D LILIS MARWIYANTI AL QURAN AL HADITS 1. (1)

FITRAH DAN IMPLIKASINYA DALAM TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA MENURUT AL QUR’AN DAN AL HADITS

Lilis Marwiyanti

Intitut Agama Islam Negeri Metro Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111 E-mail: lilismarwiyanti97@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini memaparkan bagaimana hakikat manusia yang sesungguhnya serta implikasinya dalam beberapa teori perkembangan manusia menurut kajian di dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Pada

hakikatnya manusia merupakan manusia dualisme yang terdiri dari dua substansi yaitu ruh dan jasad. Kedua substansi tersebut saling berkaitan dan berkolaborasi sehingga dapat dinamakan manusia. Allah menciptakan manusia bukanlah tanpa tujuan. Manusia diciptakan oleh Allah dengan makhluk yang sebaik-baiknya makhluk, karena manusia memiliki kelebihan yang tidak ada dalam makhluk lainnya. Diantaranya manusia memiliki fisik yang lebih sempurna, selain itu manusia dilengkapi oleh akal, hati, serta penalaran agar dapat melangsungkan kehidupan di dunia dengan baik. Fitrah diciptakannya manusia sebagai khalifah di muka bumi, manusia harus bisa menjadi seorang khalifah bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain serta lingkungan sekitarnya. Sebagai khalifah manusia harus memiliki sifat-sifat seperti jujur, amanah, bertanggung jawab, serta sifat-sifat terpuji lainnya. Berdasarkan fitrahnya, manusia merupakan makluk multidimensional serta multipotensial. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, manusia diharapkan menjalankan fitrah manusia dengan sebaik-baiknya di dunia. Karena manusia menentukan kemakmuran serta kehancuran yang terjadi di muka bumi karena ulah tangan manusia yang tidak amanah dalam menjalankan janji yang diucapkannya dengan Allah. Manusia kadang lalai serta mengabaikan perintah dari Tuhannya. Kata Kunci: manusia, fitrah, dan dunia.

Abstract

This article describe how essencially the human who the best and implication in same teory development of the human on Qur’an or Hadits. In the here the human is a human the dualisme who of change two substantion that is spirit and body. The both of spirit and body that each other to colaboration so that can be name human. Allah SWT to make human not whithout outline. Tha human that make of Allah whit creature who is the best creature because the human have as well as who nothing on creature other. Among other thing human have a body who more perfect, except its the human also the complete with a intellect, a heart, and commob sense so that can be to continue the living in the world with excellant. The compulsory over of human as a leadership on the world, the human should to be able become a leadership not to alone but also to other people and earth the universe. As a leadership the human should have a characteristics as like honest, good entrusted, responsibility, and a other good caracteristics. Based on compulsory offer, the human a creature multidimensionation and multipotency. With various of the more who its possession, the human that hope the exeture compulsory offer human with preferably on the world. Because human certain definite properity and smashy who there on the earth because a hand human who not good entrusted on the execute promise who he explamation with Allah. Human sometime careless and without interest the command from her God. Keyword: human, compulsory offer, and world.

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang komplek serta unik. Ketika membahas tentang manusia, seseorang tidak akan kehabisan pembahasan. Manusia diberi akal oleh Allah Swt untuk berfikir.Karena manusia adalah khalifah di bumi, maka manusia memiliki inteligensi yang paling tinggi sehingga memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur. Dan manusia memiliki kesadaran normal, jiwa manusia tidak pernah damai kecuali mengingat Allah Swt. 1

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna, karena manusia dilengkapi hati, akal, serta pikiran yang akan membantu manusia dalam menjalani permasalahan hidup di muka bumi. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh manusia tersebut maka manusia menjadi raja di muka bumi. Tuhan menciptakan alam semesta ini untuk manusia jadi manusia harus bisa melestarikannya. Hewan, tumbuhan, serta lingkungan merupakan tanggung jawab manusia untuk menjaga serta melestarikannya. Jadi sangat penting bagi manusia untuk melestarikannya. Manusia juga tidak hany mengkaji mengenai alam sekitar saja, namun ada aspek lain yang perlu diperhatikan diantaranya: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, serta bidang lainnya. Untuk itu manusia perlu untuk

mengkaji semua itu berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits. 2 Pendidikan adalah suatu kepentingan bagi setiap manusia, karena melalui pendidikan manusia

mampu memiliki kualitas serta integritas kepribadian.Untuk itu, manusia harus mengenal pendidikan serta menerapkan yang telah dipelajarinya dalam kesehariannya. Proses pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang sebenarnya dan sempurna. Sejak lahir ke dunia anak sangat bergantung pada orang lain, karena ia memerlukan bimbingan dari orang dewasa untuk mengetahui sesuatu dalam

proses pendidikan. 3 Dalam keilmuan pendidikan terdapat lima bagian pokok yang perlu dipelajari, diantaranya:

konsep tentang manusia, tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, serta proses pembelajaran. Yang paling pokok dari kelima hal tersebut yaitu konsep tentang manusia, karena manusia merupakan makhluk yang dapat dididik serta bisa mendidik. Selain itu manusia dapat melakukan proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah mereka rencanakan. Sedangkan makhluk lain tidak dapat melakukannya, maka dari itu manusia dijuluki sebagai home educabile. Selain itu

1 Yesi Lisnawati, and Aam Abdussalam, Wahyu Wibisana, ‘Konsep Khalifah Dalam Al Qur’an Dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudhu’i Terhadap Konsep Khalifah Dalam Tafsir Al-Misbah)’, Tarbawy, Vol. 2 No. 1 (2015), 50.

