STRATEGI PENYELESAIAN PENELITIAN PENGEMB dan
STRATEGI PENYELESAIAN PENELITIAN PENGEMBANGAN
(Studi Kasus Di Lingkungan Program Studi Educational
Technology PPS UNY)
Oleh : Ence Surahman, S.Pd
Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia – Klaster Mahasiswa
2016,
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNY.
Ide tentang tulisan ini sudah terbersit dalam pikiran dari beberapa hari
yang lalu, namun idenya baru tertuang pagi ini, tepat selepas merenung
di salah satu pojok ruangan Pusat Pengembangan Bahasa LPPMP UNY.
Rupanya keheningan tempat ini mampu menghipnosis jemari untuk
merangkai kata demi kata menjadi rangkaian paraghraf yang mudahmudahan bermanfaat.
1
Tulisan ini muncul berdasarkan analisis lapangan yang dialami sendiri oleh
penulis dalam proses penyelesaian tesis di Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. So,
target utama dari pembaca tulisan ini adalah rekan sejawat para teknolog
pendidikan yang sama-sama sedang berjuang meniti langkah untuk
menuntaskan kewajiban akademik sebagai calon magister pendidikan.
Namun demikian harapannya juga bermanfaat untuk adik-adik angakatan
yang mulai menyusun proposal dan atau untuk kakak angkatan yang
progresnya masih sama dengan saya, atau lebih jauh untuk sesama rekan
sejawat teknolog pendidikan di berbagai kampus di tanah air yang
kebetulan
sedang
menyelami
samudra
model
penelitian
dan
pengembangan (RnD).
Sebagai informasi awal, mayoritas penelitian mahasiswa prodi TP PPS UNY
lebih dari 80% adalah RnD, bahkan di kelas saya dari 20 mahasiswa yang
bukan RnD hanya 1 orang, beliau mengambil model penelitian evaluasi.
selain
karena
kebijakan
dari
prodi
untuk
mendorong
penelitian
pengembangan, hal itu juga sesuai dengan platform dalam Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8 untuk jenjang magister,
sebagaimana berikut :
1 Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni
di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset,
hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
2. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni
di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner .
3. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan
nasional maupun internasional.
Di samping itu ternyata bukan hanya di program studi kami teknologi
pendidikan, beberapa prodi lain di lingkungan Program Pascasarjana UNY
2
juga mengambil model penelitian yang serupa yakni penelitian dan
pengembangan (RnD). Rupanya branding tersebut sudah lebih dulu
diketahui publik, beberapa rekan saya yang mengambil program magister
di UNY salah satu alasannya karena pascasarjana UNY tersohor dengan
penelitian pengembangannya.
Kembali ke topik utama kita, jadi secara umum langkah-langkah untuk
penelitian dan pengembangan dengan model pengembangan apapun
yang digunakan (ADDIE, ASSURE, Borg & Gall, Allesi Trollip dll) pada
intinya ada 2 langkah utama yang harus diperhatikan yakni proses
penelitian dan kemudian pengembangan dari hasil temuan pada proses
penelitian diawal.
Proses penelitian di awal boleh dilakukan langsung oleh peneliti baik
dalam
bentuk
observasi,
wawancara,
membaca
hasil
penelitian
sebelumnya yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, atau dengan
metode survei lapangan seperti yang saya lakukan, yang intinya untuk
memotret fenomena dilapangan pada kawasan yang akan kita kaji dan
lebih dalam.
Setelah proses penelitian dilakukan, proses selanjutnya adalah mengolah
data hasil penelitian dan mencari beberapa masalah yang berpotensi
untuk dikembangkan, masalah yang kita potret setidaknya memenuhi
unsur kekurangan yang berpeluang untuk diperbaiki, atau ketidak
efektifan yang berpeluang untuk dilakukan pengembangan pada aspek
tertentu agar hasilnya lebih efektif.
Sebagai contoh permasalahan pada program pembelajaran di sekolah,
kita dapat mengkaji potensi masalah dari proses pembelajarannya, media,
alat dan bahan ajarnya baik dari ketersediaan maupun keberdayagunaan,
atau dari potensi masalah dan peluang baru yang potensial mendukung
peningkatan mutu pembelajaran seperti yang saya lakukan. Saya
memotret potensi mobile device dikalangan pelajar untuk kemudian saya
kembangkan konten yang mendukung diinstal pada mobile device agar
3
mobile device mereka lebih berdaya guna. Ternyata pada saat saya
survei, masalah pendukung pentingnya dikembangkan konten pendukung
mobile devicenya tinggi sekali.
Dalam ilmu teknologi pendidikan, proses memotret keadaan dan mencari
masalah dilapangan adalah bagian dari langkah penting yang kami
mengenalnya dengan istilah need analysis (analisis kebutuhan). Proses
analisis
kebutuhan
adalah
kunci
utama
dan
pertama
dalam
pengembangan program, apapun jenis programnya, baik pengembangan
program media, alat, bahan, sumber, belajar, e-learning, web based, dll.
Seorang pengembang program, melalukan pengembangan program tanpa
analisis kebutuhan ibarat dokter memberi obat pada jenis penyakit yang
belum diketahui dengan tepat. Itulah sebabnya mengapa dosen saya (Dr.
