Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dan Keaktifan Siswa Melalui Model Group Investigation Berbantuan Video Pembelajaran Siswa Kelas V SD Negeri Kaliwungu 02 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Sem

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Kajian Teori
Kajian teori ini berisi tentang hasil belajar, IPA, keaktifan siswa, group

investigation, video pembelajaran.
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Slameto (2010:2), bependapat tentang belajar sebagai berikut:
Slameto (2010:2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sediri dalam
interaksi dengan lingkunganya. Lebih lanjut Slameto mengklasifikasikan
ciri-ciri perubahan tingkah laku seseorang dalam pengertian belajar
meliputi perubahan tingkah laku seseorang dalam pengertian belajar
meliputi perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bukan
bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,
perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, dan perubahan mencakup
seluruh aspek tingkah laku.

Wina Sanjaya (2008), mengatakan bahwa:
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga
menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Belajar bukanlah sekedar
mempublikasikan pengetahuan. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Dikatakan juga bahwa
proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat
disaksikan dan yang mungkin dapat disaksikan adalah dari adanya gejalagejala perubahan perilaku yang tampak.
Hintzman dalam Muhibbin syah (2010) dalam bukunya the psychology of
learning and memory berpendapat “leraning is a change in borganism due to
experience which can affact the organism’s behavior”. Artinya belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat memenuhi tingkah laku organisme
tersebut.
Hamali (1992 : 28), berpendapat “Belajar adalah suatu pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan pelatihan”.

6

7


Dari definisi-definisi para ahli tentang belajar dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang berasal
dari pengalaman-pengalaman dan melakukan pelatiha-pelatihan yang telah
dilewati sehingga menghasilkan pengalaman baru yang tampak dari perubahan
individu.
2.1.1.2 Pengertian Hasil belajar
Indramunawar (2010:2) berpendapat bahwa hasil belajar sebagai berikut:
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi
siswa dan dari sisi guru. Hasil belajar dari sisi siswa merupakan hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujut pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil
belajar dari sisi guru yaitu hasil belajar merupakan penilaian saat
terselesekannya bahan pelajaran.
“Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan” (Suprijono, 2009:5).
Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2009:6) hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dalam lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
d. Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Menurut Sudjana (2008:22) menyatakan “dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kuliner maupun tujuan
intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik”.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli, disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai manusia setelah melewati proses belajar dari tiga aspek
yang dimiliki manusia yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang membuat

8


manusia dapat memperoleh pengalaman dalam mencapai keberhasilan yang
ditunjukkan dengan perubahan perilaku pada diri seseorang. Hasil belajar bisa
berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ktrampilan
motorik, dan sikap.
Pengukuran hasil belajar, menurut Suharsimi Arikunto (2010) “tes adalah
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan
dasar dan pencapaian atau prestasi. Agar alat ukur dapat digunakan untuk
mengukur prestasi siswa, terdapat 5 syarat atau ciri dalam tes yang baik yaitu : 1)
valid/tepat, 2) reliable/tetap (ajeg), 3) objektif, 4) praktis dan 5) ekonomis”.
Arikunto (2009: 25) berpendapat bahwa evaluasi sebagi berikut:
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana
tujuan sudah tercapai. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus
mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan belajar yang dilaksanakan.
Untuk memperoleh data evaluasi pembelajaran dalam penelitian perlu
dilakukan kegiatan pengumpulan data dan pengukuran. Peneliti sering
menggunakan beberapa macam cara (teknik) dan alat (instrumen)
pengumpulan data agar dapat saling melengkapi, sehingga kelemahan
yang terdapat pada salah satu alat pengumpul data dapat diatasi oleh alat
pengumpul data yang lain. Teknik pengukuran dibedakan menjadi dua
yaitu tes dan nontes.

Adapun komponen atau kelengkapan sebuah tes menurut Arikunto
(2009:159) yaitu: “1) lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal tes, 2)
lembar jawaban tes, 3) kunci jawaban tes, dan 4) pedoman penilaian”.
Dengan demikian, hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk
kategori data kuantitatif. Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan
siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan
menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugas atau soal tersebut.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas
adanya 3 macam tes (Arikunto, 2009: 33), yaitu:
a. Tes diagnostik
Tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian perlakuan yang tepat.

