LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERPA

LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM PERTANIAN TERPADU

Asisten Pendamping: Anita Triya Ningrum

Oleh:
Kelompok O4
Yurike Ainur Rofiqoh
Mia Agusfina
Olpha Agustin PutriAnshari
Muh.Fajar Alfikri
Nanda Avisha Putri

155050101111122
155050101111012
155050101111014
155050101111121
155050101111127

PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

ii

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah S.W.T. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Sistem Pertanian Terpadu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sistem Pertanian Terpadu ini

dapat memberikan manfaat dan inpirasi terhadap pembaca maupun penulis sendiri.

Malang, 03 Mei 2017
Penulis

iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System).................................................3
2.2 Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems).........4
2.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)..........................4

2.4 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak).....5
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan LokasiPraktikum................................................................................7
3.2 Materi Praktikum.................................................................................................7
3.3 Metode Praktikum................................................................................................7
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System).................................................8
4.2 Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production Systems).........10
4.3 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah)..........................12
4.4 Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Perkebunan-Ternak).....14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
LAMPIRAN......................................................................................................................19

iv

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Modal Komoditas usaha tani campuran............................................................8
Tabel.2 Hasil Penjualan Komoditas Usahatani Campuran.............................................8
Tabel 3. Modal Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak........................10

Tabel 4. Hasil Penjualan Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak.........10
Tabel 5. Modal Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak...........................11
Tabel 6. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak............11
Tabel 7. Modal Komoditas Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (Sawah).....................12
Tabel 8. Hasil Penjualan Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (sawah)..........................12
Tabel 9. Modal Komoditas Ternak Ekologis Sawah.......................................................13
Tabel 10. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Pertanian Ekologis Sawah......................13
Tabel 11. Modal Komoditas tanaman pertanian tekno-ekologis (Kebun)......................14
Tabel 12. Hasil Penjualan komoditas tanaman sistem tekno-ekologis (perkebunan).....14
Tabel 13. Modal Komoditas Ternak Sistem Tekno-ekologis (Perkebunan)....................15
Tabel 14. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak..........15

v

DAFTAR GAMBAR

vi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Sistem Pertanian Terpadu memiliki 4 sistem dalam penerapannya. Di kota Malang,
Jawa Timur sendiri, sudah banyak petani maupun peternak yang menerapkan ke-4
sistem dalam Sistem Pertanian Terpadu tersebut. Sistem-sistem tersebut berupa Usaha
Tani Campuran (Mixed Farming System), Sistem produksi Tanaman-Ternak (CropsLivestock Production Systems), Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan
Sawah), dan Model PertanianTekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan PerkebunanTernak).
Model Usaha Tani Campuran (Mixed Farming System) adalah usaha tani yang
dilakukan dengan penanaman lebih dari satu komoditas pada waktu bersamaan.
Contohnya menanam cabai, terong, jeruk, rumput gajah dan lainnya dalam waktu
bersamaan. Model Sistem produksi Tanaman-Ternak (Crops-Livestock Production
Systems) adalah usaha tani yang melibatkan lebih dari satu komoditas dan terdapat
interaksi saling menguntungkan antara system tanaman pangan, ternak dan tanaman
pakan ternak. Contohnya tanaman pangan jagung dan cabai rawit, tanaman pakan
berupa rumput gajah dengan ternak sapi atau kambing.
Model Pertanian Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah) terdiri dari integrasi
sederhana dan kompleks. Integrasi sederhana yaitu kawasan lahan sawah umumnya
hanya berorientasi pada usaha tani tanaman padi dan sebagian digilir dengan menanam
pala wija saat musim kemarau dan dapat berintegrasi dengan ternak, sedangkan
intergrasi kompleks yaitu integrasi sederhana yang diintroduksi spesies baru yang
memiliki hubungan fungsional dengan spesies yang sudah ada. Model Pertanian

Tekno-Ekologis (di Ekosistem Lahan Sawah) juga memiliki integrasi sederhana dan
kompleks. Integrasi sederhana berupa kawasan kopi, kelapa, coklat dan tanaman
sengon umumnya banyak dijumpai di daerah tropis yang mana diintegrasikan dengan
ternak dengan sentuhan teknologi yaitu pengolahan limbah sebagai pakan ternak dan
kotoran ternak sebagai pupuk kandang. Integrasi kompleks model ini yaitu integrasi
sederhana dapat diisi dengan spesies lain sehingga dapat memperpanjang rantai
ekosistem, ditanami juga tanaman penaung sebagai sumber pakan ternak dan
dipadukan dengan pengolahan hasil.
System pertanian terpadu ini diharapkan dapat diterapkan secara meluas untuk
meningkatkan produktivitas tanaman yang sekaligus dapat diintegrasikan dengan
ternak maupun spesies lain. Sehingga petani maupun peternak dapat memperoleh hasil
yang maksimal dengan penerapan ke-4 sistem tersebut diatas.

