Etika Bisnis dan Perilaku Etis Manajer Pengaruhnya terhadap Tanggung Jawab Perusahaan pada Lingkungan Sosial

JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN (BISMA)

Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun. Jurnal ini diharapkan sebagai wahana komunikasi dan media bagi para akademisi dan praktisi dalam menuangkan ide-ide dalam bentuk kajian, pengamatan, pengalaman praktis, dan hasil penelitian empiris di bidang bisnis dan manajemen.

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung : Drs. H. Setijo Budiadi, MM (Dekan FE Unesa)

Penasehat : Drs. Purwohandoko, MM

Drs. Wikono, MM Drs. Kirwani, SE, MM

Pemimpin Umum

: Dra. Jun Surjanti, SE, M.Si

Sekretaris

: Sri Setyo Iriani, SE, M.Si

Pemimpin Redaksi

: Putu Herry Sunarya, SE, MM

Wakil Pemimpin Redaksi

: Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi, MM

Bendahara

: Widyastuti, S.Si, M.Si

Redaktur Ahli

: Dr. Dewi Tri Wijayanti, M.Si

Dr. Andre Dwijanto Witjaksono, ST, M.Si Dra. Anik Lestari Andjarwati, MM Nadia Asandimitra, SE, MM Musdholifah, SE, M.Si Rikasari, SE, Ak, M.Comm

Mitra Bestari

: Prof. Dr. Djumilah Zein (Unibraw)

Prof. Dr. H. Retig Adnyana, M.Si (Unesa) Prof. Dr. Musclich Anshori (Unair) Dr. Rer. pol. Debby Ratna Daniel, Ak (Unair) Dr. Muafi, SE, M.Si (UPN Yogyakarta) Budiono, SE, M.Si (ISEI)

Marketing dan Tata Usaha : Nindria Untarini, SE, M.Si

Yessy Artanti, SE, M.Si

Alamat Redaksi :

JURUSAN MANAJEMEN FE UNESA

Kampus Unesa Ketintang Surabaya, 60231 Telp. (031) 8299945, 8280009 PS. 702 Fax. 8299946 Email : bisma_femanj @ yahoo.com

ISSN

BISMA

Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. I, No. 1, Agustus 2008 DAFTAR ISI

1. Pengaruh Etika Bisnis dan Perilaku Etis Manajer Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Pada Lingkungan Sosial

Hj. Anik Lestari Andjarwati & H. Setijo Budiadi 1-13

2. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan di PT PG Rajawali

Dwiarko Nugrohosuno & Harun Charismaini 14-21

3. Relevansi Nilai Devidend Yield dan Price Earning Ratio dalam Penilaian Harga Saham Bagi Perusahaan yang Mengalami Pertumbuhan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Th 2001-2005)

I Ketut Jati & Ni Luh Supadmi 22-29

4. Dimensi Kualitas Hubungan dalam Konteks Jasa Salon Rambut

Lerbin R. Aritonang 30-37

5. Analisis Value Chain Guna Mencapai Strategi Cost Leadership dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya (Studi Pada Perusahaan X di Sidoarjo)

Heri Widodo 38-49

6. Penerapan Korelasi dalam Mengukur Hubungan Antar Costumer Relationship Management dengan Costumer Loyality

I Putu Artaya & Gede Arimbawa 50-63

7. Pengaruh Sikap dan Keyakinan Konsumen dalam Keputusan Pembelian Tepung Terigu Merek Gunung Bromo Produk PT. Bogasari Flour Mils Surabaya

I Putu Artaya 64-71

8. Pengaruh Pengembangan Sumber Daya Manusia, Budaya Organisasi, dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan- Kalimantan Timur

Fariansyah Hassan Basrie 72-83

ETIKA BISNIS DAN PERILAKU ETIS MANAJER PENGARUHNYA TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PADA LINGKUNGAN SOSIAL ANIK LESTARI ANDJARWATI 1 SETIJO BUDIADI 2

Abstract

The purpose of this research is examine the manager busines ethics to manager ethical behavior, examining manager business ethics to corporate social responsibility; and examine the effect of manager ethical behavior to corporate social responsibility. To select the respondent researcher was used purposive sampling, the analysis technique uses is Structural Equation Modeling (SEM). The research behavior show that; (1) business ethics positevely effects to manager ethical behavior; (2) Manager ethical behavior positively affect to corporate social responsibility; (3) Business ethics positively affects to corparate social responsibility.

Key Words: Manager business ethics, manager ethical behavior, cororate social responsibility

PENDAHULUAN

dengan cara bagaimanapun mengalami dampak Etika bisnis menjadi perhatian dunia usaha

kegitan perusahaan it (Bertens, 1993b). akhir-akhir ini. Tingkat urgensinya ditentukan

Beberapa pemegang saham merasa tak karena dalam jangka panjang apabila perusahaan

nyaman mengenai sebuah perusahaan yang tidak concern dengan etika bisnis, maka

tujuannya dengan kelangsungan hidupnya akan terganggu. Studi

berusaha

mencapai

mengeksploitasi hak pekerja dan tenaga kerja terhadap banyak perusahaan di AS menunjang

(McCabe, 2000). Robbin dan Reidenbach (1987) kenyataan tersebut. Yang berkewajiban untuk

organisasi seharusnya menjado etika dalam komunitas bisnis itu sendiri.

menyatakan

bahwa

mengembangkan kesejajaran antara maslahnya dan Tetapi bila tidak dapat dipenuhi, pemerintah

maslah keluarga pada umumnya. Bagaimana berkewajiban untuk mengaturnya (Battens, 1993).

keluarga inti memelihara pekerja, manajemen, Di Indonesia, etika bisnis masih merupakan ssuatu

konsumen, masyarakt, dan pemegang saham. Jadi yang baru. Meskipun para pelaku bisnis atau

konsumen harus menerima perhatian seperti manger di Indonesia memiliki etika, namun etika

keluarga dan tidak yang dilakukannya masih merupakan bagian dari

terhadap

anggota

mereka. Bebrapa etika sosial atau etika individual.

membahayakan

keluarga

perusahaan harus mengadopsi nilai-niali yang Krisis multidimensional yang dialami oleh

memperlakukan konsumen seperti anggota keluarga bangsa Indonesia yang mengakibatkan kehancuran

inti. Nilai inti yang tepat harus mampu dilaksanakan ekonomi-bisnis Indonesia sejak Juli 1997

dan dapat dipahami dengan mudah. berdampak pada munculnya kesadaran baru akan

Perusahaan-perusahaan maju sekarang penting dan relevansinya etika bisnis. Hal tersebut

memandang kinerja lingkungan darinperspektif menyadarkan banyak pihak tentang kekeliruan

yang jauh berbeda dibanding satu dekade yang lalu. anggapan lama bahwa bisnis bisa bertahan dan

