KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI USAHA KECIL

KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH

BAGIAN PEREKONOMIAN SUB BAGIAN PENGEMBANGAN USAHA DAERAH SETDAKOTA TANGERANG SELATAN

KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH

Tim Peneliti:

1. Dr. Indra Suhendra, SE., M.Si.

2. Erwin Indrianto, SE., M.Si.

KATA PENGANTAR

Laporan akhir merupakan progres lebih lanjut dari pelaksanaan penelitian Penyusunan Pengembangan Produksi UKM di Kota Tangerang Selatan. Berisi tentang latar belakang, kondisi umum wilayah, metodologi, kendala dan strategi dalam pengembangan UKM.

Dengan diselesaikannya laporan akhir ini, menjadikan tahapan

Penyusunan Pengembangan Produksi UKM di Kota Tangerang Selatan menjadi lebih sempurna dan bermanfaat. Kajian ini dapat bermanfaat bagi pemberi kerja, guidence penelitian ini menjadi dasar untuk memberikan rekomendasi bagi pemangku kepentingan di Kota Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan, Oktober 2013

Tim Peneliti

ii Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

DAFTAR TABEL

Tabel JudulTabel Halaman

2.1. Kriteria UKM Menurut IFC ..........................................................

2.2. Perjalanan UKM Potensial Menjadi Bankable .......................

4.1. Nilai PDRB dan Distribusi Presentase PDRB Kota Tangsel Per Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku ...............

4.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...............................................

4.3. Jumlah Ternak Besar di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ..............................................................................................

4.4. Produksi Ikan menurut Jenis Usaha Perikanan Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...............................................

4.5. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Perusahaan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ..............................................................................................

4.6. Jumlah Perusahaan berdasarkan Sektor dan Tenaga Kerja Tahun 2012 .......................................................................

4.7. Penerbitan SIUP di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ....

5.1. Sebaran IKM berdasarkan jenis Industri Tiap Kecamatan ...

5.2. Daftar IKM Di Kecamatan Serpong ........................................

5.3 Daftar IKM Di Kecamatan Serpong Utara .............................

5.4 Daftar IKM Di Kecamatan Ciputat ..........................................

5.5 Daftar IKM Di Kecamatan Ciputat Timur ...............................

v Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

5.6 Daftar IKM Di Kecamatan Pamulang .....................................

5.7 Daftar IKM Di Kecamatan Pondok Aren ................................

5.8 Dattar IKM Di Kecamatan Setu ...............................................

vi Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

3.1. Tahapan Kegiatan Survey ...................................................

vii Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Usaha Kecil Menengah yang biasa disingkat dengan UKM merupakan bagian terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara, UKM memiliki peranan yang baik untuk meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat.

Selain itu, UKM dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Maka dari itu, pengembangan UKM di Indonesia perlu dilakukan dengan baik karena dapat mengatasi salah satu permasalahan negara Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia sangat besar dan telah menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997. Pada saat Negara Indonesia mengalami krisis di tahun tersebut, UKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia.

meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM.

Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakan pada usaha kecil dan menengah. Banyak sudah upaya dan langkah-langkah pemerintah menyangkut pemberdayaan pada

usaha kecil dan menengah dalam lima tahun terakhir ini.

Kajian tentang pengembangan produksi UKM merupakan upaya dari Pemerintah untuk dapat mengetahui fakta empiris tentang kondisi UKM di Kota Tangerang Selatan, baik dari sisi hasil produksi maupun upaya mengidentifikasi tantangan dan hambatan yang dapat menghambat kemajuan UKM di Kota Tangerang Selatan. Melalui kajian ini, diharapkan dapat dibuat suatu formulasi strategi yang dapat mendukung kemajuan usaha kecil menengah.

Kegiatan kajian penyusunan pengembangan produksi ukm bermaksud untuk pengklasifikasaian hasil produksi Usaha Kecil Menengah dan menganalisa kendala dan hambatan dalam pengembangannya.

Adapun tujuannya kajian sebagaimana KAK, adalah untuk mengidentifikasi agar Pengembangan Usaha Kecil Menengah di Kota Tangerang Selatan meningkatkan dan mengembangkan hasil Produksi UKM. Karenanya, identifikasi tujuan yang hendak dikaji dalam kegiatan ini, yang ditawarkan oleh perusahaan adalah:

1. Identifikasi terhadap Usaha Kecil Menengah di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan sektor ekonomi;

2. Pengklasifikasian Jenis Usaha dan Hasil Produksi Usaha Kecil Menengah berdasarkan pasar sasaran (Lokal, Regional, Nasional, Ekspor);

3. Identifikasi faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM

4. Penyusunan sentra pemasaran produk UKM berdasarkan wilayah (zoning) dan jenis usaha;

5. Penyusunan Strategi dan Rekomendasi pengembangan produksi UKM ;

1.3. SASARAN KAJIAN

Adapun sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah:

Kelurahan dan Kecamatan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan sektor ekonomi.

