Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kera

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
sebagai Upaya untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya
Saing di Era Global
Alhamuddin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Bandung.
Jln. Rangga Gading No. 8 Bandung Jawa Barat E-mail: alhamuddinpalembang@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana menyusunan kurikulum pendidikan tinggi berbasis
kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI), implikasi, dan strategi implementasinya. KKNI merupakan perwujudan
mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional, system pelatihan kerja nasional serta
system penilaian kesetaraan capaian pembelajaran nasional yang dimiliki untuk menghasilkan sumberdaya manusia
yang bermutu dan produktif. Selain itu, KKNI bertujuan untuk menyetarakan dan memperoleh pengakuan dari negara
lain akan kualitas lulusan dari suatu perguruan tinggi. Dengan demikian, perguruan tinggi harus merespon perubahan
tersebut secara positif sehingga mampu enghasilkan sumberdaya manusia berdaya saing di era global sesuai dengan
harapan dunia kerja.
Kata Kunci : Perguruan Tinggi, KKNI, Kurikulum, Lulusan
Abstract. This study aims to describe how to design the higher education curriculum-based national qualifications
Indonesian framework (KKNI), implications, and strategies for implementation. KKNI embodies the quality and identity of
Indonesia related to the national education system, the national vocational training system and the system of national
assessment of learning outcomes equality held to produce quality human resources and productive. Additionally, KKNI

aims to equalize and gain recognition from other countries will be the quality of graduates from a college. Thus,
universities must respond to these changes in a positive way so as to generate human resources in an era of global
competitiveness according to the expectations of the world of work.
Keywords : Higher Education, Indonesian Qualification Framework, graduate

Pendahuluan
Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua
pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan
kompetensinya dan menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan
dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam
sistem makro, meso, maupun mikro, demikian halnya dalam pendidikan. Sistem pendidikan nasional
senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global.
Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan, mempunyai tujuan membentuk
sarjana-sarjana yang berakhlak mulia, berilmu dan cakap, serta mempunyai kesadaran untuk
bertanggung jawab atas kesejahteraan umat dan masa depan bangsa, sesuai dengan keahlianya,
serta untuk memenuhi keperluan umum. Tujuan ini kemudian dituangkan dan dikemabngkan dalam
tugas pokok yang dimaksud adalah bahwa perguruan tinggi merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional yang menjadi mediator antara ilmu pengetahuan dan teknologi.
Persoalan yang muncul seputar penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana kritik

banyak pihak berkisar pada kualitas, potensi, sistem, etos kerja, pendanaan, sarana pendukung,
atau persoalan yang berkaiatn dengan fungsi dan peranya dalam membangun SDM atau lulusan,
kritik tersebut merupakan indikator untuk menentukan standar kualitas perguruan tinggi. Dari
beberapa persoalan-persolan utama yang dihadapi perguruan tinggi di atas, ada persoalan yang
memerlukan pemecahan yang bersifat segera, anatara lain; mutu lulusan dan sumbangan perguruan
tinggi terhadap pengembangan keilmuan.
Secara kuantitas, lulusan perguruan tinggi sudah cukup besar, secara kualitas kondisinya
masih jauh dari memuaskan. Mutu lulusan masih dianggap belum memnuhi harapan masyarakat.

Page 9

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

Keluhan seperti ini meliputi berbagai hal, mulai dari kompetensi yang paling dasar sampai
profesionalitas mereka dalam melakukan pekerjaan. Sehingga pada akhirnya masih banyak lulusan
yang belum / tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan pada akhirnya banyak diantara mereka
yang masih menganggur. Data statistik, Badan Statistik Negara RI tentang angka pengangguran
menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan mulai tahun 2013,sampai dengan 2015, menunjukkan
bahwa angka pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi, yaitu universitas mengalami kenaikan
setiap tahunya,. selanjutnya, dapat ditunjuukkan pada tabel I berikut ini.

