KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PERTEMUAN 5 Dr. RATNAWATI SUSANTO, M.M., M.Pd PGSD - FKIP
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Menyusun Proposal Penelitian Kuantitatif berdasarkan Pedoman penyusunan Skripsi, yang mencakup: Halaman Sampul Halaman Judul Lembar Persetujuan
a. Lembar Persetujuan pembimbing
b. Lembar Persetujuan dan Pengesahan Pernyataan Kealian Tulisan Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Ganbar Daftar Lampiran
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
Bab I. PENDAHULUAN Bab II. Kajian Teori Bab III. Metodologi Penelitian Daftar Pustaka Lampiran- lampiran. Instrumen penelitian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba
CONTOH: BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran dan peran sekolah swasta secara yuridis menempati posisi yang kuat
dan strategis sebagai “mitra” sekolah negeri dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Data kuantitatif keberadaan dan peran serta pendidikan swasta dapat diuraikan sebagai berikut: Sumber data (data diolah) : Depdiknas RI (http://npsn. jardiknas.org/ cont/ datastatistik/index.php)CONTOH: BAB I. PENDAHULUAN
Data pada tabel I-1 menunjukkan bahwa: (1) secara keseluruhan peranan sektor swasta adalah 37% dan (2) jenajng pendidikan SMA adalah 56%. Data ini memberi makna bahwa jenajng SMA Swasta memiliki peranan yagn cukup tinggi sebagai lebmaga pendidikan di Indoensia.
Keberadaan sekolah negeri dan swasta di DKI Jakarta secara kuantitatif dapat diuraikan dalam tabel berikut ini: REKAP DATA JUMLAH SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA DI DKI Tabel I-2 JAKARTA (Online & Real Time per tanggal 14 Maret 2010 pukul 20.00.02) Dari tabel data tersebut dapat dilihat bahwa peran sekolah swasta menempati peran sentral
dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadi mitra sekolah negeri. Namun
dalam kenyataannya, saat ini sekolah swasta mengalami penurunan yang sangat tajam dari
penerimaan jumlah murid. Majalah educare (2017: 32) menuliskan tajuk “Sekolah Swasta
menghadapi Lonceng Kematian” yang sangat membuat keprihatinan para pengelola lembaga
swasta, terutama hal ini disampaikan dalam sidang pleno Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan
Agung Jakarta (MPK-KAJ).Bagi sekolah swasta, kehidupan operasional sangat ditentukan oleh jumlah murid.
Jumlah murid yang sedikit dari tahun ke tahun merupakan indikator ditinggalkannya sekolah oleh
masyrakat pengguna, dalam hal ini orang tua dan peserta didik. Tidak dapat dipungkiri bahwa
ditinggalkannya sekolah oleh masyarakt dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah
penurunan mutu atau kualitas, yang berarti terjadi ketidaksesuaian dengan standar harapan
pengguna.Penurunan mutu suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kinerja semua warga sekolah
dan untuk itu seorang kepala sekolah dituntutu akuntabilitasnya terhadap keberlangsungan sekolah. Akuntabilitas menjadi bagian mendasar dari seorang pemimpin. Tidak jarang dilihat bahwa
akuntabilitas seorang kepala sekolah menjadi sangat bervariasi dan kompleks dan akan sangat dipengaruhi oleh
pribadi masing-masing. Kepala sekolah dapat menjadi seorang yang akuntabel apabila dapat menggerakkan
sumber dayanya secara optimal. Hal ini sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memimpin sehingga setiap
sumber daya manusia mau mengikuti pengaruh dan bergerak mengikuti perintahnya. Gaya kepemimpinan kepala
sekolah dalam realitanya sangat membutuhkan perhatian dan sangat mendasar dalam menghadapi pola perilaku
dan karakter sumber daya manusia yang berada dalam pimpinannya untuk diarahkan. Gaya kepemimpinan
kepala sekolah sering menjadi tidak efektif terhadap pola laku bawahan.Kepala sekolah dalam menunjukkan akuntabilitasnya juga sangat dipengaruhi oleh kecerdasan
emosionalnya. Tidak jarang seorang kepala sekolah terjerembab di dalam rutinitasnya dan tidak siap dan bahkan
emngalami konflik ketika tekanan, tuntutan dan kondisi situasi dalam keadaan yang tidak kondusif, sehingga
kepala sekolah sering menjadi bagian dari permasalahan itu sendiri dan tidak menjadi pemecah masalah. Kepala
sekolah juga sangat dituntut untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga akuntabilitas tetap
terjaga. Kepala sekolah sering menunjukkan kondisi tidak stabil dan tidak rasional dalam membuat keputusan.
