PHP_2013 8 & 9 Recent site activity teeffendi

Perbandingan Hukum Pidana
Te Effendi

Perbandingan Hukum
Salah satu tujuan dalam perbandingan
hukum menurut Soerjono Soekanto adalah
dalam rangka pelaksanaan pembaharuan
hukum.
Pembaharuan hukum dilakukan dengan
mencari referensi sebanyak mungkin dari
negara dengan sistem hukum yang sama
maupun dari sistem hukum yang berbeda.
(Lihat Munir Fuady, 2007: 22)

Prinsip dasar Perbandingan
Prinsip dasar untuk membandingkan
sesuatu adalah mencari persamaan dari
kedua objek yang akan dibandingkan.
Dari dua objek yang memiliki kesamaan
tersebut kemudian dibandingkan untuk
mencari perbedaan diantara keduanya.


Perbandingan Hukum Pidana
Objek kajian di dalam perbandingan hukum
pidana adalah membandingkan hukum pidana
materiil serta hukum pidana formilnya.
Perbandingan hukum pidana materiil
membandingkan prinsip-prinsip dasar dari hukum
pidana materiil masing-masing negara, sedangkan
perbandingan hukum pidana formil
membandingkan tentang lembaga dan
pelaksanaan sistem peradilan pidana masingmasing negara.

Perbandingan Hukum Pidana
Formil
Hukum pidana formil adalah bentuk-bentuk dan
jangka waktu yang mengikat pemberlakuan hukum
pidana materiil.
(Lihat P.A.F. Lamintang, 1997: 10)
Dengan kata lain, hukum pidana formil adalah
pengaturan tentang prosedur dalam menjalankan

hukum pidana materiil.
Perbandingan hukum pidana tidak hanya
membandingkan prosedurnya melainkan juga
membandingkan keberadaan lembaga pelaksana
prosedur tersebut.

Perbandingan Hukum Pidana
Formil (lanjutan)
Di dalam kajian ini, yang akan dibandingkan adalah
hukum pidana formil Indonesia dengan Belanda,
Inggris dan Amerika.
Ada tiga hal yang menjadi kriteria pembanding yaitu:
1. Pengaturan hukum pidana formil;
2. Lembaga penegak hukum;
3. Proses dalam sistem peradilan pidana.

Kenapa Belanda, Inggris dan
Amerika?
Alasan untuk memilih Inggris, Belanda dan Amerika
sebagai objek perbandingan dalam sistem peradilan

pidana adalah:
1. Sistem hukum yang sama (Belanda);
2. Sistem hukum yang berbeda (Inggris dan Amerika);
3. Adanya kesamaan dalam lembaga penegak hukum
(Inggris, Belanda dan Amerika);
4. Perbedaan mendasar antara Inggris dan Amerika
dengan sistem hukum yang sama.

Perbandingan Indonesia dan
Belanda

Persamaan Indonesia dan Belanda
Sebelum melihat perbedaan antara sistem peradilan pidana
Indonesia dan Belanda, baiknya untuk mengetahui persamaan
antara sistem peradilan pidana Indonesia dan Belanda.
1. Pengaturan hukum acara terkodifikasi dalam suatu kitab
undang-undang, yaitu KUHAP dan Wetboek van
Strafvordering;
2. Pengaturan tentang kewenangan masing-masing lembaga
juga diatur di dalam undang-undang tersendiri, misal di

Indonesia dengan UU Kepolisian, UU Kejaksaan dll, di
Belanda terdapat Wet Bijzondere Opsporingsbevoegdheden
(BOB) atau yang juga dikenal dengan The Special Powers of
Investigation Act dll.

Persamaan Indonesia dan Belanda
(lanjutan)
3. Adanya lembaga penegak hukum seperti kepolisian,
kejaksaan, kehakiman, pemasyarakatan dan
advokat;
4. Adanya pembagian daerah hukum seperti pengadilan
negeri dan kejaksaan negeri;
5. Adanya kesamaan dalam proses penyidikan,
penuntutan, pemeriksaan persidangan, banding,
kasasi dan eksekusi

Perbedaan Indonesia dan Belanda
Perbedaan antara sistem peradilan pidana Indonesia
dan Belanda dalam pembahasan ini dilihat dari
kriteria kewenangan lembaga penegak hukumnya dan

proses dalam sistem peradilan pidananya.
Walaupun memiliki lembaga penegak hukum yang
sama, namun dalam kewenangannya memiliki
perbedaan yang cukup besar, termasuk di dalamnya
adalah dalam proses sistem peradilan pidananya.

