pemanfaatan kulit buah naga untuk menget

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buah naga yang sering disebut juga kaktus manis atau kaktus madu,
adalah buah yang baru dikenal di Indonesia. Buah naga mulai di kembangkan
di tanah air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Buah naga
termasuk dalam keluarga tanaman kaktus dengan karakteristik memiliki duri
pada setiap ruas batangnya. Sebagian besar sumber menyatakan bahwa buah
ini berasal dari Meksiko, Amerika Selatan. Konon disebut buah naga karena
seluruh batangnya menjulur panjang seperti layaknya naga.
Saat ini khususnya di Indonesia buah naga sangat mudah untuk
dijumpai karena buah naga banyak dijual oleh para pedagang baik di
supermarket, di pasar maupun di pinggir jalan. Buah naga juga merupakan
tanaman yang sangat mudah ditanam yang tidak begitu rumit dalam proses
penanamannya sehingga bisa dijadikan perkebunan dirumah. Harga buah
naga yang tidak terlalu mahal juga membuat para masyarakat meminati buah
ini. Selain harganya yang terjangkau buah naga juga diketahui banyak
memperoleh manfaat bagi masyarakat. Beberapa manfaat buah naga
diantaranya berfungsi mencegah berbagai macam penyakit degeneratif akibat
kandungan serat vitamin dan mineral tinggi yang terdapat didalamnya. Buah
naga juga mampu mengontrol emosi seseorang sehingga mereka yang rutin

mengkonsumsi buah naga cenderung merasa lebih tenang. Serat buah naga
juga

sangat

baik

untuk

menurunkan

kolestrol.

Pengolahan

untuk

menjadikannya obat juga sangat sederhana.
Kandungan vitamin pada buah ini juga besar dan beragam, secara
umum buah naga mengandung vitamin B1, B2 dan B3. Bukan hanya buahnya

saja yang berkhasiat untuk mencegah kanker usus, kencing manis dan
berbagai penyakit, tetapi khasiat juga ditemukan pada daun dan kulit buah
naga maka dari itu sangat disayangkan apabila kulit buah naga yang memiliki
1

khasiat tidak dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam makanan
(Rekna wahyuni, 2010).
Kelebihan kulit buah naga sangat bermanfaat bagi kesehatan namun
pada kenyataannya hanya dianggap sebagai limbah hasil pertanian yang
selama ini belum dimanfaatkan secara baik, padahal kulit buah naga
mengandung zat warna alami betasianin cukup tinggi, salah satunya dijadikan
sebagai alat uji kandungan formalin pada bahan makanan.
Dalam dunia industry, tentunya akan ada limbah industry. Dalam era
sekarang teknologi semakin canggih maka limbah-limbah industry tersebut
haruslah dimanfaatkan agar tidak sia-sia dan dapat meningkatkan nilai tinggi
dari buah naga tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik mengambil
judul “Pemanfaatan ekstrak kulit buah naga ( hylocereus undatus ) sebagai
alat uji kandungan formalin pada tahu yang di jual di pasar inpres baqa
samarinda seberang”.


B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari karya ilmiah ini
adalah : “Apakah limbah dari kulit buah naga dapat digunakan sebagai alat uji
kandungan formalin pada tahu ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah limbah dari kulit buah naga dapat digunakan sebagai alat uji
kandungan formalin pada tahu.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai:
1.

Informasi dan masukan bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di
daerah sekitar Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang mengenai

2

kandungan formalin pada bahan makanan dengan menggunakan kulit
buah naga.

2.

Bahan acuan bagi peneliti lain untuk pemanfaatan kulit buah naga.

3.

Menginformasikan kepada penjual di kantin sekolah SMA Negeri 4
Samarinda agar lebih selektif dalam memilih tahu yang lebih sehat dan
bersih bebas formalin.

