Promkes Lansia Metode Brainstorming

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.
Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain sebagainya. Hal tersebut
disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara
umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah, 2010).
Kemampuan lansia untuk berdiri dan berjalan tidak lagi stabil dan
mudah jatuh menyebabkan lansia cenderung membatasi aktivitas. Aktivitas
erat kaitannya dengan beban mekanis yang dberikan pada tubuh.
Berkurangnya beban mekanis akan mengakibatkan berkurangnya massa
tulang. Hal ini menjadi salah satu pemicu terjadinya osteoporosis selain faktor

hormonal, asupan kalsium, genetik dan gaya hidup. Osteoporosis adalah
tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang (Tandra, 2009)
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat
ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara
berkembang.Berdasarkan data

Departemen

Kesehatan

(2006), jumlah

penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara
dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina. Dalam acara

1


yang digelar dalam rangka pengabdian masyarakat memperingati Dies Natalis
Unair ke-58,Prof. Dr. Agung Pranoto, dr.,MSc.Sp.PD-KEMD, Dekan Fakultas
KedokteranUnair memaparkan, saat ini di Indonesia, bertambahnya angka usia
harapan hidup penduduk indonesia yangsemula 64,71 (1995-2000) menjadi
67,68 (2000-2005) membuat angka kejadian osteoporosis punbertambah. Data
menyebutkan, ada lima provinsi dengan resiko osteoporosis tinggi antara lain
SumateraSelatan (22,82%) , Jawa Tengah (24, 02%), Yogyakarta (23,5%),
Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur(21,42%) dan Kalimantan Timur
(10,5%). Menurut data internasional Osteoporosis Foundation, lebih dari 30%
wanita diseluruh dunia mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang
akibat osteoporosis, bahkan mendekati 40%. Sedangkan pada pria, resikonya
berada pada angka 13%.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami tertarik untuk memberikan
promosi kesehatan tentang osteoporosis pada lansia. Pemberian promosi
kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Salah satu metode
yang tepat untuk memberikan edukasi pada pasien osteoporosis adalah
menggunakan metode Brainstorming. Pada metode Brainstorming akan
dilakukan praktek teknik konferensi dimana sebuah kelompok berupaya
mencari solusi atas masalah tertentu dengan menghimpun semua ide yang
disumbangkan oleh para anggotanya secara spontan. Metode ini pertama kali

dipopulerkan oleh Alex Faickney Osborn di tahun 1930an pada buku yang
berjudul Applied Imagination. Brainstorming dikenal sebagai sebuah teknik
untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak-benyaknya dalam kelompok guna
mencari solusi dari sebuah permasalahan (Green, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dan masalah kesehatan pada kelompok lansia?
2. Bagaimanakah konsep promosi kesehatan dengan metode brainstorming?
3. Bagaimanakah komponen promosi kesehatan?
4. Bagaimanakah contoh penerapan promosi promosi kesehatan dengan
metode brainstorming pada kelompok lansia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

2

Mampu melakukan promosi kesehatan pada lansia dengan metode
Brainstorming.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penulisan makalah tentang Promosi Kesehatan pada Lansia dengan
Metode Brainstorming ini diharapkan dapat membantu mahasiswa

untuk:
a. Memahami tentang konsep dan masalah kesehatan pada kelompok
lansia
b. Memahami konsep promosi kesehatan dan konsep promosi
kesehatan dengan metode brainstorming
c. Memahami komponen promosi kesehatan
d. Memahami perencanaan promosi kesehatan
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Mahasiswa mampu menyusun proposal perencanaan promosi kesehatan
dan melakukan promosi kesehatan pada lansia dengan metode
demonstrasi.
1.4.2 Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan
pertimbangan dosen dalam menilai mahasiswa.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan

3

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan
terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
pada activity of daily living (Fatimah, 2010).
WHO menetapkan bahwa yang disebut penduduk lansia adalah

yang berumur 60 tahun ke atas.Tetapi untuk menyusun kebijakan yang
lebih mengena pada sasaran, jumlah lansia perlu dikategorikan menurut
umur dan jenis kelamin, karena tiap kelompok umur mempunyai
karakteristik, potensi, dan kebutuhan pelayanan yang berbeda. Lansia
muda usia 60-69 tahun yang mungkin masih produktif dan
menyumbangkan pertumbuhan ekonomi. Lansia menengah usia 70-79
tahun, yang diantaranyamasih produktif tetapi sebagian besar sudah
memerlukan perhatian. Lansia berusia 80 tahun ke atas merupakan
lansia emas yang tentunya lebih memerlukan perhatian. (Azis, 2010)
2.1.2 Batasan Lansia
1. Batasan Lansia
Ketetapan seseorang dianggap lansia sangat bervariasi
karena

setiap

Negara

memiliki


criteria

dan

standar

yang

berbeda.Berikut ini pendapat para ahli yang dikutip dari Nugroho
(2000) dalam Ferry dan Makfudli (2009) tentang batasan umur
lansia:
1) Di Indonesia, seseorang disebut lansia bila ia telah memasuki
atau mencapai usia 60 tahun lebih (menurut Undang-Undang 13

