Meningkatkan kepatuhan wajib pajak melal

MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK
MELALUI LAYANAN PERPAJAKAN ONLINE
Oleh: Sabila Rosyida

BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia menerapkan Self Assessment System (SAS) sejak tahun 1983,
yang sebelumnya memakai Official Assesment System (OAS). Berubahnya
penggunaan OAS ke SAS dianggap sebagai reformasi yang besar karena OAS
tidak melibatkan keaktifan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan sedangkan SAS melibatkan peran keaktifan WP dalam penentuan
besarnya pajak yang terutang dan melaporkan secara teratur jumlah pajak yang
terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan. Dengan kata lain, sistem ini memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar. Dalam hal ini, administrasi perpajakan berperan aktif dalam
melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1
Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen

Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha
meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem
1 Waluyo dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib
Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No.2, September 2008), p. 196.

perpajakan yang lebih modern.2 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini
ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan
perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan
dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di
berbagai aspek kegiatan.3 Diantaranya melalui pengembangan Sistem Informasi
Perpajakan (SIP) yang semula berdasarkan pendekatan fungsi menjadi Sistem
Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case
management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomatisasi
kantor serta berbagai pelayanan berbasis e-system seperti e-SPT, e-Filing, e
Payment, Taxpayer’s Account, e-Registration, dan e-Counceling.4
Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem
administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang
terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non
Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan
mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah

penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar
29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia
yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP.5

2 Saifhul Anuar Syahdan et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46 Tahun
2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal InFestasi. (Vol. 10 No. 1, Juni
2014), p. 64.
3 Nurul Citra Noviandini, “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan
Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di
Yogyakarta”, dalam Jurnal Nominal. (Vol.1 No.1, 2012), p. 16.
4 Sri Rahayu, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. (Vol. 1 No. 2, November 2009), p. 120.
5 Direktorat Jendral Pajak, Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, diakses dari http://
www.pajak.go.id, Rabu, 23 Maret 2016, 07:59 WIB.

Dari statistik pembayaran pajak diketahui bahwa dari sekitar 249 juta
penduduk Indonesia saat ini, baru 27,6 juta (11%) yang sudah mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak orang pribadi dan 2,4 juta sebagai WP badan. Dari 27,6 juta
WP OP tahun 2015, baru 10,25 juta WP OP (4,1%) yang melaporkan
penghasilanya melalui surat pemberitahuan tahunan (SPT Tahunan). Dari 10,25

juta WP OP tersebut, hanya 0,8 (7,9%) juta WP yang melakukan pembayaran dan
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 8,2 triliun. Dengan jumlah WP OP pengusaha
yang sekitar 5 juta orang saat ini, angka Rp. 8,2 triliun sangatlah kecil. Padahal
petensi ekonomi WP OP di Indonesia sangat besar dan tumbuh pesat. Idealnya,
angka 10 kali lipatnya atau bahkan lebih. Dari data tersebut bisa dilihat bahwa
tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam memenuhi kewajiban
perpajakan masih sangat rendah.6
Berdasarkan sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia yakni Self
assessment system semestinya sistem administrasi akan meningkat lebih efisien
dan lebih produktif. Namun, kenyataannya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Oleh karena itulah peneliti
ingin meneliti tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak melalui layanan perpajakan online.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
6 Direktorat Jendral Pajak, “Musim SPT Telah Tiba, Ditunggu Partisipasi Wajib Pajak
Orang Pribadi”, dalam koran Republika, Senin 28 Maret 2016, p. 13.


Sebuah jurnal yang berjudul Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib
Pajak, yang ditulis oleh John Hutagaol, Wing Wahyu Winarno dan Arya
Pradipta. Jurnal ini bertujuan untuk mencari solusi atas suatu masalah yaitu
rendahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar dan kepatuhannya. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat
eksploratif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan,
sanksi perpajakan, persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan
akuntabilitas, perlakuan perpajak yang adil, penegakan hukum dan
Database. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh atas penerimaan negara dari
sektor pajak. Diseminasi kebijakan dan perlakuan perpajakan secara
berkesinambungan dilaksanakan dengan mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat. Penyempurnaan perangkat aturan yang tidak mendorong dunia
usaha yang kondusif misalnya aturan yang menimbulkan deskriminasi usaha
atau yang mendorong wajib pajak tidak patuh. Dalam rangka pengenalan
kegiatan usaha wajib pajak untuk tujuan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak, pemerintah seyogyanya melaksanakan kegiatan pendukung, yaitu
kemitraan dengan dunia usaha, aktivitas himbauan, dan kunjungan ke lokasi
usaha wajib pajak.7