9

b. Tes formatif
Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengetahui suatu program tertentu. Tes formatif dapat
disamakan dengan ulangan harian.

c. Tes sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program. Tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasa
dilaksanakan pada akhir semester dan tengah semester.
Pada penelitian ini, tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur siswa
pada pokok bahasan menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat
suatu karya atau model yaitu dibatasi pada tes formatif.
Sedangkan berdasarkan bentuk tes, menurut Arikunto (2009: 162) ada dua
macam, yaitu:
a. Tes Subjektif
Tes subjektif pada umumnya disebut esai (uraian). Tes bentuk esai adalah
sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului
dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana,
bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Arikunto 2009: 162). Tidak ada
jawaban pasti terhadap tes bentuk uraian. Jawaban yang diperoleh sangat
beranekaragam, antara satu siswa dengan siswa lain. Menghadapi situasi
seperti ini, maka digunakan cara pemberian skor yang relatif (Arikunto,
2009: 230).
b. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara
objektif. Macam-macam tes objektif diantaranya tes benar salah, tes
pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat.
Dalam penelitian ini tes objektif dibatasi pada tes pilihan ganda yang akan
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pokok bahasan menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegitan membuat suatu karya atau model.
Tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas
satu jawaban benar dan beberapa pengecoh. Untuk tes yang diolah dengan
komputer banyaknya option diusahakan 4 buah (Arikunto, 2009: 168). Cara
mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda ini digunakan rumus tanpa denda
(Arikunto, 2009: 172).
adalah:

S=R

10

Keterangan:
S: Skor yang diperoleh
R: Jawaban yang benar

Dari penjelasan mengenai macam-macam tes, penelitian ini menggunakan
tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa dengan pokok bahasan
menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatukarya atau model
menerapkan. Tes dilakukan secara tertulis dengan bentuk tes objektif berupa
pilihan ganda.
2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2010), Secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu
sebagai berikut:
a. Faktor Internal Siswa
Ada dua aspek yang ada di dalam diri siswa yaitu :
1) Aspek Fisiologis
Kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa
dalam menyerap informasi dalam belajar.
2) Aspek Psikologis
Dalam aspek ini terdapat 2 komponen yaitu: a) inteligensi siswa
adalah tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa; b) sikap siswa adalah siswa yang
positif dalam merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek
orang, barang dan sebagainya merupakan pertanda awal yang baik

bagi proses belajar siswa; c) bakat siswa adalah kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya
pendidikan dan pelatihan; d) minat siswa adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; e)
motivasi siswa adalah keadaan internal organisme yang mendorong
untuk berbuat sesuatu.
b. Faktor Eksternal Siswa
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial siswa yaitu sekolah seperti guru-guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), teman-teman
sekelas, orang tua (keluarga) dan masyarakat dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
2) Lingkungan Nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alatalat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

11

3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar adalah keefektifan segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses
belajar materi tertentu.
Dari paparan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas
menunjukkan bahwa hasil belajar dipengaruhi banyak hal yang dikelompokkan
menjadi faktor internal dan eksternal. Hal tersebut yang perlu menjadikan guru
mempertimbangkan atau mengetahui apa yang dialami seorang siswa sehingga
menyebabkan hasil belajar siswa maksimal atau kurang maksimal.
2.1.2 IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam)
2.1.2.1 Pengertian IPA
Ismet

dan

Adeng

Slamet

(2008)


mengemukakan

bahwa

“Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan metode ilmiah
yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan observasi,
penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan seterusnya”.
Wahyana (dalam Trianto, 2014) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan secara sistematik dan dalam penggunaanya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembanganya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah”.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI Pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijelaskan bahwa:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan
untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

12

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam
dan juga proses terjadinya gejala alam yang disusun secara sistematis yang
diberikan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam tentang alam di sekitar.
Berdasarkan pengertian IPA dapat dilihat pentingnya IPA dipelajari di SD,
maka pembelajaran IPA dapat dicapai tujuanya melalui Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Kurikulum yang digunakan kelas V Semester II pada Tahun
Ajaran 2014/2015 adalah KTSP. Sejalan dengan Kurikulum yang berlaku peneliti
memfokuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA
kelas V Semester II di SD adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Standar Kompetesi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester II
Tahun Ajaran 2014/2015
Standar Kompetensi
6.Menerapkan

sifat-sifat

Kompetensi Dasar
cahaya 6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya

melalui kegiatan membuat suatu 6.2 Membuat suatu karya atau model,
karya/model.

misalnya periskop atau lensa dari
bahan

sederhana

dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya

Kompetensi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Standar
Kompetensi ke enam (Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat
suatu karya/model). Pada Siklus I Kompetensi Dasar yang digunakan untuk
penelitian 6.1 (mendiskripsikan sifat-sifat cahaya) dan pada Siklus II yang
digunakan adalah Kompetensi Dasar 6.2 (Membuat suatu karya atau model,
misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifatsifat cahaya).