2. Tersusunnya klasifikasi Jenis Usaha dan Hasil Produksi Usaha Kecil Menengah berdasarkan pasar sasaran (Lokal, Regional, Nasional, Ekspor)

3. Teridentifikasikannya faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM.

4. Tersusunnya sentra pemasaran produk UKM berdasarkan wilayah (zoning) dan jenis usaha.

5. Tersusunnya Strategi dan Rekomendasi pengembangan produksi UKM

1.4. RUANG LINGKUP KAJIAN

a. Melakukan identifikasi terhadap seluruh pelaku UKM yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan, baik di tingkat kelurahan maupun Kecamatan.

b. Melakukan klasifikasi jenis usaha dan hasil produksi UKM berdasarkan pasar sasaran.

c. Melakukan analisis tentang faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan, berdasarkan fakta di lapangan.

d. Melakukan analisis dan merancang sentra pemasaran produk UKM yang disusun berdasarkan wilayah (zoning) maupun jenis usaha.

terkait hal dimaksud.

1.5. Output Kajian

Output yang diharapkan dari kegiatan kajian penyusunan pengembangan produksi ukm di Kota Tangerang Selatan, adalah berupa:

 Tersedianya dokumen kajian tentang pengembangan produksi ukm di Kota Tangerang Selatan, sehingga informasi yang disajikan

dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya kepada pihak; (1) Instansi pemerintah di Kota Tangerang Selatan. (2) Masyarakat Kota Tangerang Selatan, serta; (3) Stakeholders yang terkait dan berkepentingan dengan data

tersebut.  Tersedianya laporan tahapan-tahapan kegiatan dalam bentuk laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir tentang

pengembangan produksi ukm di Kota Tangerang Selatan;

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi UKM di Indonesia

Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-Undang (UU) memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM). Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja

20 sampai dengan 99 orang. Pada tanggal 4 Juli 2008 ditetapkan UU No. 20 Tahun 2008 tentangUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UMKM yang disampaikan oleh UU ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunanpaling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Kemudian yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: 20 sampai dengan 99 orang. Pada tanggal 4 Juli 2008 ditetapkan UU No. 20 Tahun 2008 tentangUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UMKM yang disampaikan oleh UU ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha Mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunanpaling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Kemudian yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

(2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) Kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

(2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

2.2. Definisi UKM di Beberapa Negara

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, defi nisi UMKM memiliki variasi yang beragam di negara yang berbeda. Terdapat beberapa Negara yang mendefi nisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan, seperti Maroko(kurang dari 200 orang), Brazil (kurang dari 100 orang), El Salvador (kurangdari empat orang untuk usaha mikro, antara lima hingga 49 orang untuk usaha kecil, dan antara 50 – 99 orang untuk usaha menengah), Algeria (institusi non formal memiliki jumlah karyawan kurang dari 10 orang), Ekuador (kurang dari 10 orang untuk usaha

10 – 50 orang untuk usaha kecil,dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah). Ukuran lain yang sering dijadikan sebagai tolok ukur pengklasifikasian adalah nilai total penjualan per tahun, seperti yang digunakan oleh Chile (kurang dari USD 2.400 untuk usaha mikro, USD 25.000 untuk usaha kecil,dan USD 1 juta untuk usaha menengah).

Beberapa negara menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur tersebut, bahkan ada beberapa yang memiliki standar berbeda dalam mendefi nisikan UMKM berkaitan dengan hukum yang berbeda pula. Afrika Selatan menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan per tahun, dan besaran asset. Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan per tahun sebagai tolok ukur. Tunisiamemiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang mendefi nisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan.

Di samping itu, ada pula beberapa negara yang menggunakan standar

UMKM dengan mempertimbangkan sektor usaha. Afrika Selatan membedakan definisi UMKM untuk sector pertambangan, listrik, manufaktur, dan konstruksi.

ganda

dalam

mendefinisikan mendefinisikan

2.3. Pengelolaan UKM di Indonesia

Pengelolaan UMKM di Indonesia dilakukan di bawah Kemenkopdan UKM. Dalam rangka mewujudkan pengembangan UMKM di Indonesia, Kemenkop dan UKM memiliki beberapa strategi. Di dalam rencana strategis Kemenkop dan UKM tahun 2010 – 2014, dijelaskan bahwa arah kebijakan yang dikeluarkan memiliki beberapa fokus yang berkaitan dengan UMKM, yaitu peningkatan iklim usaha yang kondusif (pengembangan peraturan dan perundang-undangan yang memudahkan, pembentukan forum dan peningkatan koordinasi antar lembaga yang berkaitan dengan UMKM, peningkatan kemampuan dan kualitas aparat, pengembangan model teknologi untuk mendukung UMKM, dan lain-lain), peningkatan akses terhadap sumber daya produktif (penguatan permodalan UMKM, pengupayaan penurunan suku bunga pinjaman bagi UMKM, restrukturisasi usaha, peningkatan produktivitas dan mutu, pemberdayaan lembaga pengembangan bisnis, fasilitas investasi UMKM, dan pengembangan sistem bisnis), pengembangan produk dan pemasaran (pemanfaatan ilmu dan teknologi, penguatan jaringan usaha dalam dan luar negeri,

(pengembangan kewirausahaan, manajerial, keahlian teknis, dan kemampuan dasar).

