PERANCANGAN ALAT PEMBUAT SENGKANG DENGAN METODE QFD DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

METODE QFD DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

(Studi Kasus : UD. SIDOMAKMUR)

Skripsi PENDY ARDIANSAH

I 1307049

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Pendy Ardiansah, NIM:I1307049. PERANCANGAN ALAT PEMBUAT SENGKANG DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Maret 2012.

Sengkang merupakan bagian penting dalam pembuatan pondasi cakar ayam yang berbentuk persegi atau persegi panjang dengan ukuran tertentu yang terbuat dari baja tulangan. Fasilitas yang digunakan dalam pembuatan sengkang di UD. SIDOMAKMUR adalah bangku kecil untuk duduk pekerja dan alat tekuk hanya dicekam ragum. Posisi duduk dengan fasilitas kerja yang ada menimbulkan keluhan bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alat yang dapat mengurangi keluhan pekerja dan metode QFD dan pendekatan anthropometri.

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu penentuan VOC, penentuan GAP, penentuan karakteristik teknis, pembuatan HOQ, pengembangan alternatif, penentuan data anthropometri, desain produk & pembuatan prototype dan uji coba alat.

Penelitian ini menghasilkan alat pembuat sengkang yang terdiri dari meja tekuk yang terbuat dari bahan besi, meja bersifat portable, dengan fitur tambahan berupa wadah potongan baja tulangan dan bangku dengan rangka bahan besi, alas duduk bahan jok berpori dengan ketebalan busa 4 cm. Setelah dilakukan uji coba dilakukan wawancara dan hasilnya dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan produk hasil rancangan lebih baik dibandingkan dengan produk yang lama Sedangkan dari pengisian kuesioner tingkat kepuasan pengguna diperoleh nilai GAP yang semakin menurun dari rata-rata GAP awal -0,64 menjadi 0,37 yang artinya bahwa kebutuhan dan keinginan pengguna semakin terpenuhi.

Kata kunci : Pembuat Sengkang, Quality Function Deployment, Antropometri, Suara Konsumen xvi + 67; 31 gambar; 20 tabel; 22 lampiran; Daftar Pustaka: 17 (1986-2008)

Pendy Ardiansah, NIM: I1307049. DESIGN OF RING BALK MAKER TOOL WITH QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT METHOD AND ANTHROPOMETRIC APPROACH. Surakarta: Department of Industrial Engineering Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, Maret 2012.

Ring balk is an important part in making sloof foundation that have the form of square or rectangle with a certain measure of reiforcing steel. Facilities used in the manufacture of ring balk in UD. SIDOMAKMUR is a small bench to sit for workers and bending tool vise grip only. Sitting position with the existing work facilities cause complaints for workers. This research aims to design a tool that can reduce workers complaint and QFD method and anthropometric approach.

This research consists of several stages that is the determination of VOC, the determination of GAP, the determination of technical characteristics, manufacturing HOQ, alternative development, the data determining anthropometric, product design and testing tools.

This research produced ring balk maker tool which consist of bending table that made of iron, table that have quality of portable, with additional feature of the container pieces of reinforcing steel and iron bench frame material, the seat cushion porous material with a thickness of 4 cm foam. After the trial an interview were conducted and the result can be concluded that, overall, the product's design is better than the old product while from filling out the questionnaire level of user satisfaction obtained GAP diminishing value of the average initial GAP -0.64 to

0.37 which means that the user's needs and desires getting fullfiled

Keywords: Tool Maker Ring Balk Maker, Quality Function Deployment, Anthropometric, Voice of Customers Xvi + 67; 33 images; 25 tables; attachments; Bibliography: 22 (1987-2010)

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, uswatun khasanah kita yang mengajarkan kebenaran dan kebaikan.

Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Kusno Adi Sambowo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Irwan Iftadi, M.Eng. dan Bapak Taufiq Rochman, STP., M.T. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ilham Priyaditama, S.T., M.T. dan Ibu Dr. Ir. Susi Susmartini, MSIE. selaku dosen penguji yang berkenan memberikan saran, masukan dan perbaikan terhadap skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas setiap doa yang terucap, kasih sayang yang tercurah, perhatian dan dukungannya selama ini.

6. UD.SIDOMAKMUR yang mengijinkan saya melakukan penelitian.

7. Keluarga besar di Nganjuk terima kasih atas doa, perhatian, bantuan, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Para staff dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Teknik Industri angkatan 2007 Reguler dan Nonreguler yang telah bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan studi Strata 1. Semoga kekompakan dan kebersamaan kita selalu terjaga.

10. Adik-adik angkatan 2008 dan 2009 yang turut memberi doa dan semangat 10. Adik-adik angkatan 2008 dan 2009 yang turut memberi doa dan semangat

12. Teman-teman di twitter, facebook, blogspot dan kaskus, terima kasih atas doanya selama ini.

13. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun.

