Pengaruh Sift Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

SARDJITO YOGYAKARTA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Yanuardani Wijayanti Putri

R.0207105

RAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJ KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Surakarta

AN KERJA RSUP Dr.

RJA AS MARET

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakan.

Surakarta, 2011

Yanuardani Wijayanti Putri R0207105

ABSTRAK

Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Yanuardani Wijayanti Putri¹, Arsita Eka P²., Agus Widiyatmo³.

Tujuan : RSUP Dr. Sardjito adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat sedangkan dokter dan perawat menyebut rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah. Lama seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umunya 6-

10 jam. Sisanya 14-18 dipergunakan dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh shift kerja terhapa kelelahan kerja pada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yaitu penelitian. Subjek penelitian adalah semua perawat di bangsal bugenvil yang jumlah sampel 30 orang pada shift pagi dan 30 orang pada shift malam. Penelitian mengunakan kriteria inklusi pada pengambilan sampel yaitu usia antara 20-40 tahun, masa kerja lebih dari

1 tahun, dan jenis kelamin perempuan. Pengambilan sample dengan mengunakan simple random samplin dan pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.

Hasil : Hasil dari uji statistik chi-square antara shift pagi dan shift malam menunjukkan bahwa hasil p value = 0,037 yaitu p value > 0,01 tetapi p value ≥ 0,05 yang berarti adanya pengaruh shift kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa shift kerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja pada karyawan terutama pada karyawan yang memperoleh shift kerja malam yang cenderung lebih lelah dibandingkan dengan karyawan yang bekerja pada shift kerja pagi.

Kata kunci : Shift kerja, kelelahan kerja

ABSTRACT

Effect of Shift Work Against Work Fatigue In Employee Inpatient Installation I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Yanuardani Wijayanti Putri¹, Arsita Eka P²., Agus Widiyatmo³.

Objective : The hospital is a place for people who are sick to seek treatment while doctors and nurses call the hospital as land for a living. Old one works fine in 6-10 hours a day in general. The remaining 14-18 employed in the family and community life, rest, sleep, and others. The purpose of this study is to determine the effect of shift work on employee work exhaustion against RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Methods : The study was observational analytic study is research. Research subjects were all nurses in the wards bougainvillea sample size of 30 people on the morning shift and 30 people on the night shift. The study inclusion criteria on the use of sampling between 20-40 years of age, working period of more than 1 year, and female gender. Sampling by using simple random sampling and data retrieval is done by distributing questionnair.

Results : The results of the chi-square test statistic between the morning shift and night shift showed that the results of the p value = 0.037 p value> 0.01 but p value ≥

0.05, which means the influence of the work shift work on employee fatigue RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Conclusion : From this study it can be concluded that shift work can affect fatigue in employees working primarily on getting employees working the night shift who tend to be more tired than the employees working on shift work in the morning.

Keywords : Shift work, work fatigue

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Ipop Sjarifah, M.Si selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Arsita Eka P., dr., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Agus Widiyatmo S.E., M.Kes selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Hardjanto¸MS, Sp.Ok selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku tim skripsi yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito selaku pimpinan rumah sakit yang telah

memberikan izinnya kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Staf dan karyawan Jurusan Diploma IV Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.

10. Bapak, Ibu, adik dan semua keluarga yang penulis sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta, kasih dan pengorbanan yang diberikan.

11. Sahabat-sahabat sejatiku terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan terimakasih telah menjadi teman-teman terbaikku.

12. Semua teman-teman angkatan 2007 Program Diploma IV Kesehatan Kerja.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2011 Penulis,

Yanuardani Wijyantai Putri

A. Analisa Univariat ..................................................................

2. Masa Kerja.......................................................................

46

3. Status Gizi .......................................................................

47

4. Kelelahan Kerja ..............................................................

47

B. Analisis Bivariat .................................................................... 49

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................. 52

B. Saran ..................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengukuran Sampel Kelelahan ................................................ 3 Tabel 2. Tabel Kategori IMT ................................................................