2 Abdul Khobir, ‘Hakikat Manusia Dan Implikasinya Dalam Proses Pendidikan’, Forum Tarbiyah, Vol. 8, No. 1 (2010), 2.

3 Barsihannor, ‘Strategi Dan Pendekatan Pendidikan (Telaah Terhadap Konsep Pendidikan Lukman Al Hakim)’, Jurnal Adabiyah, Vol. 14, No. 2 (2014), 203.

manusia dijuluki sebagai manusia modern (homo sapiens, homo recens). Homo sapiens merupakan salah satu organisme yang ada dalam evolusi yang telah berhasil hidup dan memiliki kedudukan di alam semesta karena mempunyai otak cerdas dan besar, selain itu manusia merupakan pengamat serta

telaah yang baik. 4 Sebagian konsep pendidikan anak yang selama ini berkembang berasal dari barat yang berbeda dari islam. Namun sayang sekali guru-guru agama Islam mengadopsi konsep tersebut secara tidak kritis. Bahkan universitas-universitas Islam masih menggunakan serta mengadopsi konsep tersebut dan menjadikannya sumber primer. Penyebabnya karena sedikit referensi yang membahas seputar konsep pendidikan anak dalam perspektif Islam. Maka dari itu, perlu dilakukan revitalisasi konsep pendidikan

anak dari tradisi intelektual Islam. 5 Dua fungsi manusia sebagai abid serta khalifah adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Untuk menjalankan fungsi abid serta khalifah, tentu tidak cukup mengandalkan ilmu-ilmu kauniyah sehingga tidak ada lagi pemisah ilmu. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw., yang artinya: “Barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia hendakalah dia berilmu. Dan barang siapa menginginkan (kebahagiaan) akhirat hendaklah ia berilmu. Dan barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) keduanya hendaklah berilmu.” (H.R. Imam Ahmad)

Berdasarkan Al Hadits tersebut tergambar bahwa untuk menjalankan fungsi sebagai abid dan khalifah, manusia harus berilmu. Hakikat ilmu sebagai ilmu Allah harus dikaji setiap pribadi dalam membawa dunia serta isinya ke gerbang kemaslahatan. Sosok manusia yang berilmu selalu memperhatikan keseimbangan duniawi dan ukhrawi sehingga disebut sebagai manusia Ulul Albab. Manusia seperti itu selalu mengedepankan aspek fikir, dzikir, serta amal shaleh. Maka dari itu mereka mempunyai pandangan mata yang tajam, otak yang cerdas, hati yang lembut, serta ilmu yang luas, dan semangat serta jiwa pejuang. 6

B. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati didukung dengan studi literatur atau

4 Dinasril Amin, ‘Konsep Manusia Dalam Sistem Pendidikan Islam’, Jurnal Al-Ta’lim, jilid 1 No. 3 (2012), 188– 200.

5 Imron Rassidy, ‘Analisis Komparatif Tentang Konsep Pendidikan Anak Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah Dan Al Ghazali: Implikasinya Terhadap Pen didikan Agama Islam Kontemporer’, 1.

6 Abdul Halim Fathani, ‘Paradigma Pembelajaran Dalam Perspektif Tarbiyah Ulul Albab Dan Multiple Intelligences’, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang, 2.

studi kepustakaan berdasarkan pendalaman kajian pustaka berupa data, sehingga realitas dapat dipahami. Terkait dengan studi pustaka, Muhajjir membedakan menjadi dua jenis, yaitu: studi pustaka yang memerlikan olahan uji kebermaknaan empirik di lapangan dan kajian kepustakaan yang lebih

memerlukan olahan filosofik dan teoritik daripada uji empirik. 7

Dalam upaya membandingkan sistem paradigma yang berlainan membutuhkan banyak telaah teks sehingga penelitian ini didominasi studi pustaka. Karena metode telaah pustaka lebik banyak memfokuskan upaya olahan filosofik dan teoretik daripada validasi kuantitatif, maka kebenaran yang ingin dicapai adalah kebenaran substantif.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode yang menggunakan data deskripsi secara tertulis maupun lisan yang memfokuskan pada persepsi serta teori-teori para ahli yang dikaji ulang melalui suatu penelitian yang sesuai dengan kenyataan yang ada.

C. Ranah Pembahasan

Kajian mengenai manusia telah menjadi pusat pembicaran sepanjang zaman. Kajian mengenai manusia telah menciptakan berbagai macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup. Namun pembicaraan tentangnya sampai kapanpun senantiasa menarik. Allah telah memudahkan manusia untuk meninjau kembali hakikat dirinya berdasarkan Al Qur’an serta Al Hadits. Dengan

demikian manusia tidak akan keliru dalam menempatkan diri sebagai makhluk di muka bumi. 8 Manusia merupakan misteri. Para filosof berusaha untuk memikirkan hakikat manusia. Hasil dari

pemikiran mereka terwujud dalam munculnya filsafat tentang manusia. Pemikiran tentang manusia sejak dahulu belum pernah berakhir karena manusia selalu berusaha menggali apa, darimana, serta kemana manusia itu. Pembicaraan mengenai manusia melahirkan empat aliran, diantaranya: Pertama, aliran serba zat (aliran yang beranggapan bahwa pada hakikatnya manusia adalah zat atau materi. Karena materi berada di dunia, pandangan ini identik dengan sifat duniawi serta tidak percaya pada sifat rohani. Implikasi teori ini dalam pendidikan yaitu manusia hanya butuh pengalaman, latihan serta tidak mengakui kemampuan kreativitas serta inisiativitas.

Kedua, aliran serba ruh yang berpendapat bahwa hakikat manusia adalah ruh, sedangkan badan hanyalah bayangan saja. Ruh merupakan sesuatu yang tidak menempati ruang sehingga tidak dapat disentuh serta dilihat oleh mata. Menurut aliran ini ruh lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada

7 Abdul Khobir. 8 Amrizal, ‘Humanisasi Peserta Didik: Mempertimbangkan Kembali Konsepsi Al Qur’an Tentang Manusia’, Jurnal

Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 2 (2012), 182.

badan atau materi. Hubungan pendidikan dengan aliran ini bahwa pendidikan harus dilaksanakan berdasarkan kodrat kebutuha rohani terutama membina perasaan, kemauan, spirit, serta rasio.

