INTERPRETASI BEARING LAYER KONTUR LAPISA
Volume 2, Nomor 3, Mei 2013
ISSN 2088-9321
JURNAL TEKNIK SIPIL
Jurnal Teknik Sipil Unsyiah merupakan wadah bagi seluruh civitas akademika dibidang konstruksi dan
lingkungan mengembangkan dan menginformasikan perkembangan teknologi dan pengetahuan.
Frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan September, Januari, dan Mei.
DAFTAR ISI
Pengaruh Variasi Suhu Pemadatan Terhadap Karakteristik Campuran
Split Mastic Asphalt 0/11
Fakhrul Rozi Yamali
203 - 214
Assesmen Aktual Kapasitas Jalan Pada Segmen Bottleneck Sistematis
Dengan Pendekatan Metode Simulasi
Sugiarto, Zianul Furqan
215 - 224
Pemodelan Pemilihan Moda Antara Bus Rapid Transit Dan Sepeda
Motor Dalam Perjalanan Menuju Ke Kampus Dengan Teknik Stated
Preference
M. Isya, Renni Anggraini, Tety Sriana
225 - 236
Analisis Pemilihan Material Beton Dan Material Baja Sebagai
Alternatif Material Pengganti Kayu Ulin
Retna Hapsari Kartadipura, Novitasari
237 - 246
Pengaruh Konfigurasi Sengkang Terhadap Kekakuan Kolom yang
Dibebani Gaya Geser dan Aksial Tekan 0,4 p0
Taufiq saidi , Rudiansyah Putra, Munawir
247 - 258
Korelasi ø dan C Pada Uji Triaksial Dengan Indeks Plastisitas Tanah
Desa Neuheun Aceh Besar
Devi Sundary , Marwan
259 - 268
Interpretasi Bearing Layer (Kontur Lapisan Tanah Keras) Di Bawah
Permukaan Dengan Program Surfer (Kecamatan : Syiah Kuala – Ulee
Kareng – Kuta Alam)
Munirwansyah, Devi Sundary ,Gartika Setiya Nugraha
269 - 280
Pre Construction And Post Failure Of Slope Dam Stability On Safety
Factor Analysis (A Review)
Reza P. Munirwan
281 - 288
Analisis Kegagalan Bendung Bronjong Pante Ceuremen
Dirwan
289 - 298
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penentuan Pemenang
Pelelangan Jasa Pelaksana Konstruksi
Tripoli, Mubarak, Yunia Shofiasti
299 - 308
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
ISSN 2088-9321
pp. 269- 280
INTERPRETASI BEARING LAYER (KONTUR LAPISAN
TANAH KERAS) DI BAWAH PERMUKAAN DENGAN
PROGRAM SURFER
(KECAMATAN : SYIAH KUALA – ULEE KARENG – KUTA ALAM)
Munirwansyah 1, Devi Sundary2 ,Gartika Setiya Nugraha3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
3)
Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: [email protected]
1,2)
Abstract: This study aims to locate the bearing layer below the ground surface at the location
of Kuala Shiite district, sub-district and district Ulee Kareng Kuta Alam. The data used is the
Cone Penetration Test (CPT) were obtained from the laboratory of Soil Mechanics. The
number of points is 38 points sondir. The location coordinates of the point of data collection in
the field research carried out by using GPS (Global Positioning System) and the tool is the
only satellite navigation system that is functioning properly. Data processing was performed
using the surfers. Surfer is one of the software that is used for the manufacture of contour
maps and three-dimensional modeling based on the grid, this software is a XYZ plotting
tabular data into pieces of irregular rectangular dots (grid) is irregular. Grid is a series of
vertical and horizontal lines in a rectangular surfer and used as the basis for forming a threedimensional contour and surface. The vertical and horizontal lines have points of intersection.
At this intersection point Z value is stored in the form of point heights or depths. Gridding is
the process of formation of a regular series of Z values from a data is XYZ. The results of this
study can be used for buildings or other infrastructure planning in the transition area and the
mainland city of Banda Aceh. To determine the subgrade layer (bearing stratum), for building
simple to use subsoil with qc = 0-10 kg/cm2. For buildings with load being able to use a layer
of soil with qc = 10-50 kg/cm2. For buildings with a large load, it can use a layer of soil with
50-120 kg/cm2 and qc = qc => 120 kg/cm2. This study provides further information about the
subsoil to the planner for bearing pile foundation stratum in order to match the load.
Keywords : Bearing Layer, Cone Penetration Test, grid, surface, bearing stratum, contour.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mencari letak bearing layer di bawah permukaan tanah pada
lokasi Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng, dan Kecamatan Kuta Alam. Data yang
digunakan adalah data Cone Penetration Test (CPT) yang diperoleh dari laboratorium Mekanika Tanah.
Adapun jumlah titik sondir adalah 38 titik. Pengambilan data letak koordinat titik penelitian di lapangan
dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat ini satu-satunya sistem
navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
surfer. Surfer merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan
pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini merupakan plotting data
tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah
serangkaian garis vertikal dan horizontal yang dalam surfer berbentuk segi empat dan digunakan
sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horizontal ini memiliki
titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau
kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data
XYZ. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk perencanaan gedung atau infrastruktur lainnya di
daerah daratan dan transisi kota Banda Aceh. Untuk menentukan lapisan tanah dasar (bearing stratum),
untuk bangunan sederhana menggunakan lapisan tanah dengan qc = 0-10 kg/cm2. Untuk bangunan
dengan beban sedang dapat menggunakan lapisan tanah dengan qc = 10-50 kg/cm2. Untuk bangunan
dengan beban besar maka dapat menggunakan lapisan tanah dengan qc = 50-120 kg/cm2 dan qc ≥ 120
kg/cm2. Penelitian ini memberikan informasi lebih lanjut tentang lapisan tanah kepada perencana untuk
bearing stratum agar dapat ditumpukan fondasi sesuai dengan beban.
Kata kunci : Bearing Layer, Cone Penetration Test, grid, surface,lapisan tanah dasar, kontur
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 269
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh merupakan suatu daerah yang
dengan
kebutuhan
perencanaan
terletak di ujung Pulau Sumatera. Keberadaan
Enginering Design (DED).