Selain fokus strategi tersebut, kebijakan Kemenkop dan UKM juga dimaksudkan untuk mendukung manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, meningkatkan saranadan prasarana aparatur kementerian, dan mengembangkan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan UMKM.

Di samping program-program yang dijalankan oleh Kemenkop dan UKM, beberapa lembaga lain di Indonesia juga melakukan usaha untuk membantu perkembangan UMKM. Sebagai contoh, Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan yang salah satunya bertujuan untuk membantu akses pendanaan bagi UMKM.

Kebijakan ini tertuang baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 6/25/PBI/2004 dan SE Nomor 6/44/DPNP mengenai rencana bisnis bank umum dalam menyalurkan kredit pada UMKM bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komitmen bank dalam pemberian kredit bagi UMKM.

Di sisi permintaan, program Bank Indonesia difokuskan pada penguatan lembaga pendamping UMKM dalam bentuk kegiatan pelatihandan penelitian. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Peraturan

135/PMK/.05/2008 mengeluarkan program penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang

Menteri

Keuangan

(PMK)

No.

berkesinambungan. Peraturan ini kemudian mengalami revisi dalam hal jangka waktu kredit, retstrukturisasi, dan plafon pinjaman dengan dikeluarkannya PMK No.10/PMK.05/2009.

Contohlainnya adalah keberadaan perusahaan penjaminan kredit seperti Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) yang bertujuan untuk meningkatkan akses UMKM terhadap kredit dengan memberikan jasa penjaminan. Selain itu, saat ini sedang dalam pembahasan adalah pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD).

2.4. Peranan dan Permasalahan UKM di Indonesia

Usaha Kecil dan Menengah, termasuk mikro, di Indonesia saat inimempunyai kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)dan perekonomian Indonesia. Keberdayaannya menghadapi krisis dankontribusinya terhadap perekonomian negara menjadikan UMKM sebagai subyek banyak pihak.

UMKM di Indonesia pada tataran kebijakan dan pelaksanaan menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan pertama timbul karenapendefi nisian yang berbeda antar lembaga pemerintah. Perbedaan inilah yang “mungkin” menyebabkan kebijaksanaan pemerintah terhadap UMKM terkesan bersifat ad hoc. Dari beragam definisi, yang paling terukur adalah definisi UMKM versi Bank Indonesia, yakni (1) menunjuk maksimum asset dimiliki (2) menunjuk maksimum hasil UMKM di Indonesia pada tataran kebijakan dan pelaksanaan menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan pertama timbul karenapendefi nisian yang berbeda antar lembaga pemerintah. Perbedaan inilah yang “mungkin” menyebabkan kebijaksanaan pemerintah terhadap UMKM terkesan bersifat ad hoc. Dari beragam definisi, yang paling terukur adalah definisi UMKM versi Bank Indonesia, yakni (1) menunjuk maksimum asset dimiliki (2) menunjuk maksimum hasil

Tabel 2.1. Kriteria UKM Menurut IFC

Permasalahan kedua, definisi yang berbeda mengakibatkan UMKM kesulitan mendapatkan informasi dan akses pada banyak hal secaraoperasional.

dalam pemasaran, ketidakadaan kepercayaan lembaga karena ketiadaan bentuk badan hukum, tidak memiliki laporan keuangan, tidak memiliki agunan, ketidakmampuan membuat proposal kredit yang komprehensif.

Misalnya

kesulitan

Pada tabel berikut adalah ringkasan kategorisasi persoalan pembiayaan UMKM berdasarkan hasil observasi tim peneliti terhadap UMKM di Indonesia. Untuk dapat menjadi bankable, paling tidak terdapat enamaspek lain selain aspek entrepeneurship yang harus dibenahi. Posisi UMKM pertama kali, meski tidak selalu, berada pada zona potensial, kemudian naik pada posisi feasible. Pergeseran ini terjadi ketika UMKM mulai meningkatkankualitas produksi, misalnya adanya quality control, dan mulai menggunakan sistem pemasaran.

enam aspek harus dipunyai dengan penekanan padaaspek entrepreneurship, produk, produksi/operasi, pemasaran dan legal.

Adanya lembaga pemeringkat seharusnya bisa membantu mempercepat assessment dan kekurangan aspek dari yang sebelumnya implisit, menjadieksplisit dengan adanya penilaian lembaga pemeringkat misalnya terhadap ketidakadaan aspek keuangan dan permodalan.