Ketiga, aliran dualisme yaitu aliran yang berpendapat bahwa hakikatnya manusia terdiri dari dua substansi yaitu jasmani serta rohani dan badan serta ruh yang berkolaborasi membentuk manusia. Keempat, aliran eksistensialisme yaitu aliran yang mengkaji manusia secara menyeluruh mengenai keberadaan manisia di dunia. 9

Dalam islam hakikat manusia diantaranya: manusia merupakan makhluk yang paling baik dibandingkan makhluk lainnya, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna (insan kamil) yang memilki potensi jasmani, kalbu, akal, social, akhlak, seni, serta psikologikal, selain itu manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan manusia sebagai makhluk yang paling bagus proses kejadiannya, manusia juga merupakan makhluk yang bersifat ketuhanan (rohani), selain itu manusia sebagai makhluk yang

mulia. Konsep manusia menurut Al Qur’an serta Al Hadits adalah makhluk jasmani dan rohani. 10 Ketika melihat beberapa ayat Al Qur’an, Al Hadits, keterangan para ulama serta para mufassir,

hampir semua menyatakan fitrah telah di bawa manusia sejak lahir. Sehingga ketika orang berbuat buruk, maka dapat dikatakan manusia melenceng dari fitrahnya. Ada beberapa penyebabnya yang

terdapat didalam Al Qur’an, dan Al Qur’an memberi solusi untuk menyelamatkan fitrah tersebut agar manusia menjadi manusia seutuhnya.

Selain potensi beragama, manusia memiliki potensi lain yang beragam serta berbeda tingkatan. Ia berpengaruh pada perkembangan fisik, psikis, serta fitrah keagamaan. Hal ini jika ditinjau dari struktur penciptaan manusia yang terdiri atas dua unsur yang masing-masing memiliki potensi atau daya. Jasmani memiliki daya fisik diantaranya melihat, mendengar, mencium, meraba, daya gerak, serta merasa. Sedangkan rohani dalam Al Qur’an disebut Al Nafs memiliki dua daya yaitu daya pikir serta

daya rasa. 11 Seluruh potensi manusia bertumpu pada otak. Dan ilmu yang mempelajari otak disebut

neurosains. Dalam hal ini pendidikan terbatas pada pengembangan potensi manusia, terutama yang bertumpu pada otaknya. Terdapat dua sebab pendidikan Islam tidak menaruh perhatian pada neurosains sehingga menyebabkan pemisahan IQ, EQ, atau SQ, yaitu hilangnya filsafat dalam pendidikan Islam maksudnya pendidikan Islam tidak mempunyai basis epistimologi keilmuan, dan pengembangan

9 Abdul Khobir. 10 Dinasril Amin. 11 Syarifah Ismail, ‘Tinjauan Filosofis Pengembangan Fitrah Manusia Dalam Pendidikan Islam’, Jurnal At-Ta’dib,

Vol. 8, No. 2 (2013), 243.

keilmuan dikotomik ( wajib- sunnah, ‘ain-kifayah, dunia-akhirat). Dalam filsafat pendidikan Islam tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan insan kamil. 12

Setiap kecerdasan berdasarkan potensi biologis, yang selanjutnya diekspresikan sebagai hasil fator-faktor genetik serta lingkungan yang mempengaruhi. Kecerdasan tidak ditemukan dalam bentuk murni. Sebaliknya kecerdasan tertanam dalam berbagai symbol, seperti gambar, bahasa, notasi musik, pita serta simbol matematika. Secara rinci kecerdasan dibedakan menjadi tiga, yaitu: kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata, kemampuan untuk mrnghasilkan masalah baru untuk dipecahkan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam budaya masyarakat. Pada dasarnya setiap individu cerdas, tidak ada individu yang bodoh. Cerdas yang dimaksud bukan cerdas di segala bidang, namun cerdas di bidang masing-masing dalam kehidupan nyata. Semua aktivitas yang dilakukan memerlukan kombinasi dari beberapa kecerdasan.

Kecerdasan memiliki tujuh komponen, yang meliputi: kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan ritmik-musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. Masing-masing individu memiliki kecerdasan tersebut tetapi memiliki persentase yang berbeda. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kecerdasan masing- masing yang berdampak pada proses pendidikan yang dilaluinya, maka diharapkan memudahkan manusia untuk menyiapkan diri sebagai manusia ulul albab.

Konsep pembelajaran berparadigma tarbiyah ulul albab harus benar-benar memperhatikan fitrah kecerdasan manusia, dalam tulisan ini dimaksud sebagai kecenderungan kecerdasan individu. Ulul albab adalah orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi kulit.Akal pikirannya digunakan

untuk memikirkan serta memahami ayat-ayat Allah. 13 Namun manusia merupakan penyebab terjadinya kerusakan di muka bumi. Berbagai kasus

kerusakan alam dalam lingkup global maupun nasional, sebenarnya berakar dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.

Pengelolaan ekonomi tanpa penyelarasan implikasi sosial ekonominya, yang berperan penting dalam hilangnya jaminan keselamatan manusia serta keamanan sosial dalam perubahan proses ekonomi. Perubahan ekologis yang mendasar telah mengubah pola dasar interaksi sosial. 14

12 Suyadi, ‘Integritasi Pendidikan Islam Dan Neurosains Dan Implikasinya Bagi Pendidikan Dasar (PGMI)’, Al- Bidayah, Vol. 4, No. 1 (2012), 116.

13 Abdul Halim Fathani. 14 Ahmad Khoirul Fata, ‘Teologi Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Islam’, Ulul Albab, Vol. 15, No. 2 (2014),

Islam tidak pernah melupakan unsur materi serta eksistensinya karena manusia berhak menyimpan, menyumbang, serta mewariskan hartanya untuk anak. Dengan kebebasan yang telah diberikan manusia pantas menjadi khalifah Allah serta pemakmur bumi. Dan meningkatkan taraf hidup manusia. Dalam pemahaman Islam selalu menekankan kehidupan berekonomi yang baik dan meskipun itu merupakan target yang harus dicapai namun itu bukan tujuan akhir. Pemahaman ini adalah garis merah antara Islam dan paham materialisme, sosialisme, serta kapitalisme.

