Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dengan Motivasi Bawahan di Militer
Wagimo
Perwira Militer TNI Angkatan Udara
Djamaludin Ancok
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Pendahuluan
The aim of this research is to test the Variabel kepemimpinan merupakan correlations between leadership variable and
salah satu variabel yang sangat menarik followers’ motivation in military. There are
dan menjadi salah satu pusat perhatian several hypothesis’ to be tested in this research.
dalam suatu organisasi. Oleh karenanya (1) There is a significant and positive correlation
dalam berbagai penelitian dalam bidang between both transformational leadership and
transactional leadership with followers’ sumber daya manusia banyak sekali kita motivation, (2) There is a significant and positive
temukan penelitian yang memfokuskan correlation between transformational leadership
peranan faktor kepemimpinan dalam and followers’ motivation, (3) There is a
significant and positive correlation between transactional leadership and followers’
organisasi.
Kepemimpinan mempunyai motivation, and (4) The correlation between
pengertian dan definisi yang berbeda. transformational leadership and followers’
Para peneliti dan praktisi mendefinisikan motivation is stronger than the correlation
kepemimpinan sesuai dengan perspektif‐ between transactional leadership and followers’
motivation. individual dan aspek dari
perspektif
The subjects of this research are 110 fenomena yang paling menarik perhatian members of Indonesian Military (Bintara and
mereka. Sehingga menurut penelitian Bass Tamtama) who followed the Setukpa and
& Stogdill (dalam Yukl, 1998) mengenai Setukba Education in Indonesian National Air
pengertian dan definisi kepemimpinan Force.
This research used 2 kinds of questionnaire. menyimpulkan bahwa “...terdapat
The first is motivation questionnaire, and the hampir sama banyaknya definisi tentang second is the leadership questionnaire. The
kepemimpinan dengan jumlah orang results supported all of hypotheses of the study;
yang telah mencoba mendefinisikan (1) F‐reg =24,660; (2) r = 0,559; (3) r = 0,225;
konsep tersebut.” Pendapat ini didukung (4) r = 0,559.
oleh penelitian yang dilakukan oleh Hughes, et all (2002) bahwa perbedaan
Keywords: motivation, transactional definisi kepemimpinan karena perbedaan leadership, transformational leadership.
112 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
cara meneliti, variasi alat ukur, dan dan organisasi ke dalam suatu perbedaan aspek kepemimpinan itu
perubahan cara berpikir, pengembangan sendiri. Sedangkan menurut Yukl (1998)
visi, pengertian dan pemahaman tentang perbedaan tersebut disebabkan oleh
tujuan organisasi serta membawa ke berbagai aspek, antara lain: aspek siapa
perubahan yang tidak henti‐hentinya yang menggunakan pengaruh, sasaran
atau terus menerus dengan pengolahan yang ingin diperoleh dari pengaruh
aktivitas kerja dengan memanfaatkan tersebut, cara bagaimana pengaruh
bakat, keahlian, kemampuan ide dan tersebut digunakan, serta hasil dari usaha
pengalaman sehingga setiap pegawai menggunakan pengaruh tersebut.
merasa terlibat dan bertanggung jawab Demikian juga dalam konteks militer,
dalam menyelesaikan pekerjaan definisi kepemimpinan juga memiliki
(Mujiasih dan Sutrisno Hadi, 2003). pengertian yang berbeda. Perbedaan
Gaya kepemimpinan yang ditampilkan tersebut disebabkan oleh perbedaan cara
seor ang pemimpin yang bersifat pandang, perbedaan hubungan leader dan
tr an sformatif diharapkan dapat followers serta situasi dan lingkungan
meningkat kan motivasi bawahan yang melatarbelakanginya. Dalam
un tuk mencapai hasil kerja yang konteks militer hubungan leader dan
optimal. Oleh karena itu dibutuhkan follower dikenal dengan hubungan antara
gaya kepemimpinan transformasional “komandan dan anak buah.” Bentuk
yang merupakan gaya kepemimpinan hubungan yang terjalin bersifat komando,
yang mulai diperhitungkan ke‐ artinya perintah seorang komandan
gunaann ya dalam menghadapi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan
perubahan, baik perubahan internal tanpa harus menolak. Sehingga banyak
maupun eksternal (Bass, 1985, Avolio, penulis dan praktisi kepemimpinan
et all, 1988, dan Bass, 1996), demikian menyimpulkan bahwa kepemimpinan di
juga untuk menumbuhkan motivasi militer disebut sebagai kepemimpinan
bawahan dalam rangka meningkatkan yang bersifat diktator dan otokratik
kinerjanya (Bass, 1985; Hughes, et al, (dictatorial and autocratic) (Alvin Chan, 2004).
Kepemimpinan dengan pendekatan Motivasi dapat memberikan energi baru sangat dibutuhkan untuk
yang dapat menggerakkan segala potensi menghadapi perubahan yang sangat
yang ada, menciptakan keinginan yang cepat, baik internal TNI maupun di luar
tinggi dan luhur serta meningkatkan institusi militer. Dengan demikian
gairah kebersamaan. Oleh karena itu dibutuhkan kepemimpinan yang bersifat
kinerja seseorang tidak hanya transformatif, yaitu kepemimpinan yang
dipengaruhi oleh kepuasan kerja dan mampu mengembangkan gerakan
moril (karyawan), tetapi motivasi inovatif, mampu memberdayakan staf
karyawan merupakan faktor yang
Jurnal Psikologi 113
Wagimo dan Djamaludin Ancok
bahkan lebih penting bagi keberhasilan apabila gaya kepemimpinan yang suatu organisasi. Menurut Porter & Miles
ditampilkan seorang atasan ternyata (dalam Sengkey, 2003) motivasi bawahan
memberikan kemungkinan untuk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
mendapatkan hukuman dan pengaruh karakteristik individu, karakteristik
yang negatif terhadap bawahan, maka pekerjaan, dan karakteristik lingkungan
motivasi bawahan akan menurun secara kerja.
