FASILITAS PERPAJAKAN TAX HOLIDAy PEMBEBA

FASILITAS PERPAJAKAN (TAX HOLIDAy) PEMBEBASAN ATAU
PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN BAGI
PERUSAHAAN INDUSTRI (KALANGAN DUNIA USAHA) YANG
MELAKUKAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
H. Djafar AI Bram 1

Abstract
At the end of the year 2010, the government has prepared a given grant a Tax
Holiday and the end of 2011 the government has completed all of its legal
basis. The expectations with the this Tax Holiday, government can improve
realization offoreign investment in Indonesia to boost economy in real terms
by Granting a Tax Holiday is based on Article 29, paragraph (1) of
Government Regulation No. 94 Year 2010 concerning Taxable Income
Calculation and Income Tax Payment in the Current Year, regulated that the
taxpayers making new investments are a pioneer industry, who did not get the
facilities referred to in Article 31A of Income Tax Act may be granted
exemption or reduction of C Corporate Income Tax as referred to in Article 18
paragraph (5) of the Law No. 25 of 2007 on Investment. Facility forms,
application requirements, supervision approval has been set forth in the
Regulation of the Finance Minister No. 1301PMK.01112011 on the Facilitation
of Corporate Income Taxes Exemption or Reduction.

Keywords: tax holiday, sarana pendukung, dunia usaha

Abstrak
Pada akhir tahun 2010, pemerintah telah menviapkan hibah 、・ョセ。@
memberikan tax Holidav dan pada akhir tahun 2011 pemerintah telah
tax Holidav ini,
menvelesaikan semua dasar hukumnva. Harapan 、・ョセ。@
realisasi investasi 。ウゥョセ@
di Indonesia untuk
pemerintah dapat ュ・ョゥセォ。エ@
ュ・ョゥセォ。エ@
perekonomian secara riil 、・ョセ。@
Pemberian tax Holidav
didasarkan pada Pasal 29 avat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun
p・ョセィゥエオ。@
p・ョセィ。ウゥャ@
Kena Pajak p・ョセィ。ウゥャ@
dan
2010 エ・ョ。セ@
Pembavaran Pajak dalam Tahun Berjalan, diatur bahwa Wajib Pajak

melakukan investasi baru industri pionir, カ。ョセ@
tidak mendapatkan {asilitas
ウ・「。セゥュョ@
dimaksud dalam Pasal 31A UU PPh dapat diberikan
Pajak p・ョセィ。ウゥャ@
Badan C ウ・「。セゥュョ@
pembebasan atau ー・ョセオイ。@
dimaksud dalam Pasal 18 avat (5) uョ、。セM@
Nomor 25 Tahun 2007
エ・ョ。セ@
Penanaman Modal. Bentuk {asilitas, persvaratan aplikasi, persetujuan
ー・ョセ。キウ@
telah diatur dalam Peraturan Menteri k・オ。ョセ@
Nomor
J30IPMK.OllI2011 pada Fasilitasi Pajak Penghasilan Badan Pembebasan
atau Pengurangan

1 Alumni (S3) Doktor Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Tahun
2005, Praktisi (Customs Expert). Alamat kontak: drdjafaralbram@yahoo.co.id


Tax Holiday, Al Bram

135

Kala kunci: tax holiday, means ofsupport, business
I.

Pendahuluan
1. Latar Belakang Permasalahan

Dalam meningkatkan penerimaan N egara saat ini tidak cukup hanya
mengharapkan dari sumber-sumber yang ada, paling tidak diperlukan
suatu terobosan baru yang dapat mencapai hal tersebut. Salah satu
terobosan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kegiatan investasi
langsung.
Kegiatan investasi langsung baik itu melalui penanaman modal asing
maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor
penting yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pembangunan, sampai pada percepatan pembangunan untuk
bidang usaha tertentu danlatau daerah-daerah tertentu. Terlebih dengan