13

2.1.3 Keaktifan siswa
Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2010:60) “aktif dimaksudkan bahwa
dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa,
sehingga siswa aktif bertanya,mempertanyakan, dan mengemukaasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah bagai inforkan gagasan”.
Menurut Nana Sudjana (2007) keaktifan adalah sebagai berikut:
Keaktifan belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
dapat dilihat dalam: a) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; b)
terlibat dalam pemecahan masalah; c) bertanya kepada siswa lain atau
guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; d) berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah;
e) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta f) menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
“Pelaksanaan pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan siswa tidak hanya mendengar dan
menulis saja tetapi juga melibatkan semua aspek termasuk didalamnya emosional
maupun mentalnya karena tanpa adanya keaktifan siswa maka pelajaran tidak
berlangsung dengan baik”. Keaktifan siswa sangat besar nilainya bagi pengajaran
para siswa (Hamalik, 2008) karena:
a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
c. Memupuk rasa kerjasama yang harmonis dikalangan siswa.
d. Para siswa bekerja sama menurut minat dan kemampuan sendiri.
e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan antar orang
tua dengan guru.
g. Pengajaran diselengarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari
verbalitas.
h. Pengajar disekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas kehidupan
dimasyarakat.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa
adalah siswa yang ikut berpartisipasi aktif dalam proses belajar, siswa tidak
sekedar medengar dan menulis saja namun juga ikut serta memecahkan masalah,
mengumpulkan informasi dan mengemukakan pendapatnya. Keaktifan siswa

14

sangat besar nilainya bagi pengajar untuk

mengetahui

konpetensi

individu

siswa.
2.1.4 Group Investigation (GI)
2.1.4.1 Pengertian Group Investigation
Group Investigation merupkan sebuah bentu pembelajaran kooperative
yang berasal dari jamanya John Deway (1970), selanjutnya diteliti dan
dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan, Serta Rachel – Lazarowitz di
israel.
Sudarmono (2009:21) berpendapat bahwa “group investigation terdapat
tiga konsep utama yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group”.
Menurut Trianto (2009), “group investigation merupakan model
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Pendekatan dengan metode group investigation memerlukan norma dan struktur
kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih berpusat pada guru”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa group
investigation adalah suatu pemebelajaran yang dirancang dengan menarik untuk
menarik minat siswa mengikuti pembelajaran yang diawali dengan pembentukan
kelompok kemudian menyelidiki dengan bertukar pikiran untuk menemukan
suatu penemuan yang bermanfaat. Siswa dikembangkan dalam hal kecakapan
berinteraksi dengan teman dan kecakapan akdemis yang dikaji siswa saat bertukar
pendapat.
2.1.4.2 Langkah-Langkah Group Investigation
Robert E. Slavin (2005: 218-220), membagi langkah-langkah pelaksanaan model
group investigatsi kelompok meliputi 6 (tahap):
a. Mengidentifikasi topik dan membuat kelompok.
1) Para sisa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
mengategorikan saran-saran.
2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik
yang telah mereka pilih.
3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus
bersifat heterogen.
4) Guru membantu dalam pengumpulan invormasi dan menafsirkan
pengaturan.

