Tafsir Tematik Komunikasi intra interper

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran sebagai kitab petunjuk memberikan arahan kepada umat manusia, bukan
kepada persoalan ibadah saja, tetapi pada ranah mu’amalah juga. Salah satu dari bentuk
mu’amalah itu adalah komunikasi. Al-qur’an menata bagaimana seharusnya muslim
berkomunikasi ketika pribadi mereka menghadapi keadaan lawan bicara yang berbeda-beda.
Misalnya, serangkaian ayat yang mengandung konteks komunikasi seperti komunikasi
intrapersonal dan interpersonal. Ayat-ayat tersebut menunjukkan wawasan al-qur’n terhadap
bentuk-bentuk intrapersonal dan interpersonal, sebagai gambaran prototipe yang selalu ada
dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun agar dapat menjadi pelajaran bagi umat
manusia.
Seperti halnya pada saat ini telah banyak kita lihat persoalan-persoalan dikalangan
umat muslim yang berkaitan dengan komunikasi khususnya di ranah intra-interpersonal.
Banyak muslim saat ini lalai dalam mengingat Allah SWT yang mana disebabkan kurangnya
kontrol terhadap proses komunikasi intrapersonal dengan nuansa islami. Kemudian banyak
juga kita temui masalah-masalah hubungan antarpribadi sesama muslim pada khususnya,
seperti konflik didalam keluarga, sahabat, bahkan konflik yang terjadi antar kelompokkelompok, madzhab, dan aliran dalam islam.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, wawasan al-qur’an menjadi solusi dalam
menghadapi persoalan tersebut. Ini menjadi hal yang baru dalam kajian tafsir tematik dalam
menyingkap makna-makna yang telah tersirat dalam al-qur’an dalam ilmu komunikasi,

sehingga menjadi manfaat dalam pengkajian lebih lanjut tentang relasi al-qur’an terhadap
kehidupan dan keseharian manusia dalam beribadah kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Komunikasi Intrapersonal dan Macam-macamnya?
2. Apakah Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Macam-macamnya?
3. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Intrapersonal?
4. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Interpersonal?
C. Tujuan
1. Memahami Komunikasi Intra-Interpersonal dalam perspektif ilmu Komunikasi.
2. Agar dapat dipaparkan dengan rinci mengenai konteks komunikasi Intra-Interpersonal
dalam Al-qur’an berserta makna yang terkandungnya

1

3. Menunjukkan bahwa Al-qur’an akan terus relavan seiring dengan kebutuhan manusia
walaupun zaman yang terus berkembangnya.
4. Mampu menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an dalam konteks ilmu Komunikasi, sehingga bisa
menjadi implikasi dalam kehidupan sehariannya.

2


BAB II
PENGERTIAN INTRA-INTERPERSONAL
1. Komunikasi Intrapersonal dan Macam-macamnya
A. Pengertian
Komunikasi intrapersonal menurut Jalaludin Rahmat(2013:47) adalah proses
pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori,
dan berpikir.

B. Macam-macamnya
1. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi berasal
dari kata “sense” , artinya alat pengindraan,yang menghubungkan organisme
dengan lingkungannya. Secara terminologi senasi adalah pengalaman elementer
yang segera, yang tidak membutuhkan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
atau proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan


baru.

Menurut Thoha persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.”1

3. Memori
“Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan
organisme

1

sanggup

merekam

fakta

tentang


Laura A. King, the Sience of Psychology: An Appreciative View, hal. 225

3

dunia

dan

menggunakan

pengetahuannya untuk membimbing perilaku.” Ini definisi menurut Schlessinger
dan Groves.2 Atau proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.
Jenis-Jenis Memori
a. Pengingatan (Recall)
Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim
(kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
b. Pengenalan (Recognition)
Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih mudah
mengenalnya kembali.

c. Belajar Lagi (Relearning)
Menguasai kembali pelajaranyang sudah pernah kita diperoleh termasuk
pekerjaan memori.
d. Redintegrasi (Redintegration)
Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

4. Berpikir
Apakah Berpikir Itu?
“Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan
dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan
kegiatan yang tampak,” kata Floyd L.Ruch3
Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term „thinkking‟ refers
to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols,
representations of objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan
berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai
pengganti objek dan peristiwa.
Bagaimana Orang Berpikir?
Secara garis besar ada dua macam berpikir: berpikir autistik dan berpikir
realistik. Berpikir autistik mungkin lebih tepat disebut melamun. Fantasi,


2
3

Ibid. Hlm. 61
Drs.Jalaludin Rakhmat, M.Sc., Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013, hlm. 67

4

menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Dengan berpikir autistik
orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar
fantastis. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Floyd L. Ruch menyebutkan tiga macam berpikir realistik: deduktif, induktif,
evaluatif.Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan;
yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika ini disebut
silogisme. Berpikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal –hal yang khusus dan
kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau
tidaknya suatu gagasa. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.


Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang
kita ambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan
merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan
pilihan dari berbagai alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakannyata,
walaupunb pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak selalu
begitu):
1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab
tertentu.
2. Kita mencoba menggali memori kita untuk mengetahui cara-cara apa saja
yang efektif pada masa yang lalu.
3. Pada tahap ini kita akan mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang
pernah kita ingat atau yang dapat kita pikirkan. Ini disebut penyelesaian
mekanis (mechanical solution) dengan uji coba --- trial and error.

5

4. Kita mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk

menyelesaikan masalah. Kita mencoba mamahami situasi yang terjadi,
mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat.
5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran kita suatu pemecahan.

2. Komunkasi Interpersonal dan Macam-macamnya

A. Pengertian
Dalam sebuah hubugan interpersonal, De Vito (2004:4), lebih menyoroti
karakteristik komunikasi interpersonal berdasarkan sisi keintiman. Ia menyebutnya
dengan istilah established relationship, dyadic primacy, dan dyadic coalition.
Sebuah komunikasi interpersonal adalah sebu-ahbentuk komunikasi yang terdiri
dari dua orang dengan hubungan yang mantap, hubungan personal yang saling
menguntungkan, serta adanya kesadaran masing-masing partisipan untuk berfikir
positif tentang hubungan mereka. Hubungan ini terwujud antara anak dengan orang
tuanya, dua saudara, murid dan guru, sepasang kekasih, dua sahabat, dsb.
Berdasarkan ciri yang diungkapkan oleh De Vito, menunjukan bahwa keintiman
adalah syarat mutlak bagi terwujudnya komunikasi interpersonal.4

B. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding yang dikutip Jalaluddin Rahmat (2012:78-127) mengembangkan

klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial,
interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.


Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili,
dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.



Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan
hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih
bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi
seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.

4

Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam, Buku
Litera Yogyakarta, 2015, hlm.2-3


6



Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada
dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang
lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang
organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui
kebenarannya.



Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana
dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya
atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi
mengenai suatu pekerjaannya.

C. Karakteristik Komunikasi Interpersonal
Richard L. Weaver (dalam Budyatna, 2011: 15-18), menyebutkan ada
delapan karakteristik komunikasi interpersonal :5



Malibatkan paling sedikitnya dua orang



Adanya umpan balik (feedback)



Tidak harus tatap muka



Tidak harus bertujuan



Menghasilkan beberapa pengaruh/efek



Tidak harus menggunakan kata-kata



Dipengaruhi oleh konteks



Dipengaruhi oleh kegaduhan

5

Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam, Buku
Litera Yogyakarta, 2015, hlm.1-2

7

BAB III
WAWASAN AL-QUR’AN MENGENAI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
A. Sensasi Dalam Al-Qur’an
Komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, momeri dan cara berfikir, maka dalam
pandangan Islam mencakup demikian juga dalam perspektif Islam. Sebelum memanggil dan
mengajak seseorang, seorang muslim memiliki kekuatan kesehatan jasmani (fisikal), ruhani, dan
kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai personal
muslim.
Sistem komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir. Dalam
pandangan Islam adalah komunikasi kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi
intrapersonal yang mengatur sensasi, persepsi, memori dan cara berfikir dalam bingkai Islam.
Adapun tanda bahwa komunikasi intrapersonal dalam bingkai Islam ini berhasil adalah manusia
dapat memanajemen keseimbangan antara dimensi struktur manusia, yaitu jasmani, akal, ruh,
nafs, kalbu, nurani, dan syahwat, nafs kalbu, nurani, dan syahwat sehingga jika hal tersebut terjadi
bisajadi lembaga pengawasan, polisi, jaksa, dan hakim menganggur. Pekerjaan dalam hal sesuai
dengan prosedur peraturannya. Masyarakat demikian disebut masyarakat madani dan pasti
demokrasi.
Faktor pribadi mempengaruhi sensasi menurut Islam, pancaindera fisik dan pancaindra batin.
Menurut Ibnu Sina dalam Mulyadi Kartanegara, mengenai pancaindera batin yang terdiri dari
pancaindra bersama, daya khayal, estimasi baik-buruk, imajinasi dan memori untuk menerima,
memahami dan mengingat stimulasi.6 Akal adalah untuk berpikir dan mengembangkan rasio dan
nurani di otak, ditegas dalam al-qur’an, Allah SWT berfirman:

            
Artinya:

“Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,

bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retakretak sedikitpun ?” (QS: Qa’f(50):6)

Menurut Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, ayat ini menunjukkan bahwa Alla SWT seraya
mengingatkan hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan-Nya yang agung, lebih besar dari apa yang
mereka herankan itu, yang mereka nyatakan sebagai peristiwa yang mustahil terjadi, melalui

6

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.86

8

pancaindra yang diciptakan; oleh karena itu penting bagi manusia memelihara sistem tubuhnya
agar mereka berjalan sesuai dengan jalan Islam dan tetap beriman kepada Allah SWT sematamatanya.7
Manusia mampu memfungsikan pancainderanya. Mata dan pancaindra lainnya adalah pintu
menguasai alam semesta atau pintu manusia di kuasai oleh hawa nafsu. Dalam al-qur’an banyak
menyebutkan tentang Sensasi atau pancaindra, dalam ruang lingkup utama seperti memelihara,
mengembang, menanggung jawab dan menjadi alat menyaksi, hal ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Memelihara Pancaindra
Manusia adalah produk hi-tech yang tercanggih. Jika diperbandingkan manusia dan
komputer. Pancaindra disamakan dengan key-bord sebagai tempat input dan output. Sel tubuh
sebagai hard disk, pikiran dan perasaan sebagai solfware. Hati nurani sebagai operating
system. Pikiran dan perasaan yang kena virus diberikan antivirus, dan apabila terlalu banyak
data dapat dihapus atau delete. Komputer perlu disusun dan dirapikan. Manusia juga begitu
harus mampu melihara dan menyeliksi pandangan matanya dan indra yang lain serta anggota
didalam tubuh kita. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an :

               
 
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat” QS: an-Nuur
(24):30.

Menurut Ibnu katsir dalam tafsirnya, ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada
hamba-hambaNya yang beriman agar mereka menahan, memelihara pancaindra, khususnya
pandangan mata dan kemaluan dari perkara-perkara yang haram dilihat. Maka disini
pandangan jangan melihat kecuali kepada hal-hal yang dibolehkan untuk dilihat dan harus
menjaga, menahan, memelihara pandangan dari perkara-perkara yang haram dilihat, supaya
menghindari perbuatan dosa besar yang akan dominan dengan sebab pandangan yang haram.8
Maka perlu kita sadari bahwa Allaw SWT Maha Mengetahui dan Maha Mendengar, didalam

7
8

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 26, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.506
Ibid. jilid 6, juz.18, hlm.39

9

zahir mahupon batin atas perbuatan dan barang yang mengerjakan dalam seharian, jika
dikerjakan dengan baik, nascaya dibalas-Nya dengan pahala dan Syurga, jika dikerjakan
dengan jahat, nascaya dibalas-Nya dengan dosa dan api neraka, wal‟iyazubillah. Hal ini Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

      
Aritnya: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat[1318] dan apa yang
disembunyikan oleh hati.” (QS:Al-Mu’min(40):19)

Yang dimaksud dengan “pandangan mata yang khianat”, menurut syeikh Abdul-Qadir
bin Abdul Muthalib Al-Mandili, dalam kitab Penawar bagi hati, adalah pandangan yang
dilarang, seperti memandang kepada wanita yang bukan muhrimnya. 9 Orang dewasa yang
berakal mensucikan jasmani dan jiwanya. Implikasinya, rumah muslim, masjid, sekolah,
kantor, dan busananya bersih, rapi. Keluarga muslim harus menjaga anggota keluarganya dan
memelihara, menjaga, menahan kemaluannya. Ini membuktikan bahwa pancaindra manusia
harus ditempatpada temapat yang suci, pancaindra suci maka akal, kalbu, dan nafs berfunsi
pada jalan yang lulus, yang dibatas oleh syari’at Islam.
2. Pengembangan Potensi Pancaindra
Memanfaatkan pancaindra secara optimal, manusia dapat berhitung, membaca,
mendengar dengan cepat dan cermat, dapat mencium wewangian, meraba kain yang halus dan
lembut. Para ibu mampu memilih sayur yang segar, buah yang organik, daging, dan tahu yang
tidak memakai formalin.
Banyak keterampilan dalam menyeleksi sandang pangan yang berkualitas yang
membutuhkan kemampuan pancaindra, seperti membedakan gula asli dan gula biang dalam
makanan. Allah SWT berfirman:

           
    

9

Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib Al-Mandili Al-andunisi, Penawar Bagi Hati,PT:Sahabat Press,
Patani, Thailand, 1964, hlm.7