Perbedaan Kepolisian Indonesia
dan Belanda
Kepolisian Indonesia dibagi ke dalam 33 regional (sesuai
dengan propinsi/ POLDA), kemudian masing-masing
regional dibagi lagi ke dalam satuan kabupaten/ kota
(POLRES) dan masing-masing POLRES dibagi lagi ke dalam
satuan Kecamatan (POLSEK).
Kepolisian di Belanda dibagi ke dalam 25 (dua puluh lima)
regional dan satu polisi nasional, dengan berbagai macam
divisi pembantu. Pembagian wilayah tersebut tergantung
banyak faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat
kejahatan dan kepadatan gedung. Tiap-tiap regional
dibagi lagi ke dalam beberapa wilayah dan divisi.


Perbedaan Kepolisian Indonesia
dan Belanda (lanjutan)
No
Variabel
1. Struktur
Organisasi

Indonesia
Non
departemen
dan langsung
berada di
bawah Presiden

Belanda
Berada di bawah
kementrian
hubungan internal
dan kementrian
kehakiman


2. Fungsi
utama

Penyelidikan
Penyidikan
dan penyidikan

Perbedaan Kepolisian Indonesia
dan Belanda (lanjutan)
No

Variabel

Indonesia

3. Hubungan
antar
lembaga


Berkoordinasi
dengan
kejaksaan
dalam
melakukan
penyidikan

Belanda
Berada di bawah
perintah kejaksaan
dalam melakukan
penyidikan

Perbedaan Kepolisian Indonesia
dan Belanda (lanjutan)
No
Variabel
4. Kewenangan
untuk
menghentikan

penyidikan
5. Kewenangan
penyelesaian
perkara di luar
persidangan

Indonesia
Belanda
Dibatasi oleh
Tidak terbatas
undang-undang

Tidak ada

Dapat diselesaikan
dengan transaksi

Perbedaan Kejaksaan Indonesia
dan Belanda
Seperti halnya Kepolisian, Kejaksaan Indonesia dibagi ke

dalam 33 regional (sesuai dengan propinsi/ KEJATI),
kemudian masing-masing regional dibagi lagi ke dalam
satuan kabupaten/ kota (KEJARI) kecuali untuk wilayahwilayah tertentu yang membutuhkan lebih dari satu
Kejaksaan Negeri.
Kejaksaan di Belanda dibagi Kejaksaan Wilayah berjumlah 19
(sembilan belas) sesuai dengan jumlah Pengadilan Wilayah
(District Court). Kejaksaan Tingkat Banding berjumlah 5
(lima) sesuai dengan Pengadilan Tingkat Banding, dimana
masing-masing Kejaksaan Tingkat Banding membawahi 3
(tiga) sampai 4 (empat) Kejaksaan Wilayah.

Perbedaan Kejaksaan Indonesia
dan Belanda (lanjutan)
No
Variabel
1. Struktur
Organisasi

2.


Fungsi utama

Indonesia
Non departemen
dan langsung
berada di bawah
Presiden
Penuntutan,
penyidikan untuk
perkara tertentu
dan pelaksana
eksekusi

Belanda
Berada di bawah
kementrian kehakiman

Supervisi penyidikan,
penuntutan dan
pelaksana eksekusi

Perbedaan Kejaksaan Indonesia
dan Belanda (lanjutan)
No
Variabel
3. Kewenangan
untuk
menghentikan
penuntutan
4. Kewenangan
penghentian
perkara di luar
persidangan

Indonesia
Terbatas oleh
undangundang

Belanda
Tidak terbatas oleh
undang-undang

Tidak ada

Dengan
menggunakan
mekanisme transaksi

Perbedaan Pengadilan Indonesia
dan Belanda
No

Variabel

Indonesia

Belanda

1.