Surakarta, 19 Februari 2012

Penulis

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini, tujuan, manfaat, batasan masalah dan asumsi dari penelitian yang dilakukan serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.

1.1 LATAR BELAKANG

UD. SIDOMAKMUR adalah sebuah usaha kecil yang membuat sloof pondasi, pondasi cakar ayam, pagar, dan sengkang. Sengkang adalah steel wire dengan panjang tertentu yang dibentuk dengan ukuran tertentu berupa persegi maupun persegi panjang dan merupakan bagian dari sloof pondasi dan merupakan salah satu komponen yang penting dalam membuat bangunan. Dalam pembuatan produk oleh pekerja masih menggunakan alat-alat manual. UD. SIDOMAKMUR memiliki tiga orang karyawan, ketiga karyawan tersebut mempunyai tugas bergantian dalam pembuatan sengkang, terkadang dua orang membuat sengkang satu orang menunggu di depan untuk melayani pelanggan hal ini dilakukan bergantian dan pekerja yang ada di UD. SIDOMAKMUR selalu berganti ada yang keluar kemuadian ada yang masuk.

Tingkat produksi pembuatan sengkang kurang lebih 4000 dengan waktu kurang lebih 5,5 jam/hari. Keluhan yang yang dirasakan pada pekerja yaitu pada leher, punggung bagian bawah, lengan, pantat dan kaki yang didapat dari responden ada 28 keluhan. Alat untuk membuat sengkang ada dua, pekerja membuat sengkang dengan posisi duduk. Fasilitas yang digunakan dalam pembuatan sengkang adalah bangku kecil untuk duduk pekerja dan alat tekuk hanya dicekam ragum, ragum merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencekam suatu benda kerja. Dalam penelitian ini masalah yang diteliti hanya dilakukan pada pembuatan sengkang karena frekuensi membuat sengkang lebih dominan dari kegiatan lainya hal ini dapat ditunjukan dengan banyaknya permintaan sengkang di pasaran.

Bangku yang digunakan saat ini adalah bangku dari bahan kayu dan Bangku yang digunakan saat ini adalah bangku dari bahan kayu dan

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa bangku dan alat yang digunakan untuk menekuk steel wire menjadi sengkang sekarang masih menimbulkan rasa tidak nyaman saat bekerja serta mengakibatkan keluhan sakit pada anggota tubuh pekerja. Posisi kerja yang dimaksud adalah pada saat bekerja pekerja tidak merasa nyaman dengan bangku dan posisi alat yang digunakan saat ini.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya perancangan alat pembuat sengkang yang digunakan pekerja di UD. SIDOMAKMUR yang terdiri dari meja tempat tekuk dan bangku agar diperoleh kinerja yang baik, dengan merancang alat pembuat sengkang yang nyaman sesuai dengan kondisi kerja operator.

Metode Quality function deployment (QFD) adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perencanaan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapablitas suatu produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Delgado, 2003). QFD merupakan metode yang tepat bila digunakan dalam memberikan solusi pada masalah yang ada karena dalam pembuatan suatu rancangan, QFD mengidentifikasi kebutuhan dan harapan dari pengguna.

Perancangan alat pembuat sengkang pada penelitian ini akan menggunakan pendekatan anthropometri untuk mendapat ukuran yang sesuai dan metode QFD sehingga sesuai dengan harapan konsumen.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, perumusan permasalahannya adalah bagaimana merancang alat pembuat sengkang dengan menggunakan pendekatan anthropometri dan dengan metode QFD.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang alat pembuat sengkang pada stasiun kerja dengan pendekatan anthropometri dan dengan metode QFD sehingga, dapat mengurangi keluhan pekerja.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu dihasilkan alat pembuat sengkang sehingga, nyaman digunakan saat kerja.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada, maka perlu adanya batasan-batasan sebagai berikut :

1. Diameter steel wire yang digunakan adalah ukuran 6, 8 dan 12 mm.

2. Alat pembuat sengkang yang dirancang terdiri dari meja dan bangku.

1.6 ASUMSI

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Data anthropometri yang digunakan adalah data yang diambil dari buku data antrophometri.

2. Beban penekukan steel wire dianggap sama.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teori, landasan konseptual dan informasi yang diambil dari literatur yang ada. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum UD. SIDOMAKMUR, ergonomi, anthropometri, dan perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah sampai dengan penarikan kesimpulan.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan dalam proses pengolahan data dan hasil pengolahannya yang digunakan sebagai rekomendasi usulan perancangan meja dan bangku pembuatan sengkang.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa serta saran-saran yang diperlukan.