Crist) menyebut teknolog pendidikan adalah dokter dalam bidang
pendidikan. Karena tugas utama kami adalah mengalisis masalah dan
memberikan
treatment
yang
sesuai
dengan
permasalahan
yang
ditemukan.
Proses penelitian dan pengembangan yang sudah jelas masalahnya akan
memudahkan
pemimpin
peneliti
yang
dalam
memiliki
visi
melakukan
pengembangannya.
kepemimpinannya.
So,
Ibarat
apabila
kita
menemukan diri kita dalam keadaan gamang dengan apa yang sedang
diteliti dan dikembangkan, boleh jadi salah satunya karena kurang
tajamnya analisis kebutuhan atau kurangnya penguasaan terhadap
masalah yang kita teliti.
Langkah
selanjutnya
setelah
bab
I
tersusun
dengan
baik
adalah
menyusun landasan teori yang mendukung dengan rencana RnD yang
kita lakukan. Pembahasan tentang landasan teori secara lengkap dapat
dipelajari pada buku-buku pendukung, namun yang pasti landasan teori
harus mampu menjabarkan semua variable yang ada dalam penelitian
kita. Mulai dari konsep, prinsip, teori, grand teori, temuan baru, yang
terkait dengan topik penelitian kita. So, kunci utama untuk memudahkan
4
menyelesaikan landasan teori adalah banyak membaca buku referensi
dan membaca jurnal yang mengkaji topik yang sedang kita teliti.
Langkah selanjutnya adalah penyusunan metodologi penelitian pada bab
III. Karena di awal saya sudah menyampaikan bahwa tulisan ini tentang
penelitian model RnD, maka metode penelitian yang saya maksud juga
seputar
penelitian
pengembangan,
jenis
model
pengembangganya
disesuaikan dengan rencana rekan-rekan peneliti. Masing-masing model
pengembangan memiliki kekhasan tersendiri, sebagai contoh modelnya
Allessi Trollip lebih familiar dikenal untuk pengembangan berbagai produk
multimedia
baik
yang
offline
maupun
online.
Sedangkan
untuk
pengembangan perangkat, model, strategi pembelajaran atau pelatihan,
dapat menggunakan modelnya ADDIE, ASSURE, Dick & Carey, Borg
& Gall dan lain-lain. Begitupun untuk jenis pengembangan instrumen
penilaian, evaluasi, assesment pembelajaran ada model pengembangan
tersendiri yang sesuai dengan produk yang hendak dikembangkannya.
Selain menentukan jenis model pengembangannya, tentu secara standar
di BAB III memuat populasi dan sampel penelitian dan pengembangan,
kemudian teknik pengumpulan data, jenis data, teknik analisis data dan
lain-lain. Hal tersebut dapat disesuaikan sendiri.
Selepas bab 1,2 dan 3 rampung, langkah selanjutnya adalah seminar
proposal tesis. Di UNY sendiri proses seminar disesuaikan dengan jadwal
perkualiah seminar proposal, ada beberapa prodi yang melaksanakan
seminar di semester 3 namun yang terbaru mulai di coba mata kuliah
seminar proposal dilaksanakan di semester 2. Saya kira kebijakan terbaru
ini sangat baik karena memudahkan mahasiswa untuk bekerja lebih cepat
dalam menyelesaikan proses penelitiannya sembari mengampu mata
kuliah yang teoritis lainnya. Karena biasanya di semester 1 sudah
diberikan mata kuliah metodologi penelitian, yang produk akhirnya adalah
proposal tesis, maka ketika semester 2 langsung disajikan mata kuliah
seminar, saya kira ini terobosan yang sangat baik.
5
Teknis penjadwalan urutan seminar proposal diserahkan ke kebijakan
masing-masing kelas, biasanya ada yang dikocok, ada juga yang lebih
humanis dengan diberikan kesempatan lebih dulu rekan yang sudah lebih
siap, yang lainnya menyesuaikan dengan kesiapannya, yang penting
selama mata kuliah diampu, semua mahasiswa mendapat jadwal untuk
maju seminar proposalnya masing-masing.
Lalu apa yang diseminarkan? Sebagaimana yang pernah rekan-rekan
alami
waktu
seminar
proposal
skripsi
waktu
S1,
penyaji
harus
memaparkan rancangan penelitiannya, mulai dari latar belakangm tujuan,
manfaat, topik kajian, kajian teori, metode penelitian yang digunakan,
jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitiannya. Kemudian dari audiens menanggapi dan
memberikan
masukan
untuk
penyempurnaan rancangan penelitian.
Intinya proses seminar adalah proses menyajikan rangcangan penelitian
dan menampung masukan dari dosen dan rekan sejawat berkaitan
dengan rancangan penelitian kita.
Apabila pada waktu maju seminar kisi-kisi dan instrumennya sudah siap
divalidasi, maka proses selanjutnya yang tidak boleh ditunda-tunda
adalah memvalidasi instrumen. Bagaimana kita tahu bahwa instrumen
kita siap untuk divalidasi? Pertama aspek-aspek yang akan muncul dalam
isntrumen harus muncul juga di kajian teori, bahkan sebaiknya butir-butir
indikator juga sama muncul di kajian teori. Intinya jangan sampai
instrumen itu muncul secara ajaib, tanpa muncul di bab II. Lebih lanjut
tentnag bahasan ini dapat kita diskusikan di lain kesempatan.
