HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU D

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN KASUS GIZI
BURUK PADA BALITA USIA 1-3 TAHUN
Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Rangkah Kota Surabaya
Vidyana Andhika Rusjayanti*, Siti Rahayu Nadhiroh**
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
60115, Indonesia
E-mail : vidyana_smile@yahoo.co.id
ABSTRACT
Child severe malnutrition is a complex problem. Severe malnutrition not only caused
by lack of food intake directly, but also by level of nutrition knowledge and childcare
indirectly. The result data of Health Center Rangkah Surabaya at 2006-2008 showed the high
prevalence of severe malnutrition among children under five years old that the number of
malnourished children has increased from 1,5 % in 2007 to 2,1% in 2008.
The objective of this research was to analyze the relation between mother’s
knowledge, childcare and severe malnutrition in toddler.
This research was an analytical observational study using case control design. 25
severely malnourished children and 25 controls of well nourished children were enrolled in
this study. Sample case and control was matched based on child’s age. Independent variables
were toddler characteristic, family characteristic, mother’s knowledge , information access,
practical of prelactal food or drink, colostrums, exclusive breastfeeding, feeding pattern, and
medical health care. Dependent variable was severe malnutrition status. Chi Square test was

used to examine the relation of dependent and independent variables and the risk factor.
The result showed that the significant relation to severe malnutrition were nutrition
knowledge of mother (p= 0,02, with OR 5, 091), the childcare of nutrition which had
significant relation to severe malnutrition were practical of prelactal food or drink (p= 0,048,
with OR 3,778), colostrums (p=0,043, with OR 4,030), and feeding patern (p=0,004, with OR
7,111).
The conclusion is relation between mother’s knowledge and nutritional childcare with
severe malnutrition. Recommendation is necessary to provide information, education and
communication to mother about nutrition for child growth and development. It is also
necessary to give social support for well breastfeeding practice to the baby in the early time
birth.

Key words : severe malnutrition, knowledge, childcare, toddler
*
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya
**
Staf pengajar Departemen Gizi Kesehatan FKM Unair Surabaya
Pendahuluan

Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Dewasa

ini kita masih dihadapkan pada beberapa masalah gizi antara lain, kurang gizi, anemia gizi
besi, KVA, dan GAKY khususnya pada kelompok bayi dan balita.1 Masa balita adalah masa
yang penting, karena merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang
optimal.2 Tiga tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis karena pertumbuhan dapat
mengalami growth failure.3 Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi akan berakibat
buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Kurang gizi menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, serta
berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia,
rendahnya kreativitas dan produktivitas. Gizi buruk yang tidak ditangani dengan baik, pada
fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya
sebuah generasi penerus bangsa.4
Di Jawa Timur berdasarkan hasil Survei PSG (2006), prevalensi balita KEP sebesar
17,5% yang terdiri dari 2,6% gizi buruk dan 14,96% gizi kurang. Keadaan ini tidak banyak
mengalami perubahan karena berdasarkan hasil Riskesdas (2007) di Jawa Timur terdapat
17,4% balita KEP terdiri dari 4,8% gizi buruk dan 12,6% gizi kurang, bahkan terjadi
peningkatan prevalensi gizi buruk pada tahun 2007. Studi pendahuluan yang dilakukan pada
bulan Maret-April 2009, berdasarkan data Puskesmas Rangkah pada tahun 2006-2008,
menunjukkan peningkatan prevalensi balita gizi buruk yang cukup tinggi yaitu dari 1,5%
(2007) menjadi 2,1% (2008). Dengan distribusi kelompok umur yang menderita gizi buruk
tertinggi pada kelompok umur 12-36 bulan.