Tabel 2.2.

Perjalanan UKM Potensial Menjadi Bankable

Keterangan :

1) tanda+ adalah tanda adanya kekuatan aspek, nilai maksimumadalah ++++,

2) tanda ?menunjukkan kondisi yang masih menjadi pertanyaan

Permasalahan ketiga yang dihadapi UMKM adalah persoalan struktural pendirian dan pengoperasian badan usaha, hal ini berbeda dengan persoalan usaha besar yang lebih merupakan persoalan skala usaha. Jika kita lihat kembali struktur unit usaha, terlihat bahwa UMKM adalah sector yang labor intensive bukan capital intensive, sehingga Permasalahan ketiga yang dihadapi UMKM adalah persoalan struktural pendirian dan pengoperasian badan usaha, hal ini berbeda dengan persoalan usaha besar yang lebih merupakan persoalan skala usaha. Jika kita lihat kembali struktur unit usaha, terlihat bahwa UMKM adalah sector yang labor intensive bukan capital intensive, sehingga

BAB III PENDEKATAN DAN METODE

3.1. Kerangka Pendekatan

Terkait kajian penyusunan pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan, terdapat sejumlah pendekatan yang digunakan, yaitu:

1) Pendekatan Kondisi Obyektif Merupakan pendekatan yang berbasis kondisi eksisting fakta lapangan dari tentang kondisi perekonomian yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

2) Pendekatan Kajian Teori dan Empiris Merupakan pendekatan yang menggunakan kajian teori dan studi empiris (terdahulu) tentang database perekonomian.

 Analisis menggunakan pendekatan kajian teori yaitu melakukan analisis dengan mendasarkan pada rujukan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli terkait tema dimaksud.

 Analisis menggunakan pendekatan studi empiris yaitu melakukan analisis dengan mendasarkan pada kajian-kajian terdahulu yang

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya tema dimaksud, yang disesuaikan dengan konteks Kota Tangerang Selatan.

Pendekatan survey data lapangan dimaksudkan melakukan observasi secara langsung ke wilayah studi dengan cara menggali informasi yang utuh di lapangan tentang data dan informasi mengenai kajian penyusunan pengembangan produksi UKM yang ada di masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

3.2. Metode yang Digunakan

1. Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah seluruh kecamatan di Kota Tangerang Selatan, yaitu sebanyak; 7 kecamatan,dan ditetapkan dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam penelitian.

2. Jenis Data

Jenis data dan informasi terdiri dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar Husein (2000: 130) menjelaskan data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner. Dalam kajian ini, peneliti menggunakan data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/responden terkait.

b. Data Sekunder, yaitu data yang bukan diperoleh sendiri oleh peneliti. Menurut Umar Husein (2000: 130) data sekunder yaitu b. Data Sekunder, yaitu data yang bukan diperoleh sendiri oleh peneliti. Menurut Umar Husein (2000: 130) data sekunder yaitu

Adapun data yang diperlukan terkait data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pelaku UKM. Dengan rincian sebagai berikut:

 Data UKM Berdasarkan pelaku usaha (Laki-laki /perempuan, keluarga, lembaga, koperasi dll)  Jenis Usaha UKM per kecamatan

 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan  Pertambangan dan Penggalian  Industri Pengolahan  Listrik, Gas, dan Air Bersih  Bangunan dan Konstruksi  Perdagangan, Hotel, dan Restoran  Pengangkutan dan Komunikasi  Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan  Jasa lainnya  Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan  Pertambangan dan Penggalian  Industri Pengolahan  Listrik, Gas, dan Air Bersih  Bangunan dan Konstruksi  Perdagangan, Hotel, dan Restoran  Pengangkutan dan Komunikasi  Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan  Jasa lainnya

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam tahap pengumpulan data lapangan juga di gunakan pendekatan dengan metoda wawancara, FGD dan indepth survai. Selanjutnya dalam tahap analisis data dan perumusan hasil digunakan pendekatan scientific problem solving.

Metodologi survai dan pengumpulan data mencakup kegitan survai lapangan dan survai instansional yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan. Adapun tahapan kegiatan survai dan pengumpulan data adalah sebagaimana tersaji dalam berikut.

Persiapan Survai lapangan:

Tim Tenaga Ahli; instrumen survey, metode survay;

pengarahan pada surveyor; dukungan logistik

Pengumpulan database perekonomian diKota Tangerang Selatan

Instrumen pengumpulan data Teknis pengolah data dan

lapangan dan instansional: penyajiannya secara kualitatif instrumen kuesioner,

dan secara kuantitatif

wawancara dan studi dokumen.

Analisis Data danPerumusanHasil

Gambar 3.1.