Melalui kepatuhan terhadap peraturan yan semakin berhasil dalam jangka panjang hanya dengan

ketat, mereka harus melindungi dan meingkatkan mengandalkan permainan curang. Telah lama

imej etisnya, menghindari kewajiban hukum yang banyak pihak meragukan (berdasarkan kenyataan

serius, menjamin kepedulian tentang keamanan bagi empiris Orde Baru), bahwa untuk bisa berhasil dan

karyawannya, merespon pada pemrintah dan para untung orang yang perlu berbisnis secara etis.

pemegang saham, dan mengembangkan peluang Sehubungan dengan tujuan perusahaan, salah

usaha yang baru dalam rangka untuk dapat bertahan satu ungkapan sedang populer adalah bahwa tujuan

di pasar dunia yang lebih kompetitif (Barry dan perusahaan menyangkut the stake holder’s benefit,

Rondenelli, 1998). Roome (1992) dalam Aragon artinya manfaat bagi semua pihak yang

dan Corea (1998) menempatkan perusahaan dengan berkepentingan. Yang dimaksud dengan stake

postur lingkungan alam sekurang-kurangnya dalam holders bukan saja stock holders atau pemilik

kategori yang diberi label “noncompliance” yang perusahaan, melainkan juga para manajer,

mengacu pada perusahaan yang tidak menerapkan karyawan, para suplier, konsumen, pemerintah,

bebrapa jenis ukuran lingkungan alam dan bahkam penduduk sekitar pabrik, dan siapa saja yang

tidak patuh terhadap aturan tentang lingkungan

1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

nilai karena: (a) keuntungan hanya dilihat sebagai ditentukan

konsekuensi logis dari kegiatan bisnis, (b) ‘Complianceplus” mengacu pada perusahaan yang

memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik tidak hanhya patuh pada hukum tetapi juga

adalah untuk mendapatkan keuntungan akan datang mempunyai

dengan sendirinya, (c) pertukaran timbal balik didasarkan pada sistem manajemen lingkungan

pendekatan-pendekatan

yang

secara fair, (d) integritas organisasi profesi bisnis alam mereka,

“Commercial and natural pertama-tama tinggi dan baik, (e) usaha atau proses environmental excellence” perusahaan-perusahaan

pertukaran jasa atau produk dalam rangka itu secara sistematik menggunakan metode

pencapaian nilai tambah.

preventive sebagai prinsip dasar dari Tool Quality Sedangkan manajemn membahas tentang Management dalam keseluruhan praktek manjerial

efektivitas dan efisiensi dalam suatu tindakan dan lingkungan alam mereka. “Leading edge” yang

keputusan untuk mencapai tujuan dari organisasi. membandingkan postur perusahaan-perusahaan

Hhukum adalah produk dari lembaga masyarakat sebagai cara untuk pengembangan dimasa depan

tertentu. Hukum juga kodifikasi dan pelembagaan oleh yang lainnya.

secara resmi dari hal-hal yang dianggap benar atau Di bebrapa perusahaan program etika

salah dalam bentuk peraturan-peraturan yang mempunyai jangkauan yang luas, dengan elemen-

berlaku dalam suatu masyarakat untuk masa elemen yang banyak; termasuk didedikasi staf dan

tertentu. Dengan demikian Etika bisnis menurut keterlibatan kerja. Di perusahaan-perusahaan lain

Silalahi (2003) adalah suatu ilmu yang mempelajari memiliki jangkauan manajemen etika yang terbatas

baik buruknya dalam interaksi bisnis dengan pihak dengan sedikit staf dan struktur (organisasi) yang

stake holders dengan mempergunakan ilmuj mendukung. Lingkungan institusional yang cukup

manajemen dan ilmu hukum supaya mencapai goals berpengaruh pada program-program etika yang

dari organisasi.

formal atau organisasi bisnis adalah agen-agen Hal ini berarti bahawa etika yang mendasari pemerintah, badan-badan profesi dan akreditasi, dan

segala aktivitas di bisnis, manajemen dan hukum. kelompok-kelompok yang berkepentingan atau

Etika itu sendiri adalah keseluruhan nilai dari opini publik misanya, atensi media (Weaver dan

bagian nilai yang lain. Hal ini berarti kalau semua Cochran, 1999)

sesuai dengan etika maka dengan otomatis sesuai Di Indonesia, perilaku etika bisnis manajer

dengan nilai hukum, bisnis, dan manajemen. dan tanggung jawab perusahaan pada lingkungan

Dari definisi tersebut maka kata etika bisnis sosial merupakan suatu hal yang menarik untuk

diartikan sebagai norma-norma morral dan nilai- dikaji, terutama etika bisnis dantanggung jawab

nilai yang dianut baik oleh individu maupun pada linkungan sosial dari industri pangan karena

kelompok dalam menjalankan kegiatan usahanya pangan adlah merupakan kebutuhan yang sangat

dengan mempergunakan ilmu manajemen dan ilmu vital bagi manusia sehingga pabila industri pangan

hukum supaya mencapai goals dari organisasi. mengabaikan eyika bisnis dan tanggung jawab pada

Griffin dan Ebert (1998) mengemukakan lingkungan sosial maka hal ini akan berdampak luas

bahwa perilaku etis adalah perilaku yang sesuai pada kesajahteraan manusia seluruhnya.

dengan norma sosial yang diterima secara umum Muslich (1998) menyatakan bahawa etika

sehubungan dengan tindakan-tindakan yang bisnis diartikan sebagai pengetahuan tentang cara

bermanfaat. Sedangkan Schermerhom (2000) ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang

menyatakan bahwa perilaku yang etis adalah apa memperhatikan norma dan normalitas yang berlaku

yang dianggap sebagai baik dan benar an dari buruk secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan

dan jelek aturan moral yang berlaku. pengetrapan norma dan normalitas ini menjunjung

Dengan demikian intensitas perilaku etis maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Business ethics,

disini adalah kebulatan tekad yang sangat requres that the orgaization or individual behave in

kuat/hebat dari perilaku bisnis untuk berperilaku accordance with the carefully though-out rules of

sesuai dengan norma-norma social/aturan moral moral philosophy (Robin dan Reidenbach, 1987).