signifikan. Penelitian ini akan melihat Salah satu faktor tersebut, yaitu
hubungan antara kepemimpinan karakteristik lingkungan kerja sangat
transformasional dan transaksional terkait bagaimana hubungan seorang
dengan motivasi bawahan di militer bawahan dengan pemimpinnya.
dengan kerangka hubungan variabel Bagaimana seorang bawahan melihat
seperti pada gambar 1. dan diperlakukan oleh seorang atasan akan berpengaruh terhadap kinerja
Tinjauan Pustaka
mereka. Seorang bawahan akan Motivasi Bawahan. mempersepsikan gaya kepemimpinan
Menurut Gibson mengemukakan atasannya, sehingga mereka akan menilai
bahwa motivasi adalah kekuatan‐ dan mewujudkan dalam bentuk
kekuatan yang bekerja pada seorang motivasi kerja. Artinya apabila persepsi
karyawan yang menimbulkan dan gaya kepemimpinan yang diperlihatkan
mengarahkan perilaku. Motivasi adalah dan dilakukan oleh atasannya ternyata
dorongan yang timbul di dalam diri mendorong adanya pengembangan dan
seseorang untuk menggerakkan dan mempunyai pengaruh yang positip,
mengarahkan perilaku. Motivasi yang maka motivasi bawahan akan meningkat
ada pada diri seseorang akan secara signifikan. Tetapi sebaliknya
mewujudkan suatu perilaku yang
Gambar 1. Kerangka Hubungan Variabel Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X-1)
Motivasi Kerja Bawahan (Y)
Gaya Kepemimpinan Transaksional (X-2)
114 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
diarahkan pada tujuan mencapai Menurut Campbell (dalam Gibson et kepuasan (Gibson et al. 1997). Dari
al. 1997) teori motivasi terbagi kedalam pengertiantersebut, motivasi bukan
dua kategori, yaitu Teori Kebutuhan (Need merupakan suatu hal yang dapat
Theories ) dan Teori Proses (Process Theories). diamati, melainkan suatu hal yang dapat
Teori Kebutuhan (Need Theories) atau Teori disimpulkan melalui perilaku yang
Isi (Content Theories) memusatkan tampak. Setiap kegiatan yang dilakukan
perhatian pada faktor‐faktor di dalam oleh seseorang didorong oleh suatu
individu yang mendorong, mengarahkan, kekuatan dari dalam diri orang tersebut.
mempertahankan dan menghentikan Kekuatan pendorong ini disebut
perilaku. Teori ini menekankan motivasi.
pentingnya pengertian akan faktor‐faktor Motivasi merupakan masalah
internal individu, kebutuhan atau motif, kompleks dalam organisasi karena
yang menyebabkan seseorang memilih kebutuhan dan keinginan setiap anggota
kegiatan, cara dan perilaku tertentu organisasi berbeda. Hal ini disebabkan
untuk memuaskan kebutuhan yang setiap anggota organisasi adalah unik
dirasakan. Beberapa ahli yang secara biologis maupun psikologis dan
mengemukakan pandangannya berkembang atas dasar proses belajar
mengenai teori ini adalah Abraham sebagai hasil dari pengalaman. Pimpinan
Maslow, Clayton Alderfer, Frederick suatu organisasi atau perusahaan harus
Herzberg, David McClelland dan Douglas mengetahui apa yang menjadi motivasi
McGregor. Sedangkan teori Proses (Process para karyawan atau bawahan karena
Theories ) menjelaskan dan menganalisa faktor ini akan menentukan jalannya
bagaimana perilaku didorong, organisasi dalam pencapaian tujuan.
diarahkan, dipertahankan dan dihentikan. Motivasi dapat ditimbulkan oleh
Teori ini menekankan pada penyebab faktor internal atau eksternal,
adanya motivasi atau usaha dan lebih tergantung dari mana suatu kegiatan
penting lagi adalah hubungan antara satu dimulai. Motivasi internal berasal dari
dengan yang lain. Beberapa ahli yang diri pribadi seseorang yang akan
mengemukakan teori ini adalah Victor dijelaskan oleh teori hirarki kebutuhan
B.F. Skinner, E. Locke dan J. Stacy Maslow dan motif berprestasi
Vroom,
Adam.
Mc Clelland. Motivasi eksternal Menurut Porter dan Miles (dalam sebenarnya dibangun diatas motivasi
Sengkey, 2003) berpendapat bahwa internal dan tergantung pada anggapan‐
faktor ‐faktor yang menimbulkan adanya anggapan dan teknik‐teknik yang dipakai
motivasi dari seorang bawahan dalam oleh pimpinan organisasi atau para
melakukan suatu kegiatan terbagi dalam manajer dalam memotivasi bawahan.
tiga kelompok variabel, yaitu: ∙
Karakteristik individu,
Jurnal Psikologi 115
Wagimo dan Djamaludin Ancok
∙ Karakteristik pekerjaan, kebutuhan ‐kebutuhan mereka pada ∙
Karakteristik lingkungan kerja.
yang lebih tinggi.