Tahapan Kegiatan Survey

Pada Gambar 3.1. ditunjukkan bahwa tahapan survay dan pengumpulan data secara umum terbagi dalam dua kegiatan yaitu (1) survai lapangan; dan (2). Survay instansional.

wawancara terstruktur berupa kuesioner untuk responden maupun wawancara bebas (in depth) kepada narasumber terkait. dokumen yang ada di instansi pemerintah untuk kebutuhan penyusunan pengembangan produksi UKM Kota Tangerang Selatan.

3. Teknik Analisis Data

Dalam kajian ini akan digunakan 2 (dua) metode teknik analisis data, meliputi:

a. Analisis Deskriptif Merupakan analisis bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel-tabel, grafik-grafik, bagan, mengelompokkan, menganalisa data berdasarkan pada hasil jawaban kuisioner yang

responden dengan menggunakan tabulasi data.

diperoleh

dari tanggapan

b. Metode Kuantitatif Analisis dengan mengolah data dari hasil kajian yang telah dinyatakan dalam satuan angka untuk dianalisis dengan perhitungan statistik terhadap variabel obyek yang diteliti. Dalam kajian ini alat analisis yang digunakan adalah distribusi frekuensi, perbandingan rasio, analisis pertumbuhan (growth), analisis share (kontribusi), dari masing-masing objek data yang berasal dari hasil data di lapangan.

Pelaksanaan kajian dan analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut:

 Tahap Persiapan Proses ini bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kajian,

meliputi mobilisasi personel dan penyusunan rencana kerja. Mobilisasi personel mencakup pembagian tupoksi kerja dan tanggungjawab masing-masing disetiap kegiatan kajian. Dalam proses ini juga mencakup diskusi-diskusi (focus group discussion), baik antara intern pelaksana maupun dengan pihak pekerjaan, terkait instrumen survey dan output yang akan dicapai.

 Pelaksana survey dan pengumpulan data Pelaksanaan survey dengan menggunakan instrument yang telah

disusun, dilakukan melalui survey lapangan maupun survey institusional terhadap nara sumber yang telah ditetapkan bersama, sesuai dengan substansi pekerjaan. Data yang terkumpul disusun dan diberi penomeran agar memudahkan dalam pelaksanaan input dan tabulasi data.

 Input data dan analisis data Setelah data hasil survey terkumpul, selanjutnya pada tahapan ini

akan dilakukan input data dan pembuatan tabulasi data dari survey lapangan, serta melakukan review dokumen hasil kegiatan survey akan dilakukan input data dan pembuatan tabulasi data dari survey lapangan, serta melakukan review dokumen hasil kegiatan survey

 Konsultasi dan Diskusi-diskusi Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan komprehensif, dilakukan

konsultasi dan diskusi-diskusi dengan pemberi kerja maupun stakeholders lainnya yang terkait. Hal ini menjadi bagian yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan guna memberikan nilai tambah tertentu atas hasil pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan.

 Menyusun Laporan Kajian Setelah semua data terkumpul dan dilakukan berbagai treatment

terhadap data, selanjutnya tim konsultan menyiapkan dan menyusun laporan hasil kajian sebagaimana yang diminta oleh pemberi kerja.

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH

4.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten pada posisi 160 0 14’ – 160 0 22’ Bujur Timur dan 6 0 39’ –

6 0 47’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 147,19 km 2 . Secara administratif Kota Tangerang Selatan terbagi atas 7 kecamatan, 49 kelurahan, dan 5 desa. Batas-batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta;

3. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang;

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok. Ditinjau dari letak geografisnya, Kota Tangerang Selatan

langsung berbatasan dengan ibukota negara, dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok sehingga sangat strategis dalam perkembangan perekonomian daerah.

Topografi daerah Kota Tangerang Selatan relatif datar yang terdiri dataran rendah di 0-25 m di atas permukaan laut dan lebih 25 m diatas permukaan laut. Berdasarkan data dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, suhu udara rata-rata di Kota Tangerang Selatan berkisar

23,8 – 32,7 0 C. suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan September,

22 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

23,0 0 C. Rata-rata kelembaban udara sekitar 79% dan rata-rata intensitas matahari 54%. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan hari hujan sebanyak 28 hari, sedangkan pada bulan Agustus hanya terjadi 1 hari hujan.

Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 km 2 atau 93.645 ha, sebagian besar berupa lahan kering yang mencapai 53.427

ha (57%), sedangkan luas lahan sawah mencapai 40.218 ha (43%). Lahan sawah yang dimanfaatkan penduduk untuk menanam padi sebagian besar menggunakan sistem pengairan teknis serta sebagian kecil sistem pengairan non teknis. Dari 40,218 Ha lahan padi sawah, sistem pengairan teknis melingkupi 22.846 ha (57%), tadah hujan 12.991

ha (32%), setengah teknis 3.016 ha (6%), dan lainnya 3%. Kota Tangerang Selatan sebagai daerah penyangga Jakarta mengalami pertumbuhan sektor perumahan yang sangat pesat, sehingga mengakibatkan banyak terjadi peralihan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Dari total luas lahan kering 53.427 ha, sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan, pekarangan, dan halaman yang mencapai 23.089 ha (43,22 %), sedangkan sisanya untuk tegal dan kebun seluas 16.427 ha (30,75 %).