dikeluarkan Peraturan Presiden RI Nomor 77 Tahun 2007 sebagai
pelaksanaan dari Pasal 12 ayat 4 dan Pasal 13 ayat (1) UU Nomor 25
Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang
U saha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.
Dengan dikeluarkannya Peraturan ini semakin membuka kesempatan
bagi investor terlebih dalam melaksanakan investasi khusus di bidangbidang usaha yang terbuka.
Dalam mendorong kegiatan investasi langsung ini Direktorat
lenderal Pajak memberikan kemudahan-kemudahan (fasilitas) di bidang
perpajakan baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman
modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah
tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional, khususnya
dalam menunjang peningkatan ekspor. Kemudahan ini diberikan untuk
mendorong pembangunan daerah terpencil, seperti yang ban yak terdapat
di kawasan timur Indonesia dalam rangka pemerataan pembangunan dan
menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Pemberian kemudahan ini merupakan bentuk peningkatan pelayanan
kepada para wajib pajak, dengan tetap mengacu pada kaidah yang
berlaku sehingga penerapannya tidak menyimpang dari maksud dan
tujuan diberikannya kemudahan tersebut.
Secara garis besar Kemudahan (Fasilitas) Perpajakan diberikan

dengan tujuan:
1.

2.

Mendorong ekspor yang merupakan prioritas nasional di Kawasan
Berikat dan Entreport untuk Tujuan Ekspor (EPTE), atau untuk
pengembangan wilayah lain dalam Daerah Pabean yang dibentuk
khusus untuk maksud ekspor.
Menampung kemungkinan atau aplikasi dari pelaksanaan perjanjian
dengan negara-negara lain (Treaty Partner) dalam bidang
perdagangan dan investasi.

136

Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

3.
4.


5.
6.
7.
8.
9.

Mempercepat pemulihan kondisi perekonomian dan sosial
masyarakat pasca bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
Menjamin tersedianya perumahan yang terjangkau oleh masyarakat
lapisan bawah yaitu rumah sederhana, rumah sangat sederhana, dan
rumah susun sederhana.
Mendorong pembangunan nasional dengan membantu tersedianya
barang-barang yang bersifat strategis.
Meningkatkan pendidikan guna kecerdasan bangsa dan
pembangunan temp at ibadah.
Mendorong peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Menjamin tersedianya peralatan TNIIPolri.
Mendorong pembangunan armada nasional di bidang angkutan darat,
air dan udara.


Tax Holiday merupakan salah satu bentuk fasilitas penanaman modal
yang diberikan pemerintah kepada penanam modal yang menanamkan
modalnya di Indonesia. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 18 UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Bentuk
fasilitas ini selain yang telah diatur dalam Pasal 31A Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008. Fasilitas ini berupa pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan bagi perusahaan industri pionir yang melakukan
penanaman modal baru di Indonesia yang telah diatur dalam Pasal 29
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun
Berjalan.
Pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan diharapkan dapat meningkatkan realisasi penanaman modal asing
(investasi) di Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan
perekonomian secara riil. Beberapa pendapat terkait dengan Tax Holiday
seperti yang diberitakan dalam website http://hukumonline.com/berita/
baca/1 t4e48e65dSOceb/lima-industri-berhak-tax-holiday "Kepala BKPM
pada waktu itu Gita Wirjawan, mengaku optimis target investasi tahun
201112012 akan lebih cepat tercapai dengan fasilitas Tax Holiday ini.

Sebagaimana diberitakan, BKPM mencanangkan target investasi
sepanjang tahun ini sebesar Rp.240 triliun. lumlah ini meningkat 15
persen dari pencapaian 2010 yang sebesar Rp.20S,5 triliun." Berita
lainnya yang terkait dengan pemberian Tax Holiday yang
menguntungkan investasi Indonesia adalah website yang tercantum
dalam majalah tempo elektronik http://www tempo. co/read/news/
2011/08/26/088353667/Investor-Asing-Pertanyakan-Tax-Holiday "Silmy
optimis akan investasi di semester II 2011 akan naik dan bisa melebihi
target. Target investasi BKPM untuk total 2011 mencapai Rp.240 triliun.
Dengan Tax Holiday, tahun depan bisa diatas itu. Target 2012 dalam
RAPBN diusulkan naikjadi Rp.2S0 triliun".

Tax Holiday, Al Bram

137

Sehubungan dengan besamya harapan pemerintah akan keberhasilan
Tax Holiday ini, dengan ini penulis akan membuat suatu tulisan terkait
dengan pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan secara rinei dan jelas. Sistematikanya meliputi pendahuluan sebagai latar belakang. Kemudian penjelasan dasar hukum

