Contoh DOKUMEN RPLP Kelurahan Mariana
1.1. Latar Belakang
Salah satu upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka percepatan penanganan kawasan kumuh dan gerakan 100-0- 100 pada tahun 2015-2019, adalah Strategi Pembangunan Infrastruktur berbasis Masyarakat. Strategi Pembangunan Infrastruktur di Perkotaan diantaranya dilakukan melalui pelaksanaan National Slum Up-grading Program (NSUP) atau Program Kota Tanpa Kumuh (Program Kotaku) periode 2016-2020. Program KOTAKU menggunakan sinergi pendekatan antara Pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat, Penguatan Peran Pemda sebagai Nakhoda dan Kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya di Kabupaten/Kota. Melalui sinergi ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat lebih mempercepat penanganan kumuh perkotaan dan gerakan 100-0-100 dalam rangka mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan
“Kota layak huni, produktif dan berkelanjutan” merupakan tujuan yang akan dicapai melalui Program KOTAKU (Program Kota Tanpa Kumuh). Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten/kota dan tingkat kelurahan/desa. Program KOTAKU diterjemahkan ke dalam dua kegiatan yaitu peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan permukiman kumuh yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif. Pendekatan tersebut mempertemukan perencanaan makro (top-down) dengan perencanaan mikro (bottom-up). Pemerintah kabupaten/kota memimpin keseluruhan proses kegiatan penanganan tersebut. Di tingkat kelurahan/desa, masyarakat bekerja bersama dengan pemerintahan kelurahan/desa dan kelompok peduli lainnya berpartisipasi aktif dan turut serta dalam seluruh proses pengambilan keputusan untuk penanganan permukiman kumuh di wilayahnya.
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 mengamanatkan pembangunan dan pengembangan kawasan perkotaan melalui penanganan kualitas lingkungan permukiman yaitu peningkatan kualitas permukiman kumuh, pencegahan tumbuh kembangnya permukiman kumuh baru, dan penghidupan yang berkelanjutan. Pada tahun 2016 masih terdapat
35.291 Ha permukiman kumuh perkotaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah indonesia sesuai hasil perhitungan pengurangan luasan permukiman kumuh perkotaan yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus mengalami penambahan apabila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif, menyeluruh, dan tepat sasaran. Permukiman kumuh masih menjadi tantangan bagi pemerintah kabupaten/kota, karena selain merupakan masalah, di sisi lain ternyata merupakan salah satu pilar penyangga perekonomian kota. Mengingat sifat pekerjaan dan skala pencapaiannya yang sangat kompleks, diperlukan kolaborasi beberapa pihak antara pemerintah mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan/desa, pihak swasta, masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Pelibatan beberapa pihak secara kolaboratif diharapkan memberikan berbagai dampak positif, antara lain peningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam pencapaian kota layak huni, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara hasil pembangunan, menjamin keberlanjutan, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan swasta terhadap Pemerintah.
Oleh karena itu, sebagai salah satu langkah mewujudkan sasaran RPJMN 2015 - 2019 yaitu kota tanpa permukiman kumuh di tahun 2019, Direktorat Jenderal Cipta Karya menginisiasi pembangunan platform kolaborasi melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Program KOTAKU pendukung Pemerintah Daerah sebagai pelaku utama penanganan permukiman kumuh dalam mewujudkan permukiman layak huni diantaranya melalui revitalisasi peran Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).
Program KOTAKU adalah Program Pencegahan dan peningkatan kualitas Permukiman Kumuh Nasional yang merupakan penjabaran dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat tahun 2015-2019 (RPJMN). Sasaran program ini adalah tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 (nol) Ha pada tahun 2019 melalui Pencegahan & peningkatan kualitas permukiman kumuh seluas 38.431 Ha, serta meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar dikawasan kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.
1.2. Visi, Misi Kelurahan Mariana
Adapun visi dan misi Kelurahan Mariana dalam pengembangan permukiman hunian yaitu :
“Mewujudkan Mariana Sejahtera Dengan Kawasan Permukiman Yang Layak, Sehat, Bersih, Produktif dan Berdaya Saing Yang Berkelanjutan ”
Misi Kelurahan Mariana dalam mewujudkan visi yaitu :
Memberdayakan masyarakat dan PEMDA Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana lingkungan permukiman Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana air minum, sanitasi, drainase dan
pengolahan limbah Mengembangkan dan memitrakan usaha ekonomi kreatif dengan Urban Economics Chain Memadukan perencanaan penataan kumuh dengan perencanaan kota Mengintegrasikan kebijakan dan mengkolaborasikan kelembagaan Meningkatkan kerja sama antar berbagai unsur masyarakat dengan Pemda dan swasta Mengembangkan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia Membangun masyarakat yang mandiri secara efektif dan berkelanjutan
1.3. Maksud, Tujuan Dan Sasaran
Dokumen RPLP merupakan dokumen yang menjadi acuan dan dasar dalam perencanaan penataan lingkungan permukiman terutama permukiman kumuh. Adapun maksud, tujuan dan sasaran penyusunan dokumen RPLP ini yaitu :
a. Maksud penyusunan dokumen RPLP ; Menyiapkan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan. Penerapan prinsip-prinsip "komplementaritas" dalam rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Kelurahan Mariana Menyiapkan acuan pembangunan, yang dijadikan arahan dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang melalui perumusan indikasi program utama jangka menengah
lima tahunan. Menyiapkan rencana tata ruang yang mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
ruang. Penyiapan rencana tata ruang yang dijadikan arahan dalam peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien.
Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian program-program pembangunan Perkotaan. Rencana Pengembangan Permukiman diharapkan mampu Pengembangkan komunitas yang berbasis nilai sehingga mendorong pengembangan ekonomi masyarakat.
Mampu mendukung transformasi menuju masyarakat madani melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli
b. Tujuan Penyusunan Dokumen RPLP menyusun Rencana Penataan Lingkungan Permukiman yang berwawasan lingkungan untuk menghadapi tantangan Perkembangan kota yang semakin kompleks pada masa mendatang dan dapat menjadi pedoman untuk: Pemberian perizinan bangunan, Pengaturan dan pengendalian pemanfaatan ruang Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan atau rencana tata bangunan
dan lingkungan. Penyusunan Program Pembangunan dan Investasi Pelaksanaan program pembangunan. Mampu mendukung transformasi menuju masyarakat madani melalui sejumlah
intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli.
