Makalah Permasalahan Perkembangan Anak U

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Permasalahan
Profesi sebagai guru bukanlah suatu hal yang jarang ditemui. Banyak orang berbondong-

bondong masuk ke dalam sekolah keguruan sehingga bisa menjadi seorang guru. Ada beberapa
alasan mengapa sebagian besar orang, terutama di Indonesia, memilih menjadi guru. Mulai dari
honor yang cukup besar, keinginan di dalam hati, atau hanya karena ikut-ikutan semata. Namun,
tak jarang juga ada orang-orang tertentu yang memandang profesi guru dengan sebelah mata.
Mereka meremehkannya karena tidak mengetahui apa hakikat seorang guru yang sebenarnya.
Menjadi seorang guru tidaklah mudah. Benar begitu kah? Tidak juga. Sebenarnya,
menjadi seorang guru itu mudah. Namun, menjadi seorang guru yang hebat itu sulit. Guru yang
hebat bukanlah guru yang menguasai materi yang akan diajarkannya, ataupun yang dapat
memecahkan soal-soal ujian dengan mudah. Seorang guru yang hebat adalah guru yang dapat
menginspirasi para muridnya, guru yang dapat mengerti permasalahan muridnya sehingga dapat
membantu memecahkannya. Lebih jauh lagi, guru yang hebat mampu mengetahui apa isi kepala
murid-muridnya, yaitu apa yang mereka pikirkan.
Untuk itu, untuk menjadi guru yang hebat, calon-calon guru harus mempelajari tentang
karakteristik muridnya khususnya pada usia sekolah. Memahaminya secara mendalam, sehingga

dapat membantu mengembangkan minat dan bakat murid agar menjadi suatu poin emas yang
dapat membuat murid itu sendiri berhasil dan sukses. Selain itu juga, seorang guru harus
mengetahui permasalahan perkembangan muridnya pada usia sekolah dan juga dapat membantu
mengatasinya atau mencari solusinya. Kebanyakan guru hanya terfokus pada materi atau subjek
pembelajaran tanpa memedulikan objek kajiannya, yaitu murid. Profesi guru bukanlah hanya
mengenai mengajarkan dan meluluskan murid saja. Namun, lebih berat lagi, tugas seorang guru
yang harus tercapai ialah membentuk kepribadian yang baik dalam diri murid dan
menjadikannya mampu untuk menjadi individu yang berkompeten dalam kehidupannya kelak
tanpa harus bergantung kepada orang lain.

1|Page

1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa sajakah karakteristik anak usia sekolah?
2. Apakah permasalahan perkembangan yang sering menimpa anak usia sekolah?
3. Jelaskan perkembangan kehidupan pribadi sebagai individu!

1.3.


Tujuan Penulisan
Sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan Universitas Lampung yang merupakan calon-

calon guru masa depan, penting sekali untuk berkembang bukan hanya sekedar menjadi guru
yang datang, memberi materi, lalu pergi. Namun, sebagai pembentuk karakter bangsa, kita harus
mampu membuat kesan yang baik dengan para murid dan menginspirasi mereka. Itu semua tidak
dapat kita lakukan jika kita sendiri tidak mengenal anak-anak murid dengan baik. Maka dari itu
dibutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai pembahasan karakteristik anak usia sekolah,
permasalahan perkembangannya dan juga cara perkembangan pribadi anak menjadi individu
yang mampu berdiri sendiri.

2|Page

BAB II
PEMBAHASAN
1.1.

Karakteristik Anak Usia Sekolah
Karakter bisa diartikan sebagai temperamen, tabiat, watak, atau akhlak, yang

memberinya sebuah definisi sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan
dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Menurut beberapa bahasa, karakter memiliki
berbagai sebagai berikut : “kharacter” (latin) berarti instrument of marking, “charessein”
(Prancis) berarti (mengukir), “watek” (Jawa) berarti ciri wanci, “watak” (Indonesia)
berarti sifat pembawaan yang mempengaruhi tingkah laku, budi pekerti, tabiat, dan
peringai.
Menurut Ditjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional, karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu
yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain ataupun
bermakna huruf.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Hal ini menggambarkan bahwa karakter bisa dilihat
dari tingkah laku sehari-hari seorang manusia dan bagaimana dia berinteraksi dengan
sesamanya.
W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan

berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada
individu. Maksudnya, karakter nyata yaitu bisa dilihat, dirasakan ataupun diketahui
keberadaannya. Sedangkan berbeda maksudnya, kebanyakan setiap manusia memiliki
karekter pribadi yang berbeda.