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam bab ini antara lain tentang sejarah umum perusahaan, konsep ergonomi, dan anthropometri.

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

UD. SIDOMAKMUR yang dikelola oleh keluarga ini dipimpin langsung oleh bapak Joko Handoyo. Usaha yang dirintisnya bergerak dibidang penyediaan bahan bangunan.

2.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan

Gambar 2.1 Papan Nama UD. SIDOMAKMUR

UD. SIDOMAKMUR mulai dibangun/berdiri pada tahun 1998 dan diresmikan pada tanggal 16 Juli 1998. Adapun susunan pengurus perusahaan pada waktu itu.

1. Bp. Joko Handoyo yang memegang jabatan sebagai Pemilik usaha.

2. Ibu Warsini yang memegang jabatan sebagai Administrasi. Pada tahun 1997 terjadi pelimpahan kepemilikan tanah kepada bapak Joko Handoyo sebagai ahli waris. Tanah tersebut yang terletak dipinggir jalan raya 2. Ibu Warsini yang memegang jabatan sebagai Administrasi. Pada tahun 1997 terjadi pelimpahan kepemilikan tanah kepada bapak Joko Handoyo sebagai ahli waris. Tanah tersebut yang terletak dipinggir jalan raya

Jenis usaha UD. SIDOMAKMUR adalah bergerak dibidang penyediaan bahan bangunan adapun produk yang dibuat yaitu sloof pondasi, cakar ayam, pagar , dan sengkang.

UD. SIDOMAKMUR merupakan jenis usaha yang mendistribusikan produknya keberbagai toko baja di wilayah tersebut. Hasil produksi UD. SIDOMAKMUR ada yang di stock dan ada yang berdasarkan permintaan pelanggan.

2.1.2 Lokasi Perusahaan

UD. SIDOMAKMUR terletak atau berlokasi Watu Bonang jalan Solo- Watu Kelir, Tawang Sari Sukoharjo yang mempunyai panjang 14 m dan lebar 10 m untuk bagian dalam. Adapun batas-batas wilayah UD. SIDOMAKMUR sebagai berikut :

1. Sebelah barat berbatasan dengan oleh Perumahan dan ladang.

2. Sebelah utara berbatasan dengan oleh Tempat usaha lain.

3. Sedangkan sebalah timur berbatasan dengan Rumah warga.

4. Sedangkan sebalah Jalan Raya Solo Watu Kelir.

2.1.3 Proses Produksi

A. Bahan Baku

Di dalam proses produksi di UD. SIDOMAKMUR menggunakan beberapa jenis steel wire dengan berbagai macam ukuran. Dalam pembuatan sengkang memerlukan steel wire ukuran 12 mm.

B. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di UD. SIDOMAKMUR meliputi :

1. Proses Pemotongan Steel wire

Di dalam proses pemotongan steel wire ini dilakukan di stasiun pemotongan. Untuk memotong baja digunakan alat potong yang masih manual yaitu alat tekuk dan penekuk yang dikerjakan oleh operator. baja dipotong dengan ukuran 60 cm untuk ukuran 12 mm untuk stock produk karena paling banyak Di dalam proses pemotongan steel wire ini dilakukan di stasiun pemotongan. Untuk memotong baja digunakan alat potong yang masih manual yaitu alat tekuk dan penekuk yang dikerjakan oleh operator. baja dipotong dengan ukuran 60 cm untuk ukuran 12 mm untuk stock produk karena paling banyak

2. Proses Penekukan Baja

Dalam proses penekukan steel wire ini dilakukan stasiun pembentukkan. Untuk menekuk steel wire menjadi sengkang digunakan alat bantu penekukan yang bisa dibuat sendiri. Dalam proses ini dilakukan empat kali penekukan dalam satu steel wire yang sudah dipotong-potong sehingga akan berbentuk persegi panjang.

3. Proses Pengecekan Sengkang

Dalam proses pengecekan ini dilakukan dalam stasiun finishing. Proses ini menggunakan alat bantu berupa empat steel wire yang telah ditata membentuk persegi empat kemudian dimasukan ke dalam sengkang. Hal ini dilakukan agar bentuk sengkang sama.

2.1.4 Hasil Produksi

Setelah proses produksi dari pemotongan, penekukan dan pengecekan sengkang agar sama panjang dan lebarnya didapat hasil akhir produksi yang siap untuk dipasarkan. Berikut di bawah adalah gambar hasil produksi sengkang.

Gambar 2.2 Hasil Produksi Sengkang

2.2 LANDASAN TEORI

Pada sub bab ini akan dijelaskan teori-teori yang mendukung penelitian ini

Ergonomi adalah desain tempat kerja, peralatan dan perlengkapan, serta lingkungan kerja agar sesuai dengan manusianya (Grandjean, 1986). Menurut Nurmianto (2008) ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.