22

Tabel 3. Distribusi Umur Tenaga Kerja ………...................................... 38 Tabel 4.Distribusi Masa Kerja ............................................................... 39 Tabel 5.Distribusi IMT........................................................................... 40 Tabel 6. Distribusi Kelelahan Kerja ..................................................... 41 Tabel 7. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Shift di RSUP Dr. Sardjito 42 Tabel 8. Hasil uji statistik Chi-Square ................................................... 43

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian Lampiran 2. Surat Konfirmasi Ijin Penelitian Lampiran 3. Surat Ethical Clearance Lampiran 4. Infomed Concen Lampiran 5. Kuesioner Uji Ukur Kelelahan Kerja Lampiran 6. Hasil Kuesioner Shift Pagi Lampiran 7. Hasil Kuesioner Shift Malam Lampiran 8. Hasil Uji Statistik Chi-Square Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat sedangkan dokter dan perawat menyebut rumah sakit sebagai lahan untuk mencari nafkah. Menurut WHO, bahwa Rumah Sakit adalah suatu usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang diberikan atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang menderita sakit, terluka dan mereka yang mau melahirkan (Jarpadi, 2002). Disamping itu usaha perlindungan terhadap karyawan dan orang lain yang berada di area rumah sakit. Perlindungan yang dimaksud meliputi aspek-aspek yang cukup luas yaitu perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan kesehatan dan keselamatan tersebut dimaksud agar setiap orang berada di lingkungan rumah sakit dalam keadaan sehat dan selamat (Suma’mur, 2009).

Dalam sebuah pekerjaan waktu kerja sangatlah dibutuhkan pada karyawan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, Dalam sebuah pekerjaan waktu kerja sangatlah dibutuhkan pada karyawan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelelahan kerja. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi,

Dalam periode waktu bekerja siang atau malam sangatlah banyak terdapat masalah terutama masalah kerja malam. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar yang disebabkan antara lain oleh faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan sebab penting lain adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan persyarafan simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis (Suma’mur, 2009).

Pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terdapat 3 kali pergantian shift yaitu shift pagi, siang dan malam yaitu pada shift pagi dimulai pukul 07.00-14.00 WIB, shift siang 14.00-21.00 WIB dan shift malam 21.00-07.00 WIB. Setiap shift pada waktu bekerja memiliki perbedaan baik pada waktunya ataupun jumlah jam yang harus dilampaui oleh pekerja. Misalnya perbedaan jumlah jam kerja pada shift pagi, siang berbeda dengan perbedaan jumlah jam kerja pada shift malam hari. Survei terhadap shift kerja yang dilakukan oleh Tepas, dkk yang disadur oleh Pulat dalam Setyowati (2010) memperhatikan bahwa pada shift ketiga (waktu bekerja malam hari) waktu bekerja istirahat pekerja sedikit. Pada shift kedua (waktu kerja siang hari)

(waktu kerja pagi hari), pekerja dilaporkan istirahat lebih lama dibandingkan dua kelompok lainnya.

Pada survei awal yang dilakukan wawancara pada 10 orang karyawan di IRNA I pada shift pagi dan shift malam diketahui bahwa karyawan mengalami kelelahan disimpulkan dari data-data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap karyawan. Perawat yang mendapatkan shift kerja pada malam hari kurang mendapatkan istirahat yang cukup pada mestinya karena karyawan harus menghadapi pasien-pasien yang berada pada rumah sakit. Maka dari itu perlunya tenaga ekstra yang dibutuhkan oleh para karyawan. Selain melakukan wawancara penulis juga mengadakan pengukuran dengan mengunakan kuesioner kepada 10 responden. Penulis mengukur tingkat kelelahan tenaga kerja responden pada shift pagi dengan shift malam dan dapat diketahui skor sebagai berikut: Tabel 1. Pengukuran Sampel Kelelahan

Shift Pagi

Shift Malam Responden

5 55 5 38 Sumber: Data Primer Mei 2011

Hasil pengukuran skor kelelahan menunjukkan bahwa tenaga kerja pada shift malam lebih leleah dibandingkan dengan tenaga kerja shift pagi. Selain itu pada penelitian sebelumnya oleh Normawati (2009) menunjukkan adanya perbedaan tingkat kelelahan kerja yang signifikan antara shift pagi dengan shift malam.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti: adakah pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat kelelahan kerja di rumah sakit.

b. Menganalisa adanya pengaruh shift kerja pagi dan shift kerja malam

terhadap kelelahan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada pengaruh shift kerja

2. Manfaat Aplikatif

Adapun manfaat dari kegiatan penelitian yang diharapkan dapat berguna bagi :

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta pengembangan dan aplikasinya di dalam praktek.

b. Tenaga Kerja

Bagi tenaga kerja diharapkan dapat mengatur waktu istirahat atau waktu tidurnya dengan baik agar tidak mengalami kelelahan.

c. Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit diharapkan, dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dalam upaya memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja sehingga pekerja terhindar dari kelelahan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Shif Kerja

a. Pengertian Shif Kerja

Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Setyawati, 2010). ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/ shift.

Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus menerus (4X8), untuk hari biasa diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (3X8). Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek. Masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan sistem rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari, untuk 2 shift lainnya dilaksanakan 2 hari, dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari siklus ini bergiliran untuk setiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang–kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus menerus (4X8), untuk hari biasa diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (3X8). Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek. Masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan sistem rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3 hari, untuk 2 shift lainnya dilaksanakan 2 hari, dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari siklus ini bergiliran untuk setiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang–kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh

b. Pembagian Shift Kerja

Jurnal The Desigt of Shift Systems dalam Setyawati (2010) disebutkan bahwa terdapat 5 faktor utama yang harus diperhatikan dalam penentuan shift kerja, yaitu:

1) Jenis shift kerja pagi, atau siang, atau malam.

2) Panjang waktu tiap shift kerja.

3) Waktu yang dimulai dan diakhirinya suatu shift.

4) Distribusi waktu istirahat.

5) Arah perubahan shift kerja. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah:

a) Tersedianya waktu libur akhir pekan, minimal 2 x dalam sebulan.

b) Setiap selesai shift kerja malam pekerja mendapat liburan minimal 2 hari.

c) Jadwal dibuat secara sederhana dan mudah diingat. Merancang shift kerja ada dua macam hal yang harus diperhatikan yaitu kekurangan istirahat atau tidur harus ditekan sekecil mungkin untuk menghindari pekerja dalam terjadi kelelahan kerja. Shift kerja adalah pembagian kerja dalam waktu 24 jam meliputi kerja pagi, sore dan malam yang dilaksanakan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan tujuan memenuhi dan meningkatkan produksi, kepentingan masyarakat

(pelayanan/ jasa). Menurut William (1992) dikenal 2 macam sistem shift kerja terdiri dari:

1) Shift permanen, tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang–orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur disiang hari.

2) Shift rotasi, tenaga kerja bekerja tidak terus menerus ditempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift yang paling mengganggu terhadap cyrcardian rhythm dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.

ILO (1983) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/ shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus menerus (4X8), dan diperlukan sedikitnya 3 regu yang disebut dengan regu kerja semi terus menerus (3X8).

c. Pengaruh Shif Kerja Pulat (1992) mengutarakan beberapa pengaruh shift kerja terhadap tubuh sebagai berikut :

1) Adanya pengaruh pada kualitas tidur. Tidur pada siang hari tidak seefektif tidur pada malam hari. Biasanya dibutuhkan dua hari istirahat sebagai kompensasi kerja pada malam hari. Survei terhadap shift kerja

Setyowati (2010) memperhatikan bahwa pada shift ketiga (waktu bekerja malam hari) waktu bekerja istirahat pekerja sedikit. Pada shift kedua (waktu kerja siang hari) pekerja dilaporkan bahwa pekerja istirahat cukup lama sedangkan pada shift pertama (waktu kerja pagi hari), pekerja dilaporkan istirahat lebih lama dibandingkan dua kelompok lainnya.

2) Kapasitas kerja fisik saat bekerja pada malam hari kurang.

3) Shift kerja juga mempengaruhi kapasitas mental. Johnson dalam Pulat (1992) melaporkan bahwa kapasitas mental menurun, kewaspadaan dalam bekerja berkurang misalnya kejadian pada quality control dan pengawasan lain. Lebih lanjut Kelly dan Schenieder dalam Pulat (1992), mengutarakan bahwa terjadi kesalahan yang meningkatkan secara bermakna yaitu 80 sampai 180 persen pada pelaksanaan shift kerja yang panjang.

4) Gangguan kejiwaan dilaporkan dapat terjadi pada pekerja shift malam. Alasan utamanya adalah kompensasi tidur pada siang hari dan dampak sosial yang ada. Dampak sosial ini dapat mengganggu kehidupan rumah tangga dan berkurangnya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman dan masyarakat.