yang berlaku yang diterima secara umum Dikatakan oleh Sialahi (2003) bahwa bisnis

sehubungan dengan tindakan-tindakan yang terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan industri,

bermanfaat. Spiller (2000) dengan tegas trading , keungan dan jasa. Aktivitas bisnis terjadi

menyatakan bahwa prinsip yang memandu bisnis kalau ada interaksi antara konsumen dan produsen

yang etis ada empat prinsip yaitu, prinsip kejujuran, yang mana produsen menyediakan kebutuhan yang

prinsip keadilan, prinsip kepedulian dan prinsip dibutuj]hkan oleh konsumen dan meminta imbalan

keberanian.

uang demi kebutuhan tertentu. Bila tidak ada Konsep tanggung jawab perusahaan pada konsumen, bisnispun tidak mungkin ada. Gambaran

lingkungan sosial sesungguhnya mengacu ada lingkungan sosial sesungguhnya mengacu ada

yang sangat penting dalam keputusan etika, para manusia. Ini menunjukkan bahwa sebagaimana

idealis cenderung halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain,

marketer yang

lebih

menunjukkan kejujuran dan integritas yang lebih demikian pula perusahaan juga tidak bisa hidup,

tinggi, dan memiliki norma deontologi dan beroperasi dan memperoleh keuntungan bisnis

etis (Vitell dan tanpa pihak lain. Ini menuntut agar perusahaan pun

pertimbangan/penilaian

Singhapakdi, 1993), dan cenderung menganggap perlu dijalankan dengan tetap bersikap tanggap,

etika dan tanggung jawab perusahaan pada stake peduli dan bertanggung jawab atas hak dan

holders . sebagai hal yang penting dalam menunjang kepentingan banyak pihak lainnya (Keraf, 1998b).

keefektifan organisasi/perusahaan (Singhapakdi Sehubungan

dengan tanggung jawab dkk, dan 1995). Berkenaan dengan relativisme perusahaan pada lingkungan sosial, Spiller (2000)

mereka melaporkan bahwa marketer relativis menyatakan bahwa ada enam stake holders utama

cenderung menunjukkan norma deontologi yang yaitu,

tanggung jawab perusahaan pada lebih rendah (Vitell, Ral lapalli dan Singhapakdi, masyarakat, tanggung jawab perusahaan pada

1993) dan cenderung menganggap etika dan konsumen dan tanggung jawab perusahaan pada

tanggung jawab perusahaan pada stake holders pemasok.

sebagai hal yang tidak penting bagi keefektifan Etika bisnis dalam penelitian ini dilihat dari

perusahaan (Singhapakdi dan dkk, 1995). Sama faktor yang mendasari pengambilan keputusan etis

halnya dengan Sparks dan Hunt (1998) dalam manajer yang antara lain didasarkan dari penelitian

Salyachivin, Virakul dan yang

Singhapakdi,

Veerayangkur, 2000) yang menemukan hubungan Salyachivin, Virakul dan Veerayangkur (2000).

telah dilakukan

oleh

Singhapakdi,

etis negatif antara relativisme dan sensitivitas etika Dalam penelitiannya variabel yang mendasari

pemasaran. Mereka menjelaskan bagaimana pengambilan keputusan etika manajer terhadap

mereka menemukan hal ini : “...... ketidakpercayaan intensitas etika adalah filosofi moral personal,

mengenai kebasolutan moral bisa mengurangi persepsi permasalahan etika, nilai etika perusahaan,

kemungkinan peyimpangan etika" dan pendukung dan agama.

etika relativitas mungkin menganggap hal-hal Para pakar psikologi sosial juga menganggap

mengenai etika sebagai hal yang kurang penting. bagi filsafat moral sebagai faktor penting yang

Berdasarkan hasil survei pada staf profesional mempengaruhi

bagian penjualan, Singhapakdi dan Vitell (1991) Misalnya, Forsyth (1980) berpendapat bahwa

juga melaporkan hubungan serupa antara persepsi penilaian etis bisa dikaji dengan mengambil dua

permasalahan etika dan persepsi alternatif yang aspek filsafat moral, yakni bahwa penilaian etis bisa

berbeda untuk menyelesaikan permasalahan dikaji dengan penju mengambil dua aspek filsafat

tersebut. Terutama dilaporkan juga bahwa staf moral, yakni idealisme dan relativisme sebagai

bagian penjualan yang lebih perseptif terhadap bahan pertimbangan utama. Forsyth mendefinisikan

permasalahan etika dalam situasi tertentu cenderung relativisme yakni “sejauhmana individu menolak

mengambil tindakan untuk menyelesaikannya. aturan moral universal/semesta yang berlaku"

Salyachivin, Virakul dan dalam membuat penilaian etis. Menurutnya,

Singhapakdi,

Veerayangkur (2000) melaporkan bahwa anggapan individu yang relativistis “pada umumnya merasa

permasalahan etika secara positif mempengaruhi bahwa tindakan moral tergantung pada sifat dari

etika manajer.

situasi yang ada dan individu yang terlibat di Robin dan Reindenbach (1987) dalam dalamnya, dan ketika menilai orang lain mereka

Singhapakdi, Virakul dan Veerayangkur (2000) menimbang-nimbang

menegaskan bahwa kunci utama keberhasilan dalam pertimbangan mereka pada prinsip etika yang telah

keadaan

melebihi

mengembangkan tanggung jawab perusahaan pada diselewengkan (Forsyth, 1992). Forsyth(1980)

stake holders dan program pemasaran etis, terletak mendefinisikan idealisme sebagai “sejauhmana

manajemen dalam individu berasumsi bahwa konsekuensi yang

pada

kemampuan

mengintegrasikan nilai-nilai murni etika ke dalam diinginkan, dengan tindakan yang benar, bisa

kultur perusahaan. Teori etika dan pemasaran selalu dicapai”. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa

mengikutsertakan lingkungan individu yang idealis merasa bahwamenyakiti orang

bisnis

juga

organisasional (perusahaan) sebagai kunci penting lain bisa selalu dihindari, dan mereka cenderung

dalam proses pengambilan keputusan etik. tidak memilih setan yang akan menyesatkan mereka

Misalnya, Ferrel dan dan Gresham (1985) pada timbulnya konsekuensi negatif bagi orang lain

mengkhususkan lingkungan perusahaan sebagai (Forysth, 1980; 1982 dalam Singhapakdi

kelompok faktor utama dalam kerangka kontigensi Salyachivin Virakural dan Veerayangkur, 2000).