Pengadilan
superior dan
inferior

Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Negeri

Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Magistraate

2.

Lingkungan
peradilan

Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer
Peradilan Tata Usaha
Negara

Peradilan pidana/
perdata
Peradilan Pajak
Peradilan Miiliter
Peradilan Anak
Peradilan Administrasi

Perbedaan Pengadilan Indonesia
dan Belanda
No

Variabel

Indonesia

Belanda

1.

Pengadilan
superior dan
inferior

Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Negeri

Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Magistraate

2.

Lingkungan
peradilan

Peradilan Umum
Peradilan Agama
Peradilan Militer
Peradilan Tata Usaha
Negara

Peradilan pidana/
perdata
Peradilan Pajak
Peradilan Miiliter
Peradilan Anak
Peradilan Administrasi

Perbedaan Pengadilan Indonesia
dan Belanda
No
Variabel
3. Struktur
Organisasi

Indonesia
Belanda
Berada di bawah Berada di bawah
Mahkamah Agung Kementrian Kehakiman

Perbandingan Sistem Peradilan
Pidana Indonesia dan Belanda
Walapun memiliki lembaga penegak hukum
yang secara garis besarnya sama, namun
kewenangan yang dimiliki oleh masingmasing lembaga penegak hukum tersebut
tidaklah sama. Perbedaan kewenangan
tersebut tentunya membawa perbedaan
dalam Sistem Peradilan Pidanananya

Sistem Peradilan Pidana Indonesia

Sistem Peradilan Pidana Belanda

Penyidikan di Belanda
Sebagaimana diatur di dalam Pasal Menurut Pasal 141 Wetboek van
Strafvordering (selanjutnya disebut KUHAP Belanda), dinyatakan
bahwa yang berwenang melakukan penyidikan (Opsporing) adalah:
1. Penuntut Umum;
2. Polisi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan c, dan
anggota kedua sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang
Kepolisian Belanda tahun 1993;
3. Kepolisian Militer Kerajaan yang ditunjuk berdasarkan kerjasama
antara Menteri Kehakiman dengan Menteri Pertahanan;
4. Penyidik dari Lembaga Penyidik Khusus sebagaimana dimaksud di
dalam Pasal 2 Undang-Undang tentang Lembaga Penyidik Khusus.

Penyidikan di Belanda (lanjutan)
Di dalam proses penyidikan tindak pidana, kepolisian
melakukan koordinasi dengan penuntut umum, atau
lebih tepatnya dapat dikatakan, kepolisian melakukan
penyidikan berdasarkan arahan dari penuntut umum.
Menurut Wet Bijzondere Opsporingsbevoegdheden
(BOB) atau yang juga dikenal dengan The Special
Powers of Investigation Act yang berlaku efektif tanggal
01 Februari 2000, Penuntut Umum adalah lembaga
yang sesuai untuk memimpin penyidikan tindak pidana.

Penuntutan di Belanda
Setelah penuntut umum menerima dokumen mengenai perkara
tindak pidana dari kepolisian, penuntut umum memiliki
beberapa pilihan terhadap perkara tersebut, antara lain:
a. Membebaskan perkara tersebut dengan dalih tidak
beralasan (kekuasaan untuk tidak menuntut/ non presekusi).
Pembebasan perkara tersebut disebut juga dengan
penolakan (sepot) yang dapat dibedakan ke dalam dua
bentuk:
a. Penolakan karena alasan tidak berwenang
(bevoegdheidsspot).
b. Penolakan berdasarkan kebijakan (beleidssepot).

Penuntutan di Belanda (lanjutan)
Setelah penuntut umum menerima dokumen mengenai perkara
tindak pidana dari kepolisian, penuntut umum memiliki
beberapa pilihan terhadap perkara tersebut, antara lain:
1. Membebaskan perkara tersebut dengan dalih tidak
beralasan (kekuasaan untuk tidak menuntut/ non presekusi).
Pembebasan perkara tersebut disebut juga dengan
penolakan (sepot) yang dapat dibedakan ke dalam dua
bentuk:
a. Penolakan karena alasan tidak berwenang
(bevoegdheidsspot).
b. Penolakan berdasarkan kebijakan (beleidssepot).