Tujuan penyerasian ini adalah untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya. Hal ini terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaan. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan perancangan produk (design) atau perancangan ulang (redesign) (Nurmianto, 2008).

Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja (Nurmianto, 2008).

2.2.2 Tujuan Ergonomi

Tarwaka dan Lilik (2004) mengatakan tujuan ergonomi secara umum adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

kerjanya secara optimal. Batas atas usia produktif menurut surat keputusan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha adalah 58 tahun.

Sedangkan menurut Grandjean (1986) tujuan ergonomi adalah meningkatkan produksi dan efisiensi proses, yang kedua mengurangi resiko cedera pada manusianya.

2.2.3 Sikap Duduk

Duduk memerlukan sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru akan menjadi penyebab adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan mencapai 140%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).

Posisi duduk dapat dibedakan menjadi posisi duduk di kursi pada umumnya dan posisi duduk dilantai seperti sila dan simpuh. Posisi duduk dilantai dapat dibedakan berdasar postur tubuh condong ke depan, condong ke belakang, dan tegak (Sutalaksana, 2000). Posisi duduk di lantai dengan badan tegak memberikan tekanan kompresi yang kecil pada piringan punggung, namun demikian sikap ini membutuhkan kerja statis sejumlah otot untuk mengkompensasi pelvis (pinggul) ke belakang. Selain itu posisi duduk dilantai terutama duduk bersila memberikan beban otot terutama otot punggung bagian bawah (otot erector spinae) yang lebih besar dibanding duduk di kursi. Akibatnya otot menjadi tegang dan lama-lama akan menimbulkan kelelahan pada otot (McCormick, 1987).

Perlunya dirancang kursi rendah adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung di atas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha. Kebanyakan dari berat badan dipindahkan melalui Ischial Tuberositas yaitu tulang yang menonjol pada bagian pantat. Sedangkan berat kaki ditopang oleh seluruh Perlunya dirancang kursi rendah adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung di atas lantai dan menghindari tekanan pada sisi bagian bawah paha. Kebanyakan dari berat badan dipindahkan melalui Ischial Tuberositas yaitu tulang yang menonjol pada bagian pantat. Sedangkan berat kaki ditopang oleh seluruh

Ischial Tuberositas adalah tulang duduk yang menonjol ketika kita berada pada posisi duduk. Tulang tersebut berfungsi untuk menopang berat tubuh.

Gambar 2.3 Ischial Tuberositas

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

Berikut ini adalah bagian-bagian yang harus diperhatikan jika terdapat keluhan pada punggung bawah:

Gambar 2.4 Bagian Tubuh Yang Perlu Diperhatikan Bila Terjadi Keluhan Punggung Bagian Bawah

Sumber: Wignjosoebroto (2000)

Gejala nyeri punggung dapat bervariasi pada tiap orang, meliputi sakit dan kaku pada otot, kebas (mati rasa), serta kesemutan. Nyeri punggung dapat menjalar ke bagian tubuh lain, seperti bokong, tungkai, dan kaki. Selain posisi duduk, lama duduk juga akan berpengaruh pada masalah punggung. Berdasarkan penelitian Samara (2004) duduk terlalu lama lama mengakibatkan ketegangan dan keregangan ligamentum dan otot tulang belakang sehingga mengakibatkan nyeri pada punggung bawah (NPB). Nyeri punggung bawah berkaitan dengan lama Gejala nyeri punggung dapat bervariasi pada tiap orang, meliputi sakit dan kaku pada otot, kebas (mati rasa), serta kesemutan. Nyeri punggung dapat menjalar ke bagian tubuh lain, seperti bokong, tungkai, dan kaki. Selain posisi duduk, lama duduk juga akan berpengaruh pada masalah punggung. Berdasarkan penelitian Samara (2004) duduk terlalu lama lama mengakibatkan ketegangan dan keregangan ligamentum dan otot tulang belakang sehingga mengakibatkan nyeri pada punggung bawah (NPB). Nyeri punggung bawah berkaitan dengan lama

Berdasarkan ilmu ergonomis, posisi duduk yang benar adalah duduk dengan sandaran dan posisi kepala tegak. Bekerja dalam posisi duduk dengan sandaran memberikan keuntungan yakni mengurangi kelelahan pada kaki, mengurangi pemakaian energi dan mengurangi beban kerja otot punggung bawah. Sandaran punggung harus sesuai pada daerah lumbar yang dapat membantu memperlambat timbulnya kelelahan dan menambah kestabilan ketika duduk di lantai (Sutalaksana, 2000 ; Nurmianto, 2008 ; Panero dan Zelnik, 2003 ).