3|Page

Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Setiap manusia, pada tingkatan usia yang berbeda memiliki perbedaan karakter
pula. Selain itu, karakter manusia cenderung berubah ketika ia telah melewati fase
tertentu. Misalkan, dari anak-anak menjadi remaja lalu menjadi dewasa. Pada tahap-tahap
perubahan fase tersebut biasanya terjadi perubahan karakter. Contohnya, ketika masih
anak-anak, ia cenderung penurut dan patuh. Ketika menginjak masa remaja, karakternya
pun berubah menjadi agak sedikit pembangkang ataupun egois. Lalu ketika dewasa, ia
menjadi orang yang lebih mandiri dan dapat mengontrol emosinya sendiri.
Perubahan-perubahan karakter itu biasanya dipengaruhi oleh lingkungan. Jika ada
kesalahan dalam pergaulannya di lingkungan, maka perkembangan karakternya pun akan
terganggu. Terganggunya perkembangan karakter ini pun dapat menyebabkan efek

negatif dalam diri si anak tadi.
Anak usia sekolah dibagi menjadi tiga, antara lain usia Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun,
umumnya karakteristik ketiga usia sekolah itu masih sama karena ketiganya masih masuk
dalam kategori anak-anak sampai remaja. Adapun beberapa macam karakteristik umum
anak usia sekolah yang biasa kita temukan di sekitar kita, antara lain :
1. Emosi masih labil
Kebanyakan anak-anak pada usia ini belum bisa mengontrol emosinya. Pada suatu
saat anak usia sekolah bisa tiba-tiba sangat gembira, meledak-ledak karena marah,
menangis karena sedih atau bahkan memisahkan diri dari kawanannya karena
merasakan kekecewaan. Hal ini biasa terjadi dan tidak harus terlalu dipersoalkan
karena anak usia ini memang belum bisa mengatur kondisi hatinya.
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Anak pada usia ini belum banyak mengetahui informasi sehingga ketika dia
menemukan suatu hal baru, dia akan sangat antusias untuk mencaritahunya. Disinilah
peran orangtua dan guru dibutuhkan, guna untuk mengarahkan hal-hal yang belum
diketahui sang anak.
3. Suka membandingkan dirinya dengan orang lain
4|Page


Ketika seorang anak melihat anak lain memiliki kelebihan dibandingkan dirinya, dia
akan mulai bertanya-tanya. Kenapa? Kenapa berbeda? Hal ini akan membuat sang
anak membandingkan dirinya dengan anak lainnya. Contohnya, ketika seorang anak
melihat anak lainnya lebih tinggi darinya, dia akan mulai bertanya-tanya. Kenapa dia
lebih tinggi dariku ataupun pertanyaan lain sebagainya. Orangtua dan guru
dibutuhkan pula disini untuk member jawaban yang diinginkan sang anak.
4. Menganggap sesuatu tidak penting
Seorang anak biasanya akan asik dengan dunianya sendiri, dimana dia dapat
merasakan kebahagiaan dan keberadaannya. Ketika seorang anak sedang dalam
kondisi seperti ini, biasanya dia tidak akan terlalu memerdulikan hal lain disekitarnya
yang mungkin saja penting namun dia tidak menganggap bahwa hal tersebut penting.
5. Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas, tugas itu tidak dianggap penting
Biasanya ketika mengerjakan suatu hal yang berat lalu gagal, seorang anak akan
meninggalkannya dan mencari hal lain yang bisa dilakukannya dan dapat
membuatnya senang.
6. Anak sekolah suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama
Hal ini masih terjadi pada orang dewasa, namun lebih cenderung terjadi pada anakanak. Anak-anak suka membentuk kelompok dan lebih cenderung untuk bermain
bersama dan membela kelompoknya.
7. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah. Hal ini terjadi karena pikiran anak dari awal terbentuk seperti itu. Ini dapat

menyebabkan sang anak takut dalam melaksanakan ujian. Akibatnya, anak lebih
mementingkan hasil daripada ilmu yang dia dapatkan. Inilah yang harus bisa diubah
oleh para guru.
Secara khusus, karakteristik anak usia sekolah dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu
SMP dan SMA. Berikut ini adalah karakteristik anak usia sekolah secara khusus:
A. Karakteristik anak usia sekolah menengah (SMP)

5|Page

Dilihat dari taapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia
sekolah menengah (smp) berada pada tahpan perkembangan pubertas ( 10 -14
tahun ).terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada usia smp ini, yaitu:
1.

