PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN, SISA ANGGARAN, DAN UKURAN PEMDA TERHADAP KEPATUHAN ATAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KABUPATEN/KOTA

  

PENGARUH TINGKAT KEMANDIRIAN, SISA ANGGARAN, DAN UKURAN PEMDA

KABUPATEN/KOTA

Pipit Sandar 1) , Nadirsyah 2) , Syukriy Abdullah 3) . 1)

  Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)

Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  

Abstract: The purpose of this study is to examine the effect ratio of local independence, remaining budget and

size of local government on compliance with law and regulation. The research methods used is cencus method,

and the analysis method used is multiple linear regression with statistical package social science program. The

result show that: ratio of local independence, remaining budget and size of local government influences on

compliance with law and regulation in partially and simultaneously

Keyword: Ratio of Local Independence, Remaining Budget, Size of Local Government and Compliance with Law

and Regulation

  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran

pemerintah daerah terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan pada Kabupaten/Kota di Aceh.

  

Metode penelitian yang digunakan adalah sensus, yaitu seluruh elemen populasi diselidiki satu persatu dalam

pengumpulan data. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan

program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah

daerah bersama-sama dan terpisah berpengaruh terhadap terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan

pada Kabupaten/Kota di Aceh.

  Kata kunci : Tingkat Kemandirian, Sisa Anggaran, Ukuran Pemerintah Daerah Dan Kepatuhan Atas Peraturan Perundang-Undanga. PENDAHULUAN

  Sejak mulai pemberlakuan pelaksanaan otonomi daerah yaitu dengan terbitnya Undang- Undang (UU) No. 29/1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian diganti dengan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, terjadi penyerahan kewenangan pengelolaan keuangan kepada Daerah (desentralisasi fiskal). UU tersebut memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan daerah, sekaligus dalam menentukan penggunaan anggaran daerah sesuai dengan kebutuhan dan urusan daerah. Pengelolaan keuangan daerah harus dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

  Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Dalam pemanfaatan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal, ada yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik atau dipakai oleh masyarakat dan ada pemanfaatannya tidak langsung dimanfaatkan oleh publik.

  Pemanfaatan aset tetap yang bersinggungan langsung dengan publik terutama belanja publik terutama dibidang pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum (Abdullah, 2013).

  Bidang pendidikan dan kesehatan merupakan sektor utama yang banyak menyerap anggaran pemerintah daerah. Hal ini sangat dimungkinkan dan juga pengalokasian belanja daerah pada sektor ini didukung oleh peraturan perundang-undangan. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 81 PP No.48/2008 tentang pendanaan Pendidikan, yang menjelaskan Anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada sektor pendidikan dalam penganggaran pendapatan dan belanja daerah setiap tahun anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% dari belanja daerah diluar dari gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan (Pasal 46 UU No. No. 36/2009 tentang Kesehatan, menjelaskan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan, pemerintah daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji dan tunjangan.

  Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan disebutkan sebagai salah satu faktor yang dipertanyakan dari diterbitkannya laporan keuangan sektor publik. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dapat menyebabkan salah saji material dari informasi dalam laporan keuangan atau data keuangan lain yang secara signifikan terkait dengan tujuan pemeriksaan. Sehingga harus dirancang pemeriksaan untuk mendeteksinya (Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2007). Skala pengukuran variabel ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang tinggi menunjukkan bahwa instansi dalam menjalankan kegiatannya selalu patuh terhadap peraturan perundang-undangan, dan skala yang rendah menunjukkan instansi sering mengabaikan peraturan perundang-undangan (Cefrida 2014).

  Untuk menilai tingkat kepatuhan Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh terhadap aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan (LK) Pemerintah Aceh dan laporan keuangan pemerintah kab/kota di Aceh melalui rasio keuangan. Sudah menjadi kelaziman bahwa untuk menilai kinerja keuangan daerah dibuat rasio-rasio, yang merupakan perbandingan antara angka-angka tertentu dalam laporan keuangan dikalikan 100%. Hal ini menunjukkan nilai relatif atau proporsi diantara dua angka yang dipakai, yang diasumsikan memiliki hubungan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, yang bersumber dari laporan keuangan pemda (Abdullah, 2011).

