SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIA

M.ELKA- MR.UM.008.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BI DANG KEAHLI AN TEKNI K ELEKTRONI KA PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K AUDI O VI DI O MENGUASAI PENGGUNAAN ALAT/ PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

DI REKTORAT PEMBI NAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI REKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDI DI KAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDI DI KAN NASI ONAL 2005

KODE MODUL

Milik Negara Tidak Diperdagangkan

M.ELKA- MR.UM.008.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BI DANG KEAHLI AN TEKNI K ELEKTRONI KA PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K AUDI O VI DI O MENGUASAI PENGGUNAAN ALAT/ PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

Tim Penyusun:

1. Dadang Sofian, S.Pd 2. Drs. Edi Marwanda

Fasilitator:

Toni Karja Saputra, S.Pd

DI REKTORAT PEMBI NAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI REKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDI DI KAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDI DI KAN NASI ONAL 2005

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun bahan ajar modul interaktif dan modul manual. Adapun modul manual terdiri atas bidang-bidang dan program- program keahlian kejuruan yang berkembang di dunia kerja baik instansi maupun perusahaan. Tahun Anggaran 2005 telah dibuat sebanyak 300 modul manual terdiri atas 9 (sembilan) bidang keahlian dan 32 (tiga puluh dua) program keahlian yaitu: Bisnis dan Manajemen (Administrasi Perkantoran dan Akuntansi), Pertanian (Agroindustri pangan dan nonpangan, Budidaya Tanaman, Budidaya Ternak Ruminansia, Pengendalian Mutu), Seni Rupa dan Kriya (Kriya Kayu, Kriya Keramik, Kriya Kulit, Kriya Logam Kriya Tekstil), Tata Busan, Teknik Bangunan (Gambar Bangunan, Teknik Konstruksi Baja dan Alumunium, Teknik Konstruksi Batu Beton, Tekni Industri Kayu), Teknik Elektronika (Teknik Audio Vidio, Teknik Elektronika Industri), Teknik Listrik (Pemanfaatan Energi Listrik, Teknik Distribusi, Teknik Pembangkit Ketenagalistrik-kan), Teknik Mesin (Mekanik Otomotif, Pengecoran Logam, Teknik Bodi Otomotif, Teknik Gambar Mesin, Teknik Pembentukan, Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri, Teknik Pemesinan), Teknologi I nformasi dan Komunikasi (Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Komputer dan Jaringan), dan program Normatif Bahasa Indonesia.

Modul ini disusun mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi ( Competency Based Training/ CBT) . Diharapkan modul-modul ini digunakan sebagai sumber belajar pokok peserta pendidikan dan pelatihan (Diklat) Kejuruan khususnya SMK dalam mencapai standar kompetensi kerja yang diharapkan dunia kerja.

Penyusunan modul dilakukan oleh para tenaga ahli kejuruan dibidangnya terdiri atas para Guru SMK, para Widyaiswara Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) lingkup Kejuruan dengan para nara sumber dari berbagai perguruan Tinggi, para praktisi Balai Latihan dan Pengembangan Teknologi (BLPT) dan

Modul ELKA-MR.UM.008.A i Modul ELKA-MR.UM.008.A i

Sesuai perkembangan paradigma yang selalu terjadi, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah beserta para penulis dan unsure terlibat, menerima masukan-masukan konstruktif dari berbagai pihak khususnya para praktisi dunia usaha dan industri, para akademis, dan para psikologis untuk dihasilkannya Sumber Daya Manusia (SDM) tingkat menengah yang handal. Pada kesempatan baik ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak terutama tim penyusun modul, para nara sumber dan fasilitator, serta para editor atas dedikasi dan pengorbanan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk dihasilkannya modul ini.

Semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya peserta Diklat SMK atau praktisi yang sedang mengembangkan bahan ajar modul SMK.

Jakarta, Desember 2005 a.n. Direktur Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Dr, Joko Sutrisno, MM NIP 131415680

Modul ELKA-MR.UM.008.A ii

PETA KEDUDUKAN MODUL

ELKA- MR.UM. 008.A

SLTP ELKA- MR.UM.

ELKA- MR.UM.

ELKA- MR.UM.

ELKA- MR.UM. 002.A

ELKA- MR.UM. 004.A

ELKA- MR.UM. 007.A

C D 2 ELKA- MR.UM.00

ELKA-

ELKA-

ELKA-

MR.PS.001.

MR.PS.002.

MR.AMP.00

A A 3.A

ELKA-

ELKA-

ELKA-

MR.AM.004.

MR.TAP.005

MR.TV.006.

A .A

ELKA- MR.CD.007.

ELKA-

ELKA-

ELKA-

ELKA-

MR.PI L.002. MR.PI L.002. MR.PI L.003. MR.PI L.005.

Modul ELKA-MR.UM.008.A v

DAFTAR JUDUL MODUL

Bidang Keahlian : Teknik Elektronika Program Keahlian : Teknik Audio- Video

Wakt No.

Kode

Judul Modul

1. AVI.UM.01 Fasilitas Peralatan Keselamatan Kerja

2. AVI.UM.02 Penggunaan Alat/Perlengkapan Keselamatan Kerja

3. AVI.UM.03 Mesin Pemadam Kebakaran

4. AVI.UM.04 Kejutan Listrik (Electric Shock)

5. AVI.UM.05 Bahan kimia Polychlorina ted Biphenyls (PCBs)

6. AVI.UM.06 Keselamatan kerja berdasarkan OSHA (Occupational

Safety and Health Administration)

7. AVI.UM.07 Dasar Listrik

8. AVI.UM.08 Motor Listrik

9. AVI.UM.09 Generator Listrik

10. AVI.UM.10 Komponen Elektronika

11. AVI.UM.11 Rangkaian Elektronika Analog I

12. AVI.UM.12 Rangkaian Elektronika Analog II

13. AVI.UM.13 Elektronika Optik

14. AVI.UM.14 Alat Ukur Multimeter

15. AVI.UM.15 Alat Ukur Osciloscope

16. AVI.UM.16 Alat Ukur Insulation Tester

17. AVI.UM.17 Function Generator

18. AVI.UM.18 Pattern Generator

19. AVI.UM.19 Resistor

20. AVI.UM.20 Kapasitor

21. AVI.UM.21 Induktor

22. AVI.UM.22 Tranformator

23. AVI.UM.23 Transistor

24. AVI.UM.24 Thyristor

25. AVI.UM.25 Dioda

26. AVI.UM.26 FET

27. AVI.UM.27 Amplifier Daya Rendah

28. AVI.UM.28 Amplifier Daya Menengah

29. AVI.UM.29 Sistim Audio

30. AVI.UM.30 Filter dan Tone Control

31. AVI.UM.31 Equalizer

32. AVI.UM.32 Sistim Video

33. AVI.UM.33 Dasar Telekomunikasi

34. AVI.UM.34 Sistim Komunikasi Radio

35. AVI.UM.35 Sistim Televisi

36. AVI.UM.36 Power Supply Modul ELKA-MR.UM.008.A

vi

Wakt No.