pemberian Tax Holiday yang terdiri atas Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan Kepala Badan
Penanaman Modal Asing, Peraturan Menteri Perindustrian dan Peraturan
Direktur lenderal Pajak. Setelah itu, pembahasan meliputi fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan, persyaratan
pem-berian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan, pengajuan permohonan fasilitas pem-bebasan atau pengurangan
Pajak Peng-hasilan Badan, persetujuan pemberian fasilitas pembebasan
atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan, pengawasan pemberian
fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Dan
akhimya memberikan kesimpulan dan saran atas pemberian fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Teori tidak
menjadi titik tolak utama pada penelitian kualitatif karena kuncinya
terletak pada data yang diperoleh di lapangan yang akan disandingkan
dengan teori untuk membangun suatu penafsiran umum komprehensif.
Penelitian yang bertujuan deskriptif dapat digunakan apabila telah

terdapat informasi yang belum terperinci mengenai suatu fenomena atau
suatu keadaan, sehingga penelitian dilakukan untuk memperinci
informasi yang tersedia.
Dalam rangka memberikan kepastian hukum, landasan hukum
pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal barn yang
mernpakan industri pionir meliputi sebagai berikut:
1.

2.

Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, diatur bahwa pembebasan at au pengurangan
Pajak Penghasilan Badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya
dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan
industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas,
memberi
nilai
tambah
dan

eksternalitas
yang tinggi,
memperkenalkan teknologi barn, serta memiliki nilai strategis bagi
perekonomian nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
Tahun Berjalan, diatur bahwa:

138

Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

a. Pasal 29 ayat (1), kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yang tidak
mendapatkan fasilitas sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 3IA
Undang-Undang Pajak Peng-hasilan dapat diberikan fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
b. Pasal 29 ayat (2), industri pionir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi
nilai tambah dan ekstemalitas yang tinggi, memperkenalkan
teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian
nasional.
c. Pasal 30, ketentuan mengenai pemberian fasilitas pembebasan
atau pengurangan Pajak Peng-hasilan badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
3.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor I30/PMKOI1/2011 tentang
Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan, diatur bahwa:
a.

Pasal 3 ayat (4), fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat
dimanfaatkan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), sepanjang meme-nuhi persyaratan:
1)
telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufb; dan
2)
telah berproduksi secara komersial.

b.

Pasal 3 ayat (4), saat dimulainya berproduksi secara komersial
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b ditetapkan oleh
Direktur lenderal Pajak, yang tata caranya diatur dengan
Peraturan Direktur lenderal Pajak.
Pasal 4 ayat (1), untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau
Pajak
Penghasilan badan,
Wajib
Pajak
pengurangan
menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Pasal 5 ayat (1), atas usulan untuk memberikan fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan yang
disampaikan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2), Menteri Keuangan menugaskan komite verifikasi
pemberian pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
badan untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi
dengan memper-timbangkan dampak strategis Wajib Pajak bagi
perekonomian nasional.

c.

d.

Tax Holiday, AI Bram

e.

f.

g.

139

Pasal 5 ayat (2), komite verifikasi pemberian pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan badan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibentuk oleh Menteri Keuangan.
Pasal 6 ayat (1), Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan
Menteri Keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan at au
pengurangan Pajak Penghasilan badan harus menyampaikan
laporan secara berkala kepada Direktur lenderal Pajak dan komite
verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di
Indonesia sebagaimana dimaksud da1am Pasal 3 ayat (1)
huruf c; dan.
2) 1aporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit.
Pasa1 6 ayat (2), tata cara pe1aporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur lenderal Pajak.

4.

Sebagai panduan teknis dalam mempero1eh fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan badan sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasa1 4 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.01112011 tentang Pem-berian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, Menteri Perindustrian dan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal masing-masing
menge1uarkan peraturan sebagai berikut:
a. Peraturan Kepa1a Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengajuan
Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan.
b. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/M-IND/PERJI112011
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di
Sektor Industri.

5.

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 130/PMK.01112011 tentang Pemberian Fasilitas
Pem-bebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,
ditetapkan1ah
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
442/KMK.01112011 tentang Pembentukan Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 130/PMK.01112011 tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,
ditetapkanlah Peraturan Direktur lenderal Pajak Nomor PER44/Pll2011 tentang Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan
Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib Pajak Badan yang Men-

6.

140

Jllrnal Hllkllm dan Pembangunan Tahlln ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

7.

dapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (5) Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 130/PMK.01112011 tentang Pemberian Fasilitas
Pem-bebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan,
ditetapkanlah Peraturan Direktur lenderal Pajak Nomor PER45/P112011 tentang Tata Cara Penetapan Saat Dimulainya
Berproduksi Secara Komersial bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan
Badan.

II. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Keseluruhan ketentuan yang telah disebutkan diatas tersebut, bagan
sistematika perundang-undangannya dijelaskan di bawah ini:
1. Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Pemberian bentuk fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan dapat meliputi:
1). Pembebasan Pajak Penghasilan badan dapat diberikan untuk
jangka waktu paling lama sepuluh Tahun Pajak dan paling
singkat lima Tahun Pajak, terhitung sejak Tahun Pajak
dimulainya produksi komersial.
2). Setelah berakhimya pemberian fasilitas pembebasan Pajak
Peng-hasilan badan, Wajib Pajak diberikan pengurangan Pajak
Penghasilan badan sebesar 50 % dari Pajak Penghasilan terutang
selama dua Tahun Pajak.
3). Dengan mempertimbangkan ke-pentingan mempertahankan
daya saing industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan
usaha tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas
pembebasan dengan jangka waktu melebihi sepuluh Tahun
Pajak atau pengurangan Pajak Penghasilan badan dengan jangka
waktu melebihi 2 (dua) Tahun Pajak.
2. Persyaratan Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan

Wajib Pajak yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan Badan adalah Wajib Pajak Badan baru
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1). merupakan Industri Pionir;
2). mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah
mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang paling
sedikit sebesar Rp.l.OOO.OOO.OOO.OOO,OO (satu triliun rupiah);

Tax Holiday, Al Bram

141

3). menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit
10% dari total rencana penanaman modal sebagaimana
dimaksud pada huruf b, dan tidak boleh ditarik sebelum saat
dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan
4). harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang
pengesahannya ditetapkan paling lama dua belas bulan sebelum
Peraturan Menteri Keuangan 1m mulai berlaku atau
pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya
Peraturan Menteri Keuangan ini.

142

Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

t:ndang-Undall?- NflIDor 25 Tahuo 2007
__

NセMj@

Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahan 20 10

Pe-raturnn Kepala Badan
Koordinasi Peoanaman Modal
Nomor 12 TanHn 20 II

Peraturan Menteri Keuangall
Nomor DOlPMK.OW2011

Peraturan Direktur lenrleral
Nnmor PER-4·fP JI 20 II

Peraturnn Menter!
Perindustrian NomOf'
93iM.INDiPERil11'2011

Pl'raturan Direklur lenderal Pajak
Nomor PER·,WP.l2011

Industri Pionir mencakup Industri logam dasar; Industri pengilangan
minyak bumi danlatau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak
bumi dan gas alam; Industri permesinan; Industri di bidang sumberdaya
terbarukan; danlatau Industri peralatan komunikasi. Namun, dengan
mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri
nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri
Keuangan dapat menetapkan Industri Pionir yang diberikan fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan, selain cakupan
Industri Pionir yang telah disebutkan.
Fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan
dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang telah memenuhi empat
kriteria tersebut, sepanjang memenuhi persyaratan:
1). telah merealisasikan seluruh penana-man modalnya dengan
jumlah paling sedikit sebesar Rp.l.000.000.000.000,OO (satu
triliun rupiah); dan
2). telah berproduksi secara komersial.
Saat dimulainya berproduksi secara komersial didasarkan pada saat
seluruh penanaman modal direalisasikan dan saat penjualan hasil
produksi ke pasaran dilakukan. Saat dimulainya berproduksi secara
komersial ditetapkan dengan keputusan Direktur Jenderal Pajak
berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan untuk tujuan lain atas
permohonan tertulis Wajib Pajak.
Permohonan tertulis diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui
Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan melampirkan:
I). Fotokopi akta pendirian;

Tax Holiday, Al Bram

143

2). Fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai pemberian
fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan;
3). Laporan Keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit;
4). Surat kuasa khusus dalam hal permohonan disampaikan oleh
kuasa Wajib Pajak; dan
5). Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi penjualan
hasil produksi sekurang-kurangnya terdiri dari faktur penjualan.
faktur pajak, dan bukti pengiriman barang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Direktur lenderal Pajak menerbitkan
keputusan tentang penetapan saat dimulainya berproduksi secara
komersial dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak saat Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, atau pegawai dari Wajib Pajak. Apabila jangka waktu dua
bulan telah terlampaui dan Direktur lenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan keputusan
Direktur lenderal Pajak tentang penetapan saat dimulainya berproduksi
secara komersial diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
jangka waktu tersebut berakhir.
3. Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan

Untuk memperoleh fasilitas pembebasan at au pengurangan Pajak
Penghasilan badan, Wajib Pajak menyampaikan permohonan kepada
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau Menteri Perindustrian.
Berikut ini akan dibahas mengenai proses pengajuan permohonan
fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
1) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas pembebasan at au
pengu-rangan Pajak Penghasilan badan kepada Kepala BKPM
melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BKPM dengan
tembusan kepada Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
Permohonan tersebut wajib dilengkapi dengan:
a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;
b. Surat persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh
Kepala BKPM;
c. Surat Pemyataan Kesanggupan untuk menempatkan dana paling
sedikit 10% (sepuluh persen) dari total rencana penanaman
modal di perbankan di Indonesia apabila permohonan disetujui
oleh Menteri Keuangan;
d. Dokumen pengesahan badan hukum perusahaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;

144

Jurnai Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

e.
f.

Surat Pernyataan adanya keten-tuan mengenai tax sparing di
negara domisili, yang dilengkapi dengan dokumen peraturannya;
Formulir permohonan yang telah diisi oleh pemohon
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Kepala
Badan Koor-dinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2011.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajukan
permohonan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan kepada Kepala BKPM, adalah sebagai berikut:
a. Pengertian yang ada pada alur pengajuan permohonan ini,
seperti:
1) Tim adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur BKPM,
Direktorat lenderal Pembina Industri, dan BPKIMI yang
me1aksanakan kegiatan verifikasi
dan
pengkajian
permohonan serta evaluasi efektivitas kebijakan yang
ditetapkan berdasarkan Keputusan Kepala BKPM.
2) Direktorat lenderal Pembina Industri adalah Direktorat
I enderal Industri Agro, Direktorat I enderal Industri
Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi dan Direktorat
lenderal Basis Industri Manufaktur yang melaksana-kan
tugas dan tanggungjawab dalam pembinaan industri sesuai
dengan kewenangannya.
3) Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, yang
BPKIMI,
merupakan unsur
selanjutnya disingkat
pendukung yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Menteri Perindustrian yang mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan
rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka
menengah dan panjang, kebijakan pengembangan Master
industri prioritas serta iklim dan mutu industri.
b.

Tim akan melakukan evaluasi atas pemanfaatan fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan untuk
mengukur efektifitas kebijakan pemberian fasilitas pembebasan
atau peng-urangan Pajak Penghasilan badan sehingga
Perusahaan yang telah memperoleh keputusan Menteri
Keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan badan harus menyampaikan
laporan kepada Kepala BKPM secara berkala 6 bulan yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Realisasi Produksi Komersial,
2) Pemanfaatan Fasilitas Pembe-basan atau Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan,
3) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja, dan
4) Realisasi Penggunaan dan Alih Teknologi

Tax Holiday, Al Bram

145

Hasil evaluasinya akan diserahkan kepada Kepala BKPM
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.
2) Menteri Perindustrian
Wajib Pajak mengajukan permohonan fasilitas pembebasan atau
pengu-rangan Pajak Penghasilan badan kepada Menteri
Perindustrian dengan tembusan kepada Direktur Jenderal
Pembina Industri melalui Sekretariat Tim Direktorat Jenderal
Pembina Industri. Permohonan tersebut wajib dilengkapi
dengan:
a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;
b. Surat Persetujuan Penanaman Modal baru yang diterbitkan
oleh Kepala Badan Koordinasi Penana-man Modal, yang
dilengkapi dengan rinciannya;
c. Surat Pemyataan Kesanggupan untuk menempatkan dana di
perbankan di Indonesia apabila permohonan disetujui oleh
Menteri Keuangan;
d. Dokumen pengesahan Badan Hukum perusahaan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. Surat Pemyataan adanya ketentuan mengenai tax sparing di
negara asal domisili Perusahaan, dilengkapi dengan
dokumen pendukung;
f. Formulir yang diisi uraian penelitian tentang:
1. informasi ketersediaan infrastruktur di Iokasi investasi;
2. penyerapan tenaga kerja domestik;
3. kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai Industri
Pionir; dan
4. rencana tahapan alih tek-nologi;

Formulir tersebut sesuai dalam Lampiran I Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 93/M-IND/ PER/I 1/201 I.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajukan
permohonan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan kepada Menteri Perindustrian, adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian yang ada pada alur pengajuan permohonan ini,
seperti:
1. Tim adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur
Direktorat Jenderal Pembina Industri, BPKIMI,
Sekretariat J enderal dan BKPM yang melaksanakan
kegiatan verifikasi dan pengkajian permohonan yang
dipimpin oleh Direktur Jenderal Pembina Industri sesuai
dengan bidangnya yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Perindustrian.