  Berdasarkan latar belakang dan fenomena- fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Pengaruh Tingkat Kemandirian, Sisa

  Anggaran, dan Ukuran Pemda terhadap Kepatuhan Atas Peraturan Perundang- Undangan Pada Kabupaten/Kota di Aceh. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang- undangan Kemandirian Daerah

  Kemandirian menunjukkan kemampuan daerah dari sumber-sumber pendapatan asli daerah untuk membiayai pengeluaran operasional daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Hasil penelitian Laswad, dkk. (2005) menunjukkan bahwa besarnya kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pada daerah mencerminkan kinerja pemerintahnya yang baik. Kinerja pemerintah yang baik akan menunjukkan kualitas dari manajemen pemerintahan yang baik.

  Sisa Anggaran

  Sesuai dengan pasal 1 ayat 55 dan 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Sisa lebih perhitungan anggaran Tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

  Ukuran Pemerintah Daerah

  Ukuran pemerintah daerah biasanya menjadi faktor yang paling banyak diteliti dalam mencari besarnya tingkat pengungkapan wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary). Terdapat beberapa pendapat dalam penelitian-penelitian terdahulu mengenai ada tidaknya asosiasi antara ukuran pemerintah daerah dengan pelaporan keuangan pemerintah daerah pada situs resminya. Hasil penelitian Laswad, dkk. (2005), tidak menemukan adanya hubungan antara ukuran pemerintah daerah dengan pelaporan keuangan pemerintah daerah di Selandia Baru.

  pemerintah daerah. Hal ini menujukkan bahwa

  Size berpengaruh terhadap kinerja keuangan

  keuangan daerah dipandu dengan serangkaian aturan/regulasi dalam bentuk UU, PP, dan Peraturan Menteri yang wajib dipatuhi oleh seluruh pemerintah daerah termasuk Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh. Dalam menganalisis laporan keuangan Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh, maka aturan-aturan yang menjadi acuan diantaranya:

  a. Pasal 31 Ayat (4) UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban pemerintah daerah untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBD daerahnya; b. Pasal 171 Ayat (2) UU No. 36/2009 tentang Kesehatan yang mengatur tentang kewajiban pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota untuk mengalokasikan anggaran kesehatan minimal 10% dari APBD diluar gaji;

  Pengaruh Tingkat Kemandirian terhadap Kepatuhan pada Peraturan Perundang- undangan

  operasional pemerintah daerah yang diiringi dengan meningkatnya anggaran Pemerintah Daerah.

  size yang besar dapat membantu kegiatan

  Aturan/Regulasi Keuangan Daerah

  Pengaruh Ukuran Pemda terhadap Kepatuhan pada Peraturan perundang- undangan

  Ukuran daerah adalah prediktor signifikan untuk kepatuhan akuntansi (Patrick, 2007). Pemerintah daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya (Suhardjanto et al., 2010).

  Kusumawardani (2012) menemukan

Metode Penelitian

  Menurut Abdullah (2013) sisa anggaran adalah dana milik pemda yang belum terpakai selama satu tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun anggaran. Ada dua bentuk sisa anggaran, yakni Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA) dan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan, SiLPA adalah sisa anggaran tahun lalu yang ada dalam APBD tahun anggaran berjalan, dan merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari anggaran sisa anggaran pada akhir tahun anggaran berjalan (Abdullah, 2013). SILPA pada akhir tahun anggaran berjalan akan menjadi SiLPA yang digunakan oleh pemda sebagai sumber pembiayaan dalam APBD tahun anggaran berikutnya (Mahmudi, 2010:174).