Demikian halnya dengan sekolah-sekolah swasta yang tergabung dalam MPK-KAJ, ditemui adanya kepala
sekolah diangkat dari guru yang unggul dalam prestasi, namun ketika diangkat sebagai kepala sekolah mengalami
kemunduran kinerja dan bahkan tegolong mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya. 85% kepala sekolah
dari 78 sekolah swasta yang tergabung di dalamnya tidak diberikan bekal dan pendampingan untuk menjadi
kepala sekolah.
Ketika mengalami banyak situasi, kondisi dan konflik, kepala sekolah mengalami kesulitan
yang luar biasa dan mengajukan mundur dari tugas dan perannya. Sementara dapat dipaparkan
bahwa sekolah-sekolah Katolik pada masa sebelumnya menjadi yang terdepan dalam perolehan
tingkat kepercayaan masyarkaat sebagai sekolah yang bermutu, disiplin, unggul dan profesional
baik SDM dan pengelolaannya.Berdasarkan atas tinjauan pada studi pendahuluan tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengupas masalah akuntabilitas kepala sekolah, terutama dalam lingkup sekolah swasta katolik
yang berada dalam naungan MPK _KAJ dalam kaitannya dengan gaya kepemimpinan, kecerdasan
emosional dan rasionalitas pengambilan keputusan.
Wayan (2016: 24) melakukan temuan dalam penelitiannya, bahwa akuntabilitas seorang kepala
sekolah memiliki kontribusi yang sangat dominan dan tingkatnya adalah sebesar 82.56%. Faktor-
gaktor yang berperan dalam akuntabilitas mencakup antara lain tingkat intelektual, kecerdasan
emosional, dukungan rekan kerja, dan kejelasan uraian pekerjaan.
Penelitian lain adalah bahwa akuntabilitas diperoleh dari perolehan mandat, yaitu tingkat
kekuasaan, gaya kepemimpinan dan kepribadian serta kematangan emosional seorang yang
menjadi pemimpin (Adiran: 2016, 75).Berdasarkan atas hal tersebut, maka dengan melihat perkembangan dari sekolah- sekolah swasta B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang
terjadi adalah sebagai berikut: 1.Menurunnya mutu sekolah.2.Penurunan jumlah murid.
3.Ketidaksesuaian gaya kepemimpinan kepala sekolah.
4.Ketidakmampuan emosional kepala sekolah dalam peran dan fungsinya.
5.Pengambilan keputusan kepala sekolah tidak rasional dalam menghadapi situasi dan kondisi konflik.
6.Akuntabilitas kepala sekolah rendah.
C . Batasan masalah
Berdasarkan atas identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi mencakup permasalahan:
1. Ketidaksesuaian gaya kepemimpinan kepala sekolah.
2. Ketidakmampuan emosional kepala sekolah dalam peran dan fungsinya.
3. Pengambilan keputusan kepala sekolah tidak rasional dalam menghadapi situasi dan
kondisi konflik.4. Akuntabilitas kepala sekolah rendah.
D. Rumusan Masalah
1.Apakah ada hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas?
2.Apakah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan akuntabilitas?
3.Apakah ada hubungan yang positif antara pengambilan keputusan rasional dengna akuntabilitas?
4.Apakah ada hubungan yang positif secara simultan antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional dengna akuntabilitas?
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.Hubungan antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas.
2. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan akuntabilitas.
3.Hubungan antara pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas.
4. Hubungan simultan antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional dengna akuntabilitas.
F. Manfaat penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.Bagi perkembangan ilmu pendidikan, memberikan inspirasi tentang peningkatan akuntabilitas, terutama dalam kaitannya dengan gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional.
2.Bagi Yayasan pengelola pendidikan dapat memberikan pendampingan dan pengembangan kepada para manajer pimpinan sekolah dalam upaya meningkatkan akuntabilitas.
3.Bagi para peneliti dapat ditindaklanjuti dengna penelitian lain terhadap faktor-faktor yang berkontribusi terhadap akuntabilitas.
CONTOH BAB II. KAJIAN TEORI
A. Analisis Teoretis
1. Akuntabilitas Dalam suatu organisasi formal maka akan terjadi pola hubungan antara seorang manajer dan bawahan. Hubungan antara manajer dan bawahan terbentuk melalui delegasi. Laurie J. Mullins mengemukakan definisi sebagai berikut :
Delegation means the conferring of a specified authority by a higher authority. In its essence it involves a dual responsibility. The one to whom authority is delegated becomes responsible to the superior for doing the job, but the superior remains responsible for getting the job done. This principle of delegation is the centre of all processes in formal organization.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa delegasi merupakan suatu pemberian wewenang dari pemegang otoritas yang lebih tinggi.