Hasil penelitian Branton dalam Panero dan Zelnik (2003) menyatakan bahwa sistem penyangga dua titik yang dibentuk oleh tuberositas tidaklah stabil. Alas duduk saja tidak cukup untuk menjaga keseimbangan. Secara teoritis telapak kaki dan punggung harus dapat bersentuhan dengan permukaan lain selain alas duduk agar dapat memperoleh keseimbangan. Penambahan penyangga lumbar dapat mengurangi usaha otot yang diperlukan untuk menjaga suatu sikap duduk yang kaku atau tegang. Sandaran punggung yang dirancang dengan baik akan berpengaruh besar dalam meningkatkan kenyamanan. Bentuk sandaran punggung sedapat mungkin mendekati bentuk (kontur) tulang punggung khusunya lumbar.

2.3 Anthropometri

2.3.1 Definisi Anthropometri

Anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto, 2008). Sedangkan menurut Tarwaka dan Lilik (2004) anthropometri adalah studi tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat komplek, harus selalu berpedoman kepada antropometri pemakainya. Menurut Tarwaka dan Lilik (2004) kriteria antropometri untuk penerapan ergonomi dibedakan menjadi antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan posisi statis atau diam. Antropometri statis ini meliputi dimensi otot rangka atau skeletal yaitu antara pusat sendi (siku dengan pergelangan tangan) atau dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh (kedalam atau tinggi duduk). Beberapa contoh pengukuran antropometri statis adalah tinggi dan berat badan, tinggi siku duduk dari tempat duduk, panjang, lebar, tinggi dan tebal anggota tubuh tertentu.

Sedangkan antropometri dinamis dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan. Antropometri dinamis termasuk juga pengukuran kisaran gerakan untuk variasi sendi, tenaga injak pada kaki kekuatan jari menggenggam.

2.3.2 Data Antrpometri

Tabel 2.1 Data Antrophometri

No Dimensi Tubuh

X 95% SD

1. Tinggi siku duduk

2. Tinggi lutut

3. Rentang tangan

4. Jangkauan tangan kedepan

5. Tinggi lipat lutut (popliteal)

6. Tebal paha

7. Lebar bahu

8. Pantat popliteal

9. Sudut putaran kaki kebelakang

21 Sumber : ( Nurmianto, 2008)

Berikut ini anthropometri yang diperlukan untuk perancangan tempat duduk:

Gambar 2.5 Anthropometri Perancangan Kursi

Sumber: Panero dan Zelnik (2003)

Keterangan :

A = Tinggi lipatan dalam lutut

B = Jarak pantat-lipatan dalam lutut

C = Tinggi siku posisi istirahat

D = Tinggi bahu

E = Tinggi duduk normal

F = Rentang antar siku

G = Rentang panggul

H = Rentang bahu

I = Tinggi lumbar Sutalaksana (2000) menyatakan anthropometri yang digunakan untuk

perancangan kursi duduk sila adalah:

1. Jarak lutut ke lutut : menentukan lebar alas duduk bagian depan

2. Lebar pinggul : menentukan lebar sisi belakang pinggul

3. Jarak pantat ke ujung jari kaki: kedalaman alas

4. Tinggi pusar : tinggi sisi bagian bawah sandaran

5. Tinggi bagian bawah tulang belikat : tinggi sisi bagian atas sandaran

6. Tinggi bagian bawah tulang belikat dikurangi tinggi pusar : panjang sandaran

Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas keja akan dibuat. Menurut Wignjosoebroto (2000) agar rancangan produk nantinya dapat sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu, sebagai berikut:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim,

rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:

a. Sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Agar memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan cara, yaitu:

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti persentil ke-90, ke-95 atau ke-99. Contoh konkrit pada kasus ini dapat dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.

b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang paling rendah (persentil ke-1, ke-5 atau ke-10) dari distribusi data antropometri. Hal ini diterapkan sebagai contoh dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kendali yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja. Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai persentil ke-5 untuk dimensi maksimum dan persentil ke-95 untuk dimensi minimumnya.

2. Prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu, rancangan dapat diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

sesuai dengan yang diinginkan. Kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini, maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai persentil ke-5 sampai dengan ke-95.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata, rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata. Produk dirancang dan dibuat untuk manusia yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang

nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension,

3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut,

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata,

5. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai persentil yang lain yang dikehendaki,

6. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.

produk sesuai dengan ukuran dimensi tubuh penggunanya. Dengan adanya variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia secara perorangan, maka besar nilai rata-rata menjadi tidak begitu penting bagi perancang, hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada. Secara statistik ukuran tubuh manusia pada suatu populasi tertentu akan terkonsentrasi pada nilai tengah dan suatu bagian kecil dari suatu ekstrim akan berada di kedua sisi kurva distribusi (Panero dan Zelnik, 2003).