Gangguan gizi dapat disebabkan oleh pola pengasuhan makanan anak oleh ibu yang
memberikan MP-ASI terlalu dini atau bahkan terlalu terlambat, serta jumlah dan kuantitas
MP-ASI yang diberikan tidak memadai. Penyebab tingginya gizi kurang secara langsung
adalah asupan gizi yang tidak adekuat serta adanya penyakit infeksi. Asupan makanan secara
tidak langsung dipengaruhi oleh pola pengasuhan ibu yang mencakup bagaimana cara ibu
memberi makan, bagaimana ibu merawat, memelihara kesehatan, pemukiman yang layak,
hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, pakaian, kesegaran jasmani dan rekreasi.5 Tingkat
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi dan kesehatan
sangat menentukan keadaan gizi anak.1

Penelitian ini dilakukan mengingat masih ada kecenderungan terus meningkatnya
kasus gizi buruk dan gizi kurang di Kota Surabaya khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Rangkah. Di satu pihak program gizi telah dilakukan melalui penyuluhan, pemberian langsung
makanan pada balita, PMT, kunjungan rumah, promosi kadarzi, dan pendampingan. Berbagai
program yang dilaksanakan ternyata belum berdampak signifikan terhadap penurunan balita
gizi buruk. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
pola asuh ibu yang merupakan penyebab tidak langsung dari gizi buruk sebagai upaya untuk
merencanakan program intervensi gizi yang tepat untuk menanggulangi masalah gizi buruk.
Bahan dan Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus kontrol.

Populasi kasus adalah seluruh balita usia 1-3 tahun yang tercatat di Puskesmas Rangkah
sebagai anak dengan status gizi buruk (nilai Z-score < -3 SD dengan indeks BB/U) sampai
pada bulan Mei 2009 dan tercatat terdapat 30 balita. Populasi kontrol adalah seluruh balita
usia 1-3 tahun yang tercatat sebagai balita gizi baik (nilai Z-score -2 SD s/d +2 SD) sampai
pada bulan Mei 2009. Sampel kasus dan kontrol dipilih dengan teknik matching pada usia.
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel didapatkan 25 sampel dengan perbandingan kasus
dan kontrol 1:1, maka total sampel adalah 50 balita.
Sampel kasus diambil dengan cara simple random sampling. Sampel kontrol dipilih
secara acak pada balita gizi baik usia 1-3 tahun dari posyandu yang sama dengan balita yang
terpilih sebagai sampel gizi buruk. Pemilihan sampel kontrol menggunakan matching dengan
frequency distribution matching pada kelompok umur 1-3 tahun. Penelitian dilakukan pada
bulan Juni-Juli 2009.
Variabel penelitian meliputi karakteristik balita (usia, jenis kelamin, berat badan lahir
dan urutan kelahiran), karakteristik keluarga (usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pendapatan keluarga, pengeluaran konsumsi, jumlah anggota keluarga dan jumlah anak),
tingkat pengetahuan gizi ibu dan akses informasi, pola asuh ibu meliputi pola asuh gizi
meliputi riwayat ASI dan pemberian makan serta pola perawatan kesehatan.
Data primer berupa karakteristik keluarga, karakteristik balita, pola asuh gizi, dan pola
perawatan kesehatan diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada responden
penelitian yaitu ibu balita yang terpilih sebagai sampel. Data sekunder berupa data balita usia


1-3 tahun yang tercatat sebagai balita gizi buruk dan baik, diperoleh dari data gizi di
Puskesmas Rangkah dan kader posyandu.
Untuk melihat hubungan dan besar risiko tingkat pengetahuan dan pola asuh ibu dengan
kasus gizi buruk digunakan analisis statistik chi square.
Hasil Penelitian
I. Karakteristik Balita
Tabel 1 Distribusi karakteristik balita menurut Usia, Jenis Kelamin, Berat Badan Lahir dan urutan
Kelahiran
Variabel
Usia Balita (bulan)
12-24
25-36
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Berat Badan Lahir
Kurang
Normal
Urutan Kelahiran