Terjadinya ketidakseimbangan proposi tinggi dan berat badan.

2.

Mulai timbulnya ciri – ciri seks sekunder


3.

Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi kebutuhan
bimbingan dan bantuan dari orang tua

4.

Senang membandingkan kaedah – kaedah, nilai – nilai etika atau norma dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

5.

Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan
dan keadilan tuhan

6.

Reaksi dan ekspesi emosi masih labil.


7.

Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang
sesuai dengan dunia sosial

8.

Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Adanya karakteristik anak usia sekolah menengah yang demikian, maka guru

diharapkan untuk :
1.

Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika
membahas topik – topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi

2.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya
melalui kegiatan – kegiatan yang positif.


6|Page

3.

Menerapkana pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu
atau kelompok kecil.

4.

Meningkatkan

kerja

sama

dengan

orang


tua

dan

masyarakat

untuk

mengembangkan potensi siswa
5.

Tampil mejadi teladan yang baik bagi siswa

6.

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab

B. Karakteristik anak usia remaja (Smp/ Sma)
Masa remaja (12 – 21 tahun ) merupakan masa peralhan anata masa kehidupan
anak – anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan
masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting,
yaitu :
1.

Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2.

Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3.

Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif

4.

Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

5.

Memilih dan mempersiapakn karier di masa depan sesuai dengan minat dan
kemampuan

7|Page

6.

Mengembangkan sikap positif terhapdap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak.

7.

Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep – konsep yang diperlukan
sebagai warga negara.

8.

Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial

9.

Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.

10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut
adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat
dilakukan guru, di antaranya :
1.

Memeberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya
penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.

2.

Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau
kondisi dirinya.

3.

Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan
yang sesuai dengan minat dan bakatknya, seperti saran olahraga, kesenian dan
sebagainya.

4.

Melatih siswa untuk mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam
kondisi sulit dan penuh godaan

5.

Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berfikir kritis,
refleksi, dan positif.

6.

Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan
masalah dan mengambil keputusan

8|Page

7.

Membantu siswa mnegmbangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta

8.

Memupuk semanga keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan
lebih toleran.

9.

Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan
segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

C. Karakteristik hubungan remaja dengan teman sebaya
Perkembangan kehidupan sosial remaja juga ditandai dengan gejala
meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka. Sebagian besar
waktunya dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman – teman
sebaya mereka.
Studi – studi kontemporer tentang remaja, juga menunjukkan bahwa
hubungan yang positif dengan teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian
sosial yang positif (santrock, 1998 ). Hartup (1982) misalnay mencatat bahwa
pengaruh teman sebaya yang harmonis selama masa remaja, dihubungkan dengan
kesehatan mental yang positif pada usia setengah baya (Hightower; 1990). Secara
lebih rinci, kelly dan hasnen (1987) menyebutkan 6 fungsi positif dari teman
sebaya, yaitu :
1.

Mengontrol impuls – impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman sebaya,
remaja belajar bagaimana memecahkan pertengahan – pertengahan dengan
cara – cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.

2.

Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen.
Teman – teman dan kelompok teman sebaya memeberikan dorongan bagi
remaja untuk mengambil peran dan tenggung jawab baru mereka. Dorongan
yang diperoleh remaja dari teman – teman sebaya mereka ini akan
menyebabkan berkurangnya ketergantungan remaja pada dorongan keluarga
mereka.

9|Page

3.

Meningkatkan

keterampilan



keterampilan

sosial,

mengembangkan

kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan –
perasaan dengan cara – cara yang lebih matang. Melalui percakapan dan
perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan ide – ide
dan perasaan – perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka
memecahkan masalah.
4.

Mengembangkan sikap – sikap seksual dan tingkah laku peran jenis kelamin
terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remeja belajar
mengenai tingkah laku dan sikap – sikap yang mereka asosiasikam dengan
menjadi laki – laki dan perempuan muda

5.

Memperkuat penyesuaian moral dan nilai – nilai. Umunya orang dewasa
menhajarkan kepada anak – anak mereka tentang apa yang benar dan apa
yangb salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil
keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mencoba mengambil keputusan
atas diri mereka sendiri. Remaja mngevaluasi nilai – nilai yang dimilikinya
dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar.
Proses

mengavaluasi

ini

dapat

membantu

remaja

mengembangkan

kemampuan penalaran moral
6.

