Sistem Politik Indonesia (1) Sistem Politik Indonesia (1)
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki sistem politik di negaranya masing-masing. Sistem politik
yang dianut tersebut itulah yang mempengaruhi situasi pemerintahan di negaranya. Sistem
politik selalu berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan faktor ekonomi, masyarakat,
gaya sosial serta faktor eksternal (global) yang mampu mempengaruhi negaranya. Di
Indonesia sendiri, Sistem Politik negaranya telah mengalami tiga kali transisi. Masa pertama
yang dimulai dengan Sistem Politik Orde Lama, Sistem Politik Orde Baru, Sistem Politik era
Reformasi. Sejarah sistem pemerintahan Indonesia dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi berarti lahirlah suatu negara baru yang bernama
Indonesia dengan segala kepemerintahannya yang diatur Indonesia sendiri. Seiring
berjalannya waktu, ternyata sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perubahan.
Perubahan inilah yang kemudian yang akan kita kaji sebagai suatu sistem perbandingan. Dari
waktu ke waktu, setiap perubahan itu membawa ciri tersendiri
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi kemerdekaan 17
agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde lama partai yang ikut pemilu
sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu. Pada pemerintahan system politik orde lama,
masyarakat masih belum memiliki kesadaran berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka
terhadap politik masih sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik.
Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan masyarakat. Disini, sistem politik masih
bersifat tradisional dan sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Maka dari
itu, pada masa system ini terdapat begitu banyak partai yang muncul dengan ideologyideologi baru dan berbeda yang mencoba menguasai gaya pemikiran masyarkat. Pada masa
orde lama, negara Indonesia diterpa kekacauan pemerintahan, perekonomian serta
pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut hingga mulai mereda pada masa Soekarno
diturunkan.
Orde baru merupakan masa pemerintahan Soeharto yaitu berlangsung dari tahun
1966 sampai tahun 1998. Pada masa orde baru ini presiden Soeharto mengalami keruntuhan
yaitu seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32
tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan legitimasi pemerintahan Orde
Baru. Orde baru yang dijalankan oleh Presiden Soeharto yang berakhir dengan krisis moneter
memberikan perubahan dalam pembangunan politik dan perekonomian.
Pada era reformasi meskipun demokrasi telah dibuka secara luas, namun
perkembangan demokrasi belum terarah secara baik dan aspirasi masyarakat belum terserap
secara maksimal. Distorsi atas aspirasi, kepentingan, dan kekuasaan rakyat masih sangat
terasa dalam kehidupan politik, baik dari elit politik, penyelenggara pemerintah, maupun
kelompok-kelompok kepentingan. Di lain pihak, institusi pemerintah tidak jarang berada
pada posisi tidak berdaya menghadapi kebebasan yang terkadang melebihi batas kepatutan,
sebab walaupun kebebasan yang berlebihan tersebut bersifat konstekstual dan polanya tidak
melembaga,cenderung mengarah pola tindakan anarkis. Tumbuh dan berkembangnya partai
politik dan organisasi massa yang berorientasi penonjolan agama, etnis dan kecemburuan
sosial merupakan tantangan pula untuk mewujudkan sistem politik yang stabil, transparan
dan demokratis.
Rumusan Masalah
Bagaimana keadaan sistem politik indonesia pada masa orde lama, orde baru dan era
reformasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM POLITIK ORDE LAMA
Orde Lama merupakan sebutan bagi masa pemerintahan yang dijalankan oleh
Presiden Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 – 1966.
Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya –
berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di
parlemen.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di
saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkalikali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Pemberontakan PKI pun sebagian
dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor pemberontakan
tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada
situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Masa orde lama adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Pada saat itu,
kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya
berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat
merdeka.Menurut ahli ketatanegaraan di Indonesia, Indonesia pernah mengalami 5 pergantian
system pemerintahan. Dan 4 diantaranya terjadi pada masa orde lama. Diantaranya:
a.
Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949
b.
Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
c.
Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
d. Periode 5 Juli 1959 (masa UUD 1945 pasca Dekrit Presiden).
