ANALISIS KORELASI BELANJA DAERAH DALAMPERUBAHAN APBK KABUPATEN/KOTA (Studi di Aceh)

  

ANALISIS KORELASI BELANJA DAERAH DALAM

PERUBAHAN APBK KABUPATEN/KOTA

1

(Studi di Aceh)

2 3 Nikmawati , Dr. Syukriy Abdullah, SE, M.Si, Ak , Dr. rer. pol. Heru Fahlevi, SE, M.Sc 1) 2,3) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Dosen Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  

Abstract: This study aimed to determine the correlation shopping areas in the change APBK districts / cities

in Aceh. The analysis conducted on the correlation between spending categories and types of expenditure on

APBK change. Observations in this study are all kinds of budgeted expenditure in the whole district / city

governments in Aceh. The population in this study as many as 23 districts / cities. Data used in this research is

secondary data. Data was collected using documentation technique. For data analysis was performed using the

software Statistical Package for Social Science (SPSS). The results showed that the indirect spending by

shopping directly on APBK changes in 2011 through 2013 had a positive correlation, while the overall Seara has

a weak correlation. For an analysis of the type of expenditure on each of the spending categories have correlation

but not significant.

  Keywords: Regional Expenditure, The Budget Changes.

  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi belanja daerah dalam perubahan APBK

kabupaten/kota di Aceh. Analisis dilakukan terhadap korelasi antar kelompok belanja dan jenis belanja pada

perubahan APBK. Observasi dalam penelitian ini adalah semua jenis belanja yang dianggarkan pada seluruh

pemerintah kabupaten/kota di Aceh. Populasi pada penelitian ini sebanyak 23 kabupaten/kota. Jenis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

teknik dokumentasi. Untuk analisis data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social

Science (SPSS). Hasil penelitian menunjukan bahwa antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung pada

perubahan APBK di tahun 2011 sampai 2013 memiliki korelasi positif, sedangkan seara keseluruhan memiliki

korelasi lemah. Untuk analisis antar jenis belanja pada masing-masing kelompok belanja memiliki korelasi

namun tidak signifikan.

  Kata Kunci: Belanja Daerah, Perubahan APBK.

  

PENDAHULUAN pembayarannya kembali oleh daerah.

  Cakupan keuangan daerah termasuk Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri pengelolaan belanja daerah, yang dipergunakan Nomor 13 Tahun 2006 pasal 36 ayat (1) juga dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah telah menentukan, klasifikasi menurut yang menjadi kewenangan daerah (provinsi kelompok belanja terdiri dari belanja langsung atau kabupaten/kota) yang terdiri dari urusan dan belanja tak langsung. wajib dan urusan pilihan, yang ditetapkan Belanja tidak langsung merupakan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja belanja yang dianggarkan tidak terkait secara daerah adalah pengeluaran pemerintah daerah langsung dengan pelaksanaan program dan dalam APBD atau APBK. Menurut Peraturan kegiatan yang meliputi jenis-jenis belanja Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagai berikut: belanja pegawai, belanja bunga, belanja daerah merupakan semua pengeluaran belanja subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dari kewajiban daerah dalam satu tahun belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan anggaran yang tidak akan diperoleh belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yang meliputi belanja modal.

  Anggaran yang sudah ditetapkan membutuhkan penyesuaian atau direvisi selama tahun berjalan dalam rangka untuk memasukan perubahan prioritas dan menghadapi kejadian tak terduga dan munculnya surplus yang berasal dari tahun sebelumnya (Anessi-Pessina, et al., 2012). Perubahan Anggaran merupakan usaha pemerintah daerah untuk menyesuaikan rencana keuangan dan perkembangannya yang telah terjadi selama tahun berjalan. Perubahan Anggaran dapat terjadi karena meningkatnya anggaran penerima maupun pengeluaran, atau sebaliknya, dari perkiraan awal. Dalam

  budgeting process , perubahan anggaran

  merupakan hal yang lazim terjadi sekaligus menjadi faktor penting di pemerintahan daerah (Forrester & Mullins, 1992). Rebudgeting responsif terhadap kebutuhan anggaran partisipan dan untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan (Forrester & Mullins, 1992).