4

Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia dalam Bab
1 Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam) tahun ke atas”

2) Menurut World Health Organization (WHO)
(1) Usia pertengahan (middle age)
: 45 – 59 tahun
(2) Lanjut usia (elderly)
: 60 – 74 tahun
(3) Lanjut usia tua (old)
: 75 – 90 tahun
(4) Usia sangat tua (very old)
: di atas 90 tahun
3) Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad
(1) Masa bayi
: 0 – 1 tahun
(2) Masa Prasekolah
: 1 – 6 tahun
(3) Masa Pubertas
: 6 – 10 tahun
(4) Masa dewasa
: 10 – 20 tahun
(5) Masa setengah umur (prasenium) : 20 – 40 tahun
(6) Masa lanjut usia (senium)

: 65 tahun keatas
2. Perubahan Fisik, Psikososial, Kognitif dan Sosial pada Lansia
1) Perubahan fisik
a. Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh
menurun, dan cairan intraseluler menurun.
b. Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku,
kemampuan memompa darah menurun (menurunya
kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah
menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Respirasi : otot-otot pernapasa kekuatanya menurun
dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk
menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
d. Persyarafan : saraf pancaindra mengecil sehingga
fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan
waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan
stress. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson,
sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik

dan refleks.
e. Musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga
mudah

rapuh

(osteoporosis),

bungkuk

(kifosis),

5

persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi oto),
kram,

tremor,

sklerosis.

f. Gastrointestinal :

tendon

mengerut,

dan

mengalami

esophagus melebar, asam lambung

menurun, lapar menurun, dan peristaltic menurun
sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon
dan enzim pencernaan.
g. Genitourinaria: ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan
fungsi

tubulus

menurun

sehingga

kemampuan

mengonsentrasi urine ikut menurun.
h. Vesika urinaria: otot-otot melemah,

kapasitasnya

menurun dan retensi urine. Prostat: hipertrofi pada 75%
lansia.
i. Vagina

: selaput lender mongering dan sekresi

menurun.
j. Pendengaran
terjadi

: membrane timpani atrofi sehingga

gangguan

pendengaran.

Tulang-tulang

pendengaran mengalami kekakuan.
k. Penglihatan : respons terhadap sinar menurun, adaptasi
terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun, dan katarak.
l. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih
(uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan
rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
2) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term
memory, frustrasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan,
takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi,
dan kecemasan.

6

Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang
dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal-hal
berikut.
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus
bergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup
beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar
dalam pola hidupnya.
c. Menetukan kondisi hidup yang sesuai dengan
perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau
istri yang telah meninggal atau pergi jauh dan/atau
cacat.
e. Mengembangakan kegiatan baru untuk mengisi waktu
luang yang semakin bertembah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar
sebagai orang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara
khusus direncanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang
sesuai untuk lansia dan memiliki kemauan untuk
mengganti kegiatan lama yang berat dengan yang
lebih cocok.
i. Merasakan atau kesadaran akan kematian ( sense of
awareness of mortality )
j. Menjadi sasaran atau dimanfaatkan oleh oknum
tertentu dalam bentuk

kriminalitas karena mereka

tidak sanggup lagi untuk mempertahankan diri.
3) Perubahan Kognitif
Fungsi kognitif ialah proses mental dalam daya
ingat,cara fikir, dan kecerdasan. Proses menua menyebabkan
terjadinya penurunanfungsi kognitif, yang terlihat pada daya
ingat dan kecerdasan. Ini merupakan hal yang normal.
Penyebab mudah lupa pada lansia antara lain karena strategi
daya ingat yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian,
mudah terlatih pada hal yang tidak penting, memerlukan