Esensi dari delegasi itu adalah adanya tanggung jawab ganda. Ketika seseorang diberi delegasi otoritas maka ia akan menjadi bertanggung jawab kepada manajer superior untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, tetapi manajer superior tetap bertanggungjawab atas pekerjaan tersebut. Prinsip delegasi merupakan pusat dari seluruh proses dalam organisasi formal. Prinsip Delegasi seperti yang digambarkan dalam The Basis of Delegation mencakup tiga prinsip delegasi, yaitu :
1. Authority, is the right to take action or make decisions that manager would otherwise have done. Authority legitimises the exercise of power within the structure and rules of the organisation. It enables the subordinate to issue valid instructions for others to follow.
2. Responsibilities, involves an obligation by the subordinate to perform certain duties or make certain decisions and having to accept possible reprimand from the managers for unsatisfactory performance. The meaning of the term “responsibility” is, however subject to possible confusion: although delegation embrace both authority and responsibility, effective delegation is not abdication of responsibility.
3. Accountability, is interpreted as meaning ultimate responsibility and cannot be delegated. Managers have to accept “responsibility” for the control of their staff, for the performance of all duties allocated to their department/section within the structure of the organisation, and for the standard of results achieved.”.
Menurut pendapat di atas bahwa :
1. Otoritas, adalah hak seorang manajer untuk mengambil tindakan atau membuat keputusan. Otoritas merupakan legitimasi pelaksanaan kekuasaan dalam struktur dan aturan organisasi. Hal ini memungkinkan seorang manajer untuk mengeluarkan instruksi sehingga bawahan mengikutinya.
2. Responsibilitas (tanggung jawab), melibatkan kewajiban bawahan untuk melakukan tugas tertentu atau membuat keputusan tertentu dan harus menerima teguran dari manajer apabila kinerja tidak memuaskan. Maka arti dari Responsibilitas (tanggung jawab) itu sendiri akan mencakup adanya otoritas dan tanggung jawab itu sendiri.
3. Akuntabilitas, ditafsirkan sebagai tanggung jawab utama dan tidak dapat didelegasikan. Manajer harus menerima "akuntabilitas sebagai tanggung jawab utama" untuk melakukan kontrol terhadap staf mereka. Kinerja tugas staf dialokasikan ke dalam bagian/departemen dalam suatu struktur organisasi guna mencapai hasil sesuai standar yang ditetapkan.
Dari kutipan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :
1. Delegasi menjadi sentral dan sangat penting karena delegasi akan membentuk alur pola hubungan antara manajer superior, manajer dan bawahannya.
2. Pola hubungan antara manajer dengan manajer superior terwujud melalui akuntabilitas 3. .Akuntabilitas dikatakan sebagai tanggung jawab utama seorang manajer kepada manajer superior untuk tindakan yang dilakukan bawahan. Tanggung jawab ini adalah mutlak dan tidak dapat dipindahkan kembali kepada bawahan.
4. Akuntabilitas seorang manajer kepada manajer superior berarti (a) Melihat pekerjaan telah dilakukan dan (b).Bawahan mencapai hasil sesuai dengan standar yang ditetapkan.
5. Akuntabilitas dapat terjadi apabila : (a). Seorang manajer menerima delegasi otoritas atas pekerjaannya dari manajer superior. Melalui delegasi otoritas ini maka seorang manajer dapat melakukan tindakan dan membuat keputusan. (b). Seorang manajer dapat melakukan tindakan menegur atas pekerjaan bawahan yang tidak memuaskan.
(c). Bawahan memiliki kewajiban untuk melakukan pekerjaannya dan bertanggung jawab kepada manajer.
Dari kesimpulan tersebut dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam suatu organisasi formal, seperti halnya dengan sekolah swasta maka akuntabilitas kepala sekolah selaku manajer pendidikan adalah menjadi aspek yang paling penting karena mencakup bagaimana seorang manajer pendidikan menerima delegasi otoritas atas pekerjaan dari Ketua Yayasan, bertanggung jawab dalam melakukan tindakan dan membuat keputusan, bertanggung jawab atas tindakan bawahan, melakukan tindakan menegur bawahan atas pekerjaan yang kurang memuaskan dan meminta bawahan melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan selanjutnya adalah mempertanggungjawabkan kembali pekerjaan yang telah dilakukan bawahan sebagai pencapaian hasil sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian para ahli seperti dikemukakan di atas, maka dapat disintesiskan bahwa yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah: pertanggungjawaban manajer atas tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh manajer superior, dengan indikator: (1) menetapkan tujuan secara tepat, (2) mengalokasikan sumber daya secara efisien, (3) mengarahkan bawahan melakukan pekerjaan sesuai standar yang ditetapkan, (4) mengontrol pekerjaan bawahan, (5) melakukan tindakan korektif atas pekerjaan bawahan yang tidak sesuai dengan standar, (6) meminta pelaporan kerja dari bawahan, dan (7) mempertanggungjawabkan hasil sesuai standar kepada manajer superior.