Sebuah jurnal yang berjudul Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kemauan Membayar Pajak, yang ditulis oleh Nila Yulianawati. Jurnal ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesadaran membayar pajak,
7 John Hutagaol et al, “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal
Akuntabilitas. (Vol.6 No. 2, Maret 2007), p. 186-193.

pengetahuan perpajakan, pemahaman peraturan perpajakan, persepsi
efektifitas sistem perpajakan, kualitas layanan terhadap kemauan membayar
pajak. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif
dengan teknik convinience random sampling dengan membagikan
kuesioner. Analisis data menggunakan regresi linier berganda . Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak terhadap kesadaran
membayar pajak berpengaruh dan signifikan terhadap kemauan membayar
pajak, sikap wajib pajak terhadap pengetahuan peraturan perpajakan tidak
berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap
pemahaman peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan
membayar pajak, persepsi efektifitas sistem perpajakan juga tidak
berpengaruh terhadap kemauan membayarb pajak, dan untuk kualitas
layanan berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak. Secara
keseluruhan model tersebut fit.8

Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat
Pajak, persepsi pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi
terhadap kepatuhan, yang ditulis oleh Jessica Novia Susanto. Jurnal ini
bertujuan untuk menganalisa Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak,
persepsi pengetahuan wajib pajak, dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap
kepatuhan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif,
dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil
Penelitian dapat disimpulkan bahwa jika pengujian dilakukan pada masing-

8 Pancawati Hardiningsih, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pajak”, dalam Jurnal Dinamika Keuangan Dan Perbankan. (Vol. 3 No.1, November 2011), p. 126142.

masing variabel, variabel pelayanan aparat pajak tidak mempengaruhi
kepatuhan, variabel persepsi pengetahuan wajib pajak tidak mempengaruhi
kepatuhan, namun aparat pelayanan pajak bersama-sama dengan persepsi
pengetahuan wajib pajak dan pengetahuan korupsi akan memberikan
pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
hasil ini ditunjukkan dengan nilai uji F dan uji t nya. Berdasarkan uji ini
menunjukkan bahwa tingkat keeratan adalah sangat lemah dengan nilai
5,4%.9

Sebuah

jurnal

yang

berjudul

Analisis

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhi Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filling, yang
ditulis oleh Ricky Alfiando Wowor, Jenny Morasa dan Inggriani Elim. Jurnal
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi pengalaman, persepsi
keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan terhadap perilaku
penggunaan e-Filling pada wajib pajak badan di Kota Manado. Adapun
metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan

menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian jika
menggunakan uji F menunjukan persepsi pengalaman, persepsi keamanan dan
kerahasiaan, dan persepsi kecepatan berpengaruh secara simultan atau
bersama-sama terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak
badan di Kota Manado. Hasil uji t menunjukan persepsi pengalaman
berpengaruh

secara

signifikan,

persepsi

keamanan

dan

kerahasiaan

berpengaruh secara signifikan, dan persepsi kecepatan tidak berpengaruh


9 Jessica Novia Susanto, “Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi
pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap kepatuhan”, dalam Calyptra:
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. (Vol.2 No.1, 2013), p. 1-17.

secara signifikan terhadap perilaku penggunaan e-Filling pada wajib pajak
badan di Kota Manado.

Kesimpulannya menunjukkan bahwa persepsi

pengalaman, persepsi keamanan dan kerahasiaan, dan persepsi kecepatan
secara bersama berpengaruh terhadap perilaku penggunaan e Filling pada
wajib pajak badan di Kota Manado.10
Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel
Moderasi, yang ditulis oleh Arif Angga Ardyanto dan Nanik Sri Utaminingsih.

