TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN MENURUT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanggung

Jawab

Sosial

Perusahaan

atau

Corporate

Social

Responsibility merupakan bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan
perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan
lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai

bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Setiap manusia harus dapat
mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Seorang mukallaf (baligh dan
berakal) dibebani tanggung jawab keagamaan melalui pertanggung-jawaban
manusia sebagai pemangku amanah Allah di muka bumi (khalifah fi al-ardl).
Tanggung-jawab tersebut perlu diterapkan dalam berbagai bidang.
Dalam ekonomi, pelaku usaha, perusahaan atau badan usaha lain
bertanggung-jawab mempraktekannya di dalam lapangan pekerjaan, yaitu
tanggung jawab kepada Allah atas perilaku dan perbuatannya yang meliputi:
tanggung jawab kelembagaan, tanggung jawab hukum dan tanggung jawab
sosial. Dalam tanggung jawab sosial, seseorang (secara moral) harus mampu
mempertanggung-jawabkan

perbuatannya

terhadap

masyarakat

apabila


melakukan perbuatan tercela. Tanggung jawab sosial ini diiringi norma-norma
sosial, karenanya rasa malu dalam diri seseorang dapat memperkuat tanggung
jawab sosialnya. Pelaku usaha, perusahaan atau badan-badan usaha komersial
lainnya, sudah saatnya memperhatikan hal-hal yang berkaitan keabsahan
transaksinya, karena itu merupakan bentuk tanggung jawab yang mula-mula
diselidiki. Seharusnya, tanggung jawab dalam setiap kegiatan ekonomi
muncul dari kesadaran yang terdapat pada individu maupun dalam penekanan
hukum dari pihak berwenang, seperti melalui perundang-undangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanggungjawab sosial?
2. Bagaimana Pandangan Islam menegenai tanggungjawab sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari tanggungjawab sosial.
2. Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai tanggungjawab sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tanggungjawab sosial
Ada beberapa definisi dari tanggungjawab sosial, antara lain:

1. Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan.
2. Tanggung jawab social merupakan upaya perusahaan yang bersifat
proaktif, terstruktur, dan berkesinambungan dalam mewujudkan operasi
bisnis yang dapat diterima secara sosial (socially acceptable) dan ramah
lingkungan

(environmentally

friendly)

guna

mencapai

kesuksesan


finansial, sehingga dapat memberikan added value bagi seluruh
stakeholder.
3. Tanggung jawab sosial pelaku usaha adalah komitmen dan kemampuan
dunia usaha untuk melaksanakan hak dan kewajiban social terhadap
lingkungan sosialnya sebagai kerangka menciptakan masyarakat peduli
(Caring Society) dan kemitraan. Dari beberapa definisi di atas bila ditilik
lebih jauh sebenarnya terkandung inti yang hampir sama, yakni selalu
mengacu pada kenyataan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan bagian penting dari strategi bisnis yang berkaitan erat dengan
keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Di samping itu, apa yang
dilakukan dalam implementasi dari tanggung jawab sosial tersebut tidak
berdasarkan pada tekanan dari masyarakat pemerintah, atau pihak lain,
tetapi berasal dari kehendak, komitmen, dan etika moral dunia bisnis
sendiri yang tidak dipaksakan. Arti CSR Dalam Perspektif Islam. CSR itu
singkatan dari corporate social responsibility. Artinya tanggung jawab
sosial sebuah perusahaan terhadap stakeholder yang terdiri dari sinergi
3P= Profit, People, Planet. Jadi inti dari CSR adalah bagaimana dari

sebuah perusahaan


itu memiliki

rasa tanggung jawab terhadap

kesejahteraan masyarakat (People) dan kelestarian limgkungan hidup
(Planet) di sekitar mereka dengan tetap tidak lupa memperhitungkan
untung (Profit) jangka panjang yang akan didapat.
B. Pandangan Islam Mengenai Tanggungjawab Sosial Organisasi
Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang dalam
segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara individu dan
keluarga, antara individu dan sosial dan, antara suatu masyarakat dengan
masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajibankewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi
kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada. Sebuah perusahaan
mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain:
1. Pelaku-Pelaku Organisasi, meliputi:
a. Perusahaan dengan Pekerja (QS. An-nisa ayat 149) Dalam wilayah
non-Islam, standar etis seringkali ditentukan oleh perilaku para
manajer. Standar ini meliputi perekrutan dan pemecatan, upah,
pelecahan seksual, dan hal-hal lain yang relevan dengan kondisi kerja
sesorang.