Kode

Judul Modul

37. AVI.A.01

Pengoperasian Peralatan Audio

38. AVI.A.02

Pengoperasian Peralatan Video

39. AVI.A.03

Setting Respon Akustik Audio

40. AVI.A.04

Setting Respon Impresive Video

41. AVI.A.05

Pengoperasian Peralatan Game Komersial

42. AVI.UM.37 Elektronika Digital I

43. AVI.UM.38 Elektronika Digital II

44. AVI.UM.39 Sistim Mikroprosesor

45. AVI.UM.40 Pemrograman Mikroprosesor

46. AVI.UM.41 Mikrokontroler

47. AVI.UM.42 Pemrograman Mikrokontroler

48. AVI.UM.43 Internet

49. AVI.UM.44 Personal Computer

50. AVI.UM.45 Applikasi Komputer

51. AVI.UM.46 Gambar Elektronika

52. AVI.UM.47 Teknik Pengkabelan

53. AVI.UM.48 Teknik Soldering & Desoldering

54. AVI.UM.49 Prosedur Kerja Teknisi

55. AVI.B.01

Perawatan Peralatan Audio

56. AVI.B.02

Perawatan Peralatan Video

57. AVI.B.03

Perawatan Peralatan Game Komersial

58. AVI.B.04

Sensor dan Transduser

59. AVI.C.01

Sistim Pesawat Audio Mobil

60. AVI.C.02

Sistim Pesawat Audio Home Theatre

61. AVI.C.03

Sistim Pesawat Audio Pertunjukan

62. AVI.C.04

Sistim Pesawat Audio Konperensi

63. AVI.C.05

Sistim Pesawat Video

64. AVI.C.06

Gambar Instalasi Sistim Audio Video

65. AVI.C.07

Instalasi Peralatan Audio Video

66. AVI.D.01

Spesifikasi Peralatan Audio Video

67. AVI.D.02

Penerapan Peralatan Audio Video

68. AVI.UM.50 Trouble Shooting Pesawat Audio

69. AVI.UM.51 Trouble Shooting Pesawat Video

70. AVI.PS.52

Reparasi Power Supply Dinding

71. AVI.PS.53 Reparasi Power Supply Produk Elektronika

72. AVI.PS.54

Modifikasi Adaptor

73. AVI.AMP.55 Reparasi Amplifier

74. AVI.AM.56 Reparasi Radio

75. AVI.TAP.57 Reparasi Tape Recorder

76. AVI.TV.58

Reparasi Televisi

77. AVI.CD.59 Reparasi VCD/DVD

78. AVI.PIL.60 Reparasi Monitor Komputer

79. AVI.PIL.61 Reparasi Remote Control Modul ELKA-MR.UM.008.A

vii

Wakt No.

Kode

Judul Modul

80. AVI.PIL.62 Reparasi CD Player

81. AVI.E.01

Reparasi Peralatan Game Komersial

Modul ELKA-MR.UM.008.A viii

MEKANI SME PEMELAJARAN

Untuk mencapai penguasaan modul ini dilakukan melalui alur mekanisme pemelajaran sebagai berikut:

START

Lihat Kedudukan Modul

Lihat Petunjuk Penggunaan Modul

Kerjakan Cek Kemampuan

Nilai ≥7

Kegiatan Belajar 1

Kegiatan Belajar n

Kerjakan Evaluasi

Modul

Nilai ≥7

berikutnya/ Uji Kompetensi

Modul ELKA-MR.UM.008.A ix

GLOSSARY

I STI LAH

KETERANGAN

Dry chemicals

Sistem bubuk kimia kering

ELCB Pengamanan arus bocor pada pertanahan Fire Damper

Pembatas Asap

Fire Detektor

Alat pendeteksi api

Halon Bahan untuk membuat alat pemadam kebakaran

MCB Alat pengamat pada listik bila terjadi hubungan singkat atau pembatas arus

Saklar Alat untuk memutus dan menyambungkan arus Smoke Detektor

Alat pendeteksi asap

Temperatur Head Alat pendeteksi apabila di dalam ruangan Detektor

temperature yang sangat tinggi

Water mist Sistem Sistem pengkabutan air Water Sprinkler

Alat penyemprot air untuk kebakaran

Modul ELKA-MR.UM.008.A x

BAB. I PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Modul ini berjudul penggunaan alat/ perlengkapan keselamatan kerja yang berisikan tentang menggunakan alat perlengkapan dan keselamatan kerja dalam teknik elektronika. Modul ini terdiri dari: 5 kegiatan belajar, dengan menguasai modul ini diharapkan peserta didik mampu menggunakan fungsi alat perlengkapan keselamatan kerja misalnya tombol Emergency Power Off (EPO), Fire Detector, Halon, Water, Sprinkler, dan Fire Damper.

B. Prasyarat

Modul penggunaan alat/ perlengkapan keselamatan kerja merupakan prasarat untuk modul berikutnya, karena modul ini diberikan pada peserta diklat diawal proses pemelajaran khususnya pada level awal atau pertama. Dalam pempelajari anda harus dapat membedakan fungsi dan spesifikasi teknik alat/ perlengkapan keselamatan kerja dan mengoperasikannya sesuai prosedur untuk memperoleh unjuk kerja yang optimal.

C. Petunjuk penggunaan modul

Materi yang terdapat dalam modul ini harus diketahui oleh peserta diklat agar dapat merangsang dan mengetahui cara menggunakan tombol EPO, Fire Ditektor,Halon,Water,Sprinkler dan Fire Damper yang digunakan pada teknik elektronika. Model ini akan bermanfaat secara optimal apabila digunakan secara tepat yaitu:

1. perhatikan dengan seksama tujuan modul, jangan sampai mengerjakan lembaran kerja tanpa mengetahui tujuan modul

2. pahami lembar informasi apa bila ada kata-kata sulit pada peristilahan, bila masih dianggap kurang dapat merujuk langsung kedaftar pustaka

3. kerjakan lembar karja dengan tepat, bila ceroboh dapat mengakibatkan kerusakan pada alat

4. kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan yang telah anda miliki

5. apa bila dari soal dalam ceuk kemampuan telah anda kerjakan dan 70% terjawab dengan benar, maka anda dapat langsung menuju evaluasi untuk mengerjakan soal-soal tersebut, tetepi bila hasil jawaban anda tidak mencapai 70% benar, maka anda harus mengikuti kegiatan pembelajaran dalam modul ini

6. perhatikan langkah-langkah dalam pelakukan perkerjaan dengan benar untuk mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan

7. pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu pekerjaan dengan membaca secara teliti, kemudian kerjakan soal- soal evaluasi sebagai sarana latihan

8. untuk menjawab tes usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan kerjakan sesuai dengan kemampuan anda setelah mempelajari modul ini

9. bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila mana perlu konsultasikan hasil tersebut pada guru/ instruktur

10. catatlah kesulitan yang anda dapatkan dlam modul ini untuk ditanyakan pada guru pada saat kegiatan tatap muka, bacalah reverensi lainnya yang berhubungan dengan materi modul agar anda mendapatkan pengetahuan.