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pemanfaatan
Pemanfaatan berasal dari kata dasar “manfaat” yang berarti guna,
faedah, laba, untung. Sedangkan pemanfaatan mempunyai arti proses,
cara, pembuatan memanfaatkan.
Memanfaatkan berhubungan erat dengan kepemilikan karena

memiliki sesuatu sekaligus memiliki manfaatnya.
2. Ekstrak dan ekstraksi
a. Pengertian ekstrak dan ekstraksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekstrak adalah pati atau
sari. Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari
suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan
ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan
pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan
pelarut terjadi pengendapan massa secara difusi.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan
ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi dibagian dalam bahan
ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi
larutan dengan larutan diluar bahan (Sudjadi, 1988).
b. Tujuan ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut.


4

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan
ekstraksi:
1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksikan dari
organisme. Dalam kasus ini prosedur yang telah dipublikasikan
dapat

diikuti

dan

dibuat

modifikasi

yang

sesuai


untuk

mngembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan
pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menentukan kelompok senyawa kimia
tertentu, misalnya alkaloit, flavanoit atau saponin, meskipun struktur
kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum
diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat
digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari
pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu.
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional dan biasanya dibuat dengan cara misalnya Tradisional
Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang
didihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebgai obat.
Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui
kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika
tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya

dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skriming)
dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik
yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan
tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas
biologi khusus.

5

c. Prinsip ekstraksi
Prinsip Maserasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses
difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari

setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan.
Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya
kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.
Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas
bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari
6


telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna,
tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25
kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan
turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel
yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap,
uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi

minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak
menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan
minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
memisah antara air dan minyak atsiri.
Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan
penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor

7

dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.
Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur
di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian
larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan
partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak
(eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak
sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan.
Prinsip Penampakan Noda
a). Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan
sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada
lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada
lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron
yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang
lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi.
8

b). Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda
tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron
yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang
lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c). Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV
menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
d. Jenis ekstraksi
1. Ekstraksi secara dingin
Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi, 1988).
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.
Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan

9

lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut:
a) Modifikasi maserasi melingkar
b) Modifikasi maserasi digesti
c) Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
d) Modifikasi remaserasi
e) Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).
Soxhletasi

merupakan

penyarian

simplisia

secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati
pipa sifon (Sudjadi, 1988).
Keuntungan metode ini adalah :
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan
tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c) Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).
Kerugian dari metode ini :
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah
di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat
menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap
dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi,

10

seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif (Sudjadi, 1988).
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau
campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi
dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1,
atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan
mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam
wadah (Sudjadi, 1988).
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini
adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat
(marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi
sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien (Sutriani,L .
2008).
2.

Ekstraksi secara panas
a) Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan
tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut
yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Sutriani,L .
2008).
b) Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode
destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang

11

mengandung minyak menguap atau mengandung komponen
kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal (Sutriani,L . 2008).
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang
mempunyai daya melarutkanyang tinggi terhadap zat yang
diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
1) Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang
diinginkan.
2) Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar.
3) Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair,
pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.
4) Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan
yang besar antara pelarut dengan bahan ekstraksi.
5) Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan
secara kimia pada komponen bahan ekstraksi.
6) Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat
karena

ekstrak

dan

pelarut

dipisahkan

penguapan, distilasi dan rektifikasi.
3. Buah Naga
a.