  Perkembangan situasi dan kondisi keuangan daerah yang terjadi dapat berimplikasi terhadap meningkatnya anggaran penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran dalam satu SKPD. Jadi perubahan APBK tidak berarti selalu tentang penambahan anggaran, seperti dijelaskan pada Permendagri Nomor 13 tahun

  2006, bahwa terjadinya keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja.

  KAJIAN PUSTAKA Penganggaran pada Pemerintah Daerah

  APBK yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DRPD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan bagaimana program- program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu: (1) membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah; (2) membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalaui proses prioritasan; (3) memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja; (4) meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DRPD dan masyarakat (Mardiasmo, 2002:68).

  Anggaran dan Perubahan Anggaran pada Pemerintah Daerah

  Perubahan APBD atau APBK sebagai upaya pemerintah daerah untuk menyesuaikan rencana keuangan yang telah ada dengan perkembangan yang terjadi. Perkembangan itu bisa berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerima maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran-pergeseran dalam satu SKPD.

  Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda. Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan perubahan anggaran belanja. Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran pembiayaan, kecuali untuk penerimaan pembiayaan berupa SiLPA) (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu), yang menang menjadi salah satu alasan utama mengapa perubahan APBD dilakukan (Abdullah, 2013a).

  Penyusunan APBD terhadap perkembangan atau perubahan keadaan diusulkan oleh pemerintah daerah dan dibahas bersama dengan DPRD. Menurut pasal 154 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi: 1.

  Perkembangan yang tidak sesuai dengan sesuai adalah pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, dan lain-lain.

  2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja. Dapat dilakukan dengan melakukan perubahan APBD.

  3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. Merupakan sisa lebih perhitungan tahun anggaran sebelumnya yang dapat digunakan untuk membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah, melunasi seluruh kewajiban bunga dan pokok utang, mendanai kenaikan gaji dan tunjangan PNS, kegiatan lanjutan, program dan kegiatan baru, serta kegiatan- kegiatan yang capaian target kinerjanya ditingkatkan dari yang telah ditetapkan semula dalam DPA-SKPD tahun anggaran berjalan.

  4. Keadaan darurat. keadaan yang tidak biasa terjadi dan tidak diinginkan terjadi secara berulang dan berada diluar kendali pemerintah.

  5. Keadaan luar biasa. Merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen) yang didapat dari kenaikan pendapatan atau efisiensi belanja.

  Belanja Daerah dan Perubahannya

  Menurut pasal 1 ayat 51 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, pengertian belanja daerah yaitu kewajiban pemerintah daerah diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan (Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1 butir 16). Belanja adalah jenis biaya yang timbulnya berdampak langsung terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang melaksanakan program dan kegiatan entitas yang berada di bank (Bastian, 2007:151). pemerintahan daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 b.

  Belanja Barang dan Jasa: digunakan untuk Tahun 2006 pasal 31 ayat (1), memberikan pengeluaran pembelian/pengadaan barang secara rinci klasifikasi belanja daerah yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua berdasarkan urusan wajib, urusan pilihak atau belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program melaksanakan program dan kegiatan kegiatan serta jenis belanja. pemerintahan daerah.

  Perubahan alokasi belanja dilakukan c.

  Belanja Modal: adalah pengeluaran yang karena proses dalam anggaran awal memiliki dilakukan dalam rangka pembentukan modal ketidakpastian akibat kekurangan atau yang sifatnya menambah aset kelebihan anggaran sehingga disusun kembali tetap/inventaris yang memberikan manfaat sebagai penyesuaian anggaran sebagai lebih dari satu periode akuntansi, termasuk tanggungjawab yang harus disampaikan kepada di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya masyarakat. Salah satu hal yang memainkan pemeliharaan yang sifatnya peranan penting dalam perubahan anggaran mempertahankan atau menambah masa pemerintah yaitu adanya ketidakpastian manfaat serta meningkatkan kapasitas dan terhadap perkiraan pendapatan, di mana yang kualitas aset. secara langsung akan mempengaruhi revisi Belanja Tidak Langsung dan Perubahannya. anggaran. Untuk menghindari risiko ketidakpastian maka dilakukan penyesuaian Anggaran belanja tidak langsung adalah terhadap rencana program dan kegiatan yang oleh adanya program atau kegiatan. Mekanisme akan dilaksanakan (Cornia et al., 2004). penganggaran dan besaran alokasi untuk belanja tidak langsung diatur dan ditetapkan