Tabel 1.
Pengangguran Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Sumber: Badan Statistik Negara RI Tahun 2013-2015
No
1
2
3
4
5
6

Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan
SD ke Bawah
Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Atas
Sekolah Menengah Kejuruan
Diploma I/II/III
Universitas
Jumlah


20131
Agustus
53,81
20,56
17,88
9,97
2,93
7,61
112,76

20142
Februari
Agustus
55,31
53,96
21,06
20,35
18,91
18,58

10,91
10,52
3,13
2,96
8,85
8,26
118,17
114,63

2015
Februari Agustus
54,61
50,83
21,47
20,70
19,81
19,81
11,80
10,80
3,14

3,08
10,02
9,56
120,85
114,82

Catatan:
1 Tahun 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk
2 Estimasi ketenagakerjaan sejak 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk

Kedua, sumbangan perguruan tinggi terhadap pengembangan ilmu, teknologi, seni dan
budaya dianggap masyarakat masih kurang signifikan. Masyarakat belum melihat perguruan tinggi
sebagai pusat kajian ilmu tempat mereka menoleh apabila ada persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan agama, apalagi dibidang ilmu pengetahuan, seni dan budaya, serta teknologi.
Hasil penelitian perguruan tinggi tentang masalah kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan tidak
banyak diketahui oleh masyarakat. Mungkin memang karena tidak ada, dianggap tidak bermutu,
atau kurangnya penyebar luasan hasil penelitian tersebut kepada masyarakat.
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan di atas, salah satu faktor yang
sering dijadikan sasaran penyebab dan kurang berhasilnya perguruan tinggi dalam mencapai tujuan
pokok yang termaktub dalam PP No.60 tahun 1999 adalah faktor kurikulum. Mengingat, kurikulum

merupakan rencana pendidikan yang akan diberikan kepada mahasiswa. Bahkan dalam pengertian
yang lebih luas, keberadaan kurikulum tidak saja terbatas pada materi yang akan diberikan di dalam
ruang kuliah, melainkan juga meliputi apa saja yang sengaja diadakan atau ditiadakan untuk dialami
mahasiswa di dalam kampus ( Hamalik, 2007: 4). Oleh karena itu, posisi kurikulum sebagai mata
rantai yang urgen dan tidak dapat begitu saja dinafikan dalam konteks peningkatan kualitas
perguruan tinggi (Furqan, 2007:1).
Dalam telaah Permendikbud No.49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian
pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan program studi. Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
pasal 35 ayat 2 juga menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh setiap
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap program
studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia dan keterampilan.
Disamping itu, globalisasi telah mengakibatkan perubahan keseluruhan kehidupan bermasyarakat,
tidak terkecuali sektor pendidikan dan ketenagakerjaan. Untuk itu, pengembangan kurikulum
merupakan salah satu strategi untuk pembangunan pendidikan nasional agar lulusan dapat memiliki

Page 10

Alhamuddin. Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia sebagai Upaya

untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya Saing di Era Global

beberapa keahlian, terutama kemampuan menggunakan pengetahuan, pemahaman dan
kecakapan-kecapakan berpikir teoretis dan praktis serta kecakapan-kecakapan lainya untuk dapat
melakukan tugas pekerjaan secara efektif sesuai dengan tuntutan standar pekerjaan tertentu
(Muhaimin, 2009: 154-155). Singkatnya, dengan pengembangan kurikulum diharapkan agar mampu;
(1) mutu pendidikan lebih terjamin; (2) lebih dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja; dan (3)
peran perguruan tinggi sebagai agen perubahan masyarakat dapat lebih terpenuhi.
Maka, peninjauan kembali terhadap kurikulum dan proses belajar mengajar hendaknya
difokuskan pada pembinaan lulusan yang memiliki berbagai kompetensi, pertama, sikap dan tata
nilai. Kedua, kemampuan kerja. Ketiga, penguasaan pengetahuan. Keempat, tanggung jawab dan
wewenang. Keempat kompetensi tersebut dijabarkan dalam capaian pembelajaran kurikulum
berbasis KKNI. Dengan harapan kompetensi lulusan perguruan tinggi dapat disandingkan,
disetarakan, dan diintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja. Hal ini menyebabkan Negara-negara GATS dan AFTA menyusun kerangka
kualifikasi nasional.
Dengan memperhatikan realitas yang ada, maka orientasi penyiapan lulusan perlu diperluas.
Dari beberapa faktor yang memperngaruhi kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan, diantaranya;
kebijakan Perguruan Tinggi, kurikulum, personel, sarana prasarana, sistem keuangan, sistem
informasi, lingkungan, dan hubungan dengan masyarakat. Menurut hemat penulis kurikulumlah yang