Proses lain selepas seminar dalah melakukan revisi dari semua masukan
pada waktu seminar. Apabila proses revisi sudah selesai, tinggal
konsultasi pada pembimbing untuk melangkah pada proses selanjutnya.
Jangan lupa proposal yang sudah direvisi setelah seminar, perlu di
tandatangani oleh pembimbing dan direktur, lembar persetujuan ada di
buku panduan. Mengapa ini harus dilakukan? Karena pada saat kita
6
mengurus surat ijin penelitian ke Kesbang dan Bapeda di kabupaten/kota
tempat kita akan melakukan penelitian salah satu syaratnya adalah
proposal sudah di sahkan oleh direktur atau pihak berwenang. Surat
rekomendasi penelitian tidak akan terbit apabila proposal yang kita
lampirkan belum di tandatangani oleh direktur.
Proses permohonan tandatangan dari direktur harus disertai tanda tangan
dari pembimbing dan surat keterangan sudah lulus mata kuliah seminar
poposal
tesis
dari
dosen
pengampu
mata
kuliah
seminar.
Surat
keterangan dapat dibuat secara manual apabila Kartu Hasil Studi belum
memunculkan keterangan nilai dan kelulusan mata kuliah seminar.
Apabila nilai sudah muncul di KHS, maka dapat digunakan untuk meminta
tanda tangan direktur dengan KHS karena sama-sama menerangkan yang
bersangkutan sudah lulus mata kuliah seminar proposal.
Proses meminta tanda tangan direktur, kebijakan yang berlaku di
lingkungan PPS UNY harus menyertakan nota tanda bukti pembayaran
SPP semester teranyar yang sedang ditemput. So jangan sampai sampai
tanda bukti pembayaran SPP Anda hilang. Mesti disimpan dan sebaiknya
di copy untuk cadangan beberapa keperluan.
Sekarang kita bahas tentang teknis validasi.
Kebijakan yang berlaku di lingkungan program studi Teknologi Pendidikan
PPS UNY, setidaknya ada 3 proses validasi yang harus dilakukan oleh
peneliti. Pertama validasi instrumen oleh ahli instrumen, kedua validasi
materi
dan
ketiga
validasi
produk
(media,
model,
perangkat
pembelajaran, alat, bahan, sumber ajar, dll).
Lalu berapa orang minimal validatornya? Untuk validator instrumen
idealnya 2 orang namun ada beberapa pembimbimg yang membolehkan
hanya satu orang. Jadi semua instrumen yang akan kita gunakan dalam
penelitian harus terlebih dahulu divalidasi oleh ahli instrumen. Siapa yang
dapat
kita
jadikan
validator
instrumen?
7
Tergantung
rekomendasi
pembimbing
atau
nama
yang
kita
ajukan,
apabila
pembimbing
mengijinkan.
Teknis mengurus validasi instrumen diantaranya:
1. Kita mengisi blangko validasi di bagian pengurusan validasi (di PPS
UNY di lantai 3 depan ruang direktur PPS).
2. Pada saat kita mengisi blangko harus disertakan proposal dan tanda
bukti pembayaran SPP pada semester terbaru.
3. Pada blangko isian, kita diminta menuliskan nama, NIM, Prodi, nama
validator, nama pembimbing dan judul penelitian kita.
4. Proses pembuatan surat rekomendasi validasi bisa satu sampai dua
hari tergantung apakah pak Asdir 1 sedang ada di kantor atau tidak.
Karena surat permohonan validasi ditantangani oleh pak Asdir bidang
akademik.
5. Setelah sudah jadi, kita serahkan ke validator, beserta semua instrumen
yang hendak divalidasi.
6. Bersama surat permohonan validasi, disertakan form isian untuk
validasi yang akan diisi oleh validator, yang intinya apakah validator
menyatakan instrumen siap digunakan tanpa revisi, atau layak digunakan
dengan revisi atau instrumen tidak layak untuk digunakan, artinya
teradapat banyak kesalahan dalam pembuatan draf instrumennya.
7. Apabila langsung layak tanpa revisi, berarti kita bisa langsung melangkah
pada tahap selanjutnya, namun jika perlu direvisi, maka revisi saja dulu
baru kemudian menghadap lagi untuk menyampaikan hasil revisiannya
sekaligus mendiskusikan dengan pembimbing.
Selanjutnya
teknis
mengurus
validasi
materi
dan
produk
yang
dikembangkan. Pada prinsipnya mengurus surat rekomendasinya kurang
lebih sama dengan proses mengurusi validasi instrumen, kita mengisi
8
blangko isian dengan menyertakan nama validator dan instrumen yang
akan digunakan untuk validasi materi dan produknya.
Setelah surat permohonan validasi materi dan produknya jadi, kita
menghadap ke validator dan menyampaikan rancangan penelitian kita,
biasanya mereka suka menanyai rancangan penelitian kita. Maka
sebaiknya ketika mau menghadap siapkan proposal dan kuasai inti
penelitian kita biar mudah menjelaskan kepada validator.