  Belanja Langsung dan Perubahannya

  oleh kepala daerah dengan berpedoman kepada Berdasarkan konsep Permendagri peraturan daerah tentang pokok-pokok

  Nomor 13 Tahun 2006 pasal 50, kelompok pengelolaan keuangan daerah. belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi

  Berdasarkan pasal 37 Peraturan Menteri menurut jenis belanja yang terdiri dari: (a) Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang belanja pegawai, (b) belanja barang dan jasa Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan (c) belanja modal. kelompok belanja tidak langsung dibagi

  a. Pegawai: digunakan untuk Belanja menurut jenis belanja yang terdiri dari: (a) pengeluaran honorarium/upah dalam

  Belanja pegawai; (b) Bunga; (c) Subsidi; (d) Hibah; (e) Bantuan sosial; (f) Belanja bagi hasil, (g) Bantuan keuangan; dan (h) belanja tidak terduga.

  a.

  Belanja Bagi Hasil: Menurut Darise (2008:44) menulis belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

  Perubahan APBK dan Belanja Daerah

  Belanja Tidak Terduga: Dalam pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dijelaskan bahwa belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan berulang.

  h.

  13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, bantuan keuangan digunakan untuk yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kepada pemerintah daerah lainnya atau kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya.

  47 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

  Belanja Bantuan Keuangan: Menurut pasal

  g.

  f.

  Belanja Pegawai: merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

  Belanja Bantuan Sosial: Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dikatakan bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  e.

  13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.

  Belanja Hibah: Berdasarkan pasal 42 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

  Belanja Subsidi: digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan d.

  c.

  Belanja Bunga: Sesuai pasal 40 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

  b.

  Pada lampiran No.4 Permendagri No.37 Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan APBD tahun anggaran 2013 ditetapkan, perubahan APBD tahun anggaran berjalan harus dilakukan setelah penetapan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun anggaran sebelumnya dan laporan semester pertama pelaksanaan APBD Tahun Anggaran berjalan. Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran berjalan ditetapkan paling lambat akhir bulan September tahun anggaran berjalan.

  Menurut Abdullah (2013a) perubahan atas alokasi anggaran belanja merupakan bagian terpenting dalam perubahan APBD, khususnya pada kelompok belanja langsung. Bentuk perubahan alokasi untuk belanja modal berdasarkan penyebabnya adalah:

  1. Perubahan belanja karena adanya varian SiLPA.

  Perubahan pergeserananggaran (virement).

  3. Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan.

  Pengertian Belanja menurut PSAP No.2,

  Paragraf 7 (dalam Erlina, et al., 2008) adalah “ semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

  Negara/Daerah yang mengurangi saldo Anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”.

  Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri

  Nomor 59 tahun 2007 dan perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua. “Belanja Daerah didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui se bagai pengurang nilai kekayaan bersih”. Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), oganisasi dan fungsi.

  Kerangka Pemikiran

  Anggaran belanja dalam APBD mencerminkan rencana keuangan yang akan dilaksanakan selama satu tahun anggaran. Dalam pelaksanaannya selama tahun anggaran berkenaan, kemungkinan dibutuhkan beberapa penyesuaian (Anessi-Pessina et al., 2012; Forrester & Mullins ,1992; Cornia, et al., 2004).

  Menurut Abdullah (2013a) perubahan atas alokasi anggaran belanja merupakan bagian terpenting dalam perubahan APBD, khususnya pada kelompok belanja langsung. Beberapa bentuk perubahan alokasi untuk belanja berdasarkan penyebabnya, antara lain: (1) Perubahan belanja karena adanya varian SiLPA, (2) Perubahan belanja karena adanya pergeseran anggaran (virement), dan (3) Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan.