1) Keputusan perekrutan, promosi dan lain-lain bagi pekerja. Islam
mendorong kita untuk memperlakukan setiap Muslim secara adil.
sebagai contoh, dalam perekrutan, promosi atau keputusankeputusan lain dimana seorang manajer harus menilai kinerja
seseorang terhadap orang lain, kejujuran dan keadilan (‘adl) adalah
sebuah keharusan. Allah SWT mempertahankan kita untuk
melakukan hal ini: “sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil”.
2) Upah Yang Adil Ibn Taymiyah menyatakan bahwa seorang
majikan memiliki kewajiban untuk membayar upah yang adil

kepada para pekerjanya. Sejumlah majikan mungkin mengambil
keuntungan dari para pekerjanya dan membayar rendah kepada
mereka karena tuntutan kebutuhan mereka untuk mendapat
penghasilan. Jika tingkat upah terlalu rendah, para pekerja
mungkin tidak termotivasi untuk berusaha secara maksimal. Sama
halnya, jika tingkat upah terlalu tnggi, sang majikan mungkin tidak
mendapatkan


keuntungan

dan

tidak

dapat

menjalankan

perusahaannya. Dalam organisasi Islam, upah harus direncanakan
dengan cara yang adil baik bagi pekerja maupun juga majikan.
Pada Hari Pembalasan, Rasulullah SAW akan menjadi saksi
terhadap “orang yang mempekerjakan buruh dan mendapatkan
pekerjaanya diselesaikan olehnya namun tidak memberikan upah
kepadanya”.
3) Penghargaan terhadap keyakinan pekerja. Prinsip umum tauhid
atau keesaan berlaku untuk semua aspek hubungan antara
perusahaan dan pekerjaanya. Pengusaha Muslim tidak boleh
memperlakukan pekerjaanya seolah-olah Islam tidak berlaku

selama waktu kerja. Sebagai contoh, pekerja Muslim harus diberi
waktu untuk melaksanakan shalat, tidak boleh dipaksa untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan aturan moral Islam,
harus diberi waktu istirahat bila mereka sakit dan tidak dapat
bekerja, serta tidak boleh dilecehkan secara seksual, dan lain-lain.
Untuk menegakkan keadilan dan keseimbangan, keyakinan para
pekerja non-Muslim juga harus dihargai. “Allah SWT tiada
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah SWT
menyukai orang-orang yang berlaku adil”.
4) Akuntabilitas. Meskipun majikan atau pekerja dapat secara sengaja
saling menipu satu sama lain, namun mereka berdua harus
mempertanggungjawabkan perbuatanya di depan Allah SWT.

Sebagai contoh, Rasulullah Saw tidak pernah menahan upah
siapapun.
5) Kebajikan Prinsip kebajikan (Ihsan) seharusnya merasuk dalam
hubungan antara bisnis dan pekerja. Pada suatu saat, sebuah usaha
mungkin berjalan kurang memuaskan, dan para pekerjanya

mungkin akan menanggung pengurangan upah sementara untuk
waktu kerja yang sama. Aspek lain prinsip kebajikan adalah tidak
melakukan tekanan yang tidak melakukan tekanan yang tidak
semestinya terhadap para pekerja untuk bekerja secara membabi
buta.
b. Hubungan Pekerja dengan Perusahaan
Berbagai persoalan etis mewarnai hubungan antara pekerja
dengan perusahaan, terutama berkaitan dengan persoalan kejujuran,
kerahasiaan, dan konflik kepentingan.
Dengan demikian, seorang pekerja tidak boleh menggelapkan
uang perusahaan, dan juga tidak boleh membocorkan rahasia
perusahaan kepada orang luar. Praktek tidak etis lan terjadi ketika para
manajer menambahkan harga palsu untuk makanan dan pelayanan lain
dalam pembukuan keuangan perusahaan mereka. Beberapa dari
mereka melakukan penipuan karena merasa dibayar rendah, dan ingin
mendapatkan upah yang adil. pada saat yang lain, hal ini dilakukan
semata karena ketamakan. Pekerja Muslim, seharusnya tidak berbuat
sesuatu dengan cara-cara yang tidak etis.
2. Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain
a. Pemasok