bisa dianggap menjadi prioritas utama untuk diperhatikan. Peninjauan kembali terhadap kurikulum
yang ada, dengan menyiapkan segala perangkatnya yang dapat menunjang tercapainya idealisme
tersebut. Salah satunya adalah mengembangkan kurikulum yang ada disesuaikan dengan kerangka
kualifikasi nasional yang disusun oleh pemerintah.
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia atau disingkat KKNI merupakan kerangka
penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja
dalam rangka memberikan pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sector (Tim, 2014:11). Hal tersebut termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 8 tahun
2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Selain itu, KKNI juga merupakan perwujudan
mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan system pendidikan nasional dan pelatihan yang
dimiliki oleh bangsa ini. Dengan demikian, dapat dimaknai bahwa KKNI merupakan sebuah sarana
yang memungkinkan hasil pendidikan, khususnya pendidikan tinggi dengan mudah dapat melakukan
penyepadanan dan penyejajaran dengan hasil pendidikan bangsa lain di belahan dunia. Selain itu,
melalui penerapan KKNI hanya SDM yang berkualifikasi yang dapat masuk dan bekerja di
Indonesia. Melalui fungsi yang komprehensif tersebut, menjadikan KKNI berpengaruh pada setiap
bidang dan sector di mana sumber daya manusia dikelola, termasuk di dalamnya pada system
pendidikan tinggi, terutama pada aspek kurikulum (Tim, 2014:11).
Di samping itu, kebutuhan akan KKNI saat ini sangat mendesak, mengingat persaingan global

tenaga kerja nasional maupun internasional yang semakin terbuka luas. Ada beberapa konvensi
internasional yang telah dirattifikasi Indonesia, seperti GATS (General Agreement on Trade in
Service), WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade Area), dan The Recognition of
Studies Diplomas and Degrees in Higher Education in Asia and the Pacific, yang kesemua itu
memiliki cakupan yang jelas tentang kesepahaman internasional tentang sektor ketenaga kerjaan
yang berhubungan dengan sektor ekonomi dan perdagangan serta pendidikan sebagai sektor
penghasil tenaga kerja yang bermutu. Selain itu, tingginya angka pengangguran di Indonesia.
Selain itu, dalam KKNI dinyatakan Sembilan kualifikasi SDM Indonesia yang produktif yang
secara komprehensif mempertimbangkan dua sisi penting relevansi pendidikan dan pelatihan yaitu

Page 11

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

kebutuhan kompetensi kerja (job competency) dalam ranah dunia kerja serta capaian pembelajaran
yang dihasilkan oleh suatu proses pendidikan (Dirjen Dikti, 2010:5). Diskriptor setiap jenjang
kualifikasi yang merupakan paduan antara kompetensi kerja dan capaian pembelajaran juga
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, perkembangan sectorsektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat seperti perindustrian, pertanian,
kesehatan, hokum dan aspek lain yang terkait serta aspek-aspek pembangun jati diri bangsa yang
tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika, yaitu komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama,

suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.
Beberapa alasan yang mendasar munculnya pergeseran penamaan kurikulum pendidikan
tinggi dari KBK ke kurikulum pendidikan tinggi (K-DIKTI) sebagaimana disebutkan dalam buku
“Kurikulum Pendidikan Tinggi” adalah sebagai berikut ini.
a. Penamaan KBK tidak sepenuhnya didasari oleh ketetapan peraturan, sehingga masih
memungkinkan untuk terus berkembang sesuai dengan kaidah kurikulum itu sendiri yang terus
berkembang dan menyesuiakan pada kondisi terkni dan masa mendatang.
b. KBK mendasarkan pengembangannya pada kesepakatan penyesuaian kompetensi lulusan oleh
perwakilan penyelenggara program sttudi yang akan disusun kurikulumnya. Kesepakatan ini
umumnya sepenuhnya merujuk pada parameter ukur yang pasti, sehingga memungkinkan
pengembang kurikulum menyepakati kompetensi lulusan yang kedalaman atau level capaiannya
berbeda dengan pengembang kurikulum lainnya walaupun pada program studi yang sama pada
jenjang yang sama pula.
c. Ketiadaan parameter ukur dalam system KBK menjadikan sulit untuk menilai apakah program
studi jenjang pendidikan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya. Artinya, tidak
ada yang dapat menjamin apakah kurikulum program D4 misalnya lebih tinggi dari program D3
pada program studi yang sama jika yang menyusun dari kelompok yang berbeda.
d. KKNI memberikan parameter ukur berupa jenjang kualifikasi dari jenjang 1 terendah sampai
jenjang 9 tertinggi. Setiap jenjang KKNI bersepadan dengan level capaian pembelajaran (CP)
program studi pada jenjang tertentu, yang mana kesepadanannya untuk pendidikan tinggi
adalah level 3 untuk D1, level 4 untuk D2, level 5 untuk D3, level 6 untuk D4/S1, level 7 untuk
profesi (setelah sarjana), level 8 untuk S2, dan level 9 untuk S3. Kesepahaman ini ditunjukkan
pada gambar 2.3.
e. CP pada setiap level KKNI diuraikan dalam diskripsi sikap dan tata nilai, kemampuan,
pengetahuan, tanggung jawab dan hak dengan pernyataan yang ringkas yang disebut dengan
descriptor generic. Masing-masing descriptor mengindikasikan kedalaman dan level dari CP
sesuai dengan jenjang program studi.
f.

K-DIKTI sebagai bentuk pengembangan dari KBK menggunakan level kualifikasi KKNI sebagai
pengukur CP sebagai bahan penyusun kurikulum suatu program studi.

g. Perbedaan utama K-DIKTI dengan KBK dengan demikian adalahpada kepastian dari jenjang
program studi karena CP yang diperoleh memiliki ukuran yang pasti.
Analisis Profil Lulusan
Penentuan profil lulusan merujuk pada jenjang kualifikasi yang sesuai dengan KKNI. Aspek
yang perlu menjadi pertimbangan mencakuup : sikap dan tata nilai, kemampuan, pengetahuan,
tanggung jawab dan hak yang akan diembang oleh seorang lulusan. Kesesuaian tersebut dilakukan
dengan cara membandingkan terhadap diskriptor generic KKNI (Tim, 2014:31).
Di samping itu, untuk membangun kekhasan program studi, dianjurkan untuk mengidentifikasi
keunggulan atau kearifan local / daerah. Sehingga rumusan profil lulusan akan memuat informasi
mengenai kemampuan untuk menjawab persoalan dan tantangan yang berkembang atau muncul di