10

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun,

dan

Dia

memberi

kamu

pendengaran,

penglihatan

dan

hati,

agar

kamu

bersyukur.”(QS:an-Nahl(16):78)

Manusia yang bersyukur akan menuntut ilmu dunia untuk mendukung kebahagian
akhirat. Pancaindranya digunakan untuk menciptakan berbagai karya dan kreasi. Menurut
Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Allah SWT menyebutkan berbagai anugerah yang Dia limpahkan
kepada hamba-hamba-Nya ketika mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak
mengetahui apapun. Setelah itu Dialah memberikan pendengaran yang dengannya mereka
mengetahui suara, penglihatan yang dengannya mereka dapat melihat berbagai hal, dan hati,
yaitu akal yang pusatnya adalah hati, dengan indra yang kurniakan dapat kita membedakan
berbagai hal, yang membawa mudharat dan yang membawa manfaat. Semua kekuatan dan
indra tersebut diperoleh manusia secara berangsur-angsur. Sedikit demi sedikit. Setiap kali
tumbuh, bertambahlah daya pendengaran, penglihatan, persentuhan, penciuman, dan akalnya
sehingga dewasa. Penganugerahan daya tersebut kepada manusia dimaksudkan agar mereka
dapat beribadah kepada Tuhan Rabbnya yang Maha Tinggi. Dia dapat meminta kepada setiap
anggota tubuh, begitulah yang dimaksud orang yang bersyukur.10
3. Melihat Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT
Allah berfirman dalam al-Qur’an :

               
    
Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS:
Fushshilat(41):53)

Kemana pun manusia pergi, berada, dan diam, mereka bisa membaca kekuasaan Allah SWT.
Terlebih apabila terjadi gangguan atau kerusakan pada anggota tubuh atau pancaindra kita,
misalnya, telinga terus berair, hidung tersumbat, mata mengalami iritasi, dan sebagainya,
pasti manusia tersebut akan merasakan betapa pentingnya pancaindra bagi manusia, dalam
ayat diatas menunjukkan pentingnya bagi manusia memelihara sistem tubuhnya agar mereka
10

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 5, Juz 14, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.88

11

berjalan sesuai fungsi dalam Islam, dan menjadi wasilah untuk Tafakur sendiri atau refleksi
alam, sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan yang MahaPerkasa.
4. PancaindraMemperhatikan Alam Semesta
Allah berfirman dalam Al-qur’an:

         
Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.”(QS: Shaad(38):29)

Pesan dalam ayat diatas, menurut Armawati Arbi bahwa manusia menggunakan
pancaindranya dalam memperhatikan ayat-ayat Allah agar mereka menjadi manusia yang
berfikir (ulil albab).11 Ibnu Katsir mengatakan bahwa dikarenakan al-qur’an memberikan
arahan kepada tujuan-tujuan yang benar dan sumber-sumber rasional yang tepat, maka
pancaindralah menjadi alat sarana pesan-pesan al-qur’an, supaya mendapat pelajaran
didalamnya.12
5.

Pancaindra sebagai Saksi di Hari Perhitungan

Allah berfirman:

           
Artinya: “pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS: Yasiin(36):25)

Pesan dari ayat di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran pancaindra dalam
mengarahkan perilaku manusia di dunia yang fana, seorang muslim haruslah menjaga,
memelihara, dan menahan pancaindra mereka dari perbuatan yang keji, jika tidak akan semua
anggota badan menjadi saksi dan bicara tentang apa yang sudah kita perbuat di dunia. Pada
hari perhitungan atau hari akhirat kelak semua anggota badan berbicara kecuali lisan, pada

11
12

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.90
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 23, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.65

12

hari itu Allah akan menutup lisan-lisan kita, karena lisan adalah sumber-sumber
kebohongan.13
6. Pertanggungjawaban Sensasi Manusia
Allah SWT berfirman :

               
 
Arinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS: Al-Isra’(17):36)

Dalam Tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan ayat di atas; bahwa jangan
berucap apa yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku tahu, apa yang engkau tidak tahu,
atau mengaku mendengar apa yang engkau tidak dengar. Nikmat pendengaran, nikmat
penglihatan, dan nikmat hati yang tenang akan dinyatakan pertanggungjawabannya. Manusia
memperoleh informasi dan pengetahuan dari ketiga alat tersebut. Semoga dimanfaatkan
pendengaran, penglihatan, dan hati seoptimal mungkin dalam mengembangkan potensinya.14
Permasalahan sensasi manusia dalam Islam merupakan hal terpenting karena sensasi
merupakan pintu untuk membuat kesalahan dan pintu bergesernya bingkai kemanusiaan.
Peristiwa-peristiwa diberitakan di media massa dan nonmedia massa sebagai bukti manusia
mana yang menjaga kemanusiaannya dan siapa yang tidak menghergai diri sendiri. Senasasi
dalam pandangan Islam merewat pancaindra, seperti merawat diri sendiri bagaikan komputer.