pemahaman keputusan etika. Hunt dan Vitell (1986, 1993) menganggap lingkungan organisasi pemahaman keputusan etika. Hunt dan Vitell (1986, 1993) menganggap lingkungan organisasi

prinsip-prinsip etika bisnis menemukan tempatnya dalam proses pengambilan keputusan etika.

yang relevan dalam interaksi bisnis dari sebuah nilai Penelitian empiris yang telah dilakukan juga

perusahaan dengan berbagai pihak terkait (Keraf, menunjukkan bahwa lingkungan dan perusahaan

terha 1998a).

juga menjadi faktor penting dalam terbentuknya Prinsip profesional dalam pengelolaan bisnis keputusan etika. Antara lain bahwa jajaran

sebenarnya erat kaitannya dengan aplikasi bisnis. eksekutif tertinggi menjadi sumber utama standar

Ruang lingkup etika bisnis meliputi keterkaitan etika manajer. Kebijakan etika, baik informal dan

yang harmonis saling menguntungkan antar pihak di formal, mempengaruhi perilaku etika perusahaan

dalam stake holders dan pihak-pihak eksternal secara positif. Dalam serangkaian penelitian yang

lainnya. Sebagai sebuah institusi yang hidup telah diadakannya, kultur etika perusahaan secara

masyarakat, tentu dalam positif juga mempengaruhi berbagai komponen

ditengah-tengah

kegiatannya pertama-tama harus sesuai dengan (misalnya,

kebutuhan dan keinginan dari masyarakat kalau alternatifnya dan norma deontologinya) proses

masyarakat dijadikan sebagai sumber dan sasaran pembuatan keputusan etika para marketer yang ingin dituju oleh bisnis, tentu kegiatan bisnis

(Newstorm dan Ruch 1975; Hegarti dan Sims, tidak boleh menimbulkan kontradiktif (Muslich, 1979; Singhapakdi dan Vitell, 1990, 1991 dalam

Singhapakdi, Salyachivin,

Kirana (1997) menyatakan bahwa pasar Veerayangkur (2000)).

Virakul

dan

bebas merupakan pranata moral bukan hanya karena Dalam edisi revisinya, Hunt dan Vitell

bisa dan mendatangkan keuntungan bagi semua (1993) secara eksplisit menyatakan bahwa agama

pihak, melainkan juga karena pasar bebas bisa mempengaruhi berbagai komponen dalam

sistem sosial yang proses pengambilan keputusan etika para marketer.

merupakan

sebuah

memungkinkan manusia mewujudkan keutamaan Seperti juga yang dikatakannya, yakni tidak

moral tertentu secara paling bisa baik sesuai dengan diragukan lagi agama yang dianut seseorang secara

kodratnya. Dalam interaksi bisnis mereka tidak pribadi bisa mempengaruhi pembuatan keputusan

hanya saling membutuhkan, melainkan juga mengenai etika.

berkeinginan untuk menjaga dan mempertahankan Keraf (1998a) menyatakan bahwa prinsip-

kehidupan sesamanya, karena hanya dengan prinsip etika bisnis terdiri dari prinsip otonom, juga

keberadaan dan bantuan sesamanya dia bisa kejujuran, keadilan, saling menguntungkan, dan

memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu ia integritas moral. Dengan prinsip-prinsip etika

tidak hanya peduli akan kepentingan pribadinya bisnis jawa dalam kegiatannya sehari-hari. Dalam

sendiri, melainkan mau tidak mau dengan penelitian ini, untuk mengetahui apakah manajer

sendirinya juga peduli terhadap kepentingan telah berperilaku etis didasarkan atas penerapan

sesamanya. Keraf (1998b) menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika jawa bisnis yang telah

bertanggungjawab tidak hanya dikemukakan Spiller (2000) oleh seorang manajer

kesediaan

merupakan titik pangkal moral, melainkan juga dalam aktivitas bisnisnya. Prinsip etika bisnis

adalah konsekuensi dari sikap moral. Atau, tersebut adalah kejujuran, keadilan kepedulian dan

dirumuskan secara lain, kesediaan bertanggung keberanian.

jawab merupakan ciri khas dari makhluk bermoral. Para manajer sekarang secara berkala

Orang yang bermoral adalah orang yang selalu menghadapi keputusan-keputusan yang memiliki

bersedia untuk bertanggung jawab atas tindakannya. dimensi tanggung jawab sosial seperti kemanusiaan,

Kekuatan karakter pribadi baik bagi individu penetapan harga, hubungan-hubungan karyawan,

sebagai manajer maupun individu sebagai karyawan pelestarian sumberdaya, mutu dan keamanan

merupakan salah satu kunci untuk mencapai standar produk, dan operasi-operasi di negara-negara yang

etika bisnis yang tinggi. Sumber daya manusia melanggar hak-hak azasi manusia (Robbins dan

yang berintegritas akan melahirkan organisasi yang Culter, 1999).

tinggi. Sumber daya manusia yang berintegritas Pendekatan lingkungan sosial adalah cara

akan melahirkan organisasi yang memiliki integritas mengamati dan menjelaskan secara analitis

pula, yang pada gilirannya akan melahirkan manajer bagaimana berbagai unsur dipengarui dan

bermoral dan berdampak pada terwujudnya mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.

organisasi dan masyarakat yang baik (Afiff, 1999). Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif

Dari paparan konsep dan hasil penelitian yaitu bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar

diatas dan maka hipotesis dalam penelitian ini etika hak dan kepentingan semua pihak terkait yang

adalah (1) filosofi moral personal berpengaruh berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis harus

positif terhadap perilaku etis manajer, (2) persepsi dijamin, diperhatikan dan dihargai. Dengan

permasalahan etika berpengaruh positif terhadap permasalahan etika berpengaruh positif terhadap

Blitar dan Kota Blitar, yaitu mewakili Bakorwil I; dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan

Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto sosialnya dan (4) etika bisnis yang dalam penelitian

mewakili Bakorwil II; Kabupaten Malang dan Kota ini ditinjau dari filosofi moral personal, persepsi

Malang mewakili Bakorwil III; Kabupaten Sidoarjo permasalah etika, nilai etika perusahaan, dan

dan Kota Surabaya mewakili Bakorwil IV, (2) agama akan berpengaruh terhadap tanggung jawab

menentukan unit sampel industri kecil makanan di perusahaan pada lingkungan sosialnya.