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi di bagian tengah grafik. Berdasarkan hal tersebut maka sebagian besar data anthropometri dinyatakan dalam persentil. Arti dari persenti sendiri adalah dapat digambarkan dengan satu populasi dibagi dalam seratus kategori prosentase yang diurutkan dari ukuran terkecil sampai terbesar dari ukuran tubuh tertentu. Definisi persentil sebenarnya sederhana saja. Misal data berat badan pilot dengan persentil pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih besar daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya, dan dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar (Panero dan Zelnik, 2003).

Pada setiap ukuran tubuh seseorang hanya ada satu ukuran persentil saja. Misalnya seseorang pada ukuran tinggi tubuhnya memakai persentil 95 %, maka untuk tinggi lutut bisa saja memakai persentil 40 %, dan panjang lengannya memakai persentil 60 %.

Tabel 2.2 Percentil dan kalkulasi

X + 2,58 ϭ x

99 th

X + 2,32 ϭ x

97,5 th

X + 1,95 ϭ x

95 th

X + 1,65 ϭ x

90 th

X + 1,28 ϭ x

80 th

X + 0,84 ϭ x

X – 0,52 ϭ x

25 th

X – 0,67 ϭ x

20 th

X – 0,84 ϭ x

10 th

X – 1,28 ϭ x

5 th

X – 1,65 ϭ x

3 th

X – 1,88 ϭ x

2.5 th

X – 1,95 ϭ x

1 st

X – 2,32 ϭ x

0.5 X – 2,58 ϭ x

Sumber: Tarwaka dan Lilik (2004)

Contoh penerapan perhitungan persentil, misalnya tinggi badan seorang pria dewasa terdistribusi normal dengan mean X adalah 1745 mm dan SD 69 mm. Tinggi 95 persentilnya adalah sebagai berikut:

= X + 1,65 SD = X + 1,65 (69) = 1859 mm

2.4 Quality Function Deployment

2.4.1 Definisi Quality Function Deployment

Pada rancang bangun suatu produk industri, upaya yang harus dilakukan adalah penyesuaian interaksi antarmanusia sebagai pengguna dengan peralatan atau produk itu sendiri. Penjelasan tersebut dalam kaitannya dengan penggunaan ergonomi. Untuk melaksanakan hal-hal tersebut terdapat dua pendekatan yang dapat dijalankan yaitu dengan pendekatan konseptual artinya menerapkan upaya tersebut pada saat tahapan desain. Pendekatan yang kedua adalah dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ergonomi tentang kemampuan gerakan-gerakan manusia pada saat pengoperasian. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendekatan atau pemanfaatan ergonomi ini lebih banyak untuk menjembatani Pada rancang bangun suatu produk industri, upaya yang harus dilakukan adalah penyesuaian interaksi antarmanusia sebagai pengguna dengan peralatan atau produk itu sendiri. Penjelasan tersebut dalam kaitannya dengan penggunaan ergonomi. Untuk melaksanakan hal-hal tersebut terdapat dua pendekatan yang dapat dijalankan yaitu dengan pendekatan konseptual artinya menerapkan upaya tersebut pada saat tahapan desain. Pendekatan yang kedua adalah dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ergonomi tentang kemampuan gerakan-gerakan manusia pada saat pengoperasian. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendekatan atau pemanfaatan ergonomi ini lebih banyak untuk menjembatani

QFD adalah suatu proses dimana kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai konsumen diterjemahkan ke dalam ketentuan-ketentuan teknis. QFD pertama kali dikembangkan di perusahaan Jepang pada tahun 1970 an. Salah seorang tokoh penemu metode ini adalah Dr. Yoji Akao (Smith, 2006). Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep metode ini dibawa ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox. Semenjak itu metode QFD digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993).

Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan (Voice of Customer). QFD menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perancang. Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan atau membutuhkannya. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD juga merupakan praktek menuju perbaikan proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya.

Validitas dari metode QFD dapat dikatakan sudah teruji untuk menggambarkan apa yang menjadi keinginan pengguna terhadap suatu produk. Selain itu dapat diintegrasikan dalam bidang ergonomi. Dimulai dengan analisis Validitas dari metode QFD dapat dikatakan sudah teruji untuk menggambarkan apa yang menjadi keinginan pengguna terhadap suatu produk. Selain itu dapat diintegrasikan dalam bidang ergonomi. Dimulai dengan analisis

2.4.2 Pengumpulan Data Voice Of customer

Tahap awal yang dilakukan dalam metode QFD adalah identifikasi kebutuhan pelanggan. Proses identifikasi kebutuhan pelanggan meliputi pengumpulan data mentah dari pelanggan, interpretasi data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, membuat hierarki kebutuhan pelanggan, menetapkan kepentingan relative setiap kebutuhan.