Jurnal ini bertujuan untuk menguji pengaruh sanksi pajak dan pelayanan
aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai
variabel moderasi. Adapun metode penelitian menggunakan Metode

kuantitatif dengan teknik regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar
pada KPP Pratama Blora, pelayanan aparat pajak secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora
yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan
Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora, preferensi risiko tidak
berpengaruh secara signifikan pada hubungan antara sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak (WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP
Pratama Blora, preferensi risiko berpengaruh secara negatifdan signifikan

10 Ricky Alfiando Wowor et al, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filling”, dalam Jurnal EMBA. (Vol. 2 No. 3, September
2014), p. 1340-1349.

pada hubungan pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
(WPOP) di Kecamatan Blora yang terdaftar pada KPP Pratama Blora.11
Sebuah jurnal yang berjudul Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan,
Persepsi Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap

Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta, yang ditulis oleh
Nurul Citra Noviandini. Jurnal ini bertujuan (1) mengetahui Pengaruh
Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan e-Filing (2) Pengaruh
Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Penggunaan e-Filing (3)
Pengaruh Kepuasan Wajib Pajak terhadap Penggunaan e-Filing (4) Pengaruh
Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak
secara bersama-sama terhadap Penggunaan e-Filing. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menggunakan uji
asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan terhadap Penggunaan eFiling ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang menunjukkan
angka positif (0,122) dan mempunyai signifikansi 0,021 (di bawah 0,05), (2)
Terdapat pengaruh positif Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap
Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang
menunjukkan angka positif (0,340) dan mempunyai signifikansi 0,000 (di
bawah 0,05), (3) Terdapat pengaruh positif Kepuasan Wajib Pajak terhadap
Penggunaan e-Filing ditunjukkan dengan koefisien regresi variabel yang
menunjukkan angka positif (0,130) dan mempunyai signifikansi 0,011 (di

11 Arif Angga Ardyanto et al, “Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi”, dalam
Accounting Analysis Journal. (Vol.3 No.2, Mei 2014), p. 220-229.

bawah 0,05), (4) Terdapat pengaruh positif Persepsi Kebermanfaatan,
Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak secara bersama-sama
terhadap Penggunaan eFiling ditunjukkan dengan koefisien regresi semua
yang menunjukkan angka positif. Dengan Sumbangan Relatif (SR) yang
diberikan oleh X1 adalah sebesar 7 %, X2 adalah sebesar 73 %, dan X3
adalah sebesar 20 %, dengan total sumbangan efektif (SE) sebesar 36,7%.
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,342 atau 34,2% yang
berarti bahwa Penggunaan e-Filing yang dapat dijelaskan oleh variabel
Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi Kemudahan, dan Kepuasan Wajib Pajak
adalah sebesar 34,2%.12
Sebuah jurnal yang berjudul Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak
Dengan Aplikasi E-Filling Secara Online, yang ditulis oleh Iim Ibrahim Nur.
Jurnal ini bertujuan untuk menganalisa (1) proses pelaporan pajak dengan
aplikasi e-Filling (2) kelebihan dan kekurangan dari aplikasi e-Filling dalam
sistem perpajakan di Indonesia (3) menganalisa peningkatan penerimaan
negara melalui aplikasi e-Filling. Adapun metode penelitian yang digunakan
adalah metode analisis deskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder baik
dari berita ataupun dari literatur dan laporan keuangan instansi lain. Hasil
penelitian menujukkan bahwa (1) penerapan aplikasi e-Filling membuat
proses pelaporan perpajakan menjadi lebih mudah, murah dan fleksibel.
Dengan adanya sistem pelaporan pajak dengan aplikasi e-Filling, Wajib pajak
dapat menyampaikan SPT kapan saja dan dimana saja, 24 jam sehari dan 7
hari seminggu. (2) Selain itu wajib pajak akan menerima konfirmasi

12 Noviandini, op. Cit., p. 15-22.

diterimanya SPT secara real time dari kantor pajak. Dengan aplikasi eFilling pekerjaan wajib pajak menjadi lebih efisien karena setiap kesalahan
dapat dengan mudah diperbaiki. Adapun kekurangan dari sistem ini yaitu
sering sekali gagal karena koneksi yang putus atau server mengalami
overload, dan juga membayar pajak harus tetap menyerahkan hardcopy dari
form utama SPT secara manual, terutama halaman yang berisi tanda tangan
selama belum ada regulasi mengenai keaslian dari tanda tangan digital, serta
halangan yang datang dari inkompatibelnya format data digital dari ASP
dengan data yang ada di server kantor pajak (3) aplikasi e-Filling dalam
sistem pelaporan pajak tidak membuat kontribusi yang signifikan terhadap
pendapatan negara, dapat diprediksi bahwa kenaikan pendapatan dari sektor
pajak tahun 2008 tidak serta merta karena adanya aplikasi e-Filling.13
B. Landasan Teori
Pembangunan nasional di Indonesia, khususnya di bidang ekonomi
terus diupayakan dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup masyarakat.
Pencapaian sasaran dan target pembangunan ekonomi membutuhkan sumber
pembiayaan yang cukup. Anggaran Pendapatan dan belanja negara adalah
gambaran terhadap kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh
pendapatan dan pengeluaran untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
pembangunan. Dalam hal ini negara menggunakan penerimaan pajak untuk
membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Pajak dalam segi