Perlu saya ingatkan tentang waktu, dari pascasarjana sendiri dalam surat
permohonan validasi menerangkan agar maksimal 2 minggu proses
validasi sudah selesai divalidasi oleh validator(artinya kalau kita bertemu
dengan validator yang molornya sangat jauh, misalnya satu bulan baru
divalidasi, kita boleh mengingatkan isi surat dari pasca tentu dengan cara
yang baik dan santun), so ini penting diperhatikan agar pengaturan
timingnya dapat kita rancanga dengan baik. Maksud saya jangan sampai
jadwal penelitian terlewat gara-gara proses validasi yang tidak lancar.
Sebagai contoh, seharusnya Anda masuk sekolah (penelitian) tanggal 15
april, tapi Anda baru mengurus validasi instrumen tanggal 1 April,
walaupun materi dan media sudah jadi, ini bukan contoh pengaturan
waktu yang baik. Masih mending kalau kebetulan validator instrumen
sedang tidak sibuk dan mau langsung memvalidasi dalam waktu 1 atau 2
hari, nah kalau misalnya validatornya sedang sibuk baru dapat diambil
hasil validasinya dalam 2 minggu sejak tanggal 1, maka kita kekurangan
waktu untuk revisi dan mengurus validasi materi dan produknya. Saran
saya sebaiknya mengurus validasi instrumen minimal 4 minggu dari
tanggal rencana penelitian.
Bolehkah mengurus validasi instrumen dengan validasi materi dan produk
dalam satu waktu? Jawabannya tidak. Karena instrumen/alat yang akan
digunakan untuk memvalidasi materi dan produknya belum ready. Ibarat
pisau yang belum tajam, nanti jadi gak bagus, masih mending kalau hasil
validasi instrumen tidak banyak perubahan dari instrumen yang kita
gunakan. Kalau misalnya banyak
9
yang harus direvisi maka
akan
bermasalah. So, sebaiknya validasi instrumen dulu baru validasi produk
dan materi.
Proses validasi produk dan materi boleh dilakukan secara bersamaan. Di
program studi teknologi pendidikan validator produk dan materi harus
dilakukan oleh masing-masing 2 orang ahli. Salah satunya harus dosen
dan sebaiknya bergelar minimal doktor yang pakar pada bidangnya,
adapun validator yang satu lagi boleh dari luar dosen, seperti guru, atau
praktisi pengembang produk yang kita kembangkan, setidaknya bergelar
sarjana atau magister, dan akan lebih baik kalu semua validator bergelar
doktor atau profesor yang pakar pada materi dan produk yang akan
divalidasinya.
Setelah proses validasi, jika ada yang harus direvisi maka revisilah, jika
tidak ada, berarti Anda sudah boleh melanjutkan penelitiannya. Proses
selanjutnya adalah uji coba, mulai dari uji alpa dan betha untuk model
Allessi Trollip dan uji perorangan, kelompok kecil, kelompok besar untuk
modelnya Borg & Gall.
Semua hasilnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data yang
sudah direncanakan pada bab 3. Dan apabila data sudah terkumpul,
langkah selanjutnya adalah penafsiran dan analisis data hasil penelitian
yang kita tuangkan dalam bab IV. (saat ini saya sendiri baru mau mulai
tahap ini, mohon doanya agar segera rampung). Model penulisan bab IV
untuk jenis penelitian dan pengembangan maka idealnya dimulai dengan
pemaparan hasil penelitian yang paling awal kita lakukan sebelum proses
pengembangannya. Adapun selebihnya menyesuaikan dengan kaidah
penulisan dan penyajian serta pembahasan data pada bab IV. Yang pasti
data yang disajikan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca serta
mampu
menjabarkan
menampilkan
data
apa
yang
yang
seharusnya
tidak
seharusnya
dijabarkan
dan
ditampilkan.
tidak
Dalam
pembahasan bab 4 juga penting dituntut kejujuran dari peneliti. Artinya
data harus ditampilkan apa adanya sesuai fakta yang ditemukan
10
dilapangan, terutama pada proses uji respon dan uji kebermanfaat dalam
proses penelitian.
Apabila bab 4 sudah rampung, langkah selanjutnya adalah meringkas
simpulan pada bab 5 dan menuliskan saran dan rekomendasi yang jelas
tujuan dan sasarannya. Perlu di ingat jangan sampai saran dan
rekomendasi tidak jelas untuk siapa sasarannya. Maka pada point ini
penting untuk diperhatikan. Sehingga para pembaca akan memahami
target dari saran dan rekomendasi yang dimaksud oleh peneliti tersebut.
Langah terakhir adalah menyusun dan merapikan lampiran-lampiran
untuk menyiapkan daftar proses review semua nahkah kita oleh reviewer
yang ditunjuk oleh pasca, dan harus dipastikan semua sumber yang kita
rujuk harus ada bukti rilnya. Hal ini perlu dipersiapkan karena ada
beberapa reviewer yang meminta copyan cover dan isi halaman yang kita
rujuk dalam naskah tesis kita.
Kalau reviewer sudah selesai, selamat Anda layak untuk ujian/sidang,
semoga lancar dan ilmu yang diperolehnya selama studi penuh barokah.
Pesan terakhir kalau sudah sidang, jangan lupa bantu temannya yang
belum sidang dan jangan sungkan berbagi jika ada yang membutuhkan
bantuan kita baik untuk sekedar cerita pengalaman maupun minta
bantuan olah data, review naskah, kelengkapan dan lain sebagainya.
Demikian semoga bermanfaat
Yogyakarta, 6 April 2016
Jam 10.00-11.45 WIB.