D. Tujuan akhir

Pada akhir pembahasan/ pembelajaran peserta diklat dapat:

1. dapat memahami buku petunjuk menggunakan alat/ perlengkapan keselamatan kerja

2. Memahami fungsi tombol Emergency Power Off (EPO)

3. Memahamoi fungsi Halon

4. Memahami fungsi Water Sprinkler

5. Memahami fungsi Fire Damper.

E. Kompetensi

KOMPETENSI

: MENGUASAI KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA KODE

: ELKA-MR.UM.008.A

DURASI PEMBELAJARAN : 25JAM @ 45 MENI T

LEVEL KOMPETENSI

KUNCI

Unit kompetensi ini berlaku keselamatan kerja dibidang industri elektronika dan elektronika. Kompentensi ini bisa ditunjukan apabila tersedia:  Standard Operanting Procedure (SOP) untuk keselamatan dan kesehatan ker

KONDI SI KI NERJA

masing perusahaan  buku pedoman petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja  perlengkapan untuk simulasi kebakaran dan yang lainnya  peralatan dan bahan yang dipergunakan:  4.1 Peralatan umum keselamatan dan kesehatan kerja misalkan, peralatan pemada

peralatan P3K, sabuk pengaman, hand clove, t opi pengaman, dsb.  4.2 Bahan: Tabung oksigen, tabung pemadam kebakaran, obat-obatan pertolo

MATERI POKOK PEMBELAJARAN

SUB KRI TERI A

LI NGKUP

KOMPETENS KI NERJA

Penggunaa Cermat dalam

I dentifikasi

Menngunakan

Menggunakan menggunaka

n peralatan menggunakan fungsi

tombol EPO

alat/ perlengka n

keselamata alat/ perlengka alat/ perlengka

pan alat/ perlengk

n kerja di

keselamatan apan

Fire detector,

kerja keselamatan

Halon, Water

dan 5 K: kerja dan 5 K

lingkungan

dan 5 K

Sprinkler, dan

dikuasai

kantor/ tem

Prosedur

Fire Damper

dengan baik

pat kerja

penggunaan

sesuai buku

alat/ perlengka

petunjuk

pan

 Alat

keselamat

/ perlengkapa

kerja kerja

Pemantauan kerja dan 5 K

kondisi

diindentifikasi alat/ perlengka dan

pan

spesifikasi keselamatan teknis

alat/ perlengk apan

Optimalisasi keselamatan

penggunaan kerja dan 5 K

alat/ perlengka dikenali untuk

pan

meningkatka keselamatan n efesiensi

kerja

dan pengoperasia n alat/ pereleng kapan ini

 Alat/ perlengk apan keselamatan kerja dan 5 K dioperasikan sesuai prosedur untuk kerja yang optimal

F. Cek Kemampuan

Pelajari dan coba jawab pertanyaan-pertayaan dibawah ini dengan lengkap, jika telah merasa telah menguasai dan mampu, anda bisa langsung mengajukan uji kompetensi assesor internal atau external melalui guru pembimbing.

1. Apa kegunaan tombol EPO (Emergency Power Off)?

2. Jelaskan cara kerja tombil EPO (Emergency Power Off)?

3. Apa fungsi kegunaan Fire Detektor?

4. Jelaskan bagaimana cara memasang Fire Detektor?

5. Apa kegunaan Halon?

6. Jelaskan cara mengoperasikan Halon?

7. Apa fungsi kegunaan Water Springkler?

8. Jelaskan cara mengoperasikan Water Springkler?

9. Apa fungsi kegunaan Fire Damper?

10. Jelaskan cara mengoprrasikan Fire Dumper?

BAB. I I PEMELAJARAN

A. Rencana Belajar Peserta Diklat

Kompetensi : Menguasai keselamatan dan kesehatan kerja Sub kompetensi : Menggunakan alat/ perlengkapan kerja dan 5 K

ALASAN TANDA KEGI ATAN

JENI S

BELAJAR PERUBAHAN TANGAN GURU

1. Prosedur menggunakan alat/ perlengka pan keselamatan kerja dan 5 K

2. I dentifikasi dan spesifikasi teknis keselamatan kerja dan 5 K

3. Pengoperasian alat/ perlengka pan keselamatan kerja dan 5 K untuk meningkatkan efisiensi

4. Alat/ perlengka pan keselamatan kerja dan 5 K dioperasikan sesuai prosedur kerja yang optimal

Kegiatan Belajar Kegitan Belajar 1

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaraan

Pada akhir pembelajaraan peserta diklat diharapkan dapat:

1. Mengetahui alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)

2. Mengetahui fungsi kegunaan alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circit Breker)

3. Memahami cara kerja alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circit Breker)

4. Memahami alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breker)

5. Mengetahui fungsi kegunaan alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breker)

6. Memahami cara kerja alat pengaman MCB (Miniature Circuit Breaker)

7. Menjawab dengan benar soal-soal tes formatif

b. Uraian Materi

1. ALAT PENGAMAN ELCB ( EARTH LEAKAGE CI RCUI T BREAKER)

I nstalasi suatu bangunan biasanya telah dilengkapi dengan pengaman arus hubung singkat dan pembatas arus. Apabila terjadi hubungan singkat maka pengaman sekering akan putus dan bila pada rangkaian terjadi beban lebih maka pembatas arus (MCB) akan terbuka rangkaian sehingga aliran arus kerangkaian bagian dalam bangunan jadi terputus. Kalau dalam suatu instalasi listrik terjadi arus bocor maka pengaman sekering dan pembatas arus tidak dapat memberikan pengaman sehingga akan terjadi kehilangan daya listrik secara terus menerus. Selain dari pada itu, kalau ada pemakai tenaga listrik mendapat arus bocor dan tersentuh oleh manusia maka pengaman tersebut tidak akan memutuskan rangkaian I nstalasi suatu bangunan biasanya telah dilengkapi dengan pengaman arus hubung singkat dan pembatas arus. Apabila terjadi hubungan singkat maka pengaman sekering akan putus dan bila pada rangkaian terjadi beban lebih maka pembatas arus (MCB) akan terbuka rangkaian sehingga aliran arus kerangkaian bagian dalam bangunan jadi terputus. Kalau dalam suatu instalasi listrik terjadi arus bocor maka pengaman sekering dan pembatas arus tidak dapat memberikan pengaman sehingga akan terjadi kehilangan daya listrik secara terus menerus. Selain dari pada itu, kalau ada pemakai tenaga listrik mendapat arus bocor dan tersentuh oleh manusia maka pengaman tersebut tidak akan memutuskan rangkaian

1. Cara Kerja Rangkain ELCB

Rangkain ELCB terdiri dari kumparan magnet dan sakelar. Sakelar ini dapat dikendalikan secara manual dan magnet listrik. Apabila kedudukan sakelar penghubung ELCB dalam keadaan tertutup, maka sumber tegangan listrik akan mengalir kebagian beban. Kumparan magnet yang akan membuka rangkaian bekerja apabila ada arus listrik yang mengalir, pada kumparannya. Kumparan magnet yang akan membuka rangkaian, bekerja apabila ada arus listrik yang mengalir, pada kumparannya. Kumparan magnet ELCB disebut juga z. Travo, yang dalam keadaan normal tidak mendapatkan tegangan. Apabila ada arus bocor maka z. Travo akan bekerja membuka rangkaian dengan menarik sakelar rangkain utama harus diset terlebih dahulu untuk digunakan kembali demikain seterusnya.