Pada dasarnya langkah awal dari metode QFD adalah untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pengguna terhadap suatu produk atau jasa. Kebutuhan dan keinginan pengguna itulah yang disebut dengan voice of customer.

Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) tujuan dari identifikasi kebutuhan pelanggan adalah meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan (eksplisit), menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk, menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan yang terlupakan.

Pengumpulan data yang dilakukan harus mencakup kontak langsung dengan pengguna. Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) metode yang dapat digunakan antara lain:

a. Wawancara: Satu atau beberapa orang tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan dengan pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan pada lingkungan pelanggan dan berlangsung sekitar satu sampai dua jam.

b. Kelompok Fokus: Diskusi ini biasanya dilakukan dengan bantuan moderator. Pelanggan yang berjumlah delapan sampai duabelas orang ditempatkan pada suatu ruangan.

c. Observasi Produk Pada Saat Digunakan: Mengamati pelanggan menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi kebutuhan pelanggan yang penting.

Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara, Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara,

2.4.3 Penyebaran Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu alat pengumpul data yang merupakan alat komunikasi antara peneliti dengan responden, berupa daftar pertanyaan yang dibagikan oleh peneliti untuk diisi oleh responden, yang kemudian akan diubah dalam bentuk angka, analisa statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian.

Dalam metode QFD, kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan pengguna, tingkat penilaian pengguna dan tingkat harapan pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna terhadap atribut-atribut dari suatu produk berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk perancangan. Untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:

1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam perancangan.

2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam perancangan.

3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam perancangan.

4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan.

5 = Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan. Selanjutnya adalah kuesioner tingkat penilaian pengguna. Tingkat penilaian pengguna adalah persepsi pengguna terhadap alat bantu duduk pesinden yang

1 = Tidak Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap tidak bagus.

2 = Kurang Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap kurang bagus.

3 = Cukup Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap cukup bagus.

4 = Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap bagus.

5 = Sangat Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap sangat bagus. Sedangkan kuesioner tingkat harapan pengguna adalah harapan pengguna terhadap alat bantu duduk pesinden. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:

1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan suatu produk.

2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam perancangan suatu produk.

3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan suatu produk.

4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.

5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam perancangan suatu produk.

2.4.4 Pegolahan Data House of Quality (HOQ)

Struktur dasar Quality Function Deployment ini meliputi konstruksi dari satu atau lebih matrik yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut House Of Quality (HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam Quality Function Deployment. House Of Quality adalah sebuah matriks yang Struktur dasar Quality Function Deployment ini meliputi konstruksi dari satu atau lebih matrik yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian pertama dari matriks-matriks tersebut adalah yang disebut House Of Quality (HOQ), yang merupakan alat pokok yang digunakan di dalam Quality Function Deployment. House Of Quality adalah sebuah matriks yang

Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:

1. Matrik perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan, customer satisfaction performance , tingkat harapan dan perhitungan GAP.

a. Tingkat kepentingan: menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi pelanggan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

DKepentingan = …………………… 2.1

DKepentingan = derajat kepentingan responden ke-i n = jumlah responden

b. Customer satisfaction performance Merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik produk yang ada saat ini dalam memuaskan pelanggan. Tingkat kepuasan diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

DKepuasan = ……………………..2.2 DKepuasan = derajat kepuasan responden ke-i

n = jumlah responden

c. Harapan Pengguna Merupakan harapan pengguna terhadap produk yang akan dirancang berdasarkan atribut yang telah dibangun.

n Σ D Kepentingan

i=1

n Σ D Kepuasan

i=1

DHarapan = ……………………2.3

d. GAP merupakan selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut suatu produk. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

GAP = …………2.4

2. Penentuan Karakteristik Teknis : langkah yang harus ditempuh oleh pihak perancangan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

3. Hubungan What dan How Matrik hubungan what dan how merupakan matrik hubungan antar voice of customer dan karakteristik teknisnya. Hubungan tersebut menunjukkan seberapa jauh pengaruh respon teknis dalam menangani dan mengendalikan kebutuhan pengguna. Untuk mempermudah menggambarkan matrik maka digunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Simbol Matrik Hubungan

Simbol

Pengertian

Nilai Numerik

Kosong

Tidak ada hubungan Hubungan lemah Hubungan sedang Hubungan kuat

Sumber: Wasserman (1993)

4. Hubungan antar karakteristik teknis : Matrik hubungan antar karakteristik teknis biasa disebut korelasi teknis. Matrik korelasi ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana atribut teknis yang satu mempengaruhi atribut teknis yang lain.