11
(Studi Kasus Di Lingkungan Program Studi Educational
Technology PPS UNY)
Oleh : Ence Surahman, S.Pd
Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia – Klaster Mahasiswa
2016,
Mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan PPS UNY.
Ide tentang tulisan ini sudah terbersit dalam pikiran dari beberapa hari
yang lalu, namun idenya baru tertuang pagi ini, tepat selepas merenung
di salah satu pojok ruangan Pusat Pengembangan Bahasa LPPMP UNY.
Rupanya keheningan tempat ini mampu menghipnosis jemari untuk
merangkai kata demi kata menjadi rangkaian paraghraf yang mudahmudahan bermanfaat.
1
Tulisan ini muncul berdasarkan analisis lapangan yang dialami sendiri oleh
penulis dalam proses penyelesaian tesis di Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. So,
target utama dari pembaca tulisan ini adalah rekan sejawat para teknolog
pendidikan yang sama-sama sedang berjuang meniti langkah untuk
menuntaskan kewajiban akademik sebagai calon magister pendidikan.
Namun demikian harapannya juga bermanfaat untuk adik-adik angakatan
yang mulai menyusun proposal dan atau untuk kakak angkatan yang
progresnya masih sama dengan saya, atau lebih jauh untuk sesama rekan
sejawat teknolog pendidikan di berbagai kampus di tanah air yang
kebetulan
sedang
menyelami
samudra
model
penelitian
dan
pengembangan (RnD).
Sebagai informasi awal, mayoritas penelitian mahasiswa prodi TP PPS UNY
lebih dari 80% adalah RnD, bahkan di kelas saya dari 20 mahasiswa yang
bukan RnD hanya 1 orang, beliau mengambil model penelitian evaluasi.
selain
karena
kebijakan
dari
prodi
untuk
mendorong
penelitian
pengembangan, hal itu juga sesuai dengan platform dalam Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8 untuk jenjang magister,
sebagaimana berikut :
1 Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni
di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset,
hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
2. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni
di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner .
3. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
bagi masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan
nasional maupun internasional.
Di samping itu ternyata bukan hanya di program studi kami teknologi
pendidikan, beberapa prodi lain di lingkungan Program Pascasarjana UNY
2
juga mengambil model penelitian yang serupa yakni penelitian dan
pengembangan (RnD). Rupanya branding tersebut sudah lebih dulu
diketahui publik, beberapa rekan saya yang mengambil program magister
di UNY salah satu alasannya karena pascasarjana UNY tersohor dengan
penelitian pengembangannya.
Kembali ke topik utama kita, jadi secara umum langkah-langkah untuk
penelitian dan pengembangan dengan model pengembangan apapun
yang digunakan (ADDIE, ASSURE, Borg & Gall, Allesi Trollip dll) pada
intinya ada 2 langkah utama yang harus diperhatikan yakni proses
penelitian dan kemudian pengembangan dari hasil temuan pada proses
penelitian diawal.
Proses penelitian di awal boleh dilakukan langsung oleh peneliti baik
dalam
bentuk
observasi,
wawancara,
membaca
hasil
penelitian
sebelumnya yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, atau dengan
metode survei lapangan seperti yang saya lakukan, yang intinya untuk
memotret fenomena dilapangan pada kawasan yang akan kita kaji dan
lebih dalam.
Setelah proses penelitian dilakukan, proses selanjutnya adalah mengolah
data hasil penelitian dan mencari beberapa masalah yang berpotensi
untuk dikembangkan, masalah yang kita potret setidaknya memenuhi
unsur kekurangan yang berpeluang untuk diperbaiki, atau ketidak
efektifan yang berpeluang untuk dilakukan pengembangan pada aspek
tertentu agar hasilnya lebih efektif.
Sebagai contoh permasalahan pada program pembelajaran di sekolah,
kita dapat mengkaji potensi masalah dari proses pembelajarannya, media,
alat dan bahan ajarnya baik dari ketersediaan maupun keberdayagunaan,
atau dari potensi masalah dan peluang baru yang potensial mendukung
peningkatan mutu pembelajaran seperti yang saya lakukan. Saya
memotret potensi mobile device dikalangan pelajar untuk kemudian saya
kembangkan konten yang mendukung diinstal pada mobile device agar
3
mobile device mereka lebih berdaya guna. Ternyata pada saat saya
survei, masalah pendukung pentingnya dikembangkan konten pendukung
mobile devicenya tinggi sekali.
Dalam ilmu teknologi pendidikan, proses memotret keadaan dan mencari
masalah dilapangan adalah bagian dari langkah penting yang kami
mengenalnya dengan istilah need analysis (analisis kebutuhan). Proses
analisis
kebutuhan
adalah
kunci
utama
dan
pertama
dalam
pengembangan program, apapun jenis programnya, baik pengembangan
program media, alat, bahan, sumber, belajar, e-learning, web based, dll.
Seorang pengembang program, melalukan pengembangan program tanpa
analisis kebutuhan ibarat dokter memberi obat pada jenis penyakit yang
belum diketahui dengan tepat. Itulah sebabnya mengapa dosen saya (Dr.
Crist) menyebut teknolog pendidikan adalah dokter dalam bidang
pendidikan. Karena tugas utama kami adalah mengalisis masalah dan
memberikan
treatment
yang
sesuai
dengan
permasalahan
yang
ditemukan.