  Pengaruh Sisa Anggaran terhadap Kepatuhan pada Peraturan Perundang- undangan

  Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat kemandirian terhadap kepatuhan pada peraturan perundang- undangan. Pengaruh tersebut didukung dengan hasil penelitian Agustina (2013), Satri (2013), dan laswad dkk (2005) yang membuktikan bahwa tingkat kemandirian berpengaruh signifikan terhadap peraturan perundang- undangan pemerintah daerah.

  Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis yang bertujuan menguji pengaruh variabel independen yaitu tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah (X

  1 , X

  2 dan X

  3 ) terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan atas peraturan perundang-undangan (Y). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pemerintah daerah di Aceh. Jenis Data yang digunakan yaitu data sekunder.

  Instrumen penelitian ini adalah menggunakan data APBD.

  Model analisis regresi yang digunakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

  Y = α + β 1 X 1

  • + β
  • 2 X 2 <
  • + β
  • 3 X 3 <
  • + ε

  Keterangan: Y = Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan α

  = Konstanta β 1 β 2 β 3 = Koefisien Regresi X 1 = Tingkat Kemandirian

  nilai terendah atau terkecil dari deretan data dalam suatu variabel. Nilai

  X 3 = Ukuran Pemda ε = error term

  minimum untuk variabel tingkat kemandirian adalah sebesar 0,45, variable

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

  sisa anggaran sebesar 0,02, variabel ukuran

Statistik Deskriptif

  Pemda sebesar 7,67 dan variabel kepatuhan Statistik deskriptif berguna untuk atas perundang-undangan sebesar 0,33.

  memberikan gambaran atau deskripsi atas

  Nilai maksimum menunjukkan nilai

  variabel-variabel yang digunakan dalam

  tertinggi atau terbesar dari deretan data

  penelitian ini. Adapun variabel yang digunakan

  dalam suatu variabel. Nilai maksimum

  tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran

  untuk variabel tingkat kemandirian adalah

  Pemda sebagai variabel bebas (X) serta

  sebesar 3,21, variabel sisa anggaran sebesar

  kepatuhan atas peraturan perundang-undangan

  0,33, variabel ukuran Pemda sebesar 7,94

  sebagai variabel terikat (Y). Tabel 4.1

  dan variabel kepatuhan atas perundang-

  menunjukkan nilai statistik deskriptif dari undangan sebesar 4,67. masing-masing variable.

  Nilai mean menunjukkan nilai rata-

Tabel 4.1 rata dari deretan data dalam suatu variabel. Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

  Nilai rata-rata untuk variabel tingkat Std. kemandirian adalah sebesar 2,14. Variabel sisa

  N Minimum Maximum Mean Deviation

  anggaran sebesar 0,12. Variabel ukuran Pemda

  Tingkat 24 ,45 3,21 2,1408 ,57928

  sebesar 7,73 dan variabel kepatuhan atas

  Kemandirian

  perundang-undangan sebesar 3,98. Nilai

  Sisa Anggaran 24 ,02 ,33 ,1279 ,08602 standartd deviation menunjukkan nilai dispersi

  Ukuran Pemda 24 7,67 7,94 7,7319 ,05176 Kepatuhan atas 24 ,33 4,67 3,9861 1,13563 atau tingkat penyebaran rata-rata data dalam Peraturan

  suatu variabel. Nilai standar deviasi untuk

  Perundang-

  variabel tingkat kemandirian adalah sebesar

  Undangan

  0,57, variabel sisa anggaran sebesar 0,08,

  Valid N

  24

  variabel ukuran Pemda sebesar 0,05 dan

  (listwise)

  variabel kepatuhan atas perundang-undangan

  Sumber: Hasil Penelitian (2016) sebesar 1,13. Nilai N menunjukkan jumlah data yang diproses, dimana setiap variabel memiliki

Hasil Pengujian Hipotesis Secara

  jumlah data yang sama, yaitu sebanyak 24 Bersama-sama.