n Σ D Harapan

i=1

n Σ D Kepuasan

i=1

n Σ D Harapan

i=1

Pengaruh positif sangat kuat Pengaruh positif kuat Tidak ada pengaruh Pengaruh negatif kuat Pengaruh negatif sangat kuat

Sumber: Wasserman (1993)

5. Penentuan bobot karakteristik teknis Nilai kepentingan teknik atau bobot teknik digunakan untuk mengetahui masing-masing atribut sehingga dapat diketahui atribut mana yang memiliki nilai. Perhitungan bobot karakteristik teknis dilakukan dengan rurmus sebagai berikut:

    i i i H Bt Kt …………………………..………………..2.5 Bt i = Bobot karakteristik teknis i.

Kt i = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik teknis i.

H i = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan karakteristik teknis i (how).

Gambar 2.6 House Of Quality

Sumber: Sumber: Franceschini (2002)

Menurut Smith (2006) kelebihan dari metode QFD adalah dapat mengurangi waktu desain sebesar 40 % dan biaya desain sebesar 60 % secara bersamaan dengan dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas desain. Selain itu ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari QFD yaitu fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada kerja sama tim, dan orientasi pada dokumentasi. Adapun manfaat dari metode QFD adalah memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan, dan mengutamakan kegiatan-kegiatan desain dengan memastikan bahwa proses desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti sehingga tidak memakan waktu yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses rancang ulang produk secara keseluruhan.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian tentang usulan perancangan alat pembuat sengkang dengan menggunakan metode Quality function deployment (QFD). Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Mulai

Penentuan atribut VOC (Voice of Customers) (Wawancara+Quisioner)

Observasi Lapangan

Penentuan Tingkat Kepentingan, Harapan, Penilaian Konsumen, GAP

Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot

Pembuatan House of Quality

Pengembangan Alternatif dan Pemilihan Alternatif

Penentuan Data Anthropometri dan Penetapan Persentil

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (Lanjutan)

3.1 Observasi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi kerja dan proses kerja yang sesungguhnya, proses kerja dapat digambarkan dalam bentuk tabel berupa kumpulan elemen gerak yang dapat menjelaskan secara mendetail proses kerja pembuatan sengkang.

3.2 Penentuan atribut (VOC)

Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan yang memerlukan waktu dan ketrampilan untuk mendengarkan. Proses QFD membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribuut dari suatu produk atau jasa.

Langkah ini bertujuan untuk menentukan atribut-atribut usulan rancangan desain alat pembuat sengkang berdasarkan keluhan dan kebutuhan responden. Dalam penentuan atribut dilakukan pengumpulan data-data kualitatif untuk membuat keputusan perancangan sesuai dengan kebutuhan konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari konsumen. Untuk mengumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan wawancara dan penyebaran quisioner sebagai pendukung dilakukan penyebaran quisioner nordic body map untuk membangkitkan atribut yang diharapkan pekerja.

A Desain Produk

Pembuatan Prototipe

Pembuatan Alat dan Uji Coba Produk

Selesai

responden (Siswiyanti dan Jono, 2007). Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang persepsi, keluhan dan harapan responden terhadap alat pembuat sengkang yang akan dirancang. Wawancara dan diskusi dilakukan langsung kepada pekerja pembuatan sengkang. Wawancara dilakukan pada masing-masing pekerja dan dilakukan pengambilan foto. Dari hasil wawancara nantinya akan diperoleh informasi tentang persepsi dan keluhan responden mengenai fasilitas bangku dan alat yang akan dirancang.

3.3 Penentuan Tingkat Kepentingan, Harapan, Penilaian Konsumen dan GAP

Langkah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting suatu atribut dalam mendesain suatu produk, mengetahui penilaian responden terhadap produk yang sudah ada sekarang berdasar atribut dan mengetahui harapan pengguna terhadap produk yang akan didesain berdasar atribut.

Untuk mengetaui informasi mengenai tingkat kepentingan, penilaian dan harapan responden digunakan suatu alat bantu yaitu kuisioner. Kuisioner dirancang dengan memasukan atribut-atribut sebagai pilihan dalam pertanyaan dan skala 1-5 untuk pemberian skor. Langakah selanjutnya adalah penyebaran kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan pada sejumlah sampel responden yang diwawancara.

Setelah penyebaran kuisioner, maka dilakukan perhitungan tingkat kepentingan, penilaian dan harapan responden terhadap masing-masing atribut kebutuhan untuk membuat matrik perencanaan.

1. Tingkat kepentingan: persepsi responden terhadap atribut-atribut dari usulan rancangan alat pembuat sengkang yang ergonomis berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk usulan perancangan. Dihitung dengan menggunakan rumus persamaan 2.1