MEMBANGUN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN KE

MEMBANGUN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN KEAMANAN PRIVASI
DALAM BISNIS ONLINE

Nadya Intan Sasmito
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia
Email: nadints8@yahoo.com

Abstract

Gaining consumer ’s trust is one of the most important goals for the business owner to survive in this
tough competition. And many of them use electronic commerce (e-commerce) as their weapon to
promote their products. Using internet as their business partner is more profitable that could reach
potential consumer. However this also brings a concern for consumer about their personal information.
Privacy concerns of consumer has been an obstacle for consumer to participate in e-commerce
transactions that they have to divulge their personal information such as identification number, phone
number, address, and date of birth, et cetera. This study uses previous researches and literature as
references. Through this paper, business owner that used internet as their media partner can learn more
about how important is online information privacy of their consumer.
Keywords: Consumer Trust, E-commerce, Online Information Privacy

Internet membuat cara berbelanja kita

berevolusi. Dari yang sebelumnya harus
mengunjungi toko secara langsung, kini
berbelanja bisa dilakukan di depan layar
komputer ataupun smartphone. Popularitas
internet menarik baik konsumen maupun
perusahaan untuk menikmati keuntungan yang
dibawa oleh teknologi ini. Perusahaan kecil
maupun besar berlomba-lomba membangun
online store. Ada pula perusahaan yang hanya
beroperasi secara online tanpa memiliki toko
fisik. Bahkan kita bisa menjangkau konsumen
dan perusahaan lintas negara hanya dengan satu
klik saja. Cara berbelanja ini menawarkan
konsumen berbagai macam produk sekaligus
seperti buku, pakaian, kendaraan, alat
elektronik hingga rumah tersedia secara online.
Tidak ketinggalan juga setiap produk disajikan
pula dengan informasi yang detail mengenai
produk yang dijual sehingga konsumen bisa
memilih mana produk yang sesuai dengan

keinginannya.

1. PENDAHULUAN
Lebih banyak orang mengandalkan layanan
online atau web di transaksi sehari-hari mereka
seperti membeli barang atau jasa, mengecek
nilai
saham,
mengecek
kesehatannya,
mengetahui berita terbaru, dan sebagainya.
Terkadang bagi sebagian aktivitas, untuk
memastikan bahwa aktivitas tersebut berhasil
mereka perlu memberikan yang informasi
penting seperti nomor kartu identitas, nomor
kartu kredit dan juga rahasia lainnya informasi
mengenai pekerjaan, kesehatan, dan keluarga.
Dewasa ini, internet telah menjadi salah
satu bagian penting dari jutaan bahkan miliaran
orang dalam kehidupan sehari-harinya. Banyak

orang mengandalkan segala sesuatunya melalui
internet, salah satunya adalah e-commerce. Ecommerce mengelola bisnis dan transaksi
secara online. Kemudahan yang diberikan oleh
e-commerce membuat satu per satu mulai
meninggalkan berbelanja secara konvensional.

1

2

Gambar di atas menunjukkan berapa
banyak yang dikeluarkan oleh pengguna ecommerce pada tahun 2016-2017 serta prediksi
di tahun 2018-2022 yang akan terus meningkat.
Terlihat bahwa di tahun 2017, sebanyak 28,1
juta orang telah membelanjakan uang sekitar
USD 7 miliar atau setara dengan 93 triliun
rupiah. Untuk tahun 2018, diprediksi akan
mencapai angka USD 8,5 miliar atau setara
dengan 115 triliun rupiah. Pasar terbesar yaitu
pada sektor fashion dengan USD 3 miliar di

tahun 2018.

Gambar 1 Jumlah Pengguna E-commerce

Sumber: Statista, 2017 [1]
Gambar di atas menunjukkan jumlah
pengguna internet yang melakukan e-commerce
dari tahun 2016-2017 dan prediksi pengguna ecommerce yang akan terus naik di tahun 20182022. Jumlah pengguna internet pada tahun
2017 di tanah air yang berbelanja secara online
telah mencapai 28,1 juta orang. Sedangkan di
tahun 2018 ini akan diprediksikan sebanyak
31,6 juta pengguna internet yang akan
melakukan belanja secara online.