  Perubahan alokasi belanja menarik untuk di teliti lebih spesifik terkait apakah ada korelasi antara perubahan satu jenis belanja dengan belanja lain. Beberapa pergeseran anggaran dilakukan dengan tidak mengubah total jumlah pagu anggaran, namun dengan mengubah proporsi rincian anggaran belanja. Artinya, pagu anggaran di SKPD dapat saja tidak berubah, tetapi jumlah anggaran komponen belanja bisa berubah. Perubahan anggaran belanja langsung dapat terjadi karena adanya pemindahan alokasi dari belanja tidak langsung atau sebaliknya. Dengan asumsi tidak terjadi penambahan alokasi belanja, maka kenaikan dalam belanja langsung berkorelasi dengan penurunan belanja tidak langsung. Begitu juga sebaliknya. Namun, jika diasumsikan total belanja mengalami perubahan maka bentuk korelasi antara belanja tidak langsung dengan belanja langsung bisa positif atau negatif. Untuk memperjelas hubungan antara variabel maka dapat dilihat skema kerangka pemikiran Gambar 2.1.

METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Belanja Langsung dan Belanja Tidak langsung serta Perubahannya.

  Warsito, et al. (2008) mengatakan bahwa belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintah Daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.

  Jenis investigasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah studi korelasi, melalui analisa hubungan setiap objek belanja daerah pada perubahan APBK. Komponen desain penelitian tentang intervensi penelitian, intervensi dilakukan di tingkat minimal, yaitu peneliti hanya melakukan pengumpulan data untuk di analisa. Maka pada tahapan situasi studi peneliti hanya melakukan analisa hubungan yang terjadi antara objek belanja dalam perubahan APBK kabupaten/kota di Aceh.

  Untuk unit analisis berupa qanun tentang perubahan APBK. Tahap analisis data selanjutnya (Sekaran, 2006:172). Horizon waktu, penelitian ini menggunakan dua jenis

  Perubahan belanja tidak langsung Perubahan belanja langsung horizon waktu yaitu paduan time series dan berarti jika salah satu variabel meningkat, cross sectional atau dikenal dengan data maka variabel lain juga meningkat. pooling (pooled data).

HASIL PEMBAHASAN

  

Populasi Penelitian Analisis korelasi belanja daerah dalam

  Populasi yang akan diteliti termasuk perubahan APBK Kabupaten/Kota di Aceh, kecil, sehingga menggunakan data sensus. Jenis dilakukan terhadap jenis belanja yang yaitu data pooling dengan populasi berjumlah dianggarkan, yaitu belanja tidak langsung, 23 kabupaten/kota. Periode pengamatan selama belanja langsung, belanja pegawai, belanja 5 (lima) tahun, dari tahun 2010 s/d 2014. Terdiri hibah, belanja bantuan sosial, belanja tidak dari 18 kabupaten dan 5 kota. Kriteria terduga, belanja pegawai, belanja barang dan ditetapkan yaitu Perda Perubahan APBK. jasa serta belanja modal.

  Analisis Korelasi Antar Kelompok Belanja Rancangan Pengujian Hipotesis Tidak Langsung.

  Untuk menerima atau menolak Belanja pegawai dan belanja hibah dalam hipotesis yang diajukan, maka dilakukan perubahan APBK pada tahun 2011, 2014 dan pengujian secara statistik. analisis keseluruhan data tidak miliki korelasi.

1. Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis

  Tetapi untuk tahun 2010, 2012 dan 2013 alternatif (Ha) serta menentukan besarnya memiliki korelasi. Perbedaan hasil ini menjadi nilai koefisien korelasi (r). satu bahan penelitian yang dapat dikembangkan

  Ho : jika r i ≠0; Perubahan belanja tidak langsung lebih lanjut, agar dapat di ketahui kenapa hal tidak berkorelasi dengan perubahan belanja langsung;

  APBK belanja pegawai tidak memiliki korelasi Ha : jika r 1 =0; Perubahan belanja tidak langsung dengan belanja bantuan sosial, dari tahun 2010 berkorelasi dengan perubahan sampai tahun 2014. Begitu juga terhadap belanja langsung; keseluruhan data.