Pertama tunggal
Kedua
Ketiga
≥ keempat

Gizi buruk n=25
n
%

Gizi baik n=25
n
%

9
16

36
64

12

13

48
52

10
15

40
60

15
10

60
40

4
21


16
84

3
22

12
88

8
8
7
2

32
32
28
8

15

6
4
0

60
24
16
0

Hasil

penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar (64%) balita gizi buruk berusia 2536 bulan. Jenis kelamin balita gizi buruk sebagian besar adalah perempuan (60%). Sebagian
besar (84%) balita gizi buruk memiliki berat badan lahir normal. Urutan kelahiran balita gizi
buruk sebagian besar berada pada urutan pertama tunggal (32%) dan kedua ( 32%).
2. Karakteristik Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian, ibu balita gizi buruk sebagian besar berusia 31-40 tahun
(52%), sedangkan ibu balita gizi baik sebagian besar berusia 21-30 tahun (72%). Tingkat
pendidikan sebagian besar (40%) ibu balita gizi buruk lulus SMP. Ibu balita gizi buruk 64%
dan ibu balita gizi baik 60% tidak bekerja. Pendapatan keluarga balita gizi buruk sebagian
besar < UMR


(88%). Pengeluaran konsumsi pangan keluarga balita gizi buruk >

Rp.500.000,00 sebesar 72%. Sebagian besar keluarga balita gizi buruk (52%) dan keluarga

gizi baik (56%) mempunyai anggota keluarga ≤ 4 jiwa dengan kategori keluarga kecil.
Sebagian besar jumlah anak yang dimiliki oleh keluarga dengan balita gizi buruk adalah ≤ 3
orang dengan persentase 92%, sedangkan pada keluarga balita gizi baik seluruh keluarga
(100%) memiliki jumlah anak ≤ 3 orang. Karakteristik keluarga balita disajikan pada tabel 2.
Tabel 2

Distribusi karakteristik keluarga menurut Usia Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan
Ibu,Pendapatan Keluarga, Pengeluaran Konsumsi, Jumlah Anggota Keluarga dan Jumlah
Anak
Variabel
Usia Ibu (tahun)
≤20
21-30
31-40
>40

Pendidikan Ibu
Tidak sekolah
Tidak lulus SD
Lulus SD
Lulus SMP
Lulus SMA
Lulus Akademi/PT
Pekerjaan Ibu
IRT (tidak bekerja)
Buruh
Pedagang/ wiraswasta
Swasta
Pendapatan Keluarga
< UMR
≥ UMR
Pengeluaran konsumsi
< 300.000
300.000-500.000
> 500.000
Jumlah anggota keluarga
≤ 4 jiwa
>4 jiwa
Jumlah Anak
≤3
>3

3. Akses Informasi

Gizi buruk n=25
n
%

Gizi baik n=25
n
%

1
10
13
1

4
40
52
4

0
18
6
1

0
72
24
4

2
1
8
10
4
0

8
4
32
40
16
0

0
1
2
3
16
3

0
4
8
12
64
12

16
1
6
2

64
4
24
8

15
0
3
7

60
0
12
28

22
3

88
12

8
17

32
68

4
3
18

16
12
72

0
4
21

0
16
84

13
12

52
48

14
11

56
44

23
2

92
8

25
0

100
0

Tabel 3 Distribusi responden menurut akses informasi pangan dan gizi
Akses Informasi Pangan
dan Gizi
Pernah
Tidak Pernah
Total

Gizi buruk n=25
n
%
17
68
8
25

32
100

Gizi baik n=25
n
%
19
76
6
25

24
100

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu balita gizi buruk pernah
mendapat informasi tentang pangan dan gizi sebesar 68%, sedangkan ibu balita gizi baik
pernah mendapat informasi tentang pangan dan gizi sebesar 76%.
Tabel 4 Distribusi responden menurut jumlah akses informasi pangan dan gizi
Jumlah Akses Informasi
Rendah
Tinggi
Total