Meningkatkan partisipatif masyarakat dalam merencanakan lingkungan
huniannya, mampu memandang potensi dan masalah sebagai upaya untuk mengembangkan peluang dan rencana tindakan ke depan.
Mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang harmonis dengan
lingkungan hunian yang sehat, tertib, Selaras, produktif, berjatidiri dan berkelanjutan.
c. Sasaran penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Mariana adalah sebagai berikut : Terumuskannya dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman yang
berkelanjutan dan mengintegrasikan perencanaan tata ruang wilayah darat guna menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan sehingga merupakan satu perencanaan yang terpadu dan saling mendukung.
Tumbuh dan berkembangnya komitmen seluruh stakeholder kota (Kelurahan Mariana) untuk mengembangkan Kelurahan Mariana dengan berpedoman kepada rencana tata ruang.
Terumuskannya sistem, prosedur, dan mekanisme yang aplikatif dalam aktivitas utama penataan ruang Kelurahan Mariana yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan yang demokratis dan transparan.
Terselenggaranya kegiatan penataan ruang Kelurahan Mariana secara partisipatif yang mencerminkan proses perencanaan yang demokratis.
1.4. Lingkup Penyusunan Dok. Review RPLP dan Ruang Lingkup Perencanaan
Secara lingkup pekerjaan penyusunan Review RPLP Kelurahan Mariana meliputi lingkup wilayah dan lingkup subtansial yaitu :
1.4.1. Lingkup Wilayah
Wilayah yang dijadikan sebagai kawasan perencanaan dalam Rencana Penataan Lingkup Permukiman (RPLP) adalah Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota - Kota Pontianak. Adapun batas-batas Kelurahan Mariana adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sungai Jawi Dalam; Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Tengah; Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sungai Kapuas Besar; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Sungai Jawi.
Kota Pontianak
Kecamatan Pontianak Kota
Kelurahan Mariana
1.4.2. Lingkup subtansial
Subtansi materi yang diatur dalam dokumen Review Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) ini meliputi :
• Visi dan misi permukiman Kelurahan; • Permasalah dan potensi permukiman kelurahan; • Konsep penanganan yang dilengkapi dengan Roadmap Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas yang disusun secara 5 (lima) tahun dengan pencapaian 0% luasan kumuh tercapai di tahun 2019;
• Kajian Safeguard • Aturan bersama; • Rencana Livelihood. • Rencana teknis kawasan terpilih; • Rencana kegiatan investasi dan kolaborasi;
1.5. Landasan Hukum
Landasan hukum Program KOTAKU sebagai acuan kebijakan pembangunan di Kelurahan Mariana merupakan integral dari kebijakan di Kota Pontianak. Sebagai acuan Landasan Hukum dalam penyusunan model perencanaan tersebut, antara lain:
I. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
II. Undang-undang Nomor1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman
III. Undang-undang Nomor23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
IV. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
V. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman
VI. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
VII. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 01/PRT/M/2014 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
VIII. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan RakyatNomor 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
IX. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 40/SE/DC/2016 tentang Pedoman Umum Program Kota Tanpa Kumuh.
X. Keputusan Gubernur Kalimantan Barat Nomor : 297/DIS PU/2013 tentang Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Perencanaan dan Pengendalian Provinsi Kalimantan Barat untuk Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Provinsi Kalimantan Barat.
XI. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2008 tentang Bangunan Gedung di Kota Pontianak.
XII. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 5 Tahun 2016 tentang Drainase.
XIII. Peraturan Daerah Kota Ponianak Nomor 7 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Bencana
XIV. Keputusan Walikota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat No. 398/D-CKTRP/Tahun 2015 tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kota Pontianak.
1.6. Sistematika Penyusunan
Sistematika penulisan dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Mariana akan diuraikan dalam beberapa bab yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari dokumen RPLP, maksud, tujuan, dan sasaran dari dokumen RPLP, serta tinjauan ruang lingkup penyusunan dengan landasan hukum yang mendukung dalam penyusunan RPLP yang menerangkan manfaat dokumen dan sistematika pembahasan.
BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN MARIANA
Bab ini membahas tentang gambaran umum pada Kelurahan Mariana yang memuat karakteristik wilayah dan kondisi fisik dasar dan kondisi permukiman Kelurahan Mariana, serta 7 indikator dalam permasalahan permukiman kumuh dan kondisi ekonomi, sosial dan budaya yang ada di Kelurahan Mariana.
BAB III ANALISA PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN
Bab ini membahas tentang analisis pencegahan dan peninggkatan kualitas permukiman yang didalamnya memuat analisis kebijakan terkait dan analisis kebutuhan penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Mariana.
BAB IV SKENARIO PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN
Bab ini membahas tentang road map dalam pencegahan permukiman kumuh, scenario peningkatan kualitas permukiman kumuh, scenario penetapan lokasi prioritas peningkatan kualitas permukiman kumuh yang terbagi menjadi 3 kawasan wilayah permukiman kumuh.
BAB V RENCANA DAN TEKNIS PENCEGAHAN SERTA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
Bab ini membahas tentang rencana pencegahan dan peningkatan permukiman kumuh yang ada di 3 kawasan deliniasi permukiman kumuh, serta rencana pola ruang dan rencana sarana prasarana yang didukung dengan rencana pengembangan penghidupan berkelanjutan masyarakat.
BAB VI RENCANA INVESTASI PROGRAM DAN KOLABORASI
Bab ini membahas indikasi program yang akan dilaksanakan di Kelurahan Mariana dan Kolaborasi.
BAB II
GAMBARAN UMUM KELURAHAN MARIANA KECAMATAN PONTIANAK KOTA
2.1. Letak Geografis dan Batas Administratif
Kelurahan Mariana secara administrasi masuk dalam kecamatan Pontianak Kota, adapun Luas wilayah kelurahan 55,09 Ha yang terdiri dari 10 RW dengan 44 RT. Adapun batas wilayah kelurahan Mariana adalah :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sungai Jawi Dalam; Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Tengah; Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sungai Kapuas Besar; Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Sungai Jawi.
2.2. Kondisi Fisik Dasar
Kelurahan Mariana merupakan bagian dari kecamatan Pontianak Kota, yang terletak -0.019461 Lintang selatan 109.33 Bujur timur. Luas wilayah di Kelurahan Mariana adalah 55,09 Ha, yang terdiri dari 44 RT. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Kota Pontianak Tahun 2011 - 2031 disebutkan bahwa Kelurahan Mariana masuk pada Rencana Pengembangan sistem perkotaan yaitu sebagai pusat kegiatan wilayah ( PKW ) yang meliputi kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan permukiman serta pusat Pelabuhan.