Pengertian buah naga

12

dengan

cara

Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis
kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah naga berasal
dari Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun sekarang
juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam,
Philipina dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa,
Israel, Autralia Utara dan Tiongkok Selatan. Hylocereus hanya mekar
pada malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana
ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina
buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu
diletakkan diantara dua ekor patung naga berwarna hijau diatas meja
altar. Warna merah buah jadi mencolok sekali diantara warna naganaga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu dikalangan orang
Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang
loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian
diterjemahkan orang Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris
sebagai dragon fruit (buah naga).
b. Khasiat buah naga
Secara umum buah naga berkhasiat untuk menurunkan kadar
kolesterol dan menyeimbangkan gula dalam darah. Selain itu,
mengkonsumsi buah naga bisa membantu pencegahan kanker dan bisa
melindungi kesehatan mulut. Penderita hipertensi atau tekanan darah
tinggi akan terbantu dengan konsumsi buah ini secara teratur. Selain
itu, mengkonsumsi buah naga secara teratur dapat menjadikan kulit
wajah menjadi lebih kencang, licin dan halus, pencegah kanker usus,
pencegah pendarahan. Kandungan gizi buah naga secara umum adalah
berupa potasium protein, ferum, serat, kalsium dan sodium.
Kandungannya akan zat-zat tersebut cukup tinggi dan tidak kalah bila
dibandingkan buah-buahan impor. Kita bisa mengolahnya atau
memakan begitu saja. Tergantung selera. Sebagai buah segar yang
menghilangkan dahaga, kandungan airnya cukup besar, mencapai 90%
13

dari berat buah. Rasanya manis dan bisa juga disajikan dalam bentuk
jus, selai, manisan dan sari buah. Kandungan vitamin pada buah naga
juga besar dan beragam. Secara umum, buah naga mengandung
vitamin B1 yang amat baik untuk mencegah demam badan. Selain itu,
vitamin B2 juga terkandung dalam buah ini dan bermanfaat untuk
menambah napsu makan. Sedangkan vitamin B3 membantu
menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. (2010)
c.

Pembudidayaan buah naga
Tanaman buah naga paling baik ditanam di dataran rendah,
pada ketinggian 20-500 meter diatas permukaan laut. Kondisi tanah
yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan banyak
mengandung unsur hara, pH tanah 5-7 sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman 10
kekeringan

dan

akan

buah naga. Tanaman ini peka terhadap
membusuk

bila

kelebihan

air.

Untuk

memperceoat proses pembungaan dibutuhkan penyinaran cahaya
matahari. Tanaman mulai berbunga dan berbuah umur 1,5-2 tahun.
Pemanenan dapat dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna
kulit merah mengkilapm, jumbai atau sulur berubah warna dari hijau
menjadi kemeraha. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan
gunting. Buah dapat dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung
sejak bunga mekar. Musim panen terbesar buah naga terjadi pada
bulan September hingga Maret dengan umur produktif berkisar antara
15-20 tahun. Namun buah naga yang dipanen ketika akan dipasarkan
harus memiliki kelas mutu yang baik agar dapat bersaing dengan buah
naga impor. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemutuan
buah naga ini adalah penentuan cacat kulit pada buah naga. (Tim
Karya Tani Mandiri 2009: 24)
d. Jenis-jenis buah naga
Tanaman Buah Naga jenis tanaman buah naga ada lima macam, yaitu:
1). Buah naga daging putih (hylocereus undatus).

14

Gambar 1. Buah naga isi putih

Kulit merah buah ini amat kontras dengan daging putih di
dalamnya. Di dalam daging itu bertebaran biji hitam. Jenis ini
mudah dijumpai di pasar lokal maupun mancanegara. Bobot ratarata per buah 400-500 gram, ada juga yang hingga 650gr, Buah
jenis ini bercita rasa manis bercampur masam segar, mempunyai
sisik atau jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya
tergolong rendah dibandingkan dengan buah naga jenis lain. Kadar
kemanisan 10-13 brik. Tanaman ini sangat cocok 12 ditanam di
lahan kering, dan dalam sekali tanam usianya bisa bertahan hingga
20 tahun. (Tim Karya Tani Mandiri 2009 : 27 )
2). Buah naga daging merah (hylocereus polyrhizus)

15

Gambar 2. Buah naga isi merah

Sosok tanaman jenis ini lebih kekar. Di bagian batang dan cabang,
jarak antar duri tampak lebih rapat. Bobot buahnya rata-rata 400500 gram. Dagingnya berwarna merah keunguan. Kadar
kemanisan 13-15 brik. (2010)
3). Buah naga daging super merah (hylocereus costaricensis).