1

1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana analisa dan penerapan Usaha Tani Campuran di kota Malang?
2. Bagaimana analisa dan penerapan Sistem Produksi Tanaman-Ternak di kota
Malang?
3. Bagaimana analisis dan penjabaran dari model Pertanian Tekno-Ekologis di Lahan

Sawah dengan pola integrasi sederhana maupun integrasi kompleks?
4. Bagaimana analisis dan penjabaran dari model PertanianTekno-Ekologis di Lahan
Perkebunan-Ternak dengan pola integrasi sederhana maupun integrasi kompleks?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa tentang Usaha Tani Campuran
berdasarkan pendataan pada responden.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa tentang Sistem Produksi TanamanTernak berdasarkan pendataan pada responden.
3. Mahasiswa mampu mengerti dan menjabarkan pola dari integrasi sederhana dan
kompleks pada model Pertanian Tekno-Ekologis di Lahan Sawah.
4. Mahasiswa mampu mengerti dan menjabarkan pola dari integrasi sederhana dan
kompleks pada model Pertanian Tekno-Ekologis di Perkebunan-Ternak.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Usaha Tani Campuran (Mixed Farming)
Dalam praktek di lapangan, petani mengelola tanamannya dengan melakukan

pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang dan ranting
dan sebagainya. Pada sistem campuran dari berbagai jenis tanaman atau mixed
cropping (pohon dengan tanaman semusim, atau hanya pepohonan saja), maka setiap
jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri. Sebagai
contoh, jenis tanaman yang bercabang banyak akan menaungi tanaman yang lain.
Beberapa tanaman yang jaraknya tidak terlalu dekat akan memperoleh keuntungan,
prosesnya sering disebut dengan facilitation. Contohnya, pohon dadap yang tinggi
dan lebar sebaran kanopinya memberikan naungan yang menguntungkan bagi
tanaman kopi (Hairiah, 2012).
Karakteristik yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan
usaha tani campuran terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau kepadatan
penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha tani, yaitu
memaksimalkan keuntungan atau menimalkan resiko. Alasan lain petani melakukan
usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk memaksimalkan
penerimaan dari sumber daya yang terbatas dan meningkatkan manfaat keterkaitan
antar cabang usaha seperti tanaman dan ternak (sumber pakan), ternak dan tanah
(kesuburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari). Alasan tradisional tersebut
telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan dan
meminimalkan resiko serta keinginan mengambil manfaat dari adanya usaha tani
campuran tersebut (Soedjana, 2007).

Jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan petani untuk kebutuhan pasar
jumlahnya mencapai sekitar 27 jenis tanaman, disamping beberapa tanaman lain
yang hanya untuk subsistensi di kebun-kebun kecil di sekitar rumah atau di dekat
pondok di ladang mereka. Pengelompokan tanaman-tanaman hortikultura didasarkan
pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria itu berkenaan dengan bentuk fisik dan
kemampuan produksi tanaman, juga dihubungkan dengan kondisi lingkungan alam
dan kegiatan-kegiatan ekonomi. Klasifikasi (pengelompokkan) tanaman ini dibuat
petani untuk memudahakan mereka dalam memilih beberapa alternatif jenis tanaman
yang akan ditanam di ladang (Sembiring, 2005).
Usaha tani campuran meliputi berbagai macam komoditas antara lain tanaman
pangan, hortikula, dan juga tanah perkebunan (Suratiyah, 2006).
Tanaman hortikultura merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuahan vitamin dan mineral, Sayuran hijau
bermanfaat sebagai sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi
masyarakat. Dengan bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan
pendidikan akan mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi
dan kesehatan (Siswati, 2012).

3


2.2

Sistem Produksi Tanaman-Ternak ( Crop Livestock Cropping System)
Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya
keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan
tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah
dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem
integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan
masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan (Pasandaran,
2006).
Salah satu harapan dalam pengembangan pertanian (termasuk sistem integrasi
tanaman ternak, produksi tanaman pangan dan daging) di Indonesia adalah
meningkatkan kesejahteraan hidup petani dan mengurangi beban impor yang kian
membengkak terutama sapi hidup dan daging. Sistem integrasi tanaman-ternak
mengandung arti bahwa kedua usaha diharapkan berlangsung dalam satu sistem
usaha agribisnis Crop-Livestock System (CLS) yang saling mengisi, yaitu tanaman
tersedia input berupa pakan dan dari ternak termanfaatkan kogtoran ternak menjadi
pupuk organik (Hau, 2005).
Salah satu usaha sistem pertanian terpadu yaitu sistem integrasi tanaman
ternak. Contohnya sistem integrasi tanaman semusim-ternak sapi potong yang

merupakan intensifikasi sistem usaha tani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sapi potong sebagai 2 bagian
kegiatan usaha (Zakariah, 2012).
Sistem integrasi tanaman semusim- ternak sapi potong sebagai salah satu
upayah untuk meningkatkan produksi sapi potong yang merupakan penyumbang
daging terbesar terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini
berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan dan
meningkatkan pendapatan peternak (Syamsidar, 2012).
Sebanyak 85 % petani melakukan penanaman padi sawah dengan cara tanam
pindah dengan umur benih lebih dari 21 hari setelah semai (HSS) dan sebanyak 15 %
petani melakukan penanaman dengan cara tanam pindah dengan umur benih kurang
dari 21 hari setelah semai (HSS). Sistem tanam pindah tidak mendukung sistem
pertanian berkelanjutan pada budidaya padi sawah. Sistem tanam yang sesuai dengan
pertanian tekno-ekologis adalah sistem tanam benih langsung (tabela) karena
memiliki keunggulan antara lain lebih hemat waktu, lebih hemat air, produktivitas
meningkat (rata-ratasekitar 16,4 %) dan lebih hemat tenaga karena tidak memerlukan
tenaga untuk mencabut dan menanam bibit (Istiantoro, 2013).

