Miris Produk UKM RI Sering Dipatenkan As
Miris, Produk UKM RI Sering Dipatenkan
Asing Saat Pameran di Luar Negeri
Suhendra - detikfinance
Rabu, 18/03/2015 06:57 WIB
Jakarta -Para Usaha Kecil dan Menengah (UKM), khususnya sektor kerajinan tangan, sering mengalami
kasus pencurian karya mereka saat ikut pameran di luar negeri. Bahkan, ada UKM yang sempat ditolak
ikut pameran di luar negeri, karena produk mereka sudah lebih dahulu dipatenkan oleh perusahaan
asing.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
kepadadetikFinance, Rabu (18/3/2015)
"Saat ini ada kegelisahan dari para perajin kita, kalau pameran di sana dijiplak di luar negeri, ketika ikut
pameran lagi, malah ditolak," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, kementeriannya mencoba melakukan terobosan dengan mendorong para
pelaku UKM harus memiliki sertifikat hak cipta. Sertifikat hak cipta selama ini bagian dari Hak Kekayaan
Intelektual (Haki) yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Puspayoga mengatakan, kementeriannya telah melakukan MoU dengan Kementerian Hukum dan HAM
terkait pelayanan online pembuatan hak cipta bagi para UKM. Sehingga proses penerbitan sertifikat hak
cipta bisa langsung diberikan oleh kementeriannya, tanpa harus ke Kemenkum dan HAM dan proses
penerbitan yang lebih cepat.
Tujuannya, untuk melindungi UKM yang punya produk asli karya mereka agar tak dijiplak atau dipatenkan
oleh perusahaan asing saat di dalam negeri maupun saat pameran di luar negeri.
"Ini baru MoU seminggu lalu, kita online dengan Kemenkum dan HAM, pendaftaran hak cipta cukup di
Kementerian UKM, jadi yang mengeluarkan sertifikat hak cipta itu kita," kata Puspayoga.
(hen/dnl)
Tak Lagi 3 Bulan, Kini UKM Bisa Bikin Hak
Cipta Hanya 1 Jam dan Gratis
Suhendra - detikfinance
Rabu, 18/03/2015 08:15 WIB
Kementerian Koperasi dan UKM melakukan terobasan dengan melayani penerbitan sertifikat bagi Usaha
Kecil dan Menegah (UKM), melalui kerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM. Pelayanan
pembuatan Hak Cipta bagi UKM diberikan lebih cepat dan tak dipungut biaya, alias gratis.
"Gratis tak kena biaya, dengan rekomendasi dari kita bahwa produk UKM, maka tak kena biaya, baik itu
usaha mikro, kecil, dan menengah semua kita gratiskan," kata Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung
Gede Ngurah Puspayoga kepada detikFinance, Rabu (18/3/2015)
Puspayoga mengatakan, program ini untuk melindungi UKM Indonesia dari tindakan pembajakan hak
cipta atau pematenan oleh perusahaan asing di luar negeri. Sertifikat hak cipta yang dikeluarkan oleh
kementeriannya menjadi dasar bagi UKM, untuk melindungi hak kekayaan intelektual (Haki) mereka.
Sementara itu, Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop UKM Braman Setyo
mengatakan, dengan adanya pendelegasian penerbitan Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan HAM ke
Kementeriannya, maka proses penerbitan hak cipta menjadi lebih cepat. Ia mencontohkan pada masa
sebelumnya, penerbitan untuk Hak Cipta bisa memakan waktu hingga 3 bulan, dan dikenakan biaya Rp
300.000/sertifikat.
"Selama ini bisa 3 bulan sampai 4 bulan, biayanya Rp 300.000, sekarang gratis," tegas Braman.
Pria yang biasa disapa Bram ini mengatakan, sistem online penerbitan Hak Cipta dengan Kementerian
Hukum dan HAM ini baru pertama kali dilakukan oleh kementeriannya, meski banyak kementerian juga
mengurus soal UKM.
"Kalau hak cipta, proses cepatnya ada sertifikat, proses 30-40 menit asal barang (produk yang akan di
hak cipta) dibawa ke kementerian. Misalnya jam 9 saya upload, jam 10 sudah selesai, maksimal, sudah
keluar sertifikatnya," kata Bram.