B. Persepsi Dalam Al-qur’an
Persepsi adalah fungsi psikis didalam komunikasi intrapersonal, yang penting yang menjadi
jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan
yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks
dibanding dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam Al Quran proses dan fungsi persepsi
13
14

Ibid. Jilid 6, Juz 23, hlm.23
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 7, hlm.464.

13

tercermin dalam QS.Al Mu’minun:12-24, ayat tersebut berisi tentang proses penciptaan manusia
dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan.dalam ayat terebut tidak
disebutkan telinga dan mata tetapi yang disebutkan adalah sebuah fungsi.
Proses persepsi ini dimulai dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu indra, dan
indra ini tidak langsung berfungsi begitu seseorang dilahirkan, namun akan mulai berfungsi
seiring dengan perkembangan fisiknya. Di dalam Al Quran pun dapat ditemukan beberapa ayat
yang maknanya sangat berkaitan dengan panca indra yang kita miliki, antara lain dalam QS. An
Nahl: 78 dan juga QS. As Sajadah: 9

           
    
Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

              
 
Artinya: ”kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui
sesuatu apapun, maka Allah melengkapi manusia dengan alat indera untuk manusia sehingga
manusia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru dan
mengandung perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara sau dengan yang lainnya. Dengan

14

alat indera tersebut, manusia akan mengenali lingkungannya dan hidup di dalam lingkungan
tersebut.15

C. Memori Dalam Al-qur’an
Memori adalah seni memperhatikan dalam buku Quantum Learning mereka mengatakan
bahwa untuk memiliki memori yang baik, anda harus sadar memasukan tidak hanya fakta, tetapi
juga makna dan asosiasi. Dalam hal ini kita sebagai muslim harus sadar dalam memasukan
informasi dan fakta dengan mengasosiasikannya pada Al Quran.
M. Utsman Najati menjabarkan inat dan lupa dalam memori kita. Daya ingat (at tadzakur)
mempunyai kedudukan penting dari sdut agama. Pesan ajaran Islam dalam Al Quran
membuktikan tanda-tanda kekuasaanNya. Wawasan Al Quran membahas ungkapan berulang
ulang, sebagai berikut:
1.afala tatadzakkarun, apakah kamu tidak emngambil pelajaran daripadanya? Meskipun
pesan Allah telah berulangkali disebutkan, masih saja manusia lupa, kurang memperhatikan,
dan menghayati makna ayat tersebut. Akan tetapi, sejarah, sinetron, dan film bisa emnjadi
pelajaran.
2. wama yadzakkaruun illa ulil albab, tidak ada yang dapat mengabil pelajaran, kecuali
orang-orang yang berakal. Dari sifat yang pelupa tersebut, manusia kera lupa memfungsikan
akalnya untuk mengambil pelajaran setiap peristiwa. Orang dewasa yang sempit dadanya,
senang mengolok-olok makna ayat, dan memilih pemimpin yang salah.
3. innamaa yatadzakkaru illa ulil albab, hanya orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran. 16 Allah SWT berfirman :

             
               

15

Ahmad Fani, Persepsi dalam tinjauan Islam, Jurusan Manajemen , Fakultas Ekonomi, UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2012
16
Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.111.

15

Artinya: “2 ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu
(kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. 3 ikutilah apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpinpemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)” (QS: AlA’raf(7) : 2-3)
Ayat diatas menunjukkan bahwa, manusia yang berakal memiliki memori yang baik, ia dapat

ememtik pelajaran dari apa yang ia baca, dengar, dan tonton. Bacaan, tontonan, dan
pendengaran menjadi bermanfaat apabila pelajaran menjadi tindakan dan gerakan yang
positif. Hal ini diterkaitan dengan memori yang diciptakan-Nya. Allah SWT menciptakan
memori manusia untuk berfikir, berekam ilmu pengetahuan yang mereka dapat, supaya
bermanfaat dalam kehidupannya.