kabupaten dan kota yang terambil sebagai sampel pada tahap 1 menggunakan 144 strafied random

METODE PENELITIAN

alokasi sampel secara Metode yang digunakan dalam penelitian ini

sampling dengan

proporsional. Jumlah sampel pada prinsipnya adalah metode survey, yakni penelitian yang

disesuaikan dengan alat analisis yang digunakan. mengambil sampel dari suatu populasi dan

Karena dalam penelitian ini menggunakan alat menggunakan kuesioner sebagai instrumen yang

analisis Structural Equation Modeling (SEM) maka merupakan

sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hair et al. (Singarimbun adala dan Effendi, 1995). Karena

alat pengumpul

data

pokok

(1992) bahwa ukuran sampel untuk SEM adalah penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan

100- 200. Dalam penelitian ini ditetapkan besar hubungan kausal antar variabel dapat melalui

sampel adalah 200 unit industri kecil makanan yang pengujian hipotesis, maka sifat penelitian ini adalah

tersebar di 4 kabupaten dan 4 kota secara penelitian penjelasan (explanatory research).

proporsional dan dapat dianggap representatif baik Penelitian ini berusaha memahami etika

dari aspek metodologis maupun untuk keperluan bisnis manajer industri kecil makanan, dengan

analisis.

mengadakan dan pengamatan tentang faktor-faktor

dengan menggunakan yang mendasari pengambilan keputusan manajer

Analisa

data

Structural Equation Modelling (SEM) dengan untuk berperilaku etis. Aplikasi dari etika binis dan

software SPSS dan AMOS. Proses analisis dengan perilaku etis manajer dapat dilihat dari tanggung

model SEM akan mengikuti prosedur seperti yang jawab sosial perusahaan terhadap stake holders.

dikemukakan oleh aku Hair et al. (1995) yang Populasi dalam penelitian ini adalah industri

meliputi tujuh langkah, yaitu; (1) Pengembangan kecil akanan diseluruh Propinsi Jawa Timur.

model berbasis konsep dan teori (2) Pengembangan Kriteria industri kecil dalam penelitian ini mengacu

diagram alur (path diagram) (3) Konversi diagram pada Undang-Undang No. 9 Tahun 1994 tentang

path ke dalam persamaan struktural dan model kriter usaha kecil, yaitu kegiatan ekonomi rakyat

pengukuran (4) Memilih matriks input dan estimasi yang berskala kecil dan memenuhi kriteria

model (5) Menilai indentifikasi masalah (6) kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta

Evaluasi model dengan kriteria goodness of fit (7) kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-

Interpretasi dan modifikasi model. undang ini.

Menurut Ferdinand (2002) asumsi yang Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian

harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur didapatkan

pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan data tentang sentra industri kecil kerajinan yang

dan SEM adalah sebagai berikut: Ukuran Sampel memenuhi kriteria sesuai dengan Undang-Undang

data Normalitas, Outlier.s, Multicollinearity dan tersebut diatas, yang mana didalamnya terdapat

singularity .

juga industri kecil makanan Sentra industri Uji kesesuaian (fit index) digunakan untuk kerajinan di Propinsi Jawa Timur dibagi menjadi 4

mengukur derajat kesesuaian antara model yang Bakorwil. Dengan demikian populasi daerah terdiri

dihipotesiskan dengan data yang disajikan dari 29 Kabupaten dan 9 Kota yang terdapat di 4

(Ferdinand, 2002). Beberapa fit index digunakan Bakorwil tersebut.

dalam SEM untuk mengukur kebenaran model yang Teknik samplingnya terdiri dari dua tahap:

diajukan.

(1) menentukan unit sampling daerah yaitu untuk menentukan daerah kabupaten/kota yang akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

dijadikan sampel penelitian. Mengingat bahwa Berikut ini dijelaskan karakteristik responden daerah kabupaten/kota di seluruh Jawa Timur yang

berdasarkan pada pendidikan, umur, lama usaha, mempunyai sentra industri kecil terdiri dari 29

dan jumlah tenaga kerja.

kabupaten dan 9 kota dalam 4 Bakorwil, maka

responden yang untuk menetapkan unit samplingnya adalah dengan

Jenjang

pendidikan

terbanyak 29 SLTA yaitu sebesar 39% selanjutnya metode purposive sampling. Dari masing-masing

adalah responden yang berpendidikan SD sebanyak Bakorwil ditetapkan 1 kabupaten dan 1 kota

30%, sedangkan responden yang berpendidikan sehingga secara keseluruhan ada 4 kabupaten dan 4

SLTP yaitu sebesar 26%, jumlah responden yang kuesioner yang digunakan sebagai instrumen dan berpendidikan perguruan tinggi hanya sebesar 5%.

penelitian dapat dikatakan valid atau butir-butir Dari sejumlah 144 responden 38% berusia

pertanyaan tersebut mengukur aspek yang sama.

41- 50 tahun, sedangkan yang berusia 31-40 tahun Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adalah sebesar 29%, sebanyak 22% dari responden

menggunakan Cronbach-Alpha seluruh variabel berusia antara 21-30 tahun, responden yang berusia

adalah reliabel karena telah memenuhi cut off yang antara 51-60 tahun adalah sebanyak 9%. Prosentase

disyaratkan, yaitu diatas 0,6 (Nunnaly dalam yang terendah adalah responden yang berusia 61

Solimun, 2002). Dengan demikian seluruh variabel tahun yaitu sebesar 2% atau sebanyak 3 responden.

laten yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dari keseluruhan responden yang berjumlah

reliabel.

akan 144 orang. 44 orang (31%) sudah menggeluti Berdasarkan hasil penelitian maka dapat usahanya selama antara 6-10 tahun, sejumlah 42

disimpulkan bahwa seluruh variabel laten memiliki orang (29%) mempunyai lama usaha antara 1-5

model pengukuran yang dapat diterima, hal ini akan tahun, dan responden yang mempunyai lama

dibuktikan dengan dipenuhinya kriteria yang usaha antara 11-15 tahun adalah sebanyak 18% (26

meliputi P Value, CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI, CFI, orang), maka selanjutnya responden yang

dan RMSEA pada semua variabel laten. menggeluti usahanya lebih dari 21 tahun adalah

Tingkat signifikansi yang lebih dari 0.5, sebanyak 18 orang (12%), dan yang memiliki lama

bahkan ddalam uji kesesuaian model tersebut juga usaha antara 16-20 tahun adalah sejumlah 14

diperoleh hasil P value lebih dari 0.4 untuk variabel orang(10%).