146

Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

2. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur
J enderal Industri Agro, Direktur J enderal Industri
Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi dan Direktur
J enderal Basis Industri Manufaktur yang melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dalam pembinaan industri
sesuai dengan kewenangannya.
b.

Dalam rangka mengukur efektifitas kebijakan pemberian
fasilitas pem-bebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
badan, perlu dilakukan evaluasi atas pemanfaatan fasilitas
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan
yang pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masing
Direktorat Jenderal Pembina Industri. Untuk mendukung
kegiatan tersebut, terhadap Perusahaan yang telah
memperoleh Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan harus menyampaikan laporan kepada
Direktur Jenderal Pembina Industri secara berkala (6 bulan)
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Rea1isasi Produksi Komersia1,
2. Realisasi Pemanfaatan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasi1an
Badan,
3. Rea1isasi Penggunaan dan Alih Teknologi.
Masing-masing Direktorat Jendera1 Pembina Industri
me1aporkan hasi1 evaluasi kepada Menteri sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.

4. Persetujuan Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan

Berdasarkan usu1an untuk memberikan fasi1itas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasi1an Badan yang disampaikan oleh Kepa1a
BKPM atau Menteri Perindustrian, Menteri Keuangan menugaskan
komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi
dengan mempertimbangkan dampak strategis Wajib Pajak bagi
perekonomian nasional. Komite verifikasi pemberian pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan Badan tersebut dibentuk oleh Menteri
Keuangan.
Menteri Keuangan membentuk Komite Verifikasi Pemberian
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, dengan
susunan keanggotaan sebagai berikut:
1. Pengarah Komite:
a. Waki1 Menteri Keuangan I

Tax Holiday, At Bram

b.

147

Wakil Menteri Keuangan II

2. Anggota Komite :
a. Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Ketua Kementerian
Keuangan
b. Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Sekretaris Penerimaan
N egara, Kementerian merangkap Anggota Keuangan
c. Direktur lenderal Pajak, Kementerian Anggota Keuangan
d. Deputi Menteri Bidang Ekonomi Makro Anggota dan
Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonornian
e. Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Anggota Modal, Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
f. Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Anggota Iklim dan
Mutu Industri, Kementerian Per-industrian.
g. Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan yang telah dibentuk oleh Menteri
Keuangan bertugas sebagai berikut:
1. meneliti dan memverifikasi pemenuhan kriteria dan
persyaratan Wajib Pajak yang diusulkan oleh Menteri
Per-industrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal dan kelengkapan dokumen usulan pemberian
fasilitas
pembebasan
atau
pengurangan
Pajak
Penghasilan badan;
2. mengkaji dampak strategis Wajib Pajak yang diusulkan
untuk diberikan pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan, bagi perekonomian nasional.
3. melakukan konsultasi dengan Menteri Koordinator
Bidang P erekonomi an, dalam rangka melakukan
penelitian dan verifikasi sebagaimana di-maksud pada
huruf a, serta melakukan kajian mengenai dampak
strategis Wajib Pajak bagi perekonomian nasional
sebagaimana dimaksud pada huruf b, sesuai ketentuan
Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK. 011/2011 tentang Pemberian Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;
4. menyampaikan hasil penelitian dan verifikasi seta hasil
kajian mengenai dampak strategis Wajib Pajak bagi
perekonomian nasional se-bagaimana dimaksud pada
huruf c kepada Menteri Keuangan, disertai dengan
pertimbangan dan rekomendasi, termasuk rekomendasi
mengenai jangka waktu pemberian fasilitas pembe-basan
Pajak Penghasilan badan;
5. melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan konsultasi Menteri Keuangan dengan Presiden terkait dengan
pemberian fasilitas pembebasan atau pengu-rangan Pajak
Penghasilan badan, sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (3)