Karakteristik individu merupakan Bass (1985, 1990), Avolio & Bass (1995) perbedaan yang dipunyai setiap
mengemukakan bahwa kepemimpinan individu berkaitan dengan minat, sikap
transformasional memiliki empat dan kebutuhannya kedalam situasi kerja,
karakteristik, yaitu: karisma, sehingga motivasi kerja mereka juga
inspirasional, stimulasi intelektual dan akan berbeda. Karakteristik pekerjaan
perhatian individual. Walaupun merupakan keadaan yang berkaitan
seringkali Bass menambahkan satu dengan apa yang dilakukan oleh
karakteristik lagi yang merupakan karyawan dalam bekerja beserta
perluasan dari karisma, yaitu idealized konsekuensi yang diterimanya.
influence (Bass 1991 dalam Alvin, Chan, Sedangkan karakteristik lingkungan
2004). Keempat karakteristik tersebut kerja yaitu suatu kondisi atau suasana
lebih lanjut dijelaskan Bass (1985, 1990, kerja yang menjelaskan apa yang akan
1998), Yulk (1998) dan Avolio & Bass (1987 terjadi pada karyawan dalam bekerja
dalam Mujiasih dan Sutrisno Hadi, 2003) dan berinteraksi dengan lingkungan
sebagai berikut:
organisasinya.
∙ Karisma (Charisma):
memberikan visi dan sense of mission,
Kepemimpinan Transformasional.
menanamkan rasa ban gga, Bass (1985) mendefinisikan
mend apatkan respect dan ke‐ kepemimpinan transformasional
percayaan (trust). Pemimpin didasarkan pada pengaruh dan
transformasional_terlihat hubungan pemimpin dengan pengikut
kharismatik oleh pengikutnya dan atau bawahan. Para pengikut merasa
mempunyai suatu kekuatan dan perc aya, mengagumi, loyal dan
pengaruh. Kharisma umumnya menghormati pemimpin, serta memiliki
berkenaan den gan tind akan komitmen dan motivasi yang tinggi
pengikut (follower) sebagai reaksi untuk berprestasi dan berkinerja yang
atas peril aku pemimpin nya. lebih tinggi. Seorang pemimpin
Pemim pin tran sformasional transformasional dapat memotivasi
membangkitkan dan memberi para pengikutnya dengan tiga cara (Yukl,
seman gat pengikutnya dengan 1998), yaitu: (1) membuat mereka lebih
sebuah visi dan sense of mission yang sadar mengenai pentingnya hasil‐hasil
mend orong bawahan untuk suatu pekerjaan, (2) mendorong mereka
melakukan usaha yang lebih (extra untuk lebih mementingkan organisasi
effo rt ) dalam mencapai tujuan. atau tim daripada kepentingan diri
Pengikut akan selalu berusaha untuk sendiri, dan (3) mengaktifkan
menyamai pemimpinnya. Sehingga
116 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
pemimpin yang berkharisma akan ∙ Perhatian Individu (Individualized sepenuhn ya dihormati, memiliki
Consideration): memberikan perhatian referent power, sehingga layak ditiru,
pada pribadi, menghargai perbedaan memiliki standar yang tinggi dan
setiap individual, memberi nasehat menetapkan tujuan yang menantang
dan pengarahan. Pemimpin bagi pengikutnya.
transformasional memperlakukan ∙ Inspirasional (Inspiration) :
sec ara berbeda tetapi seimbang mengkomunikasikan ekspektasi yang
terhadap pengikutnya untuk tinggi, menggunakan simbol untuk
memelihara kontak hubungan dan memfokuskan upaya, mengekspresikan
komunikasi yang terbuka dengan tujuan dengan cara‐cara yang
pengikutnya. Perhatian secara sederhana. Perilaku pemimpin
individual merupakan identifikasi transformasional dapat merangsang
awal terhadap potensi bawahan. antusiasme pengikutnya terhadap tugas
Sedangkan monitoring dan dan dapat menumbuhkan kepercayaan
pengarahan merupakan bentuk bawahan terhadap kemampuan untuk
perhatian individual yang di‐ menyelesaikan tugas untuk mencapai
tunjukkan melalui tindakan tujuan. Pemimpin transformasional
konsultasi, nasehat dan tuntunan menggunakan simbol‐simbol dan
yang diberikan oleh pemimpin seruan emosional yang sederhana untuk
transformasional. meningkatkan kepedulian dan pemahaman atas tujuan yang akan
Kepemimpinan Transaksional
dicapai bersama. Menurut Bass (1985, 1990) ∙ Stimulasi Intelektual (Intelectual
pemimpin transaksional memotivasi Stimulation): menghargai ide‐ide
pengikutnya dengan cara menukar bawahan (promote intelegence),
imbalan untuk pekerjaan atau tugas mengembangkan rasionalitas dan
yang telah dilaksanakan misalnya melakukan pemecahan masalah secara
dengan penghargaan, menaikkan upah cermat.Pemimpin transformasional
terhadap pengikutnya yang melakukan men ‐dorong pengikutnya untuk me‐
kinerja yang tinggi. Tetapi sebaliknya mikirkan kembali cara‐cara lama mereka
akan memberikan penalti (punishment) dalam melakukan sesuatu atau untuk
terhadap pengikutnya yang mempunyai merubah masa lalunya dengan ide‐ide
kinerja yang rendah atau berada di dan pemikirannya. Mereka juga didorong
bawah target. Menurut Bass(1990) dan pengembangan rasionalitas serta
Hughes, et al, (2002) imbalan akan didorong untuk mempertimbangkan
mempengaruhi motivasi bawahan dan cara ‐cara yang kreatif dan inovatif untuk
selanjutnya akan mempengaruhi kinerja membangun dirinya.
dan kepuasan bawahan. Pertukaran
Jurnal Psikologi 117
Wagimo dan Djamaludin Ancok
mengenai imbalan didasarkan pada target tersebut merupakan hasil kesepakatan mengenai tugas yang harus
kesepakatan antara keduanya. Selain dilaksanakan. Pemimpin transaksional
itu, pemimpin transaksional selalu mendorong pengikutnya untuk
bertransaksi dengan bawahan mencapai tingkat kinerja yang telah
dengan memfokuskan pada aspek disepakati bersama.