Secara umum ketinggian tanah di Kelurahan Mariana relatif merendah ditengah dan meninggi di pinggiran kota. Menurut keadaan topografi, Kelurahan Mariana ketinggian tanah 1-3 meter di atas permukaan laut dan mempunyai kemiringan lahan melandai ke arah aliran sungai dan kemiringan rata rata 0,8-1,5 meter.
Keadaan pasang surut Sungai Kapuas merupakan aspek hidrologis yang sangat berperan dan berpengaruh terhadap aspek hidrologis ini, yaitu keadaan topografi yang rata-rata rendah di atas permukaaan laut dan posisi geografis kota yang berada pada garis khatulistiwa. Besarnya pengaruh pasang dan curah hujan yang tinggi terutama terjadi pada daerah daerah pinggiran sungai. Besarnya pengaruh pasang surur ini berkisar 1-2 meter.
Berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi dan Geofosika Direktorat Jendral Perhubungan Udara Supaadio Pontianak, keadaan klimatologi Kelurahan Mariana dan sekitarnya dapat dijelaskan sebagai berikut : Banyaknya curah hujan rata-rata dalam setahun berkisar antara 2000-3500 milimeter per bulan, rata-rata tekanan udara berkisar 1,010-1,012 milibar per bulan, rata-rata penyinaran matahari berkisar antara 40-60 persen per bulan, rata-rata temperatur udara berkisar 26-32 °C tiap bulan, kecepatan angin rata- rata berkisar antara 4-5 knots.
Keadaan Geologi atau struktur tanah di Kelurahan Mariana termasuk dalam wilayah peneplant dan sedimen aluvial yang secara fisik merupakan jenis tanah liat. Jenis tanah ini berupa gambut bekas endapan lumpur sungai kapuas. Keadaan ini sangat labil dan mempunyai daya dukung yang sangat rendah.
2.3. Kondisi Demografi
Kelurahan Mariana mobilitas penduduk termasuk tinggi, hal ini tidak terlepas dari visi yang dimiliki oleh Kelurahan Mariana sebagai sentra kawasan jasa dan perdagangan, adapun jumlah penduduk kelurahan Mariana :
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Mariana
Jumlah Penduduk
Jumlah
Jumlah laki-laki
jiwa
Jumlah perempuan
Jiwa
Jumlah total
Jiwa
Jumlah kepala keluarga
KK
jiwa/Km 2 Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Kepadatan Penduduk
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelurahan Mariana
0-12 Bulan
1- 5 Tahun
6-10 Tahun
11-15 Tahun
16-20 Tahun
21-25 Tahun
26-30 Tahun
31-40 Tahun
41-50 Tahun
51-60 Tahun
61-70 Tahun
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kelurahan Mariana
Perempuan Tingkatan Pendidikan
Usia 3-6 Tahun Yang Belum Masuk TK
248 Usia 3-6 Tahun Yang Sedang TK/Play Group
115 Usia 7-18 Tahun Yang Tidak Pernah Sekolah
0 0 Usia 7-18 Tahun Yang Sedang Sekolah
923 Usia 18-56 Tahun Tidak Pernah Sekolah
0 0 Usia 18-56 Tahun Pernah SD Tetapi Tidak Tamat
141 Tamat SD/Sederajat
634 Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat SLTP
92 Jumlah Usia 18 – 56 Tahun Tidak Tamat SLTA
78 27 Tamat SMP/Sederajat
673 Tamat SMA/Sederajat
1220 Tamat D-1/Sederajat
25 41 Tamat D-2/Sederajat
25 41 Tamat D-3/Sederajat
95 121 Tamat S-1/Sederajat
175 Tamat S-2/Sederajat
7 11 Tamat S-3/Sederajat
3 2 Tamat SLB A
0 0 Tamat SLB B
1 0 Tamat SLB C
0 0 Tidak/Belum Sekolah
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Mariana
Laki-Laki
Perempuan
Jenis Pekerjaan
(Jiwa)
(Jiwa)
Petani 7 2 Buruh tani
1 1 Buruh migran perempuan
0 0 Buruh migran laki-laki
0 0 Pegawai Negeri Sipil
90 Pengrajin industri rumah tangga
2 0 Pedagang keliling
7 0 Dokter swasta
2 5 Bidan swasta
0 4 Perawat swasta
0 12 Pembantu rumah tangga
0 22 TNI
3 0 POLRI
18 2 Pensiunan PNS/TNI/POLRI
52 22 Pengusaha kecil dan menengah
1 0 Pengacara
1 0 Notaris
0 1 Dukun Kampung Terlatih
0 0 Jasa pengobatan alternatif
1 1 Dosen swasta
6 8 Pengusaha besar
0 0 Arsitektur
0 0 Seniman/Artis
1 0 Karyawan perusahaan swasta
456 Karyawan perusahaan pemerintah
22 9 Buruh harian lepas
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Agama Kelurahan Mariana
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
2.4. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya
a. Profil Kemiskinan
Pada tahap siklus ke RPK dan PS, telah dilakukan Refleksi Perkara kritis tentang kemiskinan dan kumuh yang pada dasarnya memberikan profil umum uraian mengenai kemiskinan yang mencakup definisi umum miskin , kriteria kemiskinan, Pada tahap siklus ke RPK dan PS, telah dilakukan Refleksi Perkara kritis tentang kemiskinan dan kumuh yang pada dasarnya memberikan profil umum uraian mengenai kemiskinan yang mencakup definisi umum miskin , kriteria kemiskinan,
b. Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan sudah menjadi masalah nasional bahkan Internasional. Kemiskinan harus dituntaskan secara serius dan berkelanjutan. Sehingga penyebab kemiskinan bisa diketahui dan masyarakat miskin dapat dikurangi. Peyebab Kemiskinan tiap daerah berbeda. Sesuai dengan hasil musyawarah, faktor penyebab kemisikinan itu : Kurangnya lapangan pekerjaan Tidak punya modal usaha Banyak anak/tanggungan Pendidikan rendah Tidak punya ketrampilan Pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran Kepedulian orang kaya terhadap yang miskin kurang Hilangnya kejujuran dan hati nurani ( individualis) Biaya kebutuhan hidup mahal Kesehatan kurang Kemiskinan sudah menjadi masalah nasional bahkan Internasional. Kemiskinan harus dituntaskan secara serius dan berkelanjutan. Sehingga penyebab kemiskinan bisa diketahui dan masyarakat miskin dapat dikurangi. Peyebab Kemiskinan tiap daerah berbeda. Sesuai dengan hasil musyawarah, faktor penyebab kemisikinan itu : Kurangnya lapangan pekerjaan Tidak punya modal usaha Banyak anak/tanggungan Pendidikan rendah Tidak punya ketrampilan Pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran Kepedulian orang kaya terhadap yang miskin kurang Hilangnya kejujuran dan hati nurani ( individualis) Biaya kebutuhan hidup mahal Kesehatan kurang
