Pembangunan Sosial sebagai Salah Satu Pr

Pembangunan Sosial sebagai Salah Satu
Proses Terpenting dalam Setiap Pembangunan

Disusun untuk memenuhi tugas Take Home
Ujian Tengah Semester: Pembangunan dan Keterbelakangan

Reyhan Aznar
13/347808/SP/25685

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014

Pembangunan merupakan proses perubahan kehidupan masyarakat dari keadaan yang
belum berkembang menjadi berkembang. Pemikiran pembangunan mulai muncul saat Perang
Dunia II telah usai. Ketika itu, negara jajahan di Asia dan Afrika yang mulai bangkit
melakukan perlawanan terhadap para penjajah dan kemudian memerdekakan diri ini sudah
mempunyai konsep pembangunan demi terciptanya kesejahteraan rakyat dan agar mereka
segera keluar dari keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan.

Namun, kenyataannya pembangunan selama ini belum mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi negara-negara berkembang. Pemandangan yang jamak kita lihat
bahwa fenomena kemiskinan dan pengangguran masih belum bisa diatasi secara menyeluruh,
bahkan tingkat kenaikannya pun tinggi. Selain itu, ketimpangan antara negara-negara maju
dan negara-negara berkembang semakin tajam saja. Dampaknya, dominasi (hegemoni)
negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang semakin nyata dan negara-negara
berkembang semakin dependen terhadap negara-negara maju.
Di sisi lain, ketika mendengarkan kata “pembangunan”, yang terlintas dalam benak
pikiran masyarakat adalah pembangunan yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi merujuk kepada pembangunan yang berfokus untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan ditentukan oleh tingginya tabungan (devisa)
atau akumulasi modal, tingginya investasi dan penciptaan peluang kerja. Namun, penulis
yakin banyak orang yang belum pernah mendengar tentang “pembangunan sosial”. Padahal,
suatu pembangunan akan berjalan dengan lancar apabila terdapat unsur pembangunan sosial
di dalamnya.
Migley (1995) berpandangan bahwa pembangunan sosial merupakan suatu proses
perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, di
mana pembangunan dilakukan saling melengkapi dengan proses pembangunan ekonomi.
Sementara, Edi Suharto (2010) berpendapat bahwa pembangunan sosial adalah suatu

2


pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara
menyeluruh, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik
sampai sosial. Konsep pembangunan sosial sendiri mulai muncul sebagai kritik terhadap
pembangunan yang hanya fokus kepada kemajuan ekonomi semata tanpa mengindahkan
aspek sosial sama sekali. Sejarah kronologis perubahan strategis pembangunan dari yang
hanya berfokus ekonomi menjadi trilogi pembangunan yang salah satunya memuat unsur
pembangunan sosial di Indonesia adalah:
Saat era Orde Baru, pembangunan ekonomi telah mencapai kesuksesan-kesuksesan
yang berarti dan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonmi. Namun, pembangunan ekonomi
terbukti menyisakan berbagai distorsi masalah sosial seperti kemiskinan dan keterbelakangan.
Yang utama adalah masalah pemerataan pendapatan yang muncul dan semakin menjadi
kentara setelah pembangunan ekonomi memperlihatkan hasil-hasil nyata dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari, hanya saja hasil-hasil itu masih dinikmati secara terbatas, yaitu oleh
sekelompok kecil anggota masyarakat.
Era industrialisasi telah mendorong kemajuan kapitalisme yang menekankan pada
pertumbuhan ekonomi sehingga aspek-aspek sosial pun terabaikan. Seiring dengan kemajuan
kapitalisme, kesenjangan-kesenjangan sosial yang mulanya kurang dirasakan mulai muncul
dan menonjol di mana-mana di berbagai bidang kehidupan. Selaras dengan itu, masalah
keadilan sosial dan kesetaraan menjadi semakin pantas untuk dikaji dan diselesaikan. Hal ini

menjadi sasaran empuk bagi para ahli ilmu-ilmu sosial non ekonomi dan juga bagi pengritik
sosial lainnya dalam mengemukakan argumen-argumen mereka tentang kelemahan dari
strategi pembangunan ekonomi. Sehingga pemerintah mulai sadar akan pentingnya
pembangunan yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kualitas manusia secara fisik, namun juga bisa mengatasi masalah pembangunan yang
terdistorsi. Oleh karena itu, konsep pembangunan sosial hadir untuk melengkapi proses