C. Kerangka Berpikir
Hubungan antara Pengambilan Keputusan Rasional dengan Akuntabilitas 3. Pengambilan keputusan rasional akan sangat terkait dengan kemampuan suatu
organisasi dalam menyelesaikan masalah organisasi guna mewujudkan tujuan organisasinya, karena pengambilan keputusan rasional adalah pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan data dan aktual, berdasarkan pencarian informasi secara komprehensif, serta dilakukannya inventarisir alternatif solusi dan evaluasi terhadap alternatif logis. Hal ini berarti semakin rasional suatu pengambilan keputusan dilakukan atas masalah organisasi maka akan semakin logis dan jernih keputusan ditempuh
dan akan semakin mampu seorang manajer mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya kepada manajer superior. Artinya semakin rasional
pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas, maka diduga pengambilan keputusan rasional memilik C. Kerangka Berpikir (Lanjutan)
4. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Kecerdasan Emosional dan Pengambilan Keputusan Rasional secara bersama-sama dengan Akuntabilitas
Dengan gaya kepemimpinannya maka kepala sekolah akan dapat mempengaruhi dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
C. Kerangka Berpikir (Lanjutan) Melalui kecerdasan emosionalnya, seorang kepala sekolah akan mampu mampu menggerakkan seluruh komunitas lembaga berada dalam fungsi dan peran tugasnya, mengakomodasi multi- kepentingan, dan mengarahkan dirinya sendiri dan pihak-pihak yang berkepentingan agar secara emosional memiliki komitmen untuk tetap membangun lembaganya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Melalui kestabilan emosinya maka kepala sekolah akan mampu tetap bersikap tenang, bergairah, energik dan merasa aman pada aneka situasi.
C. Kerangka Berpikir (Lanjutan) Semakin rasional pengambilan keputusan dilakukan maka akan semakin mampu suatu organisasi menyelesaikan masalah organisasi guna mewujudkan tujuan organisasinya, karena pengambilan keputusan rasional adalah pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan data dan aktual, berdasarkan pencarian informasi secara komprehensif, serta dilakukannya inventarisir alternatif solusi dan evaluasi terhadap alternatif logis.
C. Kerangka Berpikir (Lanjutan) Maka semakin rasional suatu pengambilan keputusan dilakukan atas masalah organisasi maka akan semakin logis dan jernih keputusan ditempuh, maka akan semakin mampu seorang manajer mempertanggungjawabkan tugas dan pekerjaannya kepada manajer superior. Maka semakin rasional pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas. Maka diduga pengambilan keputusan rasional memiliki hubungan yang positif dengan akuntabilitas.
Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas.
D. Hipotesis Penelitiani. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan akuntabilitas, artinya semakin efektif gaya kepemimpinan maka akan semakin tinggi akuntabilitas.
2. Terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan akuntabilitas, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin tinggi akuntabilitas.
D. Hipotesis Penelitiani. Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
3. Terdapat hubungan positif antara pengambilan keputusan rasional dengan akuntabilitas, artinya semakin rasional pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas.
4. Terdapat hubungan positif antara gaya kepemimpinan, kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan rasional secara bersama-sama dengan akuntabilitas, artinya semakin efektif gaya kepemimpinan, semakin tinggi kecerdasan emosional, semakin rasional pengambilan keputusan maka akan semakin tinggi akuntabilitas.
CONTOH BAB III
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di wilayah Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ). Pelaksanaan
penelitian ini dijadwalkan berlangsung selama 4 (empat) bulan, terhitung mulai instrumen penelitian disetujui untuk uji coba pada akhir bulan September 2010. Adapun jadwal peneitian adalah sebagai
CONTOH BAB III
A. Waktu dan Tempat Penelitian (lanjutan)
Jadwal Penelitian
Tabel 3-1
1. Uji coba instrumen N o KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 OKT 2010 NOV 2010 DES 2010 JAN 2011 3. Penyebaran Instrumen2. Analisis perhitungan Instrumen uji coba validitas & reliabilitas 4. Analisis, Pengolahan Data & Penulisan Disertasi Penelitian
5. Bimbingan Disertasi
CONTOH BAB III
B. Metode penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan
metode penelitian survey dengan pendekatan korelasional. Penelitian
survei ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan kedudukan
sesaat variabel (status quo variable) berdasarkan data yang ada saat
itu (status quo data) dan hubungan-hubungan antara variabel-variabel
yang diteliti kemudian dapat ditentukan dan ditarik kesimpulan.