15

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Para siswa merancang tugas yang akan dipelajari (apa yang dipelajar?,
siapa yang melakukan?, untuk tujuan atau kepentingan apa
menginvestigasi topik tersebut?).
c. Melaksanakan investigasi
1) Para siswa mengumpukan invormasi, menganalisis data dan membuat
kesimpulan.
2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya.
3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasikan, dan
mensintesis semua gagasan.
d. Menyiapkan laporan akhir
1) Angota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek
mereka.
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan
bagaimana mereka akan membuat presentasi.
3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.
e. Mempresentasikan laporan akhir
1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam
bentuk.
2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara
aktif.
3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh
seluruh anggota kelas.
f. Evaluasi
1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,
mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan
pengelaman-pengaaman mereka.
2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa
3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
tinggi.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan mengunakan model
group investigation dari Robert E. Slavin (2005) maka dapat diambil kesimpulan
sintaks dari model group investigation pada halaman berikutnya.
Tabel 2.2
Sintaks Model Group Investigation
Tahap
1. Mengidentifikasi

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Guru menyajikan beberapa Siswa mengidentifikasi dan

topik dan mem- topik berasal dari fenomena membentuk

kelompok-

16

buat kelompok

alam maupun kejadian sehari- kelompok investigasi.
hari.

2. Merencanakan

Membagi

lembar

kerja Membagi tugas apa yang

tugas yang akan investigasi dan membimbing akan
dipelajari

dikerjakan

dalam

siswa merencanakan pemba- lembar kerja investigasi.
gian tugas.

3. Melaksanakan
investigasi

Guru

membimbing

siswa Siswa melakukan investiga-

melakuka investigasi.

si sesuai topiknya masingmasing kelompok.

4. Menyiapkan
laporan ahir

Guru mengamati dan mem- Siswa

bekerja

kelompok

bantu jika siswa mengalami membuat laporan hasil dari
kesulitan

dalam

membuat investigasi.

laporan.
5. Mempresentasikan laporan akhir

Guru mengkoordinir kegiatan Perwakilan anggota kelompresentasi.

pok maju kedepan kelas
mempresentasikan

hasil

investigasi.
6. Evaluasi

Guru dan siswa berkolaborasi Siswa memberikan umpan
dalam

mengevaluasi

mebalajaran.

pe- balik mengenai topik yang
mereka investigasi.

2.1.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Group Investigation
Robert E.Slavin (2005) memaparkan kelebihan dan kelemahan group
investigation seperti dibawah ini:
Kelebihan group investigation :
a. Meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi dan ketrampilan inkuiri
kompleks.
b. Kegiatan belajar berfokus pada siswa sehingga pengetahuanya benar-benar
diserap dengan baik.
c. Meningkatkan ketrampilan sosial dimana siswa dilatih untuk bekerja sama
dengan siswa lain.
d. Meningkatkan ketermpilan softskills (kritis,komunikasi,kreatif) dan group
process skill ( menagemen kelompok).

17

e. Mengunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar
sekolah.
f. Mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan.
g. Mampu menumbuhkan sikap saling menghargai, saling menguntungkan,
memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal
kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk
orang lain.
h. Dapat mengembangkan kemampuan profesional guru dalam
mengembangkan pemikiran kreatif dan inovatif.
Kelemahan group investigation :
a. Memerlukan norma dan strktur kelas yang lebih rumit.
b. Pendekatan ini mengutamakan ketertiban pertukaran pemikiran para siswa
kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis,
sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.
c. Memerlukan waktu belajar relatif lebih lama.
d. Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi
mudah ribut.
e. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
f. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi
secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagi guru yang kurang
kesiapanya.
Dari paparan tentang kelebihan dan kelemahanya maka dapat di simpukan
bahwa pembelajaran dengan gorup investigation menjadikan siswa aktif dan siswa
dapat belajar berpendapat dalam kelompok namun kelemahanya siswa menjadi
cenderung ribut.
2.1.5 Video Pembelajaran
2.1.5.1 Pengertian Video Pembelajaran
Arsyad dalam Rusman (2011:218) mengemukakan “video merupakan
serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk satu kesatuan
yang dirangkai menjadi sebuah alur, dengan pesan-pesan didalamnya untuk
ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan
pada media pita dan disk”.
Menurut Smaldino (2008:374) mengartikannya dengan “the storage of
visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman
gambar dan penanyangannya pada layar televisi).