4.2. Kondisi Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2012, penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.405.170 jiwa. Pertambahan penduduk yang cenderung meningkat selain disebabkan oleh pertumbuhan

23 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 23 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah 101,78, artinya penduduk laki-laki sedikit lebih banyak daripada penduduk perempuan. Kecenderungan sex ratio di atas 100 dimungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan, khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa yang lebih banyak didominasi dari kalangan perempuan. Jika dilihat menurut kelompok umur, persentase terbesar penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah pada kelompok umur 25-64 tahun, yaitu sekitar 71,80%, sedangkan kelompok umur 0-14 tahun sekitar 25,58%, dan kelompok umur 65 tahun ke atas berjumlah 2,62%.

4.3. Kondisi Sumber Daya Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah, mencakup Indikator kesehatan (indeks harapan hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk / purchasing power parity / PPP).

Angka harapan hidup Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 sebesar 68,2 atau meningkat tipis jika dibandingkan dengan tahun 2008

24 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 24 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

0 tahun, hanya naik 0,37% dibandingkan tahun 2008. Kota Tangerang Selatan tahun 2009 masih memiliki 0,4% penduduk (usia 15 tahun ke atas) yang buta huruf, hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf yang mencapai 99,6% Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 95,7%, terjadi peningkatan yang cukup baik. Indikator pendidikan yang lain, yaitu rata-rata lama sekolah, Kota Tangerang Selatan mencapai 9,1 tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 8,6 tahun atau meningkat rata-rata 0,5 tahun.

Indikator pendidikan ini dapat menghasilkan angka indeks melek huruf sebesar 94,7 yang berarti pencapaiannya belum mencapai nilai maksimal 100 dan indeks rata-rata lama sekolah baru mencapai 60,66 yang berarti bahwa rata-rata pencapaian penduduk Kota Tangerang Selatan yang mengikuti pendidikan formal hanya 60,66% dari seluruh lama pendidikan yang mestinya dijalani, yaitu 15 tahun.

25 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 25 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

50 –60% dari nilai standar daya beli yang direkomendasikan UNDP, yaitu Rp 732.720. Indeks daya beli Kota Tangerang Selatan Tangerang hanya mencapai 60,04%.

Pada tahun 2008 angka IPM Kota Tangerang Selatan adalah 71,14, pada tahun 2009 angka IPM Kota Tangerang Selatan naik 1,16% menjadi 71,45. Jika ukuran menengah menurut skala internasional dibagi lagi menjadi kelas “menengah-atas” dan “menengah bawah”, Kota Tangerang Selatan masuk dalam kategori “menengah atas” bersama Kota Tangerang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Serang dengan nilai IPM antara 66,00 dan 79,99, sedangkan Kabupaten Lebak dan Pandeglang mas ih berada pada kategori “menengah bawah” dengan nilai IPM antara 50,00 dan 65,99.

4.4. Produk Domestik Regional Bruto

Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan berdasarkan harga berlaku tahun 2012, yaitu Rp 14.296.146 juta. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 30,85% (Rp 4.618.702 juta), kemudian sektor jasa-jasa 15,34%

26 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

14,98% (Rp 2.243.272 juta), serta sektor industri pengolahan sebesar 14,09% atau senilai Rp 2.109.547 juta. Sementara untuk sektor yang lainnya, sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 12,04% (Rp 1.803.180 juta), sektor Bangunan dan Konstruksi 8,47% (Rp 1.268.128 juta), sektor listrik, gas, dan air 3,39% (Rp 507.502 juta) dan terakhir sektor Pertanian Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,81% (Rp 121.420 juta).

Tabel 4.1.

Nilai PDRB dan Distribusi Presentase PDRB Kota Tangsel Per Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku

Lapangan Usaha

PDRB (Juta Rp)

PDRB (Juta Rp) %

121.420 0,81 Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

3.150 0,02 Industri Pengolahan

2.109.547 14,09 Listrik, Gas, dan Air Bersih

507.502 3,39 Bangunan dan Konstruksi

1.268.128 8,47 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

4.618.702 30,85 Pengangkutan dan Komunikasi

2.243.272 14,98 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sumber: PDRB Kota Tangerang Selatan, 2013

4.5. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sejak ditetapkan sebagai Kota otonom termuda di Provinsi Baten pada 26 November 2008, terus berbenah diri. Salah satunya mengoptimalkan potensi pertanian. Walaupun isu aktual yang terus menghantui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Tangsel adalah “alih fungsi lahan pertanian”, namun usaha pengembangan

pertanian diarahkan pada pertanian perkotaan. Yakni suatu pertanian agrobisnis yang menuju agrowisata.