Detail
wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak
Pengambilan data letak titik-titik peneli-
antara 050 16' 15" - 050 36' 16" Lintang Utara
tian di lapangan dilakukan dengan mengguna-
dan 950 16' 15" - 950 22' 35" Bujur Timur.
kan GPS (Global Positioning System), dan alat
Luas wilayah administrative Kota Banda Aceh
ini adalah satu-satunya sistem navigasi satelit
2
sebesar 61.359 Ha atau kisaran 613,59 Km .
yang berfungsi dengan baik. Sistem ini
Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan
menggunakan satelit yang mengirimkan sinyal
banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan
gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima
70% wilayahnya berada pada ketinggian
oleh alat penerima di permukaan, dan diguna-
kurang dari 10 meter. Ke arah hulu dataran ini
kan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah,
menyempit dan bergelombang dengan keting-
dan waktu. Daerah yang ditinjau Kecamatan
gian hingga 50 meter di atas permukaan laut.
Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng dan
Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di
Kecamatan Kuta Alam, seperti yang ditunjuk-
sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian
kan pada Tabel 1.
lebih dari 500 meter, sehingga mirip kerucut
dengan mulut menghadap ke laut. Wilayah
Aceh juga rawan terhadap bencana gempa
yang berasal dari sumber gempa subduksi dan
sumatra fault serta patahan-patahan dan sesar-
Tabel 1. Daerah Penelitian dan Jumlah Titik
yang ditinjau.
Jumlah
No
Zona B
Titik
1
2
Kecamatan Syiah Kuala
Kecamatan Ulee Kareng
22 Titik
3 Titik
3
Kecamatan Kuta Alam
13 Titik
Jumlah Titik
38 Titik
sesar lokal. Dengan demikian perencanaan
infrastruktur dalam wilayah kota Banda Aceh
khususnya dan seluruh wilayah Aceh pada
umumnya perlu diletakkan pada lapisan tanah
dasar yang stabil (bearing stratum).
Kondisi tanah yang terdapat di Kota
Banda Aceh secara umum dan khususnya di
Pengolahan
data
dilakukan
dengan
menggunakan program surfer. Surfer merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan
pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan
pada grid.
daerah pesisir didominasi oleh tekstur tanah
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
antara sedang sampai kasar. Karena Kota
tahui kontur lapisan di bawah permukaan, di
Banda Aceh juga termasuk daerah yang rawan
mana penelitian ini dapat digunakan untuk
akan gempa, maka pada perencanaan suatu
perencanaan gedung atau infrastruktur lainnya
bangunan atau infrastruktur di kota ini harus
di daerah daratan dan transisi Kota Banda
dilakukan Survey Investigation Design (SID)
Aceh.
atau pemeriksaan tanah dengan sangat teliti,
Penelitian tanah ini dapat digunakan
baik itu pemeriksaan tanah di lapangan
untuk perencanaan gedung atau infrastruktur
maupun di laboratorium yang disesuaikan
lainnya di daerah daratan dan transisi kota
270 - Volume 3, No. 1, Mei 2013
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh. Hasil penelitian ini adalah
pendukung suatu bangunan, atau bahan
berupa :
konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti
1. peta
kontur
ketinggian
permukaan
(surface),
tanggul atau bendungan, atau kadang-kadang
sebagai sumber penyebab gaya luar pada
2. kontur lapisan tanah lunak (soft layer),
bangunan, seperti tembok/dinding penahan
3.
kontur lapisan tanah sedang (moderately
tanah. Jadi tanah itu selalu berperan pada
layer),
setiap pekerjaan teknik sipil.
4. kontur lapisan tanah padat (compact
layer),
5. letak kedalaman masing-masing lapisan
6.
adalah kumpulan dari bagian-bagian padat
yang tidak terikat satu dengan yang lain
tanah seperti sebaran ketinggian kontur
(diantaranya
permukaan (surface),
Rongga-rongga
sebaran lapisan tanah lunak (soft layer),
tersebut berisi udara dan/atau air.
sebaran lapisan tanah sedang (moderately
7.
Menurut Verhoef (1994:145), tanah
mungkin
mineral
diantara
organik).
bagian-bagian
Hardiyatmo (2006:1) menjelaskan bahwa
layer),
dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah
sebaran lapisan tanah padat (compact
himpunan mineral, bahan organik, dan
layer),
endapan-endapan yang relatif lepas (loose),
8. sebaran lapisan tanah keras (stiff layer).
yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat
memberikan informasi tentang lapisan tanah di
disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau
bawah permukaan kota Banda Aceh dan
sekitarnya, untuk lebih lanjut dapat digunakan
dalam pertimbangan-pertimbangan izin pendirian bangunan bertingkat dan bangunan berskala besar lainnya.
TELAAH KEPUSTAKAAN
Definisi Tanah
Tanah selalu mempunyai peranan penting
pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi.
Bowles (1993:25) menjelaskan bahwa tanah
adalah campuran partikel-partikel yang terdiri
dari salah satu atau seluruh jenis berangkal,
oksida-oksida
yang
mengendap
diantara
partikel-partikel. Ruang diantara partikelpartikel dapat berisi air, udara ataupun
keduanya.
Bagian-bagian Penyusun Tanah
Anonim2 (2010) menjelaskan bahwa
tanah terdiri dari empat komponen utama
yaitu: bahan mineral, bahan organik, air, dan
udara. Komponen tanah tersebut terdiri dari
bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 2030%, dan udara hingga 20-30% dalam
keadaan tercampur. Keadaan itu menjadikan
habitat yang serasi bagi tumbuh-tumbuhan.
kerikil, pasir, lanau, lempung, koloid.
Sosrodarsono (2000:1), tanah selalu
mempunyai peranan penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi
Jenis-jenis Tanah
Ada beberapa jenis tanah yang terdapat
pada permukaan bumi ini, yaitu :
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 271
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
− tanah lempung,
− tanah lanau, dan
− tanah granuler.
Karakteristik tanah lanau
Bowles (1993:153) menyatakan bahwa
partikel lanau di dalam deposit kohesif telah
diamati dan diketahui mempunyai kulit tipis
Karakteristik tanah lempung
dengan partikel lempung yang berorientasi
Das (1995:9) mengemukakan bahwa
baik. Baik partikel lanau ataupun lempung
lempung terdiri dari partikel-partikel mi-
sering mengandung selaput tipis dari material
kroskopis dan submikroskopis yang berbentuk
yang tidak mempunyai bentuk tertentu atau
lempengan-lempengan pipih dan merupakan
tidak berkristal (amorphous), seperti senyawa
partikel-partikel dari mika, mineral-mineral
organik, silika, atau besi, pada permukaannya.
lempung dan mineral-mineral yang sangat
Das (1995:9) menjelaskan bahwa lanau
halus lainnya. Sifat fisis tanah lempung
sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis
tergantung pada unsur senyawa penyusunnya.
(berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri
Bowles (1993:151) menyatakan lempung
dari butiran-butiran quartz yang sangat halus,
(tanah kohesif) sebagai kumpulan partikel
dan sejumlah partikel berbentuk lempengan-
mineral yang mempunyai indeks plastisitas
lempengan pipih yang merupakan pecahan
tinggi, yang pada waktu mengering memben-
dari mineral-mineral mika.
tuk suatu massa yang bersatu sedemikian rupa
Anonim1 (2010), lanau adalah tanah atau
sehingga diperlukan gaya untuk memisahkan
butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran
setiap butiran mikroskopisnya.
antara pasir dan lempung. Beberapa pustaka
Mikroskopis adalah partikel tanah yang
Indonesia menyebut objek ini sebagai debu.
hanya dapat dilihat dengan bantuan alat
Lanau dapat membentuk endapan yang
mikroskopis, sedangkan partikel yang dapat
mengapung di permukaan air manapun yang
dilihat oleh mata secara langsung disebut
tenggelam. Lanau biasanya terbentuk dari
makroskopis. Jika tanah dalam keadaan lem-
pecahnya kristal kuarsa berukuran pasir.
bek akan mengembang dan kekuatan dukung
tanah akan berkurang.
Bowles (1993:154) menjelaskan bahwa
mineral-mineral lempung unsur utamanya
terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi dan
magnesium. Mineral lempung juga mengandung
unsur alkali dan/atau tanah alkali
sebagai komponen dasarnya. Mineral-mineral
ini terutama terdiri dari kristalin di mana atomatom yang membentuk tersusun dalam suatu
pola geometrik tertentu.
272 - Volume 3, No. 1, Mei 2013
Karakteristik tanah granuler
Hardiyatmo (2006:30) menjelaskan bahwa butiran tanah yang mengendap pada suatu
larutan suspensi individu, tak tergantung pada
butiran yang lain akan berupa susunan tunggal.
Sebagai contoh, tanah pasir, kerikil, atau
beberapa campuran pasir dan lanau. Tanah
granuler dapat membentuk hubungan sarang
lebah (honeycomp) yang dapat mempunyai
angka pori yang tinggi. Lengkungan butiran
dapat mendukung beban dinamis. Adanya air
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
dalam susunan butir tanah yang sangat tidak
Anonim2 (2010), menjelaskan bahwa
padat dapat mengubah sifat-sifat teknisnya.
lapisan tanah memiliki horison-horison seperti
Kerapatan relatif (Dr) sangat berpengaruh
berikut ini :
pada sifat-sifat teknis tanah granuler.
1. Horison O adalah horison yang terdiri dari
Lebih lanjut Das (1995:9) menyebutkan
bahan atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan
bahwa pasir sebagian besar terdiri dari mineral
bahan organik tanah (BOT) hasil dekom-
quartz dan feldspar. Batuan dan mineral yang
posisi serasah (Oa).
lain mungkin juga masih ada pada golongan
ini.
2. Horison A adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga
Lapisan
Tanah
(Bearing
Stratum/
Layer)
Sosrodarsono (2000:223) mengemukakan bahwa umumnya lapisan tanah yang
disebut lapisan yang lunak adalah lempung
(clay) atau lanau (slit). Lapisan tanah
mempunyai nilai pengujian penetrasi standar
(Standard Penetration Test) N yang lebih kecil
dari 4 atau tanah organis seperti gambut yang
mempunyai kadar air alamiah yang sangat
tinggi. Demikian pula lapisan tanah berpasir
yang dalam keadaan lepas mempunyai harga
N yang kurang dari 10, diklasifikasi sebagai
lapisan yang lunak. Biasanya sebahagian besar
berwarna agak gelap.
3. Horison E adalah horison mineral yang
telah terelovisi (tercuci) sehingga kadar
BOT, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi
kadar pasir, debu kuarsa, dan resisten
lainnya tinggi serta barwarna terang.
4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu
akumulasi bahan eluvial dari horison di
atasnya.
5. Horison C adalah lapisan yang bahan
penyusunnya masih sama dengan bahan
induk atau belum terjadi perubahan secara
kimiawi.
6. Horison R adalah bahan induk tanah.
dari lapisan lunak itu telah dibentuk oleh
Hubungan Cone Penetration Test (CPT)
proses alamiah. Tebal, luas dan stratifikasinya
dengan Lapisan Tanah
sangat tergantung dari corak topografi dan
Bowles (1997: 141) menerangkan bahwa
geologi yang membentuk lapisan lunak itu
Cone Penetration Test (CPT) adalah uji
beserta kondisi sekeliling sesudah terjadi
sederhana yang dipakai semakin luas untuk
formasi itu. Bilamana diperlukan untuk
lempung lunak dan pasir halus sampai pasir
membangun di atas lapisan lunak, maka
setengah kasar. Pengujian ini tidak diterapkan
pertama-tama masalah teknis yang harus
pada tanah berkerikil dan lempung kaku/keras.
diselidiki adalah daya dukung (bearing
Data yang dikumpulkan ialah tahanan ujung qc
capacity) dan penurunan (settlement). Lapisan
dan tahanan gesek selongsong qs. Keuntungan
yang lunak umumnya terdiri dari tanah yang
khusus CPT adalah untuk mendapatkan profil
sebagian besar terdiri dari butir-butir yang
yang menerus sejauh tidak ditemui tanah atau
sangat kecil seperti lempung atau lanau.
batuan yang sangat keras untuk kedalaman
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 273
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
yang diamati. Uji ini juga sangat cepat
program surfer ini data yang diambil dari GPS
manakala dipakai peralatan perolehan data
adalah data XY dalam satuan meter, yang
elektronik. Data dari CPT dipakai untuk
biasa disebut dengan UTM (Universal
menetapkan kapasitas dukung yang diperbo-
Transverse Mercator) dan elevasi permukaan
lehkan dan untuk merancang tiang pancang.
tanah (Z). Nilai Z yang digunakan pada surfer
Tabel 2 yang disampaikan Andras Mahrel
adalah Z elevasi permukaan tanah dikurangi
(2006) menerangkan, tentang hubungan Cone
dengan kedalaman lapisan sondir.
Penetration Test dengan kepadatan tanah.
2. Data sekunder
Tabel 2. Hubungan CPT dengan Kepadatan
Tanah.