Proses penelitian dan pengembangan yang sudah jelas masalahnya akan
memudahkan
pemimpin
peneliti
yang
dalam
memiliki
visi
melakukan
pengembangannya.
kepemimpinannya.
So,
Ibarat
apabila
kita
menemukan diri kita dalam keadaan gamang dengan apa yang sedang
diteliti dan dikembangkan, boleh jadi salah satunya karena kurang
tajamnya analisis kebutuhan atau kurangnya penguasaan terhadap
masalah yang kita teliti.
Langkah
selanjutnya
setelah
bab
I
tersusun
dengan
baik
adalah
menyusun landasan teori yang mendukung dengan rencana RnD yang
kita lakukan. Pembahasan tentang landasan teori secara lengkap dapat
dipelajari pada buku-buku pendukung, namun yang pasti landasan teori
harus mampu menjabarkan semua variable yang ada dalam penelitian
kita. Mulai dari konsep, prinsip, teori, grand teori, temuan baru, yang
terkait dengan topik penelitian kita. So, kunci utama untuk memudahkan
4
menyelesaikan landasan teori adalah banyak membaca buku referensi
dan membaca jurnal yang mengkaji topik yang sedang kita teliti.
Langkah selanjutnya adalah penyusunan metodologi penelitian pada bab
III. Karena di awal saya sudah menyampaikan bahwa tulisan ini tentang
penelitian model RnD, maka metode penelitian yang saya maksud juga
seputar
penelitian
pengembangan,
jenis
model
pengembangganya
disesuaikan dengan rencana rekan-rekan peneliti. Masing-masing model
pengembangan memiliki kekhasan tersendiri, sebagai contoh modelnya
Allessi Trollip lebih familiar dikenal untuk pengembangan berbagai produk
multimedia
baik
yang
offline
maupun
online.
Sedangkan
untuk
pengembangan perangkat, model, strategi pembelajaran atau pelatihan,
dapat menggunakan modelnya ADDIE, ASSURE, Dick & Carey, Borg
& Gall dan lain-lain. Begitupun untuk jenis pengembangan instrumen
penilaian, evaluasi, assesment pembelajaran ada model pengembangan
tersendiri yang sesuai dengan produk yang hendak dikembangkannya.
Selain menentukan jenis model pengembangannya, tentu secara standar
di BAB III memuat populasi dan sampel penelitian dan pengembangan,
kemudian teknik pengumpulan data, jenis data, teknik analisis data dan
lain-lain. Hal tersebut dapat disesuaikan sendiri.
Selepas bab 1,2 dan 3 rampung, langkah selanjutnya adalah seminar
proposal tesis. Di UNY sendiri proses seminar disesuaikan dengan jadwal
perkualiah seminar proposal, ada beberapa prodi yang melaksanakan
seminar di semester 3 namun yang terbaru mulai di coba mata kuliah
seminar proposal dilaksanakan di semester 2. Saya kira kebijakan terbaru
ini sangat baik karena memudahkan mahasiswa untuk bekerja lebih cepat
dalam menyelesaikan proses penelitiannya sembari mengampu mata
kuliah yang teoritis lainnya. Karena biasanya di semester 1 sudah
diberikan mata kuliah metodologi penelitian, yang produk akhirnya adalah
proposal tesis, maka ketika semester 2 langsung disajikan mata kuliah
seminar, saya kira ini terobosan yang sangat baik.
5
Teknis penjadwalan urutan seminar proposal diserahkan ke kebijakan
masing-masing kelas, biasanya ada yang dikocok, ada juga yang lebih
humanis dengan diberikan kesempatan lebih dulu rekan yang sudah lebih
siap, yang lainnya menyesuaikan dengan kesiapannya, yang penting
selama mata kuliah diampu, semua mahasiswa mendapat jadwal untuk
maju seminar proposalnya masing-masing.
Lalu apa yang diseminarkan? Sebagaimana yang pernah rekan-rekan
alami
waktu
seminar
proposal
skripsi
waktu
S1,
penyaji
harus
memaparkan rancangan penelitiannya, mulai dari latar belakangm tujuan,
manfaat, topik kajian, kajian teori, metode penelitian yang digunakan,
jenis data, instrumen pengumpul data, dan teknik analisis data yang akan
digunakan dalam penelitiannya. Kemudian dari audiens menanggapi dan
memberikan
masukan
untuk
penyempurnaan rancangan penelitian.
Intinya proses seminar adalah proses menyajikan rangcangan penelitian
dan menampung masukan dari dosen dan rekan sejawat berkaitan
dengan rancangan penelitian kita.
Apabila pada waktu maju seminar kisi-kisi dan instrumennya sudah siap
divalidasi, maka proses selanjutnya yang tidak boleh ditunda-tunda
adalah memvalidasi instrumen. Bagaimana kita tahu bahwa instrumen
kita siap untuk divalidasi? Pertama aspek-aspek yang akan muncul dalam
isntrumen harus muncul juga di kajian teori, bahkan sebaiknya butir-butir
indikator juga sama muncul di kajian teori. Intinya jangan sampai
instrumen itu muncul secara ajaib, tanpa muncul di bab II. Lebih lanjut
tentnag bahasan ini dapat kita diskusikan di lain kesempatan.