(hen/dnl)
Asing Saat Pameran di Luar Negeri
Suhendra - detikfinance
Rabu, 18/03/2015 06:57 WIB
Jakarta -Para Usaha Kecil dan Menengah (UKM), khususnya sektor kerajinan tangan, sering mengalami
kasus pencurian karya mereka saat ikut pameran di luar negeri. Bahkan, ada UKM yang sempat ditolak
ikut pameran di luar negeri, karena produk mereka sudah lebih dahulu dipatenkan oleh perusahaan
asing.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
kepadadetikFinance, Rabu (18/3/2015)
"Saat ini ada kegelisahan dari para perajin kita, kalau pameran di sana dijiplak di luar negeri, ketika ikut
pameran lagi, malah ditolak," katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, kementeriannya mencoba melakukan terobosan dengan mendorong para
pelaku UKM harus memiliki sertifikat hak cipta. Sertifikat hak cipta selama ini bagian dari Hak Kekayaan
Intelektual (Haki) yang diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Puspayoga mengatakan, kementeriannya telah melakukan MoU dengan Kementerian Hukum dan HAM
terkait pelayanan online pembuatan hak cipta bagi para UKM. Sehingga proses penerbitan sertifikat hak
cipta bisa langsung diberikan oleh kementeriannya, tanpa harus ke Kemenkum dan HAM dan proses
penerbitan yang lebih cepat.
Tujuannya, untuk melindungi UKM yang punya produk asli karya mereka agar tak dijiplak atau dipatenkan
oleh perusahaan asing saat di dalam negeri maupun saat pameran di luar negeri.
"Ini baru MoU seminggu lalu, kita online dengan Kemenkum dan HAM, pendaftaran hak cipta cukup di
Kementerian UKM, jadi yang mengeluarkan sertifikat hak cipta itu kita," kata Puspayoga.
(hen/dnl)
Tak Lagi 3 Bulan, Kini UKM Bisa Bikin Hak
Cipta Hanya 1 Jam dan Gratis
Suhendra - detikfinance
Rabu, 18/03/2015 08:15 WIB
Kementerian Koperasi dan UKM melakukan terobasan dengan melayani penerbitan sertifikat bagi Usaha
Kecil dan Menegah (UKM), melalui kerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM. Pelayanan
pembuatan Hak Cipta bagi UKM diberikan lebih cepat dan tak dipungut biaya, alias gratis.
"Gratis tak kena biaya, dengan rekomendasi dari kita bahwa produk UKM, maka tak kena biaya, baik itu
usaha mikro, kecil, dan menengah semua kita gratiskan," kata Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung
Gede Ngurah Puspayoga kepada detikFinance, Rabu (18/3/2015)
Puspayoga mengatakan, program ini untuk melindungi UKM Indonesia dari tindakan pembajakan hak
cipta atau pematenan oleh perusahaan asing di luar negeri. Sertifikat hak cipta yang dikeluarkan oleh
kementeriannya menjadi dasar bagi UKM, untuk melindungi hak kekayaan intelektual (Haki) mereka.
Sementara itu, Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kemenkop UKM Braman Setyo
mengatakan, dengan adanya pendelegasian penerbitan Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan HAM ke
Kementeriannya, maka proses penerbitan hak cipta menjadi lebih cepat. Ia mencontohkan pada masa
sebelumnya, penerbitan untuk Hak Cipta bisa memakan waktu hingga 3 bulan, dan dikenakan biaya Rp
300.000/sertifikat.
"Selama ini bisa 3 bulan sampai 4 bulan, biayanya Rp 300.000, sekarang gratis," tegas Braman.
Pria yang biasa disapa Bram ini mengatakan, sistem online penerbitan Hak Cipta dengan Kementerian
Hukum dan HAM ini baru pertama kali dilakukan oleh kementeriannya, meski banyak kementerian juga
mengurus soal UKM.
"Kalau hak cipta, proses cepatnya ada sertifikat, proses 30-40 menit asal barang (produk yang akan di
hak cipta) dibawa ke kementerian. Misalnya jam 9 saya upload, jam 10 sudah selesai, maksimal, sudah
keluar sertifikatnya," kata Bram.
(hen/dnl)