Gambar 1.1 Bentuk ELCB

Gambar 1.2 Hubungan rangkain ELCB

2. ALAT PENGAMAN MCB ( MI NI ATURE CI RCUI T BREAKER)

Miniature Circuit Breaker adalah alat pemutus yang sangat baik digunakan untuk mendeteksi besaran arus lebih. Seperti halnya pada Thermostat Load Relay (dipelajari dalam motor control) MCB mempuyai Bimetalic; elemen jika terkena panas akan memuai secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan dengan adanya arus mengalir, alat Bimetalic ini dibuat dan direncanakan sesuai dengan ukuran standar (arus nominal MCB), dimana dalam waktu yang sangat singkat dapat bekerja sehingga rangkaian beban terlindungi, MCB juga dilengkapi dengan magnet triping yang bekerja secara cepat pada beban lebih atau arus hubung singkat yang besar, juga dioperasikan secara manual dengan menekan tombol.

Karateriskrik arus waktu untuk jenis MCB, hampir sama dengan pengaman lebur oleh karena itu sering kali MCB dan pengaman lebur digunakan secara bersamaan. Perlu diketahui pula kapasitas arus MCB tidak dapat dibandingkan dengan kapasitas putus pengaman lebur sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap beban lebih dari 100 A harus dilengkapi dengan pengaman lebur. Bimetal yang terdapat pada pengaman arus lebih, biasanya alat ini bekerja

25 0 c apabila temperatur ruang naik,maka salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menurunkan beban. Sehingga dengan

diturunkannya beban berarti panas disipasi yang timbul akan berkurang. Setiap MCB direncanakan untuk karakteristik arus waktu yang berbeda- beda. Perhatikan gambar dimana karakteristik H,L dan G ppad hal khusus MCB hanya dapat dibebani kira-kira 1,5 x arus kerja, misalnya pada lampu TL tegangan rendah dimana tidak dipasang kapasitor untuk perbaikan faktor kerja sehingga arus yangmengalir sangat besar dan menyebabkan triping MCB akan bekerja. MCB jenis G mempunyai titik triping yang besar.

Gambar 1.3 Bukaan MCB

Keterangan:

a. Penekan yang begerak karena reaksi bimetal

b. Kabel feksibel sebagai penghubung

c. Pengunci

d. Bimetal

e. Kontak hubung

f. I nti magnet

g. Gumparan magnet

h. Sirip logam pendingin dan peredam cetusan api

i. Penekan yang begerak kareana akibat tarikan magnet

Prinsip kerja:

1. Bila togel berada diposisi ON, kontak (e) terhubung, arus rangkaian akan mengalir melaluinya. Bila arus beban naik melampaui arus nominal MCB, bimetal akan panas dan memuai sehingga menekan (a) bergerak dan melepaskan kunci (c) akibatnya MCb terbuka.

2. Togel kembali pada kedudukan ON dan MCB keadaan bekerja, bila terjadi tegangan naik yang melampaui tegangan nominal MCB, akan mengakibatkan timbulnya fluksi (Q) pada inti magnet (f),yang dililit kumparan (g), sehingga menekan (i) bergerak ditarik kebawah dan melepaskan pengunci (c) akibatnya kontak hubung (e) terbuka dan togel keposisi OFF.

c. Rangkuman

1. ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) adalah pengaman khusus yang mampu memutuskan hubungan rangkaian bila terjadi arus bocor sebesar

30 MA dalam waktu 0,1 detik

2. Rangkaian ELCB terdiri dari kumparan magnet dan saklar

3. MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah alat pemutus otomatis

4. Karateristik arus waktu jenis MCB hampir sama dengan pengaman lebur

5. Setiap MCB direncanakan untuk karakteristik arus waktu yang berbeda- beda

d. Tugas

1. Buatlah gambar rangkaian cara memasang alat pengaman ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)

2. Jelaskan langkah-langkah cara memasang alat pengaman ELCB

3. Gambarkan bukaan dari MCB dan jelaskan cara kerjanya

1. Sebutkan macam-macam alat pengaman listrik!

2. Sebutkan kegunaan ELCB!

3. Jelaskan cara kerja ELCB!

4. Digunakan untuk apa alat pengaman MCB!

5. Jelaskan cara kerja MCB!

f. Kunci Jaw aban

1. ELCB, MCB, sekering

2. Untuk memutuskan hubungan rangkaian apa bila terjadi arus bocor

3. Pada kedudukan saklar penghubung ELCB dalam keadaan tertutup, maka sumber tegangan listrik akan mengalir kebagian beban. Kumparan magnet yang akan membukan rangkain bekerja bila ada arus listrik yang mengalir

4. Untuk pembatas arus listrik

5. Bila togel berada diposisi ON, kontak (e) terhubung, arus rangkaian akan mengalir melaluinya. Bila arus beban naik melampaui aarus nominal MCB, bimetal akan panas dan memuai sehingga menekan (a) bergerak dan melepaskan kunci (c) akibatnya MCb terbuka. Togel kembali pada kedudukan ON dan MCB keadaan bekerja, bila terjadi tegangan naik yang melampaui tegangan nominal MCB, akan mengakibatkan timbulnya fluksi (Q) pada inti magnet (f),yang dililit kumparan (g), sehingga menekan (i) bergerak ditarik kebawah dan melepaskan pengunci (c) akibatnya kontak hubung (e) terbuka dan togel keposisi OFF.