18

Sedangkan menurut Rusman (2011:218) menyatakan “media video
pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis audio visual aids (AVA), yaitu
jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang bisa dilihat”.
“Media video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio
dapat dikombinasikan denan gambar bergerak secara sekuensial. Program video
dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran karena dapat memberikan
pengalaman yang tidak diduga kepada siswa” menurut Daryanto (2012:87).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa video
pembelajaran merupkan serangkaian gambar yang bergerak dengan disertai suara
pesan-pesan terkait gambar yang tergolong jenis media audio visual. Video berisi
tentang pengetahuan berkaitan suatu materi ajar.
2.1.5.2 Karakteristik Video Pembelajaran
Smaldino (2008:311) mengemukakakan manfaat dan karakteristik lain dari
media video atau film dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses
pembelajaran, di antaranya adalah:
mengatasi jarak dan waktu; b) mampu menggambarkan peristiwaperistiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat; c) dapat
membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan dari
masa yang satu ke masa yang lain; d) dapat diulang-ulang bila perlu untuk
menambah kejelasan; e) pesan yang disampaikannya cepat dan mudah
diingat; f) megembangkan pikiran dan pendapat para siswa; g)
mengembangkan imajinasi; h) memperjelas hal-hal yang abstrak dan
memberikan penjelasan yang lebih realistik;i) mampu berperan sebagai
media utama untuk mendokumentasikan realitas sosial yang akan dibedah
di dalam kelas; j) mampu berperan sebagai storyteller yang dapat
memancing kreativitas peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
Sanaky (2009:106) memberikan beberapa karakteristik media video
sebagai media video pembelajaran, sebagai berikut: “ a) gambar bergerak, yang
disertai dengan unsur suara; b) dapat digunakan untuk sekolah jarak jauh; c)
memiliki perangkat slow motion untuk memperlambat proses atau peristiwa yang
berlangsung”.
Dari pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter video
pembelajaran meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran karena

19

dapat dipelajari dari jarak jauh, dilengakapi suara, dilengkapi dengan detail-detail
yang membatu dalam proses pembelajaran, dapat diulang dan diputar sesuai
dengan kebutuhan, pesan yang disampaikan mudah diingat, mampu memutar
kejadian yang telah terjadi dimasa lampau, dan mengambangkan daya imajinasi
siswa untuk merancang kreativitas dalam mengekspresikan gagasanya.
2.1.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Video Pembelajaran
Rusman dkk (2011:220) mengemukakan media video memiliki beberapa
kelebihan, yaitu: “ a) memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh
siswa; b) sangat bagus untuk menerangkan proses; c)mengatasi keterbatasan ruang
dan waktu; d) lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan
kebutuhan; e) memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi
sikap siswa”.
Sedangkan menurut Smaldino, dkk (2008) video mempunyai keuntungan
yaitu:
a) gambar-gambar bergerak memiliki keuntungan yang jelas daripada
gambar diam dalam menampilkan konsep di mana gerakan sangatlah
penting sekali untuk belajar (seperti kemampun motorik); b) proses
pengoperasian seperti tahapan proses perakitan atau percobaan ilmiah, di
mana gerakan berurutan sangatlah penting. Bisa ditampilkan lebih efektif;
c) pengamatan yang bebas resiko. Video memungkinkan para siswa untuk
mengamati fenomena yang mungkin saja terlalu berbahaya untuk dilihat
secara langsung, seperti gerhana matahari, letusan gunung berapi atau
suasana perang; d) dramatisasi. Reka ulang yang dramatis bisa
menghidupkan kepribadian dan kejadian berrsejarah. Mereka
memungkinkan para siswa untuk mengamati dan menganalisis interaksi
manusia; e) pembelajaran keterampilan yaitu penelitian menindikasikan
bahwa penguasaan keterampilan fisik mengharuskan pengamatan dan
latihan berulang-ulang kali untuk bisa menyamai. Mereka bisa melihat
video penampilan mereka sendiri untuk umpan balik dan perbaikan; f)
pembelajaran afektif yaitu karena potensi besarnya untuk dampak
emosional, video bisa bermanfaat dalam pembentukan sikap personal dan
sosial. Video dokumenter dan propaganda sering kali diketahui memiliki
dampak terukur pada sikap hadirin; g) penyelesaian masalah yaitu
dramatisasi yang berakhiran terbuka sering kali digunakan untuk
menyajikan situasi tak terselesaikan, yang membuat para pemirsa
mendiskusikan berbagai cara mengatasi masalah tersebut; h) pemahaman
budaya yaitu kita bisa mengembangkan apresiasi yang mendalam terhadap
budaya orang lain dengan melihat penggambaran kehidupan sehari-hari
dalam masyarakat lainnya; i) membentuk kebersamaan yaitu dengan

