah milik pemerintah kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan seijin tertulis dari pihak pengelola tanah.

Surat Perjanjian Sewa Menyewa Dapat Dibatalkan, bila:

a. Pihak penyewa melanggar isi surat perjanjian sewa menyewa

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24