Banyak sejarah yang mencatat tentang realitas yang ada bahwa kebebasan manusia untuk memiliki adalah kesatuan yang tidak dipisahkan dalam kehidupannya dan selalau berkesinambungan serta saling mempengaruhi satu serta lainnya. Individu dapat menguasai sumber kekayaan serta menguasai ekonominya. Selain itu, manusia juga mengarahkan kehidupan masyarakat serta

merencanakan hari esok dan menjamin kelangsungan kekuasaan manusia. 15

Manusia mempunyai posisi serta kedudukan yang mulia dan berwujud sempurna dibanding makhluk lain. Tetapi tidak jarang manusia yang tergelincir ke posisi yang rendah bahkan lebih rendah dari hewan. Hal istimewa yang dimiliki manusia yaitu adanya kemampuan untuk berfikir serta berzikir. Dengan itu, manusia dapat mengenali yang baik serta buruk. Moral yang dimiliki manusialah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Pengertian moral berkaitan erat dengan kesadaran moral. Manusia dikodratkan memiliki kesadaran moral saat awal pertumbuhan pada saat awal manusia berpikir serta berkehendak, karena datangnya kebenaran dalam diri setiap orang berbeda waktunya,

bertahap, serta akibatnya dipengaruhi lingkungan. 16 Dilihat dari kedudukannya, anak didik merupakan makhluk yang berada dalam proses

perkembangan serta pertumbuhan menurut kemampuan masing-masing yang memerlukan bimbingan serta pengarahan dan pendampingan yang konsisten kearah titik optimal potensi yang dimilikinya. Dalam pandangan yang modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek pendidikan, tetapi perlu diperlakukan sebagai subjek pendidikan. Sebab beranggapan anak memiliki potensi yang harus dikembangkan.

Pandangan modern menyatakan anak didik memiliki potensi alamiah yang diwarisi sejak lahir yaitu bakat serta kemampuan atau potensi dasar yaitu akal yang membuat anak didik mampu mengatasi problematika hidupnya berupa tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan yang timbul dari lingkungan. Potensi yang dimiliki manusia mempunyai kekuatan-kekuatan yang perlu dikembangkan.

15 Ambok Pangiuk, ‘Kepemilikan Ekonomi Kapitalis Dan Sosialis (Konsep Tauhid Dalam Sistem Islam)’, Nalar Fiqh: Jurnal Kajian Ekonomi Islam Dan Kemasyarakatan, Vol. 4, No. 2 (2011), 2.

16 Asep Mahfudz, ‘Menghadapi Tantangan Modernisasi Dengan Mewujudkan Kualitas Manusia Indonesia Melalui Peneguhan Pendidikan Moral’, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 2 No. 3 (1945), 244.

Salah satu usaha yang digunakan untuk mewujudkan potensi dasar yang berupa bakat serta serta kemampuan akal yang perlu dikembangkan agar berfungsi secara optimal yaitu melalui pendidikan. 17

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memanusiakan manusia. Maksudnya, seorang bayi yang lahir tidak dengan sendirinya menjadi manusia yang berbudaya. Untuk itu manusia yang berbudaya harus melalui pengembangan serta pembinaan jasmani dan rohani melalui kegiatan pendidikan. Rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan memiliki komponen-komponen seperti berikut: pendidikan merupakan proses berkesinambungan, proses pendidikan memiliki arti menumbuhkembangkan eksistensi manusia, eksistensi manusia yang memasyarakatkan, proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.

Makna pendidikan selalu berkaitan dengan bahasan hal-hal berikut: pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja serta diprogramkan untuk memilih filsafat atau ideologi kehidupan sebagai dasar pijakan, kegiatan pendidikan diberikan melalui pendidikan formal dan pendidikan informal serta pendidikan nonformal.

Pendidikan mengandung tiga hal yang meliputi: aktivitas serta usaha untuk meningkatkan kepribadian manusia dengan membina potensi-potensinya, ada lembaga yang bertanggung jawab menetapkan tujuan pendidikan, hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan masyarakat serta

usaha lembaga-lembaga dalam mencapai tujuan pendidikan. 18 Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama anak dibesarkan serta dididik dan

memberikan peranan yang berarti dalam proses pendidikan, karena di lingkungan ini untuk pertama kalinya anak menerima nilai serta norma yang ditanamkan kepada anak tersebut. Maka dari itu orang tua merupakan penanggung jawab pendidikan anaknya. Sebagai penanggung jawab anak, orang tua dituntut untuk mendidik, membimbing, serta membesarkannya menjadi orang yang dewasa serta berguna bagi Negara serta bangsa. Orang tua memiliki peranan kuat dalam menentukan serta membentuk masa depan dari anak. Dalam hal ini, Nabi Muhammad saw. pernah mengisyaratkan peranan penting orang tua dalam membentuk pendidikan anak. Sebagai mana terdapat dalam Al Hadits yang artinya:

17 Azimatul Khoirot, ‘Studi Komparatif Tentang Konsep Potensi Anak Didik Dalam Perspektif John Dewey Dan Pendidikan Islam’, Religi: Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 2 (2015), 182.

18 Bahroni, ‘Pendidikan Islam Sebagai Solusi Alternatif Untuk Mengatasi Kemerosotan Moralitas Anak Bangsa’, Insania, Vol. 14, No. 2 (2009), 2.

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani,

atau Majusi”. Al Hadits tersebut memberi petunjuk kepada orang tua agar mereka memanfaatkan fungsinya

sebagai orang tua dengan baik, karena pendidikan dari orang tua merupakan dasar pembinaan kepribadiaan dari anak. Orang tua tidak boleh membiarkan anaknya tumbuh tanpa bimbingan dan menyerahkan kepada guru-guru disekolahnya saja. Dalam keluarga anak diberi bimbingan berupa pendidikan moral, jiwa, ibadah, serta akidah agar dapat mengosongkan jiwa dari sifat tercela serta

mengisinya dengan sifat terpuji sehingga menjadi anak shaleh. 19 Di dalam kurikulum pendidikan Islam penentu hakikat subjek didik merupakan unsur yang paling

penting dalam usaha mendidik. Tanpa konsep yang jelas mengenai subjek didik maka pendidikan yang dilakukan meraba-raba serta tujuan pendidikan tidak akan dirumuskan melalui refresentatif. Pendidikan merupakan usaha untuk menolong manusia sebagai subjek didik guna menyingkap serta menemui rahasia alam, mengembangkan bakat, serta mengarahkan kecenderungan-kecenderungannya dan memimpinnya demi kebaikan dirinya serta masyarakat.