27 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Tangsel seluas sekitar 2.196,53 hektar (Ha). Lahan itu terdiri dari dari lahan kering 1.976,53 Ha dan lahan sawah 220 Ha. (1) Subsektor Tanaman Bahan Makanan

bahan makanan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2012 terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan sangat kecil yaitu Rp 121.420 juta atau 0,81%. Keadaan luas areal dan produksi tanaman bahan makanan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa padi sawah memiliki areal terluas (luas areal 1.336 ha dan produksi 5.653 ton), Perkembangan luas panen tanaman pangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Komoditi

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Padi Sawah

1.598 Jagung

395 Ubi Kayu

2.475 Ubi Jalar

76 981 Kacang Tanah

204 Jumlah

5.653 Sumber: Kota Tangerang Selatan Dalam Angka 2013

(2) Subsektor Peternakan

dipelihara dan dibudidayakan di Kota Tangerang Selatan pada tahan 2012, secara umum terdiri dari; Kuda sebanyak 159 ekor (30,93%), Kerbau sebanyak 22 ekor (4,28%), dan Sapi Potong sebanyak 5 ekor (0,97%).

28 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Jumlah Ternak Besar di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Jenis Ternak

22 4,28 Sapi Potong

63,81 Sapi Perah

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka 2013

(3) Subsektor Perikanan Dilihat dari subsektor perikanan di Kota Tangerang Selatan, produksi ikan pada tahun 2011, sebanyak 373,2 ton. Berasal dari usaha budidaya kolam sebanyak 368,2 ton dan sisanya berasal dari budidaya jaring terapung sebanyak 5 ton.

Tabel 4.4.

Produksi Ikan menurut Jenis Usaha Perikanan Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 Jenis Usaha Perikanan

Produksi (Ton)

Nilai (Rp. 000)

1. Budidaya Kolam

2. Budidaya Jaring Apung

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013 Ikan tambak yang banyak dibudidayakan adalah mujair,

patin, gurame, dan ikan lele. Ikan yang banyak dibudidayakan di Jaring Apung adalah ikan Mujair/nila.

b. Sektor Perindustrian

Dilihat dari sisi industri, pada tahun 2012 terdapat 179 perusahaan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan status penanaman modal, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pada tabel tersebut, terlihat bahwa ada sebanyak 0 perusahaan non fasilitas, 12 perusahaan PMDN dan 167 perusahaan PMA.

29 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Perusahaan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Jenis Industri

Jumlah Unit

Jumlah Tenaga Kerja

1. Perusahaan PMDN

2. Perusahaan PMA

3. Swasta Nasional

3. Kerjasama (Join)

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013 Keberadaan 1.497 perusahaan tersebut, telah mampu menyerap tenaga kerja sekitar 96.782 orang di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012.

Tabel 4.6.

Jumlah Perusahaan berdasarkan Sektor

dan Tenaga Kerja Tahun 2012

No

Sektor Usaha

Perusahaan

Tenaga Kerja

1. Pertanian Peternakan, Kehutanan, dan

4 65 Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Bangunan/Kontruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013 Pada tabel di atas, dapat dilihat sebaran dari jumlah perusahaan berdasarkan sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Keberadaan 1.497 perusahaan tersebut, dapat menyerap sebanyak 98.657 orang tenaga kerja di berbagai sektor ekonomi. Perusahaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sebanyak 31.879 orang (32,31%),

30 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 30 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

c. Sektor Perdagangan

Dalam pembentukan PDRB, sektor perdagangan merupakan agregasi dari 3 subsektor, yaitu perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan di Kota Tangerang Selatan mampu memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2012, dimana menurut harga berlaku kontribusinya sebesar 30,85% dengan nilai Rp 4.618.702 juta.

Jumlah penerbitan surat izin usaha perdagangan (SIUP) pada tahun 2008 di Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan berjumlah 2.497, terdiri dari SIUP untuk usaha kecil sebanyak 1.652 buah (66,16%), SIUP untuk usaha menengah sebanyak 738 buah (29,56%), dan SIUP untuk usaha besar sebanyak 87 buah (3,48%).

Tabel 4.7.

Penerbitan SIUP di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

No

Penerbitan SIUP

1 Usaha Besar

2 Usaha Menengah

3 Usaha Kecil

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013

31 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 atas harga berlaku menyumbang 14,98% dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan, atau senilai Rp 2.243.272 juta. Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor pengangkutan dan telekomunikasi di Kota Tangerang Selatan sebanyak 27 Perusahaan. Jumlah angkutan kota yang beroperasi di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011 adalah 1.650 unit kendaraan, yang melayani sebanyak 21 trayek antar kota di Kota Tangerang Selatan. Jumlah ini belum termasuk data angkutan jenis pikap, boks dan truk.