7

banyak waktu untuk belajar hal yang baru, dan memerlukan
lebih banyak isyarat bantuan untuk mengingat-ingat kembali
apa yang dulu pernah diingatnya.Biasanya mereka dapat
mengingat kembali beberapa saat kemudian tanpa di bantu
atau dengan bantuan penjabaran fungsi atau bentuk dari hal
yang dilupakan.
Gangguan kognitif yang lain yang juga menurun pada
lansia adalah intelegensia atau kecerdasan. Pada lansia,
lapisan otak bagian luar yang merupakan pusat intelegensi
terlihat agak menciut (atrofi) terutama

pada lansia yang

kurang aktif.
4) Perubahan Sosial
Perubahan sosial terjadi terutama setelah seseorang
mengalami pensiun. Berikut ini adalah hal – hal yang akan
terjadi pada masa pensiun.
a. Kehilangan sumber

finansial

atau

pemasukan

(income) berkurang
b. Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan
posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala
fasilitasnya.
c. Kehilangan teman atau relasi
d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
2.1.3 Masalah Kesehatan pada Lansia
1. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur
jaringan tulang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan
meningkatnya kerapuhan tulang serta risiko terjadinya patah tulang
(Marjan 2013). Semakin tua umur seseorang, resiko terkena
osteoporosis menjadi semakin besar. Osteoporosis merupakan
kejadian alami yang terjadi pada tulang manusia sejalan dengan
meningkatnya usia. Proses densitas (kepadatan) tulang hanya
berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, kondisi
tulang akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun. Setelah usia 40
tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan. Oleh

8

karenanya, massa tulang akan berkurang seiring dengan proses
penuaan. Berkurangnya massa tulang ini akan berlangsung terus
sepanjang sisa hidup.
Dengan demikian, osteoporosis pada lansia terjadi akibat
berkurangnya massa tulang. Pada lansia, kemampuan tulang dalam
menghindari keretakan akan semakin menurun. Kondisi ini juga
diperparah dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan
kemampuan penyerapannya.
Pada lansia wanita akan terjadi menopause. Pada masa
menopause, terjadi kehilangan kalsium dari jaringan tulang.
Osteoporosis pada menopause terjadi akibat kadar estrogen yang
diproduksi ovarium menurun. Hormone estrogen diproduksi wanita
dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Pada masa menopause,
hanya bagian tubuh seperti kelenjar adrenalin dan sel-sel lemak yang
memproduksi estrogen, itupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Hormone tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang dan
mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormon estrogen dalam
tubuh akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah.
2. Inkontinensia Urin
Masalah yang sering dijumpai pada lanjut usia adalah
inkontinensia urin, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan otot
diantaranya otot dasar panggul. Otot dasar panggul berfungsi
menjaga stabilitas organ panggul secara aktif, berkontraksi
mengencangkan
mengendalikan

dan
dan

mengendorkan
mengontrol

organ

defekasi

genital,
dan

serta

berkemih.

Inkontinensia urin merupakan keluarnya urin yang tidak terkendali
dalam waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi
dan jumlahnya yang akan menyebabkan masalah sosial dan higienis
penderitanya. Yang cukup serius seperti infeksi saluran kemih,
kelainan kulit, gangguan tidur, problem psikososial seperti depresi,
mudah marah dan terisolasi. Variasi dari inkontinensia urin meliputi
dari kadang-kadang keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai
benar-benar banyak, bahkan disertai juga inkontinensia alvi.

9

Lansia yang mengalami inkontinensia urin mempunyai
kecenderungan

untuk

mengurangi

minum.

Hal

ini

selain

mengganggu kesimbangan cairan yang sudah cenderung negatif pada
lansia, dapat juga mengakibatkan kapasitas kandung kemih menurun
dan selanjutnya akan memperberat keluhan inkontinensianya.
(Ananingsih 2013)
3. Konstipasi
Pada lansia terjadi Penurunan fungsi alat pencernaan
khususnya pada usus dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi
dapat diartikan sebagai kesulitan buang air besar, yang disebabkan
karena berkurangnya

fungsi pergerakan usus dan kesulitan

pergerakan feses. Konstipasi pada lansia selain menurunnya fungsi
gastrointestinal juga dipengaruhi oleh asupan makanan. Makanan
yang dapat mempengaruhi terjadinya proses konstipasi adalah
makanan yang mengandung kalsium, tinggi lemak dan makanan
yang tinggi gula.
Selain itu juga dipengaruhi oleh tidak ada zat gizi tertentu
yang mendukung penyerapan kalsium sehingga dapat menyebabkan
konstipasi. Kadar kalsium yang tinggi dalam tubuh menurunkan
kontraktilitas otot, dengan demikian mengurangi reabsorpsi air
(Endyarni dkk, 2004). Konsumsi kalsium yang tinggi dapat
menyebabkan lamanya transit feses dalam usus besar disebakan
karena menurunnya gerak peristaltik usus serta mengalami
penurunan absorbsi elektrolit (William,2008). (Amri 2015)
4. DM Tipe 2
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering
dijumpai pada usia lanjut. Hampir 50% pasien diabetes tipe 2 berusia
65 tahun ke atas. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi
Diabetes Melitus maupun Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
meningkat seiring dengan pertambahan usia, menetap sebelum
akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkan bahwa setelah
mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg
%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun
pada 2 jam setelah makan.