1) Alat

a. Ampere-meter AC dengan B.U 0 – 10 A

b. Volt-meter AC dengan B.U 0 – 10 V

c. Jam pencatat waktu

2) Bahan

a. Sumber tegangan 1 fasa 220 Volt

b. 2 buah saklar tunggal 6 – 20 Ampere

c. MCB type G, 2 A/ 220 V

d. Tahanan beban (load Resistor) Variabel

e. Kabel penghubung

3) Keselamatan kerja

a. Pergunakan alat-alat ukur sesuai dengan fungsinya

b. Jangan menempatkan alat ukur dipinggir meja kerja

c. Jangan memberikan tegangan pada rangkaian, sebelum rangakaian diperiksa dan benar

4) Langkah kerja

a. Siapkan perlengkapan yang diperlukan

b. Buat rangkain pengujian sesuai dengan gambar

Gambar 1.4 Gambar rangkain pengujian

c. Periksakan rangkaian yang telah dibuat pada pengawas

d. Putar posisi R beban pada kedudukan minimum

f. Naikan arus beban melebihi arus nominal pada MCB, dengan memutar tombol putar sesuai arah panah

g. Siapkan pengukur waktu, buka saklar S2 serta perhatikan pengukur waktu hingga MCB jatuh

h. Catat arus rangkaian, lamanya waktu (menit/ detik) sejak S2 dibuka sampai MCB jatuh

i. Ulangi pengujian dengan menaikan arus beban sebesar 0,5 Ampere setiap tahap pengujian j. Saklar S2 selalu tertutup sebelum pengambilan data dimulai k. Kalau MCB sudah panas harus ditunggu selama kurang lebih 3 menit

sebelumtombol MCB tersebut di reset l. Masukan data pengujian dalam tabel, buat gambar grafiknya dan tulis kesimpulan dari pengujian yang anda kerjakan m. Bereskan semua perlengkapan, simpan pada tempatnya semula dengan rapih dan kedaan baik

TABEL PENGUKURAN:

No

I Waktu

Volt

Ampere (menit)

GRAFI K:

Kegiatan Belajar 2

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, peserta diklat diharapkan dapat:

1. Menjelaskan fire Detektor

2. Memahami cara kerja fire Detektor

3. Merencanakan I nstalasi fire Detektor

4. Menggambarkan I nstalasi fire Detektor

5. Memasang I nstalasi fire Detector

b. Uraian Materi

1. I nstalasi Bel Panggil Tanda Bahaya Kebakaran pada Gedung

Bertingkat

Selain tanda bahaya yang menggunakan smoke Detektor dan Temperature Head Detektor, sistem alarm tanda bahaya yang banyak dipasang pada gedung-gedung bertingkat adalah bel panggil alarm tanda bahaya gedung bertingkat. Cara kerja rangkaian bel panggil alarm tanda bahaya ini ialah:

1. Bel (alarm) di pasang pada setiap tingkat/ ruangan

2. seluruh bel (alarm) terhubung jajar berbunyi semua

3. pada setiap tingkat (ruangan) terpasang saklar yang terhubung jajar (saklar yang manapun di tekan seluruh bel akan berbunyi)

4. saklar di tempatkan pada suatu kotak khusus sehingga tangan-tangan jahil tidak mudah menekan saklar.

Gambar 2.1

Kotak berkaca bening, t empat menempatkan tombol- tombol

Sakeral instalasi tanda bahaya

Tujuan pemasangan sistem bel panggil tanda bahaya gedung bertingkat ini, adalah apabila pada suatu tingkat atau suatu ruangan ada bahaya kebakaran, maka dengan mudah seluruh penghuni gedung bertingkat tersebut diberi tanda supaya segera meninggalkan gedung. Keuntungan lain dari sistem ini adalah tidak hanya untuk bahaya kebakaran saja yang dapat diberi tahu, tapi bahaya-bahaya, seperti gempa, dan adanya keretakan bangunan.

Gambar 2.2 Gambar sebuah gedung bertingkat yang perlu dilengkapi dengan instalasi bel panggil tanda bahaya

Gambar 2.3 Gambar kotak tempat tombol model lain ( memakai kunci)

2. Tanda Bahaya Kebakaran

kebakaran oleh siapapun dan dimanapun tidak dikehendaki. Oleh karena itu, selain harus dapat petunjuk kepada seluruh penghuni jika terjadi kebakaran termasuk isyarat tentang adanya kebakaran. Biasanya, isyarat untuk kebakaran di gedung-gedung termasuk industri dengan bunyi (misalnya sirine) dan lampu terutama di tepat-tempat yang ramai atau bising. Hal ini dikhawatirkan suara tidak dapat didengar, bahkan di gedung- gedung yang besar dilengkapi dengan announciator, sehingga para petugas dapat segera menghubungi barisan pemadam kebakaran (BPK).

I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa dan jika perlu ada perbaikan seperlunya. Dengan demikian tanda bahaya kebakaran selalu siap pakai. Tombol untuk tanda bahaya kebakaran biasanya menggunakan tombol khusus, yaitu jenis tombol NC yang diletakkan dalam kotak dan dipasang kaca sebagai penekan tombol seperti diperlihatkan pada gambar di bawah. Jika terjadi kebakaran kaca sebagai panutup kotak tombol dapat dipecahkan dengan cara memukul (alat pemukul tergantung di samping kotak tombol), sehingga tombol akan terdorong oleh pegas dan tombol akan merupakan penghubung arus listrik. Selanjutnya, bel atau sirine akan berbunyi menandakan adanya kebakaran.

Gambar 2.4 Tombol khusus untuk bahaya kebakaran

Perlengkapan announciator dapat disertakan dalam I nstalasi tanda bahaya kebakaran agar orang tidak saja mendengar bunyi bel tapijuga dapat mengetahui sumber kebakaran. Dengan demikian mereka dapat segera menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran.

Gambar 2.5 I nstalasi alarm sebagai tanda bahaya kebakaran

Untuk membantu mengurangi kepanikan para penghuni, semua jalan atau tempat perlu mendapat penerangan. I nstalasi tanda bahaya kebakaran digabungkan dengan lampu yang jumlahnya disesuikan dengan lingkungannya.

c. Rangkuman

1. Pemasangan system bel panggil tanda bahaya kebakaran gedung beertingkat adalah apabila pada suatu gedung bertingkat atau suatu ruangan ada bahaya kebakaran.

2. I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa dan jika perlu ada perbaikan seperlunya, supaya I nstalasi tanda bahaya kebakaran selalu siap dipakai

3. Jika terjadi kebakaran kotak tombol dengan dinding kaca dapat dipecahkan, dengan memecahkan kaca. Tombol akan menghubungkan aliran listrik dan bel akan berdering.

1. Selesaikan gambar I nstalasi tanda bahaya kebakaran pada gambar di bawah ini?

e. Tes Formatif

1. Apa tujuan pemasangan system bel panggil tanda bahaya kebakaran pada gedung bertingkat?

2. Tombo untuk tanda bahaya kebakaran biasa menggunakan tombol khusus yaitu?

3. Kenapa I nstalasi untuk tanda bahaya kebakaran secara rutin harus diperiksa?

f. Kunci Jaw aban

1. Adalah apabila pada suatu ruangan ada bahaya kebakaran maka dengan mudah seluruh penghuni gedung tersebut diberi tahu supaya segera meninggalkan gedung.

2. Jenis tombol NC yang di letakkan dalam kotak dan di pasang kaca sebagai penekan tombol.

3. Supaya I nstalasi tanda bahaya kebakaran selalu siap dipakai.

g. Lembar Kerja PELATI HAN PEMASANGAN I NSTALASI TANDA BAHAYA KEBAKARAN PETUNJUK

Pemasangan instalasi tanda bahaya kebakaran berpedoman pada Gambar 2.6 setelah gambarnya diselesaikan.