2.2 SISTEM POLITIK ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik
Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia
menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. Pada tahap awal,
Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di
Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan
Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer
Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan
administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut
dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan
MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi
rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari
PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II
1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto
merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik
pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar,
TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu
menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi. Eksploitasi sumber
daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak
merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada
tahun 1970-an dan 1980-an.
2.3 SISTEM POLITIK ERA REFORMASI
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan telah merdeka selama lebih dari 68
tahun. Dalam perjalanannya, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan metode sistem
pemerintahan. Mulai dari RIS, Sistem Parlementer hingga Sistem demokrasi terpimpin.
Perubahan sistem pemerintahan tersebut dianggap sebuah kewajaran karena Indonesia saat itu
masih baru merdeka sehingga masih mencari sistem pemerintahan yang baik untuk
diterapkan. Kemudian pada masa orde baru, pembangunan politik lebih mengarah kepada
pelanggengan kekuasaan atau hegemoni dari pihak penguasa. Hal tersebut ditandai dengan
adanya fusi partai yang diterapkan pada Pemilu tahun 1977. Artinya Soeharto yang waktu itu
menjabat sebagai Presiden dapat mengurangi ancaman maupun tekanan dari pihak partai lain
selain dari Golkar yang menghalangi dia untuk terus menjadi Presiden. Buktinya adalah
Soeharto dapat menjabat sebagai Presiden selama 32 tahun.
Akhirnya pada krisis moneter yang dirasakan Indonesia sejak tahun 1993, munculah
sebuah wacana tentang sukses yang dilontarkan oleh Amien Rais untuk menggulingkan rezim
Soeharto. Puncaknya adalah pada Mei 1998, yaitu adanya tuntutan untuk reformasi dan
turunnya Soeharto dari kursi kepemimpinan beserta kroninya yang dianggap telah membuat
Indonesia mencapai puncak krisis yang paling parah. Sampai pada akhirnya Soeharto
mengundurkan diri karena desakan dari parlemen dan mundurnya beberapa menteri dari
kabinet waktu itu.
Setelah turunnya Soeharto, kembali tumbuh masalah baru. Presiden berikutnya yaitu
B.J Habibie mengumumkan untuk membuka kran demokrasi selebar-lebarnya yang artinya
masyarakat Indonesia bebas untuk melakukan apapun dalam halnya berbicara, bertindak dan
melakukan kreativitas yang menunjang untuk dirinya sendiri, masyarakat serta bangsa dan
negara. Setelah adanya pembukaan kran demokrasi yang luas seperti ini, masyarakat Timor
Leste seakan mendapatkan kebebasan untuk memerdekakan tanah mereka yang selama ini
hanya dimanfaatkan oleh Soeharto dalam masa orde baru. Hal ini dikarenakan pada masa
orde baru tidak melakukan pembangunan apapun di tanah Timor Leste setelah hasil kekayaan
mereka dimanfaatkan oleh pusat sehingga memunculkan rasa ketidakadilan masyarakat
Timor Leste.
Kebebasan berdemokrasi dan politik membuat Indonesia terjebak dalam sebuah
sistem “demokrasi kebablasan” artinya masyarakat Indonesia saat ini menjalankan demokrasi
yang tidak dibatasi dalam peraturan dan perundang – undangan. Meskipun ada beberapa UU
yang mengatur soal itu, banyaknya penyimpangan yang mengatasnamakan demokrasi seolah
mengalahkan UU yang dibuat. Demokrasi yang terlalu bebas ini juga menjadikan masalah
baru bagi masyarakat yang taraf hidupnya rendah. Kebebasan berdemokrasi justru membuat
rakyat miskin makin kekurangan karena tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam
berdemokrasi selayaknya masyarakat kalangan elit. Adanya kesenjangan sosial yang cukup
jauh ini, menyebabkan timbulnya beberapa macam akibat seperti vandalism, keberpihakan
negara terhadap elit sampai yang terparah adalah pemotongan hak – hak yang seharusnya
diberikan kepada masyarakat miskin.