Dalam Islam, manusia adalah makhluk Allah yang tidak akan muncul dengan sendirinya. Al Qur’an mengemukakan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah kemudian dijelaskan lagi bahwa manusia diciptakan oleh Allah. Pengetahuan mengenai asal kejadian manusia sangat penting dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam serta materi yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam. Asal kejadian manusia dapat dijadikan tolak ukur dalam menetapkan pandangan bagi orang Islam. Pandangan mengenai kemakhlukan manusia menggambarkan hakikat manusia sebagai makhluk Allah.

Manusia dipengaruhi lingkungna dalam pertumbuhan serta perkembangan potensi yang dimilikinya. Tetapi, pertumbuhan jasmani tidak senantiasa dipengaruhi oleh faktor keturunan. Begitu pula pertumbuhan kepribadian serta kecenderungan sosial. Tingkat serta kadar pengaruh tersebut berbeda antara seseorang dengan orang lainnya, sesuai dengan segi pertumbuhan masing-masing. Kadar kedua faktor itu berbeda sesuai dengan umur serta fase pertumbuhan yang dilalui.

Manusia merupakan makhluk yang berkembang karena dipengaruhi pembawaan serta lingkungan. Dalam perkembangan berikutnya manusia memiliki kecenderungan untuk menerima Allah sebagai Tuhan, karena manusia memiliki kecenderungan untuk beragama sejak lahir sebagai fitrahnya. Ayat ini dapat dijadikan bukti adanya kecenderungan manusia untuk menerima Allah sebagai Tuhan mereka. Firman Allah dalam Q.S Al Rum ayat 30, yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan

19 Barsihannor.

lurus kepada Agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan

manusia tidak mengetahuinya.” Meskipun Islam mengakui pengaruh lingkungan atas perkembangan fitrah, tetapi bukan berarti

Islam menjadi hamba kepada lingkungan. Lingkungan memang memegang peranan yang penting dalam pembentukan tingkah laku anak, namun ia bukan satu-satunya faktor yang menentukannya, karena berat sebelah dalam melihat hakikat manusia, serta tidak menghargai harkat manusia yang pada hakikatnya proses individualitas serta sosialitasnya secara naluriah tidak mungkin dihindarkan dalam

perkembangan hidupnya. 20 Pendidikan adalah persoalan hidup serta kehidupan (life is education and education is life),

semua proses hidup serta kehidupan manusia merupakan proses pendidikan. Dalam Al Qur’an, pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi dasar yang dimiliki manusia agar mempunyai kemampuan untuk memahami hidup serta kehidupan.

Sejak awal kehadirannya, Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan serta pengajaran. Hal ini sesuai dengan lima ayat Al Qur’an yang pertama turun dalam Q.S. Al ’Alaq. Secara normatif-teologis, ayat tersebut diakui sebagai anjuran untuk melaksanakan aktivitas pendidikan. Dan secara historis-empiris, umat Islam memainkan peran yang signifikan serta menentukan dalam bidang pendidikan sehingga hasilnya dapat dirasakan hingga saat ini.

Berdasarkan Q.S. Al ‘Alaq ayat 1 sampai 5, kurang tepat jika Allah swt. memerintah nabi Muhammad saw. membaca teks tanpa ada teksnya. Untuk itu dapat dipahami bahwa pengertian membaca tidak hanya membaca teks namun mengumpulkan berbagai informasi melalui penelitian kajian serta penalaran sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. 21

Potensi yang dimiliki manusia dapat dibedakan menjadi potensi jasmani serta potensi rohani. Potensi rohani manusia terdiri atas empat unsur pokok, diantaranya: ruh, kalbu (hati), nafsu, serta akal. Meskipun ruh memiliki karakteristik yang halus, abstrak, rahasia serta gaib, tetapi ruh dapat diidentifikasi melalaui sifatnya.

Secara jasmani (fisik), manusia merupakan makhluk yang paling potensial. Manusia dianugerahi rupa serta bentuk fisik yang bagus serta memiliki kelengkapan anggota tubuh untuk membantu serta

20 Buhori Muslim, ‘Kurikulum Pendidikan Islam Dalam Konsep Filosofis’, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 11, No. 2 (2011), 360.

21 Colle Said, ‘Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al ’Alaq Ayat 1-5’, Hunafa: Jurnal Studia Islamika, Vol. 13, No. 1 (2016), 92.

memudahkan semua kegiatannya. Proses penciptaan manusi dari nutfah (air mani) sampai menjadi rangka yang menggambarkan bentuk manusia , merupakan kesempurnaan manusia secara fisik. Potensi jasmani yang ada pada manusia adalah segala daya manusia yang berhubungan dengan aktivitas

fisiknya. 22 Shalat merupakan suatu aktivitas jiwa yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena shalat merupakan proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan semesta alam. Gerakan-gerakan shalat merupakan tugas biologis, unsur-unsur pokok jasmani. Doa-doa dalam shalat sebagai lambang penghormatan pada Allah swt.

Shalat merupakan benteng hidup kita agar tidak terjerumus dalam perbuatan keji dan mungkar, selain itu kita akan merasa lebih dekat kepada Allah swt. serta segala sesuatu yang dilakukan hanya karena Allah serta hanya mencari ridho Allah, dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang buruk. 23 Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia, karena pendidikan merupakan kunci penyadaran manusia menjadi hamba yang sesungguhnya. Penanaman nilai-nilai agama merupakan bagian yang tidak terpisah dari pendidikan anak yang dilengkapi oleh keteladanan orang tua. Pendidikan agama dimaksud meliputi: pendidikan akidah, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak, pendidikan Al Qur’an, pendidikan puasa serta haji, dan pendidikan fikih. Keenam aspek

pendidikan tersebut harus berdampak secara positif terhadap penanaman akidah. 24 Melalui proses belajar dalam fase perkembangan manusia bisa memiliki kemahiran maupun

pengetahuan. Nabi Muhammad memberi motovasi kepada umat Islam untuk menuntut ilmu pengetahuan. Beliau menganggap mencari ilmu sebagai perjalanan di jalan Allah.Beliau menganggap amal perbuatan yang mengantarkan pelakunya ke surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.bahwa Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan dari Abud Darda’ r.a., mengatakan aku telah mendengar Rasulullah saw. yang artinya: “Barang siapa meneliti jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkan dia pada jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat pasti akan meletakkan sayapnya karena ridha terhadap orang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya makhluk yang ada di langit dan bumi akan memohon ampun bagi orang yang alim, sampai ikan paus berada di dalam air (juga memoh on ampun baginya).”