Berkaitan dengan pemasok, Etika bisnis menyatakan bahwa
seseorang harus melakukan negosiasi dengan harga yang adil, dan
menghindari kesalahpahaman dimasa depan, serta mengadakan
perjanjian dengan tertulis.

b. Pembeli / konsumen
Pembeli seharusnya menerima barang dalam kondisi baik dan dengan
harga yang wajar, mereka juga harus diberitahu bila terdapat
kekurangan-kekurangan pada suatu barang. Islam melarang praktekpraktek ketika berhubungan dengan konsumen atau pembeli, seperti :
1) Dilarang mengunakan alat ukur yang tidak tepat.
2) Dilarang Penimbunan dan manipulasi.
3) Dilarang Penjualan barang yang rusak atau palsu.
4) Dilarang menjual barang – barang curian.
5) Dilarang mengambil bunga dan riba.
6) Dilarang bersumpah palsu dalam keputusan menjual baranga palsu.
c. Orang yang berhutang
Secara umum, islam mendorong sikap bijaksana. Jika seorang
yang berhutang sedang dalam kesulitan keuangan, dengan memberikan
masa tangguh kepada yang mempunyai hutang tersebut. Apabila
seorang muslim punya hutang demi usahanya, maka dia harus

membayarnya. Dalam islam, pembayaran hutang memiliki kedudukan
yang sangat penting hingga dosa – dosa orang yang mati shahid akan
diampuni, kecuali untuk hutang – hutangnya yang belum terbayar.
d. Masyarakat umum
Seorang pengusaha memiliki kewajiban khusus jika ia
menyediakan barang kebutuhan penting bagi masyarakat. Dalam
menetapkan harganya dengan harga yang wajar, seperti pupuk bagi
petani, dan obatan – obatan untuk petani, jadi dilarang untuk
melakukan pengontrolan harga.
e. Pihak yang berkepentingan /pemilik/Mitra
Yaitu dengan kegiatan – kegiatan yang menguntungkan
individu atau masyarakat dan menghapus kejahatan adalah tindakan
yang luhur. Islam mendorong terwujudnya hubungan kemitraan
seperti, Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Qard Hasan.

f. Fakir Miskin
Pengusaha akan selalu didekati oleh kaum fakir miskin utuk
meminta sedekah. Janganlah memberikan sesuatu yang akan membuat
fakir miskin itu akan tambah menderita (seperti barang barang siasa
yang akan membahaykan fakir miskin itu- seperti makanan rusak. Para
pengusaha muslim harus memberikan kepada kaum miskin apa yang
baik dan diperoleh dengan cara yang halal.
g. Pesaing
Persaingan dengan mengeliminasi para pesaing dengan harapan
memperoleh hasil ekonomi diatas rata-rata, sehingga terjadi praktek
penimbunan dan monopoli, perbuatan tersebut dilarang islam.
3. Lingkungan Alam (QS. Al-A’raf ayat 56)
Perusahan dilarang membuang produk limbahnya mereka ke udara,
sungai dan tanah. Hal ini akan menyebabkan tejadinya fenomena hujan
asam, pemanasan global, dan ternacuni rantai makanan. Seoarang
pengusaha islam diharapkan memlihara lingkungan alamnya. Seperti :
a. Perlakuan terhadap binatang, seperti contoh seorang muslim dilarang
untuk

mengikat

kaki

binatang,

lalu

menyeretnya

untuk

disembelih/dipotong.
b. Polusi lingkungan dan hak kepemilikan, Sekali seorang muslim
mencemari

lingkungan,

ia

diharuskan

membersihkannya

atau

memindahkannya apa yang menjadi pencemaran tersebut.
c. Polusi Lingkungan dan Sumber Daya Bebas. Jika terjadi pencermaran
atau gangguan dalam bentuk apapun , maka pihak pihak yang bersalah
harus bertanggung jawab dengan membersihkannya sendiri ataupun
dengan mengakhiri penyebab masalah tersebut.
d. Kesejahteraan Sosial Secara Umum. Sebagai bagian masyarakat,
pengusaha

muslim

harus

turut

anggotanya yang miskin dan lemah.