S truktur perekonomian Kelurahan Mariana didominasi oleh Perdagangan dan Jasa.Perdagangan yang berkembang di kawasan perencanaan pada umumnya
berupa perdagangan eceran, sementara bentuk perdagangan besar masih relatif sedikit. Bentuk perdagangan di dalam kawasan permukiman diantaranya warung – warung dan toko - toko kecil/ruko. L okasi penyebaran kawasan perdagangan dan
jasa yangbesar terpusat di sepanjang j al an ut a ma ya n g me n jadi zo n a li n ier ka w asan pe r dagangan da n ja s a. Di jln. Lembah Murai te r dapat sa t u pa s ar tr a disional ya i tu Pa s ar Pagi ya n g te r letak di kelurahan mariana y ang pasarnya 3x seminggu. P a s ar te r sebut t id ak ha n ya me l ayani lingkup wi l ayah ke l urahan ta p i li n gkup Ke c amatan. Se k tor in f ormal ce n derung menyebar d i ka w asan pe r mukiman. Wa r ung at a u to k o lo k asinya at a u le t aknya ma s ih menjadi sa t u de n gan te m pat ti n ggal at a u ru m ah. Adapun sarana dan prasana yang terdapat di Kelurahan Mariana sebagai berikut :
Tabel 2.6. Sarana Kesehatan Kelurahan Mariana
No
Sarana Kesehatan
Jumlah (Unit)
1. Rumah Sakit Umum
2. Puskesmas Pembantu
3. Toko Obat
4. Posyandu
5. Apotik
6. Praktek Dokter
7. Rumah Bersalin
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 201
Tabel 2.7. Sarana Ekonomi Kelurahan Mariana
No
Sarana Ekonomi
Jumlah (Unit)
1. Warung Makan
2. Toko Kelontong
3. Industri Makanan
4. Industri Meubel
5. Industri Kerajinan
10. Usaha Perdagangan
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Tabel 2.8. Sarana Pendidikan Kelurahan Mariana
No
Jumlah Penduduk
Jumlah (Unit)
1. TK 5 2. SD / Sederajat
4 3. SLTP / Sederajat
2 4. SLTA / Sederajat
1 5. PAUD
3 Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Tabel 2.9. Sarana Olahraga Kelurahan Mariana
No
Jumlah Penduduk
Jumlah (Unit)
1. Lapangan Sepakbola 2. Lapangan Bulutangkis
3. Lapangan Volly
4. Lapangan Golf 5. Lapangan Basket 6. Lapangan Futsal
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
Tabel 2.10. Sarana Ibadah Kelurahan Mariana
No
Jumlah Penduduk
Jumlah (Unit)
1. Masjid
2. Surau / Musholla
3. Gereja
4. Wihara
Sumber : Profil Kelurahan Mariana Tahun 2015
2.5. Kondisi Fungsi Penggunaan Lahan
Dikelurahan Mariana tata guna lahan diperuntukkan untuk perdagangan, pelayanan jasa, pendidikan dan permukiman. Melihat kondisi yang ada diKelurahan Mariana untuk di area koridor Jalan Pak kasih merupakan kawasan perdagangan sedangkan dijalan Merdeka Barat merupakan kawassan pendidikan dan area permukiman.
LEGENDA
Fasilitas Kesehatan Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Peribadatan Pelabuhan
Perdagangan & Jasa Permukiman Ruang Terbuka Hijau Industri & Pergudangan
2.6. Kondisi Fisik Bangunan
Status kepemilikin bangunan di Kelurahan Mariana terbagi atas Hak Milik, Kontrak dan Hak Guna Bangunan. Kondisi bangunan dari hasil pemetaan swadaya, dapat dimasukkan dalam kategori permanen, semi permanen dan panggung. Sedangkan material bangunan yang digunakan bervariasi. Lantai terdiri dari dari keramik, dan semen. Dinding terdiri dari semen, papan, tripleks dan seng. Sedangkan untuk atap terdiri dari atap daun, seng dan metal roof.
Gambar 2.1. Kondisi Rumah di Kelurahan Mariana
2.7. Kondisi Jaringan Jalan
Jalan perumahan yang baik, harus memberikan rasa yang aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan kendaraan bermotor. Selain itu,h arus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Idealnya jalan lokal dengan lebar perkerasan 6-7 Meter mempunyai bahu jalan selebar 1,5 – 2 M, trotoar lebar 1 M dan drainase lebar 0,5 M. Sedangkan jalan lingkungan dengan lebar perkerasan 1,2 – 2 M mempunyai bahu jalan dan drainase yang masing-masing lebarnya adalah 0,5 M. Analisis Kondisi Umum Jalan yang berada di Kelurahan Mariana adalah berikut : Jalan Lokal yang yang ada pada kawasan Pada umumnya dalamkondisi baik, disebelah kiri kanan belum terdapat trotoar kecuali di jalan sunu, sedangkan untuk jalan lingkungan menggunakan paving blok. Sebagian jalan trotoar beralih fungsi menjadi tempat PKL (pedagang kaki lima).
Gambar 2.2.
Kondisi Jaringan Jalan di Kelurahan Mariana
2.8. Kondisi Jaringan Drainase
Drainase, sistem drainase di lingkungan Mariana pada umumnyatidak berfungsi baik. Hal ini disebabkan karena adanya sampahyang membuat sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, sistem Drainase, sistem drainase di lingkungan Mariana pada umumnyatidak berfungsi baik. Hal ini disebabkan karena adanya sampahyang membuat sistem drainase tidak berfungsi dengan baik, sistem
Gambar 2.3. Kondisi Jaringan Drainase di Kelurahan Mariana
2.9. Kondisi Persampahan
Menurut Standar Nasional Indonesia, setiap orang dalam 1 harimenghasilkan sampah 2,5 lt. di Kelurahan Mariana sampah merupakan merupakan permasalahan utama, di Kelurahan Mariana masih kurangnya kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya walaupun di wilayah tersebut telah terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sampah Sementara) yang tidak terkelolah dengan baik sehingga sampah menumpuk.