13 Iim Ibrahim Nur, “Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak Dengan Aplikasi EFilling Secara Online”, dalam Jurnal Ultima InfoSys. (Vol. 1 No.1, Desember 2009), p. 34-39.

ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada
sektor publik. 14
Definisi pajak menurut Soemitro, seperti dikutip Waluyo dan Ilyas
menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Sebagaimana ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak seperti tersebut di atas, terlihat dua fungsi pajak, yaitu: a.
Fungsi penerimaan (budgetair): pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. b.
Fungsi mengatur (regular): pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Mengacu pada
pengertian dan fungsi pajak seperti tersebut di atas, maka kepatuhan
(compliance) masyarakat untuk membayar pajak dalam peran sertanya
menanggung pembiayaan negara menjadi sangat penting.15
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu official
assesment system, self assessment system, dan withholding system. Official
assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak

14 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga. (Jakarta: Rajawali Pers,
2007), P.238.
15 Rachmat soemitro dalam Stephana Dyah Ayu, “Persepsi Efektifitas Pemeriksaan Pajak
Terhadap Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak”, dalam Jurnal Seri Kajian Ilmiah. (Vol.
14 No. 1, Januari 2011) p. 1-51.

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
besarnya pajak yang harus dibayar. Withholding System adalah suatu sistem
pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk
memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Sistem self assessment menuntut adanya peran serta aktif dari masyarakat
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Kesadaran dan kepatuhan yang
tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan sistem
tersebut. Harahap menyatakan bahwa dianutnya sistem self assessment
membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga
masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela (voluntary compliance).16
Masalah kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang dihadapi
dihampir semua negara yang menerapkan sistem perpajakan. Masalah
kepatuhan dapat dilihat dari segi keuangan publik, penegakan hukum, struktur
organisasi, tenaga kerja, etika atau gabungan dari semua segi tersebut. Dari
segi keuangan publik, kalau pemerintah mampu menujukkan kepada publik
bahwa pengelolaan pajak dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
keinginan wajib pajak, maka wajib pajak cenderung untuk mematuhi aturan
perpajakan. Namun sebaliknya bila pemerintah tidak dapat menunjukkan
penggunaan pajak secara transparan dan akuntabilitas, maka wajib pajak tidak
mau membayar pajak dengan benar.17
Direktorat pajak sebagai instansi pemerintah dibawah Departemen
Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha
16 Abdul Asri Harahap dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No. 2, September 2008),
p. 197.
17 Hutagaol, op. Cit., p. 186.

meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem
perpajakan yang lebih modern.18 Pembaharuan dalam sistem perpajakan ini
ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan
perpajakan. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan
dikembangkannya administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di
berbagai aspek kegiatan.19 Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan
dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh
peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan. Terdapat sedikitnya 3
aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah dikembangkan dan
diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005, meliputi sitem
pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem pembayaran
pajak dengan aplikasi e-Payment dan sistem Pelaporan Pajak dengan aplikasi
e-Filling.20
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
secara on-line yang realtime melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id ) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP). Sehingga Wajib Pajak (WP) tidak perlu lagi melakukan
pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara
manual. Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui
internet dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa

18 Syahdan, op. Cit., p. 64.
19 Noviandinii, op. Cit., p. 16.
20 Ibrahim Nur, op. Cit., p. 35.

konfirmasi dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga
apabila data-data Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan
benar telah sampai dikirim secara elektronik. Wajib Pajak tidak perlu lagi
datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika sudah menggunakan fasilitas efiling
sehingga penyampaian SPT menjadi lebih mudah dan cepat. Hal ini karena
pengiriman data SPT d apat dilakukan di mana saja dan kapan saja serta
dikirim langsung ke database Direktorat Jenderal Pajak dengan fasilitas
internet yang disalurkan melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa
Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. E-filing
mempermudah penyampaian SPT dan memberi keyakinan kepada Wajib
pajak bahwa SPT itu sudah benar diterima Direktorat Jenderal Pajak serta
keamanan jauh lebih terjamin.21
Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertangggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.
Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pelayanan
perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM),
ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas
pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi bilamana
SDM melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan. Dalam
kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya,