Perusahaan
juga
menawarkan
pengembalian dan penukaran produk. Pada
perusahaan Zalora memberikan fasilitas gratis
pengiriman dan retur untuk produk yang tidak

sesuai dengan keinginan konsumen dalam batas
waktu 30 hari, seperti ukuran tidak pas atau
warna yang kurang sesuai dapat ditukar dengan
produk yang sama namun berbeda ukuran atau
warna. Pengembalian dapat dilakukan dengan
mengirimkan kembali produk tersebut ke
warehouse Zalora melalui partner ekspedisi
yang disediakan tanpa harus mengeluarkan
biaya pengiriman. Untuk pengiriman melalui
jasa pengiriman lainnya, dana pengiriman akan
dikembalikan kepada konsumen dengan
mengisi formulir dan menyertakan resi
pengiriman. Tentunya ada beberapa syarat yang
perlu dipenuhi oleh konsumen, misalnya
produk masih dalam keadaan lengkap dengan
label serta kemasan produk sama seperti pada
saat kondisi pertama kali produk diterima.
Sehingga konsumen tidak perlu khawatir
apabila salah membeli produk ataupun tidak
puas dengan kualitas produk yang dibeli.

Perbedaan
antara
perdagangan
konvensional (conventional commerce) dengan
perdangangan elektronik (e-commerce) dapat
dilihat dalam tabel berikut.

Gambar 2 Jumlah Pendapatan E-Commerce

Sumber: Statista, 2017 [1]

3

Tabel 1 Perbedaan Conventional Commerce
dengan E-Commerce
Conventional
E-commerce
Commerce

Ada toko fisik


Tidak ada toko visik
(berupa virtual store)
Paper-based
Semua data dan
transaction
(cash, komunikasi secara
invoice, receipts)
elektronik
Bisnis offline
Bisnis online
Transaksi
Transaksi biasanya
menggunakan cash, menggunakan kartu
credit card, debit, kredit.
dan sebagainya
Dibatasi oleh faktor Transaksi
bisa
geografis.
dilakukan di mana

dan
kapan
pun
selama ada koneksi
internet
Dapat melihat dan Tidak dapat melihat
menyentuh barang dan
menyentuh
secara
langsung barang
secara
sebelum membeli
langsung
saat
sebelum membeli
Sumber: Personal Information Privacy
Protection in E-commerce [2]
Melalui tabel di atas, terlihat bahwa ecommerce mengandalkan penggunaan internet.
Pertukaran informasi dan transaksi dilakukan
menggunakan internet. Dengan e-commerce,

konsumen dapat mencari toko tanpa batasan
waktu maupun tempat, membedakan produk
dengan mudah, melakukan pemesanan dengan
nyaman, dan mendapatkan produk seketika itu
juga. Untuk perusahaan atau pemilik bisnis, ecommerce dapat meningkatkan peluang baru
dan memperluas pasarnya, mengurangi sumber
daya manusia dan biaya operasional, serta
mempercepat pengolahan data transaksi.
Perdagangan secara online ini tidak hanya
membawa dampak positif saja, akan tetapi ada
pula dampak negatif yang dapat diterima baik
oleh konsumen maupun entrepreneur yang
menerapkan bisnis online. Salah satunya adalah
penipuan. Oleh karena perdagangan dilakukan
tanpa tatap muka antara penjual dan pembeli,
seringkali terjadi penipuan baik dari sisi penjual

maupun pembeli yang merugikan. Sekarang ini
ada banyak modus penipuan yang dilakukan
pembeli dengan cara mengirimkan bukti

transaksi palsu. Untuk pemilik bisnis online
yang kurang jelih terhadap hal ini, bisa saja
jatuh ke dalam penipuan tersebut. Sedangkan
penipuan yang dilakukan penjual yaitu tidak
mengirimkan produk setelah transaksi
pembayaran dilakukan oleh pembeli. Tidak
jarang, modus penipuan ini berhasil menipu
pembeli. Alhasil, beberapa konsumen masih
enggan melakukan online shopping yang lekat
dengan penipuan. Ini menjadi salah satu
tantangan e-commerce di Indonesia [3].
Studi yang dilakukan oleh Setyorini [4]
pada salah satu marketplace yaitu KASKUS,
menghasilkan rata-rata 74,656% konsumen
percaya pada marketplace tersebut. Persentase
tertinggi yaitu 76,5% diperoleh dengan asumsi
bahwa KASKUS memberi informasi yang jujur
kepada konsumen.
Kepercayaan konsumen merupakan salah
satu kunci yang membuat konsumen menjadi