Gambar 2.4.
Kondisi Persampahan di Kelurahan Mariana
2.10. Kondisi Air Minum
Sumber air bersih di Kelurahan Mariana berasal dari PAM dan air sungai, tapi tidak semua masyarakat memiliki fasilitas air PAM,sehingga masyarakat mengambil air dari sungai ataumasyarakat membeli air untuk di minum. Sehingga untuk air minum masyarakat Kelurahan Mariana menggunakan air hujan dan air galon.
2.11. Kondisi Pengelolaan Air Limbah
Sanitasi dan pembuangan Limbah rumah tangga pada umumnya langsung di buang ke drainase utama tanpa dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan drainase mengalami penurunan fungsi dan berbau. Untuk kawasan pinggiran sungai pembuangan limbah langsung dibuang kesungai oleh warga masyarakat.
Sedangkan untuk penggunaan WC sebagian masyarakat ada yang menggunakan MCK umum dikarenakan tidka memiliki MCK pribadi. Dan MCK pribadi juga masih ada beberapa masyarakat yang kondisinya tidak layak secara teknis.
2.12. Aspek Legalitas Lahan
Berdasarkan hasil baseline didadapatkan bahwa kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada masyarakat di Kelurahan Mariana sedikit. Kepemilikan IMB masih terbatas pada rumah-rumah yang dibangun ditepian jalan raya dan bangunan rumah baru. Sedangkan untuk kawasan tepian sungai Kapuas hampir sebagian besar rumah tidak memiliki IMB. Untuk legalitas lahan hampir seluruhnya masyarakat memiliki minimal adanya SKT (Surat Keterangan Tanah).
2.13. Potensi Dan Resiko Bencana
Wilayah Kota Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan tidak dilalui dengan jalur gunung berapi aktif seperti kota-kota di hampir sebagian besar pulau lainnya. Tetapi karena kondisipermukaan lahan yang rendah serta dilalui oleh beberapa sungai besar, Kota Pontianak sangatdipengaruhi dengan arus pasang surut air sungai. Maka tidak jarang Kota Pontianak seringtergenang saat intensitas hujan meningkat apalagi jika bersamaan dengan pasang air sungai. Peristiwa alam lainnya yang pernah terjadi adalah Angin Puting Beliung dan Kabut Asap akibatkebakaran hutan.
BAB III ANALISIS PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN
3.1. Analisa Kebijakan Perencanaan Kota terkait Kelurahan Mariana
Analisa kebijakan adalah salah satu tinjuan untuk mengetahui apa saja perencanaan yang akan dilakukan dan pencegahan apa saja yang dapat di tanggulangi sebelum peningkatan perkembangan permukiman di Kelurahan Mariana. Berikut adalah Analisa Kebijakan terkait yang disesuaikan khusus di Kelurahan Mariana – Pontianak Kota :
3.1.1. Analisis Visi dan Misi
Dalam sub bab ini menjelaskan keterkaitan antar visi dan misi dalam Dokumen RTRW Kota Pontianak, RPJP Kota Pontianak, RPJMD Kota Pontianak, RP4D dan SPPIP yang terkait dengan pembangunan serta capaian peningkatan kedepan dalam keberlangsungan Kota Pontianak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Analisa Visi dan Misi sesuai Dokumen RTRW, RPJP, RPJMD dan SPPIP
RTRW Kota Pontianak (2013-2033)
RPJP Kota Pontianak
RPJMD Kota
Pontianak (2015-2019)
RP4D Kota
Pontianak
SPPIP
Tinjuan Kebijakan
isi
“Mewujudkan Kota Perdagangan Dan Jasa Terdepan Di Kalimantan Yang Aman, Nyaman, Produktif Dan Berkelanjutan”
Pontianak Kota Khatulistiwa yang sejahtera melalui perdaganga n dan jasa berwawasan lingkungan
“Pontianak Kota
Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan, Terdepan dalam Kualitas Sumber Daya Manusia, Prima dalam Pelayanan Publik, Didukung dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan
Bersih”
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan & Permukiman Kota Pontianak “ yang Tertata, Terfokus, Tepat sasaran dan berkualitas bagi segenap masyarakat Kota Pontianak”.
”Terwujudnya permukiman dan
infrastruktur perkotaan yang mampu mendukung pengembangan kota Pontianak sebagai kota khatulistiwa berwawasan lingkungan, aman dan nyaman untuk dihuni serta dapat meningkatkan produktifitas dan kreatifitas
masyarakat”.
Visi yang bertujuan mewujudkan Pontianak Kota Khatulistiwa yang sejahtera melalui perjas serta pembangunan dan pengembanga n perumahan dan permukiman yang berwawasan lingkungan, aman dan nyaman untuk dihuni, serta meningkatkan kualitas SDM
MISI
RTRW Kota Pontianak (2013-2033)
RPJP Kota Pontianak
RPJMD Kota
Pontianak (2015-2019)
RP4D Kota
Pontianak
SPPIP
Tinjuan Kebijakan
Mi
si
Mewujudka n Masyarakat Yang Berkualitas, Berahlak Mulia, Berbudaya dan Beradab
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang religius, cerdas, sehat, berbudaya dan harmonis.
Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan permukiman sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Mewujudkan permukiman sehat, baik melalui konsep pengembangan skala besar (ekstensif) maupun konsep pengembangan hunian vertikal (intensif)
Mewujudkan permukiman yang sehat melalui konsep pengembanga n skala besar sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat dengan meningkatkan kualitas SDM yang berbudaya dan beradab
Mewujudka n Masyarakat Madani, Manusiawi, Berkurangn ya masalah sosial, makin berdaya dan terjamin hak-hak warga
Menerapkan prinsip-prinsip Good governance dalam penyelenggara an pemerintahan dan implementasi Zona Integritas melalui penetapan Wilayah Bebas Korupsi di sektor pelayanan publik.
Mewujudkan pembangunan perumahan permukiman sesuai dengan daya dukung lingkungan dan arahan tata ruang.
Mewujudkan kawasan permukiman yang bebas genangan/banjir, melalui peningkatan sistem drainase, kawasan resapan dan kawasan ruang terbuka hijau.