2.3

Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Sawah)
Dalam system integrasi tanaman-ternak, pemanfaatan limbah tanaman
sebagai pakan, serta limbah ternak menjadi pupuk dan sumber energy alternative
merupakan potensi yang perlu dikembangkan. Inovasi teknologi pakan ternak dalam
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah (SITT-BL) memberikan peluang
yang menggembirakan menuju green and clean agricultural development.
Pengembangan usaha tani tanaman dan ternak secara bersama sama menambah
pendapatan petani.(Haryanto, 2009)
4

Penanaman tanaman pakan sebagai tanaman konservasi tanah sangat penting
dan perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Ada dua sasaran yang dapat dicapai
oleh penanaman tanaman pakan ternak di lahan kering DAS bagian hulu, yaitu
sebagai sumber hijauan dan sebagai pengendali erosi tanah. Ada beberapa cara
konservasi tanah dengan menggunakan tanaman pakan, disesuaikan dengan kondisi
agroekologi dan jenis tanamannya, yaitu penataan tanaman pakan di lahan berteras,
strip rumput, system tiga strata, tanaman lorong dan tanaman penutup tanah.
(Prawiradiputra, 2011)
Umumnya petani menanam dan mengusahakan berbagai jenis tanaman,
ternak, dan usaha lainnya dalam suatu kesatuan usaha rumah tangga untuk
mengurangi risiko serangan penyakit serta kegagalan panen. Sebagian besar lahan
yang dikuasai dimanfaatkan untuk tanaman pangan dalam upaya memenuhi
kebutuhan keluarga (Soedjana, 2007)
Penerapan model integrasi tanaman ternak pada suatu kawasan yang memiliki
potensi pengembangan usaha tani campuran harus mempertimbangkan paling sedikit
empat skenario, yaitu: 1) skenario alami yang dilakukan atau dipraktekkan oleh
petani setempat, 2) skenario sistem usahatani tanpa ternak, 3) skenario sistem usaha
tani dengan ternak, dan 4) skenario yang berbasis sumber daya (lahan, tenaga kerja,
modal) dan peluang pengembangan kegiatan produktif, seperti tanaman, ternak, jasa
buruh, transaksi nilai tambah antar komoditas, dan sumber-sumber pendapatan
lainnya (Iswari, 2012).
Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan berbagai cara,
antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai penjualan, luas areal
tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap luasan areal tanam atau
satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi di antara petani yang
mengusahakan komoditas serupa (Zakariah, 2012).
2.4

Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Perkebunan – Ternak)
Penerapan teknologi di lapang sangat ditentukan oleh pengetahuan dan
keterampilan peternak. Kebiasaan peternak dalam pemberian pakan yang dilakukan
secara turun-temurun menyebabkan lambatnya penyerapan teknologi baru yang
dianjurkan. Tata laksana pemberian pakan ternak ruminansia yang mengandalkan
pada mencari rumput setiap hari, menyebabkan skala kepemilikan ternak rendah.
Kebiasaan menyimpan pakan sebagai cadangan pada saat kekurangan pakan belum
menjadi budaya bagi peternak (Haryanto, 2009).
Limbah tanaman pangan merupakan sumber daya pakan berserat yang
potensial dan sesuai untuk sapi dan ternak ruminansia lainnya. Di banyak daerah
limbah tanaman pangan seperti jerami padi belum dimanfaatkan sebagai sumber
pakan ternak. Petani cenderung membakarnya, yang berarti membuang bahan
organic yang berpotensi menjadi pakan ternak (Zakariah, 2012).
Lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi beragam,
antara lain sebagai medium tumbuh tanaman untuk penyediaan bahan pangan,
cadangan air, rekreasi, permukiman dan bangunan lain. Fungsi untuk penyediaan
bahan pangan dan permukiman selalu antagonis, artinya semakin luas lahan yang
digunakan untuk permukiman atau kebutuhan non pertanian akan semakin
5

menurunkan luas lahan untuk pertanian (penyediaan bahan pangan). (Nurcholis dan
Supangkat, 2011).
Usaha tani ramah lingkungan (enviromentally friendly agriculture)
menghendaki pemilihan dan penerapan teknologi yang serasi dengan lingkungan,
sehingga produkstivitas usahatani optimal dan produk yang dihasilkan aman. Salah
satu kunci pelestarian lahan, baik lahan kering maupun lahan sawah adalah
kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah. Penambahan pupuk kandang
kedalam tanah, selain memperbaik istruktur tanah juga meningkatkan kandungan
nitrogen. (Prawiradiputra, 2011).
Suatu lahan yang miskin unsur hara, curah hujan tinggi dan kurangnya
sumber air irigas, wilayah tersebut mempunyai keunggulan komparatif untuk
produksi ternak. Saling keterkaitan antara setiap komponen dalam suatu system
usaha tani tersebut menunjukkan hubungan antara rumah tangga petani, koomponen
tanaman dan ternak merupakan satu kesatuan yang menjadi dasar dalamp proses
pengambilan keputusan petani (Salendu, 2011).