kesalahan yang dilakukan bawahan, Bass (1985, 1990), Avolio & Bass
menunda keputusan, atau hal‐hal
lain yang kemungkinan mem‐ kepemimpinan transaksional memiliki
(1995) mengemukakan bahwa
pengaruhi terjadinya kesalahan. empat karakteristik, yaitu: imbalan
∙ MBE‐Aktif (Management by Exception‐ kontinjen, MBE‐Aktif, MBE‐Pasif dan
active): mengawasi dan mencari laissez ‐faire. Walaupun seringkali Bass
kesenjangan atau penyimpangan memisahkan satu karaketristik yang
dari berbagai aturan standar, merupakan karakteristik kepemimpinan
malakukan tindakan korektif. non ‐transaksional, yaitu laissez‐faire (Bass
Pemimpin transaksional menekankan 1991 dalam Alvin, Chan, 2004), sehingga
fungsi manajemen sebagai kontrol. dalam beberapa kajian Bass hanya
Pada MBE‐Aktif ini pemimpin secara mengemukakan tiga karakteristik
terus menerus melakukan peng‐ kepemimpinan transaksional. Ketiga
awasan terhadap bawahannya untuk karakteristik tersebut lebih lanjut
mengantisipasi adanya kesalahan. dijelaskan Bass (1985, 1990), Yukl (1998)
Namun demikian apabila terjadi dan Avolio & Bass (1987 dalam Mujiasih
kesalahan pemimpin akan dan Sutrisno Hadi, 2003) sebagai berikut:
melakukan tindakan koreksi. ∙ Imbalan Kontinjen ((Contingen
∙ MBE‐Pasif (Management by Exception‐ Reward): kontrak pertukaran imbalan
pasive): melakukan intervensi hanya untuk suatu upaya, menjanjikan
apabila standar hasil kerja tidak imbalan bagi mereka yang melakukan
tercapai. Sedangkan pada MBE‐Pasif kinerja dengan baik, menghargai
pemimpin melakukan intervensi, prestasi kerja. Pada kepemimpinan
kritik dan koreksi setelah kesalahan transaksional, pemberian imbalan
terjadi dan standar atau target yang sesuai dengan upaya penyelesaian
telah disepakati tidak tercapai, pekerjaan yang dilakukan pengikut
sehingga pemimpin hanya menunggu atau bawahan. Bentuk kesepakatan
semua proses dalam tugas atau ini merupakan bentuk pertukaran
pekerjaan telah selesai. aktif antara pemimpin dan pengikut, yaitu bawahan akan menerima
Hipotesis Penelitian
imbalan atas target tujuan tugas atau Berdasarkan uraian teoritis tersebut pekerjaan yang diupayakan dan
diatas, maka penelitian ini akan
118 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
menguji empat hipotesis sebagai variabel. Hubungan yang paling dasar berikut:
adalah hubungan antara dua variabel, Hipotesis pertama (H‐1):
yakni variabel pengaruh atau variabel ∙ Diduga ada hubungan yang
bebas dengan variabel terpengaruh atau
positif dan signifikan antara gaya
variabel terikat.
kepemimpinan transformasional
Dalam penelitian ini kedua variabel
dan gaya kepemimpinan
tersebut adalah :
transaksional secara bersama‐
1. Variabel terikat (dependent variable) :
sama dengan motivasi kerja
motivasi kerja (Y), yang didasarkan
pada tiga faktor motivasi dari Porter Hipotesis kedua (H‐2):
bawahan.
dan Miles.
∙ Diduga ada hubungan yang
2. Variabel bebas (independent variable),
positif dan signifikan antara gaya
terdiri dari dua variabel yaitu: gaya
kepemimpinan transformasional
kepemimpinan transformasional (X‐
1) dan kepemimpinan transaksional Hipotesis ketiga (H‐3):
dengan motivasi kerja bawahan.
(X ‐2), yang didasarkan pada konsep ∙ Diduga ada hubungan yang
Bass.
positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional
Teknik Pengambilan Sampel, Jenis Sampel dan
Jumlah Sampel Penelitian Hipotesis keempat (H‐4):
dengan motivasi kerja bawahan.
Teknik pengambilan sampel yang ∙ Diduga hubungan antara gaya
digunakan oleh peneliti adalah
kepemimpinan transformasional
pengambilan sampel yang bersifat tidak
dengan motivasi kerja bawahan lebih
acak (non‐random sampling), dimana sampel
kuat atau lebih erat daripada
dipilih berdasarkan pertimbangan‐
hubungan antara gaya kepemimpinan
pertimbangan tertentu (Cooper dan
transaksional dengan motivasi kerja
Emory, 1995). Sedangkan jenis sampel
bawahan.
yang dipakai dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sampling),
Metode Penelitian
yaitu sampel yang menyesuaikan diri Variabel Penelitian
dengan kriteria‐kriteria tertentu (Cooper Variabel penelitian merupakan
dan Emory, 1995). Oleh karena itu dalam variabel ‐variabel yang akan digunakan
penerapannya kita terlebih dahulu harus dalam melakukan penelitian ilmiah.
mengetahui sifat‐sifat populasi yang Menurut Hagul, Manning dan
diperlukan agar populasi yang akan Singarimbun (Singarimbun dan Effendi,
dipakai sebagai sampel memiliki sifat‐ 1989) pada dasarnya inti penelitian
sifat populasi tersebut sehingga tujuan ilmiah adalah mencari hubungan antara
dari penelitian ini akan tercapai
Jurnal Psikologi 119
Wagimo dan Djamaludin Ancok
(Arikunto, 1996). Dalam penelitian ini didapat. Di dalam penelitian ini, populasi populasi yang akan diteliti adalah
yang akan diteliti jumlahnya mencapai anggota militer bintara dan tamtama
kurang lebih 397 orang dan dari jumlah yang sedang mengikuti pendidikan
tersebut yang dijadikan sampel dalam Setukpa dan Setukba di TNI Angkatan
penelitian sebanyak 115 orang. Dari 115 Udara dengan masa kerja antara 10
yang disebarkan hanya 110 yang bisa tahun sampai dengan 30 tahun serta
digunakan dan diolah dalam penelitian berpendidikan SLTP sampai dengan S‐1.
ini.