etika bisnis, perilaku dan tanggung jawab tenaga Berdasarkan hasil penelitian, maka diketahui

perusahaan pada lingkungan sosial, maka hal ini bahwa responden (77%) memiliki jumlah tenaga

yang menunjukkan bahwa hipotesa nol yang kerja antara 1-5 orang sedangkan responden yang

menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara memiliki tenaga kerja antara 6-10 orang sebanyak

matriks kovarians sample dengan matriks kovarians

21 responden (5%). Jumlah responden yang populasi yang diestimasi tidak dapat ditolak. memiliki tenaga kerja antara 6-20 orang adalah

Dengan diterimanya hipotesa nol ini berarti model sebesar 3%, yang demikian juga dengan responden

dapat diterima. Indeks-indeks lainnya ternyata juga yang mempunyai tenaga kerja dari 21 orang juga

menunjukkan tingkat penerimaan yang baik. sebanyak 3% atau sejumlah 4 responden.

Berdasar hasil penelitian menunjukkan Hasil ujian normalitas data dengan

bahwa dari indikator yang digunakan untuk memeriksa nilai z pada α = 0,01 menunjukkan

mengukur sebuah variabel laten secara bersama- bahwa dari sebanyak 43 item indicator secara

sama cukup kuat mencerminkan unidimensionalitas univariate keseluruhannya berdistribusi normal.

variabel, yang mana hal ini dilihat dari p value Namun secara multivariate yaitu pada Assessment

masing-masing indikator dalam sebuah variabel of Normality (dengan menggunakan software

laten tidak ada yang mempunyai nilai yang melebihi AMOS 5.0) nilai c.r. (critical ratio) = 18,177,

0,05. Dengan demikian semua indikator yang ada yang berarti melebihi ambang normalitas data.

tersebut mampu menjelaskan variabel laten yang Asumsi ini dapat diabaikan jika ukuran sample

dibentuknya sehingga semua indikator tersebut adalah besar. Dengan mengacu pada dalil Central

dimasukkan dalam proses analisis. Limit Theorm , yaitu bilamana ukuran sampel (unit

Berdasarkan pengujian model struktural analisis) pada penelitian ini adalah 144, dianggap

dapat diketahui bahwa model yang dibuat masih telah memenuhi dalil Central Limit Theorm.

belum memuaskan karena hanya dua kriteria yang Dengan demikian asumsi normalitas data dapat

berhasil terpenuhi yaitu CMIN/DF sebesar 1.525 diabaikan.

dan RMSEA sebesar 0.061, masing-masing berada Pengujian terhadap gejala muiltikolinieritas

di bawah cut of value-nya. Oleh karena itu untuk antara variabel bebas memperlihatkan tidak adanya

menghasilkan model yang baik, maka model gejala mulikolinieritas yang merusak model, hal ini

dimodifikasi yang disarankan oleh AMOS 5.0. terlihat dari determinant of sample covariance

Modifikasi model ini diutamakan hanya pada matrix sebesar 368.421.951,800 dan angka ini jauh

korelasi antar item dan tidak memodifikasi jalur dari nol. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak

pengaruh.

terjadi multikolinieritas atau singularitas dalam data Hasil uji goodness of fit overall model ini sehingga asumsi terpenuhi.

setelah modifikasi menunjukkan bahwa empat Dari aplikasi statistik didapatkan hasil bahwa

indeks mengalami perbaikan, mampu memenuhi pemeriksaan validitas dengan tingkat signifikansi

syarat cut of value-nya yaitu Chi Square yang factor loading menunjukkan semua indicator adalah

menurun menjadi semakin kecil, p value, TLI dan valid karena tidak ada indicator yang mempunyai p

CFI. Meskipun GFI masih belum memenuhi syarat value lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa

cut of value , namun merujuk pada prinsip

Parsimony, maka dapat dikatakan secara yang menguji antara variabel etika bisnis terhadap keseluruhan model dianggap telah memenuhi syarat

intensitas perilaku etis manajer adalah signifikan; dan dapat dikatakan baik sehingga model ini layak

hipotesis 2 yang menguji antara variabel etika bisnis digunakan sebagai dasar analisis lebih lanjut.

terhadap tanggung jawab perusahaan pada Pengujian hipotesis dilakukan dengan

lingkungan sosial adalah signifikan; hipotesis 3 membandingkan nilai probabilitas (p), dikatakan

yang menguji antara variabel perilaku etis anajer signifikan apabila p ≤ 0.05. Mengacu pada kriteria

terhadap tanggung jawab perusahaan pada tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1

lingkungan sosial juga signifikan.

Tabel 1 Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Variabel Variabel dependen Koef. Jalur Cr ≥ 2 P Value Keterangan Independen

Perilaku etis

H1 Etika Bisnis

0.000 Signifikan

manajer Tanggung jawab

H2 Etika Bisnis

perusahaan pada

0.002 Signifikan

lingkungan sosial Tanggung jawab

Perilaku Etis

0.003 Signifikan Manajer

H3 perusahaan pada

lingkungan sosial

Berdasarkan uji yang telah dilakukan maka mengukur tentang keabsolutan moral seseorang, diketahui bahwa etika bisnis berpengaruh terhadap

sedangkan relativisme adalah sejauhmana individu etika perilaku etis manajer. Hasil penelitian ini

menolak aturan moral universal/semesta yang mendukung teori dari Ferrell dan Greshan (1985)

berlaku dalam membuat penilaian etis yang mana yang menyatakan bahwa "It is impossible to develop

hal ini sama dengan etika teleology.

a bob framework of ethical decision making without Berdasarkan distribusi jawab responden indil evaluating normative ethical standards

didapatkan bahwa etika deontologi memperoleh derived from men moral philosophy . Demikian juga

nilai rata-rata yang lebih tinggi yaitu sebesar 4.95, dengan apa yang dikatakan (Keraf, 1997) bahwa

yang masuk pada kriteria tinggi, sedangkan etika perilaku bisnis yang etis sangat ditentukan oleh nilai

teleology nilai rata-rata sebesar 4.3 yang masuk dan kesadaran moral pelakunya. Hunt dan Vitell

pada kriteria cukup. Dengan demikian dapat (1986) yang mengkhususkan moral philosophies as

dikatakan bahwa etika deontologi manajer industri core of their situa general theory of marketing

kecil makanan lebih kuat daripada etika ethics . Anuson Singhapakdi, Scott J Vitell (1993)

teleologinya, namun bila yang dilakukan analisis dalam

lebih lanjut yaitu berdasarkan bobot faktor (factor

loading ) dari masing-masing indikator didapatkan dipengaruhi oleh bermacam-macam dimensi sistem

pertimbangan etika dari marketer adalah

bahwa etika teleoglogy justru memperoleh bobot nilai personalnya. John Paul Fraedrich (1993)

yang tertinggi dalam membentuk etika bisnis dalam penelitiannya menemukan bahwa manajer

seseorang.