6

BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu Dan Lokasi Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 April 2017, yang mengambil lokasi
didaerah Sumber Sekar Kec. Dau, Malang. Dengan pembagian materi 1 didaerah
Gading Kulon, Sumber Sekar. Materi 2, 3, dan 4 didaerah Desa Sumber Sekar, Kec
Dau.
3.2 Materi Praktikum (Responden, Tanaman, Ternak)
Responden 1
: Bapak Supiyono
Jenis Tanaman
: cabai, terong hijau, jeruk, alpukat, pisang, rumput gajah.
Ternak
:Responden 2
: Bapak Suprayitno
Jenis tanaman
: jagung, cabai rawit, jahe, rumput gajah
Ternak
: sapi, kambing
Responden 3
: Bapak Purnomo
Jenis tanaman
: jagung, rumput gajah, sawah padi
Ternak
; sapi PO dan PFH (penggemukan)
Responden 4
: Bapak Suprayitno
Jenis tanaman
: kopi arabica, pisang, rumput gajah
Ternak
: sapi dan kambing PE.
3.3 Metode Praktikum
Praktikum ini kami lakukan dengan cara field trip dan terjun langsung ke
masyarakat dimana mereka yang memiliki potensi peternakan perkebunan dan
persawahan sehingga kami bisa mendapatkan hasil yang diinginkan, kemudian adanya
pengisian kuisioner terhadap responden dan juga tidak lupa melakukan dokumentasi
baik foo maupun video.

7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Materi I
Usaha Tani Campuran (Mixed Farming Systems)
Nama
: Bapak Supiyono
Alamat : Desa Gading Kulon, Krajan
No. Hp : 081952999051
Jenis Tanaman: Cabai Rawit, Jeruk Manis, Terong, Alpukat, dan Pisang.
Analisis Usaha:
NO

NAMA
KOMODITAS

HARGA
KUANTITAS
JUMLAH
PEMBELIAN
SATUAN
HARGA
DALAM 1
PEMBELIAN
PEMBELIAN TAHUN (Rp)
(Rp)
(Rp)

1

Cabai Rawit

3.000,-

800

2.400.000,-

2.500.000,-

2

Terong

2.500,-

500

1.250.000,-

1.400.000,-

3

Alpukat

10.000,-

4

40.000,-

50.000,-

4

Jeruk

10.000,-

54

540.000,-

600.000,-

5

Pisang

3000,-

10

30.000,-

30.000,-

4.260.000,-

4.580.000,-

TOTAL MODAL (Rp)
Tabel 1. Modal Komoditas usaha tani campuran
NO

NAMA
KOMODITAS

JUMLAH
PANEN

HARGA
SATUAN
(Rp)

1

Cabai Rawit

35 Kg

35.000,-

1.225.000,-

6.125.000,-

2

Terong

150 Kg

7.000,-

1.050.000,-

3.150.000,-

3

Alpukat

50 Kg

7.000,-

350.000,-

700.000,-

4

Jeruk

-

-

-

-

5

Pisang

-

-

-

-

TOTAL PENJUALAN (Rp)

JUMLAH
(Rp)

2.625.000,-

PENJUALAN
DALAM 1
TAHUN (Rp)

9.975.000,-

Tabel.2 Hasil Penjualan Komoditas Usahatani Campuran
Keuntungan Dalam 1 Tahun
= Total Penjualan Dalam 1 Tahun – Total Modal Dalam 1 Tahun
= 9.975.000 – 4.580.000
= Rp 5.395.000,-