Gizi buruk n=25
n
%
11
64,71
6
17

35,29
100,00

Gizi baik n=25
n
%
15
78,95
4
19

21,05
100,00

Pada tabel 4 tampak ibu dengan jumlah akses informasi tinggi pada balita gizi buruk
sebesar 35,29% sedangkan akses informasi tinggi pada balita dengan gizi baik hanya sebesar
21,05%.
4. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat pengetahuan didapatkan dari total nilai skoring 20 pertanyaan tentang
pengetahuan gizi. Hasil wawancara diskoring dan diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu
baik, jika skor ≥ 22-40 dan kurang jika skor < 22.
Tabel 5 Distribusi tingkat pengetahuan gizi responden
Tingkat Pengetahuan

Gizi buruk
n
%

n

%

Kurang

14

56

5

20

Baik
Total

11
25

44
100

20
25

80
100

Gizi

Gizi baik

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita gizi buruk mempunyai tingkat
pengetahuan kurang sebesar 56%. Sedangkan ibu balita gizi baik yang memiliki tingkat
pengetahuan baik mencapai 80%.

5. Pola Asuh
5.1 Pola Asuh Gizi
Pola asuh balita yang dihubungkan dengan gizi buruk pada penelitian ini adalah pola
asuh gizi dan pola asuh perawatan kesehatan. Variabel dalam pola asuh gizi yang diteliti
adalah riwayat pemberian ASI meliputi pemberian makanan atau minuman prelaktal,
pemberian kolostrum, ASI eksklusif dan pemberian makan. Pola pemberian makan diketahui
melalui wawancara dan dilakukan skoring.
Tabel 6 Distribusi pola asuh gizi menurut Riwayat Pemberian ASI dan Pemberian Makan
Variabel

Gizi buruk n=25
n
%

Riwayat Pemberian ASI :
1. Pemberian
makanan
minuman prelaktal
Ya
Tidak
2. Pemberian kolostrum
Tidak diberikan
Diberikan
3. ASI Eksklusif
Tidak
Ya
Pemberian Makan
Kurang
Baik

Gizi baik n=25
n
%

atau
17
8

68
32

9
16

36
64

14
11

56
44

6
19

24
76

22
3

88
12

22
3

88
12

16
9

64
36

5
20

20
80

Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar balita gizi buruk mendapat makanan atau
minuman prelaktal sebanyak 68%, sedangkan pada balita gizi baik hanya 36%. Balita gizi
buruk yang mendapat kolostrum 44%, sedangkan pada balita gizi baik mencapai 76%. Balita
gizi buruk dan gizi baik tidak mendapat ASI secara eksklusif dengan persentase yang sama,
yaitu 88%. Hasil penelitian tentang pemberian makan menunjukkan bahwa 36% balita gizi
buruk mempunyai tingkat pemberian makan baik, sedangkan pada balita gizi baik sebesar
80%.
5.2 Pola Perawatan Kesehatan
Tabel 6 Distribusi pola perawatan kesehatan balita
Kategori Perawatan
Kesehatan

n

Gizi buruk
%

Gizi baik
n

%

Kurang

4

16

0

0

Baik
Total

21
25

84
100

25
25

100
100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (84%) balita gizi buruk memiliki
perawatan kesehatan baik dan semua balita gizi baik perawatan kesehatannya masuk dalam
kategori baik (100%).
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Statistik Chi Square

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Variabel
Tingkat pengetahuan gizi
ibu
Pemberian makanan atau
minuman prelaktal
Pemberian kolostrum
ASI eksklusif
Pemberian makan
Perawatan kesehatan

OR
5,091

95%CI
1,446-17,922

p
0,02*

3,778

1,170-12,194

0,048*

4,030
1,000
7,111
2,190

1,201-13,526
0,182-5,507
1,986-25,465
1,598-3,002

0,043*
1
0,004*
0,11

*p