  2. Menentukan tingkat Terhadap belanja pegawai dan belanja signifikansi pengaruh dengan α = 5%. Jika tidak terduga juga tidak memiliki korelasi. nilai p-value atau sig value < 5%, maka

  Baik dari tahun 2010 sampai 2014 dan analisis antara variabel memiliki hubungan yang secara keseluruhan data. Maka dapat diartikan signifikan. bahwa baik data setiap tahun pengamatan

  3. Menentukan arah korelasi maupun secara keseluruhan tidak memiliki berdasarkan tanda pada t-value. Jika korelasi. Kemudian untuk analisis terhadap bertanda positif maka korelasi positif yang alokasi belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga pada perubahan APBK, dari hasil pengolehan data disimpulkan bahwa tidak memiliki korelasi. Baik data dari tahun 2012 sampai tahun 2014 maupun analisis secara keseluruhan data. Tahun 2010 dan 2011 yang ada korelasi pada tingkat rendah antara belanja bantuan sosial dan belanja tidak terduga.

  Korelasi antara belanja hibah dengan belanja tidak terduga dari tahun 2010 sampai 2014 secara keseluruhan data tidak memiliki korelasi. Untuk belanja hibah dengan belanja bantuan sosial juga tidak memiliki korelasi pada semua tahun amatan dan secara keseluruhan data dari tahun 2011-2014. Dari kedua analisis tersebut, kedua jenis belanja tidak memiliki korelasi di dalam perubahan APBK Kabupaten/Kota di Aceh.

  Analisis Korelasi Belanja dalam perubahan APBK pada Kelompok Belanja Langsung.

  Analisis pada kelompok belanja langsung seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja pegawai pada belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Sedangkan belanja pegawai dalam kelompok belanja langsung merupakan pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

  Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/ pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang atau pemakaian jasa mencakup belanja barang pakai habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

  Seperti pada penelitian sebelumnya, alokasi antar jenis belanja pada perubahan APBK kabupaten/kota di Aceh. Pada kelompok belanja langsung jenis belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal, memilik korelasi yang kuat antar belanja dan secara keseluruhan dari data pada kelompok belanja langsung. Hasil penelitian ini konsisten dengan penganggaran dalam APBK Perubahan, untuk menetukan besaran alokasi pada setiap kelompok belanja maupun jenis belanja.

  Kesimpulan dan Saran

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan penelitian adalah: a.

  Analisis korelasi perubahan APBK pada kelompok belanja langsung dengan belanja tidak langsung di tahun 2011 sampai tahun 2013 memiliki korelasi positif dan kuat dapat mendukung hipotesis Ho.

  b.

  Editions. New York: The McGraw- Analisis korelasi perubahan APBK antar Hill Companies, Inc. jenis belanja dalam kelompok belanja tidak

  Cornia, Garry C., Ray D. Nelson & Andrea langsung secara umum memiliki korelasi Wilko. 2004. Fiscal Planning, Budgeting, and Rebudgeting Using lemah namun tidak signifikan. Revenue Semaphores. Public c.

  Administration Review 64 (2): 164-

  Analisis korelasi perubahan APBK jenis 179. belanja dalam kelompok belanja langsung,

  Erlina, 2008. Metode Penelitian Bisnis Untuk secara keseluruhan memiliki korelasi lemah. Akuntansi Dan Manajemen , Edisi Kedua, USU

  Saran yang dapat diberikan untuk Erlina, dkk, 2012. Pengelolaan Dan Akuntansi penelitian berikutnya data penelitian dapat USU Press,

  Keuangan Daerah, Medan.

  diperluas dan terperinci terhadap jenis belanja.

  Forrester, John P. & Daniel R. Mullins. 1992. Serta dapat melakukan analisis tentang faktor- Rebudgeting: The Serial Nature of Municipal Budgetary Processes. faktor yang mempengaruhi berbedaan pola

  Public Administration Review 52 (2): korelasi kelompok belanja pada setiap tahunnya. 467-473.

  Gujarati, Damodar. 2003. Basic Ekonometrics, New York: McGraw-Hill. Kuncoro, Haryo. 2009. Variansi Anggaran dan

  

DAFTAR PUSTAKA Realisasi Anggaran Penerimaan: Studi

  Kasus Pemprov DKI Jakarta. Jurnal Abdullah, Syukriy & Ramadhaniatun Nazry.

  Studi Ekonomi 4 (1): 19-28.

  2014. Analisis Varian Anggaran Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.

  Pemerintah Daerah (Penjelasan Yogyakarta: Andi. Empiris dari Perspektif Keagenan ).