Demikian pula dengan potensi kemajemukan masyarakat Jawa Tengah yang
didalammya mengandung benih konflik sosial dan sara. Kasus-kasus pemilihan pimpinan
daerah sampai pemilihan Kepala Desa memunculkan pertengkaran warga diberbagai daerah
menjadi ancaman bagi keutuhan persatuan serta kesatuan masyarakat. Kondisi ini merupakan
tantangan yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti dengan cepat, tepat serta
menyentuh substansi permasalahannya. Tumbuh dan berkembangnya partai politik dan
organisasi massa yang berorientasi penonjolan agama, etnis dan kecemburuan sosial
merupakan tantangan pula untuk mewujudkan sistem politik yang stabil transparan dan
aemokratis.
Banyaknya kasus yang lebih mengedepankan kepentingan politik daripada penegakan
supremasi hukum dan penghargaan atas hak asasi manusia serta persatuan dan kesatuan
bangsa, merupakan contoh betapa kerasnya usaha yang harus diperjuangkan dalam
mempercepat proses penegakkan demokrasi yang benar. Oleh karena itu diperlukan karakter
budaya politik dan tingkat pendidikan politik yang representatif dapat menjadi faktor penting
terwujudnya kehidupan demokrasi yang bermartabat.
KESIMPULAN
Setiap negara memiliki system politik di negaranya masing-masing. System politik
yang dianut tersebut itulah yang mempengaruhi situasi pemerintahan di negaranya. System
politik selalu berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan faktor ekonomi, masyarakat,
gaya sosial serta faktor eksternal (global) yang mampu mempengaruhi negaranya. Di
Indonesia sendiri, Sistem Politik negaranya telah mengalami tiga kali transisi. Masa pertama
yang dimulai dengan Sistem Politik Orde Lama, Sistem Politik Orde Reformasi, Sistem
Politik Orde Baru. dan kali ini akan dibahas system politik orde lama. Sejarah sistem
pemerintahan Indonesia dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dengan
adanya proklamasi berarti lahirlah suatu negara baru yang bernama Indonesia dengan segala
kepemerintahannya yang diatur Indonesia sendiri. Seiring berjalannya waktu, ternyata sistem
pemerintahan Indonesia terus mengalami perubahan. Perubahan inilah yang kemudian yang
akan kita kaji sebagai suatu sistem perbandingan. Dari waktu ke waktu, setiap perubahan itu
membawa ciri tersendiri.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di
saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkalikali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Pemberontakan PKI pun sebagian
dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor pemberontakan
tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada era reformasi kebebasan berdemokrasi dan politik membuat Indonesia terjebak
dalam sebuah sistem “demokrasi kebablasan” artinya masyarakat Indonesia saat ini
menjalankan demokrasi yang tidak dibatasi dalam peraturan dan perundang – undangan.
Meskipun ada beberapa UU yang mengatur soal itu, banyaknya penyimpangan yang
mengatasnamakan demokrasi seolah mengalahkan UU yang dibuat. Demokrasi yang terlalu
bebas ini juga menjadikan masalah baru bagi masyarakat yang taraf hidupnya rendah.
Kebebasan berdemokrasi justru membuat rakyat miskin makin kekurangan karena tidak
mempunyai kesempatan yang sama dalam berdemokrasi selayaknya masyarakat kalangan
elit. Adanya kesenjangan sosial yang cukup jauh ini, menyebabkan timbulnya beberapa
macam akibat seperti vandalism, keberpihakan negara terhadap elit sampai yang terparah
adalah pemotongan hak – hak yang seharusnya diberikan kepada masyarakat miskin.
SISTEM POLITIK PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU
DAN ERA REFORMASI
Rizky Kurniawan Putra
F1B010093
PENDAHULUAN
Setiap negara memiliki sistem politik di negaranya masing-masing. Sistem politik
yang dianut tersebut itulah yang mempengaruhi situasi pemerintahan di negaranya. Sistem
politik selalu berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan faktor ekonomi, masyarakat,
gaya sosial serta faktor eksternal (global) yang mampu mempengaruhi negaranya. Di
Indonesia sendiri, Sistem Politik negaranya telah mengalami tiga kali transisi. Masa pertama
yang dimulai dengan Sistem Politik Orde Lama, Sistem Politik Orde Baru, Sistem Politik era
Reformasi. Sejarah sistem pemerintahan Indonesia dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi berarti lahirlah suatu negara baru yang bernama
Indonesia dengan segala kepemerintahannya yang diatur Indonesia sendiri. Seiring
berjalannya waktu, ternyata sistem pemerintahan Indonesia terus mengalami perubahan.