loyal terhadap perusahaan. Mendapatkan
kepercayaan konsumen tentu bukanlah hal yang
mudah. Terlebih lagi makin maraknya modus
penipuan
online
shopping.
Sehingga
perusahaan berlomba-lomba mencari cara agar
kepercayaan konsumen dapat terjaga.
2. METODE
Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif yaitu memaparkan apa yang diteliti
apa adanya. Pengumpulan data dilakukan
dengan sumber data sekunder. Penulisan karya
ilmiah ini mengulas dari literatur yang sudah
ada.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan KOMINFO [5], konsumen
pengguna e-commerce di Indonesia yaitu
sebesar 79,80% dari aktor e-commerce nasional
dan akan terus bertambah di tahun 2019 dengan
penetrasi dari pembeli online sekitar 55,5% dari
pengguna internet atau 30,1% dari populasi [6].
Peningkatan jumlah konsumen e-commerce di

4

Indonesia diperkirakan akan mempengaruhi
transaksi itu sendiri sebesar USD130 miliar di
tahun 2020. Indonesia akan terus menjadi pasar
yang menarik para investor karena populasi
penduduknya yang besar, Negara berkembang
kelas menengah, dan digital ekosistem yang
berkembang pesat. [7]
Tabel 2 Survei Level Kepercayaan Konsumen
terhadap Online Shopping

Pertanyaan
Yes No
Apakah anda mengetahui 71
29
online shopping?
Menggunakan internet untuk 68
32
membeli secara online adalah
ide yang bagus
Apakah
anda
memiliki 45
55
pengalaman positif selama
berbelanja online?
Apakah anda percaya online 44
56
shopping?
Untuk
membangun 67
31
kepercayaan terhadap online
shopping tidak sulit.
Apakah
aman
untuk 66
32
melakukan online shopping?
Apakah
anda
percaya 54
46
terhadap
website
online
shopping?
Privasi
dan
kerahasiaan 73
27
informasi pribadi
Keamanan dalam pembayaran 88
12
Menyediakan hak konsumen
67
33
Apakah anda bersedia untuk 62
38
menggunakan
online
shopping?
Sumber: Building Consumer’s Trusts toward
Online Shopping: Malaysia Scenario [8]
Tabel di atas menunjukkan sebuah survei
yang dilakukan di Malaysia mengenai
kepercayaan konsumen terhadap online
shopping. Sebagian besar responden yang
berpartisipasi dalam survei ini mengetahui
adanya online shopping dan menurut mereka,
berbelanja secara online adalah pilihan yang
baik. Sayangnya 56% dari responden
mengatakan bahwa mereka tidak memiliki
pengalaman positif dari online shopping. Inilah
mungkin salah satu faktor yang membuat

mereka tidak mempercayai online shopping.
Dari survei ini, dapat disimpulkan ada dua
faktor yang mempengaruhi kepercayaan
terhadap online shopping, yaitu:
a. Sebagian besar responden setuju bahwa
keamanan dalam pembayaran adalah
salah satu faktor kepercayaan mereka
terhadap online shopping.
b. Sebagian besar responden setuju bahwa
privasi dan kerahasiaan dari informasi
adalah salah satu faktor kepercayaan
mereka terhadap online shopping.
Kepercayaan sangat penting di dalam bisnis
online. Hal ini dikarenakan resiko online
shopping lebih besar daripada berbelanja secara
tradisional. Kepercayaan dibutuhkan karena
konsumen memiliki kekhawatiran tersendiri
mengenai apakah kualitas produk yang diterima
akan sesuai dengan yang ditawarkan dan
pengiriman produk akan dikirimkan tepat
waktu. Tanpa adanya kepercayaan, perusahaan
akan mengalami kesulitan untuk membangun
hubungan dengan konsumen dalam jangka
waktu yang panjang. Menurut Kotler [9],
kepercayaan adalah kesediaan perusahaan
untuk mengandalkan mitra bisnis.
Berbeda dengan transaksi di dunia nyata,
penjual tidak hadir atau nyata secara fisik saat
transaksi dilakukan sehingga konsumen tidak
berhadapan langsung dengan orang secara
nyata. Konsumen hanya dihadapkan dengan
sebuah interface dari e-commerce. Memang
lebih mudah bagi perusahaan untuk
membangun bisnis melalui media internet
daripada membangun toko yang nyata secara
fisik. Hanya dibutuhkan membuat website dan
menyediakan pembayaran secara elektronik.
Tapi akan sulit bagi konsumen untuk memilih
mana yang terpercaya.
Bagi konsumen, keamanan,
fungsionalitas dan user-friendliness
dianggap sebagai pembatas untuk
shopping [10]. Ditambah lagi,
menginginkan
data
pribadinya