Responden dipilih berdasarkan pertimbangan masa kerja dan tingkat
Teknik Penilaian Kuesioner pendidikan yang dipunyai, yaitu
Penentuan skor dan kategori responden yang mempunyai masa kerja
kuesioner didasarkan pada Skala Likert, di atas 10 tahun dengan pendidikan
yaitu responden diminta untuk memberi minimal SLTA. Oleh karena itu dalam
respon terhadap setiap pernyataan atau penelitian ini penulis tidak akan
pertanyaan dengan memilih salah satu memasukkan anggota militer yang
dari beberapa pilihan yang sesuai mempunyai masa kerja di bawah 10
(Cooper dan Emory, 1995: 194). Pada tahun dan berpendidikan SLTP sebagai
penelitian ini setiap pertanyaan diberi responden dalam penelitian. Responden
skor 1 sampai dengan 4 menggunakan yang akan diteliti hanya yang
nilai terendah dan tertinggi untuk mempunyai masa kerja di atas 10 tahun
kuesioner variabel terpengaruh atau dan berpendidikan minimal SLTA.
variabel terikat, sedangkan variabel Pemilihan ini bertujuan untuk
pengaruh atau variabel bebas diberi skor menghindari bias dalam persepsi,
0 sampai dengan 4 menggunakan nilai pemahaman dan penilaian terhadap
terendah dan tertinggi. Kuesioner yang variabel yang diteliti, terutama
dibuat oleh peneliti dibagi menjadi dua kepemimpinan seorang atasan dan bias
bagian, yakni :
terhadap konstruks dari kuesioner yang
1. Kuesioner bagian pertama akan digunakan.
Merupakan kuesioner yang Jumlah sampel dalam suatu
membahas tentang motivasi kerja, yakni penelitian yang menggunakan metode
motivasi bawahan pada saat akan survai, menurut Mantra dan Kasto
melakukan suatu pekerjaan atau tugas. (Singarimbun dan Effendi, 1989),
Semua pertanyaan pada kuesioner tidaklah selalu perlu untuk meneliti
bagian pertama ini merupakan semua individu dalam populasi, karena
pertanyaan positif dengan 4 alternatif dengan meneliti sebagian individu dari
jawaban dengan skor secara berurutan populasi saja, gambaran sifat dari
dari 4 sampai dengan 1. Materi dan populasi secara keseluruhan akan
jumlah item yang disusun mengacu
120 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
kepada kuesioner tentang faktor‐faktor dihitung, yaitu : 30 ‐ 2 atau df 28 dengan motivasi yang disusun oleh Porter &
alpha 0,05 maka diperoleh r tabel sebesar Miles (dalam Sengkey, 2003)
0,361. Jika r hitung > 0,361 dan bernilai
2. Kuesioner bagian kedua positip, maka butir atau pernyataan Merupakan kuesioner yang berisi
dalam variabel penelitian ini dapat tentang gaya kepemimpinan dan terbagi
dikatakan valid dan dapat digunakan menjadi dua bagian yaitu gaya
pada penelitian selanjutnya. Tetapi jika r kepemimpinan transformasional dan
hitung < 0,361 dan bernilai positip atau gaya kepemimpinan transaksional.
negatip, maka butir atau pernyataan Semua pertanyaan pada kuesioner
dalam variabel penelitian ini dapat bagian kedua ini merupakan pernyataan
dikatakan tidak valid dan gugur, sehingga positif dengan 5 alternatif jawaban
tidak bisa digunakan pada penelitian dengan skor secara berurutan dari 0
selanjutnya.
sampai dengan 4. Materi dan jumlah Berdasarkan data Uji Validitas item yang disusun mengacu kepada
Kuesioner seluruh butir pertanyaan kuesioner MLQ dari Avolio & Bass (1991)
pada seluruh variabel yang diuji yang telah dimodifikasi pada tahun 1995.
memiliki nilai koefisien validitas (r hitung) yang lebih besar dari koefisien r
Metode Pengolahan Data tabel (N = 30, á = 0,05) sebesar 0,361. Pengolahan data dilakukan peneliti
Dengan demikian dapat dikatakan dengan menggunakan metode komputer
bahwa seluruh butir kuesioner variabel SPSS (Statistical Program for Social Science)
Kepemimpinan Transaksional yang
11.0 for Windows. disusun valid (sahih), sehingga dapat digunakan untuk mengambil data
Analisa Data dan Pembahasan
penelitian selanjutnya.