Gambar 3. Buah naga daging super merah.

Batangnya lebih besar dan berwarna loreng ketika tua. Kulit buah
merah dan berjumbai. Ukuran buahnya rata-rata 400-500 gram.
Tingkat kemanisan 13-15 brik. (2010) (http://id.wikipedia
.org/wiki/buah-naga-super-merah, tanggal akses 17 juli 2011, jam
19.30 WIB).
4). Buah naga kulit kuning daging putih (selenicerius megalanthus).

16

Gambar 4. Buah naga daging putih kulit kuning

Penampilannya khas dengan kulit kuning dan tanpa sisik atau
jumbai. Tekstur kulit cenderung halus, seperti apel, sehingga
dijuluki kaktus apel. Kadar kemanisan 15-18 brik, Ukuran buah
80-100 gram.

5). Buah naga daging hitam

Gambar 5. Buah naga daging hitam.

Batangnya lebih besar dan berwarna loreng ketika tua. Kulit buah
merah dan berjumbai. Ukuran buahnya rata-rata 400-500 gram.
Tingkat 14 kemanisan 13-15 brik. Buah naga yang sering disebut
juga kaktus manis atau kaktus madu, adalah buah yang baru
dikenal di Indonesia. Buah naga mulai dikembangkan di Tanah
Air serta memiliki peluang besar untuk disebarluaskan. Buah

17

naga

termasuk

dalam

keluarga

tanaman

kaktus

dengan

karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Sebagian
besar sumber menyatakan bahwa buah ini berasal dari Meksiko,
Amerika Selatan (santika wahyuni, 2010). Potensi buah naga di
pasar domestik cukup baik karena penggemarnya berangsurangsur meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin
membanjirnya buah naga di supermarket atau pasar swalayan di
beberapa kota di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan pasar
tersebut sekarang telah berkembang sentra produksi buah naga di
beberapa daerah. Tanaman buah naga paling baik ditanam di
dataran rendah, pada ketinggian 20 - 500 m diatas permukaan
laut. Tanaman mulai berbunga dan berbuah pada umur 1,5 - 2
tahun. Pemanenan dapat dilakukan pada buah yang memiliki ciri ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sulur berubah
warna dari hijau menjadi kernerahan. Pemanenan dilakukan
dengan menggunakan gunting. Buah dapat dipanen saat mencapai
umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Musim panen terbesar
buah naga terjadi pada bulan September hingga Maret dengan
umur produktif berkisar antara 15 – 20 tahun. Namun buah naga
yang dipanen ketika akan dipasarkan harus memiliki kelas mutu
yang baik agar dapat bersaing dengan buah naga impor. Salah
satu aspek yang harus diperhatikan dalam pemutuan buah 15 naga
ini adalah penentuan cacat kulit pada buah naga ( Tim karya tani
mandiri, 2009 ).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Buah Naga tiap 100 gram

No
1
2
3
4

Kandungan buah
Air
Karbohidrat
Asam
Protein

Jumlah
90,20%
11,5 g
0,139 g
0,53 g
18

5
6
7
8
9

Serat
Kalsium
Fosfor
Magnesium
Vitamin C

0,71 g
134,5 mg
8,7 mg
60,4 mg
9,4 mg

8%
2%
4%
2%

Sumber : USDA Nutrient data base, ( 2009)

4. FORMALIN
a. Pengertian formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Didalam formalin terkandung sekitar 37% persen
formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15%
sebagai pengawet. Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri.
b. Nama lain formalin
1) Formol - Methylene aldehyde – Paraforin
2) Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols
3) Methanal - Formoform - Superlysoform
4) Formic aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene
5) Methyl oxide - Karsan - Trioxane
6) Oxymethylene – Methyl
c. Penggunaan formalin
1) Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih :
lantai, kapal, gudang dan pakaian.
2) Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
3) Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan
bahan peledak.
4) Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin
dan kertas.