10

Diabetes mellitus pada lansia salah satunya karena resistensi
insulin, resistensi insulin pada lansia dapat disebabkan oleh 4 faktor
perubahan komposisi tubuh: massa otot lebih sedikit dan jaringan
lemak lebih banyak, menurunnya aktivitas fisik sehingga terjadi
penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan
insulin, perubahan pola makan lebih banyak makan karbohidrat
akibat

berkurangnya

jumlah

gigi

sehingga,

perubahan

neurohormonal (terutama insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan
dehidroepiandosteron (DHEAS) plasma) sehingga terjadi penurunan
ambilan glukosa akibat menurunnya sensitivitas reseptor insulin dan
aksi insulin.
Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan tidak selalu tampak pada lansia penderita DM
karena seiring dengan meningkatnya usia terjadi kenaikan ambang
batas ginjal untuk glukosa sehingga glukosa baru dikeluarkan
melalui urin bila glukosa darah sudah cukup tinggi. Selain itu, karena
mekanisme haus terganggu seiring dengan penuaan, maka polidipsi
pun tidak terjadi, sehingga lansia penderita DM mudah mengalami
dehidrasi hiperosmolar akibat hiperglikemia berat
DM pada lansia umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun
ada gejala, seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan,
letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau
kemampuan fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi,
agitasi, mudah jatuh, dan inkontinensia urin). Inilah yang
menyebabkan diagnosis DM pada lansia seringkali agak terlambat.
Bahkan, DM pada lansia seringkali baru terdiagnosis setelah timbul
penyakit lain.
5. Anemia
Penyebab anemia pada lansia adalah kekurangan Fe, asam
folat, vit.B12, dan protein. Faktor lainnya seperti kemunduran proses
metabolism sel darah merah (hemoglobin) juga terjadi. Gejala yang
tampak seperti cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat, berdebardebar, sesak napas waktu kerja, kesemutan, mengeluh sering pusing,
mata berkunang-kunang dan mengantuk kelopak mata, bibir, telapak
11

tangan menjadi pucat, Hb 55 tahun. Tanda dan
gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada
saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih,
kelemahan

melihat

Penanganannya

yang

dimalam
tepat

hari,
adalah

penglihatan

ganda.

pembedahan

untuk

memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila
katarak

sudah

mengganggu

aktifitas

namun

bila

tidak

mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
2. Gangguan Pendengaran
16

a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan
kanalis

auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang

pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe
konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen
obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya
dengan

membersihkan

lobang

telinga

dari

serumen

ini

pendengaran bisa menjadi lebih baik.
b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural
Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat
bising, prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca
radang dan komplikasi aterosklerosis.
c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi,
yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan
lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat.
Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
2) Presbiakusis neural
3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten. Biasanya terdengar
lebih keras di waktu malam atau ditempat yang sunyi. Apabila
bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat
auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.
2.1.4 Masalah Gizi pada Lansia
Masalah gizi pada lansia merupakan rangkaian proses masalah gizi
sejak usia muda yang manifestasinya timbul setelah tua (Depkes RI,

17

2003). Prevalensi masalah gizi pada lansia yang meningkat telah
diperlihatkan oleh sejumlah penelitian (Watson, 2003).
1. Kegemukan atau obesitas
Obesitas pada lansia biasanya disebabkan karena pola konsumsi
yang

berlebihan,

banyak

mengandung

lemak,

protein

dan

karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, proses
metabolism yang menurun pada lansia dapat menyebabkan kalori
yang berlebih akan diubah menjadi lemak sehingga mengakibatkan
kegemukan jika tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik
atau penurunan jumlah makanan (Depkes RI, 2003). Obesitas
merupakan suatu kondisi kelebihan berat badan yang menempatkan
lansia dalam peningkatan resiko mengalami kondisi kronis, seperti
hipertensi, penyakit arteri koroner, diabetes dan stroke. Kondisi ini
menyebabkan kelemahan sendi dan pembatasan mobilisasi dan
kemandirian pada lansia (Stanley, Blair& Beare, 2005)
2. Kurang Energi Kronik (KEK)
Beberapa penyebab KEK pada dewasa, seperti yang dijelaskan di
bawah ini:
a. Nafsu makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa
dan penciuman
b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga menggangu proses mengunyah
makanan
c. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping
obat, merokok, dll.
3. Malnutrisi
Malnutrisi dapat terjadi baik pada lansia dengan BB lebih maupun
lansia dengan BB kurang. Malnutrisi dihubungkan dengan
kurangnya Vitamin dan mineral, dalam beberapa kasus terjadi pula
kekurangan protein kalori. Malnutrisi protein kalori didefinisikan
sebagai hilang dan rendahnya tingkat albumin, sehingga lansia
disarankan untuk diberikan intake protein yang adekuat (Stanlley,
Blair& Beare, 2005). Malnutrisi pada lansia jika dalam kondisi lama
akan berdampak pada kelemahan otot dan kelelahan karena energy
yang menurun. Oleh karena itu, lansia akan berisiko tinggi untuk