memperhatikan

kesejahteraan

4. Kesejahteraan Sosial
Masyarakat Selain harus bertanggungjawab kepada berbagai pihak
yang berkepentingan dalam usahanya dan lingkungan alam sekelilingnya,
kaum Muslim dan organisasi tempat mereka bekerja juga diharapkan
memberi perhatian terhadap kesejahteraan umum masyarakat dimana
mereka tinggal. Sebagai bagian masyarakat, pengusaha Muslim harus turut
memperhatikan kesejahteraan anggotanya yang miskin dan lemah. Pahala
memelihara kaum lemah ditekankan dalam hadist dibawah ini: Rasulullah
Saw berkata, “Orang yang merawat dan berbuat sesuatu untuk para janda
dan orang-orang papa, adalah laksana seorang ksatria yang berjuang
karena Allah SWT, atau laksana orang yang berpuasa sepanjang siang
dan beribadah sepanjang malam”.
Disisi lain, jika ada seseorang yang menghabiskan malamnya
dalam kondisi kelaparan, maka kesalahan akan dibebankan kepada
masyarakat karena tidak berusaha untuk merawat dan menjaganya. Bisnis
muslim harus memberi perhatian kepada usaha-usaha amal dan
mendukung berbagai tindakan kedermawanan. Sebagai contoh, Amana,
sebuah perusahaan investasi Muslim, mensponsori dan mempublikasikan
edisi revisi terjemahan Kitab Suci Al-Qur’an oleh Yusuf Ali. Demikian
halnya, Asosiasi Ilmuwan dan Insinyur Muslim mempublikasikan sebuah
panduan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa-mahasiswa
asing Muslim yang ingin beljar di universitas-universitas Amerika Utara.
Bulan sabit Merah adalah sebuah organisasi internasional yang
telah banyak dikenal, yang bergerak dibidang pemberian bantuan bagi
kaum miskin dan lemah di negara-negara muslim yang sedang tertimpa
krisis.  

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah bentuk tanggung jawab yang
dipaksakan apalagi atas dasar tekanan,ancaman, atau paksaan, melainkan
tanggung jawab yang didasari kaidah moral, komitmen sosial, dan etika
bisnis.Tanggung jawab sosial dunia bisnis dipengaruhi oleh berbagai kekuatan,
yaitu norma sosial dan budaya, hukum sertaregulasi, praktik dan budaya
organisasi. Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karena dorongan kemanfaatan,
moralitas, dan keadilan. Etika dalam berbisnis adalah mutlak dilakukan. Maju
mundurnya bisnis yang dijalankan adalah tergantung dari pelaku bisnis itu sendiri.
Apa yang dia perbuat dengan konsekuensi apa yang akan dia peroleh sudah sangat
jelas.
Pebisnis yang menjunjung tinggi nilai etika akan mendapat point reward
terhadap apa yang telah dia lakukan. Kemajuan perusahaan, kepercayaan
pelanggan, profit yang terus meningkat, pangsa pasar terus meluas, merupakan
dambaan bagi setiap pebisnis dan ini akan diperoleh dengan menjungjung tinggi
nilai etika.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Bukhari, Pengantar Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 1997.
Djakfar, Muhammad, 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Malang: UIN
Malang Press.
Muhammad, 2004. Etika Bisnis Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL
DALAM BISNIS SYARIAH

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Bisnis dan Manajemen
Dosen: Bpk. Taufik Ridwan, M.Hum.

Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.

Anggriyadi
M. Azmi Mubarok
Linda
Rifqo Tunada

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
BUNGA BANGSA CIREBON
2016