19

5) Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
6) Bahan pembuatan produk parfum.
7) Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
8) Pencegah korosi untuk sumur minyak.
9) Bahan untuk insulasi busa.
10) Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
11) Dalam konsentrasi yag sangat kecil (100 g/100 ml (200C)
Struktur :
Bentuk molekul : Trigonal flanat
Momen dipol : 2,33168 (1) D
Bahaya :
Bahaya utama : Beracun, mudah terbakar
NFPA 7004 : 322

Frase-R : R23/24/25, R34, R40, R43
Frase-S : (S1/2), S26, S36/37, S39, S45, S51
Titik nyala : -530C
25

Senyawa terkait :
Aldehida terkait : Asetaldehida, Benzaldehida
Senyawa terkait : Keton, Asam karboksilat
Kecuali dinyatakan sebaliknya data diatas berlaku pada keadaan
standart (250C, 100kPa)
5. TAHU
a. Pengertian Tahu
Tahu adalah kata serapan dari bahasa Hokkian (Tauhu) yang
secara harfiah berarti “kedelai yang difermentasi”. Tahu pertama kali
muncul di Tiongkok sejak zaman Dinasti Haan sekitar 2200 tahun
lalu. Penemunya adalah Liu An yang merupakan seorang bangsawan,
cucu dari Kaisar Han Gaozu, Liu Bang yang mendirikan Dinasti Haan.
Di Jepang dikenal dengan nama Tofu. Dibawa para perantau Cina,
makanan ini menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara, lalu juga
akhirnya keseluruh dunia.
Sebagaimana tempe, tahu dikenal sebagai makanan rakyat.
Beraneka ragam jenis tahu yang ada di Indonesia umumnya dikenal
dengan tempat pembuatannya, misalnya tahu Sumedang dan tahu
Kediri. Aneka makanan dari tahu antara lain tahu bacem, tahu bakso,
tahu isi (tahu bunting), tahu campur, perkedel tahu, kerupuk tahu, dan
lain-lain.
b. Kandungan tahu
Sebagai hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan
andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai mutu protein
nabati

terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling

lengkap dan diyakini memiliki daya cerna yang tinggi (sebesar 85% 90%).

Kandungan

gizi

dalam

26

tahu,

memang

masih

kalah

dibandingkan lauk pauk hewani, seperti telur, daging dan ikan.
Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih
memilih mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti
protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Pada tahu terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti
protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin Bkompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium
dan kalsium (yang bermanfaat mendukung terbentuknya kerangka
tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam
lemak tak jenuh tahu tidak banyak mengandung kolesterol, sehingga
sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat
arang dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu
diet rendah kalori.
Dibalik kelezatannya, tahu menyimpan khasiat medis tersendiri.
Sebuah studi oleh tim medis dari Kanada membuktikan bahwa tahu
dapat menurunkan kolesterol jahat dalam tubuh. Studi yang
dipublikasikan di American Journal of Clinifical Nutrition dilakukan
pada 55 orang lelaki dan perempuan usia setengah baya yang
mengidap kolesterol tinggi.
Setelah mengikuti diet sehat, partisan tersebut diikutkan pada
pola makan beragam, mulai dari kacang almond, tahu, sayuran
mentah, dan jenis makanan kedelai lain. Setelah setahun, kolesterol
mereka

diukur.

Hasilnya,

mereka

yang

mengkonsumsi

tahu

mengalami penurunan kolesterol lebih besar dibanding kelompok
pengonsumsi makanan lain. Penurunan ini dapat mencapai 10% 20%.
Selain menurunkan kolesterol, tahu juga terbukti mencegah
kanker payudara. Mereka yang mengkonsumsi tahu 25% lebih banyak
mengalami peningkatan pembentukan estrogen dibanding yang tidak.
Tekanan darah mereka juga lebih rendah ketimbang kelompok yang
tidak mengkonsumsi tahu.