Gambar 2.6 Perencanaan instalasi tanda bahaya kebakaran

1. Alat

a. Tang kombinasi

b. Tang pemotong

c. Tang lancip

d. Obeng(+ ) dan Obeng (-)

e. Pisau pengupas kabel

2. Bahan

a. Bel satu buah

b. Announciator 3 buah

c. Tombol khusus untuk bahaya kebakaran 3 buah

d. Sumber tegangan

e. Kabel NYAF Q 1mm secukupnya

3. Keselamatan kerja

a. Gunakan peralatan sesuai fungsinya

b. Gunakan tangga bila diperlukan

4. Langkah kerja

a. Siapkan semua alat dan bahan

b. Pasang semua komponen pada posisi yang benar sesuai gambar perencanaan

c. Lakukan pengawatannya

d. Lakukan pengetesan

e. Lapor pada I nstruktur

Kegiatan Belajar 3

a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, peserta diklat diharapkan dapat:

1. Memahami tentang pengetahuan Halon

2. Memahami fungsi Halon

3. Memahami tentang penggunaan Halon

b. Uraian materi PEMAKAI AN HALON SEBAGAI PEMADAM API

Siapapun yang berkecimpung dibidang proteksi kebakaran pasti mengenal Halon terutama Halon 1211 dan halon 1301, Halon banyak digunakan baik dilingkungan bangunan, komersial, penerbangan, industri dan militer, pemakaiannya luas, misalnya untuk perlindungan terhadap kebakaran pada peralatan listrik dan telekomunikasi, peralatan computer dan pemproses data, perkapalan, industri perminyakan, permuseuman serta dibidang pertahanan dan keamanan (HAMKAM). Keunggulan dibanding alat pemadam lainnya adalah daya pemadam api yang sangat efektif, bersih dan tidak meninggalkan residu setelah pemadaman selesai, tidak merusak peralatan dan mesin, relatif tidak beracun, bersifat non- kondutif, sehingga aman untuk digunakan pada peralatan listrik halon pun sangat efektif untuk memadamkan kebakaran pada cairan mudah terbakar (flammable), disamping instalasinya yang hemat ruang, kira-kira sepertiga luas ruang bila memakai alat pemadam jenis CO 2.

Ada dua jenis Halon yang banyak digunakan yakni Halon 1211 (Bromochlorodifluoromethane) yang lebih dikenal sebagai BCF dan Halon 1301 (Bromotrifluoromethane) dikenal sebagai BTM, ada pula Halon 1202 (Dibromodifluoromethane) yang banyak digunakan dibidang militer.

Pemakaian Halon meningkat sejak tahum 1970-an terutama setelah bahan pemadam api dari jenis Carbon Tetrachlorida (CCl4) dilarang pemakaiannya pada tahun1954 akibat racun yang ditimbulkannya.

Halon 1211 digunakan sebagai alat pemadam penyemprot (Streaming) umumnya berbentuk tabung portable, biasa digunakan sektor komersial, bangunan dan industri misalnya untuk perlindungan ruang computer, galeri seni rupa, mesin fotocopy, replica museum, computer dan peralatan elektronik lainnya. Halon 1301 yang memiliki daya racun lebih rendah banyak digunakan pada sistem proteksi terpasang (fixed sistem), baik dengan sistem pembanjir total (total Flooding) maupun pemadaman setempat (lokal application). Sistem ini digunakan untuk melindungi ruang-ruang mesin dan ruang control, serta ruang telekomunikasi terhadap

industri penerbanagan memerlukan Halon 1211 dan 1301 untuk pemadaman api dalam pesawat terbang. Di I ndonesia, pemakaian Halon meningkat pesat khususnya pada tahun 1980- an, baik di sektor bangunan gedung maupun industri. Sebagian besar bangunan gedung tinggi di Jakarta memasang Halon untuk melindungi ruang- ruang khusus seperti ruang computer, ruang pengendali (Kontrol room) dan ruang telekomunikasi terhadap bahaya kebakaran, disamping sebagai alat pemadam api ringan. Namun perkembangan di Dunia saat ini yang ditandai dengan semakin gencarnya penanganan masalah lingkungan hidup, telah membawa dampak terhadap kelangsungan akan keberadaan Halon. Halon harus dihentikan penggunaannya, oleh karena berdasarkan penelitian para ahli, bahan CFC dan Halon berperan dalam proses penipisan ozon di stratosfir. CFC (cloro-fluoro- carbon)adalah bahan yang dipakai pada media pendingin untuk kulkas, pada industri foam dan plastik serta solvent yang digunakan sebagai bahan pembersih di industri elektronik dan mesin, sedang Halon adalah bahan pemadam api yang efektif. Bahan-bahan tersebut dikenal sebagai bahan berpotensi menipiskan lapisan ozon atau ODS (ozone depleting substances), sehingga secara bertahap harus phase-out.

bahaya

kebakaran,

Konfensi imternasional yang di kenal sebagai Montreal Protocol yang dicetuskan tahu 1987, telah menyusun jadwal penghapusan (phase–out) ODS sebelum tahun 2000. jadwal tersebut makin dipercepat, proposal Kopenhagen bulan nopember 1992 menjadwalkan penghapusan CFC dan Halon pada tahun- tahun 1994 – 1996. Khusus untuk Halon, maka mulai 1 januari 1994 tidak lagi diproduksi di negara-negara maju. Hal ini jelas membawa dampak terhadap negara-negara peng-import Halon seperi I ndonesia. Bahan lain seperti methyl bromide sudah harus dihapus sebelum tahun 2000.

LANGKAH PENGHAPUSAN HALON DI I NDONESI A Tahun 1994 negara-negara maju meberhentikan produksi Halon, pemakaian

Halon untuk beberapa jenis penggunaan tertentu masih bias dibenarkan dan inipun hanya bias dipenuhi dari sisa Halon yang masih bias didaur ulang. Pengaturan mengenai pemakaian Halon, pendataan sisa-sisa Halon , termasuk hal-hal mengenai pendaur-ulangan, serta proses penghancuran Halon dilakukan lewat suatu Halon bank. Negara-negara berkembang termasuk I ndonesia memperoleh penghapusan ODS ini hingga tahun 2010. kebijaksanaan pemerintah I ndonesia adalah bahwa kita tidak perlu menunggu sampai batas tempo tersebut dan telah menjadwalkan pelaksanaan phase-out secara lebih dini. Dengan demikian tersedia waktu yang cukup untuk melaksanakan penyebaran informasi, pelatihan system baru, penyusunan standar, dan ketetuan teknis, uji coba dalam bidang retrofitting Halon , serta pengkajian bahan pengganti termasuk teknologi alternatifnya. Olehkarena itu meskipun I ndonesia baru meratifikasi Montreal Protocol lewat KEPRES no 23 tanggal 13 Mei 1992, namun program penghapusan ODS di

I ndonesia telah direncanakan dan direlisai lebih cepat, yakni antara tahun 1996–1997. rencana ini telah di tuangkan dalam I ndonesia Country yang mendapatkan approval dari komite I nternasional pada awa 1994.