D. Berfikir Dalam Al-qur’an
Berfikir yang islami berawal dan merujuk pada sensasi, persepsi, dan memori dalam
pandangan islam. Pesikolog islampun menjabarkan prosesnya dan konsep apa saja yang ada di
dalamnya.
Menurut Muhbib di dalam tesisnya, nabi ibrahim adalah seseorang yang mampu berdialog
kepada dirinya sendiri. Ibrohim AS menemukan Tuhannya melalui sensasi,persepsi, emmori dan
cara berfikirnya islami. Beliau seorang ahli dialog yang andal, ia juga mampu mengenal dirinya
dan tuhannya. Abu Azmi Azzah menjabarkan langkah sensasi, persepsi, memori dan berfikir
menurut pandangan islam, yang juga merupakan cara berfikir nabi Ibrahim AS dan Musa AS
dalam emlihat kehidupan dan mencari tuhan.17
Dalam perspektif komunikasi Islam, menurut Yusuf Al Qardhawi menganjurkan agar seorang
muslim mampu menyaring informasi, baik melalui media dan non media, agar benar-benar bisa
meneliti berita yang dibawa oleh orang-orang fasik dalam rangka mewaspadainya, dalam buku
yang berjudul islam dan globalisasi.18 Allah SWT. Berfirman :

17
18

Ibid.hlm.124
Ibid. hlm.125

16

            
    

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita,
Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS: AlHujuraat(49) :6)

Ayat ini menunjukkan bahwa, seorang muslim harus benar-benar berfikir, analisis, dan
peneliti dengan akal yang waras dalam menerima suatu berita atau informasi dalam media
massa maupun non-media massa, supaya mewaspadainya segala fitnah dari orang-orang fasik
yang akan menimpa akhirnya. Sehingga ayat diatas, menurut Ibnu Katsir, mengatakan bahwa
ayat ini sebagai dalil bagi menerima riwaat dan melarang untuk menerima riwayat yang
diperoleh dari orang yang tidak diketahui keadaannya, karena adanya kemungkinan orang
tersebut fasik.19 Berfikir dan Analisis menjadi hal yang penting bagi seorang muslim, untuk
mengungkapkan suatu hal peristiwa di alam ini, berfikir itu merupakan kunci cahaya dan
dasar bagi pengamatan dan penelitian. Berfikir merupakan jaring ilmu dan wadah (tempat)
bagi berbagai pengetahuan dan pemahaman.
Dalam al-qur’an ada beberapa ayat menyebutkan berkaitan anjur berfikir seorang mu’min;
1. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaitan dengan anjuran berfikir (menghayati)
tentang ayat-ayat dibaca
Allah berfirman:

         
Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran.”(QS: Shaad(38):29)
19

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 26, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.476.

17

Pesan dalam ayat diatas, menurut Armawati Arbi bahwa manusia menggunakan
pancaindranya dalam memperhatikan ayat-ayat Allah agar mereka menjadi manusia yang
berfikir (ulil albab).20 Ibnu Katsir mengatakan bahwa dikarenakan al-qur’an memberikan
arahan kepada tujuan-tujuan yang benar dan sumber-sumber rasional yang tepat, maka
pancaindralah menjadi alat sarana pesan-pesan al-qur’an, supaya mendapat pelajaran
didalamnya.21 Dan supaya menjadi wasilah untuk hamba-hamba-Nya berfikir kebesaran
Tuhan, supaya meningkatkan ketaqwaan dan beriman yang dalam.
2. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaitan dengan anjuran berfikir tentang ayatayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah di penjuru Alam.
Allah berfirman :

          
          
           
Aritnya : “190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka.”(QS: Ali Imran (3): 190-191)

3. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaiatan dengan anjuran berfikir tentang
berbagai nikmat dan kerunia Allah

Allah berfirman :

20
21

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.90
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 7, Juz 23, hlm. 68

18

               
              
 

Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu
dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”(QS. AlMukminuun 40:67)

19

BAB IV
WAWASAN AL-QUR’AN MENGENAI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
A. Komunikasi Antar Pribadi Dalam Al-qur’an
Komunikasi interpersonal menjadi modal dasar dalam menjalankan dakwah fardiyah.
Kemampuan komunikasi antarpribadi bermanfaat untuk mengenal dan menilai seseorang dengan
cermat dan dapat dimanfaatkan untuk mengkaderisaasi seseorang dan membina persahabatan.
Sebelum bersahabat dengan orang lain, kita bersahabat dengan anggota keluarga terlebih
dahulu. Oleh karena itu, kenalilah dan monitor data psikologis anggota keluarga dengan cermat.
Dalam kasus, banyak orang tua tidak mengetahui perkembangan anaknya, justru, tetangganya
lebih tahu. Ini disebabkan komunikasi interpersonal didalam keluarga kurang efektif.
Allah berfirman dalam QS Al-Ankabut 29:41

             
       
Artinya: perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti labalaba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau
mereka mengetahui.