Uji Validitas
Pada penelitian ini sebelum kuesioner
Uji Reliabilitas
disebarkan kepada seluruh responden, Pada penelitian ini sebelum penulis melakukan uji coba terhadap 30
kuesioner disebarkan kepada seluruh orang siswa Setukpa untuk mengetahui
responden, penulis melakukan uji coba tingkat validitas alat ukur sebelum
terhadap 30 orang siswa Setukpa untuk digunakan pada penelitian selanjutnya.
mengetahui tingkat reliabilitas alat ukur Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
sebelum digunakan pada penelitian uji validitas ini adalah dengan uji
selanjutnya. Teknik yang digunakan signifikansi Cronbach’s Alpha, yaitu
peneliti dalam uji reliabilitas penelitian membandingkan nilai r hitung dengan
ini adalah Cronbach’s Alpha. Dimana nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n
koefisien reliabilitas mendekati 1,0 – k. Pada penelitian ini besarnya df dapat
semakin baik, kurang dari Alpha 0,6
Jurnal Psikologi 121
Wagimo dan Djamaludin Ancok
buruk, 0,7 dapat diterima dan lebih dari 0,000. Sementara itu F tabel untuk tingkat 0,8 dikatakan baik (Sekaran, 2003).
signifikan 5% dengan jumlah sampel 110 Berdasarkan data Uji Reliabilitas
diperoleh nilai F tabel = 4,000 (nilai F tabel Variabel menunjukkan bahwa semua
untuk sampel antara 60 – 120). Dari hasil variabel yang diuji memiliki nilai
tersebut, maka nilai F hitung lebih besar koefisien reliabilitas di atas 0,8000 yaitu
F tabel (24,660 > 4,000). Dengan reliabilitas variabel Motivasi Bawahan
dari
demikian dapat disimpulkan bahwa sebesar 0,8926, variabel Kepemimpinan
variabel gaya kepemimpinan Transformasional sebesar 0,9404, dan
transformasional dan kepemimpinan variabel Kepemimpinan Transaksional
transaksional secara bersama‐sama sebesar 0,8540. Dengan demikian dapat
memiliki pengaruh yang signifikan dikatakan bahwa semua kuesioner
terhadap motivasi bawahan. variabel yang digunakan dalam
Temuan ini konsisten dan mendukung penelitian ini mempunyai taraf
pendapat Bass (1985), bahwa perilaku reliabilitas yang baik atau tinggi, karena
kepemimpinan transformasional dan mempunyai tingkat kehandalan yang
kepemimpinan transaksional merupakan tinggi (koefisien nilai Alpha e” 0,8000),
sesuatu yang berbeda namun tidak sebagai sehingga dapat digunakan untuk
proses yang mutually exclusive. Dengan mengambil data penelitian selanjutnya.
demikian dimungkinkan seorang pemimpin menerapkan kedua gaya
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan.
tersebut pada situasi yang berbeda.
Hipotesis Pertama (H‐1):
Pendapat ini diperkuat oleh Hughes, et al ∙ Diduga ada hubungan yang positif
(2002) bahwa dalam prakteknya
dan signifikan antara gaya
kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan transformasional dan
transaksional dapat ditampilkan oleh
gaya kepemimpinan transaksional
pemimpin yang sama, hanya kuantitas
secara bersama‐sama dengan
perilaku dan intensitasnya saja yang
motivasi kerja bawahan.
berbeda. Implikasinya seorang komandan atau atasan di militer bisa menerapkan
Data yang ditemukan berdasarkan atau menampilkan dua perilaku hasil analisis uji regresi, terutama uji F
kepemimpinan pada saat yang berbeda (uji varians) menunjukkan bahwa
sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi. hipotesis tersebut diterima, sebab nilai F
Artinya pada saat dan situasi tertentu ia hitung variabel gaya kepemimpinan
harus menerapkan gaya kepemimpinan transformasional (X‐1) dan kepemimpinan
transformasional, tetapi pada saat dan transaksional (X‐2) dengan motivasi
situasi yang lain ia harus menerapkan gaya bawahan (Y) dapat diketahui sebesar
kepemimpinan transaksional. 24,660 dengan koefisien signifikan sebesar
122 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
Hipotesis kedua (H‐2):
komitmen dan motivasi yang tinggi ∙ Diduga ada hubungan yang positif
untuk berprestasi dan berkinerja yang
dan signifikan antara gaya
lebih tinggi. Seorang pemimpin
kepemimpinan transformasional
transformasional dapat memotivasi
dengan motivasi kerja bawahan.
para pengikutnya dengan tiga cara (Yukl, 1998), yaitu: (1) membuat mereka lebih
Data yang ditemukan berdasarkan sadar mengenai pentingnya hasil‐hasil hasil analisis uji korelasi, menunjukkan
suatu pekerjaan, (2) mendorong mereka bahwa hipotesis tersebut diterima,
untuk lebih mementingkan organisasi karena hasil perhitungan SPSS nilai
atau tim daripada kepentingan diri koefisien korelasi antara variabel gaya
sendiri, dan (3) mengaktifkan kepemimpinan transformasional (X‐1)
kebutuhan ‐kebutuhan mereka pada dengan motivasi bawahan (Y) dapat
yang lebih tinggi.
diketahui sebesar 0,559 dengan nilai Indikasi tersebut juga menunjukkan koefisien signifikansi sebesar 0,000.
bahwa anggota militer, terutama pada Karena nilai koefisien signifikansi
pangkat bintara dan tamtama pada sebesar 0,000 < 0,050 maka dapat
penelitian ini sangat mengharapkan disimpulkan bahwa terdapat hubungan
perilaku kepemimpinan transformasional positif yang signifikan antara gaya
dari seorang komandan atau atasannya kepemimpinan transformasional dengan
untuk meningkatkan motivasi kerja motivasi bawahan dengan taraf
bawahannya. Bawahan masih percaya, signifikansi yang sangat kuat.
mengagumi, loyal dan menghormati Sedangkan nilai koefisien korelasi
atasannya atau komandannya di sebesar 0,559 maka dapat disimpulkan
kesatuannya masing‐masing, walaupun bahwa terdapat hubungan positif yang
bukan satu‐satunya media atau sarana signifikan antara gaya kepemimpinan
untuk meningkatkan motivasi. Hal ini transformasional dengan motivasi
terlihat dari nilai koefisien korelasi yang bawahan dengan taraf hubungan yang
cukup tinggi dari variabel kepemimpinan cukup kuat.