20

melihat program video bersama-sama, sebuah kelompok orang yang
berbeda-beda bisa membangun dasar kesamaan pengalaman untuk
membahas sebuah isu secara efektif.
Kelemahan media video menurut Rusman (2011:221) antara lain : “a)
jangkauannya terbatas; b) sifat komunikasinya satu arah; c) gambarnya relatif
kecil; d) kadang kala terjadi distrosi gambar dan warna akibat kerusakan atau
gangguan magnetik.”
Sedangkan Smaldino, dkk (2008) menyatakan keterbatasan video antara lain :
a) Meskipun video bisa dihentikan dalam diskusi, ini tidak selalu
dilakukan dalam penayangan untuk kelompok. Karena program
ditayangkan dalam kecepatan yang tetap, beberapa pemirsa mungkin
ketinggalan dan yang lainnya tidak sabar menunggu bagian selanjutnya; b)
orang-orang yang berbicara.
Banyak video, terutama produksi setempat, sebagian besar terdiri dari
penayangan orang-orang yang bicara dari jarak dekat. Video bukan
merupakan sarana lisan yang hebat, ia merupakan sarana visual. Gunakan
audio untuk pesan lisan; c) fenomena yang diam. Meskipun video
memiliki keuntungan bagi konsep yang melibatkan gerakan, ia mungkin
tidak cocok bagi topik lain di mana kajian terperinci mengenai sebuah
visual tunggal dilibatkan (misalnya peta, diagram); d)salah penafsiran.
Dokumenter dan dramatisasi sering kali menyajikan treatment sangat
rumit dan canggih terhadap suatu isu. Sebuah penayangan yang
dimaksudkan sebagai sebuah satire mungkin saja dipahami apa adanya
oleh seorang pemirsa muda atau naif. Pemikiran-pemikiran dari seorang
karakter utama mungkin ditafsirkan sebagai sikap dan nilai-nilai dari sang
produsen; e) pengajaran abstrak dan non visual. Video itu buruk dalam
menyajikan informasi abstrak dan non visual. Sarana yang lebih disukai
untuk kata-kata saja adalah teks. Filosofi dan matematika tidak cocok
diajarkan dengan video kecuali konsep-konsep spesifik yang dibahas
membutuhkan ilustrasi mengunakan dokumentasi video (foodage)
bersejarah,representasi graik, atau pencitraan bergaya.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa banyak sekali manfaat
yang diperoleh dari video pembelajaran jika dimanfaatkan dengan baik dan tepat
namun Video pembelajaran juga memiliki kelemahan. Jika dibandingkan
kelebihan dan kekuranganya maka lebih banyak kelebihan yang diperoleh
diantaranya mudah dipahami siswa dalam menangkap pembelajaran, lebih jelas,
dapat di putar sesuai dengan kebutuhan juga meningkatkan kreatifitas dan
ketertarikan siswa mengikuti proses belajar mengajar. Kelamahan pada video

21

pembelajaran ini hanya terjadi komunikasi satu arah saja yang menjadikan siswa
hanya memahami apa adanya yang mereka amati dari video tersebut. Hal tersebut
yang akan menjadikan miskonsepsi dari pemahaman yang sebenarnya.
2.2

Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Agung Budhi Pranyoto (2013). Dengan

Judul Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Group Investigation (GI)
berbantuan galeri pada siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi di UKSW
Salatiga. Menyatakan bahwa: Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah
terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui Pembelajaran Group Investigation
(GI) berbantuan galeri. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari Pra Siklus
dengan nilai rata-rata 50,40, pada Siklus I 62,60, dan Siklus II 82,40. Peningkatan
hasil belajar matematika dari Pra Siklus ke Siklus I sebesar 20%, dari Siklus I ke
Siklus II sebesar 36%, dan dari Pra Siklus ke Siklus II sebesar 56%. Peningkatan
tersebut diperoleh dari penerapan tahapan pembelajaran Group Investigation (GI)
serta dibantu oleh media galeri yaitu: memahami dan menginvestigasi masalah
bersama, menyelesaikan masalah bersama, mendiskusikan bersama dengan
bantuan galeri, mempresentasikan hasil diskusi, dan menyimpulkan hasil diskusi.
Penelitian yang dilakukan oleh Sutanto (2012) dalam skripsi di UKSW
yang berjudul