Deskripsi Tanah
qc [kpa]
qc
Kc
[kg/cm2]
max
pashaft
α
[kPa]
Soft clay
qc < 1000
10
Moderately
compact clay
Compact to shiff
clay, compact silt
Silt and loose
sand
Moderately
compact sand
and gravel
Compact to very
compact sand
and gravel
1000 < qc
< 5000
0.4
30
15
10<
qc 5000
>50
0.45 60
80
qc < 5000
>120 kg/cm2.
Sebaran
n lapisan ini terdapat padaa kedalaman
3,6 m sampai 19,6
1
m. Seeperti yang
diperlihaatkan pada Gaambar 5.
Gambar 2. Lapisan tan
nah lunak (softt layer)
Lappisan tanah seedang (moderratly layer)
dikategorrikan dengann nilai qc=10--50 kg/cm2.
Sebaran lapisan
l
ini terrdapat pada kedalaman
k
1
m sampaai 14,6 m. Seeperti yang diiperlihatkan
pada Gam
mbar 3.
Lappisan tanah padat (comppact layer)
dikategorrikan dengan nilai qc=50-1120 kg/cm2.
Sebaran lapisan ini teerdapat pada kedalaman
Gambarr 5. Lapisan tan
nah keras (stiff
ff layer)
2,2 m sam
mpai 20 m. Seeperti yang diiperlihatkan
A
A’
pada Gam
mbar 4.
A
Gambar 3. Lapisan tanah
t
sedangg (moderatly
layer)
278 - Volume
V
3, No.
N 1, Mei 2013
Gambarr 6. Sebaran gaabungan dari ssemua lapisan
tanah
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
KESIMPULAN DAN SARAN
5. Untuk menentukan lapisan tanah dasar
Kesimpulan
(bearing
Hasil penelitian terhadap kondisi lapisan
tanah di bawah permukaan, pada lokasi
penelitian terdapat bentuk sebaran
stratum),
untuk
bangunan
sederhana menggunakan lapisan tanah
dengan qc = 0-10 kg/cm2.
dan
6. Untuk bangunan dengan beban sedang
kekuatan lapisan tanah (bearing layer) dengan
dapat menggunakan lapisan tanah dengan
menggunakan program surfer maka dapat
qc = 10-50 kg/cm2.
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kepadatan
tanah
dari
7. Untuk bangunan dengan beban besar maka
0-10
2
kg/cm
mempunyai ketebalan yang lebih tipis ke
dapat menggunakan lapisan tanah dengan
qc = 50-120 kg/cm2 dan qc = >120 kg/cm2.
arah Utara yaitu Kecamatan Syiah Kuala
dengan ketebalan 0,2 meter dan semakin
Saran
ke Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam
Kota Banda Aceh termasuk daerah yang
lapisan tanah semakin tebal yaitu mencapai
rawan akan gempa, maka pada perencanaan
4,4 meter.
suatu bangunan atau infrastruktur di kota ini
2. Kepadatan tanah dari 10-50 kg/cm2
harus dilakukan Survey Investigation Design
mempunyai ketebalan yang lebih tipis ke
(SID) atau pemeriksaan tanah dengan sangat
arah Utara yaitu Kecamatan Syiah Kuala
teliti, baik itu pemeriksaan tanah di lapangan
dengan ketebalan 0,4 meter dan semakin
maupun di laboratorium yang disesuaikan
ke Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam
dengan
lapisan tanah semakin tebal yaitu mencapai
Enginering Design (DED).
13,6 meter.
kebutuhan
perencanaan
Detail
Penelitian dengan menggunakan program
3. Kepadatan tanah dari 50-120 kg/cm2 juga
3D ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh
mempunyai katebalan yang lebih tipis ke
peneliti yang lain karena ini dapat bermanfaat
arah Utara, Kecamatan Syiah Kuala
bagi pembangunan kedepan. Program ini juga
dengan ketebalan 0,4 meter. Semakin ke
memberikan informasi lebih lanjut tentang
Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam lapisan
lapisan tanah kepada perencana untuk bearing
tanah semakin tebal yaitu mencapai 9,6
stratum agar dapat ditumpukan fondasi yang
meter.
sesuai dengan beban.
4. Kepadatan tanah >120 kg/cm2 juga mem-
Pengambilan data GPS di lapangan,
punyai katebalan yang lebih tipis ke arah
untuk
Timur, Kecamatan Ulee Kareng dengan
dilakukan sekaligus dalam waktu 1 hari dan
ketebalan 0,4 meter. Semakin ke Utara
pengambilan data sebaiknya dilakukan ketika
yaitu Kecamatan Syiah Kuala lapisan
cuaca cerah.
tanah semakin tebal yaitu mencapai 4,8
meter.
memperkecil
koreksian
sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1,
http://id.wikipedia.org/wiki/
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 279
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Lanau, Lanau 13 Februari 2010.
Anonim2, http://dasar2ilmutanah.blogspot.
com/,
Dasar-dasar
Ilmu
Tanah
7 Maret 2010.
Anonim3, http://id.wikipedia.org/wiki/ Glo
bal_Positioning_System,
Global
Positioning System 15 Maret 2010.
Anonim4,http://www.pdfgeni.com/book/co
ne-penetration-test-pdf.html,
Desember 2004.
Anonim,
http://www.pdfgeni.com/book/
Lapisan-Akifer, Data Citra Inderaja
untuk Menentukan Lapisan Akifer, 7
Desember 2006.
Bowles, J. E, 1993, Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),
terjemahan J. K. Hainim, Erlangga,
Jakarta.
Bowles, J. E, 1997, Analisis dan Desain
Pondasi, Erlangga, Jakarta.
Budiyanto Eko, 2005, Pemetaan Kontur
dan
Pemodelan
Spasial
Tiga
Dimensi Menggunakan Surfer, Andi,
Yogyakarta.
Das, B. M, 1995, Mekanika Tanah
(Prinsip-prinsip
Rekayasa
Geoteknis), Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, 2006, Mekanika Tanah I,
Fakultas Teknik Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Sosrodarsono S., 2000, Mekanika Tanah
dan Teknik Pondasi, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Verhoef, 1994, Geologi untuk Teknik Sipil,
Erlangga, Jakarta.
280 - Volume 3, No. 1, Mei 2013
ISSN 2088-9321
JURNAL TEKNIK SIPIL
Jurnal Teknik Sipil Unsyiah merupakan wadah bagi seluruh civitas akademika dibidang konstruksi dan
lingkungan mengembangkan dan menginformasikan perkembangan teknologi dan pengetahuan.
Frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan September, Januari, dan Mei.
DAFTAR ISI
Pengaruh Variasi Suhu Pemadatan Terhadap Karakteristik Campuran
Split Mastic Asphalt 0/11
Fakhrul Rozi Yamali
203 - 214
Assesmen Aktual Kapasitas Jalan Pada Segmen Bottleneck Sistematis
Dengan Pendekatan Metode Simulasi
Sugiarto, Zianul Furqan
215 - 224
Pemodelan Pemilihan Moda Antara Bus Rapid Transit Dan Sepeda
Motor Dalam Perjalanan Menuju Ke Kampus Dengan Teknik Stated
Preference
M. Isya, Renni Anggraini, Tety Sriana
225 - 236
Analisis Pemilihan Material Beton Dan Material Baja Sebagai
Alternatif Material Pengganti Kayu Ulin
Retna Hapsari Kartadipura, Novitasari
237 - 246
Pengaruh Konfigurasi Sengkang Terhadap Kekakuan Kolom yang
Dibebani Gaya Geser dan Aksial Tekan 0,4 p0
Taufiq saidi , Rudiansyah Putra, Munawir
247 - 258
Korelasi ø dan C Pada Uji Triaksial Dengan Indeks Plastisitas Tanah
Desa Neuheun Aceh Besar
Devi Sundary , Marwan
259 - 268
Interpretasi Bearing Layer (Kontur Lapisan Tanah Keras) Di Bawah
Permukaan Dengan Program Surfer (Kecamatan : Syiah Kuala – Ulee
Kareng – Kuta Alam)
Munirwansyah, Devi Sundary ,Gartika Setiya Nugraha
269 - 280
Pre Construction And Post Failure Of Slope Dam Stability On Safety
Factor Analysis (A Review)
Reza P. Munirwan
281 - 288
Analisis Kegagalan Bendung Bronjong Pante Ceuremen
Dirwan
289 - 298
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Penentuan Pemenang
Pelelangan Jasa Pelaksana Konstruksi
Tripoli, Mubarak, Yunia Shofiasti
299 - 308
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
ISSN 2088-9321
pp. 269- 280
INTERPRETASI BEARING LAYER (KONTUR LAPISAN
TANAH KERAS) DI BAWAH PERMUKAAN DENGAN
PROGRAM SURFER
(KECAMATAN : SYIAH KUALA – ULEE KARENG – KUTA ALAM)
Munirwansyah 1, Devi Sundary2 ,Gartika Setiya Nugraha3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111,
3)
Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: [email protected]
1,2)
Abstract: This study aims to locate the bearing layer below the ground surface at the location
of Kuala Shiite district, sub-district and district Ulee Kareng Kuta Alam. The data used is the
Cone Penetration Test (CPT) were obtained from the laboratory of Soil Mechanics. The
number of points is 38 points sondir. The location coordinates of the point of data collection in
the field research carried out by using GPS (Global Positioning System) and the tool is the
only satellite navigation system that is functioning properly. Data processing was performed
using the surfers. Surfer is one of the software that is used for the manufacture of contour
maps and three-dimensional modeling based on the grid, this software is a XYZ plotting
tabular data into pieces of irregular rectangular dots (grid) is irregular. Grid is a series of
vertical and horizontal lines in a rectangular surfer and used as the basis for forming a threedimensional contour and surface. The vertical and horizontal lines have points of intersection.
At this intersection point Z value is stored in the form of point heights or depths. Gridding is
the process of formation of a regular series of Z values from a data is XYZ. The results of this
study can be used for buildings or other infrastructure planning in the transition area and the
mainland city of Banda Aceh. To determine the subgrade layer (bearing stratum), for building
simple to use subsoil with qc = 0-10 kg/cm2. For buildings with load being able to use a layer
of soil with qc = 10-50 kg/cm2. For buildings with a large load, it can use a layer of soil with
50-120 kg/cm2 and qc = qc => 120 kg/cm2. This study provides further information about the
subsoil to the planner for bearing pile foundation stratum in order to match the load.
Keywords : Bearing Layer, Cone Penetration Test, grid, surface, bearing stratum, contour.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mencari letak bearing layer di bawah permukaan tanah pada
lokasi Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng, dan Kecamatan Kuta Alam. Data yang
digunakan adalah data Cone Penetration Test (CPT) yang diperoleh dari laboratorium Mekanika Tanah.
Adapun jumlah titik sondir adalah 38 titik. Pengambilan data letak koordinat titik penelitian di lapangan
dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan alat ini satu-satunya sistem
navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
surfer. Surfer merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan
pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini merupakan plotting data
tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah
serangkaian garis vertikal dan horizontal yang dalam surfer berbentuk segi empat dan digunakan
sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horizontal ini memiliki
titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau
kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data
XYZ. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk perencanaan gedung atau infrastruktur lainnya di
daerah daratan dan transisi kota Banda Aceh. Untuk menentukan lapisan tanah dasar (bearing stratum),
untuk bangunan sederhana menggunakan lapisan tanah dengan qc = 0-10 kg/cm2. Untuk bangunan
dengan beban sedang dapat menggunakan lapisan tanah dengan qc = 10-50 kg/cm2. Untuk bangunan
dengan beban besar maka dapat menggunakan lapisan tanah dengan qc = 50-120 kg/cm2 dan qc ≥ 120
kg/cm2. Penelitian ini memberikan informasi lebih lanjut tentang lapisan tanah kepada perencana untuk
bearing stratum agar dapat ditumpukan fondasi sesuai dengan beban.
Kata kunci : Bearing Layer, Cone Penetration Test, grid, surface,lapisan tanah dasar, kontur
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 269
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh merupakan suatu daerah yang
dengan
kebutuhan
perencanaan
terletak di ujung Pulau Sumatera. Keberadaan
Enginering Design (DED).
Detail
wilayah geografis Kota Banda Aceh terletak
Pengambilan data letak titik-titik peneli-
antara 050 16' 15" - 050 36' 16" Lintang Utara
tian di lapangan dilakukan dengan mengguna-
dan 950 16' 15" - 950 22' 35" Bujur Timur.
kan GPS (Global Positioning System), dan alat
Luas wilayah administrative Kota Banda Aceh
ini adalah satu-satunya sistem navigasi satelit
2
sebesar 61.359 Ha atau kisaran 613,59 Km .
yang berfungsi dengan baik. Sistem ini
Kota Banda Aceh merupakan dataran rawan
menggunakan satelit yang mengirimkan sinyal
banjir dari luapan Sungai Krueng Aceh dan
gelombang mikro ke bumi. Sinyal ini diterima
70% wilayahnya berada pada ketinggian
oleh alat penerima di permukaan, dan diguna-
kurang dari 10 meter. Ke arah hulu dataran ini
kan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah,
menyempit dan bergelombang dengan keting-
dan waktu. Daerah yang ditinjau Kecamatan
gian hingga 50 meter di atas permukaan laut.
Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng dan
Dataran ini diapit oleh perbukitan terjal di
Kecamatan Kuta Alam, seperti yang ditunjuk-
sebelah Barat dan Timur dengan ketinggian
kan pada Tabel 1.
lebih dari 500 meter, sehingga mirip kerucut
dengan mulut menghadap ke laut. Wilayah
Aceh juga rawan terhadap bencana gempa
yang berasal dari sumber gempa subduksi dan
sumatra fault serta patahan-patahan dan sesar-
Tabel 1. Daerah Penelitian dan Jumlah Titik
yang ditinjau.
Jumlah
No
Zona B
Titik
1
2
Kecamatan Syiah Kuala
Kecamatan Ulee Kareng
22 Titik
3 Titik
3
Kecamatan Kuta Alam
13 Titik
Jumlah Titik
38 Titik
sesar lokal. Dengan demikian perencanaan
infrastruktur dalam wilayah kota Banda Aceh
khususnya dan seluruh wilayah Aceh pada
umumnya perlu diletakkan pada lapisan tanah
dasar yang stabil (bearing stratum).
Kondisi tanah yang terdapat di Kota
Banda Aceh secara umum dan khususnya di
Pengolahan
data
dilakukan
dengan
menggunakan program surfer. Surfer merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan
pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan
pada grid.
daerah pesisir didominasi oleh tekstur tanah
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
antara sedang sampai kasar. Karena Kota
tahui kontur lapisan di bawah permukaan, di
Banda Aceh juga termasuk daerah yang rawan
mana penelitian ini dapat digunakan untuk
akan gempa, maka pada perencanaan suatu
perencanaan gedung atau infrastruktur lainnya
bangunan atau infrastruktur di kota ini harus
di daerah daratan dan transisi Kota Banda
dilakukan Survey Investigation Design (SID)
Aceh.
atau pemeriksaan tanah dengan sangat teliti,
Penelitian tanah ini dapat digunakan
baik itu pemeriksaan tanah di lapangan
untuk perencanaan gedung atau infrastruktur
maupun di laboratorium yang disesuaikan
lainnya di daerah daratan dan transisi kota
270 - Volume 3, No. 1, Mei 2013
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh. Hasil penelitian ini adalah
pendukung suatu bangunan, atau bahan
berupa :
konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti
1. peta
kontur
ketinggian
permukaan
(surface),
tanggul atau bendungan, atau kadang-kadang
sebagai sumber penyebab gaya luar pada
2. kontur lapisan tanah lunak (soft layer),
bangunan, seperti tembok/dinding penahan
3.
kontur lapisan tanah sedang (moderately
tanah. Jadi tanah itu selalu berperan pada
layer),
setiap pekerjaan teknik sipil.
4. kontur lapisan tanah padat (compact
layer),
5. letak kedalaman masing-masing lapisan
6.
adalah kumpulan dari bagian-bagian padat
yang tidak terikat satu dengan yang lain
tanah seperti sebaran ketinggian kontur
(diantaranya
permukaan (surface),
Rongga-rongga
sebaran lapisan tanah lunak (soft layer),
tersebut berisi udara dan/atau air.
sebaran lapisan tanah sedang (moderately
7.
Menurut Verhoef (1994:145), tanah
mungkin
mineral
diantara
organik).
bagian-bagian
Hardiyatmo (2006:1) menjelaskan bahwa
layer),
dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah
sebaran lapisan tanah padat (compact
himpunan mineral, bahan organik, dan
layer),
endapan-endapan yang relatif lepas (loose),
8. sebaran lapisan tanah keras (stiff layer).
yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat
memberikan informasi tentang lapisan tanah di
disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau
bawah permukaan kota Banda Aceh dan
sekitarnya, untuk lebih lanjut dapat digunakan
dalam pertimbangan-pertimbangan izin pendirian bangunan bertingkat dan bangunan berskala besar lainnya.
TELAAH KEPUSTAKAAN
Definisi Tanah
Tanah selalu mempunyai peranan penting
pada suatu lokasi pekerjaan konstruksi.
Bowles (1993:25) menjelaskan bahwa tanah
adalah campuran partikel-partikel yang terdiri
dari salah satu atau seluruh jenis berangkal,
oksida-oksida
yang
mengendap
diantara
partikel-partikel. Ruang diantara partikelpartikel dapat berisi air, udara ataupun
keduanya.
Bagian-bagian Penyusun Tanah
Anonim2 (2010) menjelaskan bahwa
tanah terdiri dari empat komponen utama
yaitu: bahan mineral, bahan organik, air, dan
udara. Komponen tanah tersebut terdiri dari
bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 2030%, dan udara hingga 20-30% dalam
keadaan tercampur. Keadaan itu menjadikan
habitat yang serasi bagi tumbuh-tumbuhan.
kerikil, pasir, lanau, lempung, koloid.
Sosrodarsono (2000:1), tanah selalu
mempunyai peranan penting pada suatu lokasi
pekerjaan konstruksi. Tanah adalah pondasi
Jenis-jenis Tanah
Ada beberapa jenis tanah yang terdapat
pada permukaan bumi ini, yaitu :
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 271
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
− tanah lempung,
− tanah lanau, dan
− tanah granuler.
Karakteristik tanah lanau
Bowles (1993:153) menyatakan bahwa
partikel lanau di dalam deposit kohesif telah
diamati dan diketahui mempunyai kulit tipis
Karakteristik tanah lempung
dengan partikel lempung yang berorientasi
Das (1995:9) mengemukakan bahwa
baik. Baik partikel lanau ataupun lempung
lempung terdiri dari partikel-partikel mi-
sering mengandung selaput tipis dari material
kroskopis dan submikroskopis yang berbentuk
yang tidak mempunyai bentuk tertentu atau
lempengan-lempengan pipih dan merupakan
tidak berkristal (amorphous), seperti senyawa
partikel-partikel dari mika, mineral-mineral
organik, silika, atau besi, pada permukaannya.
lempung dan mineral-mineral yang sangat
Das (1995:9) menjelaskan bahwa lanau
halus lainnya. Sifat fisis tanah lempung
sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis
tergantung pada unsur senyawa penyusunnya.
(berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri
Bowles (1993:151) menyatakan lempung
dari butiran-butiran quartz yang sangat halus,
(tanah kohesif) sebagai kumpulan partikel
dan sejumlah partikel berbentuk lempengan-
mineral yang mempunyai indeks plastisitas
lempengan pipih yang merupakan pecahan
tinggi, yang pada waktu mengering memben-
dari mineral-mineral mika.
tuk suatu massa yang bersatu sedemikian rupa
Anonim1 (2010), lanau adalah tanah atau
sehingga diperlukan gaya untuk memisahkan
butiran penyusun tanah/batuan yang berukuran
setiap butiran mikroskopisnya.
antara pasir dan lempung. Beberapa pustaka
Mikroskopis adalah partikel tanah yang
Indonesia menyebut objek ini sebagai debu.
hanya dapat dilihat dengan bantuan alat
Lanau dapat membentuk endapan yang
mikroskopis, sedangkan partikel yang dapat
mengapung di permukaan air manapun yang
dilihat oleh mata secara langsung disebut
tenggelam. Lanau biasanya terbentuk dari
makroskopis. Jika tanah dalam keadaan lem-
pecahnya kristal kuarsa berukuran pasir.
bek akan mengembang dan kekuatan dukung
tanah akan berkurang.
Bowles (1993:154) menjelaskan bahwa
mineral-mineral lempung unsur utamanya
terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi dan
magnesium. Mineral lempung juga mengandung
unsur alkali dan/atau tanah alkali
sebagai komponen dasarnya. Mineral-mineral
ini terutama terdiri dari kristalin di mana atomatom yang membentuk tersusun dalam suatu
pola geometrik tertentu.
272 - Volume 3, No. 1, Mei 2013
Karakteristik tanah granuler
Hardiyatmo (2006:30) menjelaskan bahwa butiran tanah yang mengendap pada suatu
larutan suspensi individu, tak tergantung pada
butiran yang lain akan berupa susunan tunggal.
Sebagai contoh, tanah pasir, kerikil, atau
beberapa campuran pasir dan lanau. Tanah
granuler dapat membentuk hubungan sarang
lebah (honeycomp) yang dapat mempunyai
angka pori yang tinggi. Lengkungan butiran
dapat mendukung beban dinamis. Adanya air
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
dalam susunan butir tanah yang sangat tidak
Anonim2 (2010), menjelaskan bahwa
padat dapat mengubah sifat-sifat teknisnya.
lapisan tanah memiliki horison-horison seperti
Kerapatan relatif (Dr) sangat berpengaruh
berikut ini :
pada sifat-sifat teknis tanah granuler.
1. Horison O adalah horison yang terdiri dari
Lebih lanjut Das (1995:9) menyebutkan
bahan atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan
bahwa pasir sebagian besar terdiri dari mineral
bahan organik tanah (BOT) hasil dekom-
quartz dan feldspar. Batuan dan mineral yang
posisi serasah (Oa).
lain mungkin juga masih ada pada golongan
ini.
2. Horison A adalah horison mineral berbahan organik tanah (BOT) tinggi sehingga
Lapisan
Tanah
(Bearing
Stratum/
Layer)
Sosrodarsono (2000:223) mengemukakan bahwa umumnya lapisan tanah yang
disebut lapisan yang lunak adalah lempung
(clay) atau lanau (slit). Lapisan tanah
mempunyai nilai pengujian penetrasi standar
(Standard Penetration Test) N yang lebih kecil
dari 4 atau tanah organis seperti gambut yang
mempunyai kadar air alamiah yang sangat
tinggi. Demikian pula lapisan tanah berpasir
yang dalam keadaan lepas mempunyai harga
N yang kurang dari 10, diklasifikasi sebagai
lapisan yang lunak. Biasanya sebahagian besar
berwarna agak gelap.
3. Horison E adalah horison mineral yang
telah terelovisi (tercuci) sehingga kadar
BOT, liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi
kadar pasir, debu kuarsa, dan resisten
lainnya tinggi serta barwarna terang.
4. Horison B adalah horison illuviasi yaitu
akumulasi bahan eluvial dari horison di
atasnya.
5. Horison C adalah lapisan yang bahan
penyusunnya masih sama dengan bahan
induk atau belum terjadi perubahan secara
kimiawi.
6. Horison R adalah bahan induk tanah.
dari lapisan lunak itu telah dibentuk oleh
Hubungan Cone Penetration Test (CPT)
proses alamiah. Tebal, luas dan stratifikasinya
dengan Lapisan Tanah
sangat tergantung dari corak topografi dan
Bowles (1997: 141) menerangkan bahwa
geologi yang membentuk lapisan lunak itu
Cone Penetration Test (CPT) adalah uji
beserta kondisi sekeliling sesudah terjadi
sederhana yang dipakai semakin luas untuk
formasi itu. Bilamana diperlukan untuk
lempung lunak dan pasir halus sampai pasir
membangun di atas lapisan lunak, maka
setengah kasar. Pengujian ini tidak diterapkan
pertama-tama masalah teknis yang harus
pada tanah berkerikil dan lempung kaku/keras.
diselidiki adalah daya dukung (bearing
Data yang dikumpulkan ialah tahanan ujung qc
capacity) dan penurunan (settlement). Lapisan
dan tahanan gesek selongsong qs. Keuntungan
yang lunak umumnya terdiri dari tanah yang
khusus CPT adalah untuk mendapatkan profil
sebagian besar terdiri dari butir-butir yang
yang menerus sejauh tidak ditemui tanah atau
sangat kecil seperti lempung atau lanau.
batuan yang sangat keras untuk kedalaman
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 273
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
yang diamati. Uji ini juga sangat cepat
program surfer ini data yang diambil dari GPS
manakala dipakai peralatan perolehan data
adalah data XY dalam satuan meter, yang
elektronik. Data dari CPT dipakai untuk
biasa disebut dengan UTM (Universal
menetapkan kapasitas dukung yang diperbo-
Transverse Mercator) dan elevasi permukaan
lehkan dan untuk merancang tiang pancang.
tanah (Z). Nilai Z yang digunakan pada surfer
Tabel 2 yang disampaikan Andras Mahrel
adalah Z elevasi permukaan tanah dikurangi
(2006) menerangkan, tentang hubungan Cone
dengan kedalaman lapisan sondir.
Penetration Test dengan kepadatan tanah.