148

Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

Nomor
1301
Peraturan
Menteri
Keuangan
PMK.OI1I2011;
6. menyusun dan menyampai-kan konsep Keputusan
Menteri Keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan, dalam
hal fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan telah disetujui Menteri Keuangan;
7. menyampaikan pemberitahu-an secara tertulis kepada
Wajib Pajak Badan dengan tembusan kepada Menteri
Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Mo-dal, dalam hal Menteri Keuangan menolak usulan
untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan;
8. mengevaluasi laporan berkala yang disampaikan oleh
Wajib Pajak penerima fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan;
9. menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan
dalam rangka pencabutan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan, dalam hal Wajib Pajak
tidak memenuhi ketentuan kriteria dan persyaratan serta
ketentuan mengenai penyampaian laporan berkala;
10. menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan
mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan yang melebihi jangka
waktu, sesuai kewenangan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 ayat (4)
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
130/PMK.OI1I201I, dengan disertai kajian mengenai
kepentingan untuk mempertahankan daya saing industri
nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu;
dan
11. menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan
mengenai cakupan Industri Pionir yang dapat diberikan
fasilitas pembebasan atau pengurang Pajak Penghasilan
badan, sesuai kewenangan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 3 ayat (3)
Nomor
1301
Peraturan
Menteri
Keuangan
PMK.011/20Il, dengan disertai kajian mengenai
kepentingan untuk mempertahankan daya saing industri
nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu.
Hasil penelitian dan verifikasi serta hasil kajian mengenai dampak
strategis Wajib Pajak bagi perekonomian nasional disampaikan oleh
Komite kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu paling lama 30

Tax Holiday, AI Bram

149

hari kerja terhitung sejak usulan Menteri Perindustrian atau Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal diterima secara lengkap.
5.

Pengawasan Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan

Pengawasan atas Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan
Menteri Keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan Badan melalui penyampaian laporan
secara berkala kepada Direktur lenderal Pajak dan komite verifikasi
pemberian pembebasan atau pengu-rangan Pajak Penghasilan Badan
yang terdiri atas:
1.

2.

laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di
Indonesia paling sedikit 10 % dari total rencana penanaman
modal barn yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi
yang berwenang; dan
laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit.

Laporan penggunaan dana tersebut harns disampaikan secara
triwulanan sejak triwulan saat dana tersebut mulai digunakan sampai
dengan triwulan dana digunakan selurnhnya yang dilampiri dengan
fotokopi rekening koran atas dana tersebut. Laporan penggunaan dana
tersebut disampaikan dengan meng-gunakan format yang ditetapkan
dalam Lampiran I Peraturan Direktur lenderal Pajak Nomor PER-44/Pl1
2011 Tata Cara Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman
Modal bagi Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit tersebut harns
disampaikan secara tahunan sejak Tahun Pajak saat penanaman modal
mulai direalisasikan sampai dengan Tahun Pajak penanaman modal
direalisasikan selurnhnya yang dilampiri dengan surat pemyataan
akuntan publik yang menyatakan bahwa laporan realisasi penanaman
modal telah diaudit dan sesuai dengan keadaan yang sebenamya. Selain
menyampaikan laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit
Wajib Pajak juga harns menyampaikan laporan realisasi penanaman
modal yang tidak wajib diaudit secara triwulanan. Laporan triwulanan
tersebut disampaikan sejak triwulan saat penanaman modal mulai
direalisasikan sampai dengan triwulan penanaman modal direalisasikan
selurnhnya. Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit dan
laporan realisasi penanaman modal yang tidak wajib diaudit disampaikan
dengan menggunakan format yang telah ditetapkan dalam Lampiran II
Peraturan Direktur lenderal Pajak Nomor PER-44/P112011 Tata Cara
Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib
Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan.

150

Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-43 No.1 Januari-Maret 2013

Batas waktu penyampaian laporan-laporan yang terkait dengan
Wajib Pajak yang telah memperoleh Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan adalah sebagai berikut:
a.

b.

Laporan penggunaan dana dan laporan realisasi penanaman
modal yang tidak wajib diaudit disampaikan kepada Direktur
lenderal Pajak melalui Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dan
komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan
Pajak Penghasilan Badan paling lama tanggal 5 bulan
berikutnya setelah berakhirnya periode triwulanan bersangkutan.
Laporan realisasi penanaman modal yang wajib diaudit
disampaikan kepada Direktur lenderal Pajak melalui Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan dan komite verifikasi pemberian
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan paling
lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak. Dalam hal penanaman
modal direalisasikan seluruhnya pada bagian tahun berjalan
maka laporan realisasi penanaman modal yang wajib diaudit
disampaikan kepada Direktur lenderal Pajak melalui Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan dan komite verifikasi pemberian
pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan paling
lama 4 (empat) bulan setelah bulan penanaman modal
direalisasikan seluruhnya.