Meningkatkan harga diri. Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah besar
teman – teman sebayanya membuat remaja merasa enak atau senang tentang
dirinya.
Sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman sebaya

terhadap perkembangan anak – anak dan remaja. Bagi sebagian remaja, ditolak
atau diabaikan oleh teman sebaya, menyebabkan munculnya perasaan kesepian
atau permusuhan. Disamping itu, penolakan oleh teman sebaya dihubungkan
dengan kesehatan mental dan problem kejahatan. Sejumlah ahli teori juga telah
menjelaskan budaya teman sebaya remaja merupakan suatu bentuk kejahatan
yang merusak nilai – nilai dan kontrol orang tua. Lebih dari itu, teman sebaya
10 | P a g e

dapat memperkenalkan remaja pada alkohol, obat – obatan (narkoba),
kenakan]lan, dan berbagai bentuk perilaku yang dipandang orang dewasa sebagai
maladaptif (santrock, 1998)
Meskipun selama masa remaja kelompok teman sebaya memberikan
pengaruh yang besar, namun orangtua tetap memainkan peranan yang penting
dalam kehidupan remaja. Hal ini adalah karena antara hubungan dengan oang tua
dan hubungan dengan teman sebaya memberikan pemenuhan akan kebutuhan –
kebutuhan yang berbeda dalam perkembangan remaja ( Savin – William &
Berndt, 1990). Dalam hal kemajuan sekolah dan rencana karir misalnya, remaja
sering bercerita dengan orangtuanya. Orangtua menjadi sumber pentig yang
mengarahkan dan menyetujui dalam pembentukan tata nilai dan tujuan – tujuan
masa depan. Sedangkan dengan teman sebaya, remaja belajar tentang hubungan –
hubungan sosial di luar keluarga. Mereka berbicata tentang pengalaman –
pengalaman dan minat – minat yang lebih bersifat pribadi, seperti masalah
pacaran dan pandangan – pandangan tentang seksualitas. Dalam masalah –
masalah yang menjadi minat pribadinya ini umumnya remaja merasa lebih enak
berbicara dengan teman – teman sebayanya, mereka percaya bahwa teman sebaya
akan memahani perasaan – perasaan mereka dengan lebih baik dibandingkan
dengan orang – orang dewasa.

1.2.

Permasalahan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Masalah akan terjadi ketika terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian dalam suatu
proses. Proses perkembangan anak usia sekolah juga sering kali diwarnai dengan
berbagai macam permasalahan, mulai dari yang simple sampai yang kompleks. Berikut

11 | P a g e

ini adalah beberapa permasalahan yang sering terjadi pada perkembangan anak usia
sekolah
1. Gangguan Tingkah Laku
Definisi gangguan tingkah laku memfokuskan pada perilaku yang melanggar hakhak dasar orang lain dan norma-norma sosial utama. Tipe perilaku yang dianggap
sebagai simptom gangguan tingkah laku mencakup agresi dan kekejian terhadap orang
lain atau hewan, merusak kepemilikan, berbohong, dan mencuri. Gangguan tingkah
laku merujuk pada berbagai tindakan yang kasar dan sering dilakukan yang jauh
melampaui kenakalan dan tipuan praktis yang umum dilakukan anak-anak dan remaja
usia sekolah.
2. Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas (ADHD)
ADHD merupakan satu dari kelainan yang terbanyak pada anak usia sekolah.
Ditemukan sekitar 3-5% usia anak sekolah. Penyebab pasti ADHD belum diketahui
sampai sekarang. Diperkirakan beberapa faktor seperti herediter, neurologik, faktor pre
dan post natal dan toksin berpengaruh terhadap kejadian ADHD. Penelitian oleh
Linstrom dkk bahwa pada anak sekolah dengan ADHD ternyata didapatkan sebagian
besar dengan riwayat kelahiran prematur.
Anak dengan ADHD sulit untuk berkonsentrasi pada tugas yang dikerjakan dalam
waktu tertentu yang wajar sehingga mengalami penurunan dalam hal akademik. Anak
dengan ADHD mengalami kesulitan mengendalikan aktifitas dalam berbagai situasi
yang menghendaki mereka duduk tenang. Banyak anak ADHD mengalami kesulitan
besar untuk bermain dengan anak seusia mereka dan menjalin persahabatan, hal ini
mungkin karena mereka cenderung agresif saat bermain sehingga membuat temantemannya merasa tidak nyaman.
3. Disabilitas Belajar
Disabilitas belajar merujuk pada kondisi tidak memadainya perkembangan dalam
suatu bidang akademik tertentu, bahasa, berbicara, atau keterampilan motorik yang
tidak disebabkan oleh retardasi mental, autisme, gangguan fisik yang dapat terlihat,
atau kurangnya kesempatan pendidikan. Anak-anak yang mengalami gangguan ini
umumnya memiliki intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun mengalami
kesulitan mempelajari beberapa keterampilan tertentu (misal aritmatika atau membaca)
12 | P a g e