Dalam tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihabmengatakan bahwa manusia dan keluarga yang
berlindung, selain Allah SWT akan rapuh dan hancur bagaikan rumah laba-laba. Rumah tangg
yang kuat, anggota keluarganya berlindung kepada Allah SWT dan persahabatan yang ikhlas.
Organisasi dan negara yang rapuh berlindung selain Allah SWT akan hancur karena makhluk
Allah SWT lemah dan ada batas kekuatan dan kekuasaan. Quraish Shihab menyimpulkan agar kita
menyadari, merasakan kekuasaan Allah SWT sebesar-besarnya, dan menyerahkan diri kita sebulatbulatnya kepada Allah SWT.22
Al-qur’an dengan dimensi kemanusiaan, kekinian dan keduniawiannya menawarkan modelmodel komunikasi interpersonal yang efektif, kontekstual, indah, dan penuh hikmah. Salah satu
model tersebut tercermin dalam percakapan antara sang ayah dan anaknya yang intim dan
harmonis, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi ismail. Peristiwa ini digambarkan dalam surat AsSaffat/37 : 102

22

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 10, hlm.500.

20

                
           
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpibahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: in sya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”.
Dalam ayat diatas terdapat hikmah yang dapat diambil terkait dengan komunikasi
interpersonal. Nabi Ibrahim ketika berkomunikasi dengan anaknya tidak lantas memaksakan
kehendak yang sudah jelas menjadi perintah Allah SWT. Namun beliau meminta pendapat dan
menceritakan hal ihwal sebenarnya kepada Nabi Ismail, sehingga Nabi Ismail mengerti dan
mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.Selain itu tercermin ekspresi kasih sayang
yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim ditandai dengan penggunaan kata "‫ "يا بني‬kepada anaknya.
B. Komunikasi Kelompok Dalam Al-Qur’an
Komunikasi kelompok atau komunikasi halaqah adalah komunikasi yang menyampaikan
pesan kepada kelompoknya sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. Komunikasi
kelompok mengatur kaderisasi dalam manajemen halaqah

dan kelomopok lain. Kelompok

memiliki loyalitas, identitas , norma-norma kelompok, dan homogen. Kelompok dibagi
berdsarkan jenis kelamin, pekerjaan, hobi, profesi, etnis dan ideologi. Berikut ini akan dibahas
wawasan Al-qur’an mengenai kelompok berdasarkan berbagai pandangan dibawah ini:

Manusia sebagai Makhluk Ciptaan Allah yang Berasal dari Nabi Adam as.

              
               
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padany Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang

21

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS:AnNisaa’(4):1)
Menurut Dr. Armawati Arbi (2012:192),M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah memberikan

pengantar Ayat diatas, bahwa

menuju jalan kebahagiaan dan segala kegiatan adalah tauhid

tersebut membutuhkan persatuan dan kesatuan dengan mengajaka dan menjalin kasih sayang
kepada seluruh manusia. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan lelaki, besar dan kecil,
beragama dan tidak beragama. Semua dituntut menciptakan perdamaian. Ayah manusia dari
seluruh manusia adalah Nabi Adam as.. Quraish Shihab menerangkan min nafsin wahidah arti
Adam a.s dan ulama lainnya jenis manusia lelaki dan perampuan.23

Manusia sebagai Makhluk Sosial

             
        
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: Al-Hujarat
(49):13)
Menurut Dr. Armawati Arbi (2012:192),M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, memahami

bahwa berbicara asal kejadian manusia yang sama, dilihat dari sisi persamaan hakikat kemanusian
orang perorang. Walaupun manusia berbeda, tetapi unsur dan proses kejadiannya sama. Oleh
karena itu, seseorang tidak wajar menghina dan merendahkan orang lain. Hakikat kemanusian
memilki dimensi kemanusiaan yang sama.24
Umat Yang Satu

        
23
24

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.192
Ibid.

22

Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu,
dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (QS: Al-Mu’minun (23):52)

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, bahwa ayat di atas saling berkaitan, dipesankan bahwa
agama tauhid, agama kamu semua. Namun manusia tidak menjaga dimensi kemanusiaannya,
sebagian mereka berpecah-belah, mereka membanggakan golongan-golongan, kelompokkelompoknya masing-masing. Mereka tidak takut kepada Allah SWT. Allah pun membiarkan
kelompok-kelompok tersebut sampai waktu tertentu.25 Kelompok tersebut terpecah karena mereka
bersifat

ashobiyah/etnosentrisme,

mengukur

budaya

kelompok

lain

dengan

kacamata

kelompoknya. Tafsir tersebut memberikan intisarinya adalah orang yang takut kepada Allah SWT,
berhati-hati atas hukum Allah SWT.
Agama Satu Tuhan dan Satu Tauhid