Untuk sector Halon, penjadwalan ditetapkan sebagai berikut:

a. Januari 1994 – Desember 1997: Penyebar-luasan informasi pada

masyarakat mengenai penghapusan bahan pemadam api jenis Halon

b. Januari 1994 – Desember 1995: Persiapan dan pembentukan Halon Bank di

I ndonesia

c. Desember 1994: Menghentikan import dan produksi pemadam api tipe aerosol yang memakai ODS

d. Desember 1995: Stop import dan produksi baru pemadam api jenis Halon 1301

e. Desember 1996: Stop import dan produksi baru pemadam api jnis Halon 1211

c. Rangkuman

akhir tahun 1996, produksi baru maupun import halon dihentikan di ikuti dengan CFC pada akhir tahun 1997 ini. Keputusan ini sesuai dengan jadwal penghapusan bahan-bahan CFC dan halon, yang disusun oleh I ndonesia dalam country programnya sebagai tindak lanjut ratifikasi konvensi wina (1985) dan Montreal Protocol (1987) mengenal zat-zat yang merusak lapisan ozon di stratosfir dengan dihapuskannya halon maka pemikiran tertuju kepada bahan pengganti atau pun sistem alternatifnya, bahan-bahan pengganti tersebut harus memenuhi persyratan, yakni efektif, bersih, akrab dengan lingkungan, tidak menimbulkan panas global, dan tidak beracun. Untuk fixed sistem bahan- bahan seperti HFC-227 ea atau FM-200, PFC-410, HFC-23 (FE-13), gas argon, inergen serta sistem pengkabutan air diusulkan sebagai pengganti sedang untuk pemadam tabung diusulkan beberapa bahan kimia seperti

Triodide, Halotron l, AF11e, serta bahan-bahan konfensional seperti CO 2 .

d. Tugas

Buatlah alat pemadam kebakaran dari bahan kimia yang berbentuk tepung dan

carbon dioksida (CO 2 )

1) Sebutkan 2 jenis halon yang banyak digunakan?

2) Sebutkan halon yang digunakan dibidang kemiliteran?

3) Kenapan bahan pemadam api dari jenis carbon tetrachloride (CC14) dilarang pemakainnya?

4) Halon 1211 digunakan untuk…

5) Halon 301 banyak digunakan pada sistem…

f. Kunci Jaw aban

1) a. halon 1211 yang lebih dikenal dengan BCF

b. halon 1301 yang lebih dikenal dengan BTM

2) yaitu halon 1202 (dibromodifluorometaane)

3) karena racun yang ditimbulkannya

4) alat pemadam penyemprot

5) yaitu pada sistem proteksi terpasang (fixed system)

KEGI ATAN BELAJAR 4

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 peserta diklat diharapkan dapat:

1. Memahami tentang pengetahuan Water Sprinkler (Alat Penyemprot Air)

2. Memahami system pekabutan air

3. Memahami system co 2

4. Memahami system bubuk kimia kering

5. Menggunakan macam-macam alat pemadam

b. Uraian Materi ALAT PENYEMPROT AI R ( WATER SPRI NKLER)

1. Sistem Pengkabutan Air (Water Mist Sistem) Sistem pemadaman denganmenggunakan media air merupakan cara

tradisional dan telah lama diterapkan, antara lain melalui system sprinkler otomatis. Penghapusa gas Halon semakin meningkatkan perhatian terhadap media air mengingat unsur-unsur positif-nya seperti bersih lingkungan, relative murah, mudah didapat serta efektif dalam memadamkan api. Sistem sprinkler telah berkembang dari tipe yang konvensional hingga jenis yang beroprasi cepat (fast response sprinkler), jenis sprinkler rumah (domestic type) dsb, hingga operasi system menyerupai kabut (gas-like suppression sistem). Pada sistem pengkabutan air (water mist sistem) kepala sprinkler/ pemercik memercikan butiran air halus ber-diameter antara 80-200 mikron. Sebagai perbandingan, percikan sprinkler menghasilkan butiran air berdiameter 1-2 mm, butiran air hujan memiliki diameter 0,5-1,0 mm tetapi umumnya 1-2 mm, butiran air hujan pada saat gerimis berdiameter 500 mikron. Selain mampu memadamkan api lewat prinsip prinsip pendinginan fasa gas, juga sangat efisien pemakaian airnya. Dengan semburan air halus dan

29

pemakaian air yang hanya sepersepuluh dari pemakaian sprinkler biasa, maka kekuatiran akan kerusakan akibat air (water damage) bisa dihindari. Kesulitan yang dijumpai adalah belum adanya standarisai penetapan diameter butiran air. Pebgukuran dengan cara yang berbeda menghasilkan diameter butiran yang berbeda pula. Sistem ini mampu memadamkan kebakaran pada cairan flammable serta memberikan efek ‘cooling’ pada sasaran permukaan panas. Kabut air yang terjadi kerap memiliki daya penembusan yang mirip seperti bahan pemadam gas, sehingga mampu mengendalikan kebakaran pada lokasi dalam timbunan bahan terbakar (deep seat fire). Efek pendinginan air ini berasal dari kalor laten penguapan (evaporation). Karena proses penguapan terjadi pada permukaan cairan, maka semakin luas permukaan yang dijangkau oleh volume cairan tersebut, semakin besar efek pendinginan-nya. Meskipun teknologi system pengkabutan air ini cukup feasible namun masih memerlukan banyak riset antara lain mengenai ukuran butiran air yang tepat, rancangan nozzle, serta persyaratan untuk menghasilkan, mendistribusikan dan menjaga agar konsentrasi ukuran butiran selalu tetap terhadap pengaruh gravitasi, ventilasi dan penggumpalan cairan di permukan dinding. Oleh karena itu dikaitkan dengan keandalan kinerja, system pengkabutan air ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut untuk dapat menggantikan system Halon meskipun beberapa hal seperti ketersediaan bahan baku dan karakteristik bahan terhadap lingkungan cukup memenuhi syarat. Ditinjau dari segi tekanan air, ada 2 (dua) macam system, yakni system tekanan rendah (low pressure), 3-50 bar, dan system tekanan tinggi (high– pressure) dengan tekanan lebih dari 50 bar. Sistem tekanan rendah, atau dikenal sebagai aquasprai, beroprasi tekanan

5 bar dan terdiri atas tangki terpisah berisi air dan nitrogen, 2 buah pipa berdiameter 12mm dan 15 mm menyambung kedua tangki lewat nozzle yang dirancang khusus sedemikian hingga kedua media tercampur dan menghasilkan butiran air halus (fine water droplets).

Sistem tekanan tinggi atau dikenal sebagai hi-fog menggunakan tekanan tinggi namun memerlukan relatif sedikit air. System ini telah dikenbangkan sebagai alternatif system sprinkler pada kapal penumpang. System terdiri atas pompa, system persediaan air dan heads yang dirancang khusus, mirip kepala sprinkler jenis deluge.