Pembahasan:
8

Usahatani campuran yang dilakukan oleh bapak Supiyono mengalami
keuntungan yang cukup banyak, sebesar Rp 5.395.000,-. Hal tersebut dapat
disebabkan karena terdapat beberapa tanaman yang di tanam dalam jangka waktu yang
berdekatan dan dengan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang ditanam. Hairiah, dkk (2012) menerangkan Dalam praktek di lapangan,
petani mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan
jarak tanam, pemangkasan cabang dan ranting dan sebagainya. Pada sistem campuran
dari berbagai jenis tanaman atau mixed cropping (pohon dengan tanaman semusim,
atau hanya pepohonan saja), maka setiap jenis tanaman dapat mengubah
lingkungannya dengan caranya sendiri. Sebagai contoh, jenis tanaman yang bercabang
banyak akan menaungi tanaman yang lain. Beberapa tanaman yang jaraknya tidak
terlalu dekat akan memperoleh keuntungan, prosesnya sering disebut dengan
facilitation. Contohnya, pohon dadap yang tinggi dan lebar sebaran kanopinya
memberikan naungan yang menguntungkan bagi tanaman kopi.
Bapak Supiyono menerapkan sistem usahatani campuran dikarenakan lahan
yang tidak terlalu luas, hanya sekitar 3.000 m2. Dengan memanfaatkan lahan yang ada,
petani ini juga berpendapat akan lebih menguntungkan apabila menanam lebih dari 1
macam tanaman dalam 1 lahan, karena ekonomis dan pengetahuan yang diperoleh dari
lingkungan masyarakatnya. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat dari
Soedjana (2007), karakteristik yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu
melakukan usaha tani campuran terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau
kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua tujuan berusaha
tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau menimalkan resiko. Alasan lain petani
melakukan usaha tani campuran adalah karena kebiasaan (tradisi), untuk
memaksimalkan penerimaan dari sumber daya yang terbatas dan meningkatkan
manfaat keterkaitan antar cabang usaha seperti tanaman dan ternak (sumber pakan),
ternak dan tanah (kesuburan), serta tanaman dan tanaman (tumpang sari). Alasan
tradisional tersebut telah tercakup dalam keinginan untuk memaksimalkan penerimaan
dan meminimalkan resiko serta keinginan mengambil manfaat dari adanya usaha tani
campuran tersebut.
Tanaman yang ditanam pada lahan ini bervariasi. Namun, rata-rata yang
ditanam adalah tanaman pangan yang memiliki sifat hampir sama. Seperti terong dan
cabai yang merupakan tanaman perdu (pendek). Suratiyah (2006) berpendapat usaha
tani campuran meliputi berbagai macam komoditas antara lain tanaman pangan,
hortikula, dan juga tanah perkebunan. Lalu diterangkan lagi oleh Siswati (2012),
tanaman hortikultura merupakan tanaman yang sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuahan vitamin dan mineral, Sayuran hijau bermanfaat sebagai
sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Dengan
bertambahnya penduduk, meningkatnya pendapatan dan pendidikan akan
mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi dan kesehatan.

4.2 Materi II
9

Sistem Produksi Tanaman – Ternak (Crops – Livestock Production Systems)
Nama
: Bapak Suprayitno
Alamat : Dsn. Precet, Ds. Sumber Sekar, Kec. Dau
No. Hp : 081232516848
Jenis Tanaman: Cabai Rawit, Akasia, Jagung, Jahe dan Rumput Gajah
Jenis Ternak: Sapi Potong dan Kambing Peranakan Etawah (PE)
Analisis Usaha:
NO

NAMA
KOMODITAS

HARGA
KUANTITAS
JUMLAH
PEMBELIAN
SATUAN
HARGA
DALAM 1
PEMBELIAN
PEMBELIAN TAHUN (Rp)
(Rp)
(Rp)

1

Cabai Rawit

3.000,-

300

900.000,-

1.100.000,-

2

Jahe

2.000,-

10

20.000,-

40.000,-

3

Jagung

60.000,-

5

300.000,-

400.000,-

4

Akasia

15.000,-

15

225.000,-

250.000,-

5

Rumput Gajah

350,-

5

1.750,-

7.000,-

1.446.750,-

1.797.000,-

TOTAL MODAL (Rp)

Tabel 3. Modal Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak
NO

NAMA
KOMODITAS

JUMLAH
PANEN

HARGA
SATUAN
(Rp)

1

Cabai Rawit

10 Kg

35.000,-

350.000,-

1.750.000,-

2

Jahe

50 Kg

1.500,-

75.000,-

150.000,-

3

Jagung

-

-

-

-

4

Akasia

-

-

-

-

5

Rumput Gajah

50 Kg

-

-

-

TOTAL PENJUALAN (Rp)

JUMLAH
(Rp)

425.000,-

PENJUALAN
DALAM 1
TAHUN (Rp)

1.900.000,-

Tabel 4. Hasil Penjualan Komoditas tanaman Sistem Produksi Tanaman-Ternak
Keuntungan Dalam 1 Tahun
= Total PenjualanDalam 1 Tahun – Total Modal Dalam 1 Tahun
= 1.900.000 – 1.797.000,= Rp 103.000,-

NO

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

HARGA BELI
(Rp)
8.000.000,-

KUANTITAS
1

JUMLAH (Rp)
8.000.000,10

2

Kambing PE Jantan

2.250.000,-

1

2.250.000,-

3

Kambing PE Betina

2.000.000,-

2

4.000.000,-

TOTAL MODAL

14.250.000,-

Tabel 5. Modal Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak
HARGA
JUAL (Rp)

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

13.000.000,-

1

13.000.000,-

2

Kambing PE Jantan

2.750.000,-

2

5.500.000,-

3

Kambing PE Betina

2.500.000,-

4

10.000.000,-

TOTAL PENJUALAN

KUANTITAS

JUMLAH HARGA
PENJUALAN (Rp)

