Peran Diplomasi Indonesia dalam Menangan

Peran Diplomasi Indonesia dalam Menangani
Masalah Ketahanan Energi Nasional
Disusun oleh: Raden Violla Reininda1

Pendahuluan
Indonesia memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah. Sumber daya minyak
bumi sekitar 86,9 miliar barel minyak, gas bumi sekitar 384,7 TSCF, batu bara sekitar 50
miliar ton, panas bumi sekitar 27.000 MW, tenaga air sekitar 75.000 MW, serta energi
terbarukan, antara lain energi biomassa, energi surya, dan energi angin yang masih berlimpah
dan diperkirakan seperempat daratan Indonesia mengandung deposit mineral radioaktif,
terutama uranium.2 Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barel,
cadangan terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, cadangan terbukti batu bara sekitar 5 miliar ton,
potensi tenaga air sebesar 75.000 MW yang saat ini baru dimanfaatkan sebesar 4.200 MW,
dan cadangan terbukti panas bumi sebesar 2.300 MW yang saat ini baru dimanfaatkan
sebesar 800 MW.3 Kekayaan tersebut merupakan harta karun yang dapat memenuhi
kebutuhan energi nasional dan menjadikan Indonesia negara adidaya, apabila dimanfaatkan
dengan baik. Akan tetapi, implementasi kebijakan dan strategi energi nasional belum dapat
mengeksploitasi sumber daya energi secara maksimal, tecermin dari ketergantungan negara
kepada sumber energi tidak terbarukan sehingga belum dapat menjamin ketahanan energi
nasional.
Kebijakan energi nasional berlandaskan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Kebijakan energi nasional merupakan
kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan pada prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional.4
Kebijakan energi nasional diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada migas dan

1

Penulis adalah mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran angkatan 2012 dan menjabat
sebagai Staf Biro Kajian Ilmiah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Periode
2013-2014.
2
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020, Jakarta:
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004, hlm. 2.
3
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Idem, hlm. 3.
4
Pasal 1 poin 25 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

mengarahkan pada penggunaan energi terbarukan demi terciptanya ketahanan energi
nasional.5

Ketahanan energi berhubungan dengan mengamankan energi masa depan suatu
bangsa dengan cara mendapatkan sumber daya energi yang stabil dan berkecukupan dengan
harga terjangkau.6 Secara umum, ketahanan energi adalah suatu kondisi di mana kebutuhan
masyarakat luas akan energi dapat dipenuhi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
ketersediaan, keterjangkauan, dan akseptabilitas.7 Berbicara mengenai ketahanan energi tidak
akan terlepas dari politik luar negeri. Politik luar negeri RI sangat dipengaruhi oleh potensi
energi yang dimiliki sebab energi yang notabene penggerak perekonomian suatu negara dapat
dijadikan sebagai alat dalam berdiplomasi. Dengan cara inilah ketersediaan energi yang
semakin terbatas dan kecenderungan harga energi yang semakin tinggi dapat diatasi demi
tercapainya ketahanan energi nasional.
Kondisi Energi di Indonesia
Kondisi energi Indonesia dapat dikatakan jauh dari tercapainya ketahanan energi.
Sampai tahun 2000, Indonesia merupakan produsen minyak terbesar di ASEAN. Namun
seiring dengan berjalannya waktu, terjadi penurunan produksi. Konsumsi energi primer telah
meningkat lebih dari 50% sejak tahun 2000 hingga 2010, sedangkan produksi minyak, yang
masih mendukung sebagian besar kebutuhan energi, telah turun dari puncak produksi
sejumlah 1,6 juta barel per hari menjadi hanya 861.000 barel per hari di tahun 2012. Pada
saat bersamaan, cadangan minyak terbukti menurun lebih dari 1,9 miliar barel sejak 1992,
yang merupakan penurunan paling tajam di Asia.8 Menurut Indonesia Energy Outlook 2008,
produksi nasional menurun dengan laju 4,4% per tahun.9 Jika skenario tersebut benar-benar

terjadi, produksi minyak nasional pada tahun 2030 hanya akan tersisa sekitar 354 ribu barel
per hari. Jumlah tersebut dikategorikan sebagai jumlah yang minim sebab kebutuhan minyak
di Indonesia semakin membengkak.
Di sisi lain, Indonesia masih memiliki potensi sumber energi alternatif yang dapat
mengurangi konsumsi minyak bumi atau energi tidak terbarukan dan menstabilkan harga
5