18

terjatuh atau mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang
menyebabkan cedera atau luka tekan (Watson, 2003).
Pada kondisi lain, malnutrisi juga dapat dimanifestasikan dengan
kurangnya energi kronis. Kurang energi kronik pada lansia ini
biasanya disebabkan oleh makan tidak enak karena berkurangnya
fungsi alat perasa dan penciuman, banyak gigi yang tanggal sehingga
terasa sakit jika untuk makan dan nafsu makan yang berkurang
karena kurang aktivitas, kesepian, depresi, penyakit kronis serta efek
samping obat (Depkes RI, 2003). Selain itu, kehilangan selera makan
yang berkepanjangan pada lansia dapat menyebabkan penurunan BB
yang drastic, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan lansia
mengalami

kekurangan

gizi

yang

dimanifestasikan

dengan

pemeriksaan secara klinis lansia terlihat kurus (Depkes RI, 2003)
4. Kekurangan Zat Mikro
a. Kekurangan Vit.A dapat menyebabkan kekeringan pada selaput
lendir mata dan sering dikaitkan dengan katarak pada lansia.
b. Kekurangan Vit.B1, asam folat, dan Vit. B12. Kekurangan
Vitamin tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar
homeostein sehingga menyebabkan penebalan pembuluh darah
dan resiko jantung koroner serta hipertensi
c. Kekurangan Vit.C menyebabkan sariawan di mulut dan
perdarahan gusi. Vitamin ini bersumber dari sayur dan buahbuahan.
d. Kekurangan

mineral

Zn

(seng)

menyebabkan

terjadinya

kekurangan pada daya pengecap dan kelainan pada kulit.
e. Kekurangan Vit.D menyebabkan penurunan densitas tulang yang
makin parah
2.2 Konsep Brainstorming
2.2.1

Pengertian Metode Pembelajaran Brainstorming
Brainstorming adalah cara lain yang digunakan oleh perusahaanperusaahaan

untuk

menghasilkan

ide-ide

pada

masa

kini.

Brainstorming adalah mengumpulkan sekelompok orang, dengan
tujuan

menghasilkan

pikiran-pikiran

yang

baru

dan

segar

(David,2007).
19

Menurut Isroy, Brainstroming adalah piranti perencanaan
yang dapat menampung kreativitas kelompok dan sering digunakan
sebagai alat pembentukan untuk mendapatkan ide-ide yang banyak, dan
metode brainstorming merupakan salah satu cara mendapatkan sejumlah
ide yang mudah dan menyenangkan para pesertanya. Pada dasarnya
brainstorming adalah salah satu bentuk diskusi kelompok yang bertujuan
untuk mencari solusi masalah (Kunu,2013).
Menurut Guntar, teknik brainstorming adalah teknik untuk
menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan
kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk
gagasan yang nyeleneh, liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan
tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif. Brainstorming sering
digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama.
Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Sentral dari
brainstorming adalah konsep menunda keputusan (Luthfiyati,2013).
Metode Brainstorming adalah suatu metode atau mengajar yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu
masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan
pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang
singkat (Roestiyah,2012).
Osborn dalam Gie (1995) mensyaratkan 4 ketentuan dalam
melaksanakan teknik brainstorming yaitu:

2.2.2

1.

Kritik tidak diperkenankan

2.

Pengaliran ide secara bebas dianjurkan

3.

Kualitas lebih diharapkan

4.

Penggabungan dan penyampuran dicari

Tahapan -Tahapan Pembelajaran Metode Brainstorming

20

Berdasarkan pengertian dan ketentuan dasar dari metode
brainstorming maka untuk tahapan-tahapan pembelajaran untuk
memulai brainstorming, antara lain:
a. Tahap Pemberian informasi dan motivasi (Orientasi)
Guru

menjelaskan

masalah

yang

dihadapi

beserta

latar

belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk menyumbangkan
pemikirannya.
b. Tahap Identifikasi (Analisa).
Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan sumbang saran
pemikiran

sebanyak-banyaknya.