22 Dian Iskandar Jaelani, ‘Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia: Konsep Dan Strategi Implementatif’, Edukasi, Vol. 3, No. 1 (2015), 701.

23 Edi B achtiar, ‘Shalat Sebagai Media Komunikasi Vertikal Transendental’, Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 5, No. 2 (2014), 389.

24 Fathan Boulu, ‘Konsep Anak Menurut M. Quraish Shihab Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan’, Jurnal Pembaharuan Pendidikan Islam ( JPPI ), Vol. 1, No. 1 (2014), 54.

Keutamaan ilmu menyebabkan malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap aktivitas penuntut ilmu. Sesungguhnya ilmu pengetahuan dengan berbagai keutamaan yang disebutkan memang layak untuk dicari oleh seorang mukmin. Allah menyanjungkan kedudukan orang berilmu

dalam Q.S. Az Zumar ayat 9. 25

Pengertian pendidikan Islam merupakan suatu proses yang komprehensif dalam pengembangan kepribadian seseorang, yang meliputi: intelektual, emosional, spiritual, serta fisik sehingga seorang Muslim disiapkan dengan baik untuk melaksanakan tujuan penciptaan manusia sebagai hamba serta khalifah Allah di bumi.

Al Qur’an merupakan sumber kebenaran dalam Islam yang tidak diragukan lagi. Sedangkan Al Hadits merupakan landasan pendidikan Islam yang berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan dalam bentuk isyarat. Proses pendidikan Islam berusaha mencapai tiga tujuan, yaitu tujuan individual, social serta professional. Ketiga tujuan tersebut terpadu serta terarah agar dapat mencapai tujuan akhir pendidikan dalam Islam. Tujuan akhir dari pendidikan Islam harus sesuai dengan tujuan hidup seorang Muslim.Pendidikan Islam hanyalah suatu sarana untuk mencapai tujuan hidup Muslim, bukan

merupakan tujuan akhir. 26 Tujuan hidup seorang Muslim sebagaimana terdapat dalam Q.S. Adz Dzariyat ayat 6 yang

artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Pendidikan Islam adalah bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam secara keseluruhan. Maka dari itu, tujuan akhir harus selaras dengan tujuan hidup manusia dalam Islam. Dalam pendidikan ada nilai- nilai yang dapat dijadikan tujuan pendidikan. Manusia memiliki potensi spiritual yang tersusun dari badan serta ruh. Ruh merupakan daya piker manusia yang bergantung pada panca indra yang bersifat materi karena otak yang berbentuk fisik. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki kebutuhan spiritual, baik yang memeluk agama ataupun yang belum beragama. Manusia memerlukan pedoman hidup dalam kesehariannya.

Pendidikan spiritual adalah pendidikan yang sungguh-sungguh, suci serta mulia untuk membentuk jiwa, watak, serta karakter dan kepribadian sehingga tercipta manusia ahsani taqwim serta membebaskan belenggu yang menghalangi emansipasi.

Dalam pandangan Islam serta perspektif pendidikannya, anak terbagi atas dua bagian, yaitu: anak dipandang sebagai anugerah yang keberadaannya dibutuhkan orang tua karena kehadiran anak dapat

25 Hadi Mutamam, ‘Paradigma Manusia Dan Implikasinya Terhadap Prinsip Belajar (Telaah Kajian Qur’an’, Dinamika Ilmu, Vol. 13, No. 2 (2013), 251.

26 Imam Masruri , “Pendidikan Islam dalam Upaya Meningkatkan Spiritualitas Anak: Kajian Surat Luqman,” Episteme Vol. 8 No. 2 (Desember 2013): 351.

menopang kebahagiaan sebuah keluarga, sebagimana terdapat dalam Q.S. Al Kahfi ayat 46 yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalam-amalan yang kekal lagi shaleh adalah lebih baik pahalanya diisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.

Selain itu, anak dipandang sebagai ujian serta fitnah bagi orang tuanya ketika salah dalam mendidiknya, sebagaimana terdapat di dalam Q.S. At Taubah ayat 55 yang artinya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, se dang mereka dalam keadaan kafir.”

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik anak, diantaranya: sikap kasih sayang yang akan menciptakan suasana damai dalam pembangunan mental anak, sikab bijaksana yang terdapat dalam nilai-nilai keteladanan yang di contohkan oleh Rasulullah, komunikasi yang efektif dalam keluarga karena merupakan sarana pewarisan nilai-nilai moral dari orang tua kepada anak, kondisi keluarga yang harmonis yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian yang

dimiliki anak, sebagaimana terdapat dalam Q.S. Luqman ayat 13. 27 Manusia dapat disebut makhluk dinamis dalam memaknai hidup serta lingkungannya. Melalui

peradaban yang dilakukan manusia menjalankan kehidupannya secara terhormat serta saling menghargai yang kelak dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta.Kecerdasan yang beragam yang dimiliki manusia merupakan potensi dasar untuk tumbuh serta berkembang.Manusia harus di kontrol ditata, serta dikuasai agar betul-betul menjadi manusia yang baik.

Pendidikan agama adalah sarana utama yang digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai agam kepada individu serta masyarakat. Pendidikan agama juga menciptakan iklim, suasana, bahkan rangsangan nilai konkret dalam hidup untuk mengalami serta menghayati nilai-nilai tertentu. Pendidikan agama (Islam) menempati posisi penting karena dapat menumbuhkan spirit serta memberi inspirasi bagi peserta didik. 28

Keterangan tentang hal-hal yang harus diperhatikan murid ketika mencari ilmu, diantaranya 29 : Pertama, murid harus mengawali langkah dengan cara menyucikan hati dari sifat-sifat tercela serta

perilaku buruk. Karena ilmu merupakan ibadah hati, shalatnya nurani serta mendekatnya batin manusia kepada Allah swt.