Dalam hal batas akhir penyampaian laporan bertepatan dengan hari
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional atau hari cuti bersama
yang ditetapkan oleh pemerintah, pelaporan dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya. Penyampaian laporan tersebut dilakukan dengan cara
disampaikan langsung dan kepada pengurus/kuasa Wajib Pajak diberikan
tanda bukti penerimaan; atau dikirimkan melalui pos atau jasa ekspedisi
dengan tanda bukti pengiriman surat. Tanggal dan tanda bukti
pengiriman surat tersebut dianggap sebagai tang gal dan tanda bukti
penerimaan sepanjang laporan tersebut telah lengkap.
III. Kesimpulan

Pemerintah telah mempersiapkan pemberian Tax Holiday dengan sangat
hati-hati. Hal tersebut terlihat dengan kesiapan landasan hukum pelaksanaan
pemberian Tax Holiday berupa pem-bebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan. Seluruh fungsi pelaksanaannya telah dibuat seperti
kepastian adanya fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
Tahun Berjalan. Pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan tidak tercantum di Pasal 3lA Undang-Undang Nomor 7

Tax Holiday, Al Bram

151

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Kemudian atas
ketentuan tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.01112011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, sebagai landasan hukum fungsi
permohonan, persetujuan, dan pengawasannya.
Fungsi permohonan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan ada di tangan Kepala Badan Penanaman Modal Asing dan
Menteri Perindustrian yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengajuan Permohonan Fasilitas Pembebasan Atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan; dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/M-IND/PERI
11/2011 tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas
Pem-bebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor Industri.
Alur permohonan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan
Badan harus memperhatikan jangka waktunya.
Fungsi persetujuan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan Badan ada di tangan Menteri Keuangan setelah melakukan
konsultasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang diatur
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 442/KMK.011/2011 tentang
Pembentukan Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan. Fungsi pengawasan fasilitas pembebasan atau
pengurangan Pajak Penghasilan Badan ada di tangan Menteri Keuangan yang
didelegasikan wewenangnya kepada Direktur lenderal Pajak yang diatur dalam
Peraturan Direktur lenderal Pajak Nomor PER-44/Pl/2011 tentang Tata Cara
Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman Modal bagi Wajib
Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan. Agar seluruh fungsi dapat dijalankan, komitmen instansiinstansi pemerintah yang terlibat harus senantiasa mengutamakan kepentingan
negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, serta tidak ada kepentingan
pribadi atau kepentingan kelompok terkait dengan proses permohonan.

152

Jurnai HuJ..1lm dan Pembangllnan Tahlln ke-43 No.1 Janllari-Maret 2013

Daftar Pustaka

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diu bah terakhir dengan Un dangUndang Nomor 36 Tahun 2008.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam
Tahun Berjalan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian
Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Peraturan Kepa1a Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 93/M-IND/PERlllI2011 tentang
Pedoman Dan Tata Cara Pengajuan Permohonan Fasilitas
Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan di Sektor
Industri.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 442/KMK.01l2011 tentang Pembentukan
Komite Verifikasi Pemberian Pembebasan atau Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-44/PJ12011 tentang Tata Cara
Pelaporan Penggunaan Dana dan Realisasi Penanaman Modal bagi
Wajib Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan atau
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-45/PJ/2011 tentang Tata Cara
Penetapan Saat Dimulainya Berproduksi Secara Komersial bagi Wajib
Pajak Badan yang Mendapatkan Fasilitas Pembebasan dan
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENGANGGURAN, KEMISKINAN DAN FASILITAS KESEHATAN TERHADAP KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2004-2013

0 35 85

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA CRAFT (Study Kasus Pada PT. Oval Indah Furniture Karanglo Malang)

2 67 1

GAMBARAN FASILITAS PENUNJANG CUCI TANGAN SERTA PENGETAHUAN SISWA TENTANG METODE CUCI TANGAN 6 LANGKAH di MTs “x” Kota Malang

3 51 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

MEKANISME PELAYANAN NASABAH MELALUI FASILITAS SMS BANKING PADA PT. BPD JATIM CABANG BATU

1 31 21

DAMPAK FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PROGRAM KEJAR PAKET C DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT CAHAYA KURNIA BANGSA DESA BANJARWARU KABUPATEN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 18

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PERHATIAN ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2009/2010

2 12 78

PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN FASILITAS KREDIT USAHA MIKRO PADA BANK MANDIRI MIKRO BUSSINES UNIT CABANG CUT MEUTIA DI BANDAR LAMPUNG

0 6 51

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR DIRUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 18 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 13 72

ANALISIS SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP LABA KENA PAJAK DAN PPH TERUTANG PADA PERUSAHAAN PT. IER (Studi Kasus Pada PT. IER)

16 148 78