transformasional dalam penelitian ini. Hasil ini masih konsisten dan mendukung pendapat Bass (1985) dan
Hipotesis ketiga (H‐3):
Hughes, et al (2002) yang mendefinisikan ∙ Diduga ada hubungan yang positif kepemimpinan transformasional
dan signifikan antara gaya
didasarkan pada pengaruh dan
kepemimpinan transaksional
hubungan pemimpin dengan pengikut
dengan motivasi kerja bawahan.
atau bawahan. Para pengikut merasa perc aya, mengagumi, loyal dan
Data yang ditemukan berdasarkan menghormati pemimpin, serta memiliki
hasil analisis uji korelasi, menunjukkan
Jurnal Psikologi 123
Wagimo dan Djamaludin Ancok
bahwa hipotesis tersebut diterima, mengenai imbalan didasarkan pada karena hasil perhitungan SPSS nilai
kesepakatan mengenai tugas yang harus koefisien korelasi antara variabel gaya
dilaksanakan. Pemimpin transaksional kepemimpinan transaksional (X‐2)
selalu mendorong pengikutnya untuk dengan motivasi bawahan (Y) dapat
mencapai tingkat kinerja yang telah diketahui sebesar 0,225 dengan nilai
disepakati bersama. Dengan kata lain koefisien signifikansi sebesar 0,018.
pemimpin transaksional memotivasi Karena nilai koefisien signifikansi
bawahannya untuk berkinerja sesuai sebesar 0,018 < 0,050 maka dapat
dengan yang diharapkan. disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Hasil ini juga menunjukkan bahwa positif yang signifikan antara gaya
di militer konsep reward and punishment kepemimpinan transformasional dengan
akan memotivasi seorang bawahan motivasi bawahan dengan taraf
untuk berkinerja sesuai yang di‐ signifikansi yang cukup kuat.
harapkan. Reward dalam militer tidak Sedangkan nilai koefisien korelasi
hanya berbentuk materi tetapi bisa juga sebesar 0,225 maka dapat disimpulkan
berbentuk non materi. Namun demikian, bahwa terdapat hubungan positif yang
nilai koefisien korelasi variabel signifikan antara gaya kepemimpinan
kepemimpinan transaksional tidak tinggi transaksional dengan motivasi bawahan
dan lebih rendah dari variabel dengan taraf hubungan yang relatif
kepemimpinan transformasional lemah.
disebabkan masih kuatnya pengaruh Hasil ini masih konsisten dan
budaya (culture) kolektivisme mendukung pendapat Bass (1985, 1990)
masyarakat di Indonesia, sehingga kerja bahwa pemimpin transaksional
tidak hanya mengharapkan reward saja, memotivasi pengikutnya dengan cara
tetapi unsur menjalin kekeluargaan menukar imbalan untuk pekerjaan atau
masih cukup kuat tugas yang telah dilaksanakan misalnya dengan penghargaan, menaikkan upah
Hipotesis keempat (H‐4):
terhadap pengikutnya yang melakukan
∙ Diduga hubungan antara gaya
kinerja yang tinggi. Tetapi sebaliknya
kepemimpinan transformasional
akan memberikan penalti (punishment)
dengan motivasi kerja bawahan
terhadap pengikutnya yang mempunyai
lebih kuat atau lebih erat daripada
kinerja yang rendah atau berada di
hubungan antara gaya ke‐
bawah target. Menurut Bass(1990) dan
pemimpinan transaksional dengan
Hughes, et al, (2002) imbalan akan
motivasi kerja bawahan.
mempengaruhi motivasi bawahan dan selanjutnya akan mempengaruhi kinerja
Data yang ditemukan berdasarkan dan kepuasan bawahan. Pertukaran
hasil analisis uji korelasi, menunjukkan
124 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
bahwa hipotesis tersebut diterima, p erilaku d ar i kep em im p in an karena hasil perhitungan SPSS nilai
transformasional biasanya berkorelasi koefisien korelasi antara variabel gaya
lebih kuat dengan kriteria‐kriteria kepemimpinan transformasional (X‐1)
aspek lain yang diteliti daripada dengan motivasi bawahan (Y) dapat
p erilaku ‐perilaku kepemimpinan diketahui sebesar 0,559 dengan nilai
transaksional (Yukl, 1998). koefisien signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai
Daftar Pustaka
koefisien korelasi antara variabel gaya Anonim, Lintasan Sejarah Pangkalan Udara kepemimpinan transaksional (X‐2)
Adi Soemarmo, Dinas Penerangan dan Perpustakaan
dengan motivasi bawahan (Y) sebesar Lanud Adi Soemarmo, Surakarta, 2003.
0,225 dengan nilai koefisien signifikansi sebesar 0,018.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Dari hasil analisis tersebut dapat
Suatu pendekatan Praktek, Renika disimpulkan bahwa hubungan antara
Cipta, Cetakan Kesepuluh, Jakarta, gaya kepemimpinan transformasional
dengan motivasi kerja bawahan lebih Aryani & Sugiarti, Pengaruh Perilaku kuat atau lebih erat daripada hubungan Kepemimpinan Transformasional Terhadap
antara gaya kepemimpinan transaksional Kinerja Ditinjau dari Perspektif Learning dengan motivasi kerja bawahan.
and Growth dalam Balance Scorecard, Hasil ini mendukung pendapat
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.2, Bass (1990) yang menganggap bahwa
No.2, 2002 hal 107‐118 kepemimpinan transformasional lebih
Avolio, Bruce J, et all, Transformational un ggul daripada kepemimpinan
Leadership in a Management Game t ran saksional. Untuk mendukung
Simulation, Group & Organization keunggulan kepemimpinan transfor‐
Studies, Vol. 13 No. 1, March 1988. masional daripada kepe‐mimpinan transaksional, dibuktikan oleh hasil
Bass, B.M., Leadership and Performance Beyond
penelitian Bass dan Avolio pada tahun The Free Press, New
Expectations,
York, 1985.