Semua

saran

yang

masuk

ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan
peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini
agar kreativitas siswa tidak terhambat.
c. Tahap Klasifikasi (Sintesis).
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya
mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati
oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor
lain.
d. Tahap Verifikasi.
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang
telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya
dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang
sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan
bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta
argumentasinnya.
e. Tahap Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan

kelompok

beserta

peserta

lain

mencoba

menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang
disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir
cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
brainstorming adalah merupakan salah satu metode atau teknik

21

mengajar yang digunakan untuk mendapatkan ide-ide atau gagasan
sebanyak mungkin dari siswa tentang materi yang diajarkan. Siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru di dalam kelas, dalam hal ini siswa diminta untuk dapat
mengemukakan setiap ide atau gagasannya yang berkaitan dengan
tema pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar dan baik.
2.2.3 Teknik Brainstorming
Dalam

sesi

brainstorming

terdapat

banyak

teknik

yang

bisa digunakan seperti teknik Freewriting, Listing/Bulleting, Cubing
dan lain sebagainya. Pada bagian ini akan dijelaskan uraian singkat
tentang teknik-teknik tersebut. Berikut beberapa teknik brainstorming
yang layak Anda terapkan :
1) Freewriting
Alirkan gagasan-gagasan original Anda melalui tulisan dalam
selembar kertas atau mengetikkannya melalui komputer. Anda
tidak perlu kuatir tentang ide baik atau buruk, masalah grammar,
dan lain sebagainya. Tuliskan gagasan yang muncul dari kepala
Anda secara spontan sesuai dengan waktu yang telah Anda
tentukan.
2) Listing / Bulleting
Pada teknik ini, Anda diminta untuk menuliskan daftar ide-ide
yang muncul berdasarkan topik-topik tertentu. Hal ini dapat
membantu Anda untuk memperluas prespektif mengenai masingmasing topik.
3) Cubing
Teknik ini memungkinkan Anda untuk mengembangkan topik dari
enam arah yaitu deskripsi masalah, perbandingan, penyesuaian,
analisa masalah, penerapan, serta adanya pro dan kontra yang
timbul terhadap problem solving yang akan digunakan.
4) Dictionaries, thesauruses, encyclopedias

22

Teknik ini menjadi favorit banyak orang karena dengan bantuan
kamus atau encyclopedia Anda dapat mengembangkan pemikiran
berdasarkan ribuan kata yang terdapat dalam kamus tersebut.
Istilah yang Anda gunakan untuk kata kunci pemecahan masalah
akan didefinisikan oleh kamus disertai dengan alternatif kata-kata
lain yang bisa Anda pergunakan.
5)

Journalistic Questions
Teknik ini menggunakan daftar pertanyaan yang sering digunakan
oleh para wartawan yaitu 5W dan IH meliputi What, Who, When,
Where, Why, dan How. Tuliskan masing-masing element tersebut
dalam lembar yang berlainan. Lalu masukkan gagasan-gagasan
baru untuk menjawab berbagai elemen pertanyaan tersebut.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming
A. Kelebihan Motode Brainstorming
Metode brainstorming memiliki banyak kelebihan. Adapun
beberapa ahli mengungkapkan kelebihan metode brainstorming
sebagai berikut:
Roestiyah,2012 mengungkapkan

dalam

bukunya,

ada

beberapa kelebihan metode brainstorming, yaitu sebagai berikut:
4. Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat,
2. Melatih siswa bepikir dengan cepat dan tersusun logis,
3. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran,
4. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannnya
yang pandai atau dari guru,
5. Terjadi persaingan yang sehat,
6. Anak merasa bebas dan gembira,
7. Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
Sedangkan Sudjana, 2001 mengungkapkan ada beberapa
kelebihan metode brainstorming, yaitu sebagai berikut:
1. Merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan
pendapat dan gagasan,

23

2. Menghasilkan jawaban atau atau pendapat melalui reaksi
berantai,
3. Penggunaan waktu dapat dikontrol dan metode ini dapat
digunakan dalam kelompok besar atau kecil,
4. Tidak memerlukan banyak alat atau tenaga professional.
B. Kekurangan Motode Brainstorming
Selain memiliki banyak kelebihan, metode brainstorming
juga memiliki

kelemahan.

Berikut

kelemahan-kelemahan

metode brainstorming yang dari berbagai sumber:
Roestiyah,2012

mengungkapkan

beberapa

kelemahan

metode brainstorming lainnya, yaitu sebagai berikut:
1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa
untuk berpikir dengan baik,
2. Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan,
3. Guru

hanya

menampung

pendapat

tidak

pernah

merumuskan kesimpulan,
4. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah,
5. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
Sedangkan Sudjana juga mengungkapkan ada beberapa
kelemahan metode brainstorming, yaitu sebagai berikut:
1. Peserta didik yang kurang perhatian dan kurang berani
mengemukakan pendapat akan merasa terpaksa untuk
menyampaikan buah pikirannya,
2. Jawaban mudah cenderung mudah terlepas dari pendapat
yang berantai,
3. Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua
pendapatnya diterima,
4. Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas
pendapat yang disampaikan,
5. Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan,
6. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak
yang pandai saja.