Pendekatan korelasional digunakan dalam penelitian ini karena
dimaksudkan untuk mencari dan menganalisa hubungan-hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. . Dalam penelitian ini
terdapat tiga variabel bebas, yaitu: gaya kepemimpinan, kecerdasan
emosional, dan pengambilan keputusan rasional serta satu variabel
terikat yaitu akuntabilitas. Sedangkan data yang ditemukan bukan
hasil dari suatu perlakuan (treatment) atau data seketika yang diamati
(data at the moment) melainkan data sebagai fakta yang memang
sudah terjadi (ekspost fakto).CONTOH BAB III
B. Metode penelitian (lanjutan)
Hubungan antara variabel terikat dengan
variabel bebas ditunjukkan dalam bentuk konstelasi
keterkaitan antar variabel sebagai berikut : X 1 X 1 = Gaya Kepemimpinan Keterangan :X X 3 2 Y X 3 = Pengambilan Keputusan Rasional X 2 = Kecerdasan Emosional Gambar 3-1 Model Konstelasi Keterkaitan antar variabel. Y = Akuntabilitas.
CONTOH BAB III
1. Unit Analisis A.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
2. Populasi menjadi unit analisis adalah kepala sekolah. Berdasarkan variabel yang diteliti dalam penelitian ini, maka yang
Menengah Atas (SMA) Swasta di wilayah Majelis Pendidikan Katolik
Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ). Populasi target dalam penelitian ini adalah 80 kepala sekolah pada penelitian ini adalah didasarkan pada Rumus Slovin:3. Sampel
Ukuran dalam pengambilan jumlah sampel yang digunakan n = number of samples (jumlah sampel)] Di mana : n = N / 1 + N e
2 N = Total Population (jumlah seluruh anggota populasi)
CONTOH BAB III
Maka dengan populasi terjangkau sebesar 80 dan menggunakan taraf kesalahan 5
% maka dengan menggunakan rumus Slovin akan diperoleh sampel sejumlah 67, dengan perhitungan sebagai berikut: n = 80 / (1 + 80 x 0,05 x 0,05) n = 80 / ( 1 + 0,2) n = 80 / 1,2 n = 66,67 = 67 Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik SimpleRandom Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak karena anggota populasi homogen. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara undian, di mana populasi sebelumnya diberi nomor urut 1 sampai dengan nomor 80. sesuai dengan jumlah populasi, lalu diundi hingga keluarnya nomor sampai sejumlah enam puluh lima dan menjadi sampel penelitian.CONTOH BAB III
D. Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional Sesuai dengan variabel-variabel yang ada di dalam
penelitian ini, maka penentuan responden yang menilai
adalah sebagai berikut:a.Gaya kepemimpinan dengan responden guru, di mana
setiap tiga orang guru menilai satu orang kepala sekolah. b.Kecerdasan emosional, dengan responden kepala sekolah. c.Pengambilan keputusan Rasional, dengan responden kepala sekolah.d. Akuntabilitas dengan responden ketua yayasan.
CONTOH BAB III
D. Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional (lanjutan)
Adapun defnisi konseptual dan defnisi operasional dari keempat variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.Variabel Akuntabilitas (Y) a. Defnisi Konseptual.
Akuntabilitas adalah: pertanggungjawaban
manajer atas tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh manajer superior.CONTOH BAB III
D. Variabel Penelitian dan Defnisi Operasional b.Defnisi Operasional.
Akuntabilitas adalah:skor yang diperoleh dari responden atas angket
variabel akuntabilitas sebagai pertanggungjawaban kepala sekolah sebagai
manajer atas tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh ketua yayasan sebagai
manajer superior, yang dinilai oleh ketua yayasan dan diukur dengan
menggunakan instrumen angket dengan indikator: (1) menetapkan tujuan
secara tepat, (2) mengalokasikan sumber daya secara efisien,
(3) mengarahkan bawahan melakukan pekerjaan sesuai standar yang
ditetapkan, (4) mengontrol pekerjaan bawahan, (5) melakukan tindakan
korektif atas pekerjaan bawahan yang tidak sesuai dengan standar, (6) meminta
pelaporan kerja dari bawahan, dan (7) mempertanggungjawabkan hasil sesuai
standar kepada manajer superior..CONTOH BAB III
E. Teknik Pengumpulan Data & Instrumen
Untuk mendapatkan data dari responden,
diperlukan instrumen penelitian. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner/
angket. Data yang diperoleh merupakan hasil
pengukuran dari masing-masing variabel yang
diperoleh dari tanggapan atau penilaian yang
diberikan responden terhadap tiap butir instrumen
penelitian. Berdasarkan variabel yang ada maka akan
terdapat empat instrumen, yaitu gaya kepemimpinan
(X1), kecerdasan emosional (X2), pengambilan
keputusan rasional (X3) dan akuntabilitas (Y).CONTOH BAB III
Angket yang digunakan sebagai instrumen penelitian pada variabel gaya kepemimpinan (X1), disusun dengan menggunakan skala lima opsi,
yaitu: Selalu (SL) = 5, Sering (SR) = 4, Jarang (JRG)
= 3, SKL (Sekali-kali) = 2, dan Tidak Pernah (TP) =
1. Sedangkan untuk variabel kecerdasan emosional
(X2), pengambilan keputusan rasional (X3) dan akuntabilitas (Y) digunakan angket dengan menggunakan Skala Likert, yaitu : Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4, Netral (N) = 3, TidakSetuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1.