Proses lain selepas seminar dalah melakukan revisi dari semua masukan
pada waktu seminar. Apabila proses revisi sudah selesai, tinggal
konsultasi pada pembimbing untuk melangkah pada proses selanjutnya.
Jangan lupa proposal yang sudah direvisi setelah seminar, perlu di
tandatangani oleh pembimbing dan direktur, lembar persetujuan ada di
buku panduan. Mengapa ini harus dilakukan? Karena pada saat kita
6
mengurus surat ijin penelitian ke Kesbang dan Bapeda di kabupaten/kota
tempat kita akan melakukan penelitian salah satu syaratnya adalah
proposal sudah di sahkan oleh direktur atau pihak berwenang. Surat
rekomendasi penelitian tidak akan terbit apabila proposal yang kita
lampirkan belum di tandatangani oleh direktur.
Proses permohonan tandatangan dari direktur harus disertai tanda tangan
dari pembimbing dan surat keterangan sudah lulus mata kuliah seminar
poposal
tesis
dari
dosen
pengampu
mata
kuliah
seminar.
Surat
keterangan dapat dibuat secara manual apabila Kartu Hasil Studi belum
memunculkan keterangan nilai dan kelulusan mata kuliah seminar.
Apabila nilai sudah muncul di KHS, maka dapat digunakan untuk meminta
tanda tangan direktur dengan KHS karena sama-sama menerangkan yang
bersangkutan sudah lulus mata kuliah seminar proposal.
Proses meminta tanda tangan direktur, kebijakan yang berlaku di
lingkungan PPS UNY harus menyertakan nota tanda bukti pembayaran
SPP semester teranyar yang sedang ditemput. So jangan sampai sampai
tanda bukti pembayaran SPP Anda hilang. Mesti disimpan dan sebaiknya
di copy untuk cadangan beberapa keperluan.
Sekarang kita bahas tentang teknis validasi.
Kebijakan yang berlaku di lingkungan program studi Teknologi Pendidikan
PPS UNY, setidaknya ada 3 proses validasi yang harus dilakukan oleh
peneliti. Pertama validasi instrumen oleh ahli instrumen, kedua validasi
materi
dan
ketiga
validasi
produk
(media,
model,
perangkat
pembelajaran, alat, bahan, sumber ajar, dll).
Lalu berapa orang minimal validatornya? Untuk validator instrumen
idealnya 2 orang namun ada beberapa pembimbimg yang membolehkan
hanya satu orang. Jadi semua instrumen yang akan kita gunakan dalam
penelitian harus terlebih dahulu divalidasi oleh ahli instrumen. Siapa yang
dapat
kita
jadikan
validator
instrumen?
7
Tergantung
rekomendasi
pembimbing
atau
nama
yang
kita
ajukan,
apabila
pembimbing
mengijinkan.
Teknis mengurus validasi instrumen diantaranya:
1. Kita mengisi blangko validasi di bagian pengurusan validasi (di PPS
UNY di lantai 3 depan ruang direktur PPS).
2. Pada saat kita mengisi blangko harus disertakan proposal dan tanda
bukti pembayaran SPP pada semester terbaru.
3. Pada blangko isian, kita diminta menuliskan nama, NIM, Prodi, nama
validator, nama pembimbing dan judul penelitian kita.
4. Proses pembuatan surat rekomendasi validasi bisa satu sampai dua
hari tergantung apakah pak Asdir 1 sedang ada di kantor atau tidak.
Karena surat permohonan validasi ditantangani oleh pak Asdir bidang
akademik.
5. Setelah sudah jadi, kita serahkan ke validator, beserta semua instrumen
yang hendak divalidasi.
6. Bersama surat permohonan validasi, disertakan form isian untuk
validasi yang akan diisi oleh validator, yang intinya apakah validator
menyatakan instrumen siap digunakan tanpa revisi, atau layak digunakan
dengan revisi atau instrumen tidak layak untuk digunakan, artinya
teradapat banyak kesalahan dalam pembuatan draf instrumennya.
7. Apabila langsung layak tanpa revisi, berarti kita bisa langsung melangkah
pada tahap selanjutnya, namun jika perlu direvisi, maka revisi saja dulu
baru kemudian menghadap lagi untuk menyampaikan hasil revisiannya
sekaligus mendiskusikan dengan pembimbing.
Selanjutnya
teknis
mengurus
validasi
materi
dan
produk
yang
dikembangkan. Pada prinsipnya mengurus surat rekomendasinya kurang
lebih sama dengan proses mengurusi validasi instrumen, kita mengisi
8
blangko isian dengan menyertakan nama validator dan instrumen yang
akan digunakan untuk validasi materi dan produknya.
Setelah surat permohonan validasi materi dan produknya jadi, kita
menghadap ke validator dan menyampaikan rancangan penelitian kita,
biasanya mereka suka menanyai rancangan penelitian kita. Maka
sebaiknya ketika mau menghadap siapkan proposal dan kuasai inti
penelitian kita biar mudah menjelaskan kepada validator.
Perlu saya ingatkan tentang waktu, dari pascasarjana sendiri dalam surat
permohonan validasi menerangkan agar maksimal 2 minggu proses
validasi sudah selesai divalidasi oleh validator(artinya kalau kita bertemu
dengan validator yang molornya sangat jauh, misalnya satu bulan baru
divalidasi, kita boleh mengingatkan isi surat dari pasca tentu dengan cara
yang baik dan santun), so ini penting diperhatikan agar pengaturan
timingnya dapat kita rancanga dengan baik. Maksud saya jangan sampai
jadwal penelitian terlewat gara-gara proses validasi yang tidak lancar.