Perubahan inilah yang kemudian yang akan kita kaji sebagai suatu sistem perbandingan. Dari
waktu ke waktu, setiap perubahan itu membawa ciri tersendiri
Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia.
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi kemerdekaan 17
agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI. Dizaman orde lama partai yang ikut pemilu
sebanyak lebih dari 25 partai peserta pemilu. Pada pemerintahan system politik orde lama,
masyarakat masih belum memiliki kesadaran berpolitik. Hal tersebut disebabkan rendahnya
tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka
terhadap politik masih sangat kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik.
Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan masyarakat. Disini, sistem politik masih
bersifat tradisional dan sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil. Maka dari
itu, pada masa system ini terdapat begitu banyak partai yang muncul dengan ideologyideologi baru dan berbeda yang mencoba menguasai gaya pemikiran masyarkat. Pada masa
orde lama, negara Indonesia diterpa kekacauan pemerintahan, perekonomian serta
pendidikan. kekacauan tersebut terus berlanjut hingga mulai mereda pada masa Soekarno
diturunkan.
Orde baru merupakan masa pemerintahan Soeharto yaitu berlangsung dari tahun
1966 sampai tahun 1998. Pada masa orde baru ini presiden Soeharto mengalami keruntuhan
yaitu seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32
tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan legitimasi pemerintahan Orde
Baru. Orde baru yang dijalankan oleh Presiden Soeharto yang berakhir dengan krisis moneter
memberikan perubahan dalam pembangunan politik dan perekonomian.
Pada era reformasi meskipun demokrasi telah dibuka secara luas, namun
perkembangan demokrasi belum terarah secara baik dan aspirasi masyarakat belum terserap
secara maksimal. Distorsi atas aspirasi, kepentingan, dan kekuasaan rakyat masih sangat
terasa dalam kehidupan politik, baik dari elit politik, penyelenggara pemerintah, maupun
kelompok-kelompok kepentingan. Di lain pihak, institusi pemerintah tidak jarang berada
pada posisi tidak berdaya menghadapi kebebasan yang terkadang melebihi batas kepatutan,
sebab walaupun kebebasan yang berlebihan tersebut bersifat konstekstual dan polanya tidak
melembaga,cenderung mengarah pola tindakan anarkis. Tumbuh dan berkembangnya partai
politik dan organisasi massa yang berorientasi penonjolan agama, etnis dan kecemburuan
sosial merupakan tantangan pula untuk mewujudkan sistem politik yang stabil, transparan
dan demokratis.
Rumusan Masalah
Bagaimana keadaan sistem politik indonesia pada masa orde lama, orde baru dan era
reformasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SISTEM POLITIK ORDE LAMA
Orde Lama merupakan sebutan bagi masa pemerintahan yang dijalankan oleh
Presiden Soekarno di Indonesia. Ir. Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 – 1966.
Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia
(bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno
menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya –
berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan darat – menugaskan Letnan
Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi
kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di
parlemen.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di
saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkalikali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Pemberontakan PKI pun sebagian
dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor pemberontakan
tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada
situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Masa orde lama adalah masa
pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila
diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Pada saat itu,
kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya
berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat
merdeka.Menurut ahli ketatanegaraan di Indonesia, Indonesia pernah mengalami 5 pergantian
system pemerintahan. Dan 4 diantaranya terjadi pada masa orde lama. Diantaranya:
a.
Periode 17 Agustus 1945-27 Desember 1949
b.
Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
c.
Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
d. Periode 5 Juli 1959 (masa UUD 1945 pasca Dekrit Presiden).
2.2 SISTEM POLITIK ORDE BARU
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai
presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978,
1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik
Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan
yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia
menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi
dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya. Pada tahap awal,
Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik - di
Eropa Timur sering disebut lustrasi - dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan
Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer
Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.
Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau Buru.
Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan
administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut
dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).
Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan
MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan
militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi
rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari
PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah.
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II
1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo. Soeharto
merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik
pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar,
TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu
menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi. Eksploitasi sumber
daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber
daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak
merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada
tahun 1970-an dan 1980-an.
2.3 SISTEM POLITIK ERA REFORMASI
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan telah merdeka selama lebih dari 68
tahun. Dalam perjalanannya, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan metode sistem
pemerintahan. Mulai dari RIS, Sistem Parlementer hingga Sistem demokrasi terpimpin.
Perubahan sistem pemerintahan tersebut dianggap sebuah kewajaran karena Indonesia saat itu
masih baru merdeka sehingga masih mencari sistem pemerintahan yang baik untuk
diterapkan. Kemudian pada masa orde baru, pembangunan politik lebih mengarah kepada
pelanggengan kekuasaan atau hegemoni dari pihak penguasa. Hal tersebut ditandai dengan
adanya fusi partai yang diterapkan pada Pemilu tahun 1977. Artinya Soeharto yang waktu itu
menjabat sebagai Presiden dapat mengurangi ancaman maupun tekanan dari pihak partai lain
selain dari Golkar yang menghalangi dia untuk terus menjadi Presiden. Buktinya adalah
Soeharto dapat menjabat sebagai Presiden selama 32 tahun.
Akhirnya pada krisis moneter yang dirasakan Indonesia sejak tahun 1993, munculah
sebuah wacana tentang sukses yang dilontarkan oleh Amien Rais untuk menggulingkan rezim
Soeharto. Puncaknya adalah pada Mei 1998, yaitu adanya tuntutan untuk reformasi dan
turunnya Soeharto dari kursi kepemimpinan beserta kroninya yang dianggap telah membuat
Indonesia mencapai puncak krisis yang paling parah. Sampai pada akhirnya Soeharto
mengundurkan diri karena desakan dari parlemen dan mundurnya beberapa menteri dari
kabinet waktu itu.
Setelah turunnya Soeharto, kembali tumbuh masalah baru. Presiden berikutnya yaitu
B.J Habibie mengumumkan untuk membuka kran demokrasi selebar-lebarnya yang artinya
masyarakat Indonesia bebas untuk melakukan apapun dalam halnya berbicara, bertindak dan
melakukan kreativitas yang menunjang untuk dirinya sendiri, masyarakat serta bangsa dan
negara. Setelah adanya pembukaan kran demokrasi yang luas seperti ini, masyarakat Timor
Leste seakan mendapatkan kebebasan untuk memerdekakan tanah mereka yang selama ini
hanya dimanfaatkan oleh Soeharto dalam masa orde baru. Hal ini dikarenakan pada masa
orde baru tidak melakukan pembangunan apapun di tanah Timor Leste setelah hasil kekayaan
mereka dimanfaatkan oleh pusat sehingga memunculkan rasa ketidakadilan masyarakat
Timor Leste.
Kebebasan berdemokrasi dan politik membuat Indonesia terjebak dalam sebuah
sistem “demokrasi kebablasan” artinya masyarakat Indonesia saat ini menjalankan demokrasi
yang tidak dibatasi dalam peraturan dan perundang – undangan. Meskipun ada beberapa UU
yang mengatur soal itu, banyaknya penyimpangan yang mengatasnamakan demokrasi seolah
mengalahkan UU yang dibuat. Demokrasi yang terlalu bebas ini juga menjadikan masalah
baru bagi masyarakat yang taraf hidupnya rendah. Kebebasan berdemokrasi justru membuat
rakyat miskin makin kekurangan karena tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam
berdemokrasi selayaknya masyarakat kalangan elit. Adanya kesenjangan sosial yang cukup
jauh ini, menyebabkan timbulnya beberapa macam akibat seperti vandalism, keberpihakan
negara terhadap elit sampai yang terparah adalah pemotongan hak – hak yang seharusnya
diberikan kepada masyarakat miskin.