27

Rahasia khasiat tahu ternyata ada pada kandungan isoflavon
yang mengandung hormon estrogen. Selain mencegah kanker
payudara, isoflavon juga memperlambat proses penuaan pada
perempuan. Isoflavon bukan hanya terkandung dalam tahu melainkan
juga pada semua makanan berbahan dasar kedelai seperti tempe, susu
kedelai, kecap dan sejenisnya. (Dari berbagai sumber)
c. Manfaat Tahu
1. Manfaat tahu mencegah penyakit jantung
Sejumlah studi dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
bahwa asupan rutin protein kedelai yang terkandung dalam tahu
dapat membantu menurunkan LDL (kolesterol buruk) tanpa
menurunkan HDL (kolesterol baik yang menyebabkan penurunan
resiko penyakit jantung).
2. Manfaat tahu meningkatkan produksi energi
Tahu merupakan sumber makanan yang kaya zat besi, yang
menyediakan 30% dari nilai harian yang direkomendasikan untuk
zat besi dalam 100 gram. Zat besi dalam tahu terutama digunakan
sebagai bagian dari hemoglobin yang membantu dalam ransportasi
dan pelepasan oksigen ke seluruh tubuh mempromosikan produksi
energi.
Tahu

juga

menyediakan

direkomendasikan

untuk

10%

dari

tembaga,

nilai

mineral

harian

yang

penting

yang

dimanfaatkan dalam sel darah merah. Tembaga juga membantu
dalam mengurangi gejala rheumatoid arthritis. Makanan yang
berasal

dari

kedelai,

seperti

tahu

mengandung

isoflavon

(fitoestrogen atau estrogen tanaman) yang bekerja pada tubuh
seperti bentuk estrogen.
3. Manfaat tahu untuk wanita khususnya wanita menopause
Selama menopause, estrogen wanita berfluktuasi, baik naik atau
turun dibawah tingkat normal. Fitoestrogen dari kedelai dapat

28

membantu menjaga keseimbangan hormon tersebut. Hal ini dapat
membantu mengurangi frekuensi dan beratnya gejala hotflashes
(rasa panas pada perut) pada wanita menopause.
4. Manfaat tahu mencegah osteoporosis
Tahu juga menjadi sumber yang kaya kalsium tergantung pada
koagulan yang digunakan dalam pembuatan (seperti kalsium sulfat
yang digunakan oleh prdusen tahu).
Hal ini membantu melindungi terhadap penyakit seperti kehilangan
tulang, kelemahan tulang, erhareumatoid arthritis dan osteoporosis.
Penelitian juga menunjukkan bahwa isoflavon dalam makanan
kedelai dapat memperkuat densitas (kepadatan tulang) ini bisa
membuat tahu berguna dalam menagkal penyakit tulang pada
wanita postmenopause.

5. Manfaat tahu membantu menurunkan berat badan
Tinggi protein membuat perut tidak cepat merasa lapar. Juga, sifat
rendah kalori (sekitar 80 kalori dalam 100 gram) tidak menambah
kalori ekstra untuk menu diet.
6. Manfaat tahu membantu pasien diabetes pada masalah ginjal
Diabetes dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, salah satunya
gagal ginjal. Diabetes adalah penyebab utama kegagalan ginjal
dengan tanda awal adanya sejumlah protein dalam urin. Sebuah
penelitian dilakukan pada pria dengan diabetes tipe 2, yang
semuanya didiagnosis dengan penyakit ginjal yang terkait dengan
diabetes, menemukan bahwa protein kedelai dan manfaat tahu
dapat menurunkan 10% protein yang ditemukan dalam air seni.

Tabel 2.2 Perbandingan gizi yang ada pada tahu dan ampas tahu.