Ronald Eberhard, Peran Diplomasi Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional, Jurnal Diplomasi
Edisi Ketahanan Pangan dan Energi, 2011.
6
Karen Agustiawan, “Indonesia dan Ketahanan Energi (dalam Pidato di The Center for Strategic and
International Studies (CSIS) Washington D.C.)”, , [06/02/2014].
7
Ronald Eberhard, Loc.cit.
8
Karen Agustiawan, Loc.cit.
9
Ronald Eberhard, Loc.cit.

penggunaan energi di pasaran, hanya saja pengelolaannya belum optimal. Indonesia

menyimpan potensi panas bumi sebesar 28.000 MW atau sekitar 35% dari potensi dunia,
memproduksi listrik panas bumi sebesar 1.189 MW atau peringkat ketiga setelah Amerika
Serikat dan Filipina. Sumber energi panas bumi secara geologi berada pada daerah tumbukan
lempeng tektonik di kawasan Pasifik (Pasific ring of fire), yakni terletak di jalur gunung api
di Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, dan Maluku.10 Pemerintah beberapa
tahun belakang telah menetapkan target 9500 MW listrik panas bumi pada tahun 2025 dan
menetapkan harga jual listrik dan panas bumi hingga US$ 9,7 cent/kWh. Apabila terwujud,
hal ini akan dapat menggantikan pemakaian minyak bumi sedikitnya 4 miliar barel selama 30
tahun operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi atau setara dengan cadangan minyak
bumi Indonesia saat ini.11
Salah satu potensi energi alternatif lain, yang tidak cukup familiar, ialah shale gas.
Shale gas adalah gas yang diperoleh dari sepihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas

bumi.12 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus Kuntoro, Dosen Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Indonesia memiliki potensi shale gas
terbesar di dunia, yakni sebesar 2000 TCF.13 Namun hal ini tidak pernah tercatat dalam
berbagai laporan dunia. Saat ini, negara yang tercatat memiliki shale gas terbesar di dunia
adalah China (1400 TCF) dan berada di posisi kedua ialah USA (1100 TCF). Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengidentifikasikan empat wilayah yang
memiliki cadangan shale gas di Indonesia, yakni di Baong shale, Telisa shale, dan Guma

shale di Sumatera, shale gas Papua, shale gas Jawa, dan shale gas Kalimantan.14

Pengembangan shale gas akan memberikan prospek yang cerah bagi ketersediaannya energi
alternatif di tanah air. Di Amerika Utara saja dapat dihasilkan shale gas yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bahan bakar daerah tersebut setidaknya untuk 40 tahun berikutnya.
Terdapat pula sumber energi nasional yang telah dikelola melalui investasi asing,
tetapi tidak memberikan benefit yang berarti bagi perekonomian dan ketahanan energi

R
Sukhyar,
“Indonesia
sebagai
Pusat
Keunggulan
Panas
Bumi”,
2010,
,
[06/02/2014].
11

R Sukhyar, Ibid.
12
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Menyongsong Era Shale Gas”, 2011,
, [06/02/2014].
13
Unpad.ac.id, “Indonesia Miliki Potensi Energi Alternatif Shale Gas Terbesar di Dunia”, 2013,
,
[06/02/2014]
14
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Loc. Cit.
10

nasional, contohnya Blok Mahakam. Penanaman modal asing di Blok Mahakam merupakan
praktek neokolonialisme yang mengancam kedaulatan bangsa dan politik energi nasional.
Kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian diperpanjang tahun
1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada
tahun 1967 menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam tahun 1972 dalam
jumlah yang cukup besar. Cadangan awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel
minyak dan gas bumi sebesar 21,2 TCF. Kontak kerja sama dengan Blok Mahakam telah
menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi

dan pengembangannya telah memberikan penerimaan negara sebesar US$ 83 miliar atau
sekitar Rp 750 triliun.15 Hatta Taliwang, mantan anggota DPR RI, mengungkapkan bahwa
Blok Mahakam memiliki potensi pemasukan kas negara sebesar US$ 160 miliar atau sekitar
Rp 1.500 triliun16, dua kali lebih besar dibandingkan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh
pihak asing. Kontrak migas Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017. Tahun tersebut
harus dijadikan sebagai momentum bagi Indonesia untuk mengembalikan kontrol negara
terhadap kekayaan alam nasional.
Konsep Ketahanan Energi Nasional
Pengertian ketahanan energi secara umum adalah suatu kondisi di mana kebutuhan
masyarakat luas akan energi dapat dipenuhi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip
ketersediaan, keterjangkauan, dan akseptabilitas. Ketahanan energi merupakan pilar penting
dalam mengembangkan perekonomian suatu negara. Untuk itu, upaya menciptakan
ketahanan energi membutuhkan dukungan dan keterjaminan terhadap akses ataupun sumbersumber energi serta proses konversi dan distribusi energi yang dibutuhkan untuk menjamin
terciptanya ketahanan energi dalam rangka kelangsungan hidup negara dalam jangka pendek
maupun panjang.17
Kementerian ESDM telah merumuskan sasaran untuk mencapai ketahanan energi
nasional dalam Kebijakan Energi Nasional 2003-2020, di antaranya:18

SKK Migas, “Data dan Fakta Seputar Blok Mahakam”, 2013, , [11/02/2014].
16

Berdikari Online, “Blok Mahakam Harus Dinasionalisasi untuk Kesejahteraan Rakyat!”, 2012,
, [11/02/2014].
17
Timotius D. Harsono, Peran Energy Security dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional , Jakarta:
Lemhanas, 2008, hlm. 2.
18
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Op.cit., hlm. 16.
15

-

meningkatkan peran bisnis energi yang mengarah kepada mekanisme pasar untuk
meningkatkan nilai tambah agar memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
perekonomian nasional dan terciptanya industri energi yang efisien;

-

tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 90% pada tahun 2020, dengan didukung oleh
peningkatan investasi untuk membangun pembangkit listrik beserta jaringan transmisi
dan distribusinya mengingat pembangunan listrik merupakan kegiatan pada modal;


-

meningkatkan pangsa energi, terutama untuk energi terbarukan non-hidro skala besar
menjadi sekurang-kurangnya 5% pada tahun 2020. Energi terbarukan yang
diharapkan dapat memenuhi target tersebut adalah panas bumi, biomassa, dan
mikrohidro;

-

terwujudnya infrastruktur energi yang mampu memaksimalkan akses masyarakat
terhadap energi dan pemanfaatan untuk ekspor;

-

meningkatnya kemitraan strategis antara perusahaan energi domestik dengan
internasional untuk mencari sumber-sumber energi di dalam dan luar negeri.
Diharapkan perusahaan energi domestik dapat “go international” dan dapat bersaing
dalam pasar global;


-

menurunnya intensitas penggunaan energi sebesar 1% per tahun;

-

meningkatnya penggunaan kandungan lokal dan meningkatnya peran sumber daya
manusia nasional dalam industri energi sehingga ketergantungan terhadap luar negeri
makin berkurang.

Agar sasaran dapat tercapai, langkah kebijakan yang ditempuh adalah intensifikasi,
diversifikasi, dan konservasi.19 Langkah intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan energi sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan populasi. Langkah
diversifikasi dilakukan untuk meningkatkan pangsa penggunaan batu bara dan gas yang
cadangannya relatif lebih banyak serta meningkatkan pangsa energi terbarukan karena
potensi melimpah dan termasuk energi bersih baik yang berasal dari dalam dan luar negeri,
dan antar berbagai jenis energi untuk menciptakan campuran energi yang optimal dan
manfaat ekonomi. Langkah konservasi dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian

19


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Idem., hlm. 19.

energi dengan mengembangkan dan memanfaatkan teknologi hemat energi baik di sisi hulu20
maupun sisi hilir21.
Perumusan sasaran dan langkah kebijakan tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia
berkeinginan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mencegah pemusatan
sumber energi dunia, seperti yang terjadi di Timur Tengah, Rusia, dan Amerika Latin, yang
berpotensi menimbulkan krisis energi dunia dengan meriapkan potensi energi dalam negeri.
Dengan kondisi tersebut, kerja sama ekonomi internasional akan gencar dikembangkan demi
terciptanya keamanan pasokan energi nasional dan dunia.
Peran Diplomasi dalam Menangani Masalah Ketahanan Energi Nasional
Diplomasi energi merupakan instrumen politik luar negeri untuk menghadapi masalah
energi global guna mencapai ketahanan energi. Promosi energi di luar negeri yang dilakukan
diplomat RI akan sangat menarik investasi karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan
seperti sumber energi yang cukup besar dan potensi alternatif yang belum dimanfaatkan
secara maksimal, seperti yang telah dipaparkan dalam bagian Kondisi Energi di Indonesia .
Namun terdapat hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanaman modal asing, yakni
pemosisian Indonesia terhadap perusahaan penanam modal. Indonesia harus berada pada
pihak yang diuntungkan dan investor berada pada pihak yang tidak dirugikan. Diplomat harus
memberikan ketegasan dalam bernegosiasi dengan investor dan harus berani membela
kepentingan nasional. Jangan sampai investasi yang dilakukan malah mementingkan
kepentingan oknum-oknum tertentu dan pro dengan praktek neokolonialisme, seperti yang
terjadi pada Blok Mahakam.
Selain penanaman modal asing, diplomasi energi juga dapat diarahkan kepada kerja
sama antarnegara. Berikut merupakan beberapa skenario yang tengah dikembangkan
Indonesia di luar negeri guna mengamankan pasokan energi yang berkesinambungan sesuai
dengan SK Menteri ESDM No. 2280 K/05/MEM/2007 tentang Koordinasi Antarunit di
Lingkungan Departemen ESDM dalam Penanganan Forum Dialog/Kerjasama Luar Negeri 22:
Tingkat Bilateral

20

Yang tergolong dalam sektor energi industri hulu ialah minyak bumi, gas bumi, batu bara, panas
bumi, tenaga air, energi nuklir, dan energi baru dan terbarukan lainnya.
21
Yang tergolong dalam sektor energi industri hilir ialah BBM, gas pipa, BBG dan LPG, serta
ketenagalistrikan.
22
Ronald Eberhard, Loc.cit.

-

MoU dengan India
Isinya pembentukan Working Group untuk berbagi info eksplorasi batu bara, capacity
building, dan alih teknologi. Bentuk pertemuannya berupa Joint Commision Meeting.

Dirjen Minerbapabum Kementerian ESDM sebagai focal point dalam kerja sama
dengan India.
-

Kerja sama dengan Jepang
Forum Coal Policy Dialogue dan Indonesia-Japan Energy Round Table.
Tingkat Regional

Pada tahun 2004, Indonesia bersama-sama dengan negara-negara anggota ASEAN
lainnya telah menyepakati beberapa rencana aksi bersama yang bertujuan untuk
meningkatkan jaminan pasokan energi bagi negara-negara ASEAN. Negara-negara
ASEAN sepakan untuk mendukung proyek pembangunan pipa gas lintas ASEAN
(Trans ASEAN Gas Pipeline) serta proyek pembangunan jaringan transmisi listrik
yang menghubungkan negara-negara ASEAN (ASEAN Power Grid)
Tingkat Multilateral

-

IRENA (International Renewable Energy Agency)
Saat ini, Indonesia sedang mengusahakan keanggotaan di IRENA. Status organisasi
internasional ini belum full-fledged, dibutuhkan ratifikasi oleh 25 negara dan sampai
saat ini, baru 18 negara yang meratifikasi (anggota tidak sama dengan ratifikator).
Perkembangan terakhir, Kementerian ESDM sudah meminta kelompok kerja terkait
untuk membahas keanggotaan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga meminta
analisa cost and benefit dari Kementerian ESDM. Pada tahap ini, Kementerian ESDM
berkewajiban untuk membuat rancangan Perpres terkait keanggotaan dalam IRENA.
Peran Kemlu nantinya adalah mencari peluang di IRENA untuk capacity building dan
transfer of technology.