Mewujudkan kawasan permukiman yaang sesuia daya dukung lingkungan melalui peningkatan sistem drainase, kawasan resapan, dan kawsan RTH, dengan arahan tata ruang yang bermasyaraka t madani dan manusiawi
Mewujudka n pertumbuha n ekonomi dan penanaman modal untuk kesejahteraa n dan keadilan
Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kota dan wilayah.
Mewujudkan perumahan permukiman yang tertata baik rumah, prasarana dasar & lingkungannya.
Mengoptimalkan sistem infrastruktur air bersih di permukiman, dengan target 90% kawasan perkotaan terlayani PDAM.
Mewujudkan perumahan permukiman yang tertata baik dengan mengoptimalk an sistem infrastruktur air bersih dan meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
Mewujudka n kota perdaganga
Mewujudkan tata ruang kota berwawasan
Mewujudkan keterlibatan pemerintah,
Mengoptimalkan pelayanan transportasi
Mewujudkan kota perdagangan
RPJP Kota
RTRW Kota
Tinjuan Pontianak
Pontianak
RPJMD Kota
RP4D Kota
Pontianak
SPPIP
Kebijakan (2013-2033)
n, jasa,
dan jasa,
koperasi dan yang nyaman
masyarakat
dengan
koperasi dan
UKM untuk
aman dan layak terhadap
mengedepankan UKM yang
tenaga kerja
kebutuhan
transportasi lingkungan
dan
rumah dan
lingkungan. melibatkan
dan swasta
permukiman.
serta masyarakat melalui pelayanan transportas yang ramah lingkungan
Membangun dan Mewujudkan
n sarana,
iklim usaha
kerja sama &
meningkatkan sarana dan
prasarana,
yang kondusif
koordinasi
jaringan jalan prasarana
tata ruang
guna memacu
unsur/ satuan
perkotaan.
sesuai iklim
dan wilayah
pertumbuhan
kerja
usaha yang
perkotaan
ekonomi kota
yang berdaya
n dan jasa
publik dalam
melalui kerja
lingkungan
permukiman.
sama dan koordinasi satua kerja pemerintah dalam pelayanan publik dengan membangun dan meningkatkan jaringan jalan perkotaan
6 Mewujudka
Membangun dan Mewujudkan
n tata kelola
meningkatkan tata kelola
pemerintaha
pelayanan listrik pemerintah
n yang baik
perkotaan,
yang baik
mengedepankan membangun
masyarakat
sumber-sumber dan
terbarukan. pelayanan
politik dan
listrik
taat hukum
perkotaan 7 Mengembangkan
Mengembang permukiman dan
kan infrastruktur
infrastruktur perkotaan di
perkotaan
seluruh
yang merata
kecamatan secara merata, untuk
RPJP Kota
RTRW Kota
Tinjuan Pontianak
Pontianak
RPJMD Kota
RP4D Kota
Pontianak
SPPIP
Kebijakan (2013-2033)
mengurangi kesenjangan antar wilayah kota. 8 Meningkatkan
Meningkatkan
pelayanan
pelayanan fasilitas umum
fasum dan (fasum) dan
fasos fasilitas sosial (fasos) di setiap unit lingkungan permukiman. 9 Meningkatkan
Meningkatkan
pelayanan
sistem persampahan,
pengelolaan
persampahan mengedepankan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. 1 Meningkatkan
telekomunikas telekomunikasi
perkotaan.
3.1.2. Analisis Struktur Ruang
Dalam sub bab ini menjelaskan keterkaitan kebiajakan struktur ruang yang ada di RTRW Kota Pontianak dengan peningkatan dan arahan rencana yang ada di Pontianak Kota yang terkhusus di Kelurahan Mariana, untuk lebih jelasna dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2. Analisis Struktur Ruang
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pengembangan
Arahan Rencana Kebijakan
Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Kelurahan Mariana
Pusat Pelayanan Kota (PPK) → Sub
a. perdagangan dan jasa;
PPK III
b. Pendidikan menengah dan tinggi c. Pelayanan kesehatan d. Perumahan kepadatan sedang e. perkantoran
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kota 1 rencana sistem prasarana
Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer
utama (rencana sistem
- jaringan transportasi darat)
(Ruas Jalan Pak Kasih)
Sistem Jaringan Jalan Arteri Sekunder (K.H. Wahid Hasyim)
Sistem Jaringan jalan kolektor sekunder (Ruas Jalan Merdeka)
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pengembangan
Arahan Rencana Kebijakan
2 Sistem jaringan pelayanan
Jalur angkutan barang dari jalan
Jalur Angkutan barang regional
pelabuhan ke wilayah Regional seperti:
1. Jalan Kom Yos. Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi Usman – Jl. Tanjung Pura – Jalan Imam Bonjol – Jalan Adi Sucipto – Jembatan Kapuas II.
Jalur Angkutan barang dari pelabuhan ke kawasan industri dan pergudangan seperti :
1. Jalan Kom Yos.Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi Usman – Jl. Tanjung Pura – jalan parallel Tol – Jalan Ya’ M Sabran – Jalan Tritura – Jalan Selat Panjang – Jalan Gusti Situt Mahmud – Jalan Khatulistiwa.
2. Jalan Kom Yos. Sudarso – Jalan Pak Kasih – Jalan Rahadi U 3 Rencana sistem prasarana
Meningkatkan cakupan wilayah lainnya (Sistem jaringan
Sistem Penyediaan Air Minum
pelayanan distribusi air minum infrastruktur perkotaan)
untuk seluruh wilayah Kota
Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah domestik dilakukan dengan sistem Septic Tank. Pengelolaan air limbah non domestik yang mencakup limbah berupa bahan kimia dan bahan berbahaya dan beracun (B3) ditampung di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada masing-masing penggunaan lahan yang menghasilkan limbah berbahaya dan beracun (B3) Pengembangan jaringan dan pengolahan limbah domestik wilayah kota pontianak
Sistem Persampahan
Pengembangan program pengelolaan sampah secara berkelanjutan dengan mengembangkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di setiap kecamatan
Pengembangan sistem pengangkutan sampah lingkungan
Mengembangkan dan menerapkan model pengelolaan sampah 3R (reuse, reduce, recycle
Rencana Struktur Ruang
Rencana Pengembangan
Arahan Rencana Kebijakan
Sistem Drainase
Sistem Jaringan Drainase Tersier adalah parit-parit yang tersebar mengikuti sistem jaringan jalan lokal
Prasarana dan Sarana Jaringan
Peningkatan jalur pejalan kaki di
Jalan Pejalan Kaki
kawasan komersial dan perkantoran
Jalur Evakuasi Bencana
Jalur Evakuasi di Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Barat meliputi Jalan Pattimura, Jalan Hassanuddin, Jalan Zainuddin, Jalan Pak Kasih, Jalan Gusti Hamzah, Jalan Putri Candramidi, Jalan Sutan Syahrir, jalan Prof. M Yamin, Jalan Ampera, Jalan Kom. Yos Sudarso dan jalan R.E. Martadinata.