2. Sistem CO 2

Alternatif lain bagi pangganti Halon adalah pemakaian system CO 2 . Bahan ini digunakan untuk memadakan api dengan menyingkirkan atau mengencerkan komposisi udara normal hingga kandungan oksigen melorot

turun dari 21% ke 15% atau kurang. System pemadam CO 2 memiliki sifat penetrasi yang baik serta meminimasi kerusakan sekunder pada bahan maupun peralatan yang dilindungi.

Penggunaan sistem CO 2 harus dilakukan secara cermat karena pada konsentrasi desian 34-75% volume, merupakan kondisi yang kurang aman bagi penghuni ruangan, sehingga umumnya dipakai pada daerah atau ruang-ruang yang tidak dihuni secara terus-menerus, seperti pada ruang- ruang mesin, ruang trafo, genset, PABX dan ruang penyimpanan data.

Sistem CO 2 terdiri atas silinder/ tabung, pemipaan, nozzle dan system deteksi otomatis atau system pembukaan/ pelepas katub secara manual. Ruang-ruang tersebut harus terlebih dahulu dikosongkan terhadap penghuni/ orang sebelum system dioprasikan. Tegangan waktu (delay) 30-

60 detik sebelum system jalan atau aktivasi diperlukan untuk memberi peringatan peringatan kepada penghuni. Ada 2 (dua) jenis system CO 2

yakni system CO 2 tekanan tinggi (high pressure) dan tekanan rendah (low pressure). Dibandingkan dengan tekanan tinggi, maka system CO 2 tekanan rendah ini lebih menguntungkan karena bisa menghemat ruang, dapat dibuat dalam modular unit, mampu memantau sendiri terhadap kebocoran gas dan gangguan sumber daya dan dengan demikian akan menghemat biaya pemeliharaan.

3. Sistem Bubuk Kimia Kering (Dry Chemicals) Sistem pemadaman api dengan bubuk kimia kering atau powder sangat

efektif untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh cairan mudah terbakar, seperti minyak tanah, alkohol, bensin, eter, dll. Bahn ini banyak digunakan di industri pertambangan dan sebagai media pemadam kebakaran logam seperti sodium, lithium, dan magnesium. Selain itu dry chemichal powder ini sering digunakan untuk perlindungan peralatan memasak direstauran dan hotel kitchen, serta untuk perlindungan kebakaran pada cerobong pembuangan residu lemak (grease exhaust system). Meskipun memiliki kecepatan pemadam yang tinggi, namun efek pendinginan kecil, sehingga penyemprotan jangan dihentikan dahulu setelah api padam, namun diteruskan agar permukaan panas menjadi benar-benar dingin dan tidak akan terjadi penyalaan kembali (re-ignition).

4. Sistem Foam Pada fixed foam system terjadi proses pencampuran air dengan foam

concentrate sehingga terbentuk foam. Karena sifat ringannya, foam mampu menyelimuti lidah api dan melumpuhkan kebakaran cairan flammable disamping kemampuannya untuk mendinginkan permukaan panas karena ada efek air-nya. Selimut foam yang terjadi dipermukaan api mengurangi penimbulan gas-gas flammable sehingga penjalaran api dapat dicegah. Jenis foam ekspansi rendah (low expansion foam) digunakan untuk penanggulangan kebakaran diudara terbuka, sedangkan high-expansion foam digunakan untuk perlindungan dalam ruangan dengan cara menggagalkan kontak antara oksigen dengan api. Jenis foam yang portable mampu menanggulangi kebakaran klas A seperti kayu, kertas dan kain. Namun tergantung pada pola penyemprotannya, jenis alat pemadam portable ini kurang aman untuk penanggulangan kebakaran dalam ruangan yang didalamnya terdapat jaringan listrik yang dialiri arus.

5. Pengenalan dan Penggunaan Macam-Macam Alat Pemadam Kebakaran

Alat pemadam kebakaran yang mudah dibawa-bawa biasanya baik sekali ditempatkan pada petunjuk api yang sesuai, disamping atau pada setiap alat

instruksi cara penggunaannya juga menjelaskan jenis api yang bagaimana.

Ada lima dasar tipe dari alat pemadam kebakaran

1. Pemadam kebakaran beisi zat cair Tiga macam zat cair yang diisi p[ ada alat pemadam kebakaran adalah sesuai untuk memadamkan api pada kelas A.

a. Variasi soda acid adalah suatu yang sederhana untuk menahan posisi yang benar arahkan jet pada tempat duduk api dari posisi penyelamatan yang terdekat. Tipe ini beroperasi sampai kosong.

Gambar 4.1 Gambar tabung SODA ACI D

b. Variasi tekan gas, jika pengunci pen sudah dibuka maka gas tersebut akan beroprasi sampai kosong.

Gambar 4.2 Gambar tabung GAS BERTEKANAN

c. Variasi tekanan udara yang disimpan sebagai persediaan adalah pelatuk yang dioprasikan dan dapat diberhentikan sewaktu-waktu dengan memindahkan pelatuk.

Gambar 4.3 Gambar TABUNG UDARA BERTEKANA

2. Alat pemadam kebakaran karbon dioksida (CO 2 )

Alat ini berwarna merah dengan selang hitam, ukuran yang kecil mempunyai jarak 1,2 meter dan ukuran yang besar mempunyai jarak sampai dengan 3 meter. Alat ini diisi dengan karbon dioksida dan menjadi cair dibawah tekanan yang sangat tinggi dan sesuai dengan api kelas B dan C. Alat ini mempunyai suatu tamduk pembebasan untuk

Gambar 4.4 Alat pemadam kebakaran kelas B dan c

Contoh Penggunaan

a. Pembagian api meliputi elektronik dan peralatan laboratorium yang sulit

b. Pembagian api yang kecil pada cairan tangmudah terbakar akan melepaskan kedua permukaan vertical dan horizontal

c. Gunakanlah sedapat mengkin dengan api

d. Gerakanlah selang penyemprot dari sisi ke sisi

e. Majukanlah dengan berlahan-lahan sampai api padam

f. Hati-hati dalam menggunakan karbon dioksida (CO 2 ) ini karena bisa mengakibatkan mati lemas

g. Bersihkanlah tempat yang telah dipakai dengan segera dan tukarkanlah udara untuk pengganti udara yang baru.

Gambar 4.5 Alat pemadam kebakaran kelas C

3. Pemadaman dengan bromochlorodifluoromethane (BCF)/ penguapan air alat pemadan BCF mempunyai aplikasi yang luas dan bekerja sangat

cepat serta melawan api yang menyala kembali dari suatu kebakaran yang telah dipadamkan, pemadam kebakaran tersebut mempunyai efesiensi yang tinggi dan mengadung racun dengan kadar sangat rendah sehingga sisa-sisa yang tertinggal tidak berbahaya dan tidak mempengaruhi bahan-bahan yang ada disekitarnya. Alat pemadam BCF khususnya berguna pada pesawat terbang, kendaraandan instalasi- instalasi industri yang penting.

Gambar 4.6 Tabung pemdam BCF

4. Alat pemadam kebakaran dari busa Alat pemadam dari busa paling efektif digunakan untuk memedamkan