29

Kadar/100
No

Unsur Gizi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

gram kedelai
basah
382
20
30,2
15,6
30,1
4,1
196
506
6,9
29
0,93

Energi (kal)
An (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (mcg)
Vitamin B (mg)

Bahan Tahu

Ampas Tahu

79
84,8
7,8
4,6
1,6
1,2
124
63
0,8
0
0,06

393
4,9
17,4
5,9
67,5
4,3
19
29
4
0
0,2

B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa kulit buah naga dapat
digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu yang dijual di Pasar
Inpres Baqa Samarinda Seberang.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel
Populasi : Penjual tahu di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang
Sampel : 4 kios penjual tahu di Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia politeknik pertanian negeri
samarinda jl. Samratulangi Samarinda Seberang. Pada tanggal 14 maret
2015
C. Rancangan penelitian
a. Alat
a) Blender
30

b) Saringan
c) Pisau
d) Gelas kimia
e) Sendok
f) Tissue
g) Kaca Arloji
b. Bahan
a) Kulit buah naga
b) Tahu
c) Air
c. Prosedur kerja
1. Dicuci dan dibersihkan buah naga terlebih dahulu.
2. Dikupas atau dipisahkan antara daging buah naga dengan kulitnya.
3. Dipotong-potong menggunakan pisau kemudian diambil secukupnya
lalu blender sekitar 7 menit hingga halus.
4. Disaring dengan menggunakan alat penyaring untuk memisahkan
antara ampas dari kulit naga dan ekstraksinya.
5. Direndam tahu dalam ekstraksi kulit buah naga selama 10 menit
6. Diangkat menggunakkan sendok dan diletakkan diatas kaca arloji
yang telah dilapisi kertas tissue.
7. Didiamkan diruangan tertutup selama beberapa menit
8. Diamati proses yang terjadi pada kertas tissue yang telah diletakkan
tahu selama beberapa menit tadi. Jika warna ekstraksi kulit buah
naga pada kertas tissue memudar, maka tidak ada kandungan
formalin pada tahu. Sebaliknya, jika warna ekstraksi kulit buah naga
pada kertas tissue tidak memudar, maka terdapat kandungan formalin
pada tahu.

31

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk
membuktikan bahwa ternyata limbah kulit buah naga dapat digunakan
sebagai alat uji kandungan formalin pada tahu.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diatas kami memperoleh tahu yang memiliki
tekstur yang berbeda, ada yang bertekstur keras atau padat dan ada yang
bertekstur kenyal yang diambil dari beberapa kios yang terdapat di Pasar
Inpres Baqa Samarinda Seberang.
Dari perbedaan di atas disebabkan karena beberapa tahu tersebut
terbukti mengandung formalin. Untuk membuktikan bahwa tahu tersebut

32

benar mengandung formalin maka kami melakukan penelitian terhadap
tahu tersebut dengan menggunakan ekstraksi kulit buah naga.
Dari segi proses penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan.
Tahapan pertama dimulai dengan membuat ekstraksi kulit buah naga.
Ekstraksi tersebut bertujuan untuk mendapatkan warna merah dari kulit
buah naga dan digunakan untuk meniliti kandungan formalin pada tahu
yang diambil dari beberapa sample yang berbeda.
Selain itu, tahapan yang dilakukan selanjutnya yaitu memasukkan
tahu kedalam gelas kimia kemudian tahu tersebut di rendam dengan
ekstraksi kulit buah naga yang telah dibuat. Perendaman tersebut
dilakukan selama 10 menit dan bertujuan agar tahu dan ekstraksi kulit
buah naga menyatu. Kemudian setelah tahapan tersebut selesai, tahu
yang direndam lalu diangkat menggunakan sendok dan diletakkan diatas
kaca arloji yang telah dilapisi kertas tissue. Hal tersebut bertujuan untuk
memisahkan ekstrak kulit buah naga dan tahu.
Selanjutnya tahapan yang terakhir yaitu mengamati kertas tissue
dari masing-masing sample. Pengamatan dilakukan dengan meniliti
warna yang terjadi pada setiap kertas tissue. Kertas tissue yang warnanya
cepat pudar menyatakan tahu tersebut tidak mengandung formalin dan
kertas tissue yang warnanya tidak pudar tetapi warnanya tetap dan tidak
terjadi perubahan menyatakan tahu tersbut mengandung formalin.
Tabel 2.3 Hasil penelitian terhadap sample tahu di Pasar Inpres Baqa
Samarinda Seberang
No