CONTOH BAB III
Tahapan-tahapan dalam pembuatan instrumen
ini adalah menentukan variabel penelitian,
menentukan indikator variabel berdasarkan kajian
teori, membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan
indikator yang ada, dan membuat pernyataan untuk
butir instrumen.a. Kisi-Kisi Instrumen CONTOH BAB III berikut ini : Kisi-kisi instrumen Akuntabilitas dapat diuraikan pada tabel Tabel 3-4. O 2. Mengalokasikan sumber daya secara 5,6.7.8.9.10, 1. Menetapkan tujuan secara tepat, 1,2,3,4 N INDIKATOR NOMOR BUTIR Jml Kisi-kisi Instrumen Akuntabilitas 6 4 4. Mengontrol pekerjaan bawahan, 16,17,18,19 ,20, 3. Mengarahkan bawahan melakukan 11, 12, 13,14, 15, efisien ditetapkan pekerjaan sesuai standar yang 5 5 7. Mempertanggungjawabkan hasil 31,32,33,34,35 6. Meminta pelaporan kerja dari bawahan 26,27,28,29,30
5. Melakukan tindakan korektif atas 21,22,23,24,25 dengan standar pekerjaan bawahan yang tidak sesuai 5 5 5 superior. sesuai standar kepada manajer Jumlah 35
CONTOH BAB III
d. Uji Coba Instrumen.
Instrumen Akuntabilitas dikembangkan dalam
bentuk 35 butir pernyataan. Pengukuran terhadap
akuntabilitas menggunakan skala Skala Likert,
yaitu: Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4, Netral
(N) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, dan Sangat Tidak
Setuju (STS) = 1.validitas dan reliabilitas instrumen. Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan CONTOH BAB III (1) Pengujian Validitas Instrumen Sebelum instrumen variabel Akuntabilitas digunakan untuk diukur dengan validitas internal consistency menggunakan bahan penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas. Yang 1 r rumus Pearson Product Moment : XY = n. ∑ XY– (∑X) (∑Y) dimana : √ n. ∑ X – (∑X) . n. ∑ Y – (∑Y)
2 2 2 2 n = banyaknya pasangan skor X dan skor Y (banyaknya Y = skor dalam distribusi variabel Y X = skor dalam distribusi variabel X r XY = koefisien korelasi r subjek)
CONTOH BAB III
Hasil perhitungan dilakukan dengan
membandingkan antara koefsien korelasi (skor
rbutir atau r hitung) dan nilai kritis (skor rtabel)
pada taraf signifkan α = 0,05, dengan kriteria
kesahihan butir sebagai berikut : Jika rhitung > skor rtabel, maka butir sudah •valid (sahih) dan dipakai untuk penelitian
sebenarnya.Jika rhitung ≤ skor rtabel, maka butir ditolak •
atau tidak valid dan tidak digunakan dalam
pengumpulan data sebenarnya.CONTOH BAB III
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba untuk
pengujian validitas butir instrumen variabel
akuntabilitas yang berjumlah 35 butir pernyataan
ternyata terdapat 2 butir pernyataan yang tidak
valid, yaitu butir nomor 6 dan 14. Butir tersebut
dinyatakan gugur dan didrop serta tidak dipakai lagi
dalam perhitungan reliabilitas instrumen. Nomor
butir yang valid sejumlah 33 item untuk selanjutnya
digunakan untuk menjaring data dalam penelitian.
Berdasarkan hasil uji coba, maka nomor butir
pernyataan disusun kembali urutannya sebagai
berikut:Kisi-kisi Instrumen Akuntabilitas Hasil Uji Coba
CONTOH BAB III
Tabel 3-5 . 1. Menetapkan tujuan 1,2,3,4 O N secara tepat, INDIKATOR NOMOR JML TIDAK NOMOR BUTIR 4 - 1,2, VALID BARU 3,4 2. Mengalokasikan sumber 5,6.7.8.9. 3. Mengarahkan bawahan 11, 12, melakukan pekerjaan 13, 14, daya secara efisien 10, 5 6 14 10,11, 6 12,13 5.6.7. 8.9 - 4. Mengontrol pekerjaan 16,17,18, ditetapkan sesuai standar yang 15,bawahan 19 ,20, 17,18
5 14,15,16, sesuai dengan standar bawahan yang tidak- - 5. Melakukan tindakan 21,22,23,
korektif atas pekerjaan 24,25 22,23
5 19,20,21, - 7. Mempertanggungjawab 31,32,33,
6. Meminta pelaporan
kerja dari bawahan 29,30 27,28
kan hasil sesuai standar 34,35 31,32,33
5 29,30, 5 24,25,26, - 26,27,28, superior. kepada manajer Jumlah 35 33CONTOH BAB III
(1) Reliabilitas Instrumen .