Jalan di kota Tangerang Selatan merupakan salah satu infrastruktur terpenting. Berdasarkan Data kota Tangerang Selatan dalam Angka 2012, Kota Tangerang Selatan memiliki total panjang 640,93 Km dengan 83,03% dari panjang total tersebut dalam kondisi baik (532,26 km), 15,13% dalam kondisi rusak ringan (96,97 km) dan 1,83% dalam kondisi rusak berat (11,7 km). Titik rawan kemacetan utamanya terdapat pada 12 titik yang umumnya terdapat pada sekitar persimpangan jalan atau pasar. Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur.

32 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB V

USAHA KECIL DAN MENENGAH DI TANGERANG SELATAN

5.1. DATA JUMLAH UKM PER KECAMATAN

Kajian pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan secara umum ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku industri UKM dan strategi apa yang harus di siapkan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan UKM di tujuh kecamatan di wilayah Tangerang Selatan. Jumlah UKM yang tersebar di wilayah Tangerang Selatan menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sebanyak 1.543 UKM. Berikut ini gambaran umum Usaha Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan yang terbagi dalam sembilan sektor di tujuh kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Pamulang, Setu, Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Aren.

TABEL 5.1

DATA JUMLAH UKM PER KECAMATAN BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis Usaha Pamulang Setu Serpong Serut Ciputat Ciptim P. Aren

Pertanian, Peternakan, 1 Kehutanan, Perikanan

0 0 9 4 4 1 2 2 Pertambangan dan Penggalian

0 0 0 0 0 0 0 3 Industri Pengolahan

23 2 12 4 15 4 129 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih

0 6 1 0 1 2 1 5 Bangunan dan Konstruksi

0 0 0 0 0 0 0 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

216 78 134 7 Pengangkutan dan Komunikasi

0 0 0 0 0 0 0 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 Perusahaan

Sumber: DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Berdasarkan data di atas terdapat 1.543 UKM yang tersebar dalam 9 sektor UKM di tujuh kecamatan di wilayah Kota Tangerang Selatan, adapun Sektor perdagangan, Hotel dan restoran menempati posisi pertama dengan 1.155 UKM, disusul dengan Sektor industri pengolahan 189 UKM, posisi ketiga di temati sktor Jasa-jasa dengan 129 UKM, keempat adalah Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebanyak 20 UKM, kelima di tempati oleh Sektor listrik, gas dan air bersih dengan 11 UKM serta yang terakhir adalah di tempati oleh Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan 2 UKM. Adapun sebaran per kecamatan terdapat dalam uraian berikut ini:

5.1.1. JUMLAH UKM DI KECAMATAN PAMULANG

TABEL 5.2 DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN PAMULANG BERDASAR 9 SEKTOR UKM No

Jenis UKM

Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

3 Sektor Industri Pegolahan

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 165

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan

9 Sektor jasa-jasa

Total

Sumber: DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Dalam tabel di atas Kecamatan Pamulang memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 203 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun tiga Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa sedangkan Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, Sektor Dalam tabel di atas Kecamatan Pamulang memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 203 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun tiga Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa sedangkan Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, Sektor

Diantara tiga Sektor teratas di Kecamatan Pamulang tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 255 UKM, sedangkan ke tiga Sektor yang lain menempati posisi yang sama mengingat pelaku UKMnya juga masing-masing sama yaitu Sektor industri pengolahan dengan 4 UKM, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 4 UKM dan sektor jasa-jasa dengan 4 UKM, karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan Pamulang yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan pamulang.

5.1.2. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SETU

TABEL 5.3 DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SETU BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No

Jenis UKM

Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

3 Sektor Industri Pegolahan

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 118

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan

9 Sektor jasa-jasa

Total

Sumber: DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Dalam tabel di atas kecamatan Setu memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 148 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun empat Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, listrik, Gas dan Air bersih serta sektor jasa-jasa sedangkan Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara empat Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 118 UKM, kemudian jasa- jasa dengan 22 UKM, Sektor listrik, gas dan air bersih dengan 6 UKM dan diposisi keempat ada Sektor industri pengolahan dengan 2 UKM karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Setu yang terbanyak perlu kiranya pihak pemerintah daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Setu.

5.1.3. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG

TABEL 5.4 DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No

Jenis UKM

Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 9 2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 3 Sektor Industri Pegolahan

12 4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih

1 5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 6 Sektor Perdagangan Hotel, dan Restoran

189 7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 9 Sektor jasa-jasa

Sumber: DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Dalam tabel di atas kecamatan serpong memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 227 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun lima Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan serta Sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara lima Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 189 UKM, jasa-jasa dengan 16 UKM, kemudian Sektor industri pengolahan dengan 12 UKM, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 9 UKM dan di posisi keempat adalah Sektor Listrik, gas, air dengan 1 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Serpong yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Serpong.

5.1.4. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG UTARA

TABEL 5.5 DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG UTARA BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No

Jenis UKM

Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 4 2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 3 Sektor Industri Pegolahan

4 4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

255 7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 9 Sektor jasa-jasa

Total

Sumber: DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)