Page 12

Alhamuddin. Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia sebagai Upaya
untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya Saing di Era Global

daerah masing-masing, jika perlu bahkan perlu menjadi nilai unggul dari program studi
bersangkutan. Demikian halnya dengan perkembangan berbagai sector yang muncul di masyarakat
yang harus dapat diakomodasi, sehingga turut dalam mewarnai profil (Tim, 2014:31). Profil yang
telah terdefenisi dengan jelas akan menjadi modal utama dalam mengembangkan pernyataan CP
program studi.
Capaian Pembelajaran dalam KKNI
Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI dinyatakan sebagai capaian pembelajaran yang
mencakup aspek-aspek pembangunan jati diri bangsa, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kemampuan untuk dapat melakukan kerja secara bermutu, serta wewenang dan
kewajiban sseseorang sesuai dengan level kualifikasinya. Aspek pembangunan jati diri bangsa
tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhineka Tunggal Ika yaitu menjunjung
tinggi pengamalan kelima sila pancasila dan pengetahuan hokum, serta mempunyai komitmen untuk
menghargai keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di
bumi Indonesia. Dalam KKNI, CP didefenisikan sebagai kemampuan yang diperoleh melalui
internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. CP
merupakan alat ukur dari apa yang diperoleh seseorang dalam menyelesaikan proses belajar, baik
terstruktur maupun tidak. Rumusan CP disusun dalam empat unsure yaitu: sikap dan tata nilai,
kemampuan kerja, penguasaan pengetahuan, dan wewenang dan tanggung jawab. Sikap dan tata
nilai. Merupakan perilaku dan tata nilai yang merupakan karakter atau jati diri bangsa dan Negara
Indonesia. Sikap dan tata nilai ini terinternalisasi selama proses belajar, baik terstruktur maupun
tidak. Kemampuan kerja. Merupakan wujud akhir dari transformasi potensi yang ada dalam setiap
individu pembelajar menjadi kompetensi atau kemampuan yang aplikatif bermanfaat. Penguasaan
pengetahuan. Merupakan informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh
pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman yang terkumulasi untuk memiliki suatu kemampuan.
Wewenang dan tanggung jawab. Merupakan konsekuensi seorang pembelajar yang telah memiliki
kemampuan dan pengetahuan pendukungnya untuk berperan dalam masyarakat secara benar dan
beretika. Perumusan masing-masing unsure deskripsi CP diuraikan dalam parameter sebagaimana
dinyatakan dalam tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Parameter CP
Sumber : Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014: 6)

Sikap

Keterampilan umum

Keterampilan Khusus

Pengetahuan

Parameter CP
Unsur sikap harus mengandung makna yang sesuai dengan rincian unsur
sikap yang ditetapkan dalam SN DIKTI. Penambahan pada unsur sikap
dimungkinkan bagi program studi untuk menambahkan cirri perguruan
tinggi pada lulusan atau bagi program studi yang lulusannya membutuhkan
sikap-sikap khusus untuk menjalankan profesi tertentu.
Unsur keterampilan umum harus mengandung makna yang sesuai dengan
rincian unsur keterampilan umum yang ditetapkan dalam SN DIKTI.
Penambahan pada unsur keterampilan dimungkinkan bagi program studi
untuk menambahkan cirri perguruan tinggi pada lulusan
Unsur keterampilan khusus harus menunjukkan kemampuan kerja di
bidang yang terkait program studi, metode atau cara yang digunakan
dalam kerja tersebut, dan tingkat mutu yang dapat dicapai, serta kondisi /
proses dalam mencapai hasil tersebut. Lingkup dan keterampilan harus
memiliki kesetaraan dengan lingkup dan tingkat kemampuan kerja yang
tercantum di dalam deskripsi CP KKNI menurut jenis dan jenjang
pendidikan (tabel 2). Jumlah dan macam keterampilan khusus ini dapat
dijadikan tolak ukur kemampuan minimal lulusan dari suatu jenis program
studi yang disepakati.
Unsur pengetahuan harus menunjukkan dengan jelas bidang / cabang ilmu
atau gugus pengetahuan yang menggambarkan kekhususan program

Page 13

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

studi, dengan menyatakan tingkat penguasaan, keluasan, dan kedalaman
pengetahuan yang harus dikuasai lulusannya. Hasil rumusan pengetahuan
harus memiliki kesetaraan dengan standar isi pembelajaran dalam SN
DIKTI 9tabel 3). Dalam pemetaan atau penggambaran bidang keilmuan
tersebut dapat menggunakan referensi rumpun ilmu atau bidang keahlian
yang telah ada atau kelompok bidang keilmuan / pengetahuan yang
dibangun oleh program studi sejenis.