Sumber : Hasil Analisa RTRW ( 2013-2033) Kota Pontianak,2017
3.1.3. Analisis Pola Ruang
Dalam sub bab ini menjelaskan keterkaitan Kebijakan Pola Ruang yang ada di RTRW Kota Pontianak (2013-2033) dengan peningkatan arahan rencana yang ada di Pontianak Kota yang terkhusus di Kelurahan Mariana, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Arahan Kebijakan KAWASAN LINDUNG
Rencana Pola Ruang
Rencana Pengembangan
1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan
terhadap Kawasan Dibawahnya
2 Kawasan
Di daratan sepanjang tepian Sungai Kapuas Perlindungan
Kawasan sempadan
Rencana pengelolaan kawasan perlindungan Setempat
sungai
setempat meliputi: Pembuatan tata batas kawasan; Melakukan rehabilitasi lahan pada kawasan yang
telah rusak; Penanaman vegetasi/penghijauan pada
sempadan sungai sebagai ruang terbuka hijau;
Pembangunan jalan Inspeksi pada sempadan
Sungai Pengembangan tembok/tanggul penahan daya
rusak air; Melakukan pembebasan lahan pada kawasan
sempadan yang termasuk lahan milik Negara; dan
Penataan, pengamanan dan penertiban
pemanfaatan lahan pada sempadan sungai sesuai peruntukannya.
3 Kawasan Ruang
RTH Privat kurang lebih
Terbuka Hijau Kota
Rencana Pola Ruang
Rencana Pengembangan
Arahan Kebijakan
(sembilan ratus empat puluh lima) hektar atau sekitar 8,76 % dari luas wilayah kota meliputi: RTH pekarangan rumah, kantor, pelayanan umum, pertokoan dan tempat usaha. RTH Publik seluas 2.659 (dua ribu enam ratus lima puluh sembilan) hektar atau sekitar 24,60% dari luas wilayah kota terdiri atas : RTH taman;
RTH hutan kota;
RTH Lapangan olahraga; RTH jalur hijau; RTH pemakaman
umum; RTH sabuk hijau kota.
4 Kawasan Cagar
Budaya 5 Kawasan
Kawasan rawan terdapat di bagian wilayah kota Bencana
Rawan
yang mempunyai tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi terutama kawasan pusat pelayanan kota dan sub pusat pelayanan kota.
KAWASAN BUDIDAYA
1 Kawasan Perumahan
Kawasan peruntukan perumahan seluas 4.358
hektar
2 Kawasan
Pasar Tradisional
Perdagangan dan Jasa Pusat perbelanjaan
3 Kawasan
Kawasan peruntukan perkantoran swasta Perkantoran
Kawasan peruntukan
perkantoran swasta
dikembangkan secara merata di pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota.
4 Kawasan Industri dan
Industri rumah tangga/kecil dikembangkan di Pergudangan
Industri rumah
seluruh kawasan permukiman 5 Kawasan Pariwisata
tangga/kecil
6 Kawasan Ruang Kawasan peruntukan Terbuka Non Hijau
ruang terbuka non hijau seluas kurang lebih 277 hektar, meliputi: Kawasan Sepanjang
Kanan Kiri Tepian Sungai Kapuas Mulai dari Persimpangan Sungai Kapuas-Sungai Landak
sampai Kelurahan Parit Mayor;
Lahan Parkir Komunal yang diperkeras di pusat-pusat perdagangan dan perkantoran;
Plaza dan pedestrian yang telah diperkeras
Rencana Pola Ruang
Rencana Pengembangan
Arahan Kebijakan
tersebar di bagian wilayah kota;
Lapangan Olahraga terbuka yang diperkeras; dan
Ruang terbuka biru berupa Alur Sungai Kapuas, Sungai Landak serta parit-parit primer.
7 Kawasan Ruang
Evakuasi Bencana 8 Kawasan Ruang bagi
peruntukan kawasan pujasera di pelataran pusat pertokoan, di Kegiatan Sektor
kegiatan sekitar pasar, terminal
Informal
sektor informal
dan pelabuhan kawasan pedagang kaki lima yang merupakan
bagian dari taman-taman kota Pemanfaatan beberapa ruas jalan pada waktu- waktu tertentu yang diatur melalui peraturan walikota
9 Kawasan Peruntukan
Kawasan peruntukan
Lainnya
perikanan Kawasan peruntukan
- pelayanan umum
Kawasan peruntukan
Puskesmas dan balai pengobatan diarahkan di
kesehatan
setiap pusat lingkungan
Kawasan peruntukan
Kawasan peruntukan peribadatan diarahkan
peribadatan
menyebar dan merata di seluruh kawasan kota dan/atau permukiman
Sumber : Hasil Analisis RTRW (2013-2033) Kota Pontianak, 2017
3.2. Analisis Kebutuhan Penanganan Permukiman Kelurahan
Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi masalah dan hambatan utama bagi pengembangan kota. Laju perkembangan kota yang semakin pesat membuat pemanfaatan lahan yang semakin kompetitif, sedangkan di sisi lain, perkembangan kota menjadi daya tarik urbanisasi yang pada akhirnya menyebabkan tingginya tingkat permintaan akan tempat tinggal di dalam kota. Selain itu pesatnya perkembangan penduduk perkotaan tersebut yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota sehingga telah berakibat pada semakin meluasnya lingkungan permukiman kumuh. Meluasnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan telah menimbulkan dampak pada peningkatan frekuensi bencana kebakaran dan banjir di perkotaan, meningkatnya potensi kerawanan dan konflik sosial, menurunnya tingkat kesehatan masyarakat, menurunnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana perrmukiman1 . Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang perlu disingkirkan.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya. Adapun salah satu penyebab terjadinya kumuh :
1. Terjadinya pertambahan penduduk yang lebih pesat dari padakemampuan pemerintah dalammenyediakan hunian serta layananprimer lainnya secaralayak/memadai;
2. Tumbuhnya kawasan perumahan dan permukiman yang kurang layak huni, yang pada berbagai daerah cenderung berkembang menjadi kumuh, dan tidak sesuai lagi dengan standar lingkungan permukiman yang sehat;
3. Kurangnya perhatian / partisipasi masyarakat akan pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan permukiman guna kenyamanan dan kemudahan dukungan kegiatan usaha ekonomi .