  Miller, Gerald J., Donijo Robbins, and Jaeduk Makalah disajikan pada Konferensi

  Keum. 2007. Certification, and Ilmiah Akuntansi (KIA) I, yang Targets in Performance Budgeting. diselenggarakan oleh

  IAI KPAd

  Public Administration Review

  Wilayah DKI Jakarta dan Banten, di 30(4):469-495.

  Program Studi Magister Sains Ilmu Akuntansi. Februari 2014.

  2012. Buku Panduan Umum ____________ 2013a. Perubahan APBD.

  Penulisan Tesis . Banda Aceh:

  Melalui <syukriy.wordpress.com Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. /2013/04/22/perubahan-apbd/>

  Republik Indonesia Peraturan Menteri Dalam [2/10/15]

  Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang

  _____________. 2013b. Proses Penyusunan

  Pedoman Pengelolaan Keuangan Anggaran Daerah: Masalah Keagenan Daerah. yang Tidak Tuntas .

  _________________. Peraturan Menteri Melalui

  Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 [2/10/15]. tentang Pedoman Pengelolaan

  Anessi-Pessina, Eugenio, Mariafrancesca

  Keuangan Daerah Sicilia & Ileana Steccolini, 2012.

  _________________. Peraturan Menteri Budgeting and Rebudgeting in Local

  Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012

  Gevernments-Siamese Twins Public

  Tentang Pedoman penyusunan APBD Adminstration Review 72 (6): 875-884 tahun anggaran 2013.

  Bastian, Indra. 2007. Sistem Akuntansi Sektor _________________. Undang-Undang nomor

  Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba 32 tahun 2004 Tentang Pemerintaha

  Empat.

  Daerah .

  Cooper, Donald R. and Pamela S. Schindler.

  _________________. PSAP Tentang Laporan 2006.Business Research Methods. 9th

  Realisasi Anggaran.

  Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian

  Untuk Bisnis : Edisi Keempat. Alih

  Bahasa: Kwan Men You. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis:

  Edisi Ketujuhbelas. Bandung: Alfabeta

  Warsito Kawedar, Abdul Rohman, dan Sri Handayani. 2008. Akuntansi Sektor

  Publik Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan

  Semarang: Badan Penerbit Daerah. Universitas Diponegoro,. Wildavsky, Aaron, 1988. The New Politics of

  the Budgetary Process . Glenview, IL: Scott, Foresman and Company.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATENKOTA SE-PROPINSI LAMPUNG Herry Goenawan Soedarsa Avrina Tryasmarini Dwi Putri (Universitas Bandar Lampung) Email: herry.gsubl.ac.id Abstract - Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Propinsi La

0 0 22

PENGARUH PENERIMAAN DANA OTONOMI KHUSUS DAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MIGAS TERHADAP BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATENKOTA DI ACEH

0 0 12

PENGARUH KOMPETENSI, OBJEKTIVITAS, DUE PROFESSIONAL CARE, DAN SKEPTISISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Studi pada Inspektorat Aceh)

0 0 11

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN PERAN KATALIS AUDITOR TERHADAP KEPUASAN AUDITI SERTA DAMPAKNYA PADA PENYELESAIAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR Zulfakar 1) , Nadirsyah 2) , Heru Fahl

0 5 11

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO Aminah Noviani (Universitas Bandar Lampung) E-Mail: amy_ublymail.com E-Mail: novi_miniyahoo.com Abstract - Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Di Rumah Sakit Mardi Waluyo Metro

0 2 16

PENGARUH DANA BANTUAN OPERASIOAL SEKOLAH (BOS) DAN DANA PENUNJANG PENDIDIKAN (DPP) TERHADAP KINERJA SEKOLAH (Studi pada SMPNegeri Se-Kota Banda Aceh)

0 1 5

Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI)

0 0 24

PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN, SISA ANGGARAN, DAN UKURAN PEMDA TERHADAP KEPATUHAN ATAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KABUPATEN/KOTA

0 0 7

Pengaruh Kinerja Hutang Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 1 23

PENGARUH DANA PERIMBANGAN, PENDAPATAN SENDIRI DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN TERHADAP BELANJA MODAL (Studi pada Pemerintahan KabupatenKota di Aceh)

0 0 10