Tabel 3.
Kata Kunci Tingkat Kemampuan Kerja dalam Deskripsi KKNI
Sumber: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014)
Level
Kualifikasi
9
8
7
6
5
4
3

Kata Kunci Tingkat Kemampuan

Program

Melakukan pendalaman dan perluasan IPTEKS, riset multi-disiplin
Mengembangkan IPTEKS melalui riset intern / multi disiplin, inovasi, teruji
Mengelola sumber daya, menerapkan, minimal stara standar profesi,
mengevaluasi, pengembangan strategi operasional
Mengaplikasi, mengkaji, membuat desain, memanfaatkan IPTEKS,
menyelesaikan masalah
Menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih berbagai metode
Menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik, memilih metode
baku
Melaksanakan srangkaian tugas spesifik

Doctor
Magister
Profesi
Sarjana
Diploma 3
Diploma 2
Diploma 1

Tabel 4.
Tingkat Penguasaan Pengetahuan Sesuai Standar Isi Pembelajaran
Sumber: Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (2014)
Level
Kualifikasi
9
8
7

6

5
4
3

Kata Kunci Tingkat Kemampuan

Program

Menguasai filosofi keilmuan bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu
Menguasai teori dan teori aplikasi bidang pengetahuan
tertentu
Menguasai teori aplikasi bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu
Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu secara umum dan konsep teoretis
secara khusus dalam bidang pengetahuan dan
keterampilantersebut secara mendalam
Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan dan
keterampilan tertentu secara umum
Menguasai prinsip dasar pengetahuan dan keterampilan
bidang keahlian tertentu
Menguasai konsep umum, pengetahuan dan
keterampilan operasional lengkap

Doctor / Doktor terapan /
spesialis II
Magister / Magister Terapan /
spesialis I
Profesi

Sarjana / Sarjana Terapan

Diploma 3
Diploma 2
Diploma 1

Catatan.
Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran bersifat kumulatif dan / atau integrative .

Deskripsi CP menjadi komponen penting dalam rangkaian penyususnan kurikulum
pendidikan tinggi. CP dapat dipandang sebagai resultan dan hasil keseluruhan proses
belajar yang telah ditempuh oleh seorang mahasiswa selama menempuh studinya pada

Page 14

Alhamuddin. Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia sebagai
Upaya untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya Saing di Era Global