24

BAB 3
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN PADA KELOMPOK LANSIA
3.1 Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan
Kasus Semu:
Di Kelurahan Mulyorejo, rata-rata pendidikan terakhir masyarakatnya
adalah SMP, sebagian besar dari mereka meyakini bahwa penyakit
osteoporosis merupakan penyakit yang timbul karena faktor usia sehingga
bagi mereka tidak ada hubungan antara konsumsi vitamin atau kalsium dan
jarang berolahraga dengan angka kejadian osteoporosis. Keyakinan tersebut
tidak dapat segera diluruskan karena ada faktor yang mempengaruhi berupa
masih jarang sekali penyuluhan yang dilakukan petugas Puskesmas terkait
dengan penyakit osteoporosis kepada masyarakat di Kelurahan Mulyorejo.
Selain itu, di Kelurahan Mulyorejo juga tidak ada kebijakan dari pihak
kelurahan untuk sering mengadakan kegiatan olahraga bersama seperti jalan
sehat ataupu yang lain, sehingga tidak heran kalau gaya hidup masyarakat di
Kelurahan Mulyorejo cenderung tidak sehat terbukti ada 4 dari 10 lansia
yang terkena penyakit osteoporosis.
3.1.1 Diagnosa Masalah
1. Osteoporosis
2. Hipertensi
3. Gangguan penglihatan
4. Demensia
3.1.2 Prioritas Masalah
Osteoporosis
3.2 Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan
3.2.1 Tujuan Promosi Kesehatan
3.2.1.1 Tujuan jangka panjang
Mengoptimalkan kualitas hidup pada

lansia

dengan

osteoporosis.
3.2.1.2 Tujuan jangka menengah

25

Meningkatkan

perilaku lanisa untuk mengobati osteoporosis

dan menghindari factor-faktor yang memperburuk osteoporosis
3.2.1.3 Tujuan jangka pendek
Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit osteoporosis
3.2.2 Sasaran
a. Sasaran Primer

: Lansia dengan Osteoporosis di kelurahan

b. Sasaran Sekunder

Mulyorejo
: Keluarga Lansia dengan Osteoporosis di

c. Sasaran Tersier

:

kelurahan Mulyorejo
Kader Posyandu

Lansia

kelurahan

Mulyorejo
3.2.3 Materi / Isi Promosi Kesehatan
a. Pengertian dari osteoporosis
b. Tanda dan gejala osteoporosis
c. Penyebab osteoporosis
d. Pengobatan osteoporosis
e. Kompilkasi dari osteoporosis
3.2.4 Metode
Brainstorming metode putaran bebas
3.2.5 Media
a. LCD + proyektor
b. Leaflet
3.2.6 Rencana evaluasi
1. Lansia mampu memahami tentang penyakit osteoporosis
2. Bagi lansia yang bisa menjawab pertanyaan dari penyaji akan
diberikan reward atau hadiah
3. Terjadi peningkatan kualitas hidup pada lansia dengan osteoporosis
dalam jangka waktu 5 bulan

26

3.2.7 Jadwal Pelaksanaan
Promosi kesehatan dilakukan pada tanggal 16 November 2016 di Balai RW 4 Kelurahan Mulyorejo, Surabaya.
Rencana
Kegiatan
Sub Kegiatan
Permohonan
kerjasama dengan
Puskesmas
Mulyorejo
Pembuatan SAP
Promosi kesehatan
metode
brainstorming
Pendidikan
kesehatan tentang
Osteoporosis
Evaluasi

November
I II III IV

I

Desember
II III IV V

I

Waktu (bulan/minggu)
Januari
Februari
II III IV I II III IV

I

Maret
II III IV V

I

April
II III IV

27

BAB 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Penyakit Osteoporosis pada Kelompok Lansia
Sasaran
: Kelompok Lansia yang mengalami Osteoporosis
Hari/Tanggal
: Sabtu, 28 Oktober 2016
Tempat
: Posyandu Lansia Kelurahan Mulyorejo, Surabaya.
Pelaksanan
: Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Waktu
: Pukul 08.00-08.50 WIB
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama + 50 menit, peserta dapat
memahami tentang penyakit osteoporosis dengan mengunakan metode
brainstorming.
II.

III.

IV.
V.

VI.

VII.

Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian osteoporosis
2. Menyebutkan tanda dan gejala osteoporosis dengan benar
3. Menjelaskan penyebab dari osteoporosis
4. Menjelaskan pengobatan osteoporosis
5. Menjelaskan komplikasi osteoporosis
Materi
1. Pengertian dari osteoporosis
2. Tanda dan gejala dari osteoporosis
3. Penyebab osteoporosis
4. Pengobatan osteoporosis
5. Komplikasi dari osteoporosis
Metode
Brainstorming
Media
1. LCD+proyektor
2. Leaflet
Pengorganisasian
1. Moderator
2. Penyaji
3. Notulen

: AnisaRamadhani
: A’idaFitriyah
: FebyanaDwiCahyanti

Job Description
1. Moderator
a. Mengatur jalannya kegiatan
b. Menyeting waktu kegiatan sesuai dengan rencana
c. Mengevaluasi pengetahuan peserta setelah kegiatan
2. Penyaji
a. Memberikan materi tentang Osteoporosis
28

3. Notulen
a. Mencatat sumbang saran pemikiran yang diberikan peserta
mengenai osteoporosis
b. Mencatat hasil dari kegiatan
VIII.

Pelaksanaan
No.

Tahap

1.

waktu
5

2.

dan Kegiatan Pendidikan

Kegiatan Peserta

menit Petugas melakukan persiapan

sebelum acara
Pendahuluan 5 Pembukaan:
1. Moderator
menit
mengucapkan
dan

telah di sediakan
1. Menjawab salam
salam

memperkenalkan

diri
2. Menyampaikan tujuan
dan

maksud

dari

kegiatan.
3. Menjelaskan
kegiatan.
4. Menyebutkan
Kegiatan
30 menit

menjelaskan
yang

mekanisme kegiatan
4. Mendengarkan

materi

1. Peserta

motivasi:

mendengarkan

masalah

memperhatikan

dihadapi

tentang

tujuan dari kegiatan
3. Mendengarkan

materi

yang akan diberikan
inti Pelaksanaan:
1. Pemberian
informasi
dan

2. Mendengarkan

kontrak waktu dan
kontrak

waktu & mekanisme

3.

Peserta duduk di kursi yang

dan

yaitu

osteoporosis

pada kelompok lansia
beserta

latar

belakangnya
2. Identifikasi:

peserta

diundang

untuk

menyampaikan

memberikan sumbang
saran

2. Peserta

pemikiran

sumbang

saran

pemikiran mengenai
osteoporosis
kelompok lansia
29

pada

sebanyak-banyaknya
mengenai osteoporosis
pada kelompok lansia.
Semua

saran

ditampung
3. Klasifikasi:

3. Peserta turut serta
dalam
mengklasifikasikan
hasil brainstorming

mengklasifikasikan
berdasarkan
yang

dibuat

kriteria
dan

5. Peserta

memverifikasi

hasil

brainstorming

dan

argumentasi

peserta
5. Konklusi:
hasil

brainstorming

dan

pemecahan
paling

dan

memperhatikan serta
turut

dalam

brainstorming

dan

mengambil
kesepakatan

mengambil
kesepakatan

mendengarkan

menyimpulkan hasil

menyimpulkan

yang

dalam memverifikasi
hasil brainstorming

disepakati
4. Verifikasi:

meminta

4. Peserta turut serta

untuk
masalah
tepat

mengenai
osteoporosis

pada

kelompok lansia

mengenai osteoporosis
4.

Penutup
menit

pada kelompok lansia
10 Evaluasi:
1. Moderator menanyakan
kembal imateri yang
telah disampaikan
2. Penyaji menyimpulkan
materi

yang

sudah

disampaikan
3. Mengucapkan
penutup

1. Peserta

menjawab

pertanyaan

diberikan moderator
2. Peserta
mendengarkan
kesimpulan

salam

yang

materi

yang disampaikan
3. Peserta
menjawab
salam

30

IX.

Evaluasi
1. Kriteria struktur
a) Kontrak waktu dan tempat dilakukan 7 hari sebelum acara
dilaksanakan
b) Pembuatan SAP dan White board dilakukan 2 minggu sebelumnya
c) Peserta hadir ditempat yang telah ditentukan
d) Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a) Peserta antusias terhadap materi kegiatan
b) Peserta mendengar dan memperhatikan pada saat kegiatan
c) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP
d) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a) Peserta yang datang sejumlah 10 orang atau lebih
b) Acara dimulai tepat waktu
c) Audiensi mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan
d) Peserta mampu menjawab dengan benar 75 % dari pertanyaan
penyaji

31

BAB 5
MATERI PENYULUHAN
OSTEOPOROSIS
5.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,
dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah
tulang yang keropos atau penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang ( Tandra, 2009).
Menurut WHO

pada

International

Consensus

Development

Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifatsifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko
terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health, osteoporosis adalah kelainan
kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan
tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan
kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Gambar 1. Perbedaan Tulang Normal dan Tulang Osteoporosis
Sumber : www.themonitordaily.com
5.2 Tanda dan gejala dari osteoporosis
Lansia dengan osteoporosis akan mengeluh nyeri punggung kronis,
kelemahan otot, nyeri sendi, penurunan tinggi badan, dan penurunan
mobilitas.
a. Nyeri
Gejala awal tersering adalah nye