privasi,
adalah
online
mereka
terjaga

5

kerahasiannya sehingga terhindar dari adanya
penipuan.
Studi yang dilakukan oleh Janice [11]
mengemukakan bahwa konsumen lebih
memilih website yang menawarkan tingkat
level menengah hingga tinggi dalam hal
kerahasiaan data pribadi mereka meskipun
harus membayar lebih mahal daripada situs
yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan perlu menjaga keamanan informasi
privasi konsumen.
Pemilik website e-commerce seringkali
memikirkan bagaimana menarik banyak
konsumen dan membuatnya merasa aman untuk
melakukan transaksi. Oleh karena itu, setiap
fase dalam transaksi e-commerce memiliki
ukuran keamanan seperti yang terlihat pada
tabel berikut.
Tabel 3 Ukuran Keamanan dalam Fase
Transaksi E-Commerce

E-commerce Transaction Phases
Information
Phase

Negotiation
Phase

Payment
Phase

Delivery
Phase

Encryption

Secure
Deliver
y
Integrit
y
Checks

Security Measures
Confidentatiality
Access Control
Integrity
Checks

Secure
Contract
Identifica
-tion
Digital
Signature

Sumber: Cryptography Based E-Commerce
Security: A Review [12]
Culnan [13] mengemukakan bahwa
masalah privasi merupakan sebuah alasan kritis
mengapa orang-orang tidak online dan
memberikan informasi palsu secara online.
Namun beberapa konsumen percaya bahwa
mereka dapat mengontrol seberapa informasi
pribadi mereka terungkap dan digunakan untuk
kepentingan bisnis.
Sebuah situs e-commerce memiliki
kemampuan untuk mengumpulkan data berupa
preferensi personal, pola belanja, pola
informasi yang dicari dan digunakan, dan

kesukaan dari konsumen terutama situs yang
dikunjungi. Hal ini berkaitan dengan data
mining untuk menyelidiki pola pembelian
konsumen hampir secara real time.
Konsumen
memiliki
kekhawatiran
mengenai privasi mereka, seperti resiko dari
penggunaan informasi pribadi kepada pihak
ketiga. Seringkali informasi tersebut digunakan
tanpa seijin konsumen untuk tujuan yang tidak
berkaitan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
perusahaan perlu menyediakan pernyataan
privasi dan keamanan pada website agar
konsumen dapat memahami bagaimana
perusahaan menggunakan dan melindungi
informasi pribadi konsumen. Pernyataan ini
berisi tentang pengumpulan, penyimpanan,
pengungkapan dan penggunaan dari informasi
pribadi konsumen. Sayangnya Indonesia belum
mempunyai hokum dasar untuk menjaga
keamanan informasi pribadi pada e-commerce.
Yang perlu dibahas dalam pernyataan
privasi dan keamanan adalah bagaimana
perusahaan mengumpulkan informasi pribadi
dari konsumen. Informasi yang dikumpulkan,
didapatkan oleh perusahaan jika konsumen
secara sukarela menyerahkan informasi
tersebut. Di sini perusahaan perlu menjelaskan
informasi apa saja yang akan dikumpulkan oleh
perusahaan. Selain itu, jelaskan juga bagaimana
informasi pribadi konsumen digunakan oleh
perusahaan. Pastikan bahwa konsumen
menyetujui apabila informasinya akan
dibagikan kepada pihak ketiga atau afiliasi.
Karena sebagian konsumen tidak menyukai
adanya penawaran dari pihak ketiga yang kita
afiliasikan. Pengumpulan data komputer juga
seringkali tidak dapat dihindarkan. Baik dari
cookies, alamat IP, dan teknologi lainnya.
Perusahaan perlu menjelaskan semua hal
tersebut sehingga konsumen paham mengenai
kebijakan-kebijakan perusahaan terhadap
informasi pribadi konsumen.