  Pengujian hipotesis yang dilakukan

  buah data. Nilai minimum menunjukkan

  dalam penelitian ini untuk menguji dan

  • Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat tidak sama dengan nol (βi ≠ 0; i = 1,2,3). Masing-masing koefisien regresi bebas yang diperoleh adalah β 1 = 0,830,
  • Koefisien korelasi (R) sebesar 0,648 yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 64,8%, artinya variabel bebas tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah mempunyai hubungan yang erat dengan kepatuhan atas peraturan perundang- undangan. Nilai konstanta (constant) sebesar 54,96 menunjukkan jika tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah dianggap konstan (tidak berubah), maka nilai kepatuhan atas peraturan perundang-undangan adalah sebesar 54,96 satuan.
  • Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar

  0,830, dimana β 1 ≠ 0. Hasil pengujian ini menerima hipotesis

  β 1 ). Berdasarkan Tabel 4.2, koefisien regresi ( β 1 ) untuk variabel tingkat kemandirian (X 1 ) sebesar

  1. Pengujian hipotesis kedua, yaitu pengaruh tingkat kemandirian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang- undangan pada Pemerintah Daerah di Aceh dilakukan dengan melihat koefisien regresi (

  Hasil pengujian hipotesis secara terpisah sebagai berikut:

  0,420, bermakna bahwa variasi yang terjadi pada variabel kepatuhan atas peraturan perundang-undangan (Y) sebesar 42% dipengaruhi atau disebabkan oleh perubahan yang terjadi secara bersama- sama pada variabel tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah. Sedangkan sebesar 58% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak tercakup dalam model regresi tersebut.

  ; β 3 = -6,725. Hal ini berarti hipotesis nol (H ) ditolak dan Ha diterima, artinya tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah secara bersama- sama berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan pada Pemerintah Daerah di Aceh.

  β 2 = 0,325

  (i=1,2,3); tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang- undangan Pemerintah Daerah di Aceh.

  Pengujian secara bersama-sama dilakukan secara statistik dan hasilnya dapat ditunjukan pada Tabel 4.2. Pengujian hipotesis kesatu (H 1 ) dalam penelitian ini menggunakan ketentuan sebagai berikut:

  Y = 54,96 + 0,830X 1 + 0,325X 2

  Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2

  Sumber: Hasil Penelitian (2016) Berdasarkan Tabel 4.2 hasil uji regresi maka persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah:

  0,830 Sisa Anggaran 0,325 Ukuran Pemda -6,725

  8 0.420 Tingkat Kemandirian

  0.64

  2 ) Konstanta 54,96

Tabel 4.2 Hasil Uji Regresi Nama Variabel Koefisien Regresi (β) Koef isien Kore lasi (R) Koefisi en Determ inasi (R

  (SPSS) versi 18 sebagai berikut:

  Statistical Package Social Science

  menganalisa rumusan hipotesis yang telah sekunder pada variabel penelitian ini, diperoleh informasi tentang pengaruh tingkat kemandirian (X 1 ), sisa anggaran (X 2 ) dan ukuran Pemda (X 3 ) terhadap kepatuhan atas peraturan perundang- undangan (Y) pada Pemerintah Daerah di Aceh. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel X 1 , X 2 , X 3 terhadap Y dapat dilihat pada persamaan regresi linier berganda yang koefisiennya disajikan pada Tabel 4.2 yang menunjukkan hasil output dari program

  • β
  • 3 X 3 + ε yang dapat dituliskan sebagai ber

    • – 6,725X
    • 3 + ε

      • Hasil Pengujian Hipotesis Secara Terpisah
      • H 1: β
      • 1 = β 2 = β 3 = 0; tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran pemerintah daerah secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan pada Pemerintah Daerah di
      • H a 1: p aling sedikit ada satu βi ≠ 0;
      bahwa tingkat kemandirian undangan pada Pemerintah peraturan perundang-undangan pada