5) Gangguan pencernaan dapat terjadi pada pekerja shift malam hari (Setyawati, 2010). Disisi lain shift kerja dapat disesuaikan waktu 5) Gangguan pencernaan dapat terjadi pada pekerja shift malam hari (Setyawati, 2010). Disisi lain shift kerja dapat disesuaikan waktu

Shift kerja berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Hal ini berhubungan dengan circadian rhythem Fungsi tubuh yang ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menunjukkan siklus harian yang teratur. Shift kerja malam dapat menimbulkan akibat yang cukup menggangu pekerja khususnya apabila pekerja mengalami kurang tidur.

2. Kelelahan Kerja

a. Pengertian Kelelahan Kerja

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengaruh kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 2009). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (Budiono, S., et al., 2003).

Setyawati (2010) dengan menyadur dari beberapa penulis lain menyatakan bahwa kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas Setyawati (2010) dengan menyadur dari beberapa penulis lain menyatakan bahwa kelelahan kerja tidak dapat didefinisikan secara jelas

a. Kelelahan adalah perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan (Grandjean, 1995).

b. Dari sudut neurofisiologi diungkapkan bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan sistematik saraf sentral, akibat aktivitas yang berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan anatara sistem aktivasi dan sistem inhibisi pada batang otak (Grandjean dan Kogi, 1971).

c. Perasaan lelah pada pekerja adalah semua perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pekerja serta merupakan fenomena psikososial. Latar belakang psikososial sangat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja dan diutamakan oleh Yoshitake (1971) bahwa terdapat hubungan yang erat antara derajat gejala kelelahan dan derajat perasaan lelah.

d. Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stress psikososial yang dialami dalam suatu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja itu cenderung menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan d. Kelelahan kerja adalah respon total individu terhadap stress psikososial yang dialami dalam suatu periode waktu tertentu dan kelelahan kerja itu cenderung menurunkan prestasi maupun motivasi pekerja bersangkutan. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang lengkap tidak hanya menyangkut kelelahan yang bersifat fisik dan psikis saja tetapi lebih banyak kaitannya dengan adanya penurunan

e. Chavalistsakulchai dan Shahvanaz (1991) mengutarakan bahwa kelelahan kerja adalah suatu fenomena yang kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.

Kelelahan umum ditujukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan pesarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis (Suma’mur, 2009). Kelelahan dapat dikurangi ataupun ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang ditunjukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan lingkungn kerja di tempat kerja (Suma’mur, 2009).

b. Gejala Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean dan Kongi dalam Setyawati (2010) berdasarkan waktu terjadinya, kelelahan ada dua macam yaitu: kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari dan berkepanjangan. Dalam hal kelelahan terjadi berlanjut bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan

Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010) menyebutkan bahwa gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut:

1) Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan presepsi, cara berpikir atau perbuatan anti sosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

2) Gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan. Disamping gejala-gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahan, dan kesukaran tidur (Gilmer, 1996 dan Cameron, 1973). Kelelahan kerja terjadi tidak hanya sore hari setelah bekerja saja tetapi juga telah terasa sebelum mulai bekerja. Kelelahan kerja ini disebut juga clinical fatigue , dan umumnya diderita oleh pekerja yang mengalami kesulitan-kesulitan psikososial. Oleh sebab itu sangat sulit untuk membedakan apakah kelelahan tersebut disebabkan oleh karena faktor luar atau oleh faktor dalam. Disebut juga bahwa kelelahan kerja merupakan kelelahan umum, dan sering disebut sebagai psychic fatigue atau nervous fatigue (ILO, 1983). Gejala-gejala kelelahan kerja adalah: kelelahan bersifat umum, kehilangan inisiatif, tendensi depresi, kecemasan, peningkatan sifat mudah tersinggung, penurunan toleransi, kadang-kadang perilaku bersifat asosial (Setyawati , 2010).

Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons)

c. Jenis Kelelahan

Menurut Suma’mur (2009), kelelahan dapat dibagi menjadi dua macam :

1) Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (Budiono, S., et al., 2003). Sebab-sebab kelelahan secara umum adalah monotoni, intensitas dan lama kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 2009)

2) Kelelahan Otot (Muscular fatigue)

Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala

(External sign). Tanda-tanda kelelahan otot pada percobaan- percobaan, otot dapat menjadi lelah adalah sebagai berikut:

a) Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya.

b) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi.

c) Memanjangnya waktu laten yaitu waktu di antara perangsangan dan saat mulai kontraksi (Budiono, S., et al., 2003).

d. Penyebab Kelelahan

Dalam kehidupan sehari-hari kelelahan menpunyai berbagai macam penyeban yang berbeda. Waters dan Bhattacharya pada Tarwaka (2010) menyatakan kelelahan bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.

Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan

Faktor psikologi juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka merasa lelah (Suma’mur, 2009). Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara, yaitu melakukan rotasi sehingga pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, memberi kesempatan pada pekerja untuk berbicara dengan rekannya, meningkatkan kondisi lingkungan kerja, memperbaiki lingkungan kerja (Budiono, S., et al., 2003) dan memberikan waktu istirahat yang cukup (Nurmianto, 2004).

e. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Kelelahan tidak dapat terjadi begitu saja tanpa ada sebab dan akibatnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yang dialami oleh para tenaga kerja yaitu antara lain:

1) Faktor Internal

a) Usia

Menurut Lambert and David (1996) dalam Suma’mur Menurut Lambert and David (1996) dalam Suma’mur

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi kelelahan yang dialami oleh para pekerja. Menurut Adriana Pusparini dalam (Budiono, S., et al., 2003) mengemukakan bahwa pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di dalam mekanisme tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi turunnya kondisi fisik maupun psikisnya. Hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada laki-laki.

c) Riwayat Penyakit

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu antara lain: (1) Penyakit ginjal

Pengaruh kerja pada faal ginjal terutama dihubungakan dengan pekerjaan yang perlu mengarahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja yang panas.

dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang diperlukan oleh ginjal (Suma’mur, 2009). Pengeluaran keringat yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat sehingga kelelahan akan mudah terjadi (Suma’mur, 2009). Tekanan mekanis multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresi zat- zat ini. Penambahan air yang berlebihan pada cairan ekstraseluler yaitu dengan berkeringat (Guyton, 1997).

(2) Penyakit Tekanan Darah Rendah

Berkurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurangnya pula jumlah oksigen sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya kelelahan (Nurmianto, 2003). Penurunan

kapasitas

karena

serangan jantung memungkinkan menyebabkan tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa sehingga menyebabkan darah tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun kebagian tubuh serangan jantung memungkinkan menyebabkan tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa sehingga menyebabkan darah tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun kebagian tubuh

(3) Penyakit Tekan Darah Tinggi

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor terjadinya kelelahan kerja yang dimana menurut Soeharto (2004) tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami suatu proses pengerasan. Pengerasan pembuluh-pembuluh tersebut dapat juga disebabkan oleh endapan lemak pada dinding. Proses ini menyempitkan lumen (rongga atau ruang) yang terdapat di dalam pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang. Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Santoso, 2004).

(4) Penyakit jantung

Saat bekerja jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaanya menjadi meningkat (Guyton, 1997).

Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami

(5) Keadaan Psikologis

Faktor psikologis memainkan peranan besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (Budiono, S., et al., 2003).

(6) Sikap Kerja

Sikap kerja harus mendapat perhatian yang layak, karena sikap kerja dapat menjadi penyebab dari lelah, sakit, sampai kecacatan (Suma’mur, 2009).

Untuk menghindari tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis (Tarwaka, 2010).

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Ramadhani Srie dalam Budiono, dkk., 2003). Bekerja dalam kondisi yang tidak alamiah dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain: nyeri, kelelahan dan bahkan kecelakaan (Santoso, 2004).

(7) Status Gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur, 2009).

IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Berat Badan (Kg)

Tabel 2. Kategori IMT

1 Kekurangan berat badan tingkat berat

2 Kekurangan berat badan tingkat ringan

3 Normal

4 Kelebihan berat badan tingkat ringan

5 Kelebihan berat badan tingkat berat

> 27,0 (I Dewa Nyoman Supriasa, dkk., 2002)

2) Faktor Internal

a) Beban Kerja

Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proposional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi asam laktat (Nurminanto, 2003). Pada pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat kontraksi otot tubuh, sehingga hal ini mempercepat pula kelelahan seseorang (Suma’mur, 2009).

b) Masa Kerja

Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama tenaga kerja mulai bekerja hingga saat penelitian dilakukan yang mana masa kerja dihitung dengan satuan tahun.

c) Monotoni

Suatu kerja yang berhubungan dengan hal sama dalam periode atau waktu tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Salah satu efek dari pekerjaan monoton adalah kemunduran dari kapasitas kerja dan produktifitas (Pusparini dalam Budiono, dkk., 2000).

d) Keadaan Lingkungan (1) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Heru Setiarto, 2002).