1990 (dalam Robbins, 1996) terhadap sejumlah perwira militer Amerika
Bass, B.M., From Transactional to Serikat, Kanada dan Jerman pada
transformational Leadership: Learning to semua tingkatan (level jabatan dan
Share the Vision, Organizational kepan gkat an ), bahwa pemimpin
Dynamic, 1990, dalam Steers, Porter &
transformasional dinilai lebih efektif Bigley, Motivation and leadership at Work, McGraw Hill International 6 th
daripada pemimpin transaksional. Edition, 1996. Dalam studi‐studi yang lain, Yukl
m enyim pulkan bahwa perilaku‐
Jurnal Psikologi 125
Wagimo dan Djamaludin Ancok
Bass, B.M. ,The Ethics of Transformational Dessler, Gary, Manajemen Personalia , Edisi Leadership, Academy of Leadership
3, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, Press, 1997 (dalam
www.ac ademy.umd.edu , 6
Nopember 2004) Ebert, R.J. & Griffin, R.W., Business Essentials , Fourth Editions, Prentice Bass, B.M. , Transformational Leadership:
Hall, 2003.
Industrial, Military, and Educational Impact, Lawrence Erlbaum
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Associates, Publishers, Mahwah,
Dengan Program SPSS, Badan Penerbit New Jersey, 1998.
Undip, Semarang, 2001. Bass, B.M. and Avolio, Multifactor Leadership
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., and Questionnaire , Mind Garden, Inc,
Donnely, Jr, J. H. , Organization: California, 1995.
Behavior,Structur, Processes, Ninth Edition, Irwin, 1997.
Bass, B.M. and Steidlmeier, Paul, Ethics, Character, and Authentic
Gitosudarmo, Indriyo dan I. Nyoman Sudita, Perilaku Keorganisasian, Transformational Leadership, Center for
Yogyakarta: BPFE., 1997. Leadership Studies, School of
Greenberg, Jerald and Baron, Robert A, University, Binghamton, NY 13902‐
Management Binghamton
Behavior in Organizations ,
International Edition, Pearson cls.binghamton.edu/BassSteid.html
6015 (dalam h t t p : //
Education, Inc. 2003.
6 November 2004) Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Bradley, Peter & Charbonneau, Danielle,
Motivasi: Dasar Peningkatan Transformational Leadership: Something
Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta, New, Something Old, Canadian
Military Journal, Volume 5, 2004. Hasibuan, Malayu S.P., Organisasi dan Chan, Alvin, The Full Range Leadership
Motivasi , Penerbit Bumi Aksara, Model and Its Application to the Singapore
Jakarta, 1996.
Armed Forces, (dalam
www.mindef.gov.sg , 6 Nopember Hughes, Richard L, et all, Leadership: 2004)
Enhancing the Lessons of Experience, McGraw ‐Hill Companies Fourth
Cooper, Donald R & Emory, C William, Edition, 2002. Metode Penelitian Bisnis, Erlangga, Jakarta, 1995
MacIsaac, J.R, Leadership During Peace Support Operations: “Mission Possible”, Canadian Military Journal, Volume
126 Jurnal Psikologi
Hubungan Kepemimpinan...
Mujiasih, Endah & Hadi, Sutrisno, Persepsi Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Mengenai Gaya Kepemimpinan
Nomor : Kep / 5 / III / 2004 tanggal 1 Transformasional dan Transaksional dan
Maret 2004 tentang Pokok‐Pokok Pengaruhnya Terhadap Upaya Ekstra
Organisasi dan Prosedur Pangkalan TNI (Extra Effort) Pegawai Dinas Kesehatan
AU Adi Soemarmo (Lanud SMO), Mabes Kota (DKK) Semarang, Salatiga dan
TNI AU, Jakarta, 2004. Kabupaten Semarang di Ungaran, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 10 No. 2,
Terry, Larry D, Leadership of Public September 2003.
Bureaucracies: The Administrator as Conservator, SAGE Publications, Inc,
Popper, Micha, et all, The Israeli Defence California, 1995. Force: An Example of Transformational
Tracey, J Bruce & Hinkin, Tymothy R, Organizational Development
Leadership, Leadership &
Transformational Leadership or Effective Journal, Vol. 13 No. I, 1992
Managerial Practices?, Group & Organization Studies, Vol. 23 No. 3,
Sengkey, Jesaja Elisa, Analisis Hubungan September 1998. Faktor ‐Faktor Motivasi dan Prestasi kerja Karyawan, Tesis MM UGM (tidak
Triyugara, Hubungan Antara Persepsi dipublikasikan), 2003.
Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan dengan Perubahan PT. Jasa Raharja
Sekaran, Uma., Research Methods For (Persero) , Tesis MM UGM (tidak Business ,
A Skill‐Building Approach dipublikasikan), 2002.
4 th edition . John Wiley & Sons, Inc., 2003.
Undang ‐Undang (UU) Nomor : 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian,
Indonesia.
Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1989.
Yukl, Gary, Kepemimpinan Dalam Organisasi, Prenhallindo, Jakarta, 1998. Soegiyono, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta, Bandung, 1994.
Suradji, Agus, Analisis Kepemimpinan Transformasional Manajer PT. TELKOM – DIVRE IV JATENG & DIY, Tesis MM UGM (tidak dipublikasikan), 2002.
Jurnal Psikologi 127