Reliabilitas instrumen merupakan penilaian instrumen apakah reliabel/ajeg/andal/memiliki tingkat kepercayaan atau tidak.
Instrumen disebut reliabel apabila besarannya mendekati 1. Adapun langkah-langkah perhitungan reliabilitas sebagai berikut:
CONTOH BAB III . a. Menghitung varians tiap butir, dengan rumus : n S i 2 = n ∑ X – (∑X)
2 2 n
b. Menghitung varians total, dengan rumus : ∑ Y – (∑Y) 2 2 n S t 2 =
a. Menghitung reliabilitas (Alpha Cronbach), dengan rumus : CONTOH BAB III 1 . r i = 1 - k ∑ S i 2 ( k – 1) S t
2 ∑ S i 2 = mean kuadrat kesalahan k = mean kuadrat antar subyek. di mana : S = varians total t
2
CONTOH BAB III
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba untuk
perhitungan reliabilitas instrumen diperoleh
koefsien reliabilitas instrumen variabel
akuntabilitas ri = 0,8797, menunjukkan instrumen
ini reliabel karena besaran koefsiennya mendekati
1.CONTOH BAB III
F. Teknik Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan statistika
deskriptif yang dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: akuntabilitas
(Y), gaya kepemimpinan (X1), kecerdasan emosional (X2), dan pengambilan
keputusan rasional (X3), Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan
analisa data pada penelitian ini adalah :
1.Membuat deskripsi data sebagai hasil kuantifikasi terhadap jawaban
responden atas kuesioner. Proses kuantifikasi dilakukan dengan cara
pemberian skor pada masing-masing butir dalam kuesioner. Angka-angka
yang merupakan data mentah kemudian diolah dengan menggunakan statistika
deskriptif dan gambaran umum dari variasi data penelitian disajikan melalui
nilai rata-rata (mean), simpangan baku, varians, modus, median, dan distribusi
frekuensi dan menggunakan histogram.1.
2. Melakukan uji persyaratan analisis dengan Uji Normalitas Data Galat
Taksiran dan uji Homogenitas.a. Menentukan garis persamaan regresi.
. regresi, dengan menggunakan rumus : dahulu dilakukan menghitung/menentukan garis persamaan Sebelum melakukan uji normalitas dan homogenitas, maka terlebih X = skor variabel bebas Di mana : = a + b X 1 ; = a + b X 2 ; = a + b X 3 ;
1 dan rumus untuk mencari nilai dari : b = koefisien arah regresi a = konstanta regresi b = a = n ∑X Y (∑X ) ( ∑Y)
(∑Y) (∑X
n ∑X
1
1 ) - ( ∑X -2 1 - (∑X 2 1 1 ) (∑X 1 ) 2 1 Y) n ∑X 1 - (∑X
2 1 ) 2
1 Sugiyono, Op.Cit., Hal. 245.
CONTOH BAB III . Dengan: = a + b 1 X 1 + b
2
X 2 + b 3 X 3 ; 1 ∑X ∑X 1 Y = b 2 Y = b 1 ∑X 1 ∑X 1 ∑X 12 + b 2 + b 2 ∑X 2 ∑X 1 ∑X 22 + b 2 + b 3 ∑X 3 ∑X 2 ∑X 1 ∑X 3 3 ∑X 3 Y = b 1 ∑X 1 ∑X 2 + b 2 ∑X 2 ∑X 3 + b 3 ∑X 32
CONTOH BAB III
Melakukan uji normalitas data.b.
Penggunaan statistik parametris bekerja dengan asumsi bahwa data setiap
variabel penelitian yang akan dianalisis membentuk distribusi normal. Suatu
data yang membentuk distribusi normal bila jumlah data di atas dan di bawah
rata-rata adalah sama, demikian juga dengan simbangan bakunya. Oleh
karena itu maka uji normalitas merupakan persyaratan dalam analisa regresi
sebelum pengujian hipotesis dilakukan. Uji normalitas data galat taksiran
dilakukan untuk mengetahui apakah nilai galat taksiran e = (Y- )
berdistribusi normal atau tidak. Apabila dari hasil pengujian data tidak
berdistribusi normal maka penelitan dengan parametris tidak dapat
dilanjutkan.CONTOH BAB III
Uji normalitas Galat Taksiran Regresi Y atas X dilakukan dengan
menggunakan uji Liliefors (statistik L) pada α = 0,05. Hipotesis statistik
pengujian normalitas data adalah: H0 : e berdistribusi normal Kriteria pengujian:Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka Lo dibandingkan dengan
nilai kritis L untuk Uji Liliefors dengan taraf α = 0,05., maka: tolak hipotesis
nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data
pengamatan melebihi L dari daftar, atau dengan lain :H0 = diterima jika Lhitung < Ltabel, hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal.Ha = diterima jika Lhitung > Ltabel, hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi tidak normal.