satu program studi tertentu. Karena sifatnya yang multifungsi, maka format deskripsi CP
dapat beragama sesuai dengan kebutuhannya. Pada fungsi tertentu CP dapat dan harus
dideskripsikan secara ringkas, namunpada saat yang lain perlu diuraikan secara rinci.
Keberagaman format CP sesuai dengan fungsinya tidak boleh menghilangkan fungsifungsi utamanya, sehingga CP pada program studi yang sama akan tetap memberikan
pengertian dan makna yang sama walaupun dinyatakan dalam format berbeda.
Pada saat dipergunakan sebagai penciri atau pembeda program studi yang
nantinya akan dituliskan pada SKPI yang menyatakan keragaman kemampuan yang
dicapai oleh lulusan, pernyataan CP cenderung ringkas namun mencakup semua
informasi penting yang dibutuhkan. Sedangkan pada saat dipergunakan untuk
mengembangkan kurikulum pada program studi, pernyataan CP harus lebih diperinci untuk
menelusuri bahan kajian yang akan disusun.
Strategi Implementasi KKNI
Dalam era globalisasi saat ini, pergerakan tenaga kerja antara Negara akan
semakin mengalir sehingga tuntutan terhadap pengelolaan serta peningkatan mutu tenaga
kerja nasional serta kesetaraan kualifikasinya dengan tenaga kerja asing akan menjadi
salah satu tantangan terbesar bagi pengembangan perekonomian Indonesia. Oleh karena
itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa KKNI harus mampu menjadi rujukan penataan tenaga
kerja Indonesia di berbagai sector kegiatan perekonomian formal maupun informal dengan
menetapkan jenjang kualifikasi yang jelas serta kesetaraanya dengan kualifikasi Negaranegara lain di Indonesia. Karena begitu banyak dan bervariasinya kualitas produk
pendidikan formal, nonformal maupun informal, maka KKNI merupakan rujukan bagi
semua jenis lembaga pendidikan atau pelatihan yang bertanggung jawab mempersiapkan
angkatan kerja Indonesia menjadi tenaga kerja yang berkualifikasi atau bertanggung jawab
terhadap pemulihan kelompok pengangguran yang belum memperoleh pekerjaan tetap.
Tenaga kerja yang belum memenuhi kualifikasi KKNI dimana mutu dan kinerja yang
dihasilkan tidak terukur atau belum sesuai dengan yang dipersuaratkan oleh pengguna
tenaga kerja, dapat disesuaikan melalui pendidikan atau pelatihan tambahan pada
lembaga yang telah memiliki program sesuai dengan kriteria KKNI.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa KKNI merupakan suatu
pembaharuan yang dilakukan pemerintah dalam rangka penyetarakan dan pengakuan
lulusan dalam negeri dengan lulusan dari dan berbagai universitas dunia. Untuk itu,
perguruan tinggi vokasional dan perguruan tinggi pada umumnya yang ada di Indonesia
harus merespon kebijakan tersebut secara positif, salah satunya dengan menyesuaikan
kurikulum yang ada dengan standar kerangka kerja Indonesia dan standar-standar yang
telah ditentukan berbagai perusahaan dan lembaga penerima kerja. Tidak dapat dipungkiri
bahwa peran kurikulum dalam suatu lembaga pendidikan ibarat jantung, kurikulum sangat
berpengaruh dalam menentukan kompetensi lulusan, untuk itu kurikulum harus senantiasa
dikembangkan secara berkala (continuous quality improvement) sehingga mampu
mengembangkan SDM Indonesia berdaya saing di era global.

Page 15

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

Daftar Pustaka
Azra, A. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonstruksi dan Demokratisasi.
Jakarta. Kompas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI. (2010). Buku
Pedoman Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Edisi 1. Jakarta. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian Pendidikan Nasional RI. (2010).
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Kajian tentang Implikasi dan Strategi
Implementasi KKNI. Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kementerian
Pendidikan Nasional RI.
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Panduan
Penysunan CCapaian Pembelajaran Program Studi. Jakarta Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. .
Furchan, A. et.al. (2005). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan
Tinggi Agama Islam. Yogyakarta. Pustaka. Pelajar.
Hamalik,O. (2008). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung.
Rasdakarya.

Remaja

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013 tentang
Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi.
Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2000). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Jakarta.
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2002). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor
045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Muhaimin. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam dalam Paradigma Pengembangan,
Manajemen Kelembagaan hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Jakarta. Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Presiden Republik Indonesia (2012). Peraturan Presiden Republik Indonesia No.12
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Jakarta. Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Page 16

Alhamuddin. Kurikulum Perguruan Tinggi Berbasis Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia sebagai
Upaya untuk Mengembangkan Sumberdaya Manusia Indonesia Berdaya Saing di Era Global

Tim Kerja. (2014). Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta. Direktorat Pembelajaran
dan Kemahasiswaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Page 17

Vokasional. Vol. 1, No. 1, (Oktober 2015) ISSN : 2476-9002

Page 18