sehingga kemajuan mereka di sekolah menjadi terhambat. Disabilitas belajar untuk
menggabungkan tiga gangguan yaitu : gangguan perkembangan belajar, gangguan
4.

berkomunikasi, dan gangguan keterampilan motorik.
Kecemasan dan Depresi
Kecemasan dianggap tidak normal apabila berlebihan dan menghambat fungsi
akdemik dan soaial atau menjadi menyusahkan atau persisten. Beberapa gangguan
kecemasan yang dapat dialami oleh anak dan remaja antara lain fobia spesifik, fobia
sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, PTSD, dan gangguan mood, termasuk
depresi mayor dan gangguan bipolar. Diperkirakan 8%-9% anak-anak usia 10-13 tahun
pernah mengalami depresi mayor selama setahun. Perbedaan gender yang jelas yampak
setelah usia 15 tahun, dimana jumlah remaja perempuan yang mengalami depresi dua
kali lebih banyak dari pada laki-laki.

5. Retardasi Mental
Retardasi mental ialah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam
perkembangan fungsi kognitif dan social.
Kriteria Retardasi Mental :
a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata, IQ kurang dari 70
b. Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut : komunikasi,
mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, pengguanaan
sumber

daya

komunitas,

kemampuan

untuk

mengambil

keputusan

sendiri,

keterampilan akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan kemanan.

1.3. Perkembangan Kehidupan Pribadi Sebagai Individu
Kehidupan pribadi seorang individu merupakan kehidupan yang utuh dan
lengkap, serta memiliki ciri khusus dan unik. Kekhususan kehidupan pribadi bermakna

13 | P a g e

bahwa segala kebutuhan dirinya memerlukan pemenuhan dan terkait dengan masalahmasalah yang tidak dapat disamakan dengan individu yang lain.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi,
khususnya yang menyangkut psiko fisis, antara lain:
1. status sosial ekonomi
2. filsafat hidup keluarga
3. pola hidup keluarga
4. Selain itu, perkembangan kehidupan seseorang ditentukan pula oleh faktor keturunan
dan lingkungan.
Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda pula sesuai dengan
lingkungan dimana mereka dibesarkan. Biasanya tergantung dari cara mereka dibesarkan
di masing-masing keluarga. Hal ini menunjukan bahwa peran orang tua sangatlah vital
terhadap perkembangan kehidupan seorang anak.
Selain itu, terdapat pula pengaruh perkembangan pribadi terhadap tingkah laku.
Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh hasil proses perkembangan kehidupan
sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang.
Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seorang anak akan berperilaku mantap.
Dengan demikian dibutuhkan upaya untuk menangani pengembangan kehidupan pribadi
seorang anak, antara lain:
1. Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik
2. Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dan tanggung
3.
4.
5.
6.

jawab
Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama
Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi
Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin
Melakukan peran dan tanggung jawab dalam keluarga

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

14 | P a g e

Dari penjelasan di atas, kelompok kami menyimpulkan bahwa berbagai gangguan
perkembangan yang ditemukan selama masa sekolah akan lebih mudah diintervensi bila
ditemukan sejak dini. Deteksi dini kelainan perkembangan sangat berguna agar diagnosis
maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang anak dapat
berlangsung seoptimal mungkin. Di usia sekolah, dalam perkembangannya anak memerlukan
penambahan pengetahuan melalui belajar. Belajar secara sistematis di sekolah dan
mengembangkan sikap, kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian
perilaku bila prestasi-prestasinya yang baik, baik di rumah maupun di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia
https://atikanurul22.wordpress.com/2013/10/31/makalah-karakteristik-siswa-smp-dan-sma/
15 | P a g e

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/KARAKTERISTIK%20ANAK%20USIA%20SD
%20%287-12%20tahun%29.pdf
http://wikipedia.com/perkembangananak

16 | P a g e