yang diklasifikasikan sebagai rule deontologist Hal ini berarti bahwa manajer yang sekaligus menempati ranking tertinggi dalam skala EB.

sebagai pemilik industri kecil makanan cenderung Dalam penelitian inipun didapatkan bahwa

menganggap bahwa penilaian etika didasarkan pada filosofi moral personal yang merupakan dimensi

situasi, dalam artian baik buruknya suatu tindakan etika bisnis dapat mempengaruhi perilaku etis

didasarkan pada tujuan yang mau dicapai dengan manajer, dengan demikian mendukung teori-teori

tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang dan hasil penelitian tersebut diatas.

ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan Penelitian yang telah dilakukan oleh

dinilai oleh baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu Singhapakdi

yang baik, atau kalau akibat yang ditimbulkan oleh Veerayangkur (2000), menunjukkan bahwa

tindakan itu baik. Dengan demikian etika teleologi idealisme mempengaruhi intensitas etika secara

lebih cenderung menjadi situasional, karena tujuan positif, sedangkan relativisme secara negatif

dan akibat dari tindakan itu bisa sangat situasional mempengaruhi intensitas etika manajer, tidak

sifatnya dan karena itu setiap norma dan kewajiban sepenuhnya didukung karena apa yang dikatakan

moral tidak bisa berlaku begitu saja dalam setiap tentang idealisme oleh Singhapakdi dkk tersebut

situasi. Hal ini didasarkan pada indikator yang adalah sama dengan makna etis deontologi yaitu

menyatakan “apa yang dipandang etis terhadap menyatakan “apa yang dipandang etis terhadap

telah berpe dinyatakan diatas, karena berdasarkan memperoleh bobot yang tinggi yaitu sebesar 0.767,

hasil deskripsi jawaban responden diketahui bahwa sedangkan indikator yang menyatakan bahwa

nilai rata-ratanya adalah sebesar 4.78 yang masuk sebuah kebohongan diperbolehkan atau tidak

dalam kriteria cukup tinggi, dalam artian apabila diperbolehkan sepenuhnya bergantung pada

industri kecil makanan menganggap bahwa apabila situasinya, berbohong bisa dibenarkan apabila

suatu keadaan dipersepsikan ada permasalahan etika untuk tujuan yang baik memperoleh bobot sebesar

kelak di dalamnya maka keadaan tersebut akan 0.873.

cukup membuat seseorang/manajer industri kecil Dimensi kedua dari variabel etika bisnis

makanan baik berperilaku lebih etis. Hal ini juga adalah nilai etika perusahaan. Industri kecil

didukung dari analisis lebih lanjut yaitu dengan makanan bisa dikatakan mempunyai nilai etika

melihat bobot faktor (factor loading) dari masing- perusahaan yang tinggi, hal ini dapat dibuktikan

masing indikator yang ada dalam dimensi ini yang dari deskripsi jawab responden yang nilai rata-

kesemuanya mempunyai nilai lebih dari 0.7. ratanya adalah sebesar 5.19 masuk kriteria tinggi.

Dari hasil tersebut bisa diambil kesimpulan Kalau dilihat dari bobot faktor (factor loading)

bahwa manajer industri kecil makanan menganggap yang diperoleh maka untuk indikator yang

bahwa permasalahan tentang etika menjadi menyatakan bahwa “jika dijumpai seseorang

termasuk juga karyawan dalam perusahaan melakukan perilaku

permasalahan masyarakat,

Pelaku bisnis harus yang tidak etis yang menguntungkan dirinya sendiri

masyarakat bisnis.

mengindahkan etika dalam berbisnis kalau ingin maka harus ditegur ” memperoleh bobot yang

bisnisnya tetap bisa berjalan dan bahkan tertinggi yaitu sebesar 0.861, sedangkan untuk

berkembang. Terlebih saat ini dari banyak indikator yang menyatakan “untuk mencapai

kelompok-kelompok penekanan yang bisa tidak keberhasilan

memaksa pelaku bisnis untuk berbisnis lebih etis. mendasark an pada suatu etika tertentu”

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Stoner memperoleh bobot faktor yang terendah diantara

bermacam-macam kelompok indikator-indikator lainnya dalam dimensi nilai

bahwa

penekanan (pressure group) telah mencoba agar etika perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen perusahaan lebih tanggap terhadap meskipun tidak ada aturan yang tertulis tentang

sosial dengan cara oleh pembeli. Upaya seperti itu bagaimana seseorang karyawan dalam industri kecil

dalam beberapa kasus bisa mengubah perilaku makanan harus berperilaku, namun secara tidak

manajemen dan bahkan bisa juga menimbulkan langsung telah disepakati bersama bahwa dalam

perlawanan pada kasus yang lain. melaksanakan pekerjaan dan mengelola suatu bisnis

Sedangkan yang terjadi di Indonesia, seorang karyawan dan juga manajer pemiliknya

terutama sejak reformasi tahun 1997, lingkungan telah mengindahkan aturan-aturan moral yang

eksternal organisasi sangat berpengaruh terhadap berlaku.

kelangsungan suatu perusahaan, Seperti yang Hasil penelitian ini mendukung pernyataan

dikatakan oleh Keraf (1998) bahwa dalam kondisi dari Ferrel dan Gresham (1985)

sosial ekonomi politik semacam Indonesia, mengkhususkan lingkungan perusahaan sebagai

yang

masyarakat setempat, yang termasuk di dalamnya kelompok faktor utama dalam kerangka kontigensi

adalah stake holders lainnya bisa sangat pemahaman keputusan etika.

mempengaruhi hidup matinya suatu perusahaan. Hunt dan Vitell (1986, 1993) menganggap