Adapun prosedur pengujian normalitas dengan Uji Liliefors dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: Lakukan pengamatan terhadap x1, x2, ....xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ...zn, • dengan menggunakan rumus zi = xi – x dan s (x dan s) masing-masing merupakan rata-rata dari simpangan baku sampel.Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, • kemudian dihitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi ). Selanjutnya hitung proporsi z1, z2, ....zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. • Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (zi), maka
S (zi) = banyaknya zi, z2, ..., zn yang ≤ zi n Hitung selisih F (zi) – S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. • Menggunakan harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih • tersebut, dan harga ini disebut Lo.
Salah satu persyaratan dalam melakukan analisa regresi c. Melakukan uji persyaratan analisis dengan Uji Homogenitas CONTOH BAB III .
homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Barlet.
adalah adanya normalitas residu dari setiap variabel. Untuk pengujian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:Ho: Pasangan variabel memiliki varians yang homogen.
1 Kriteria pengujian yang digunakan adalah: Ho : ditolak jika ≥ (1 – α ) ( k – 1), di mana 2 2 peluang ((1 – α ) dan dk = ( k – 1) 2 (1 – α ) ( k – 1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat denganCONTOH BAB III
Adapun prosedur perhitungan dengan menggunakan uji Bartlett adalah sebagai berikut:
Menentukan varians gabungan dari semua • sampel: S2 = { ∑ (ni – 1) si2 / ∑ (ni – 1) }
Menentukan harga satuan B : • B = ( log s2 ) ∑ (ni – 1)
Menggunakan statistik chi kuadrat : • 2 = (ln 10) { B - ∑ (ni – 1) log si2 } Dengan ln 10 = 2,30 disebut “logaritma asli dari bilangan 10”
CONTOH BAB III
Hipotesis statistik : • H1 = regresi berarti (signifkan) H0 = regresi tidak berarti (tidak signifkan) Kriteria pengujian keberartian regresi adalah: • H1 diterima, jika Fhitung > Ftabel Ho ditolak, jika Fhitung < Ftabel.
Regresi dikatakan berarti jika menerima H1 dan menolak Ho. a. Melakukan Pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji Koefisien Korelasi Sederhana, Korelasi Ganda dan Uji . Keberartian (Signifikansi) Koefisien Korelasi. Uji Koefisien Korelasi dan Uji Keberartian hipotesis pertama: akuntabilitas (Y). variabel gaya kepemimpinan (X 1 ) dengan variabel Uji Koefisien Korelasi Hipotesis pertama adalah menghitung seberapa besar hubungan dependen variabel/variabel bebas (gaya kepemimpinan) dengan menggunakan rumus terikat (akuntabilitas) dengan variabel independen/variabel 1 r X1Y = perhitungan korelasi product moment sebagai berikut: n ∑ x i y i – (∑x i ) (∑y i ) 2 2 √ n ∑ x i 2 - (∑ x i ) n ∑ y i 2 - (∑ y i )
CONTOH BAB III . dimana : r X1Y = korelasi antara variabel X 1 dengan Y x i = ( X 1i - X ) y i = ( Y – Y ) Koefisen korelasi untuk sampel diberi simbol dengan r.
Pedoman interpretasi terhadap koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3-12
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi TerhadapKoefisien Korelasi
1 Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
CONTOH BAB III
. yang menunjukkan besar kecilnya sumbangan variabel X Menghitung Koefisien Determinasi, yaitu suatu koefisiendengan rumus koefisien determinasi adalah:
terhadap Y, yang dinyatakan dalam angka persentase, 1 KP = r x 100%
2
KP = Nilai Koefisien Determinan Di mana : r = Nilai Koefisien Korelasi Melakukan uji keberartian (signifikansi) koefisien korelasi
CONTOH BAB III
. dengan uji t. 1 r √ n - 2 Rumus : t = Hipotesis statistik : √ 1 - r2 H H = tidak signifikan 1 = signifikan. H Kriteria pengujian: 1 diterima jika t hitung > t tabel H o diterima jika t hitung < t tabel
CONTOH BAB III
Pengujian keberartian (signifkansi) dilakukan pada
taraf signifkan 0,05 dan dengan derajat kebebasan
(dk) = n = 2. Apabila H1 diterima maka koefsien
korelasi signifkan dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa variabel X dan Y terdapat hubungan yang
positif, tetapi jika H0 diterima maka tidak terdapat