NO

28.500.000,-

Tabel 6. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak
KEUNTUNGAN
= TOTAL PENJUALAN – TOTAL MODAL
= 28.500.000 – 14.250.000,= Rp 14.250.000,Pembahasan:
Keuntungan yang didapatkan oleh petani ini sebesar Rp 14.353.000,- yang
didapatkan dari hasil penjualan tanaman dan ternak, Rp 103.000,- + Rp 14.250.000,- .
Dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki, petani menanam tanaman pangan dan
tanaman pakan dalam 1 luasan area. Tanaman pakan ditujukan untuk ternak dan
pangan untuk dijual. Tanaman pangan juga dapat menghasilkan limbah yang nantinya
dapat pula digunakan untuk pakan tambahan bagi ternak dan kotoran ternak yang
menjadi limah juga dapat dgunakan sebagai pupuk. Pasandaran (2006) menerangkan
ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan
yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut
terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing
masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi merupakan
faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan
pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan.
Ternak yang dipelihara adalah ternak sapi potong dan kambing PE. Ternak sapi
potong ini ditujukan untuk penggemukan, yang nantinya akan dijual kepada pembeli
yang memerlukan daging sapi. Sehingga hal ini juga dapat menunjang ketersediaan
daging bagi masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hau (2005) bahwa salah
satu harapan dalam pengembangan pertanian (termasuk sistem integrasi tanaman
ternak, produksi tanaman pangan dan daging) di Indonesia adalah meningkatkan
kesejahteraan hidup petani dan mengurangi beban impor yang kian membengkak
terutama sapi hidup dan daging. Sistem integrasi tanaman-ternak mengandung arti
bahwa kedua usaha diharapkan berlangsung dalam satu sistem usaha agribisnis Crop-

11

Livestock System (CLS) yang saling mengisi, yaitu tanaman tersedia input berupa
pakan dan dari ternak termanfaatkan kogtoran ternak menjadi pupuk organik.
4.3 Materi III
Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Sawah)
Nama
: Bapak Purnomo
Alamat : Dsn. Precet, Ds. Sumber Sekar, Kec. Dau
No. Hp : 085755288409
Jenis Tanaman: Jagung dan Rumput Gajah
Jenis Ternak : Sapi Potong
Teknologi :
- Pembajakan dengan traktor dan cangkul
- Penanaman bibit dari biji
- Pemupukan menggunakan puput NPK dan Ponska
- Menggunakan tenaga sendiri dan keluarga
Analisis Usaha:

NO

NAMA
KOMODITAS

1

Jagung

2

Rumput Gajah

HARGA
JUMLAH
PEMBELIAN
SATUAN
HARGA
KUANTITAS
DALAM 1
PEMBELIAN
PEMBELIAN
TAHUN (Rp)
(Rp)
(Rp)
60.000,-

5

300.000,-

500.000,-

500,-

50

25.000,-

100.000,-

325.000,-

600.000,-

TOTAL MODAL (Rp)

Tabel 7. Modal Komoditas Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (Sawah)

NO

NAMA
KOMODITAS

JUMLAH
PANEN

1

Jagung

500 Kg

2

Rumput Gajah

-

HARGA
SATUAN
(Rp)
4.000,-

JUMLAH
(Rp)
2.000.000,-

-

-

TOTAL PENJUALAN (Rp)

PENJUALAN
DALAM 1
TAHUN (Rp)
2.000.000,2.000.000,-

Tabel 8. Hasil Penjualan Tanaman Pertanian Tekno-Ekologis (sawah)
Keuntungan Dalam 1 Tahun
= Total Penjualan – Total Modal
= 2.000.000 – 600.000,= Rp 1.400.000,NO

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

HARGA BELI
(Rp)
8.000.000,-

TOTAL MODAL

KUANTITAS
3

JUMLAH (Rp)
24.000.000,24.000.000,-

Tabel 9. Modal Komoditas Ternak Ekologis Sawah
12

NO

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

HARGA
JUAL (Rp)
13.000.000,-

KUANTITAS

JUMLAH HARGA
PENJUALAN (Rp)