27 Imam Masruri. 28 Isrofil amar, ‘Studi Normatif Pendidikan Islam Multikultural’, Islamica, Vol. 4, No. 2 (2010), 322.

29 Iwan Ridwan Maulana, ‘Konsep Peserta Didik Menurut Al-Ghazali Dan Implikasinya Terhadap Praktek Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Mutawally Desa Bojong Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan ’, Jurnal At-Tarbawi Al-Haditsah, Vol. 1, No. 1, 3.

Kedua, murid harus mengurangi hal-hal yang berhubungan dengan kesibukan duniawi serta menjauh dari keluarga atau tempat tinggaalnya. Karena hubungan akan memalingkan dari tujuan yang ingin dicapai. Sesungguhnya Allah tidal akan pernah memberikan dua hati sekaligus di dalam diri seseorang. Maka dari itu, jika pikiran seseorang terbagi, tidak mungkin ia menghasilkan kebenaran

yang hakiki. Ada ungkapan yang mengatakan: “Ilmu tak akan memberikan kepadamu (walau hanya) sebagian darinya, sampai engkau memberikan padanya keseluruhan dirimu, belum tentu ia memberikan kepadamu sebagian darinya. ”

Ketiga, murid hendaknya tidak angkuh terhadap ilmu serta tidak menonjolkan kekuasaan tehadap guru yang mengajarinya, tetapi menyerahkan bulat-bulat kendali dirinya kepadanya serta mematuhi nasihatnya. Seperti pasien yang sakit tak berdaya, mematuhi nasihat dokter yang pandai serta sangat menyayanginya. Hikmah dari ilmu serta kearifan merupakan barang hilang milik orang yang beriman, maka sebaiknya ia memungutnya dimanapun mereka menemukannya serta menunjukkan terima kasih kepada orang yang menunjukkan jalan kepadanya. Dalam hal ini, ia tidak ingin berguru selain pada tokoh yang terpandang serta termashur saja.

Keempat, murid yang mulai menuntut ilmu tidak mengalihkan perhatiannya untuk mendengarkan pendapat-pendapat manusia lainnya yang bisa mengganggu pendidikannnya. Karena akan menimbulkan keraguan serta kebingungan dalam pikirannya sendiri serta dapat melemahkan semangatnya serta membuat putus asa dalam meraih ilmu pengetahuan. Lebih baik jika ia mengkhususkan diri untuk menguasai satu aliran yang terpuji yang dipilih gurunya. Setelah itu baru ia mempelajari aliran serta argumentasinya masing-masing. Apabila gurunya tidak berpendirian pada satu aliran karena kebiasaan mengutip dari berbagai macam aliran, maka sebaiknya bersikap waspada kepada guru tersebut karena mungkin saja ia akan menyesatkan daripada memberikan bimbingan yang positif.

Kelima, penuntut ilmu harus menunjukkan perhatiannya yang sungguh-sungguh pada tiap disiplin ilmu yang terpuji agar mengetahui tujuannnya masing-masing. Ketika ia diberkahi umur panjang, ia sebaiknya berusaha mendalaminya. Murid harus biasa mendahulukan yang terpenting dari berbagai ilmu, serta memperdalamnya. Tetapi ia juga harus mempelajari ilmu lainnnya secara sepintas, karena pada hakikatnya semua ilmu saling berkaitan. Dengan demikian, ia akan terbebas dari perasaan memusuhi ilmu-ilmu tertentu yang mungkin akan timbul dalam dirinya karena tidak tau mengenai ilmu lainnya. 30

30 Iwan Ridwan Maulana.

Keenam, murid hendaknya tidak melibatkan dirinya dalam berbagai macam ilmu pengetahuan secara bersamaan, namun murid harus mengurutkan dari prioritasnya yaitu memulai dari yang paling dasar terlebih dahulu. Karena usia manusia tidak akan cukup untuk semua macam ilmu.

Ketujuh, murid sebaiknya tidak melibatkan diri dalam suatu bagian ilmu sebelum ia menguasai bagian yang sebelumnya, karena semua ilmu berurutan secara teratur. Maka dari itu, seseorang yang mendapatkan taufik akan memperhatikan urutan-urutan serta tahapan-tahapan masing-masing.

Kedelapan, murid hendaknya memastikan kebaikan serta kemuliaan dari setiap cabang ilmu yang dipelajarinya. Hal ini dapat diketahui melalui dua hai, antara lain: kemuliaan buah dari ilmu tersebut serta kemantapan dan kekuatan dalil yang mendukungnya. Misalnya buah dari ilmu agama serta ilmu kedokteran, buah ilmu agama berhubungan dengan kehidupan abadi sedangkan buah dari ilmu kedokteran berhubungan denagn dunia yang fana.

Kesembilan, murid menjadikan tujuan menuntut ilmu untuk menghiasi batinnya dengan semua aspek kebaikan. Kemudian tujuan selanjutnya, untuk mendekatkan diri kepada Allah.Jangan pernah berfikir bahwa tujuannya untuk meraih kepemimpinan atas manusia, harta, pangkat yang tinggi, serta persainagn terhadap rekan-rekannya.

Kesepuluh, murid hendaknya mengetahui hubungan ilmu dengan tujuannya. Karena agar dapat mendahulukan ilmu yang dekat serta perlu sebelum memperdalam ilmu yang jauh, serta tidak ada yang

lebih penting dari keselamatan serta kesejahteraan dunia serta akhirat. 31 Teori belajar behavioristik mengatakan belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang

bisa diamati secara langsung, dan terjadi melalui hubungan stumulus serta respon menurut prinsip mekanistik. Aliran ini berpendapat bahwa anak lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan, serta warisan abstrak lainnya. Menurut aliran ini perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi serta mengkreasikan kondisi belajar serta didukung penguatan untuk mempertahankan perilaku serta hasil belajar yang diinginkan. 32

Ciri-ciri teori behavionik, diantaranya: perkembangan tingkah laku seseorang tergantumng pada belajar, mementingkan bagian atau elemen tidak secara keseluruhan, mementingkan reaksi serta mekanisme, bertinjau historis.