6

Dalam e-commerce, setiap transaksi
dilakukan dengan menggunakan kartu kredit
ataupun debit. Untuk menyelesaikan transaksi,
konsumen perlu mengeluarkan informasi
personalnya. Akan tetapi, perusahaan harus
menjaga informasi tersebut sebagai informasi
personal dan tidak disebarluaskan. Informasi
personal harus dipegang oleh owner sendiri.
Tapi untuk aplikasi berbasis web, informasi ini
hanya disimpan untuk memenuhi transaksi.
Walaupun begitu, informasi personal ini harus
dipastikan bahwa tidak sembarang orang dapat
mengaksesnya. Untuk itu, perusahaan perlu
memperhatikan beberapa hal berikut:
a. informasi personal tidak diperbolehkan
diakses oleh unauthorized users,
b. hanya informasi personal yang
dibutuhkan yang akan ditampilkan,
c. informasi personal titdak dapat
dipindahtangankan kepada orang yang
tidak membutuhkan informasi tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, data dan
perlindungan privas telah menjadi isu penting
dalam pengembangan sistem informasi. Ini
mencerminkan pertumbuhannya, perhatian
pelanggan terhadap informasi pribadi mereka
dan meningkatnya jumlah undang - undang,
kebijakan, dan peraturan yang dimaksudkan
untuk menjaganya.
Al-Fedaghi [14] mengidentifikasi bahwa
privasi informasi pribadi melibatkan tindakan
terhadap
informasi
pribadi.
Biasanya,
"informasi pribadi" didefinisikan sebagai
informasi yang dimiliki oleh orang, seperti
nama, alamat, kontak dan lain-lain.
Untuk menjaga keamanan informasi
pribadi
konsumen,
perusahaan
perlu
menetapkan keamanan e-commerce. Keamanan
e-commerce adalah sebuah proteksi untuk aset
e-commerce
dari
akses,
penggunaan,
pengubahan, penghancuran bagi yang tidak
diberi kuasa. Hal pertama yang dapat dilakukan
adalah membangun proses organisasi untuk
manajemen resiko yang memadai, membangun

security policies, pemisahan tugas, jaminan
keamanan dan kontrol akses. Selain itu
mengelola bagaimana teknologi keamanan
dikerahkan.

Berikut berbagai macam ancaman dari ecommerce. [10]
a. Unauthorized access. Artinya akses
terhadap sistem atau aplikasi yang
dilakukan secara illegal.
b. Denial of service. Bisa terjadi dengan
spam dan virus. Spamming pada
dasarnya pengiriman e-mail yang tidak
biasa disebabkan oleh hacker yang
menargetkan satu komputer atau
jaringan, dan mengirim ribuan pesan
email ke sana. DDOS (Distributed
Denial Of Service Attacks) melibatkan
hacker yang menempatkan agen
perangkat lunak ke sejumlah sistem
pihak ketiga dan mengatur untuk secara
bersamaan mengirim permintaan ke
target yang diinginkan. Namun, virus
adalah program komputer selfreplicating yang dirancang untuk
melakukan sesuatu yang tidak
diinginkan Worms adalah virus khusus
yang menyebar menggunakan koneksi
internet dan Trojan Horses adalah
penyamaran sebagai perangkat lunak
yang mengelabui pengguna untuk
menjalankan program.
c. Theft and Fraud. Penipuan terjadi saat
data yang dicuri digunakan atau
dimodifikasi. Hacker biasanya meretas
web
server
perusahaan
untuk
mengambil data kartu kredit yang
disimpan bersama dengan informasi
personal konsumen yang membeli
melalui website tersebut.
Untuk mengatasi ancaman dari ecommerce, ada beberapa teknologi untuk
menjaga keamanan e-commerce, diantaranya:
a. Algoritma Enkripsi seperti SSL (Secure
Socket Layer ). SSL digunakan sebagai

7

b.

c.

d.

e.