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA Melalui Model

Pembelajaran Group Investigation (GI) Siswa Kelas V SD N Gejayan Kecamatan
Pakis, Kabupaten Magelang Tahun Ajar 2011/2012. Pada pembelajaran IPA
dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dengan menggunakan
metode Group Investigation(GI) adapun hasilnya yaitu pada pra siklus ketuntasan
belajar hanya dicapai oleh 7anak dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 33 %
dengan rata-rata 58. Sedangkan pada siklus I ketuntasan belajar dapat dicapai oleh
14 siswa dari seluruh siswa (21 siswa) yaitu sebesar 66 % dengan rata-rata 69. Hal
ini menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar yang dicapai siswa yaitu sebesar
33 %. Sama halnya pada siklus II, dari siklus I dengan ketuntasan sebesar 66%
,pada siklus II dapat meningkat menjadi 95% jadi mengalami kenaikan ketuntasan
sebesar 31% dengan nilai rata-rata 83. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa

22

Pembelajaran menggunakan metode Group Investigation (GI) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa Kelas V Semester II SD Negeri Kecamatan Pakis Kabupaten
Magelang Tahun 2011/2012. Berdasarkan hasil penulisan yang telah dilakukan,
maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut : Pembelajaran
menggunakan metode Group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya, gerak. Saran yang dapat disampaikan
peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah guru dalam
melakukan pembelajaran hendaknya menggunakan metode Group Investigation
(GI)

agar

siswa

lebih

aktif,

kreatif,

inovatif,

dan

senang.

Dalam

mendemonstrasikan gambar didalam kelas agar anak tidak jenuh dan dapat
menggunakan miniature yang berhubungan dengan materi agar gambar lebih
menarik.
Dari penelitian Agung Budhi Pranyoto (2013) dan Sutanto (2012) tentang
Model

Group

Investigation

menyatakan

bahwa

model

tersebut

dapat

meningkatkan hasil belajaran siswa SD. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan model group investigation baik untuk dijadikan
penelitian dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di SD Kaliwungu 02
yang masih perlu peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa.
2.3

Kerangka Berfikir
Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Agung Budhi Pranyoto

(2013) dan Sutanto (2012) penerapan model group investigation meningkatkan
hasil belajar. Proses pembelajaran di SD N Kaliwungu 02 masih menggunakan
model konvensional sehinga hasil belajar dan keaktifan siswa masih rendah. Pada
SD Negeri kaliwungu 02 akan diterapkan model group investigation yang lebih
berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa akan dibentuk
dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa untuk menginvestigasi
suatu topik yang akan dikaji dalam proses belajar mengajar. Setelah penerapan
model group investigation akan dilihat hasil belajar dan keaktifan siswa apakah
meningkat atau tidak. Jika belum meningkat maka akan dilanjutan lagi pada
proses belajar mengajar dengan menggunakan model group investigation lagi dan
dilihat kondisi hasil belajar dan keaktifan siswa.

23

Berdasarkan kajian tersebut penelitian ini dapat digambarkan
seperti bagan berikut :

Bagan Kerangka
Berfikir
KONDISI
AWAL

TINDAKAN

Guru :
Masih mengunakan
model dalam
pembelajaran IPA

Pembelajaran dengan
menggunakan model
group investigation
berbantuan video
pembelajaran

SIKLUS II
Dengan model
group investigation
berbatuan video,
hasil belajar dan
keaktifan siswa
diduga meningkat
dari Siklus I

Diduga dengan menggunakan
Model Grop Investigation hasil
belajar dan keaktifan siswa
siswa meningkat
dengan baik
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir

Siswa:
Hasil belajar IPA
masih 64% dibawah
KKM

SIKLUS I
Dengan model
Grop Investigation
berbantuan video,
hasil belajar dan
keaktifan siswa
diduga meningkat.

Pembelajaran dengan
menggunakan model
group investigation ke
2 berbantuan video
pembelajaran

KONDISI
AKHIR

24

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah di uraikan sebelumnya, maka
hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar IPA dan keaktifan siswa kelas V
SD N Kaliwungu 02 dengan menerapkan grop investigation meningkat.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24