3

TOTAL PENJUALAN

39.000.000,39.000.000,-

Tabel 10. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Pertanian Ekologis Sawah
Keuntungan
= 39.000.000 – 24.000.000
= Rp 15.000.000,Pembahasan:
Lahan ini ditanami jagung dikarenakan sudah waktunya musim kemarau.
Dalam 1 tahun dapat menerima keuntungan sebesar Rp 1.400.000,- dari lahan ini. Hal
ini sesuai dengan Istiantoro (2013) Sistem tanam yang sesuai dengan pertanian teknoekologis adalah sistem tanam benih langsung (tabela) karena memiliki keunggulan
antara lain lebih hemat waktu, lebih hemat air, produktivitas meningkat (rataratasekitar 16,4 %) dan lebih hemat tenaga karena tidak memerlukan tenaga untuk
mencabut dan menanam bibit.
Bapak Purnomo mengganti tanaman sawahnya dengan jagung dikarenakan
alasan ekonomi,dimana biaya yang dikelurakan untuk menanam padi saat musism
kemarau hanya akan menghabiskan biaya yang banyak. Hal tersebut berkaitan dengan
pendapat Zakariah (2012) skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur
dengan berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai
penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap luasan
areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan efisiensi di
antara petani yang mengusahakan komoditas serupa.
Hasil perhintungan didapatkan keuntungan Rp 15.000.000,-. Hal ini
disebabkan keuntungan setiap ternaknya sebesar Rp 5.000.000,-, namun belum
dihitung dengan pengurangan biaya-biaya pakan. Terdapat beberapa keuntungan dari
sistem ini yaitu hasil samping dari petanian dapat diberikan ke ternak untuk
mengurangi biaya pakan. Berkaitan dengan Iswari (2012) Penerapan model integrasi
tanaman ternak pada suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha tani
campuran harus mempertimbangkan paling sedikit empat skenario, yaitu: 1) skenario
alami yang dilakukan atau dipraktekkan oleh petani setempat, 2) skenario sistem
usahatani tanpa ternak, 3) skenario sistem usaha tani dengan ternak, dan 4) skenario
yang berbasis sumber daya (lahan, tenaga kerja, modal) dan peluang pengembangan
kegiatan produktif, seperti tanaman, ternak, jasa buruh, transaksi nilai tambah antar
komoditas, dan sumber-sumber pendapatan lainnya.
4.4 Materi IV
Model Pertanian Tekno – Ekologis (Ekosistem Lahan Perkebunan – Ternak)
Nama
: Bapak Suprayitno
Alamat : Dsn. Precet Ds. Sumber Sekar Kec. Dau
No. Hp : 081232516848
Jenis Tanaman: Kopi, Jahe, Cabai Rawit, Rumput Gajah, dan Pisang
13

Jenis Ternak: Sapi potong dan kambing PE
Teknologi :
- Penanaman dari bibit semai
- Penanaman dan pemanenan tanaman kopi dengan bantuan tenaga kerja keluarga
- Pembajakan dengan traktor dan cangkul
Analisis Usaha:
HARGA
JUMLAH
PEMBELIAN
SATUAN
HARGA
KUANTITAS
DALAM 1
PEMBELIAN
PEMBELIAN
TAHUN (Rp)
(Rp)
(Rp)

NO

NAMA
KOMODITAS

1

Kopi

25.000,-

50

1.250.000,-

1.250.000,-

2

Cabai Rawit

3.000,-

300

900.000,-

900.000,-

3

Jahe

2.000,-

10

20.000,-

40.000,-

4

Pisang

3.000,-

15

45.000,-

45.000,-

5

Rumput Gajah

350,-

5

1.750,-

7.000,-

2.216.750,-

2.223.750,-

TOTAL MODAL (Rp)

Tabel 11. Modal Komoditas tanaman pertanian tekno-ekologis (Kebun)

HARGA
SATUAN
(Rp)

NAMA
KOMODITAS

JUMLAH
PANEN

1

Kopi

200 Kg

10.000,-

2.000.000,-

2.000.000,-

2

Cabai Rawit

50 Kg

35.000,-

350.000,-

1.750.000,-

3

Jahe

50 Kg

1.500,-

75.000,-

150.000,-

4

Pisang

-

-

-

-

5

Rumput Gajah

50 Kg

-

-

-

TOTAL PENJUALAN (Rp)

JUMLAH
(Rp)

PENJUALAN
DALAM 1
TAHUN (Rp)

NO

2.425.000,-

3.900.000,-

Tabel 12. Hasil Penjualan komoditas tanaman sistem tekno-ekologis (perkebunan)
Keuntungan Dalam 1 Tahun:
= Total penjualan – Total Modal
= 3.900.000 – 2.223.750
= Rp 1.676.250,NO

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

HARGA BELI
(Rp)
8.000.000,-

KUANTITAS
1

JUMLAH (Rp)
8.000.000,-

14

2

Kambing PE Jantan

2.250.000,-

1

2.250.000,-

3

Kambing PE Betina

2.000.000,-

2

4.000.000,-

TOTAL MODAL

14.250.000,-

Tabel 13. Modal Komoditas Ternak Sistem Tekno-ekologis (Perkebunan)

HARGA
JUAL (Rp)

NAMA KOMODITAS

1

Sapi Potong

13.000.000,-

1

13.000.000,-

2

Kambing PE Jantan

2.750.000,-

2

5.500.000,-

3

Kambing PE Betina

2.500.000,-

4

10.000.000,-

TOTAL PENJUALAN

KUANTITAS

JUMLAH HARGA
PENJUALAN (Rp)