  3. Sisa anggaran berpengaruh terhadap Pemerintah Daerah di Aceh atau kepatuhan atas peraturan perundang- menolak hipotesis nol (H ). undangan pada Pemerintah

  2. Pengujian hipotesis ketiga, yaitu Kabupaten/Kota di Aceh. pengaruh sisa anggaran terhadap

  4. Ukuran pemerintah daerah secara kepatuhan atas peraturan perundang- bersama-sama berpengaruh terhadap undangan pada Pemerintah kepatuhan atas peraturan perundang- Kabupaten/Kota dilakukan dengan undangan pada Pemerintah analisis regresi liner berganda dengan Kabupaten/Kota di Aceh. bantuan SPSS. Untuk menguji pengaruh sisa anggaran terhadap kepatuhan atas peraturan perundang- Keterbatasan undangan pada Pemerintah Daerah di Berdasarkan hasil penelitian, terdapat Aceh dilakukan dengan melihat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini 2 ). Berdasarkan adalah objek penelitian ini hanya Pemerintah koefisien regresi (β

Tabel 4.2, koefisien regresi (β2) sisa Daerah, tidak adanya lembaga legislatif 2 (DPRD) yang memiliki posisi dan peran anggaran sebesar 0,325, dimana β ≠ 0

  Hasil pengujian menerima hipotesis strategis terkait dengan pengawasan keuangan yaitu sisa anggaran berpengaruh daerah guna mengontrol kebijakan keuangan terhadap kepatuhan atas peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- perundang-undangan pada Pemerintah undangan. Daerah di Aceh atau menolak hipotesis Saran - saran nol (H ). Berdasarkan penelitian yang telah

  3. Pengujian hipotesis keempat yaitu dilaksanakan, maka diajukan saran-saran pengaruh ukuran Pemda terhadap sebagai berikut: kepatuhan atas peraturan perundang-

  1. Penelitian selanjutnya dapat undangan pada Pemerintah Daerah di menambahkan data laporan keuangan Aceh dilakukan dengan analisis regresi diambil lebih dari tiga tahun anggaran liner berganda dengan bantuan SPSS. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Berdasarkan Tabel 4.2, koefisien 3 3 tingkat kemandirian, sisa anggaran dan ukuran regresi ( β ) ukuran Pemda (X ) sebesar 3 pemerintah daerah, diduga masih ada variabel

  • menerima hipotesis yaitu ukuran Pemda lain yang berpengaruh terhadap kepatuhan atas berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan pada peraturan perundang-undangan seperti Pemerintah Daerah di Aceh atau pertumbuhan pendapatan pemerintah daerah menolak hipotesis nol (H ).

  0,672, dimana β ≠ 0. Hasil pengujian

  dan pertumbuhan aset daerah.

  Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai Abdullah, Syukriy. 2013. Defisit/Surplus dan berikut:

  SiLPA dalam Anggaran Daerah-Apakah

  1. Tingkat kemandirian, sisa anggaran dan Saling Berhubungan. Web: ukuran pemerintah daerah secara bersama- sama berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan pada

  Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh.

  Diakses 20 April 2015.

  2. Tingkat kemandirian berpengaruh terhadap kepatuhan atas peraturan perundang- Agustina, Oesi. 2013. Analisis Kinerja Maret 2007. Lembaran Negara Tingkat Kemandirian Daerah di Era 42. Jakarta. Otonomi Daerah: Studi Kasus Kota Malang.Tesis tidak dipublikasikan . Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Malang: UniversitasBrawijaya Nomor

  36 Tahun 2009 tentang Kesehatan..

  Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor Publik-

  Akuntansi Keuangan Daerah . Edisi Republik Indonesia. 2004. Peraturan

  Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Halim, A. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah, Republik Indonesia. 2005.Peraturan

  . Jakarta:

  Akuntansi Sektor Publik Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Salemba Empat. tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

  Kusumawardani, Media. 2012. Pengaruh Size, Republik Indonesia. 2006.Peraturan Menteri Kemakmuran, Ukuran Legislatif, Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Laverage terhadap Kinerja Keuangan tentang Pedoman Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia.