2. Data sekunder
Tabel 2. Hubungan CPT dengan Kepadatan
Tanah.
Deskripsi Tanah
qc [kpa]
qc
Kc
[kg/cm2]
max
pashaft
α
[kPa]
Soft clay
qc < 1000
10
Moderately
compact clay
Compact to shiff
clay, compact silt
Silt and loose
sand
Moderately
compact sand
and gravel
Compact to very
compact sand
and gravel
1000 < qc
< 5000
0.4
30
15
10<
qc 5000
>50
0.45 60
80
qc < 5000
>120 kg/cm2.
Sebaran
n lapisan ini terdapat padaa kedalaman
3,6 m sampai 19,6
1
m. Seeperti yang
diperlihaatkan pada Gaambar 5.
Gambar 2. Lapisan tan
nah lunak (softt layer)
Lappisan tanah seedang (moderratly layer)
dikategorrikan dengann nilai qc=10--50 kg/cm2.
Sebaran lapisan
l
ini terrdapat pada kedalaman
k
1
m sampaai 14,6 m. Seeperti yang diiperlihatkan
pada Gam
mbar 3.
Lappisan tanah padat (comppact layer)
dikategorrikan dengan nilai qc=50-1120 kg/cm2.
Sebaran lapisan ini teerdapat pada kedalaman
Gambarr 5. Lapisan tan
nah keras (stiff
ff layer)
2,2 m sam
mpai 20 m. Seeperti yang diiperlihatkan
A
A’
pada Gam
mbar 4.
A
Gambar 3. Lapisan tanah
t
sedangg (moderatly
layer)
278 - Volume
V
3, No.
N 1, Mei 2013
Gambarr 6. Sebaran gaabungan dari ssemua lapisan
tanah
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
KESIMPULAN DAN SARAN
5. Untuk menentukan lapisan tanah dasar
Kesimpulan
(bearing
Hasil penelitian terhadap kondisi lapisan
tanah di bawah permukaan, pada lokasi
penelitian terdapat bentuk sebaran
stratum),
untuk
bangunan
sederhana menggunakan lapisan tanah
dengan qc = 0-10 kg/cm2.
dan
6. Untuk bangunan dengan beban sedang
kekuatan lapisan tanah (bearing layer) dengan
dapat menggunakan lapisan tanah dengan
menggunakan program surfer maka dapat
qc = 10-50 kg/cm2.
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kepadatan
tanah
dari
7. Untuk bangunan dengan beban besar maka
0-10
2
kg/cm
mempunyai ketebalan yang lebih tipis ke
dapat menggunakan lapisan tanah dengan
qc = 50-120 kg/cm2 dan qc = >120 kg/cm2.
arah Utara yaitu Kecamatan Syiah Kuala
dengan ketebalan 0,2 meter dan semakin
Saran
ke Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam
Kota Banda Aceh termasuk daerah yang
lapisan tanah semakin tebal yaitu mencapai
rawan akan gempa, maka pada perencanaan
4,4 meter.
suatu bangunan atau infrastruktur di kota ini
2. Kepadatan tanah dari 10-50 kg/cm2
harus dilakukan Survey Investigation Design
mempunyai ketebalan yang lebih tipis ke
(SID) atau pemeriksaan tanah dengan sangat
arah Utara yaitu Kecamatan Syiah Kuala
teliti, baik itu pemeriksaan tanah di lapangan
dengan ketebalan 0,4 meter dan semakin
maupun di laboratorium yang disesuaikan
ke Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam
dengan
lapisan tanah semakin tebal yaitu mencapai
Enginering Design (DED).
13,6 meter.
kebutuhan
perencanaan
Detail
Penelitian dengan menggunakan program
3. Kepadatan tanah dari 50-120 kg/cm2 juga
3D ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh
mempunyai katebalan yang lebih tipis ke
peneliti yang lain karena ini dapat bermanfaat
arah Utara, Kecamatan Syiah Kuala
bagi pembangunan kedepan. Program ini juga
dengan ketebalan 0,4 meter. Semakin ke
memberikan informasi lebih lanjut tentang
Barat yaitu Kecamatan Kuta Alam lapisan
lapisan tanah kepada perencana untuk bearing
tanah semakin tebal yaitu mencapai 9,6
stratum agar dapat ditumpukan fondasi yang
meter.
sesuai dengan beban.
4. Kepadatan tanah >120 kg/cm2 juga mem-
Pengambilan data GPS di lapangan,
punyai katebalan yang lebih tipis ke arah
untuk
Timur, Kecamatan Ulee Kareng dengan
dilakukan sekaligus dalam waktu 1 hari dan
ketebalan 0,4 meter. Semakin ke Utara
pengambilan data sebaiknya dilakukan ketika
yaitu Kecamatan Syiah Kuala lapisan
cuaca cerah.
tanah semakin tebal yaitu mencapai 4,8
meter.
memperkecil
koreksian
sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1,
http://id.wikipedia.org/wiki/
Volume 2, No. 3, Mei 2013 - 279
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Lanau, Lanau 13 Februari 2010.
Anonim2, http://dasar2ilmutanah.blogspot.
com/,
Dasar-dasar
Ilmu
Tanah
7 Maret 2010.
Anonim3, http://id.wikipedia.org/wiki/ Glo
bal_Positioning_System,
Global
Positioning System 15 Maret 2010.
Anonim4,http://www.pdfgeni.com/book/co
ne-penetration-test-pdf.html,
Desember 2004.
Anonim,
http://www.pdfgeni.com/book/
Lapisan-Akifer, Data Citra Inderaja
untuk Menentukan Lapisan Akifer, 7
Desember 2006.
Bowles, J. E, 1993, Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),
terjemahan J. K. Hainim, Erlangga,
Jakarta.
Bowles, J. E, 1997, Analisis dan Desain
Pondasi, Erlangga, Jakarta.
Budiyanto Eko, 2005, Pemetaan Kontur
dan
Pemodelan
Spasial
Tiga
Dimensi Menggunakan Surfer, Andi,
Yogyakarta.
Das, B. M, 1995, Mekanika Tanah
(Prinsip-prinsip
Rekayasa
Geoteknis), Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, 2006, Mekanika Tanah I,
Fakultas Teknik Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.
Sosrodarsono S., 2000, Mekanika Tanah
dan Teknik Pondasi, PT Pradnya
Paramita, Jakarta.
Verhoef, 1994, Geologi untuk Teknik Sipil,
Erlangga, Jakarta.
280 - Volume 3, No. 1, Mei 2013