NO

28.500.000,-

Tabel 14. Hasil Penjualan Komoditas Ternak Sistem Produksi Tanaman-Ternak
KEUNTUNGAN
= TOTAL PENJUALAN – TOTAL MODAL
= 28.500.000 – 14.250.000,= Rp 14.250.000,Pembahasan:
Lahan perkebunan milik Bapak Suprayitno merupakan lahan yang kurang air,
keras dan minim unsur hara. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pengolahan
lahan yang baik. Dalam hal ini pengetahuan dan kemampuan dari petani sangat
dibutuhkan. Hal tersebut seuai dengan pendapat dari Haryanto (2009), penerapan
teknologi di lapang sangat ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan peternak.
Kebiasaan peternak dalam pemberian pakan yang dilakukan secara turun-temurun
menyebabkan lambatnya penyerapan teknologi baru yang dianjurkan. Tata laksana
pemberian pakan ternak ruminansia yang mengandalkan pada mencari rumput setiap
hari, menyebabkan skala kepemilikan ternak rendah. Kebiasaan menyimpan pakan
sebagai cadangan pada saat kekurangan pakan belum menjadi budaya bagi peternak.
Ternak dari bapak Suprayitno diberikan daun kopi, rumput gajah dan campuran
jerami. Sesuai dengan Zakaria (2012), limbah tanaman pangan merupakan sumber
daya pakan berserat yang potensial dan sesuai untuk sapi dan ternak ruminansia
lainnya. Di banyak daerah limbah tanaman pangan seperti jerami padi belum
dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Petani cenderung membakarnya, yang
berarti membuang bahan organic yang berpotensi menjadi pakan ternak.
Lahan perkebunan milik Bapak Suprayitno memiliki tanah yang keras dan
kurang baik untuk tanaman yang membutuhkan air banyak. Sehingga ditanamlah
kopi dan tanaman lainnya yang dapat hidup dibawah naungan. Salendu (2011) suatu
lahan yang miskin unsur hara, curah hujan tinggi dan kurangnya sumber air irigas,
wilayah tersebut mempunyai keunggulan komparatif untuk produksi ternak. Saling
keterkaitan antara setiap komponen dalam suatu system usaha tani tersebut
15

menunjukkan hubungan antara rumah tangga petani, koomponen tanaman dan ternak
merupakan satu kesatuan yang menjadi dasar dalamp proses pengambilan keputusan
petani.
Pertanian ini memiliki dua fungsi lahan yaitu sebagai penyimpan cadangan
air untuk tanaman lainnya dengan menanam kopi dan sebagai tempat untuk
menanam tanaman pangan yang dibutuhkan untuk kebutuhan masyarakat. Nurcholis
dan Supangkat (2011) lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai fungsi
beragam, antara lain sebagai medium tumbuh tanaman untuk penyediaan bahan
pangan, cadangan air, rekreasi, permukiman dan bangunan lain. Fungsi untuk
penyediaan bahan pangan dan permukiman selalu antagonis, artinya semakin luas
lahan yang digunakan untuk permukiman atau kebutuhan non pertanian akan
semakin menurunkan luas lahan untuk pertanian (penyediaan bahan pangan).

16

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
 Pada sistem usahatani campuran dibutuhkan tanaman pangan yang dapat
berintegrasi satu sama lain untuk menunjang kesuburan tanah dan tanaman itu
sendiri.
 Pada sistem tanaman – ternak didapatkan bahwa limbah-limbah yang dihasilkan
oleh kedua faktor tersebut saling mendukung satu sama lain. Limbah tanaman
pangan dapat dijadikan pakan bagi ternak dan limbah ternak berupa kotoran dapat
menjadi pupuk organik bagi tanah lahan yang ditanami tanaman pakan.
 Pada sistem ekologis sawah didapatkan cara untuk mengatasi kekurangan air saat
musim kemarau pada lahan sawah, yaitu dengan menanam tanaman yang
memerlukan air yang tidak terlalu banyak.
 Pada sistem tanaman perkebunan – ternak didapatkan bahwa pengolahan lahan yan
kurang baik dapat dilakukan dengan mengintegrasikan beberapa tanaman dan
memerlukan pengetahuan dari petani.
SARAN
 Sebaiknya para petani lebih memerhatikan perhitungan biaya yang dikeluarkan
untuk usaha, agar dapat memaksimalkan keuntungan yang didapat.
 Untuk pertanian-ternak akan lebih baik lagi apabila imbangan pakan yang diberikan
lebih diperbaiki untuk mengefisienkan manajemen pemeliharaan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Hairiah dkk. 2012. Interaksi Antara Pohon-Tanah-Tanaman Semusim: Kunci Keberhasilan Atau
Kegagalan Dalam Sistem Agroforestri. Bahan Ajar 2
Hau,dkk. 2005.Prospek Pengembangan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Nusa Tenggara
Timur. Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi
Istiantoro dkk. 2013. Tingkat Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan Pada Budidaya Padi
Sawah. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pasandaran, Effendi. Djayanegara, Andi. Kariyasa, Ketut. Kasryno. Faisal.2006. Integrasi
Tanaman Ternak di Indonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sembiring Sri Alem. 2005. Pengetahuan Petani dan Stabilitas Ekosistem Ladang: Urgensinya
Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI.
Vol 2(1)
Soedjana Tjeppy D, 2007. Sistem Usaha Tani Terintregasi Tanaman-Ternak Sebagai Respon
Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 26 (2)
Syamsidar. 2012. Analisis Pendapatan Pada Sistem Integrasi Tanaman Semusim- Ternak Sapi
Potong. Skripsi Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Zakariah,M Askari.2012.Sistem Produksi Ternak Potong
Tenggara.Yogyakarta:Universitas Gajah mada press

Di

Kolaka

Sulawesi

18

LAMPIRAN

Ket: fieldtrip materi 2 dan 4

19

Ket: fieldtrip materi 2

Ket: fieldtrip materi 3

20