Sebagai contoh, seharusnya Anda masuk sekolah (penelitian) tanggal 15
april, tapi Anda baru mengurus validasi instrumen tanggal 1 April,
walaupun materi dan media sudah jadi, ini bukan contoh pengaturan
waktu yang baik. Masih mending kalau kebetulan validator instrumen
sedang tidak sibuk dan mau langsung memvalidasi dalam waktu 1 atau 2
hari, nah kalau misalnya validatornya sedang sibuk baru dapat diambil
hasil validasinya dalam 2 minggu sejak tanggal 1, maka kita kekurangan
waktu untuk revisi dan mengurus validasi materi dan produknya. Saran
saya sebaiknya mengurus validasi instrumen minimal 4 minggu dari
tanggal rencana penelitian.
Bolehkah mengurus validasi instrumen dengan validasi materi dan produk
dalam satu waktu? Jawabannya tidak. Karena instrumen/alat yang akan
digunakan untuk memvalidasi materi dan produknya belum ready. Ibarat
pisau yang belum tajam, nanti jadi gak bagus, masih mending kalau hasil
validasi instrumen tidak banyak perubahan dari instrumen yang kita
gunakan. Kalau misalnya banyak
9
yang harus direvisi maka
akan
bermasalah. So, sebaiknya validasi instrumen dulu baru validasi produk
dan materi.
Proses validasi produk dan materi boleh dilakukan secara bersamaan. Di
program studi teknologi pendidikan validator produk dan materi harus
dilakukan oleh masing-masing 2 orang ahli. Salah satunya harus dosen
dan sebaiknya bergelar minimal doktor yang pakar pada bidangnya,
adapun validator yang satu lagi boleh dari luar dosen, seperti guru, atau
praktisi pengembang produk yang kita kembangkan, setidaknya bergelar
sarjana atau magister, dan akan lebih baik kalu semua validator bergelar
doktor atau profesor yang pakar pada materi dan produk yang akan
divalidasinya.
Setelah proses validasi, jika ada yang harus direvisi maka revisilah, jika
tidak ada, berarti Anda sudah boleh melanjutkan penelitiannya. Proses
selanjutnya adalah uji coba, mulai dari uji alpa dan betha untuk model
Allessi Trollip dan uji perorangan, kelompok kecil, kelompok besar untuk
modelnya Borg & Gall.
Semua hasilnya diolah dengan menggunakan teknik analisis data yang
sudah direncanakan pada bab 3. Dan apabila data sudah terkumpul,
langkah selanjutnya adalah penafsiran dan analisis data hasil penelitian
yang kita tuangkan dalam bab IV. (saat ini saya sendiri baru mau mulai
tahap ini, mohon doanya agar segera rampung). Model penulisan bab IV
untuk jenis penelitian dan pengembangan maka idealnya dimulai dengan
pemaparan hasil penelitian yang paling awal kita lakukan sebelum proses
pengembangannya. Adapun selebihnya menyesuaikan dengan kaidah
penulisan dan penyajian serta pembahasan data pada bab IV. Yang pasti
data yang disajikan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca serta
mampu
menjabarkan
menampilkan
data
apa
yang
yang
seharusnya
tidak
seharusnya
dijabarkan
dan
ditampilkan.
tidak
Dalam
pembahasan bab 4 juga penting dituntut kejujuran dari peneliti. Artinya
data harus ditampilkan apa adanya sesuai fakta yang ditemukan
10
dilapangan, terutama pada proses uji respon dan uji kebermanfaat dalam
proses penelitian.
Apabila bab 4 sudah rampung, langkah selanjutnya adalah meringkas
simpulan pada bab 5 dan menuliskan saran dan rekomendasi yang jelas
tujuan dan sasarannya. Perlu di ingat jangan sampai saran dan
rekomendasi tidak jelas untuk siapa sasarannya. Maka pada point ini
penting untuk diperhatikan. Sehingga para pembaca akan memahami
target dari saran dan rekomendasi yang dimaksud oleh peneliti tersebut.
Langah terakhir adalah menyusun dan merapikan lampiran-lampiran
untuk menyiapkan daftar proses review semua nahkah kita oleh reviewer
yang ditunjuk oleh pasca, dan harus dipastikan semua sumber yang kita
rujuk harus ada bukti rilnya. Hal ini perlu dipersiapkan karena ada
beberapa reviewer yang meminta copyan cover dan isi halaman yang kita
rujuk dalam naskah tesis kita.
Kalau reviewer sudah selesai, selamat Anda layak untuk ujian/sidang,
semoga lancar dan ilmu yang diperolehnya selama studi penuh barokah.
Pesan terakhir kalau sudah sidang, jangan lupa bantu temannya yang
belum sidang dan jangan sungkan berbagi jika ada yang membutuhkan
bantuan kita baik untuk sekedar cerita pengalaman maupun minta
bantuan olah data, review naskah, kelengkapan dan lain sebagainya.
Demikian semoga bermanfaat
Yogyakarta, 6 April 2016
Jam 10.00-11.45 WIB.
11