Sample

SumberPembuata

1

Tahu kios A

n Tahu
Jalan

Perlakuan

Perubahan

ekstraksi

Warna



Kesejahteraan
2

Tahu kios B

Selili

Tetap
berwarna



merah pekat
Tetap
berwarna

33

3

Tahu kios C

Kilo 5



merah pekat
Tetap
berwarna

4

Tahu kios D

Produksi sendiri



merah pekat
Berubah warna
menjadi pudar

Dari data tersebut di atas membuktikkan bahwa ekstraksi buah
naga dapat digunakan sebagai alat uji kandungan formalin pada makanan
contohnya tahu. Hal ini diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh
penulis terhadap penggunaan formalin pada tahu yang dijual di pasar
inpres baqa Samarinda Seberang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa 75% tahu yang dijual di pasar inpres baqa Samarinda Seberang
menggunakan formalin.

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kulit buah
naga yang terbuang begitu saja jika digunakan semaksimal mungkin
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara untuk menguji kandungan
formalin pada bahan makanan. Dan hasil penelitian penulis menunjukkan
bahwa 75% tahu yang dijual di pasar inpres baqa Samarinda Seberang
menggunakan formalin.

B.

Saran
Kami berharap ide memanfatkan limbah kulit buah naga ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menguji kandungan
formalin pada bahan makanan. Dan masyarakat terutama ibu-ibu rumah
tangga bisa lebih selektif dalam memilih bahan makanan yang bersih dan
bebas dari formalin.

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010) (http://chemistry35.blogspot.com/2011/04/ekstraksi-pengertianprinsip-kerja.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.00 WITA)
Anonim. (2010) (http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertianpemanfaatan-dalam-kepemilikan.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam
11.15 WITA)
Anonim. (2011) (https://ekstrakjuskulitmanggis.wordpress.com/tag/pengertiantahu.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.25 WITA)
Anonim. (2010) (http://waterstonet.blogspot.com/2011/05/struktur-kimiaformalin-dan-bahaya.html, tanggal akses 13 Desember 2013, jam 11.40 WITA)
Wahyuni, Rekna (2010). Pemanfaatan dan Pengolahan Kulit Buah Naga Super
Merah. Malang : Universitas Brawijaya.

35

Tim Karya Tani Mandiri (2009). Pedoman Bertanam Buah Naga. Jakarta:
Penerbit Nuansa Aulia.
Sudjadi, Drs. (1986). Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

36

Suasana Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang

Keadaan Pasar Inpres Baqa Samarinda Seberang

37

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

Sample tahu

Buah Naga

38

Saringan

Pisau

39

Blender

40

PROSES PENELITIAN

Kulit buah naga yang telah dibersihkan

Proses pemblenderan kulit buah naga

41

Proses penyaringan ekstrak kulit buah naga

Proses perendaman tahu

42

FORMULIR PENILAIAN KARYA TULIS ILMIAH KIMIA

Asal universitas

: politeknik pertanian negeri samarinda

Dosen Pembimbing

:

Nama peserta

: 1. Arbainsyah
2. Bistari mustapa
3. Elti
4. Hamzah

Judul Karya Ilmiah

: Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga (Hylocereus
Polyrhizus) Sebagai Alat Uji Kandungan Formalin Pada
Tahu Yang

di Jual di Pasar Inpres Baqa Samarinda

Seberang

43