Ketika Suatu perusahaan beroperasi tanpa lingkungan organisasi sebagai salah satu faktor

memperdulikan kesejahteraan, nilai budaya, sarana utama yang secara langsung mempengaruhi

dan prasarana lokal, lapangan kerja setempat, dan komponen-komponen dalam proses pengambilan

seterusnya akan menimbulkan suasana sosial yang keputusan etika. kelar “persepsi permasalahan

sangat tidak kondusif dan tidak stabil bagi etika” sebagai katalisator proses pembuat

kelangsungan bisnis perusahaan tersebut. keputusan etika pemasaran. Individu yang

Rallapalli (1994) meneliti hubungan antara menganggap permasalahan etika cenderung makin

keagamaan dan norma marketer, dan menemukan memanas, cenderung akan berperilaku lebih etis

bahwa segi keagamaan para marketer secara positif daripada individu yang tidak memiliki pemikiran

mempengaruhi tiga dari lima tipe norma yang akan serupa. Sedangkan dari penelitian yang telah

dimiliki marketer yakni norma informasi dan dilakukan oleh Singhapakdi, Salyachivin, Virakural

kontrak, norma produk dan promosi, dan norma dan Veerayangkur (2000) dilaporkan bahwa

dari kejujuran dan integritas. Umumnya hasil anggapan permasalahan etika ini secara positif

penelitian menunjukkan bahwa marketer yang lebih mempengaruhi intensi etika manajer.

religius cenderung akan mematuhi pedoman dan aturan berperilaku sebagai prinsip yang dianutnya religius cenderung akan mematuhi pedoman dan aturan berperilaku sebagai prinsip yang dianutnya

membentuk etika bisnis manajer industri kecil Salim (1987) menyatakan bahwa dalam

makanan. Etika bisnis yang dibentuk oleh empat mengembangkan etika bisnis, karakter pribadi

dimensi tersebut terbukti berpengaruh terhadap sangat menentukan. Sistem nilailah yang

intensitas perilaku etis manajer industri kecil membimbing etika kelakuan dan tindakan orang.

makanan.

Dan di sinilah etika memegang peranan penting dan Namun demikian karena etika bisnis juga membedakan yang baik dengan yang buruk bangsa

terkait dengan etika politik, maka apabila dari Indonesia umumnya adalah religius. Ini berarti

pelaku bisnis dituntut untuk beretika dalam bahwa dalam kehidupan kekeluargaan sudah

berbisnis hal ini juga terkait dengan tuntutan untuk tertanam etika yang tertumpu pada kehidupan

beretika dalam bidang politik yang tinggi pula. Hal beragama. Maka agamalah yang menjadi kerangka

ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Abeng acuan bagi pengembangan sistem nilai dan tolak

(1987) bahwa secara sosiologis etika bisnis ukur bagi yang baik dan yang buruk. Namun,

merupakan salah satu produk sosial, merupakan Singhapakdi,

suatu produk lingkungannya. Jadi atas dasar hal itu Veerayangkur (2000)

Salyachivin,

Virakul dan

dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial, politik, penelitiannya menunjukkan bahwa manajer yang

berdasarkan

hasil

ekonomi dan budaya dari suatu masyarakat jelas religius tidak selalu memiliki intensi etika lebih

berpengaruh terhadap bagaimana arti, bentuk dan tinggi dari etika manajer yang kurang religius.

penerapan etika bisnisnya. Ada pendapat bahwa Hasil penelitian ini mendukung hasil

lemahnya etika usaha dikarenakan etika bidang penelitian ini dari Rallapi (1994) dab pernyataan

Dengan demikian, bila Salim (1987), dan tidak mendukung sepenuhnya

politik lemah.

menginginkan kuatnya etika usaha, maka etika hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

bidang politik terlebih dahulu harus diperkuat. Dan Singhapakdi dkk. Hal ini disebabkan hasil yang

menurut Syachrudin (1997) apabila etika politik didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa

lemah, mustahil akan diperoleh etika usaha yang jawaban responden memperoleh nilai rata-rata

kuat.

sebesar 5.54 yang berarti sangat mempengaruhi Sehingga yang menjadi permasalahan adalah keputusan etis seseorang dan selanjutnya akan

bagaimana caranya agar bisa meningkatkan etika mempengaruhi perilaku etis orang tersebut,

politik sangat tergantung pada etika pemerintahan jawaban ini merupakan nilai rata-rata terbesar dari

dalam artian yang lebih khusus adalah etika para semua indikator dalam penelitian dan kalau dilihat

pejabat publik. Dan kalau berbicara tentang etika dari hasil factor loading juga didapat hasil terbesar

pejabat publik maka tidak akan terlepas dari diantara semua indikator yang ada dalam penelitian

pemahaman dan pembicaraan tentang dan yaitu sebesar 0.901, ini berarti nilai agama dan

pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good keyakinan terhadap yang agama dianut sangat

dapat governance ). Agar tercipta pemerintahan mempengaruhi perilaku etis dari manajer industri

yang baik dan bersih maka yang harus ada adalah kecil makanan. Berdasarkan hasil dari wawancara

keteladanan nilai pemimpin dan yang tidak kalah yang

pentingnya juga adalah law enforcement membuktikan bahwa agama adalah merupakan

dilakukan dengan

responden

juga

(penegakan hukum).

dasar untuk berperilaku etis seseorang, termasuk Dari hasil penelitian ini berarti bahwa juga perilaku etis dalam berbisnis. Bahkan

aplikasi etika dalam berbisnis akan mengakibatkan Mubyarto (2002) menyatakan bahwa kaitan erat

seorang manajer mempunyai kepekaan yang tinggi antara etika dan sistem ekonomi menjadi semakin

terhadap lingkungan sosial. Manajer yang jelas terlihat melalui peranan ideologi (agama),

mempunyai filosofi juga moral personal yang bagus untuk memberi dan sebagai pembenaran dari sistem

dan bekerja dalam organisasi yang betul-betul ekonomi yang peru diterapkan. Kemampuan ilmu

menerapkan etika serta menerapkan nilai-nilai ekonomi neoklasik ala Paul Samuelson menguasi

agama kehidupannya termasuk dalam bisnis, maka pemikiran

hal ini akan berpengaruh positif terhadap kegiatan penyebarannya

ekonomi dunia

adalah

karena

bisnis perusahaan dengan lingkungan sosial. Hal ini Agama.

menggunakan

metode-metode

mendukung pernyataan dari Muslich (1998) bahwa Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat

prinsip profesional dalam pengelolaan bisnis dikatakan bahwa manajer yang sekaligus pemilik

sebenarnya erat kaitannya dengan aplikasi etika Industri kecil makanan pada dasarnya memiliki

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24