(2) Penerangan

Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlu. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang

Menurut Habsari Diana dalam Budiono, dkk (2003) penerangan yang buruk dapat mengakibatkan: (a) Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan

efisiensi kerja. (b) Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala

sekitar mata. (c) Kerusakan indera mata. (d) Kelelahan mental. (e) Menimbulkan terjadinya kecelakaan

f. Pengendalian Kelelahan Kerja

Beberapa hal yang patut mendapat perhatian dan diselenggarakan sebaik-baiknya agar kelelahan dapat dikendalikan adalah :

1. Lingkungan kerja yang bebas dari zat-zat yang berbahaya, pencahayaan yang memadahi, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi pekerja, pengaturan udara di tempat kerja yang adekuat di samping bebas dari kebisingan dan getaran.

2. Waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh istirahat yang cukup untuk makan dan keperluan khusus lainnya.

3. Kesehatan umum pekerja harus baik dan selalu dimonitor, khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja yang cenderung mengalami kekurangan gizi dan menderita penyakit yang serius.

4. Disarankan pula agar kegiatan yang menegangkan dan beban kerja yang berat tidak terlalu lama.

5. Jarak tempat tinggal dan tempat kerja diusahakan seminimal mungkin dan bila perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya yaitu berupa pengedaan trasportasi bagi pekerja dari dan ketempat kerja. Diseyogyakan dalam rangka mencegah kelelahan kerja yang melebihi maka perlu disarankan agar jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja, masa kerja/ melaksanakaan tugas serta kembali ke tempat tinggal dari tempat kerja menghabiskan waktu kurang lebih 13 jam per hari kerja, sehingga terdapat cukup waktu untuk bersosialisasi dan melaksanakan kehidupan pribadi.

6. Pembinaan mental para pekerja di perusahaan secara teratur maupun berkala dan khusus perlu dilaksanakan dalam rangka stabilitas pekerja, dan harus ditangani secara baik di lokasi kerja. Fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat direncanakan secara baik dan berkesinambungan. Cuti dan liburan diberikan kepada pekerja dan dilaksanakan sebaik-baiknya.

7. Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu perlu diberikan, yaitu 7. Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu perlu diberikan, yaitu

8. Pekerja-pekerja bebas dari alkohol maupun obat-obatan yang membahayakan serta yang menimbulkan ketergantungan.

g. Pengukuran Derajat Kelelahan Kerja

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan kerja secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja (Tarwaka, dkk., 2004).

Menurut Granjean (1993) metode pengukuran tingkat kelelahan kerja ada beberapa cara, antara lain:

1. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu.

2. Uji Psiko-motor

Pada metode ini pengukuran yang digunakan adalah perhitungan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan.

3. Uji Fliker Fusion

Dalam kondisi yang lelah kemampuan tenaga kerja untuk melihat kedepan akan berkurang. Semakin lelah maka semakin panjang waktu yang tipe perasaan kelelahan secara subjektif

Subjective Self Rating test dari Industrial Fatique Research Committe (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan.

4. Uji mental

Pada uji ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan. Pengukuran tingkat kelelahan kerja pada penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja.

h. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja

Pengaruh antara shift kerja terhadap kelelahan kerja sangat erat sekali. Karena pola pembagian shift kerja yang kurang baik antara waktu satu dengan yang lain akan memicu terjadinya kelelahan kerja yang mana sangat membahayakan keselamatan bagi para pekerja. ILO 1983 menyatakan tingkat kecelakaan menurun tetapi tingkat keparahan kecelakaan naik 35% pada shift malam dibandingkan shift pagi dan sore. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Carpenter dan Camazian Pengaruh antara shift kerja terhadap kelelahan kerja sangat erat sekali. Karena pola pembagian shift kerja yang kurang baik antara waktu satu dengan yang lain akan memicu terjadinya kelelahan kerja yang mana sangat membahayakan keselamatan bagi para pekerja. ILO 1983 menyatakan tingkat kecelakaan menurun tetapi tingkat keparahan kecelakaan naik 35% pada shift malam dibandingkan shift pagi dan sore. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Carpenter dan Camazian

Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari pada umunya 6-10 jam. Sisanya (14-18 jam). Dipergunakan dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja tersebut biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan untuk terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidak puasan (Suma’mur, 2009).

Menurut Wicken (2004) kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatique adalah gangguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan gangguan pada cyrcardian rhythm akibat jet lag atau shift work.

Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan di mana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang Menurut Jarpadi (2002) gangguan tidur yaitu gangguan di mana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang

Keduanya dapat mengganggu irama tidur cyrcardian sehingga terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan pada fase REM.

Menurut Granjean (1993) sebagaimana kita ketahui, sejak dini tubuh kita sudah terpola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh kita aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk mengatur pola kerja dan istirahat, secara alamiah tubuh kita memiliki pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah a body clock atau cyrcardian rhythm. Internal timekeeper inilah yang mengatur berbagai aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua fungsi tubuh akan menurun dan timbulah rasa kantuk, sehingga kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar.

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Kerja pada Karyawan Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Shift kerja (pagi, malam)

Cyrcardian Rhythm

Fungsi Faal Tubuh

Kelelahan kerja

Faktor Internal

1. Jenis kelamin

2. Status Gizi

3. Usia

4. Masa kerja

Faktor Eksternal

1. Keadaan Lingkungan (penerangan dan kebisingan)

2. Beban kerja

3. Psikis

4. Sikap kerja

Gangguan Siklus Biologi Irama Tidur-Bangun

BAB III METODOLOGI PENDIDIKAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik observasional yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasar pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional karena variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) yang terjadi pada obyek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi saat yang sama (Sugiyono, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap I pada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, pada bulan Juli 2011.

C. Populasi Penelitian

Pada penelitian kali ini, populasi penelitian adalah perawat yang bekerja pada Instalasi Rawat Inap I yang berjumlah 288 orang. Kriteria inklusi populasi penelitian yaitu:

a. Umur pekerja yang berusia 20-35 tahun b.Masa kerja lebih dari 1 tahun

D. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Porbability Sampling yaitu dengan Sampling Kuota untuk menentukan jumlah kuota yang diinginkan agar mendapatkan jumlah populasi sampel yang diinginkan. Sebelum melakukan Sampling Kuota karena melihat banyaknya sample maka dilakukan Simple Random Sampling untuk menentukan kuota yang diinginkan oleh peneliti. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2004).

Simple Random Sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2004). Pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling pada penelitian ini peneliti mengunakan cara yaitu dengan mengambil daftar secara acak dari daftar hadir yang berada pada tempat kerja.

E. Sample Penelitian

Untuk sampel penelitian diambil dari jumlah populasi yang ada di Instalasi rawat Inap I yang berjumlah total 288 yang kemudian dilakukan criteria inklusi pada populasi penelitian maka diperoleh data sebanyak 192 pekerja, kemudian dilakukan teknik Non Probality Sampling dengan mengunakan Sampling Kuota untuk memperoleh sampel penelitian.

untuk memilih secara acak pekerja yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Maka diperolehlah sampel penelitian untuk shift pagi sebanyak 30 sampel orang shift pagi dan 30 sampel orang pada shift malam. Dengan jumlah total sampel yaitu 60 pekerja yang berada pada Instalasi rawat Inap I RSUP Yogyakarta.

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1.Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift kerja

2.Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja.

3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : usia, jenis kelamin, status gizi, masa kerja, beban kerja, sikap kerja, penerangan, kebisingan.

G. Definisi Oprasional Variabel Penelitian

1. Shift kerja Shift kerja adalah kerja yang dibagi dalam tiga waktu kerja dan terdiri dari tiga kelompok kerja, yaitu :

a. Shift pagi Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada pagi hari dimulai dari pukul 07.00-14.00 WIB.

b. Shift malam Waktu kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pada malam hari dimulai dari pukul 22.00-07.00 WIB Skala pengukuran : Nominal

2. Kelelahan Kelelahan adalah pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh akibat melakukan suatu pekerjaan yang meliputi sensasi kelelahan, motivasi, aktivitas mulai turun sampai tidak kuat lagi bekerja. Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran

: nominal

Kategori : 0 = lelah (jumla skor kuesioner antara 0-42) 1= tidak lelah (jumlah skor kuesioner antara 43-85).

H. Desain Penelitian

Gambar 2. Desain Penelitian

I. Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kelelahan subjek penelitian yang dibuat oleh Setyawati pada tahun 1994 yang telah diuji validitasnya.

2. Alat tulis

Lelah

Populasi (N)

Tidak lelah

Tidak lelah

Shift malam

Lelah

Shift pagi

Subjek (n)

Chi-Square test

Simple Random Sampling

J. Teknik Pengolahan Data