protocol tingkat keamanan internet oleh
browser-browser internet dan web
server ketika mengirimkan informasi
yang bersifat rahasia. SSL menjadi
solusi bagi pelaku bisnis e-commerce
dalam memberi pengamanan atas
platform website yang telah mereka
bangun dan menjaga data para
konsumennya melalui proses enkripsi.
Digital Signature. Dapat digunakan
untuk menandatangani kontrak, sebagai
bukti indentitas untuk akses.
Smartcards, dapat digunakan untuk
menyimpan data termasuk identifikasi
kredensial, data finansial, rekam medis,
dan sebagainya.
Digital cash dan networked payments,
di mana konsumen melakukan
transaksi
pembayaran
tanpa
mengungkapkan transaksi tersebut
kepada financial clearinghouse dan
identitas kepada penjual.
Digital watermarking technology,
merupakan
sebuah
mekanisme
keamanan internet yang popular di
mana
tjuannya
untuk
mencari
cryptographically tagging electronic
content seperti gambar dan audio yang
tidak dapat dihapus, non-forgeable, dan
dikenali.

Hal yang perlu diperhatikan oleh
perusahaan mengenai faktor utama yang
membuat konsumen percaya pada sebuah
website adalah sistem security, privasi, reputasi
dari perusahaan, metode pembayaran yang
ditawarkan, adanya customer service, desain
website, website yang user-friendly, serta harga
yang ditawarkan.
5. REFERENSI
[1]

Statista, “E-Commerce Market Report.”
2017.

[2]

N. Ghani, “Personal Information
Privacy Protection In E-Commerce,”
WSEAS Trans. Inf. Sci., vol. 6, no. 3, pp.
407–416, 2009.

[3]

Temasek and Google, “e-conomy SEA Unlocking the $200 billion digital
opportunity in Southeast Asia,” pp. 1–
34, 2016.

[4]

R. Setyorini and R. Prima, “The Effect
of Trust Towards Online Repurchase
Intention With Perceived Usefulness As
An Intervening Variable : A Study on
KASKUS Marketplace Customers,”
Asian J. Technol. Manag., vol. 9, no.
Iicies, pp. 1–7, 2015.

[5]

KOMINFO, “Data Statistik.” 2016.

[6]

eMarketer, “WorldWide Retail ECommerce Sales: E-Marketer’s Updated
Estimates and Forecast Through 2019,”
p. 24, 2016.

[7]

G. Temasek, “e-Conomy SEA Spotlight
2017,” 2017.

[8]

N. bt A. Ghani, “Building Consumer’s
Trusts toward Online Shopping :
Malaysia Scenario,” 2005.

[9]

P. Kotler and K. L. Keller, Marketing
Management. Pearson, 2012.

[10]

M. P. Gupta and A. Dubey, “ECommerce- Study of Privacy , Trust and
Security
from
Consumer
’s
Perspective,” Int. J. Comput. Sci. Mob.
Comput., vol. 5, no. 6, pp. 224–232,

4. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepercayaan merupakan hal yang sangat
penting dalam kelangsungan bisnis online.
Kepercayaan konsumen dapat diraih oleh
perusahaan salah satunya dengan cara menjaga
keamanan informasi privasi konsumen. Di
tengah maraknya penyalahgunaan informasi
pribadi, konsumen menjadi lebih berhati-hati
mengenai informasinya yang ada di internet.
Oleh karena itu keamanan privasi menjadi
pertimbangan dalam transaksi online dan
diharapkan
kepada
perusahaan
untuk
memperhatikan hal ini dengan baik sehingga
kepercayaan konsumen terhadap perusahaan
dapat terjaga.

8

2016.
[11]

J. Y. Tsai, S. Egelman, L. Cranor, and A.
Acquisti, “The Effect of Online Privacy
Information on Purchasing Behavior:
An Experimental Study,” Inf. Syst. Res.,
vol. 22, no. 2, pp. 254–268, 2011.

[12]

S. Yasin, K. Haseeb, and R. Qureshi,
“Cryptography Based E-Commerce
Security: A Review,” Int. J. Comput.
Sci. …, vol. 9, no. 2, pp. 132–137, 2012.

[13]

M. J. Culnan and P. K. Armstrong,
“Information
Privacy
Concerns,
Procedural Fairness, and Impersonal
Trust: An Empirical Investigation,”
Organ. Sci., vol. 10, no. 1, pp. 104–115,
1999.

[14]

S. S. Al Fedaghi, “Anatomy of personal
information processing: application to
the EU privacy directive,” Int. J. Liabil.
Sci. Enq., vol. 1, no. 1/2, p. 129, 2007.