21 Noviandini, op.cit., p. 17.

maka mereka akan cenderung akan melaksanakan kewajiban membayar pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan perpajakan dibuat
sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak, maka pelayanan perpajakan
atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan kualitas SDM yang handal
akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang semakin baik.22

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

22 Pancawati Hardiningsih, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Mambayar
Pajak”, dalam Jurnal Dinamika Keuangan Dan Perbankan. (Vol.3 No.1, November 2011), p. 131.

Jenis penelitian yang digunakan pada penulisan ini merupakan
penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang objek
utamanya berupa buku, ensiklopedia, jurnal-jurnal, artikel dan lain-lain.
Tujuan dari studi pustaka ini adalah untuk memperoleh landasan teori terkait
dengan permasalahan yang diteliti dan dapat mendukung landasan berpikir
agar sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah.23
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian
Kualitatif, yaitu metode penelitian yang tidak mengadakan penghitungan
matematis, statistik dan lain sebagainya. Metode kualitatif berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.24
Berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk dalam analisis deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan untuk memahami (to
understand) fenomena atau gejala sosial dengan lebih menitik beratkan pada
gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji daripada
memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
Metode analisa yang digunakan adalah analisis data kualitatif dimana
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan berupa data primer dan
23 Hendri Tanjung et al, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. (Bekasi: Gramata
Publishing, 2013), p. 20.
24 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cetakan ke-19.
(Bandung: Alfabeta, 2013), p. 9.

data Sekunder. Sumber Primer meliputi karangan-karangan asli yang ditulis
oleh orang yang secara langsung mengalami, melihat atau mengerjakan.
Sumber sekunder meliputi tulisan mengenai karangan orang lain yang
disajikan dalam bentuk komentar atau tinjauan pustaka oleh orang yang
secara tidak langsung mengamati atau ikut terlibat. Hal yang meliputi sumber
sekunder antara lain adalah laporan penelitian sebelumnya, jurnal- jurnal
yang diterbitkan lembaga-lembaga, laporan-laporan prospektus perusahaan
dan lain-lain. 25
Metode teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
pengumpulan pustaka. Teknik pengumpulan data lewat pustaka yaitu penyusun
menelusuri sumber data baik itu karya ilmiah, disertasi, skripsi maupun buku
buku yang berhubungan dengan pembahasan yang akan dikaji. Pengumpulan
data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi lewat
media cetak ataupun media elektronik.26
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinngga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.27

25 Hendri Tanjung et al, op.cit., p. 77.
26 Ibid, p. 115.
27 Prof. Dr. Sugiyono, op. Cit., p. 244.

Dalam menganalisis data dan materi, peneliti mengunakan metode
induktif. Induktif adalah cara berfikir yang dimulai dari pernyataan yang
bersifat khusus untuk memperoleh konklusi yang bersifat umum. Proses
berfikir ilmiah tidak dimulai dari teori yang bersifat umum, tetapi dari fakta
atau data khusus berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, diolah, dan dikaji
untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan
yang bersifat umum. Analisis data dengan analisis domain yang dilakukan
untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan relatif
menyeluruh tentang apa yang tercakup disuatu fokus atau pokok permasalahan
yang diteliti.28
B. Sistematika Pembahasan
Berdasarkan perolehan data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dari situs
Direktorat Jendral Pajak, diketahui bahwa jumlah WPOP sangat rendah. Hal ini
disebabkan masih minimnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang sangat
penting dalam administrasi perpajakan. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pelayanan. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat telah memungkinkan DJP untuk meningkatkan
pelayanan kepada Wajib Pajak, dengan mereformasi pelaksanaan sistem
perpajakan yang lebih modern.29 Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah
dikembangkan oleh DJP untuk memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib

28 Hendri Tanjung et al, op.cit., p. 29.
29 Syahdan, op. Cit., p. 64.

Pajak. Peningkatan pelayanan perpajakan ini terlihat dengan dikembangkannya
administrasi perpajakan modern dan teknologi informasi di berbagai aspek
kegiatan.30
Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam
menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan
Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan
menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan
informasi yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan
publik kepada DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi
masyarakat guna memenuhi kewajiban perpajaknnya.
Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang
telah dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun
2005, meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration,
sistem pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem
Pelaporan Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan,
peningkatan dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan
diperoleh peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.
Salah satu layanan yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah eRegistration, dimana layanan ini memberikan kemudahan terhadap Wajib
Pajak guna mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Melalui pendaftaran NPWP secara online ini, Wajib pajak tidak perlu

30 Noviandini, op. Cit., p. 16.

lagi datang ke kantor pelayanan pajak, cukup dilakukan melalui komputer yang
mempunyai jaringan internet dimanapun, kemudian mengirimkan softcopy
dokumen pendukung yang dibutuhkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
setempat dan hanya perlu menunggu kartu NPWP disampaikan ke alamat wajib
pajak.
Selain e-Registration, layanan yang banyak dimanfaatkan oleh Wajib
Pajak adalah layanan e-Filing. E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT
atau penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik
yang dilakukan secara online yang realtime melalui website Direktorat Jenderal
Pajak. Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke Kantor Pelayanan Pajak jika
sudah menggunakan fasilitas e-filing sehingga penyampaian SPT menjadi lebih
mudah dan cepat, Wajib Pajak (WP) juga tidak perlu lagi melakukan
pencetakan semua formulir laporan dan menunggu tanda terima secara manual.
Online berarti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak melalui internet
dimana saja dan kapan saja, sedangkan kata realtime berarti bahwa konfirmasi
dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat diperoleh saat itu juga apabila datadata Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi dengan lengkap dan benar telah
sampai dikirim secara elektronik.31 Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penggunaan
aplikasi e-Filing meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Anggaran
pengadaan maupun pemeliharaan berkas dapat dikurangi. Demikian pula
anggaran untuk mencetak formulir SPT Tahunan dapat diminimalkan.

31 Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis, www.pajak.go.id
diakses pada Sabtu, 9 April 2016, 23:41 WIB

Ditjen Pajak menerapkan layanan pembayaran pajak elektronik dengan
sebutan e-Billing. Aplikasi ini menawarkan kemudahan pembayaran pajak
melalui metode pembayaran elektronik dengan segala kelebihannya: cepat,
mudah, nyaman dan fleksibel. E-billing merupakan metode pajak secara
elektronik yang menggunakan kode Billing. Kode Billing sendiri adalah kode
identifikasi yang diterbitkan melalui sistem Billing atas suatu jenis pembayaran
atau setoran yang akan dilakukan Wajib pajak. Sistem e-billing menerbitkan
kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan negara secara
elektronik, tanpa perlu membuat surat setoran (SSP, SSBP, SSPB) manual,
yang digunakan e-Billing Direktorat Jendral Pajak.32
Kode biling akan diberikan setelah wajib pajak mendaftarkan diri melalui
situs e-Billing (www.sse.pajak.go.id). Setelah Kode Billing diperoleh,
pembayaran dapat dilakukan melalui Kantor Pos dan Bank persepsi.
Penggunaan ATM maupun Internet Banking untuk pembayaran pajak dapat
dilakukan dengan memasukkan Kode Billing ini, namun masih terbatas pada
Bank Mandiri. Sebagai bukti pembayaran, wajib pajak akan memperoleh
Bukti Penerimaan Negara. Untuk transaksi melalui teller, bukti yang
diterbitkan berupa Dokumen Bukti Penerimaan Negara. Apabila transaksi
dilakukan melalui ATM, bukti transaksi berupa struk ATM, sementara apabila
pembayaran dilakukan melalui Internet Banking, Bukti Pembayaran yang
diterbitkan dalam format elektronik yang dapat dicetak oleh Wajib Pajak.

32 Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak,
http://www.pajak.go.id, diakses pada Sabtu, 23 April 2013, 23:49 WIB.