Dalam pandangan Islam, proses penciptaan manusia terdiri atas dua proses dengan enam tahapan 33 . Pertama, bembentukan fisik atau jasad dengan lima tahapan mulai dari nutfah, ‘alaqah,

31 Iwan Ridwan Maulana. 32 Izzatur Ru suli, ‘Refleksi Teori Belajar Behavioristik Dalam Perspektif Islam’, Jurnal Pencerahan, Vol. 8, No. 1

(2014), 39. 33 Izzatur Rusuli.

mudhghah,’idam serta lahm sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al Mukminun ayat 14. Lahm membungkus ‘idham yang menggambarkan bentuk manusia.Kedua, pembentukan non fisik atau immaterial yaitu peniupan ruh pada diri manusia berdasarkan Q.S. As Sajadah ayat 9 sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Saat itu manusia memiliki potensi, fitrah, serta hikmah yang hebat serta unik baik lahir maupun batin.

Pendidikan juga merupakan organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalama hidup, serta perubahan pengalaman. Setiap fase perkembangan kehidupan masa kanak-kanak, masa muda, serta dewasa merupakan fase pendidikan yang dipelajari sebagai pengalaman. Pendidikan akan berlangsung setiap saat hingga akhir hayat.

Dalam penyusunan bahan ajar hendaklah memperhatikan syarat-syarat berikut: dahan ajar sebaiknya konkret yang dipersiapkan secara sistematis serta detail, dan pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil belajar sebaiknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti. Bahan pelajaran tidak hanya diambil dari buku pelajaran yang dikelompokkan dalam mata pelajaran yang terpisah. Bahan pelajaran harus berisikan kemingkinan serta mendorong anak untuk bergiat serta berbuat. Bahan

pelajaran harus merangsang anak untuk berekspresi. 34 Pembinaan kesehatan mental anak bisa dilakukan melalui pendidikan yang mengarahkan

terbentuknya karakter serta internalisasi nilai moral, budi pekerti, serta pencerdasan perasaan. Terdapat tiga faktor pembinaan kesehatan mental, meliputi: pembentukan karakter serta internalisasi nilai moral, pembentukan budi pekerti, dan pencerdasan perasaan.

Pendidikan Islam merupakan proses aktualisasi nilai-nilai ajaran Islam dalam penyeimbangan potensi fitrah sehingga terjaga derajat kemanusiaannya. Pendidikan Islam berusaha untuk melakukan pengaktualan serta internalisasi nilai transenden ilahiah (kalimat tauhid) karena ketauhidan merupakan esensi pokok dari ajaran Islam.

Pengetahuan mengenai hakikat manusia dijadikan sebagai titik pijak bagi proses internalisasi serta aktualisasi nilai-nilai ketauhidan. Dalam diri manusia memiliki potensi yang merupakan fitrah manusia. Ciri insan kamil merupakan jasmani sehat serta kuat, memiliki keterampilan, akal yang cerdas, dan pandai serta hatinya penuh iman kepada Allah swt. Ciri manusia yang sempurna tidak hanya berdimensi jasmani, namun juga berdimensi ruhani.

Sikap serta perilaku manusia merupakan realisasi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuk watak yang terpuji, kemandirian, kedamaian, serta kasih sayang. Dalam fitrah agama, manusia merupakan makhluk etik religius. Sejak dilahirkan manusia itu suci, maka Allah swt. senantiasa

34 Khairul Saleh, ‘Pendidikan Humanis Antara Barat Dan Islam (Telaah Kritis Pemikiran Pendidikan John Dewey’.

membimbingnya dengan agama fitrah, yaitu agama yang sesuai dengan kesucian yang dibawa sejak lahir.

Islam sebagai agama fitrah tidak hanya sesuai dengan naluri keberagaman manusia, tetapi sesuai dengan pertumbuhan serta perkembangan fitrahnya sehingga membawa kesempurnaan pribadinya. Manusia merupakan makhluk individu sosial.

Dalam masalah potensi dasar yang dimiliki manusia, Islam memandang manusia memiliki potensi positif serta negatif. Potensi positif merupakan adanya sifat mahmudah dalam dirinya, dan potensi negatif merupakan adanya sifat mazmumah.

Fitrah dengan segala potensinya tidak berfungsi apabila tidak ada campur tangan lingkungan yang membina serta mengembangkan sehingga teraktualkan. 35

Pendidikan Islam merupakan segala cara untuk memelihara serta mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya manusia yang ada untuk menuju terbentuknya manusia insan kamil sesuai norma Islam. Maka dari itu perlu bagi manusia untuk mengembangkan serta menggali potensi yang ada dalam

dirinya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu bagi manusia untuk mengikuti pendidikan. 36 Allah swt. telah menciptakan manusia dengan dua kecenderungan baik serta buruk yang

dilengkapi dengan kebebasan kehendak, kebebasan memilih, serta bertindak yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al Syam: 10. Pendidikan Islam memang mementingkan unsur-unsur pembinaan moral manusia yang merupakan implikasi teoritis serta logis dari adanya tanggung jawab manusia pengembang amanah.

Hakikat pendidikan Islam merupakan keseluruhan dari proses serta fungsi rububiyah Allah terhadap manusia sejak dari proses penciptaan dan pertumbuhan serta pengembangan manusia secara berangsur-angsur sampai sempurna, hingga pengarahan serta bimbingan Allah swt. dalam melaksanakan tugas kekhalifahan. Dengan tugas kekhalifahan manusia bertanggung jawab untuk merealisasikan proses kependidikan Islam. 37

Pengembangan pendidikan Islam dalam konteks masyarakat yang hidup di zaman globalisasi tidak sekedar penekanan pada dimensi transcendental saja, namun juga pada hakikatnya berfungsi untuk memberikan kaitan antara subjek didik dengan lingkungan sosio kultural yang terus berubah. Terdapat beberapa variabel yang diterapkan dalam modernisasi pendidikan Islam dalam konteks Indonesia secara keseluruhan, diantaranya: ideologis normatif menuntut sistem pendidikan untuk