        
Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan
aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.(QS: Al-Anbiya’ (21):92)

Menurut Dr.Armawati Arbi, membahaskan konsep umat dalam Piagam Madinah tidak hanya
meliputi orang muslim, tetapi juga meliputi orang lain agamanya (Persatuan dalam Pasal 25 dari
piagam tersebut) dinyatakan mereka satu umat (orang Yahudi bani Auf Bersama Umat Mukmin) yang
berbuat baik dalam kenyataan sejarah Madinah. Hakikat iman dan ikatan suci antarjamaah kaum
muslimin, bisa menerapkan muslim bersaudara supaya muslim mendapat rahmat dalam Surah AlHujurat (49) ayat 10.26

25
26

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 23, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.
Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.193

23

BAB V
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Komunikasi intrapersonal yakni proses komunikasi yang berlangsung dengan
diri manusia masing-masing. Adapun sistem komunikasi intrapersonal terjadinya
sensasi (penginderaan), persepsi,

memori, dan terakhir berfikir. Komunikasi

interpersonal ialah komunikasi yang berlangsung antar pribadi atau dua bahkan
banyak manusia secara dua arah. Dalam ilmu komunikasi itulah yang dimaksud
dengan komunikasi intra-interpersonal.
Dalam islam, terdapat tuntutan manajemen sensasi, persepsi, memori bahkan
berfikir. Diantaranya yang disebutkan dalam QS: an-Nuur (24):30, QS: Fushshilat(41):53
karna pancaindra manusia yang akan dimintai pertanggungjawaban nantinya diakhirat (QS:
Al-Isra’(17):36). Dengan memasukkan nuansa islami pada proses sensasi maka begitupun
persepsi, memori juga akan begitu. Pada akhirnya pola berfikir muslim akan berbeda dengan
pola berfikir tanpa nuansa islami. Seperti tertulis dalam QS: Shaad(38):29, QS: Ali Imran (3):
190-191, dan QS. Al-Mukminuun 40:67.
Sedangkan dalam hal komunikasi interpersonal, al-qur’an mengajarkan kepada kita
betapa pentingnya komunikasi terhadap sesama muslim. Tersirat dalam apa dilakukan oleh
Nabi Ibrahim kepada anaknya dengan melakukan komunikasi maka terjadinya saling
memahami satu sama lain dikarenakan adanya keintiman dan kekraban. Hal ini disebutkan
dalam QS Al-Ankabut 29:41 dan As-Saffat/37 : 102.

Dengan ini sudah jelas bahwa al-qur’an dengan universalitasnya mampu
memenuhi kebutuhan manusia dengan derasnya arus dinamisasi dunia. Yang
diharapka mampu menambah keimanan terhadap Al-qur’an dan keta’atan kita kepada
Allah SWT. Wallah hu a‟alam bishowab..
Wal hamdulillah hi Rabbil „alamin

24

DAFTAR PUSTAKAAN
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004),
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an “Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat”,
Bandung: Mizan Media Utama, 1996

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi;Hidup Bersama Al-Qura‟an,Bandung:Mizan,2007

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qur‟an, Mizan, Jakarta, 2002

Laura A. King, the Sience of Psychology: An Appreciative View
Drs.Jalaludin Rakhmat, M.Sc., Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013
Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam,
Buku Litera Yogyakarta, 2015
Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012
Ahmad Fani, Persepsi dalam tinjauan Islam, Jurusan Manajemen , Fakultas Ekonomi, UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang, 2012.
Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib Al-Mandili Al-andunisi, Penawar Bagi Hati,PT:Sahabat
Press, Patani, Thailand, 1964

25

Dokumen yang terkait

FAKTOR–FAKTOR YANG MENJADI DAYA TARIK PENYIAR RADIO MAKOBU FM (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2003 UMM)

0 72 2

PENGARUH PENILAIAN dan PENGETAHUAN GAYA BUSANA PRESENTER TELEVISI TERHADAP PERILAKU IMITASI BERBUSANA (Studi Tayangan Ceriwis Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Komunikasi Angkatan 2004)

0 51 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGGUNAAN HANDPHONE QWERTY DI KALANGAN MAHASISWA (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2008 Pengguna Handphone Qwerty)

0 37 44

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1

Aplikasi dokumentasi foto online Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Barat

0 15 1

Daya Tarik Komunikasi Sales Promotion Girl Kosmetik Pond's Di Istana Plaza Dalam Meningkatan Jumlah Pembelinya

0 15 1

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80