Layanan pembayaran pajak secara elektronik melalui e-Billing ini merupakan
perwujudan komitmen pelayanan prima Ditjen Pajak.33
Selain layanan perpajakan online, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga
mengeluarkan kebijakan berupa pengecualian pengenaan Denda atas
Keterlambatan Penyampaian SPT Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Secara e-Filing melalui Situs
Pajak (www.pajak.go.id). Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, batas
akhir penyampaian SPT Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah akhir
bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan, keterlambatan
penyampaian SPT dikenakan denda sebesar Rp 100 ribu. Kebijakan ini
dilatarbelakangi oleh besarnya antusiasme masyarakat wajib pajak orang
pribadi untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh-nya melalui sarana e-Filling.
Hal ini terlihat dari jumlah penerbitan Electronic Filing Identity Number (eFIN) yang mencapai angka 2 juta lebih. DJP juga merasa perlu untuk
memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas eFiling karena hal tersebut dapat meningkatkan kualitas data perpajakan.
Kebijakan di atas diatur melalui Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-62/PJ/2014 tanggal 25 Maret 2014. Yang perlu menjadi perhatian para Wajib
Pajak adalah bahwa dalam kebijakan pengecualian denda tersebut hanya diberikan
kepada pengguna e-Filing melalui Situs Pajak. Selain itu, dalam kebijakan tersebut
juga diatur bahwa pengecualian denda diberikan apabila penyampaian SPT Tahunan
tidak melebihi akhir bulan keempat setelah berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan. DJP telah melaksanakan berbagai upaya dan terobosan untuk
33 Direktorat Jendral Pajak, E-Billing Layanan Pembayaran Pajak Elektronik,
http://www.pajak.go.id, diakses pada Sabtu, 9 April 2016, 23:46 WIB.

memaksimalkan penerimaan pajak sekaligus mengawal kebijakan Tahun Pembinaan
Wajib Pajak (TPWP) 2015, sosialisasi yang dilakukan selain melalui internet
diantaranya melalui dialog perpajakan, pengawasan intensif, penegakan hukum

secara selektif, hingga ekspansi ke berbagai sentra ekonomi. DJP juga bekerja
sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun Gerai Layanan
Terpadu di pusat perbelanjaan Tanah Abang, upaya ini dilakukan untuk melayani
berbagai jenis pelayanan kewajiban perpajakan pajak pusat dan daerah kepada para
pedagang di Pasar Tanah Abang. 34

BAB VI
KESIMPULAN

Rendahya tingkat kepatuhan wajib pajak menggalakkan munculnya upayaupaya yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak untuk memberikan kemudahan
layanan perpajakan. Perkembangan teknologi yang sangat pesat telah

34Direktorat Jendral Pajak, Telah Berupaya Maksimal, DJP Berharap Kepatuhan
Sukarela Meningkat, http://www.Pajak.go.id , diakses pada sabtu, 9 April 2016, 23:36 WIB.

memungkinkan DJP untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak,
Beragam inovasi pemanfaatan teknologi telah dikembangkan oleh DJP untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi Wajib Pajak.
Terdapat sedikitnya 3 aplikasi sistem informasi berbasis internet yang telah
dikembangkan dan diluncurkan oleh Direktorat Jendral Pajak sejak tahun 2005,
meliputi sitem pendaftaran wajib pajak dengan aplikasi e-Registration, sistem
pembayaran pajak dengan aplikasi e-Payment atau e-Billing dan sistem Pelaporan
Pajak dengan aplikasi e-Filling. Tujuannya adalah guna kemudahan, peningkatan
dan optimalisasi pelayanan kepada wajib pajak sehingga akan diperoleh
peningkatan pendapatan negara dari sektor perpajakan.
Keberadaan situs pajak dimaksudkan untuk mendukung DJP dalam
menerapkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan
Informasi publik, dimana setiap badan publik termasuk DJP diwajibkan
menyediakan informasi publik dengan cara yang mudah dijangkau oleh
masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, dengan informasi
yang lebih lengkap dan terbuka diharapkan tingkat kepercayaan publik kepada
DJP akan semakin tinggi sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat guna
memenuhi kewajiban perpajaknnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islami, edisi ketiga Jakarta:
Rajawali Pers. P.238.
Ardyanto, Arif Angga et al. “Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai

Variabel Moderasi”, dalam Accounting Analysis Journal. Vol.3 No.2,
Mei 2014, p. 220-229.
Ayu, Stephana Dyah. “Persepsi Efektifitas Pemeriksaan Pajak Terhadap
Kecenderungan Melakukan Perlawanan Pajak”, dalam Jurnal Seri Kajian Ilmiah.
Vol. 14 No. 1, Januari 2011, p. 1-51.
Direktorat Jendral Pajak, “Musim SPT Telah Tiba, Ditunggu Partisipasi Wajib
Pajak Orang Pribadi”. 2016, Senin, 28 Maret. Republika p. 13.
Direktorat Jendral Pajak, E-Billing Layanan Pembayaran Pajak Elektronik. dalam
situs http://www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016 23:41
WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Layanan perpajakan online melalui situs pajak. dalam
situs http://www.pajak.go.id, diakses pada, Sabtu, 23 April 2013 23:49
WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Pakai E-Filling Itu Mudah Dan Praktis. dalam situs
www.pajak.go.id diakses pada Sabtu, 9 April 2016, 23:41 WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.dalam situs
http:// www.pajak.go.id, diakses pada Rabu, 23 Maret 2016, 07:59 WIB.
Direktorat Jendral Pajak, Telah Berupaya Maksimal, DJP Berharap Kepatuhan
Sukarela Meningkat, dalam situs http://www.Pajak.go.id, diakses pada
sabtu, 9 April 2016, 23:36 WIB.
Hardiningsih,

Pancawati.

“Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Kemauan

Membayar Pajak”, dalam Jurnal Dinamika Keuangan Dan Perbankan.
Vol. 3 No.1, November 2011, p. 126-142.

Hutagaol, John et al. “Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam
Jurnal Akuntabilitas. Vol.6 No. 2, Maret 2007, p. 186-193.
Ibrahim Nur, Iim. “Analisa Penerapan Sistem Pelaporan Pajak Dengan Aplikasi
E-Filling Secara Online”, dalam Jurnal Ultima InfoSys. Vol. 1 No.1,
Desember 2009, p. 34-39.
Noviandini, Nurul Citra. “Pengaruh Persepsi Kebermanfaatan, Persepsi
Kemudahan Penggunaan, Dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap
Penggunaan E-Filing Bagi Wajib Pajak Di Yogyakarta”, dalam Jurnal
Nominal. Vol.1 No.1, 2012, p. 15-22
Rahayu, Sri. “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 2,
November 2009, p. 120.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cetakan ke19. Bandung: Alfabeta, p. 9-244.
Susanto, Jessica Novia. “Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, persepsi
pengetahuan wajib pajak dan persepsi pengetahuan korupsi terhadap
kepatuhan”, dalam Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya. Vol.2 No.1, 2013, p. 1-17.
Syahdan, Saifhul Anuar et al, “Dimensi Keadilan Atas Pemberlakuan PP No. 46
Tahun 2013 Dan Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam Jurnal
InFestasi. Vol. 10 No. 1, Juni 2014, p. 64.
Tanjung, Hensri et al. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Bekasi:
Gramata Publishing, p. 20-77.

Waluyo dalam Banu Witono, “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib
Pajak”, dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan. (Vol. 7 No.2, September
2008), p. 196.
Witono, Banu. “Peranan Pengetahuan Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak”, dalam
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7 No. 2, September 2008, p. 197.
Wowor Ricky Alfiando et al. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Wajib Pajak Untuk Menggunakan E-Filling”, dalam Jurnal
EMBA. Vol. 2 No. 3, September 2014 , p. 1340-1349.

Dokumen yang terkait

Triple-P (Positive Parenting Program) Untuk Meningkatkan Kompetensi Pengasuhan (Parenting Competence) Orangtua

14 108 24

Persepsi para guru tentang perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana bantuan operasional sekolah (studi kasus SDN dan SMPN se-Jakarta Barat)

2 46 99

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Penerapan Media Lagu untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Kelas II SD Muhammadiyah 12 Pamulang

1 25 0

Strategi Meningkatkan Nasabah Pada Bmt Usaha Mulya Pondok Indah

10 95 68

Tinjauan seksi penagihan terhadap tata usaha piutang pajak kantor pelayanan pajak Bandung Karees Wilayah VII Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat

2 91 29

Sistem Informasi Direktorat jenderal Pajak (SIDJP) Wajib Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Terdaftar Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Atas Kegiataan Esktensifikasi Pada KPP Majalaya

1 14 1

Penggunaan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pasar Baru Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2011-2012

4 103 122

Peranan Komunikasi Antar Pribadi Antara Pengajar Muda dan Peserta Didik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar ( Studi pada Program Lampung Mengajar di SDN 01 Pulau Legundi Kabupaten Pesawaran )

3 53 80