3

pembangunan ekonomi. Pada akhirnya, strategi pembangunan lama yang berfokus pada
ekonomi berubah dengan strategi pembangunan yang baru yang disebut trilogi pembangunan.
Strategi baru ini bercirikan (1) pemerataan pendapatan, (2) peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan (3) pemantapan kestabilan nasional yang dinamis (Alfian 1986).
Program-program yang menjadi pusat perhatian pembangunan sosial adalah
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perumahan, dan pengentasan kemiskinan.
Pemerintah selaku pemegang dan pembuat kebijakan berusaha melakukan perbaikan dan
mengembangkan kualitas kebijakan dari program-program tersebut dengan cara memenuhi
hak-hak masyarakat atas mendapatkan program-program pemerintah yang layak seperti
menggratiskan biaya pendidikan, pemberian modal-modal usaha buat masyarakat yang
kurang mampu namun ingin mencoba berbisnis dll. karena apabila itu tidak dilaksanakan

maka akan semakin banyak rakyat yang posisinya berada di bawah garis kemiskinan dan
akan memunculkan masalah-masalah sosial lainnya.
Menurut Migley (1995), ada tiga strategi yang digunakan dalam pembangunan sosial.
Strategi-strategi tersebut adalah:
1. Pembangunan sosial melalui individu dengan pendekatan individualis atau
perusahaan. Strategi ini kurang populer dalam pembangunan sosial, karena lebih
menekankan pada pengembangan fungsi sosial individu serta hubungan antarindividu.
Individu-individu yang ada dalam masyarakat berswadaya memberdayakan
masyarakat itu sendiri dengan membentuk usaha pelayanan.
2. Pembangunan sosial melalui komunitas yang dikenal juga dengan pendekatan
komunitarian. Pendekatan ini sangat dipengaruhi oleh ideologi populis. Dalam
strategi ini, kelompok-kelompok yang ada di dalam masyarakat mencoba untuk saling
berhubungan dalam rangka memastikan kebutuhan dasarnya terpenuhi, masalah sosial
teratasi dan tersedia peluang untuk maju. Kerja sama antarkelompok itu akan

4

menghasilkan jaringan kelompok yang selanjutnya digunakan untuk pengembangan
kelompok lokal yang ada dalam masyarakat.
3. Pembangunan sosial melalui pemerintah, yang sering dikenal dengan pendekatan

statis. Pendekatan ini sangat lekat dengan ideologi kolektivis atau sosialis. Ideologi ini
menekankan betapa pentingnya kolektivitas. Pembangunan sosial dilakukan dengan
menggunakan lembaga-lembaga yang ada di dalam organisasi pemerintah. Pada
strategi ini pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk membuat kebijakan dan
mengimplementasikan kebijakan sosial yang telah dibuat. Jadi dengan demikian
partisipasi dalam pembangunan sosial tidak hanya dilakukan oleh individu dan
masyarakat, tetapi juga oleh pemerintah.

Menurut penulis, agar pembangunan sosial berjalan dengan lancar dibutuhkan
partisipasi dari masyarakat itu sendiri selain pemerintah yang berfungsi sebagai fasilitator.
Strategi pembangunan tersebut diarahkan untuk mencapai suatu perubahan sosial yang
berbasiskan nilai-nilai yang berpusat pada manusia (people-centered development values).
Maka dari itu, idealnya proyek-proyek pembangunan terutama pembangunan sosial tidak
dirancang dan dikelola secara terpusat, melainkan diserahkan kepada masyarakat. Dalam
strategi semacam itu, diharapkan terjadi proses pemberian kekuasaan di tingkat bawah supaya
masyarakat lebih terlatih dalam mengelola sumber daya produktif bagi kepentingan mereka
sendiri (Usman, 2003). Selain itu, pembangunan sosial yang melibatkan masyarakat juga
dapat meningkatkan kemampuan (capacity building), demokrasi serta partisipasi sehingga
masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan, namun juga menjadi subjek yang
mempunyai peranan dan pengaruh besar dalam suatu pembangunan.

Jadi, munculnya pembangunan sosial tidak lepas dari adanya pembangunan ekonomi
dan pembangunan ini melibatkan berbagai macam disiplin ilmu, khususnya ilmu sosial non
ekonomi. Pembangunan sosial berfungsi mengatasi permasalahan yang terjadi akibat adanya

5

distorsi dari pembangunan itu sendiri, seperti kemiskinan yang terjadi karena suksesnya
pembangunan ekonomi sehingga menciptakan ketimpangan.
Pembangunan sosial bertujuan untuk mencapai kemajuan serta diarahkan untuk
mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Kemudian,
adanya 3 strategi tadi harus digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta
menghubungkan antara pembangunan sosial dengan pembangunan ekonomi. Dan akhirnya,
tujuan akhir dari pembangunan sosial adalah terciptanya kesejahteraan sosial bagi
masyarakat.

6

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, 1986, Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: UI Press.


Migley, James, 1995, Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare,
London: Sage Publications Ltd.
Suharto, Edi, 2010, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.
Usman, Sunyoto, 2003, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

7