-

G-20
Indonesia juga aktif berpartisipasi di G-20 untuk mendiskusikan cara dan tujuan untuk
menciptakan lingkungan yang lebih kondusif terhadap volatilitas harga minyak. Ini
termasuk prioritas untuk menstabilkan sistem ekonomi global dan untuk memberikan

stimulus efektif terhadap permintaan global. Keanggotaan Indonesia di G-20
berkaitan erat dengan penggunaan energi. Hal ini dikarenakan mayoritas anggota G20 adalah negara maju pengimpor energi. Isu yang sedang hangat dibicarakan di sana
adalah penghapusan subsidi energi karena subsidi sendiri adalah distorsi bagi sistem
ekonomi. Subsidi tidak mendorong efisiensi energi dan pemberiannya harus
disesuaikan dengan strata ekonomi konsumen.
Untuk melancarkan proses promosi energi dan kerja sama internasional, tentunya
dibutuhkan diplomat yang ulung dalam mempertahankan kepentingan nasional. Diplomat
harus memberikan ketegasan dalam bernegosiasi dan harus berani membela kepentingan
nasional agar Indonesia terhindar dari keputusan yang dapat mengancam kepentingan negara.
Diplomat juga harus memiliki kemampuan sebagai opportunity seeker agar mampu melihat
peluang kerja sama teknis, terutama di bidang energi terbarukan.23 Yang jelas, diplomasi
yang dibangun harus kreatif, aktif, dan antisipatif, tidak sekadar rutin dan reaktif, teguh
dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan. 24
Kesimpulan dan Saran
Diplomasi memiliki peran yang penting dalam meningkatkan ketahanan energi
nasional dan merupakan instrumen politik luar negeri untuk menghadapi masalah energi
global. Cadangan energi yang dimiliki Indonesia tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan
energi nasional. Penggunaan energi tidak dapat dipusatkan pada satu jenis saja, diperlukan
pengembangan energi alternatif agar kebutuhan energi terpenuhi dan harga energi di pasaran
tetap stabil. Pengembangan energi tersebut dapat dilakukan melalui penanaman modal asing
dan kerja sama internasional lainnya. Diplomasi yang dilakukan harus berpihak kepada
kepentingan negara dalam meningkatkan ketahanan energi nasional. Jadi, ketersediaan energi
nasional dapat terpenuhi, akses terhadap energi tidak sulit, serta mutu dan harga energi
terjamin.

23
24

Ronald Eberhard, Idem.
Pasal 4 Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

Daftar Pustaka

Sumber Literatur

Eberhard, Ronald Peran Diplomasi Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional, Jurnal
Diplomasi Edisi Ketahanan Pangan dan Energi, 2011.

Harsono, Timotius D., Peran Energy Security dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional,
Jakarta: Lemhanas, 2008.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020,
Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004.
Sumber Elektronik

Agustiawan, Karen, “Indonesia dan Ketahanan Energi (dalam Pidato di The Center for
Strategic

and

International

Studies

(CSIS)

Washington

D.C.)”,

.
Berdikari Online, “Blok Mahakam Harus Dinasionalisasi untuk Kesejahteraan Rakyat!”,
2012,

.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Menyongsong Era Shale Gas”, 2011,
.

SKK

Migas,

“Data

dan

Fakta

Seputar

Blok

Mahakam”,

2013,

.
Sukhyar,

R,

“Indonesia

sebagai

Pusat

Keunggulan

Panas

Bumi”,

2010,

.
Unpad.ac.id, “Indonesia Miliki Potensi Energi Alternatif Shale Gas Terbesar di Dunia”,
2013,

.
Sumber Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.
.
Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147