  Keuangan Daerah. Accounting Analysis Journal .Vol.1:27-

  35. Sadjiarto, Adjie. 2000. Akuntabilitas dan Pengukuran Kinerja Pemerintahan. Laswad, F, R. Fisher, &amp;P. Oyelere. 2005. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 2(2): “Determinents of Voluntary Internet 138 –150.

  Financial Reporting by Local Government Authorities. Journal of Satri, Nouval. 2013. Analisis Laporan

  Accounting and Public Policy , 24: 101- Keuangan Pemerintah Aceh Dan 121.

  Pemerintah Kabupaten/Kota di Aceh.

  Tesis S2 tidak dipublikasikan. Banda Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Aceh: Universitas SyiahKuala. Keuangan Pemerintah Daerah: Panduan bagi Eksekutif, DPRD, dan Suhardjanto, Djoko. 2011. Pengaruh Masyarakat dalam Pengambilan Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam

  Edisi Kedua Cetakan Pertama. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Yogyakarta: UPP STIM YPKN. (Studi Empiris pada Kabupaten/Kota di

  Indonesia). Jurnal Akuntansi dan Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparansi Auditing 8 (November). 1-94. dan Akuntabilitas Publik melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (1) :1-17. Mardiasmo. 2002. Otonomi &amp; Manajemen Keuangan Daerah. PenerbitAndi.

  Yogyakarta. Mamesah. 1995. Sistem Administrasi

  Keauangan Daerah . Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

  Peraturan BPK RI No.1 Tahun 2007. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

  7

Dokumen yang terkait

PENGARUH JUMLAH TEMUAN AUDIT ATAS SPI DAN JUMLAH TEMUAN AUDIT ATAS KEPATUHAN TERHADAP OPINI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATENKOTA DI ACEH

0 0 11

PENGARUH KOMPETENSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN, REGULASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN SKPD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

0 0 10

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG SEBELUM DAN SETELAH MEMPEROLEH OPINI WTP Rosmiaty Tarmizi Khairudin Ayu Jayadi (Universitas Bandar Lampung) Email: rosmiatiubl.ac.id Email: udinkumisyahoo.com Abstract - Analisis Kinerja Keua

0 1 16

PERAN ORIENTASI NILAI MANAJER PADA INOVASI DALAM MEMPENGARUHI HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR DESENTRALISASI DAN PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA INDUSTRI PERBANKAN DI ACEH

1 1 11

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL UNTUK PELAYANAN PUBLIK DALAM PERSPEKTIF TEORI KEAGENAN

0 0 20

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND,POLITICAL BACKGROUNDDAN PEMAHAMAN ANGGOTA DPRA TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ACEH TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN LEGISLATIF DI PEMERINTAH ACEH

0 0 12

PENGARUH PENERIMAAN DANA OTONOMI KHUSUS DAN TAMBAHAN DANA BAGI HASIL MIGAS TERHADAP BELANJA MODAL SERTA DAMPAKNYA PADA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATENKOTA DI ACEH

0 0 12

PENGARUH KOMPETENSI, OBJEKTIVITAS, DUE PROFESSIONAL CARE, DAN SKEPTISISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN (Studi pada Inspektorat Aceh)

0 0 11

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN PERAN KATALIS AUDITOR TERHADAP KEPUASAN AUDITI SERTA DAMPAKNYA PADA PENYELESAIAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN INSPEKTORAT PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR Zulfakar 1) , Nadirsyah 2) , Heru Fahl

0 5 11

PENGARUH DANA BANTUAN OPERASIOAL SEKOLAH (BOS) DAN DANA PENUNJANG PENDIDIKAN (DPP) TERHADAP KINERJA SEKOLAH (Studi pada SMPNegeri Se-Kota Banda Aceh)

0 1 5