Penuntutan di Belanda (lanjutan)
2. Apabila tindak pidananya ringan dan juga pada tindak pidana
yang lebih serius dengan kriteria-kriteria tertentu, ia dapat
mengadakan transaksi dengan pelaku tindak pidana, dengan
catatan pelaku tindak pidana setuju untuk membayar
sejumlah uang tanpa penghukuman. Ketentuan ini diatur di
dalam Pasal 74 Wetboek van Strafrecht (selanjutnya disebut
dengan KUHPidana Belanda)
3. Penuntut Umum dapat membebaskan kasus tersebut setelah
memanggil pelaku tindak pidana dan menegurnya karena
perilakunya tersebut;

Penuntutan di Belanda (lanjutan)
4. Penuntut Umum dapat menetapkan untuk memberikan
pembebasan bersyarat (voorwardelijksepot) dengan
menggunakan syarat berupa penggantian kerugian kepada
korban, menyerahkan pelaku pada departemen sosial
(untuk dibina) atau pusat rehabilitasi medis atau
menempatkannya untuk masa percobaan/ probasi;
5. Penuntut Umum dapat meminta kepada polisi untuk
melengkapi atau menambah informasi mengenai kasus
tadi atau meminta laporan sosial atau kejiwaan dari
kepala probasi atau ahli psikiatri;

Penuntutan di Belanda (lanjutan)
6. Penuntut Umum dapat mengajukan perkara tersebut
ke hakim komisaris (rechter-commisaris) untuk
mengadakan pemeriksaan pendahuluan sebelum
mengambil keputusan;
7. Penuntut Umum dapat menangguhkan keputusannya
untuk menuntut dan tidak hingga batas waktu
penuntutan telah lewat;
8. Penuntut Umum dapat mengajukan perkara tersebut
ke pengadilan.

Penuntutan di Belanda (lanjutan)
9. Penuntut umum juga memiliki kewenangan untuk meminta
hakim komisaris untuk melakukan pemeriksaan pendahuluan.
Pemeriksaan pendahuluan pada dasarnya hanya dapat dimulai
atas permohonan penuntut umum. Setelah pemeriksaan
pendahuluan, penuntut umum hanya memiliki beberapa pilihan
terhadap perkara yang diajukan kepadanya, yaitu:
a. Tidak melakukan penuntutan lebih lanjut dan menolak
perkara;
b. Melakukan transaksi dengan pelaku tindak pidana
sebagaimana telah diuraikan di atas;
c. Memerintahkan diadakan pemeriksaan pengadilan;

Pemeriksaan Persidangan di
Belanda
Persidangan dilakukan dengan hakim tunggal,
kecuali untuk perkara-perkara tertentu yang
kompleks dan rumit. Hakim memainkan peranan
yang aktif dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan, komunikasi tiga arah umumnya
dilakukan antara hakim, penuntut umum dan
terdakwa/ kuasa hukumnya.

Pemeriksaan Persidangan di
Belanda (lanjutan)
Hakim tunggal diperuntukkan bagi perkara-perkara
antara lain:
1. Perkara berkaitan dengan pelaku di bawah umur.
Hakim pengadilan remaja (kinder rechter) dalam
perkara perdata dan pidana, yaitu hakim yang
memeriksa perkara yang menyangkut remaja usia di
bawah 18 tahun;
2. Perkara-perkara ringan. Hakim polisi (politie rechter)
memeriksa perkara-perkara dengan tuntutan pidana
maksimum tidak melebihi 6 (enam) bulan penjara.

Pemeriksaan Persidangan di
Belanda (lanjutan)
Hakim tunggal dan majelis diperuntukkan bagi perkaraperkara antara lain:
1. Perkara tindak pidana ekonomi. Hakim polisi ekonomi
(economische politierechter) memeriksa perkaraperkara yang diatur oleh undang-undang pidana
ekonomi;
2. Perkara yang berhubungan dengan militer;
3. Dan perkara-perkara lain yang lebih serius dan rumit.