Guna mengidentifikasi kawasan kumuh yang terdapat di kelurahan, terdapat 7 (tujuh) indikator kumuh, yaitu: (1). Kondisi Bangunan (keteraturan, kepadatan dan persyaratan teknis bangunan); (2). Kondisi Jalan Lingkungan (cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur); (3). Kondisi Drainage Lingkungan (cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur); (4). Kondisi Penyediaan Air Minum (cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur); (5). Kondisi Pengelolaan Limbah (Cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur); (6). Kondisi Pengelolaan Sampah (cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur); (8). Kondisi Pengamanan Kebakaran (cakupan pelayanan, kualitas infrastruktur).
Berdasarkan pertimbangan potensi dan masalah di lapangan, hasil analisis dan kajian, serta mengacu kepada tata ruang kota Pontianak, maka konsep pendekatan perencanaan pola pemanfaatan ruang di Kelurahan Mariana yaitu kombinasi planning style: (1) Ameliorative Problem-Solving, atau pendekatan perencanaan tata ruang yang bersifat untuk memperbaiki dan ataumenyelesaikan permasalahan dan (2) exploitive opportunity seeking ,atau perencanaan dengan memperhatikan peluangperkembangan di masa yang akan datang.
Konsep perencanaan Ameliorative Problem-Solving berdasarkan permasalahan penataan ruang di Kelurahan Mariana yaitu : • Permukiman padat penduduk . • Minimnya ruang terbuka hijau. • Banjir yang disebabkan saluran air yang ada tidak cukupmenampung air hujan,
dikarenakan saluran air yang sempit dan tersumbat oleh sampah. • Persampahan, yaitu belum ada tempat pengolahan sampah terpadu.
• Pasar Pagi di Mariana yang kurang tertata Dalam rencana pengembangan ruang suatu kawasan,konsep tata hijau menjadi
penting untuk mendapat perhatian khusus terkait Undang-Undang No. 20 tahun 2007 tentang penataan ruang bahwa suatu kawasan perkotaan harus tersedia minimal 20% RTH. Di kelurahan Mariana tata hijau belum tertata dengan baik,Rencana Tata Hijau di Kelurahan Mariana adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan kawasan hijau (menghijaukan jalur hijau)
2. Mempertahankan Ruang Terbuka Hijau yang masih ada
3. Potensi lahan yang tidak dimanfaatkan agar dibuat menjadi Ruang Terbuka Hijau.
4. Dibuat tanaman-tanaman hias di setiap pekarangan rumah,sehingga lingkungan menjadi lebih hijau dan asri.
5. Menghijaukan lorong-lorong dengan tanaman pot.
3.2.1. Analisa Demografi
Berdasarkan profil baseline 100-0-100 Kelurahan Mariana, jumlah penduduk Tahun 2015 adalah 8759 Jiwa dengan laju pertumbuhan 0.55% pertahun.
Tabel 3.11. Proyeksi Penduduk
Tangga (KK)
(Ha/jiwa)
Sumber : Hasil Analisa,2017
Kebutuhan ruang kawasan permukiman dapat mengikuti standarnya 60% hunian : 30% SPU : 10% RTH. Berdasarkan SNI 03-1733-2004, Standar Kebutuhan luas lantai minimum per KK (5 orang) adalah 51 m 2 . Untuk standar ideal KDB bagi kawasan hunian adalah 50%. Dari standar tersebut maka ditentukan Kebutuhan Luas Kavling Minimum adalah 100 m 2 /KK atau 0,01 ha/KK. Jika luas kawasan hunian (X) adalah 60% dari total kebutuhan luas ruang wilayah (Z), maka kebutuhan luas untuk SPU (Y) adalah 20% dan kebutuhan lahan RTH adalah 10% dari total kebutuhan luas ruang permukiman (Z). Sebelum mengetahui kebutuhan ruang ruang SPU, maka terlebih dahulu harus diketahui Kebutuhan Ruang Total.
Adapun kebutuhan ruang total (Z) yaitu 70% x Z = X (Luas kebutuhan ruang hunian) atau jika disederhanakan menjadi: Z = 100 (Luas kebutuhan ruang hunian) / 60 Jadi, kebutuhan luas untuk SPU (Y) = 30% x total kebutuhan luas ruang permukiman (Z) Kebutuhan luas untuk RTH = 10% x total kebutuhan luas ruang permukiman (Z)
Tabel 3.12. Analisa Kebutuhan Ruang
Kebutuhan Ruang (Ha)
SPU (Ha)
RTH (Ha)
hunian (Ha)
Sumber : Hasil Analisa,2017
3.2.2. Analisa Ekonomi, Sosial dan Budaya
Ekonomi
Mayoritas Sektor Kawasan kota dengan bentuk Memunculkan jiwa Informal
cluster permukiman kampung,
entrepreneur yang
bukan dengan tipe distrik kota
mengandalkan kreatifitas dan
yang terbentuk dari improvisasi
inovasi dalam berusaha
gaya hidup, teknologi dan
mengbah lingkungan
ekonomi modern menjadikan
permukiman yang lebih baik
masyarakat dapat memilih beragam profesi sesuai kebutuhan dan keadaan dan warisan dari keluarga tidak terikat pada satu mata pencaharian
Sosial
Penduduk multi
Keberagaman multi budaya- etnis
Dikunjungi dari berbagai daerah
etnis berkontribusi Penduduk lokal
untuk kepentingan perdagangan
perumusan aturan bersama berbaur dengan
dan jasa
Tidak ada pendataan jumlah
warga dalam berbagai warga dalam berbagai
penduduk yang akurat
perspektif kajian masyarakat Keberagaman multi-budaya- etnis berkontribusi perumusan aturan bersama
Pendidikan
Tingkat
Memudahkan penataan pendidikan
Lokasi strategis memudahkan
lingkungan, perumusan masyarakat
akses ke sarana pendidikan
kebijakan dan melahirkan ide merata