Demikian pula dengan potensi kemajemukan masyarakat Jawa Tengah yang
didalammya mengandung benih konflik sosial dan sara. Kasus-kasus pemilihan pimpinan
daerah sampai pemilihan Kepala Desa memunculkan pertengkaran warga diberbagai daerah
menjadi ancaman bagi keutuhan persatuan serta kesatuan masyarakat. Kondisi ini merupakan
tantangan yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti dengan cepat, tepat serta
menyentuh substansi permasalahannya. Tumbuh dan berkembangnya partai politik dan
organisasi massa yang berorientasi penonjolan agama, etnis dan kecemburuan sosial
merupakan tantangan pula untuk mewujudkan sistem politik yang stabil transparan dan
aemokratis.
Banyaknya kasus yang lebih mengedepankan kepentingan politik daripada penegakan
supremasi hukum dan penghargaan atas hak asasi manusia serta persatuan dan kesatuan
bangsa, merupakan contoh betapa kerasnya usaha yang harus diperjuangkan dalam
mempercepat proses penegakkan demokrasi yang benar. Oleh karena itu diperlukan karakter
budaya politik dan tingkat pendidikan politik yang representatif dapat menjadi faktor penting
terwujudnya kehidupan demokrasi yang bermartabat.
KESIMPULAN
Setiap negara memiliki system politik di negaranya masing-masing. System politik
yang dianut tersebut itulah yang mempengaruhi situasi pemerintahan di negaranya. System
politik selalu berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan faktor ekonomi, masyarakat,
gaya sosial serta faktor eksternal (global) yang mampu mempengaruhi negaranya. Di
Indonesia sendiri, Sistem Politik negaranya telah mengalami tiga kali transisi. Masa pertama
yang dimulai dengan Sistem Politik Orde Lama, Sistem Politik Orde Reformasi, Sistem
Politik Orde Baru. dan kali ini akan dibahas system politik orde lama. Sejarah sistem
pemerintahan Indonesia dimulai dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dengan
adanya proklamasi berarti lahirlah suatu negara baru yang bernama Indonesia dengan segala
kepemerintahannya yang diatur Indonesia sendiri. Seiring berjalannya waktu, ternyata sistem
pemerintahan Indonesia terus mengalami perubahan. Perubahan inilah yang kemudian yang
akan kita kaji sebagai suatu sistem perbandingan. Dari waktu ke waktu, setiap perubahan itu
membawa ciri tersendiri.
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di
saat menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer. Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando. Di pemerintahan Soekarno malah terjadi pergantian sistem pemerintahan berkalikali. Liberal, terpimpin, dsb mewarnai politik Orde Lama. Pemberontakan PKI pun sebagian
dikarenakan oleh kebijakan Orde Lama. PKI berhaluan sosialisme/komunisme (Bisa disebut
Marxisme atau Leninisme) yang berdasarkan asas sama rata, jadi faktor pemberontakan
tersebut adalah ketidakadilan dari pemerintah Orde Lama.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde
Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi
bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan
antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada era reformasi kebebasan berdemokrasi dan politik membuat Indonesia terjebak
dalam sebuah sistem “demokrasi kebablasan” artinya masyarakat Indonesia saat ini
menjalankan demokrasi yang tidak dibatasi dalam peraturan dan perundang – undangan.
Meskipun ada beberapa UU yang mengatur soal itu, banyaknya penyimpangan yang
mengatasnamakan demokrasi seolah mengalahkan UU yang dibuat. Demokrasi yang terlalu
bebas ini juga menjadikan masalah baru bagi masyarakat yang taraf hidupnya rendah.
Kebebasan berdemokrasi justru membuat rakyat miskin makin kekurangan karena tidak
mempunyai kesempatan yang sama dalam berdemokrasi selayaknya masyarakat kalangan
elit. Adanya kesenjangan sosial yang cukup jauh ini, menyebabkan timbulnya beberapa
macam akibat seperti vandalism, keberpihakan negara terhadap elit sampai yang terparah
adalah pemotongan hak – hak yang seharusnya diberikan kepada masyarakat miskin.
SISTEM POLITIK PADA MASA ORDE LAMA, ORDE BARU
DAN ERA REFORMASI
Rizky Kurniawan Putra
F1B010093